Você está na página 1de 26

TINGKAT PELAYANAN DAN KEMACETAN LALU LINTAS KORIDOR UTARA KOTA PADANG

Oleh : MULYADI 1106391/2011

PROGRAM STUDI GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah tempat atau jalur untuk melakukan mobilitas kehidupan, saat melakukan aktivitas kehidupan. Jalan merupakan sarana yang paling banyak kita pergunakan, sedangkan lalu-lintas merupakan masalah penting karena lalu-lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, apabila lalu lintas terganggu atau terjadi kemacetan maka mobilitas penduduk juga akan mengalami gangguan. Kota sebagai ruang didefinisikan sebagai suatu tempat yang

menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Kota sebagai struktur memiliki berbagai komponen dan unsur, mulai dari komponen yang terlihat nyata secara fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik tidak terlihat yaitu kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota. Struktur kota terdiri dari tiga unsur yaitu: jaringan jalan, pemukiman perumahan dalam arti sebagai guna lahan tempat aktivitas, dan manusia sebagai pelaku aktivitas (Berry dalam Daldjoeni 1995). Fungsi utama dari jalan adalah sebagai prasarana lalu-lintas atau angkutan, guna mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktifitas masyarakat. Kenyataan diperkotaan terjadi ketidak seimbangan antara tingkat

pertumbuhan jalan disatu sisi dengan tingkat pertumbuhan kendaraan disisi lain, dimana pertumbuhan jalan jauh lebih kecil dari pada tingkat pertumbuhan
1

kendaraan. Dengan kondisi yang demikian, dapat dipastikan akan terjadi

pembebanan yang berlebihan pada jalan, yang pada gilirannya mengakibatkan terjadi kemacetan lalu-lintas, kenyamanan perjalanan terganggu, kebosanan perjalanan, kelelahan perjalanan, pemborosan waktu dan materi. Yang kesemuanya menjurus kearah terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalulintas. Kemacetan lalu-lintas merupakan masalah utama yang dihadapi oleh kotakota, terutama di negara-negara berkembang. Masalah kemacetan terutama dirasakan pada jam-jam sibuk, baik sibuk pagi hari maupun jam sibuk sore hari, yaitu saat orang bepergian dari rumah ke tempat kerja, sekolah atau aktivitas lainnya, dan juga saat mereka pulang kembali ke rumahnya masingmasing. Di kota-kota negara berkembang permasalahan kemacetan lalu-lintas terasa lebih signifikan dan akut dibandingkan dengan kota-kota di negara maju (Santoso dalam Firdausi 2006). Kemacetan lalu-lintas, bagi sebagian orang mungkin biasa, tetapi menjadi tidak biasa dan mungkin menjengkelkan bagi orang yang menganggap waktu adalah sangat berharga, waktu adalah uang, waktu adalah kesempatan, waktu adalah prestasi, dan waktu adalah karier. Kemacetan lalu-lintas merupakan masalah utama di kota-kota besar apalagi di negara berkembang seperti di Indonesia. Kerugian yang diderita akibat dari masalah kemacetan ini jika dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu perjalanan menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang dihasilkan makin bertambah.

Pada kondisi macet, kendaraan merangkak dengan kecepatan yang sangat rendah, pemakaian BBM menjadi sangat boros, mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus dan buangan yang dihasilkan kendaraan lebih tinggi kandungan konsentrasinya. Permasalahan kemacetan antara lain disebabkan oleh ketersediaan lebar dan panjang ruas jalan utama dalam kawasan pusat kota yang minim menyebabkan daya tampung ruas jalan sangat terbatas. Permasalahan lalulintas lainnya adalah kepadatan lalu-lintas yang disebabkan oleh tingginya volume arus lalu-lintas kendaraan di ruas-ruas jalan utama. kemacetan lalulintas adalah terganggunya pergerakan kendaraan bermotor dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemacetan , ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level Of Service = LOS), pada saat LOS > C, kondisi arus lalu-lintas mulai tidak stabil,

kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume kendaraan lebih besar, jika LOS (Level Of Service) sudah mencapai D, aliran lalu-lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadilah tundaan berat, yang disebut dengan kemacetan lalu-lintas Padang merupakan ibukota Sumatera Barat dengan penduduk yang padat. tentunya pengguna jalan makin banyak dan mobilitas makin tinggi. Para pengguna jalan pasti menginginkan cepat sampai di tujuan, kadang-kadang para pengguna jalan yang tidak sabar akan saling serobot, menerabas lampu merah, menyalip dari kiri. Hal ini bukanlah solusi dari kemacetan bahkan hal

ini bisa menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang dapat membuat kemacetan lalu-lintas. Adapun titik kemacetan di Kota Padang adalah 1) pada koridor padat bagian utara adalah jalan Adinegoro, jalan Hamka, 2) pada koridor padat bagian selatan adalah jalan Hiligo, Air Camar, Aur Duri, belakang Pondok, 3) pada koridor padat bagian timur adalah jalan Alai, Ampang, By pas, Simpang Haru, Sawahan, Perintis Kemerdekaan, Pasar Baru, Sisingamaraja (RUJT Kota Padang 2004 2013 dalam Ratna). Berdasarkan data kemacetan diatas penulis membatasi penelitian pada koridor padat bagian utara karena kemacetan yang terjadi pada koridor padat bagian utara ini hampir terjadi disetiap harinya terutama pada jamjam sibuk. Kemacetan yang sering terjadi diperkirakan karena badan jalan yang dilewati tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang lewat pada jalan tersebut. Kebiasaan para pemilik kendaraan dalam memarkir kendaraan disepanjang jalan, trotoar dipakai untuk perdagangan yang akan menyebabklan kendaraan lain sulit untuk melintasi kendaraan tersebut. Jalan Adinegoro adalah jalan yang dilalui oleh pengguna jalan untuk keluar dan masuk kota Padang dari sebelah utara, ditambah lagi dengan wilayah Koto Tangah dan Air Tawar yang merupakan jalur untuk menuju pusat pusat perkantoran dan pusat kota, sehingga mau tidak mau koridor ini banjir kendaraan. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab kemacetan lalu-lintas tersebut, sepintas mungkin sama, mungkin juga tidak, setiap tempat atau lokasi bisa

berbeda karakteristik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi, disamping antara yang direncanaankan dan pelaksanaan yang belum tentu sama (implementasi). Untuk itu diperlukan adanya penelitian tentang kemacetan lalu-lintas, dengan harapan dapat menghasilkan solusi yang terbaik bagi semua. Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Pelayanan dan Titik Kemacetan Lalu Lintas Pada Koridor Utara Di Kota Padang. B. Identifikasi Masalah 1. 2. Dimana saja titik kemacetan di sepanjang koridor utara Kota Padang ? Bagaimana tingkat pelayanan ruas jalan lalu lintas pada koridor utara di Kota padang? 3. 4. 5. Apa penyebab kemacetan lalu lintas pada koridor utara di Kota Padang? Apa pengaruh kemacetan lalu lintas terhadap pengguna jalan? Berapa lama kemacetan lalu lintas yang terjadi pada koridor utara dikota padang? 6. 7. Bagaimana cara mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Padang? Bagaimana tanggapan pemerintah terhadap kemacetan di Kota padang?

C. Batasan masalah 1. Dimana saja titik kemacetan di sepanjang koridor utara kota Padang ? 2. Bagaimana tingkat pelayanan ruas jalan lalu lintas pada koridor utara di Kota padang ? 3. Apa penyebab kemacetan lalu lintas pada koridor utara di Kota Padang ?

4. Berapa lama kemacetan lalu lintas yang terjadi pada koridor utara dikota padang? 5. Apa pengaruh kemacetan terhadap pengguna jalan ? D. Rumuasan masalah 1. Dimana saja titik kemacetan disepanjang koridor utara kota Padang ? 2. Bagaimana tingkat pelayanan ruas jalan pada koridor utara di Kota Padang ? 3. Apa penyebab kemacetan lalu lintas pada koridor utara di Kota Padang ? 4. Bagaimana pengaruh kemacetan lalu lintas terhadap pengguna jalan ? E. Tujuan 1. Mengetahui titik kemacetan disepanjang koridor utara Kota Padang 2. Melihat tingkat pelayanan ruas jalan pada koridor utara di Kota Padang 3. Dapat mengetahui penyebab kemacetan lalu lintas pada koridor utara di Kota Padang 4. Mengetahui lama kemacetan lalu lintas pada koridor utara dikota Padang 5. Dapat mengetahui pengaruh kemacetan lalu lintas terhadap pengguna jalan F. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan SI di jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. 2. Untuk mengetahui apakah kondisi suatu ruas jalan yang ada sekarang masih memenuhi syarat untuk di lalui oleh volume maximum kapasitas jalan

3. Sebagai informasi pengguna jalan titik titik kemacetan di kota Padang 4. Sebagai masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Perhubungan dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan jalan. 5. Memberikan gambaran pengetahuan baru terutama dalam kajian Geografi Transportasi.

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Transportasi a. Pengertian Transportasi Menurut Nasution (2008) : 3 transportasi atau pengankutan diartikan sebagai pemindahan barang atau manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengankutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengankutan di akhiri. Dalam hubungan ini terlihat bahwa unsur-unsur pengankutan meliputi atas: a) ada muatan yang di angkut, b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya c) ada jalan/jalur yang dapat dilalui, d) ada terminal asal dan terminal tujuan, serta, e) sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut. Menurut Miro (2002) : 4 transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tertentu. Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang dan/atau barang) dari suatu tempat ketempat lain, baik dengan atau tanmpa sarana (kendaraan, pipa dan lain-lain). Pemindahan ini harus menempuh suatu jalur perpindahan atau prasarana yaitu lintasan yang mungkin sudah disiapkan oleh alam seperti, sungai, laut, dan udara atau jalur

lintasan hasil kerja pemikiran manusia, ,misalnya, jalan raya, jalan rel dan pipa. Dari jenis yang diangkutnya dari barang, paket surat, kemudian hasil dari transportasi berupa barang (mobil, peralatan dan lain-lain) dan pelayan (jasa). (Setijowarno 2003 : 1) Menurut Adisasmata Raharjo 2011 : 87 transportasi adalah kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan (manusia dan barang) dari suatu tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Jasa transportasi dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan manusia dalam melaksanakan berbagai kegiatan ekonomi dan social pada khusunya dan pengmbangan secara luas. Kegiatan transportasi perkotaan sangat penting untuk menunjang

pengambagan berbagai kegiatan pembangunan. Transportasi sebagai suatu konsep dipahami sebagai suatu usaha untuk memfasilitasi terjadinya pergerakan secara sistematis, sedangkan rencana umum pengembangan transportasi darat disusun berdasarkan suatu kriteria yang disepakati. Pengertian sistematis selain berarti sistem yang kompak, didalamnya juga termasuk pertimbangan aspek effisiensi yang dijabarkan antara lain dengan usaha meminimasi waktu tempuh, jaminan keselamatan, kemudahan perpindahan dengan pemaduan simpul moda, penghematan bahan bakar, optimalisasi penggunaan lahan serta biaya sosial akibat pencemaran lingkungan. Direktur jendral Perhubungan (2005) : 154 Ullman dalam Saptono 2009 : 113 mengemukakan bahwa transportasi adalah gambaran suatu hubungan antar wilayah. Hubungan antar wilayah yang

secara terus menerus dapat mencerminkan ciri-ciri dari jenis transportasi dan volume pada suatu lalu lintas. Menurut Kamaluddin 1986 : 1 transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu kesebelah lain atau ari suatu tempat ke tempat lainya. Transportasi seperti itu merupakan suatu jasa yang diberikan guna menolong barang dan orang untuk dibawa dari suatu tempat ketempat lainnya. Dengan demikian transportasi didefinisikan sebagai usaha mengangkut barang dan/ atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, yaitu darimana kegiatan pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan, yaitu dimana kegiatan pengangkutan diakhiri. Transportasi bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan sementara kegiatan masyarakat sehari-hari, bersangkut paut dengan produksi barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan yang beraneka ragam. Kegiatan transportasi terwujud menjadi pergerakan lalu lintas antara dua guna lahan, karena proses pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditempat asal ( Nasution dalam Setijadji 2006 : 35) b. Fungsi Transportasi Taransportasi menciptakan guna tempat dan guna waktu, tansportasi merupakan sector tersier, yaitu sector yang menyediakan jasa pelayanan kepada sektorsektor lain (pertanian, perindustrian, perdagangan,

pertambangan, pendidikan, kesehatan, parwisata dan lainya), karena sektor sektor lain tersebut membutuhkan jasa transportasi maka penyediaan jasa kapasitas transportasi harus berorientasi pada kebutuhan masa depan. Artinya,

kapasitas transportasi harus disediakan secara seimbang dengan permintaan agar mampu melayani pengembangan kegian sector lain. (Adisasmata, 2011 : 7) Menurut Setijowarno 2003 : 14-15 menyatakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, transportasi mempunyai peranan integral dalam proses pembangunan untuk terwujudnya tujuan nasional. Transportasi sangat dibutuhkan untuk perkembangan pembangunan, baik di bidang politik, ekonomi, social, budaya maupun hankam. Tersedianya pelayanan jasa transportasi merupakan salah satu syarat bagi kelancaran proses pembangunan nasional sebagai unsure penunjang. Pelayanan transportasi nasional dapat di tujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang merupakan primer mover dan sebagai indicator bagi pertumbuhan system transporasi nasional. Transportasi sebagai servicing sector, yaitu memberikan pelayanan jasa transportasi kepada kegiatan sector sector itu secara efektif dan efisien,. Pelayanan efektif dan efisien itu dinyatakan dalam berbagai manfaat atau dalam bentuk dampak positif yang dirasakan oleh daerah yang dilayani. (Adisasmata 2011 : 10) Teknologi transportasi berhasil membuat sarana transportasi ynag lebih tinggi, sehingga dapat melayani perjalanan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dibandingkan dengan perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki. Lebih cepat smapainya ditempat tujuan menyebabkan kondisi kualitas barang dagangan dalam keadaan segar. ( Adisasmata 2011 : 8)

Fungsi transportasi adalah memindahkan atau mengankut muatan (barang dan manusia) dari suatu tempat ketempat lain, yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Dengan berpindahnya barang dan manusia dari tempat asal ketempat tujuan itu umumnya memberikan manfaat atau kegunaan yang lebih besar. 2. Kemacetan Lalu Lintas a. Kemacetan Menurut Abdillah 2006 : 21 Kemacetan lalu lintas adalah kondisi arus lalu lintas yang tidak stabil, sering berhenti, kecepatan sangat rendah, pengemudi tidak dapat beralih jalur, antrian panjang, volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan dan lain lain. Kemacetan lalu lintas oleh kendaraan antara lain : banyak kendaraan tidak bermotor (becak dan lain lain), banyak kendaraan besar, lokasi yang rawan terhadap kemacetan lalu lintas adalah persimpangan jalan, pasar, pusat pusat kegiatan. Terdapat beberapa kecendrungan penting dalam pelayanan transportasi perkotaan, yaitu a.) aksisibilitas relative lebih baik, b.) tetapi kelancaran lalu lintas jalan masih kurang, c.) tidak sebandingnya jumlah kendaraan bermotor dengan panjang jalan yang tersedia, d.) rendahnya disiplin pemakai jalan. Empat kecendrungan disipiln tersebut telah menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas perkotaan yang semakin serius, yang merupakan tantangan yang sangat berat dan sekaligus merupakan tuntunan yang sangat mendesak untuk diatasi (Adisasmata Raharjo 2011 : 88)

Kemacetan lalu lintas disebabkan banyak factor antara lain : factor manusia, factor fisik jalan, adanya parker ditepi jalan, adanya pasar tumpah, adanya kerumunan masa ditepi jalan seperti anak sekolah, buruh pabrik dan lain lain. Faktor fisik jalan sebagai penyebab kemacetan lalu lintas antara lain : kondisi jalan yang buruk, jalan yang menyepit, struktur jaringan jalan yang terlalu memusat pada satu ruas jalan, terlalu banyak persimpanagn dan sebagainya. b. Lalu Lintas Menurut Setijadji 2006 : 110 Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu-lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum. Menurut khysty 2005 : 112 lalu lintas adalah suatu fenomena yang kompleks, cukup dengan sekedar pengamatan sepintas saja ketika bekendara di sebuah jalan. Kita dapat mengetahuibahwa disaat arus lalu lintas meningkat umumnya kecepatan akan menurun. Kecepatan juga akan menurun ketika kendaraan-kendaraan cendrung berkumpul menjadi satuentah dengan alasan apapun. Menurut Marjon dalam Saptono 2009 yang dimaksud lalu lintas adalah perpindahan semua barang atau makhluk hidup melalui jalur jalan tertentu. Dengan demikian yang dimaksud lalu lintas adalah gerakan pindah manusia dengan / tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat lain.

UU. No 22 tahun 2009 pasal 1 ayat 2 Lalu lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Sedangkan dalam UU No.14 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan. Arus lalu lintas memfokuskan perhatian pada frekuensi pemakai jalan, mengenai volume, kepadatan lalulintas, frekuensi, arah lalu lintas, kemacetan lalu lintas, tingkat pelayanan, dan sebagainya. Hariyanto dalam agus 2005 : 14-17 menyebutkan bahwa variabel dalam lalu lintas, yakni : 1. Volume Lalu lintas
Hariyanto dalam Agus 2005 : 32 Volume lalu lintas adalah jumlah

kendaraan yang melalui satu garis melintang di suatu ruas jalan per satuan waktu (jam). Pada saat jalan sepi , volume lalulintas rendah, pada saat macet, volume lalulintas juga rendah. Volume maksimal tercapai pada kecepatan tertentu. Volume maksimal ini yang disebut dengan kapasitas jalan, kapasitas jalan juga sangat dipengaruhi oleh lebar jalan. 2. Kecepatan lalu lintas Kecepatan lalu lintas adalah kecepatan kendaraan pada saat tertentu. Kecepatan ada 3 macam yakni : 1) Kecepatan sesaat Kecepatan sesaat adalah kecepatan kendaraan pada saat melalui satu garis di suatu ruas jalan. 2) Kecepatan rata-rata ruang

3) Kecepatan rencana Kecepatan rencana adalah kecepatan yang diprediksikan atau diharapkan dalam perencanaan sesuai dengan fungsi jalan. Misalnya kecepatan di jalan arteri akan lebih tinggi daripada kecepatan di jalan lokal atau jalan kolektor. c. kemacetan lalu lintas Kemacetan lalu lintas terjadi di ruas jalan pusat kota, jalan utama dan jalan arteri. Kemacetan lalu lintas terjadi pada tempat-tempat tertentu dan jamjam tertentu, yakni pada jam-jam dimana volume lalu lintas mencapai puncak (peak hour) baik pagi, siang manupun sore hari. Jika keadaan ini dibiarkan saja maka kemacetan lalu lintas akan berkembang baik waktu maupun tempatnya. Kemacetan lalu lintas adalah kondisi arus lalulintas yang tidak stabil, sering berhenti, kecepatan sangat rendah, Pengemudi tidak dapat beralih jalur, antrian panjang, volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan dan lain-lain (Hariyanto dalam Agus 2005). Kemacetan lalulintas disebabkan banyak faktor yakni : faktor manusia, faktor fisik jalan, faktor kendaraan. Faktor manusia sebagai penyebab kemacetan, antara lain : adanya penyeberangan jalan, adanya parkir di tepi jalan, adanya pasar tumpah, adanya kerumunan massa di tepi jalan seperti anak sekolah, pekerja pabrik dan lain lain. Faktor fisik jalan sebagai penyebab kemacetan lalu lintas, antara lain: kondisi jalan buruk, jalan menyempit, struktur jaringan jalan terlalu memusat pada satu ruas jalan, struktur geometeris jalan yang tidak baik, terlalu banyak persimpangan, dan

sebagainya. Kemacetan lalu lintas oleh kendaraan, antara lain: banyak kendaraan tidak bermotor ( becak dan lain -lain ), banyak kendaraan besar. Lokasi yang rawan terhadap kemacetan lalu lintas adalah

persimpamgan jalan, pasar, pusat pusat kegiatan, simpul transportasi. Perlu diketahui bahwa kemacetan lalu lintas tidak dapat diatasi hanya dengan membuatkan jalan baru atau memperlebar jalan saja. Kemacetan lalu lintas harus diatasi dengan terpadu dari berbagai cara seperti peraturan, kesadaran pemakai jalan, dan manajemen lalu lintas yang baik. Kemacetana lalu lintas menjadi masalah utama di kota-kota besar, bahkan menjadi masalah global. Kemacetan lalulintas banyak merugikan dari banyak segi, kerugian materi seperti bertambahnya biaya ekonomi, boros bahan bakar, boros waktu, menambah polusi di kota, dan secara psikologi menambah stress orang orang kota. 1. Tingkat Pelayanan a. pengertian Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan jalan suatu ruas jalan adalah perbandingan antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan (V/C). Pada saat volume lalu lintas mencapai klimaks titik tersebut merupakan kapasitas atau maksimum jalan, jika arus lalu lintas beroperasi pada fasilitas tersebut maka setiap gangguan kecil terhadap lalu lintas akan berpengaruh pada arus lalu lintas (Saptono, 2009 : 114) Tingkat pelayanan (level of service) suatu ruas jalan adalah perbandingan antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan tersebut. Tingkat

pelayanan merupakan suatu konsep yang memadukan dua buah variabel yang berlawanan yakni kecepatan rata- rata dengan variabel volume lalu lintas. Pada kecepatan tinggi, volume lalulintas pasti rendah, sebaliknya pada volume tinggi, kecepatan akan menurun (Abdillah, 2006 : 17) b. karakteristik tingkat pelayanan Kriteria Kemacetan Lalu lintas yang digunakan oleh dinas lalu lintas angkutan jalan (DLLAJR) sebagai instansi yang mengelola jalan-jalan di Indonesia adalah tingkat pelayanan jalan atau level of services dari ruas jalan tersebut lebih besar dari 0,7 atau tingkat pelayanan klas D (Deddy Arief dalam Saptono : 115). Untuk lebih jelas mengetahui karakteristik tingkat pelayanan ruas jalan dapat dilahat pada tabel :

KELAS

TINGKAT PELAYANAN

KARAKTERISTIK LALU LINTAS Arus lalu-lintas bebas antara 1 kendaraan dengan kendaraan lain, volume lalu-lintas rendah, kecepatan operasi tinggi dan sepenuhnya ditentukan oleh pengemudi, bebas bermanuver dan menentukan lajur kendaraan. Arus stabil, kecepatan sedikit/mulai dibatasi oleh kendaraan lain, tapi secara umum masih memiliki kebebasan untuk menentukan kecepatan, bermanuver dan lajur kendaraan. Arus stabil, kecepatan serta kebebasan bermanuver rendah dan merubah lajur dibatasi oleh kendaraan lain, tapi masih berada pada tingkat kecepatan yang memuaskan, biasa dipakai untuk desain jalan perkotaan. Arus mendekati tidak stabil, kecepatan menurun cepat akibat volume yang berfluktuasi dan hambatan sewaktu waktu, kebebasan bermanuver dan kenyamanan

0.0 0.19

0.2 0.44

0.45 0.69

0.70 - 0.84

rendah, biasa ditoleransi tapi dalam waktu singkat. Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berubah-rubah, volume mendekati atau E 0.85 1.00 sama dengan kapasitas, terjadi hentian sewaktu-waktu. Arus dipaksakan (forced-flow), kecepatan rendah, volume lebih besar dari kapasitas, lalu-lintas sering terhenti sehingga F 1.00 menimbulkan antrian kendaraan yang panjang. (Sumber : Tamin dan Nahdalina dalam setijadji 2006) Sepeti pada tabel di atas tingkat pelayanan kelas D ini mempunyai ciri-ciri kecepatan arus lalulintas tidak stabil, pengemudi membatasi kecepatannya,berkurangnya kesempatan untuk mendahului. Makin besar nilai tingkat pelayanan berarti semakin parah kemacetan lalu-lintas di jalan tersebut. Cara menghitung volume lalu lintas dalam tingkat pelayanan (level of service) suatu ruas jalan adalah jumlah kendaraan yang lewat dikalikan ekuivalen satuan mobil penumpang (ESMP). ESMP adalah nilai hambatan yang ditimbulkan oleh suatu jenis kendaraan, terhadap pemakai jalan yang lain. Sebagai standar hambatan digunakan jenis kendaraan sedan (car) dengan nilai hambatan = 1. Besar kecilnya nilai hambatan suatu kendaraan ditentukan oleh lebar kendaraan, panjang kendaraan, kecepatan, percepatan (kemampuan merubah kecepatan), dan karakteristik pengemudi. (Meri Pangestu dalam Effendi 2006 : 19) Menurut Firmansyah 2009 : 17 menyatakan Untuk menghitung tingkat pelayanan atau level of service suatu ruas jalan, jumlah dari setiap jenis kendaraan dikalikan dengan Ekuifalen Satuan mobil Penumpang atau ESMP

dari masing masing kendaraan, dari hasil ini diperoleh nilai satuan mobil penumpang ( SMP ). Selanjutnya volume lalu lintas dalam satuan mobil Penumpang ( SMP ) dibagi dengan kapasitas jalan akan diperoleh tingkat pelayanan dari suatu jalan. Semakin besar tingkat pelayanan suatu jalan berarti kemacetan lalu lintas semakin parah, karena volume lalu lintas telah mendekati kapasitas jalan. Kapasitas jalan tergantung pada lebar jalan dan sistem lalu lintas searah atau dua arah. (Firmansyah 2009 : 17) Untuk mengetahui tingkat pelayanan ruas jalan menggunakan rumus dibawah ini : Rumus : LOS = V/C Keterangan : LOS V C : (level of service) tingkat pelayanan : volume lalu lintas perjam (SMP) : capasitas praktis jalan (SMP)

( Sumber : Hariyanto dalam Abdillah, 2006 : 27-28) Kemacetan, ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level Of Service = LOS), pada saat LOS C < LOS D < LOS E , kondisi arus lalu-lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat, akibat hambatan yang timbul sewaktu waktu dan kebebasan bergerak relatif kecil. Kondisi ini bisa meningkat menjadi LOS E, bila volume lalu lintas terus bertambah besar, dan hambir mendekati atau sama dengan kapasitas, pada saat itu kecepatan menjadi rendah, berubah-ubah, terjadi hentian sewaktu-waktu 0,85 < ( LOS E

> 1,0 ). Jika LOS (Level Of Service) sudah mencapai E, maka tingkat pelayanan jalan sudah maximum. (Setijadji 2006 : 115) B. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan bagian yang menggambarkan alur pemikiran penelitian dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, untuk memecahkan suatu masalah dengan jelas, sistematis dan terarah diperlukan teori yang mendukung. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan dosroti. Kemacetan lalu lintas adalah kondisi arus lalu lintas yang tidak stabil, sering berhenti, kecepatan sangat rendah, pengemudi tidak dapat beralih jalur, antrian panjang, volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan dan lain lain. Kemacetan , ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level Of Service = LOS), pada saat LOS > C, kondisi arus lalu-lintas mulai tidak stabil,

kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume kendaraan lebih besar, jika LOS (Level Of Service) sudah mencapai D, aliran lalu-lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadilah kemacetan. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada gamabar berikut :

Kerangka Konseptual Persiapan : a. Orientasi, konsultasi, dan penentuan b. Penentuan sampel Peta pendukung : a. Peta administrasi kota padang b. Peta jaringan jalan kota padang

Survey lapangan

Klasifikasi data

a. Peta administrasi daerah penelitian b. Peta jaringan jalan daerah penelitian

a. Data kondisi jalan b. Data titik kemacetan c. Data jumlah kendaraan / volume lalu lintas

analisa

Hasil akhir : a. Level of service (tingkat pelayanan) ruas jalan kota padang b. Peta kemacetan lalu lntas
c.

Gambar 1 kerangka konseptual Tingkat pelayanan dan titik kemacetan lalu lintas kota Padang

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Maksud metode deskriptif dalam penelitian ini adalah melakukan deskripsi data atau karakter yang diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan kesimpulan (Sulistiyono dalam ardi 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir 2005). Penelitian deskriptif ini tergolong pada Deskripsi Kuantitatif, yaitu menganalisis secara jelas tentang data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa data dengan metode deskriptif kuantitatif yakni untuk mengetahui data tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan. B. Tempat/lokasi penelitian Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah kemacetan yang terjadi pada koridor padat bagian utara dikota Padang yaitu Jl. Adinegoro, Jl.

Hamka,. Lokasi penelitian ini dengan beberapa pertimbangan diantaranya : 1) jalan yang ditunjuk merupakan jalan utama di kota padang, yang diperkirakan saran dan prrasarananya lebih ditonjolakan dari jalan jalan lainya. 2) jalan yang ditunjuk merupakan jalan 23 yang sering kali dilalui dan dengan sengaja ataupun tidak meneliti selalu melihat adanya kemacetan setiap hari.

C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh koridor padat bagian utara antara lain Jl. Adinegoro, Jl. Hamka. Sampel diambil berdasarkan total sampling/secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1988), dimana jumlah populasi yang kurang dari 100 dapat dijadikan sampel seluruhnya. D. Jenis Data 1. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip data yang telah ada atau dari pihak yang telah terlebih dahulu melaksanakan penelitian salah satunya dinas perhubungan. 2. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik melalui observasi,pengamatan, maupun wawancara. 3. Data spasial, yakni data yang memiliki aspek kewilayahan misalnya peta, yang digunakan adalah peta jaringan jalan. 4. Data atribut, yakni data pelengkap dan tidak memiliki aspek kewilayahan, dapat berupa data sebab-sebat terjadinya kemacetan, data Titik kemacetan, dal lain-lain. E. Alat Pengumpul Data Adapun alat yang digunakan : 1) Pensil, pulpen, penggaris dan penghapus 2) Calculator : alat penghitung untuk menghitung data data dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil penelitian. 3) Meteran untuk mengukur lebar jalan dan panjang lintasan jalan.

4) Kamera untuk mengambil gambar kemacetan. 5) Couture : alat penghitung manual yang berfungsi untuk menghitung jumlah kendaraan pada lokasi penelitian F. Teknik Analisi Data Deskriptif Kuantitatif, yakni menganalisis secara jelas tentang data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa data data

dengan metode deskriptif tentang tingkat pelayanan

kuantitatif

yakni untuk

mengetahui

suatu ruas jalan.

Dengan menggunakan rumus dibawah ini : LOS = V / C Keterangan: LOS = Tingkat Pelayanan V C = Volume lalu-lintas perjam ( SMP ) = kapasitas praktis jalan ( SMP ) ( Sumber : Hariyanto dalam Abdillah 2006 : 27-28) Cara menghitung volume lalu lintas dalam tingkat pelayanan (level of service) suatu ruas jalan adalah jumlah kendaraan yang lewat dikalikan ekuivalen satuan mobil penumpang (ESMP) didapatkan volume lalu lintas jalan. ESMP adalah nilai hambatan yang ditimbulkan oleh suatu jenis kendaraan, terhadap pemakai jalan yang lain. Sebagai standar hambatan digunakan jenis kendaraan sedan (car) dengan nilai hambatan = 1. Besar kecilnya nilai hambatan suatu kendaraan ditentukan oleh lebar kendaraan,

panjang kendaraan, kecepatan, percepatan (kemampuan merubah kecepatan), dan karakteristik pengemudi. (Meri Pangestu dalam Abdillah : 19) Tingkat pelayanan ( level of service ) suatu ruas jalan adalah perbandingan antara volume lalulintas dan kapasitas jalan tersebut. Tingkat pelayanan merupakan suatu konsep yang memadukan dua buah variabel yang berlawanan yakni kecepatan rata- rata dengan variabel volume lalulintas. Pada kecepatan tinggi, volume lalulintas pasti rendah, sebaliknya pada volume tinggi, kecepatan akan menurun.

Você também pode gostar