Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFERAT
NOVEMBER 2013
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
dr. SUCI NUGRAENI
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
I.
Definisi
Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit yang ringan
namun dapat berkembang menjadi penyakit infeksi virus yang menjadi
masalah pada anak-anak. Karakteristik penyakit ini yaitu permukaan halus,
papul berbentuk kubah yang biasanya disertai eritem (dermatitis
moluskum). Pasien dan keluargannya merasa terganggu oleh lamanya
perjalanan penyakit ini sebab penyakit ini bisa bertahan selama berbulanbulan bahkan bertahun-tahun. Moluskum kontagiosum perlu diperhatikan
pada individu dengan imunokompromais dan dermatitis atopik, dimana
masa infeksi menjadi lebih ekstrim. Penyakit ini menular melalui hubungan
seksual bagi orang dewasa namun tidak bagi anak-anak.[1] Infeksi melalui
seksual bagi anak-anak bisa saja terjadi pada kasus-kasus pelecehan seksual.
Meskipun penyebarannya luas, moluskum kontagiosum biasanya terlihat di
daerah genital, perineal dan seluruh tubuh pada anak-anak, dan pada kasuskasus pelecehan biasanya tidak nampak kecuali ditemukan lesi yang
mencurigakan.[2]
II.
Epidemiologi
Tiga kelompok utama yang terkena adalah: anak-anak, dewasa yang
aktif secara seksual, dan orang-orang dengan imunosupresi, terutama
mereka terinfeksi HIV.[1] Prevalensi infeksi MK telah meningkat secara
signifikan dalam beberapa dekade ini, tercatat peningkatan 11 kali lipat
pasien datang dengan infeksi ini dalam 2 dekade. Peningkatan ini terjadi
pada seluruh jumlah penyakit melalui hubungan seksual. Rata-rata variasi
berdasarkan lokasi dan diperkirakan infeksi sub-klinis lebih umum tergadi
2
III. Etiologi
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh lebih dari empat tipe
poxvirus yang berhubungan, MCV-1 sampai MCV-4, dan varian-variannya.
Meskipun proporsi dari infeksi disebabkan oleh beragamnya letak geografis,
di seluruh dunia infeksi MCV-1 merupakan yang paling sering. Pada anakanak sebetulnya semua infeksi disebabkan oleh MCV-1. [3] MCV merupakan
poxvirus yag besar, dan berbentuk seperti bata yang bereplikasi dalam
sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik dengan
poxvirus yang lainnya. Dan biasanya 2-3 gen sama dengan vaccinia dan
variola virus. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik
secara klinis. 98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV
tipe 1.[1] Telah diteliti masa inkubasi terjadi antara 2-7 minggu.[1,4]
IV.
Patogenesis
Rata-rata masa inkubasi antara 2 dan 7 minggu dengan jarak
melampaui lebih dari 6 bulan. Infeksi virus dapat menyebabkan hiperplasia
dan hipertropi pada epidermis. Inti virus ditemukan di semua lapisan
3
epidermis. Pusat replikasi virus ditemukan pada lapisan sel granuler dan
malpigi. Badan molluscum berisi virion dewasa dalam jumlah yang besar.
Virion ini berisi struktur seperti kantung yang kaya akan lipid dan kolagen
yang diketahui dapat menghalangi reaksi imunologis oleh induk. Robekan
terjadi pada pertengahan luka dan keluarnya sel yang telah terinfeksi virus.
MCV merangsang tumor jinak disamping lesi cacar yang biasanya nekrosis
disertai virus cacar yang lain.[4]
Virus bereplikasi dalam sitoplasma di sel epitel, dan sel yang telah
terinfeksi bereplikasi sebanyak dua kali dari rata-rata. Ada banyak gen
MCV yang dapat merusak sistem imun, termasuk (1) homolog dari
kebanyakan histokompatibilitas tingkat 1 rantai berat, dimana dapat
berinterfensi dengan presentasi antigen (2) homolog kemokin yang
menghambat inflamasi dan (3) homolog glutathione peroxide yang dapat
melindungi virus dari bahaya oksidatif dari peroxida.[1]
V.
Gejala Klinis
Moluskum kontagiosum sering memperlihatkan papul kecil merah
muda yang dapat membesar, biasanya membesar hingga 3 cm (giant
molluscum). Seiring pembesarannya, permukaan bentuk kubah dan
morfologi seperti mata kucing dapat semakin jelas. Lesi dapat memiliki
umblikasi, terdapat substansi seperti putih dadih dapat dilihat dengan
tekanan. Pada kebanyakan pasien berkembang beberapa papul, sering pada
tempat yang intertriginosa, seperti aksilla, fossa poplitea, dan panggul. Lesi
pada genital dan perianal dapat berkembang pada anak-anak dan jarang
yang memiliki kaitan dengan hubungan seksual. Lesi ini digolongkan dalam
cluster atau dalam bentuk linear. Biasanya merupakan hasil dari
koebnerisasi atau perkembangan lesi pada trauma. Eritema dan eksema
dapat muncul di sekitar lesi; hal ini disebut Moluskum dermatitis. Papul
dapat menjadi eritematosa, hal ini dipercaya merupakan respon imun dari
VI.
Diagnosis
Berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisis,
dan
pemeriksaan
VIII. Penatalaksanaan
Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi
pada
pasien
imunokompeten.
Sebelum
melakukan
penatalaksanaan
vesicatoria,
yang
merangsang
vesikulasi
pada
c. Tindakan
Pengobatan konvensional, yaitu kuretase dan kriptoterapi,
meskipun kedua pengobatan ini memberi rasa sakit, penggunaan
anastesi topikal dapat menghilangkan rasa sakit. [1]
DAFTAR PUSTAKA
1. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz
SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. Poxvirus infections. 7th edition.2. New York;
McGraw-Hill Medicine 2008; 1911-1913
2. Sterling JC., In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. Rooks
Textbook of Dermatology. Virus infections. 8th edition.2. Cambridge;
Wiley-Balckwell 2010; 25.1-25.15
3. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin:
Clinical Dermatology. Viral diseases. 10th edition. British; Saunders
Elsevier 2006; 367-420
4. Hanson D., Diven DG., Molluscum Contagiosum. Dermatology
Online Jornal 2003; 9 : 2. Boise, Idaho USA. Primary Health
5. Marsal JR., Cruz I., Teixido C., Diez O., Martinez M., Galindo G., et
al. Efficacy an Tolerance of the Topical Application of the Potassium
Hydroxide (10% and 15%) in the Treatment of Molluscum
Contagiosum: Randomized Clinical Trial: Research Protocol 2011;
BMC Infectious Diseases; 11:278
10