Você está na página 1de 5

PENGARUH LAMA PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK BUAH LABU

SIAM (Sechium edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL


TOTAL DAN TRIGLISERIDA TIKUS PUTIH JANTAN
(Effect of Length of Administration Sechium edule Extract on Decreasing
Blood Cholesterol in Male Albino Rats)
Kurnia Agustini*, Azizahwati**, Shanti Marlina**
*Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika, BPPT
**Departemen Farmasi, Universitas Indonesia
Abstract
This experiment was conducted to find out the effect of extract formula contains Chayote fruit
(Sechium edule), one of the plant which can reduce cholesterol and triglycerides blood level, on
male rat induced by high level cholesterol diet. The tested animals were divided into six groups, i.e.
normal group, lovastatin group as comparison, high level cholesterol group, and three level doses
of extract formula (20mg/200gBW, 30mg/200gBW and 40mg/200gBW). Each group consists of 10
healthy male albino Sprague Dawley rats. The rats were fed orally a mixture of 80% yolk and 70%
sucrose to performe a high cholesterol blood level. Extract treatment was given for a long three
weeks and six weeks. Cholesterol and triglyceride blood level were measured by enzimatic method,
using spectrophotometric on wave length of 500 nm. The result shown that the formula contain
chayote fruit extract with three levels of doses variations could significantly (=0.05) reduce
cholesterol and triglyceride level on male rat induced by high cholesterol diet, for a long three and
six weeks treatment. The best result was dose of 40mg/200gBW doses.
Keywords:Length of Administration, Sechium edule Extract, Blood Cholesterol
Naskah diterima tanggal 5 Oktober 2006, disetujui dimuat tanggal 1 Desember 2006
Alamat koresponden:
Puslitbang Farmasi & OT. Badan Litbangkes Depkes. RI, Jl. percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat.
PENDAHULUAN
Salah satu faktor penyebab utama penyakit
jantung koroner adalah tingginya kadar kolesterol dalam
darah. Penyakit Jantung Koroner terjadi karena proses
aterosklerosis, yaitu proses pengerasan dinding pembuluh
darah. Akibat proses ini saluran pembuluh darah,
khususnya pembuluh darah koroner, menjadi sempit dan
menghalangi aliran darah didalamnya (1). Beberapa
penyebab dari hal ini yaitu kelainan genetik, perubahan
pola makan, kurang olah raga dan stress. Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk menurunkan kolesterol dalam
darah yaitu diit, olah raga atau dengan konsumsi obat-
obatan, baik dengan obat-obatan sintetik maupun upaya
alternatif memanfaatkan tanaman obat.
Salah satu tanaman yang dikenal dapat
menurunkan kadar kolesterol secara empiris adalah buah
labu siam (Sechium edule). Buah labu siam biasa
digunakan sebagai sayuran. Dalam pengobatan
tradisional, buah labu siam juga digunakan sebagai obat
penurun panas, memperlancar buang air kecil dan
menurunkan tekanan darah. Serat nabati yang terdapat
pada tanaman ini juga diduga dapat mengurangi
penyerapan kolesterol dalam usus (2). Dari penelitian
terdahulu diketahui bahwa serat nabati tersebut, golongan
pektin, dapat menurunkan kolesterol darah (3). Diduga
labu siam mengandung sejenis alkaloid yang berkhasiat
menormalkan tekanan darah (4).
Dari penelitian terdahulu dinyatakan bahwa buah
labu siam mengandung pektin yang berkadar metoksil
rendah sebesar 0,38% sampai 2,61%, sehingga buah labu
siam dapat dijadikan salah satu sumber serat makanan (5).
Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble
dietary fibers), yang diketahui dapat mencegah
hiperkolesterol, kanker usus besar dan diabetes (6).
Penelitian Soebrata (3) menunjukkan bahwa pektin buah
labu siam sebanyak 5gr/100gr pakan standar dapat
menurunkan kolesterol serum dengan nyata pada tikus
putih jantan. Mekanisme kerja pektin menurut Leveille
(7), efek pektin yang terpenting adalah penurunan
absorbsi asam-asam empedu dan hanya memberikan
penurunan yang kecil terhadap penurunan absorbsi
kolesterol, dimana perubahan pada mikroflora usus tidak
mempengaruhi efek hipokolesterol pektin pada tikus.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan
tanaman berkhasiat obat, akan tetapi sebagian besar
pemakaiannya masih terbatas pada pengalaman yang
diwariskan secara turun temurun. Saat ini penggunaan
tanaman obat perlu dibina agar dapat
dipertanggungjawabkan khasiat dan keamanannya secara
medis. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha
pengembangan tanaman yang tidak lagi hanya
berdasarkan pengalaman namun didukung dengan oleh
pengujian praklinis, seperti uji khasiat dan uji keamanan
Pengaruh Lama Pember|an. (Kurn|a Agust|n|, dkk.}
60
obat, sehingga mutu obat alami dapat terjamin. Ada tiga
aspek penting dalam peningkatan obat alami untuk dapat
diterima dalam pengobatan modern yaitu aspek Fitokimia,
Farmakologi dan Farmasetika.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas
formula campuran ekstrak yang mengandung ekstrak buah
labu siam terhadap penurunan kolesterol dan trigliserida
darah, khususnya pada hewan coba yang telah diinduksi
diit tinggi kolesterol, dengan lama pemberian tiga minggu
dan enam minggu. Data diharapkan dapat menjadi
pelengkap klarifikasi ilmiah sediaan obat dari bahan alami,
khususnya dari aspek farmakologi.
METODE PENELITIAN
BAHAN
Hewan coba tikus putih jantan galur Sprague
Dawley (SD) dengan bobot 150-200 gram, diperoleh dari
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta;
Bahan uji berupa formula antikolesterol yang mengandung
ekstrak buah labu siam dari Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT); Reagen kit diagnostik untuk
penetapan kadar trigliserida dan kolesterol total; Makanan
diit tinggi kolesterol berupa campuran kuning telur (80%)
dan sukrosa (20%); Heparin; Eter; Sediaan kontrol
pembanding Lovastatin
ALAT
Spektrofotometer double beam (Shimadzu),
sentrifugator, mikropipet, eppendorf multipette 4780 dan
pipetman, tabung sentrifugasi, kuvet, sonde lambung,
timbangan hewan, timbangan analitik, alat bedah.
CARA KERJA
1. Persiapan hewan coba
Tikus diaklimatisasi selama dua minggu dengan
tujuan untuk membiasakan terhadap lingkungan dan
perlakuan yang baru. Pada tahap ini dilakukan
pengamatan keadaan umum kesehatan hewan dan
penimbangan berat badan setiap hari.
2. Induksi diit tinggi kolesterol
Campuran sukrosa dan kuning telur diberikan
sebanyak 2,5 gram, sedangkan makanan standar diberikan
sebanyak 15 gram sehari. Makanan diit tinggi kolesterol
dan lemak diberikan satu jam sebelum pemberian bahan
uji, makanan standar diberikan seperti biasa.
3. Perlakuan
Sebanyak 60 ekor tikus jantan dibagi secara acak
menjadi enam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor
yang dibagi menjadi dua perlakuan. Masing-masing
kelompok tersebut adalah:
Kelompok I : Kontrol Normal
Kelompok II : Kontrol perlakuan diit tinggi
kolesterol
Kelompok III : Kontrol pembanding Lovastatin
Kelompok IV : Perlakuan dosis 1 (20mg/
200gBB)
Kelompok V : Perlakuan dosis 2 (30mg/
200gBB)
Kelompok VI : Perlakuan dosis 3 (40mg/
200gBB)
Tiap kelompok perlakuan diberi sampel ekstrak
peroral dua kali sehari. Perlakuan diberikan selama tiga
minggu dan enam minggu. Bahan uji diberikan satu jam
setelah pemberian diit tinggi kolesterol.
4. Pengambilan plasma darah
Pada akhir perlakuan, tikus dibedah dan diambil
darahnya melalui jantung. Kemudian darah disentrifuse
dan dipisahkan plasmanya, selanjutnya penetapan kadar
kolestrol total dan trigliserida dilakukan dengan
menggunakan reagen kit metoda enzimatis.
5. Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah secara statistik
melalui uji kenormalan, uji homogenitas, analisis varian
satu arah (one way anova) dan dilanjutkan dengan uji
beda nyata terkecil (BNT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian sampel ekstrak yang mengandung
ekstrak buah labu siam pada hewan coba bila diberikan
bersamaan dengan makanan tinggi kolesterol dan tinggi
lemak. Oleh karena itu metoda yang dipilih adalah
perlakuan hewan coba melalui pemberian bahan uji dengan
makanan diet tinggi kolesterol secara bersamaan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu,
induksi kolesterol dan trigliserida tinggi pada hewan coba
dilakukan dengan menggunakan sukrosa dan kuning telur.
Kuning telur mengandung 63,5% lemak, yang diantaranya
mengandung 66% trigliserida dan 6% kolesterol. Kuning
telur yang digunakan dari telur ayam ras dengan
kandungan kolesterol paling tinggi yaitu sekitar 732mg/
100g bahan basah (8). Sukrosa diberikan sebagai induksi
tidak langsung, karena karbohidrat apabila tidak digunakan
dapat dikonversi menjadi lemak melalui proses lipogenesis
(9). Pemberian sampel dilakukan dengan cara peroral,
karena bahan uji merupakan obat tradisional yang
biasanya dapat dikonsumsi secara oral. Pemberian sediaan
dengan cara oral merupakan pemberian yang paling mudah
dan tidak mempengaruhi hewan coba secara fisiologis.
Seluruh kelompok diberikan makanan standar dan
minuman yang cukup. Kondisi percobaan diatur agar
hanya perlakuan saja yang mempengaruhi hasil percobaan,
antara lain dengan menimbang konsumsi pangan tikus
setiap hari (15gr/200grBB)
Data hasil pengukuran kolesterol total dan
trigliserida pada keenam kelompok uji, baik pemberian
selama tiga maupun enam minggu, dapat dilihat pada tabel
1 dan tabel 4. Sedangkan diagramnya dapat dilihat pada
Gambar 1 dan 2. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan metoda analisis varian dan metode Beda
Nyata Terkecil (BNT). Dengan metode ini akan dapat
terlihat perbedaan setiap perlakuan antar kelompok dan
apakah perbedaan itu sudah cukup bermakna. Untuk dapat
melakukan uji ini, terlebih dahulu harus dilakukan uji
distribusi normal dan homogenitas (10).
Data hasil percobaan menunjukkan bahwa pada
tiga minggu pertama pemberian bahan uji pada tiga
perlakuan dosis menunjukkan penurunan kadar kolesterol
secara bermakna (=0,05) bila dibandingkan dengan
Jurna| ahan A|am |ndones|a |88N 1412-2855 Vo|. , No. 2, Januar| 2007
61
kelompok kontrol perlakuan yang diberi diit tinggi
kolesterol saja. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan
kontrol normal, perlakuan dosis 1 dan dosis 2 masih
memiliki perbedaan yang bermakna (=0,05). Hal ini berarti
bahwa hingga dosis 30mg/200gBB masih belum cukup
untuk menurunkan kadar kolesterol hingga sama dengan
kelompok normal. Penurunan kadar kolesterol terbesar
ditunjukkan pada dosis 3 (40mg/200gBB). Jika bahan uji
dibandingkan terhadap kelompok standar lovastatin yang
memiliki kadar kolesterol 50,02 + 5,72 mg/dL, maka kadar
yang tidak berbeda bermakna dengannya adalah pada
pemberian dosis 40mg/200gBB, sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian dosis ini menunjukkan efek penurunan
kolesterol yang terbaik.
Hasil yang sama antar kelompok juga terjadi pada
perlakuan selama enam minggu. Dosis 2 dan 3
menunjukkan efek penurunan kolestrol sama dengan
kelompok normal secara statistik. Ketiga dosis uji juga
menunjukkan penurunan kadar kolesterol yang berbeda
bermakna bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan diit
tinggi kolesterol saja. Akan tetapi ada satu fenomena yang
terlihat bahwa dosis 2 dan dosis 3 memberikan penurunan
kadar kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan
lovastatin. Pengolahan statistik menunjukkan bahwa
kadar kolesterol dosis 2 terhadap dosis 3 tidak berbeda
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
perlakuan selama 6 minggu, penambahan dosis menjadi
40mg/200gBB tidak memberikan peningkatan efek yang
berarti. Dengan kata lain, efek dosis 30 mg/200gBB selama
enam minggu sama dengan efek dosis 40mg/200gBB
Data kadar trigliserida pada perlakuan selama tiga
minggu, ketiga kelompok dosis juga memberikan
perbedaan yang bermakna (=0,05) bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol perlakuan yang hanya diberikan
diit tinggi kolesterol saja. Penurunan kadar trigliserida
pada dosis 1 belum memberikan hasil yang sama dengan
kelompok normal. Sedangkan penurunan kadar trigliserida
pada kelompok dosis 2 dan 3 memberikan hasil yang tidak
berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal.
Dosis 40 mg/200 g BB memberikan penurunan kadar
trigliserida terbesar. Sehingga dari data ini dapat dikatakan
dosis 30 mg/200 g BB, dan 40 mg/200 g BB bahan uji memiliki
efek yang signifikan terhadap penurunan kadar trigliserida
darah.
Sedangkan pada perlakuan enam minggu, ketiga
kelompok dosis berbeda bermakna terhadap kelompok
perlakuan diit tinggi kolesterol. Akan tetapi kelompok
dosis 1 dan 2 masih berbeda bermakna dengan kelompok
normal. Dari data perlakuan ini dosis 3 (40 mg/200 g BB)
memberikan hasil penurunan trigliserida yang terbaik.
62
Pengaruh Lama Pember|an. (Kurn|a Agust|n|, dkk.}
Pada percobaan ini, kelompok kontrol yang
digunakan ada tiga, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol
perlakuan dan kontrol obat pembanding. Pada kelompok
kontrol normal, tikus hanya diberikan air suling dan
makanan standar, untuk mengetahui kadar normal
kolesterol dan trigliserida darah tikus yang normal. Pada
kelompok kontrol perlakuan, tikus diberi diit kolesterol
tinggi dan makanan standar, untuk mengetahui
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida darah tikus.
Sedangkan pada kelompok kontrol obat pembanding,
tikus diberikan sediaan lovastatin dan diit kolesterol
tinggi. Lovastatin merupakan obat yang terbukti secara
klinis dapat menurunkan kadar kolesterol dan telah beredar
di pasaran sebagai obat penurun kolesterol. Lovastatin
merupakan inhibitor kompetitif terhadap HMG CoA
reduktase, enzim penentu kecepatan biosintesis kolesterol
dan tidak menurunkan kadar trigliserida darah (Devlin,
1982). Sehingga pada pengukuran kadar trigliserida tikus
coba, hanya digunakan kontrol normal dan kontrol
perlakuan sebagai pembanding.
Secara keseluruhan, dari data tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa makanan tinggi kolesterol yang
disertai dengan pemberian bahan uji, tidak berpengaruh
Kadar Kolesterol Total
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV V VI
Kelompok
m
g
/
d
L
kadar 3minggu kadar 6minggu


KETERANGAN:
I : Kontrol Normal
II : Kontrol perlakuan diit tinggi
kolesterol
III : Kontrol pembanding Lovastatin
IV : Perlakuan dosis 1 (20mg/200gBB)
V : Perlakuan dosis 2 (30mg/200gBB)
VI : Perlakuan dosis 3 (40mg/200gBB)

Gambar 1. Diagram Kadar Kolesterol Hewan Coba setelah Perlakuan 3 Minggu dan 6 Minggu.

Tabel IV. Kadar Trigliserida Rata-rata pada Perlakuan Tiga Minggu dan Enam Minggu

Kadar Trigliserida (mg/dL)
Kelompok Tikus
Tiga minggu Enam minggu
I
II
III
IV
V
VI
Kontrol Normal
Kontrol perlakuan diit tinggi kolesterol
Kontrol pembanding Lovastatin
Perlakuan dosis 20mg/200gBB
Perlakuan dosis 30mg/200gBB
Perlakuan dosis 40mg/200gBB
74,52 + 4,82
117,48 + 5,40
80,64 + 5,39
88,95 + 5,957
78,848 + 10,43
68,76 + 4,37
74,69 + 3,65
126 + 7,66
103,30 + 7,59
97,63 + 4,73
91,34 + 8,03
71,37 + 2,26

Tabel V. Uji Beda Nyata Terkecil terhadap Data Trigliserida Perlakuan Tiga Minggu

Kelompok
Rata-
rata
Kel.I Kel.II Kel.IV Kel. V
Kel.
VI
I
II
IV
V
VI
74,52
117,48
88,95
78,848
68,76
-
-
-
-
-
42,96*
-
-
-
-
14,43*
28,53*
-
-
-
4.32
38,63*
10,10*
-
-
4,24
48,71*
20,19*
10,01*
-
* = berbeda secara bermakna, (Nilai =0,05)

Tabel VI. Uji Beda Nyata Terkecil terhadap Data Trigliserida Perlakuan Enam Minggu

Kelompok
Rata-
rata
Kel.I Kel.II Kel.IV Kel. V
Kel.
VI
I
II
IV
V
VI
74,69
126,47
97,64
91,34
71,37
-
-
-
-
-
51,78*
-
-
-
-
22,94*
28,84*
-
-
-
16,65*
35,13*
6,29
-
-
3,32
55,10*
26,26*
19,96*
-
* = berbeda secara bermakna, (Nilai =0,05)

Jurna| ahan A|am |ndones|a |88N 1412-2855 Vo|. , No. 2, Januar| 2007
63
pada peningkatan kadar kolesterol darah terutama dengan
dosis 30 mg/200 g BB dan 40 mg/200 g BB.
KESIMPULAN
Efek penurunan kolesterol total formula
antikolesterol yang mengandung ekstrak buah labu siam
dengan perlakuan dua kali sehari selama enam minggu
pada dosis 30mg/200gBB dan 40mg/200gBB tidak berbeda
secara bermakna ( = 0,05). Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa formula uji dengan dosis 20mg/
200gBB; 30mg/200gBB; dan 40mg/200gBB dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus
putih jantan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak
pada perlakuan dua kali sehari selama tiga minggu maupun
enam minggu. Penurunan efek sebanding dengan
peningkatan dosisnya. Dosis yang memberikan kadar
penurunan terbesar adalah 40mg/200gBB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tejayadi, S. 1991. Kolesterol dan Hubungannya
dengan Penyakit Kardiovaskuler, Cermin Dunia
Kedokteran, No.37, : 34-35.
2. Hartono, A.. 2001. Cara Lain Turunkan Kolesterol,
Intisari On The Net.
3. Soebrata, M.B. 1995. Dampak Pemberian Pektin Labu
Siam (Sechium edule SW) Terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Serum Darah Tikus, Skripsi Sarjana Kimia,
FMIPA IPB.
4. Rukmana, R.. 1998. Budidaya Labu Siam, Kanisius,
Yogyakarta.11-19.
5. Usman, 1996. Variasi Beberapa Karakter Fisiko Kimia
Pektin pada Berbagai Tingkat Umur Labu Siam
(Sechium edule Sw), Skripsi Sarjana Kimia, F-MIPA
IPB.
6. Koseki, M. et. al. 1990. Effect of Pectin and Lard on
the Production of Shortchain Fatty Acids in the
Cecum, on the Growth of Colonic Bacteria, and on
Liver Cholesterol Level in Rats, Agric. Biol. Chem. 55
(6):1441-1448.
7. Leveille, G.A. and H.E. Saubeuberlich. 1966.
Mechanism of the Cholesterol-depressing Effect of
Pectin in the Cholesterolfed Rat, Journal Nutrition.
88:209-214.
8. Saidin, M. 2000. Kandungan Kolesterol Dalam
Berbagai Makanan Hewani, Buletin Penelitian
Kesehatan, 27(2) : 224-229.
9. Mayes, Peter.A., et.al. Harpers Review Biochemistry,
21
st
Edition, Appleton and Lange, USA, 1988.
10. Bolton S. Pharmaceutical Statistic. Practical and
Clinical Application. 2
nd
Ed. Marcel Dekker Inc. New
York. 1990; 157-162.
Kadar Trigliserida
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV V VI
Kelompok
m
g
/
d
L
kadar 3minggu kadar 6minggu


KETERANGAN:

I : Kontrol Normal
II : Kontrol perlakuan diit tinggi
kolesterol
III : Kontrol pembanding Lovastatin
IV : Perlakuan dosis 1 (20mg/200gBB)
V : Perlakuan dosis 2 (30mg/200gBB)
VI : Perlakuan dosis 3 (40mg/200gBB)
Gambar 2. Diagram Kadar Trigliserida Hewan Coba setelah Perlakuan 3 Minggu dan 6 minggu

64
Pengaruh Lama Pember|an. (Kurn|a Agust|n|, dkk.}

Você também pode gostar