Você está na página 1de 12

ANATOMI HISTOLOGI FISIOLOGI KELENJAR LUDAH 1. Pengertian dan fungsi Ludah Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu : a.

Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan b. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan c. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman d. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer e. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah f. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva g. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh. h. membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah) air ludah melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup 1. KELENJAR SALIVA MAYOR Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbedabeda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). 1.1 Kelenjar Parotis Anatomi: Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkankelenjar saliva lainnya ; Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibular ; Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar

dari muskulus masseter ; Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas ; Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini. Histologi: Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim,fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase ; Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang kecil ; Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata ; Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas ; Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu parotitis epidemika. Fisiologi: Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous ; Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis. 1.2 Kelenjar Submandibularis Anatomi: Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini ; Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid ; Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah. Histologi: Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat ; Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa ; Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang

baik dan panjang ; Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis. Fisiologi: Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat) ; Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak ; Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis. 1.3 Kelenjar Sublingual Anatomi: Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar-kelenjar mayor lainnya ; Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah ; Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya. Histologi: Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat ; Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu. Fisiologi: Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mucous dan konsistensinya kental ; Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis. 2. KELENJAR SALIVA MINOR Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang

menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin. 2.1 Kelenjar Glossopalatinal Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle. 2.2 Kelenjar Labial Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus. 2.3 Kelenjar Bukal Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial. 2.4 Kelenjar Palatinal Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat. 2.5 Kelenjar Lingual Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu : 2.5.1 Kelenjar anterior lingual Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah. 2.5.2 Kelenjar lingual Van Ebner Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata. 2.5.3 Kelenjar posterior lingual Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil. PENYAKIT DAN KELAINAN KELENJAR LUDAH a. Aplasia/agenesis Tidak adanya satu atau lebih kelenjar saliva mayor secara kongenital diistilahkan sebagai aplasia atau agenesis. Biasanya yang terkena adalah kelenjar parotis b. Heterotopia/Ectopia

Hal ini terjadi karena salah letak dari kelenjar saliva pada saat migrasi jalur embrologic selama pertumbuhan. c. Kalkulus kelenjar saliva (sialolit) Walaupun sebagian besar kalkuli terjadi pada kelenjar saliva mayor terutama submandibularis, kalkuli dapat juga terjadi di dalam saluran-saluran kelenjar-kelenjar minor. Penyebabnya jamur, bakteri, atau sel-sel epitel deskuamatif bertindak sebagai nukleus awal klasifikasi progresif. Penderita sering melaporkan terjadinya pembengkakan kelenjar selama 1-2 jam dan rasa tidak nyaman terutama pada waktu makan, Bila pada tingkatan ini tidak diobati sumbatan progresif pada saluran ini dapat menimbulkan sialadenitis bakteriai akut dengan gejala-gejala seperti rasa sakit yang terus menerus, pembengkakan, serta mungkin demam. b. Penyempitan papila atau saluran Edema sebagai akibat inflamasi atau fibrosis karena trauma akut atau kronis pada saluran papila akan membahayakan lumen saluran dan karena itu akan membatasi aliran saliva. c. Mucocele Penyebabnya trauma pada saluran keluar mungkin menjadi penyebabnya.Pembengkakan submukosa yang fluktuan, tidak terasa sakit, dan sering berwarna biru Mucocele merupakan istilah untuk kista kelenjar saliva pada kelenjar-kelenjar saliva minor. Ada dua jenis kista yaitu retensi mukus dan ektravasasi mucus. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histologis dan sebuah lesi yang telah dieksisi yang akan menunjukkan apakah lesi itu merupakan tipe genangan mukus saliva (ekstravasasi) atau, lebih jarang terjadi, sebuah kavitas kista dikelilingi epitel (tipe retensi).

3. Infeksi a. Sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri (sialadenitis bakterial) Sialadenitis supuratif akut terlihat sebagai pembengkakan kelenjar ludah yang menimbulkan rasa sakit akut diikuti oleh keluarnya nanah pada orifis saluran utama.Bakteri yang jarang menimbulkan sialadenitis supurativa adalah aktinomikosis, gonore, sifilis, dan tuberkulosis. b. Parotitis kronis kambuhan pada masa kanak-kanak Parotitis jenis ini dikarakteristikkan oleh berulangnya sialadenitis supurativa yang

mengenai kelenjar parotis.. c. Sialadenitis viral Virus gondongan (mumps) yaitu paramycovirus, adalah virus yang paling sering menimbulkan infeksi pada kelenjar-kelenjar saliva. Tipikal, kelenjar parotis akan terkena, walaupun pada 10% kasus mengenai kelenjar sub mandibulanis, baik tunggal atau sebagai tambahan dari kelenjar parotis.Selain pembengkakan kelenjar, penderita mungkin mengalami demam, lesu, serta sakit kepala, Pada orang dewasa, orkhitis atau oophoritis merupakan komplikasi yang serius yang dapat berakibat pada terjadinya kemandulan. a. Sindrom Sjorgen Sejak Sjorgen pertama kali menerangkan hubungan antara kekeringan mulut, kekeringan mata, dan artritis reumatoid, timbul bermacam-ragam kriteria diagnostik untuk sindrom Sjrgen. Sjorgen yang terkenal, terutama varian primer dan rnereka yang menderita pembengkakan parotis persisten. FibrosisSistik Kelenjar ludah yang terserang penyakit ini memeliki susunan yang abnormal, walaupun secara klinis perubahannya kecil. Kadar Ca 2+ yang meningkat dapat menjadi penyebab naiknya pertumbuhan karang gigi, yang terjadi pada 90 100% penderita fibrosis sistik b. Xerostomia Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva primer atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik atau terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi sindrom Sjorgen, kerusakan pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder dari xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat (Tabel 182). a. Sialorhoea Periode Sementara dan berlebihnya saliva dapat terjadi sehubungan dengan kondisi ulserasi oral yang menyakitkan, seperti gingivostomatitis herpetik atau ulserasi oral yang sering kambuh. ini mungkin merupakan keluhan pasien yang menggunakan gigi palsu atau alat-alat ortodonsi untuk pertama kalinya. Menetesnya air liur (drooling) merupakan masalah yang sudah umum diketahui pada penderita kelainan saraf, terutama keterbelakangan mental, penyakit Parkinson, schizoprenia, dan epilepsi. b. Sialosis

Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis. Penyebab dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Sialosis Juga digambarkan sebagai efek samping sejumlah obatobatan. 6. NEOPLASMA Dikenal banyak Sekali tipe tumor atau neoplasma, baik yang jinak maupun yang ganas. Kelenjar parotis sepuluh kali lebih sering diserang adenoma pleomorfik daripada kelenjar-keleniar lain, kira-kira 75% dan semua neoplasma yang menyerang daerah ini. Walaupun jarang, neoplasma yang terjadi pada kelenjar minor lebih mengkhawatirkan karena kira-kira 50% dan semua lesi pada daerah ini tengolong ganas. Neoplasma pada kelenjar ludah minor biasanya timbul sebagai benjolan yang tidak sakit atau sebagai daerah ulserasi yang terdapat di daerah langit-langit atau bibir. Neoplasma yang timbul di kelenjar parotis, submandibularis atau sublingualis terlihat sebagai benjolan progresif yang cepat membesar. FAKTOR-FAKTOR SEKRESI SALIVA 1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet. 2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas. 3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis. 4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva. menstimulasi sekresi 6. Irama siang dan malam (malam), sekresi saliva menurun

7. Tipe kelenjar

Sekresi masing-masing kelenjar berbeda secara almiah dan kuantitas dari protein dan elektrolit yang berbeda. Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan kepekaan yang berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun berbeda-beda. 8. Diet Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas fungsional kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan pengecapan 9. Umur, Jenis kelamin, dan fisiologis seseorang Anak laki-laki diketahui mempunyai produksi saliva lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh ukuran kelenjar saliva wanita yang lebih kecil dibandingkan laki-laki.Laju alir saliva meningkat dari umur anak-anak sampai remaja dan akan menurun (kira-kira 25%) pada usia tua 10. Kadar hormone Dapat berasal dari aldeosteron, hormone bradikinin, testosterone dan tiroksin 11. Elektrolit 12. Kapasitas buffer 13. Obat-obatan Ada sebagian obat yang dapat meningkatkan sekresi saliva dan ada yang menurunkan sekresi saliva. Contohnya : Antane, Librax, dll. 14. Gerak badan 15. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.

16. stimulasi. Tiga jenis stimulasi yang dapat diberikan untuk merangsang pengeluaran saliva adalah stimulasi ektra oral dengan cara mencium, melihat dan memikirkan makanan atau produk makanan lain 17. Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah Mekanisme Dasar Sekresi Kelenjar: Prinsip dasar sekresi kelenjar : 1. Zat gizi untuk kebutuhan sekresi harus berdifusi secara aktif ditransport dari kapiler masuk ke basis kelenjar. 2. Banyak mutokondria yang menyediakan energi oksidatif untuk pembentukan ATP. 3. Energi dari ATP + zat gizi digunakan untuk sintesis zat-zat organik, terjadi pada RE. 4. Zat yang disekresi mengalir melalui tubulus RE ke Veskel-veskel aparatus golgi. 5. Kemudian zat dipekatkan dan dikeluarkan kedalam sitoplasma dalam bentuk granukla sekresi. 6. Granula dikeluarkan melalui permukaan sekresi kedalam lumen kelenjar. Mekanisme Sekresi Saliva ada 2 fase: Fase I (Asinosa) Terjadi sintesa dan produksi Fase II (Tubuler) Mengubah komposisi saliva menjadi kontraksi sel mioepitel Air dan elektrolit disekresi atau diresorbsi oleh sel strita Sekresi primer, dihasilkan oleh 2 asinus berupa ptilain dan musin. Sewaktu mengalir melalui duktus terjadi 2 proses transport aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva : Ion-ion Na secara aktif diresorbsi dari semua duktus salivatorius (interkalatus) dan ion-ion Na disekresi secara aktif Ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus Hasil akhir, pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion Na dan Cl dalam saliva hanya sekitar 15 meq/ liter, sedangkan ion K 30 meq/ liter, ion bikarbonat 50-70 meq/ liter Regulasi sekresi saliva

Sekresi saliva berada di bawah control syaraf. Rangsangan pada syaraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Syaraf parasimpatik dari nucleus salivatorius superior menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organic yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (Vasoactive Intestine Polipeptide), yang mana polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetil kolin pada sebagian neuron parasimpatis pasca ganglio. Rangsangan syaraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan organic dari kelenjar submandibularis. Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase: 1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori. Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang adrenergic maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun parasimpatis. Rangsang adrenergic menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein, kaya kandungan musin dan berbuih. Rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang kuat dengan kadar protein yang rendah. Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan sekresinya kepada lumen. Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke asinus meningkat sehingga mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva primer. 2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata. Saliva diangkutdari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan isotonic dengan konsentrasi ion yang hamper sama dengan plasma menjadi hipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah. Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata. Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari encer sampai pekat. Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi musin yang diatur oleh saraf kolinergik dan adrenergik.

Neurotransmitter asetilkolin dan parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, sedangkan obat seperti atropinesulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan keringnya mulut. Mekanisme Sekresi Saliva Saat Istirahat

Mekanisme Sekresi Saliva Saat Makan

Você também pode gostar