Você está na página 1de 42

Bahan I Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pelayanan Kesehatan

Nama Kelas Npm : : : Mega Aprilia Puspasari 1IA05 54411379

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan Apakah kebudayaan itu ? mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu, tapi tidak setiap orang dapat menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun,tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi olelh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.

Mata rantai antara kebudayaan dan kesehatan :


Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup sku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudup pandang modern ,tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kbiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusukan bayinya dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi

Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap merka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap oang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC. Bentuk pengobatanyang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis. Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema. Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadp anti biotika. Kebudayaan dan perubahannya . Tentu saja kebudayaan itu tidak statis , kecuali mungkin pada masyarakt pedalaman yang terpencil . Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan biasanya dipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana car-cara hidup mereka tidak berubah selama beberapa generasi, walaupun mereka merupakan sumber data-data bilogis yang penting dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia ke 3 laju perkembangan ini cukup cepat, dengan berkembangnyasuatu masyarakat perkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide tradisional yang turun temurun, sekarang telah di modifikasi dengan pengalamanpengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikap terhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan .Kaum muda dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka menuju kekota. Akibatnya tradisi budaya lama di desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di kontrol dengan tekhnologi, setiap individu didalamnya adalah subjek dari pada tuntutan ini, tergantung darikemampuannya unuk beradaptasi. Hubungan yang selaras antara faktor budaya dan biologis, yang mungkin berkembang sebagai hasil dari faktornlingkungan, dapat dilukiskan dengan cntoh-contoh dari Papua Nugini dan Nigeria.pigbel sejenis penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging oleh sebab itu, cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam usus. Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga kuman clostridia masih dapat berkembang. Makana pokok mereka adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas mengeluarkan racunnya. Dari beberapa faktor budaya diatas,masing-masing faktor berhubungan satu sama lain nya. Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara, secara tradisi memakan garam kurang selama priode nifas, untuk meningkatkan produksi air susunya. Merka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit.leh sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah melahirkan. Diet garam

yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor pencetus terjadinya kegagalan jantung. Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan apakah meberikan dampak yang sangat besar sulit diukur, sebagai contoh kenaikan tekanan darah pada para penduduk yang berimigrasi ke kota. Kenyataan ini tidak dapat di pungkiri .tetapi apakah penyebabnya ? kebudayaan?, lingkungan? Atau biologis? Masih merupakan tanda Tanya. Bila mana budaya itu berubah suatu adaptasi yang sukses tidak hanya tergantng pada Setiap masyarakat faktor lingkungan dan biologis. Kemampuan untuk memodifikasi beberapa segi budaya juga penting. Kebudayaan dan sistem pelayanan kesehatan. Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru di perkenalkan kedalam suatumasyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokokmereka lambat laun akann sadar apakah pengobatan baru tersebut berfaedah , sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu saja. Pelayanan kesehatan yang moderen oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara moderen dan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengna penduduk setempat . ini tidak aan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka . akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka terima. Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus di yakinkan sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberika manfaat yang lebih besar.pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan berfikir dan menerima. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pelayanan Kesehatan Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat. Ada

banyak cara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal. Bahan II BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Pelayanan publik merupakan hal esensial dalam penyelenggaraaan negara. Pelayanan publik termasuk didalamnya pelayanan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial mencakup pelayanan Jaminan sosial, Perumahan, Kesehatan Pendidikan dan Pelayanan sosial personal. Semuanya diorganisir oleh

lembaga/departemen khusus yang dibentuk berdasarkan undang-undang (Suharto, 2007: 15). Pelayanan kesehatan merupakan salah satu tanggung jawab negara dalam mewujudkan tujuan Millenium development goals (MDGs). Oleh karena itu sudah sewajarnya kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar dijadikan sebagai permasalahan utama ketika pelayanannya kurang memuaskan masyarakat. pelayanan kesehatan di Indonesia masih dibawah standard kepuasan pasien terutama mereka yang tidak punya akses khusus pada pelayanan tersebut. Undang-undang tentang kesehatan dan berbagai kebijakan telah di undangkan, namun pelayanan kesehatan hingga kini masih menuai banyak permasalahan, kenapa demikian dan bagaimana mengatasai masalah tersebut?, dua pertanyaan inilah yang akan dibahas dalam makalah ini B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran pelayanan kesehetan di Indonesia? 2. Bagaimana hubungan budaya terhadap pelayanan kesehatan?

3. Bagaimana hubungan unsur politik terhadap pelayanan kesehatan ? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan gambaran pelayanan kesehatan diindonesia,serta menjelaskan bagaimana pengaruh unsure budaya dan politik terhadap permasalahan pelayanan kesehatan di indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya,politik dan pelayanan kesehatan Apakah kebudayaan itu ? mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu, tapi tidak setiap orang dapat menjelaskannya. Sebagian orang menjelaskan bahwa kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun,tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah mempengaruhi kebudayaan lain.

1. Proses Terbentuknya Budaya Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1] Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2] Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentukbentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang

terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Berikut ini adalah pengertian dan definisi politik menurut beberapa ahli: ROD HAGUE Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya ANDREW HEYWOOD Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama Pelayanan publik merupakan hal esensial dalam penyelenggaraaan negara. Pelayanan publik termasuk didalamnya pelayanan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial mencakup pelayanan Jaminan sosial, Perumahan, Kesehatan Pendidikan dan Pelayanan sosial personal. Semuanya diorganisir oleh

lembaga/departemen khusus yang dibentuk berdasarkan undang-undang (Suharto, 2007: 15).

2. Konsep- konsep yang Relevan dengan Budaya

a.

Holisme / Seutuhnya Antropologi percaya bahwa kebudayaan adalah fungsi yang terintegrasi seluruhnya dengan bagian interelasi dan interdependensi. Demikian juga budaya lebih baik dipandang dan dianalisa secara menyeluruh. Berbagai komponen dari budaya seperti politik, ekonomi, agama, persaudaraan dan system kesehatan, melakukan fungsi yang terpisah tetapi kemudian bercampur membentuk perbuatan yang menyeluruh. Jadi untuk mengetahui system dari seseorang harus memandang masing-masing hubunganya dengan orang lain dan dari keseluruhan kulturnya. (Benedict, 1934) Peubahan budaya biasanya mengundang tantangan tantangan baru dan berbagai masalah. Perubahan meliputi adaptasi kreatif dari perilaku yang terdahulu yang disebabkan Karena bahasa, adapt, kepercayaa, sikap, tujuan, undang undang, tradisi dank ode moral. Pada saat yang terdahulu sudah keluar dari mode atau kurang bias diterima dan menjadi sum,ber konflik yang potensial (Elling, ((1977).

b.

Enkulturasi Adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai. Melalui proses ini oran bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri. Anak-anak melihat orang tua dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi perilaku. Pola- pola perilaku menyajikan penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan seperti, dilahirkan, maut, remaja, hami, membesarkan anak, sakit penyakit. c. Etnosentris Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat penting bagi perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang terbaik dan menganggap ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang rendah. d. Stereotip Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang dibeasar besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media massa dan ilmu kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran seseorang. e. Nilai nilai Budaya Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk kepercayaan bagaimana seseorang harus perperilaku , kepercayaan adalah sesuatu pertanyaan yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau tidak boleh berlandaskan kenyataan empiris. Salah satu elemen yang paling penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama sama memiliki budaya yang paling penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama memberikan stabilitas dan keamanan budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua orang bersama sama memiliki budaya yang serupa dan pengalamanya cenderung serupa, nilai nilai mereka akan serupa , walaupun dua orang tersebut tidak mungkin pola nilai yang tetap serupa , namun mereka cukup serupa untuk mengenal kesamaan dan utuk mengidentifkasi yang lain sama sepeti saya (Gooenough, 1966)

3. Unsur Unsur Budaya Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: 1.alat-alat teknologi 2.sistem ekonomi

3.keluarga 4.kekuasaan politik

4. Perbedaan Budaya Sesungguhnya karena tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan memiliki standart pereilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku mereka. a. Kolektifitas Etnis Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka ( Harwood, 1981 ) b. Shok Budaya Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya ber beda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger, 1976). Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat. c. Pola Komunikasi Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana,

bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya. d. Jarak Pribadi dan Kontak Jarak pribdi adalah ikatan yang tidak terlihat dan flesibel. Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi. e. Padangan Sosiokultural Tentang Penyakit dan Sakit Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan masalah masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, setatus kesehatan, dan pola pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang berbeda beda. Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan ( Elling, 1977 )

Definisi Politik Politik merupakan Ilmu yang mempelajari Politik, untuk mengetahui lebih lanjut maka perlulah diketahui definisi Politik itu sendiri, yaitu:

1. Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau

negara)

yang menyangkut proses menetukan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. (Miriam Budiarjo) 2. Politik menyangkut who gets what, when, and how (Harold Laswell) 3. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masayarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. ( Ramlan Surbakti )

Dari bermacam- macam definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang di kehendaki.

Konsep Dasar Politik Sehubungan dengan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka kita mengenal adanya konsep-konsep dasar Politik, yaitu: 1. Negara Menurut Prof. Miriam Budiarjo, Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control) monopolistis dari kekuasaan yang sah. Menurut Roger H. Soltau, Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat. Syarat berdirinya suatu negara adalah memiliki wilayah, penduduk, pemerintah, dan kedaulatan. Sifatsifat Negara adalah memaksa, monopoli, dan mencakup semua. Sedangkan tujuan akhir negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common wealth). 2. Kekuasaan Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan /tujuan dari perilaku.(Miriam Budiarjo) Menurut Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. Sedangkan menurut W.A Robson dalam The University Teaching of Social Sciences: Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Focus perhatian sarjana ilmu politiktertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu. 3. Pengambilan Keputusan Keputusan (decision) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah Pengambilan Keputusan (decision making ) menunjuk pada proses

memilih berbagai aternatif yang ada untuk kebijakan publik. Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan yang mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakasanaan-kebijaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut (Miriam Budiarjo). The process of making government policies (Ranney) 4. Kebijaksanaan Umum (public policy) Merupakan suatu keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan caa-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijsanaan tersebut memiliki kekuasaan untuk melaksanakannya. (Miriam Budiarjo) 5. Pembagian (distribusi) dan alokasi (allocation) Merupakan pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Menurut para ahli politik membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat dan seringkali pembagian ini tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.

B. Pelayanan Kesehatan di Indonesia Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, namun sering terjadi dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang baik hanya diberikan bagi kalangan masyarakat yang mampu sedangkan masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan pasien sebagai pelanggan dan menjadi fokus pelayanan, yang berarti kepuasan, keselamatan dan kenyamanan merupakan hal utama bagi pasien. Harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mencakup pelayanan yang indikatif dan bermutu, Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. (UU Kesehatan No.23 tahun 1992 dalam bukunya Soekidjo Notoatmodjo, 2007 :3).Hal tersebut berarti bahwa

kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan social saja, tetapi juga diukur dari produktifitasnya. Dalam rangka untuk mewujudkan kesehatan dilakukan upaya kesehatan, yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2007 : 8).Upaya mewujudkan kesehatan dilihat dari dua aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yaitu aspek kuratif dan rehabilitative sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek juga yaitu aspek preventif dan promotif.Hal tersebut dapat diartikan bahwa upaya untuk mewujudkan kesehatan dilakukan secara komprehensif, oleh sebab itu upaya kesehatan promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau individu harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal.

C. Hubungan Kebudayaan dengan Pelayanan Kesehatan Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakitpenyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap merka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap oang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC. Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis. Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema. Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadp anti biotika. Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru di perkenalkan kedalam suatu masyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokok mereka lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut berbeda

, sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu saja. Pelayanan kesehatan yang moderen oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara moderen dan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengna penduduk setempat . ini tidak aan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka . akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka terima. Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus di yakinkan sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberika manfaat yang lebih besar.pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan berfikir dan menerima. Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal.

D. Politik terhadap pelayanan kesehatan Terdapat beberapa kasus tentang pelayanan kesehatan di Indonesia, ironisnya kasus tersebut selalu menunjukkan betapa buruknya pelayanan kesehatan di Negeri ini meskipun telah dibentuk badan ombusdman yang bertugas mengawasi jalannya pelayanan publik saat ini. Di bentuk standart operatinal programme (SOP) yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan. Namun demikian masih ditemukan permasalahan-permasalahan yang seakan menunjukkan rendahnya komitmen pemerintah dalam menjalankan instrumen yang mereka buat sendiri. Tahun 2004 dikejutkan dengan laporan hasil penelitian Governance and Desentralization Survey (GDS) tahun 2002 yang menimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Fakta lain menunjukkan bahwa Sejak periode November 1998 hingga Juli 2003, Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), telah mencatat 257 kasus pengaduan dari masyarakat tentang buruknya pelayanan kesehatan. Sebanyak 30 persennya adalah dugaan adanya mal praktik (Harsono&Worotikan, 2004). Pelayanan kesehatan yang seharusnya diprioritaskna bagi mereka yang kurang ternyata hanya isapan jempol belaka. Banyak kasus ditemui bahwa mereka yang kurang mampu mendapatkan pelayanan yang buruk, bahkan di salah satu kabupaten di Madura beredar stigma bahwa pelayanan kesehatan di RSUD setempat sangat buruk dan banyak pasien yang meninggal gara-gara buruknya pelayanan. Pelayanan yang bagus hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai akses khusus atau mereka yang mempunyai relasi dengan pengelola (pengamatan penulis). Permasalahan yang terjadi dalam pelayanan sosial khusus pelayanan kesehatan di indonesia saat ini sesungguhnya sejak lama telah ditemukan indikatornya, namun hal ini tidak mudah untuk diselesaikan karena sudah menjadi sebuah sistem dalam penyelenggaraan program bahkan dalam birokrasi kita. Sebagaimana kita pahami, meskipun reformasi sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun, situasi dan kondisi ternyata tidak jauh berbeda dengan masa orde baru. Hal ini disebabkan sulitnya membongkar konspirasi negatif dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam pelayanan kesehatan. Hasil survey Governance and Desentralization Survey (GDS) tahun 2002 menunjukkan salah satu permasalahan dalam pelayanan publik di Indonesia adalah adanya kesempatan yang mendukung terjadinya konspirasi yang berujung KKN. Menariknya lagi apa yang disampaikan Prof. Susetiawan bahwa reformasi bukannya meruntuhkan spirit orde baru, hanya mengganti nama rezim yang lebih populis, akan tetapi sistem dan spirit yang

diusung masih saja mewarnai rezim pemerintahan saat ini, sehingga tidak mengherankan apabila ditemukan kasus-kasus klasik sebagaimana pada masa orde baru. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini dipakai pendekatan sistem politik dan pendekatan birokrasi. Implementasi program pelayanan kesehatan di Indonesia yang merupakan salah satu wujud intervensi pemerintah untuk memujudkan kesejahteraan masyarakat membutuhkan dukungan dari sistem politik yang kuat. Untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, diperlukan kemampuan sistem politik dalam menghadapi permasalahan dan tantangan aktual dalam negara. Bagaimana sistem politik kita menyikapi tuntutan masyarakat khususnya dalam pelayanan sosial bidang kesehatan. Dalam perspektif ini terdapat pandangan menarik dari Gabriel Almond, bahwa kemampuan sistem politik (Political system capabilities) dapat diukur dengan beberapa indikator. Pertama kemampuan sistem politik dalam ekstraksi sumberdaya, Baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia bahkan sumberdaya sosial. Kedua kemampuan regulatif, bagaimana sebauh negara mampu mengendalikan perilaku warga negaranya dengan regulasi yang berlaku termasuk dalam perilaku hukum, ekonomi, sosial dan politik. Ketiga kemampuan responsif, bagaimana tingkat responsifitas pemerintah dalam merespon permasalahan yang sedang terjadi dalam masyarakat. Ketiga kemempuan distributif, dalam pemerataan hasil-hasil pembangunan dll, termasuk pemerataan pendapatan, pemerataan lapangan pekerjaan dll. Keempat kemampuan simbolik. Kelima kemampuan dalam dan luar negeri, ketika semua kapabilitas dalam negeri maka kapabilitas tersebut akan memancar dan berpengaruh dalam dunia internasional. Permasalahan dalam pelayanan kesehatan saat ini berkutat masalah buruknya pelayanan, harga obat-obatan yang mahal, mal praktik hingga diskriminasi pelayanan. Tentu saja ini menyangkut permasalahan regulasi pemerintah khususnya pedoman teknis pelaksanaan sebuah kebijakan. Standard pelayanan yang sudah ditentukan terkadang tidak dilaksanakan oleh petugas pelayanan dikarenakan : tidak ada sanksi tegas dari pihak supervisi pelaksana pelayanan sehingga pelanggaran oleh palaksana seringkali dilakukan karena tidak ada sanksi tegas. Hal ini sejalan dengan pemikiran George Homans tentang keterulangan perilaku, menurutnya ketidak jelasan Punismant (sanksi) menyebabkan keterulangan pelanggaran. Dalam hal ini kapabilitas regulatif pemerintah masih sangat rendah karena tidak mampu mengendalikan perilaku para pelaksana pelayanan kesehatan. Secara distributif, terjadi ketidakmerataan pendistribusian

pelayanan, sehingga kelompok tertentu tidak mendapatkan pelayanan yang layak. Bahkan belakangan memunculkan istilah orang Miskin dilarang sakit, karena buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia yang sangat tidak berpihak pada golongan miskin. Buruknya pelayanan kesehatan telah lama menjadi permasalahan publik di Indonesia, namun demikian kapabilitas responsif pemerintah masih sangat rendah, hal ini terbukti dengan berlarut-larutnya permasalahan tersebut. Seharusnya pemerintah responsif atas permasalahan dengan mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan analisis di atas dapat kita pahami bahwa permasalahan pelayanan kesehatan di indonesia di sebabkan oleh sistem yang lemah serta komitmen birokrasi yang rendah. Untuk itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan reformasi birokrasi khususnya yang menangani masalah pelayanan kesehatan. Reformasi birokrasi ini mengedepankan akuntabilitas, transparansi, selain itu juga diperlukan pemenuhan empat syarat utama efektifitas dan efisiensi implementasi kebijakan, yaitu komunikasi yang baik, sumberdaya yang berkualitas, disposisi yaitu karakteristik implementor yang jujur, komitmen dan bertanggung jawab serta struktur birokrasi yang kondusif. Selanjutnya, masalah ini tidak hanya bersumber dari implementor atau oknum pelaksana, melainkan juga sangat ditentukan oleh sistem yang menaunginya. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilaksnakan melakukan: pertama reformasi birokrasi. Termasuk, mengembangkan sistem penggajian untuk perbaikan penghasilan PNS, termasuk di RS dan puskesmas yang terkadang tidak mengenal jam kerja. Kedua Penerapan sistem reward dan punishment sehingga setiap petugas kesehatan akan sangat menyayangi dan mencintai profesinya. Ketiga Pemberian keleluasaan kepada instansi pelaksana pelayanan kesehatan misalnya RS pemerintah dan puskesmas untuk mengelola keuangannya sendiri. Keempat . Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus lebih peduli akan permasalahan yang dihadapi RS dan puskesmas. Dengan penerapan langkahlangkah diatas diharapkan pelayanan kesehatan di Indonesia lebih efektif dan efisien. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya intervensi pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, upaya ini merupakan respon atas situasi krisis ekonomi yang disinyalir menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat termasuk kesehatan. Menyikapi situasi demikian, pemerintah meluncurkan beberapa program diantaranya program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan

(JPS-BK) pada 1998. Program ini didukung oleh sarana pelayanan kesehatan meliputi Bidan desa, Puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Pelayanan kesehatan sebagai bentuk intervensi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan membutuhkan daya dukung yang memadai, baik sarana dan prasarana maupun kualitas sumberdaya. Meskipun telah didukung dengan berbagai Undangundang dan kebijakan pemerintah, ternyata pelayanan kesehatan di indonesia masaih saja menyisakan permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi diskriminasi pelayanan, ketidakpastian biaya dan prosedur, birokrasi yang berbelit serta buruknya kualitas pelayanan medisnya bahkan dari data diatas banyak juga yang menjadi korban mallpraktik.

Menyikapi hal tersebut kiranya perlu dilakukan reformasi birokrasi guna menciptakan birokrasi yang bersih, akuntabel dan transparan dalam memberikan pelayanan. Hal ini dapat dilakukan apabila kapabilitas pemerintah khususnya kapabilitas regulatif, kapabilitas distributif dan kapabilitas responsif mampu dimaksimalkan. Lingkungan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab akan menciptakan budaya kerja yang bersih juga, termasuk dalam pelayanan kesehatan. Dengan adanya pembenahan pada level sistem dan oknum birokrasi diharapkan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lagi ditemukan diskriminasi dan ketidakadilan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
pelayanan kesehatan di indonesia dinilai sangat buruk. Meskipun telah di undangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan namun pelayanan kesehatan di Indonesia masih menuai banyak permasalahan. Buruknya pelayanan publik (termasuk pelayanan kesehatan) di Indonesia bukanlah hal baru di negeri ini. Bahkan survey internasional mengungkap hal tersebut, World Development Report 2004 dan hasil penelitian Governance and Desentralization Survey (GDS) tahun 2002 menyimpulkan bahwa pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah

Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan ,mulai dari perkenalan program kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal. Permasalahan dalam pelayanan kesehatan saat ini berkutat masalah buruknya pelayanan, harga obat-obatan yang mahal, mal praktik hingga diskriminasi pelayanan. Tentu saja ini menyangkut permasalahan regulasi pemerintah khususnya pedoman teknis pelaksanaan sebuah kebijakan

B. Saran
Pelayanan kesehatan sebagai bentuk intervensi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan membutuhkan daya dukung yang memadai, baik sarana dan prasarana maupun kualitas sumberdaya. Menyikapi hal tersebut kiranya perlu dilakukan reformasi birokrasi guna menciptakan birokrasi yang bersih, akuntabel dan transparan dalam memberikan pelayanan. Lingkungan pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab akan menciptakan budaya kerja yang bersih juga, termasuk dalam pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya 2. http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html#cara 3. http://www.teguhsantoso.com/2011/04/pengertian-dan-definisi-politik.html 4. http://roudhzmee.wordpress.com/2009/01/01/pengertian-ilmu-politik-politik-dankonsep-dasar-ilmu-politik/ 5. http://carapedia.com/pengertian_definisi_politik_menurut_para_ahli_info483.html .Seni n, 6. http://sosialcorner.com/buruknya-pelayanan-kesehatan-sebuah-anomali-pelayanansosial-di-indonesia . 7. http://www.masbied.com/2011/09/09/pengaruh-sosial-budaya-terhadap-pelayanankesehatan/

KONSEP PELAYANAN KESEHATAN

A. Pendahuluan Tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia tidak bisa dipisahkan dari Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini dan masa depan. Demikian pesatnya kemajuan sains seiring perubahan waktu. Hampir tidak terelakan lagi, aspek kehidupan harus menyesuaikan dengan arah perubahan tersebut. Pelayanan kesehatan pun demikian, sebagai akibat dari pergeseran pemanfaatan sumber daya yang menuntut efisiensi dan akselerasi. Relevansi dengan penyediaan pelayanan kesehatan saat ini, maka dipandang perlunya reformasi pelayanan kesehatan kearah layanan publik yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan, bukan pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan itu sendiri. Pendeknya pergeseran pola pelayanan dari produk yang ditentukan oleh lembaga kesehatan melalui programprogram yang dijabarkan oleh pemerintah ke arah pelayanan kesehatan yang bertumpu pada mekanisme pasar. Terapan konsep pelayanan kesehatan terdahulu pula, kala itu perhatian pada dimensi tehnis pelayanan kesehatan, lebih dominan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bila dibandingkan dengan aspek manajemen itu sendiri. Adanya asumsi pimpinan lembaga kesehatan bahwa, untuk memudahkan pencapaian tujuan pelayanan kesehatan maka daya dukung sumberdaya harus disesuaikan dengan prosedur tehnis, guna memperkecil kemungkinan hambatan yang terjadi saat produktifitas. Sejalan kemajuan waktu, capaian kinerja pelayanan belum menunjukan akselerasi dengan pendekatan tehnis yang telah ditetapkan oleh kebijakan lembaga itu sendiri. Kesalahan berpikir pimpinan, menjadi kurang optimal dalam pelayanan kesehatan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan bersifat kaku, mekanistik dan lambat dalam pengendalian produktifitas. Kondisi ini cenderung menciptakan organisasi klasik yang tidak berorientasi masa depan. Bertolak dari gambaran sebagaimana yang telah dipaparkan diatas menjadi suatu asupan dalam memudahkan pengelolaan suatu pelayanan kesehatan. Saat ini penemuan-penemuan baru dalam kaitan pelayanan kesehatan, telah memperdalam pengembangan metode praktis pelayanan publik. 3.1. Defenisi Pelayanan Kesehatan.

1. 2.

3.

4.

5.

Defenisi pelayanan kesehatan cukup beragam pendapat dari para pakar. Salah satunya yang disampaikan oleh Levey dan Loomba (1973). Beliau mengatakan bahwa pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Dari defenis tersebut diatas dapat di peroleh bahwa ciri pelayanan kesehatan mengandung hal-hal sebagi beriut : Usaha sendiri Setiap usaha pelayanan kesehatan bisa dilakukan sendiri ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan dokter praktek. Usaha lembaga atau organisasi. Setiap usaha pelayanan kesehatan dilakukan secara kelembagaan atau organisasi kesehatan ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas. Memiliki tujuan yang dicapai Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam sebagai hasil ahir pelayanan yang pada tujuan pokoknya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau person. Lingkup Program Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau gabungan dari kseluruhan. Sasaran pelayanan. Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda, tergantung dari program yang akan dilakukan, bisa untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara umum Sesuai dengan batasan yang seperti ini, segera dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini amat ditentukan oleh : 1. Perorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi. 2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau kombinasi dari padanya. 3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan. Secara umum yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga ataupun masyarakat (Asrul Aswar, 1996) Tiga faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan menurut azwar (1996). Pertama, unsur masukan meliputi tenaga medis, dana dan sarana yang tersedia sesuai kebutuhan. Kedua, unsure lingkungan meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen. Ketiga, unsur proses meliputi tindakan medis dan tindakan non medis sesuai standar profesi yang telah ditetapkan. Sekalipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya namun jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas 2. bentuk dan jenis pelayanan

kesehatan tersebut, jika dijabarkan dari pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah : 1. Pelayanan kedokteran Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat. Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan dalam bagan .1. Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat dilihat dari rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan pada table .1. Bagan .1 Pembagian pelayanan kesehatan

Table .1 Perbedaan pelayanan kedokteran dengan pelayanan kesehatan masyarakat PELAYANAN KEDOKTERAN Tenaga pelaksananya terutama adalah dokter Perhatian utamnya pada penyembuhan penyakit Sasaran utamnya adalah perseorangan atau keluarga Kurang memperhatikan efisiensi Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etik dokter Menjalankan fungsi perseorangan dan terikat dengan undang-undang Penghasilan diperoleh dari imbal jasa Bertanggung jawab hanya pada PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT Tenaga tenaga pelaksananya terutama adalah ahli kesmas Perhatian utamnya pada pencegahan penyakit penyakit Sasaran utamnya adalah masyarakat keseluruhan Selalu memperhatikan efisiensi Menarik perhatian masyarakat misalnya penyuluhan masyarakat Menjalankan fungsi mengorganisir masyarakat dan didukung dengan undang-undang Penghasilan merupakan gaji dari

penderita Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan. Masalah administrasi sangat sederhana.

pemerintah Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat Dapat memonopoli upaya kesehatan Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan.

1.

2.

3.

4.

5.

Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud ialah : Tersedia dan berkesinambungan Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakakt adalah setiap saat yang dibutuhkan. Dapat diterima dengan wajar Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate) artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. Mudah dicapai Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. Mudah di jangkau Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. Bermutu Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di tetapkan. Masalah Pelayanan Kesehatan

1.

2.

a. b.

Sayangnnya sebagai akibat perkembangan ilmu dan tekhnologi kedokteran kelima persyaratan pokok ini sering kali tidak dipenuhi. Dengan telah berkembangnnya ilmu dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam pelayanan kesehatan. Perubahan yang seperti ini di satu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan seperti misalnya meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari makin menurunnya angka kesakitan, cacat, dan kematian serta meningkatnya umur harapan hidup rata-rata. Tetapi di pihak lain, perubahan yang seperti ini ternyata juga mendatangkan banyak masalah sebagai berikut : Terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan Timbulnya pengkotakan dalam pelayanan kesehatan (fragmented health services), erat hubungannya dengan munculnya spesialisasi dan sub spesialisasi dalam pelayanan kesehatan. Dampak negative yang ditimbulkan ialah menyulitkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang apabila, berkelanjutan pada gilirannya akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Berubahnya sifat pelayanan kesehatan Perubahan ini muncul sebagai akibat telah terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan, yang pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter pasien. Sebagai akibat munculnya spesialis dan sub spesialis menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh. Perhatian tersebut hanya tertuju kepada keluhan dan ataupun organ tubuh yang sakit saja. Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, jika diketahui bahwa pada saat ini telah banyak dipergunakan pula berbagai peralatan kedokteran canggih. ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai peralatan kedokteran canggih tersebut, dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang merugikan, yakni : Makin renggangnya hubungan dokter dan pasien antara dokter dan pasien telah terdapat suatu tabir pemisah yakni berbagai peralatan kedokteran yang dipergunakan tersebut. Makin mahalnya biaya kesehatan keadaan yang seperti ini mudah diperkirakan akan menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Kedua perubahan dengan dampak negative tersebut mau tidak mau akan mempengaruhi mutu pelayanan. Pelayanan Kesehatan yang hanya memperhatikan organ tubuh saja, tentu tidak akan berhasil secara sempurna menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita seseorang. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Dan Terpadu Menyadari bahwa pelayanan kesehatan yang berkotak-kotak bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, maka berbagai pihak berupaya mencari jalan keluar yang sebaikbaiknya. Salah satu dari jalan keluar tersebut ialah memperkenalkan kembali bentuk pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu (comprehensive and integrated health services). Pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ada dua macam. Pertama, pelayanan kesehatan yang berhasil memadukan barbagai upaya kesehatan yang ada di masyarakat yakni, pelayanan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakitbserta pemulihan kesehatan. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis pelayanan ini diselenggarakan bersamaan. Kedua, pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach). Jadi tidak hanya memperhatikan keluhan penderita saja, tetapi juga berbagai latar belakang social ekonomi, social budaya, social psikologi, dan lain sebagainya. Suatu pelayanan kesehatan

disebut sebagai pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila pendekatan yang dipergunakan memperhatikan berbagai aspek kehidupan dari para pemakai jasa pelayanan kesehatan. Tergantung dari filosofi serta perkembangan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh suatu Negara, maka upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pelayana kesehatan yang menyeluruh dan terpadu ini agak berbeda. Secara umum upaya pendekatan yang dimaksud dapat dibedakan atas dua macam yakni, 1. Pendekatan institusi Jika pelayanan kesehatan masih bersifat sederhana maka kehendak untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dilakukan melalui pendekatan institusi (institutional approach). Dalam arti penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan dalam satu atap. Disini setiap bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dikelolah dalam satu instuisi kesehatan saja. 2. Pendekatan system Tentu mudah untuk dipahami untuk Negara yang pelayanan kesehatannya telah berkembang dengan pesat, pendekatan institusi telah tidak mungkin di terapkan lagi. Akibat makin kompleknya pelayanan kesehatan adalah mustahil untuk menyediakan semua bentuk dan jenis pelayanan dalam suatu institusi. Bukan saja akan menjadi terlalu mahal, tetapi yang terpenting lagi akan tidak efektif dan efisien. Disamping memang dalam kehidupan masyarakat moderen kini, telah terdapa apa yang disebut dengan spesialisasi, yang apabila dapat diatur dan dimanfaatkan dengan baik, akan dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan. Dalam keadaan yang seperti ini, kehendak untuk mewujudkan pelayanan keserhatan yang menyeluruh dan terpadu di lakukan melalui pendekatan system (system approach) pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu yang dsiterapkan saat ini, adalah dalam arti system. Disini pelayanan kesehatan di bagi atas beberapa strata,untuk kemudian antara satu strata dengan strata lainnya, di ikat dalam satu mekanisme hubungan kerja, sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan yang terpadu. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap Negara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat di kelompokkan menjadi tiga macam yakni : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama Yang di maksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primery health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan. 2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan tersediannya tenaga-tenaga spesialis. 3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga Yang di maksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih compleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenagatenaga sub spesialis. Sistem Rujukan

Adapun yang dimaksud dengan system rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam SK mentri Kesehatan RI no. 32 tahun 1972 ialah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku diindonesia telah pula ditentukan. System kesehatan nasional membedakannya atas dua macam yakni : 1. Rujukan kesehatan Rujukan ini di kaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan dibedakan atas 3 macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional. 2. Rujukan medik Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikin rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran.

Bagan 2. Rujukan pelayanan kesehatan

Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan. Secara sederhana, kedua macam rujukan ini dapat di gambarkan dalam bagan 2. Apabila system rujukan ini dapat terlaksana, dapatlah diharapkan terciptannya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Beberapa manfaat juga akan diperoleh yang jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut : 1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan, manfaat yang akan diperoleh antara lain : a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

b. c. 2. a. b.

Memperjelas system pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan mamfaat yang akan diperoleh antara lain : Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.

3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara kesehatan manfaat yang akan di peroleh antara lain : a. Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semgangat kerja, ketekunan dan dedikasi. b. Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin. c. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu. Berbagai program dan kegiatan di bidang pelayanan kesehatan telah dilakukan pemerintah dan swasta disetiap Negara, namun tidak seluruh penawaran pelayanan kesehatan dimanfaatkan oleh masyarakat, disebabkan adanya berbagai masalah di bidang ekonomi dan sosial budaya yang menghambat akses mereka menuju tempattempat pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat yang mempunyai nilai-nilai tradisional, kemungkinan prioritas pilihan pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan ritual sebagai perwujudan kepercayaan yang mereka miliki, sedangkan pelayanan kesehatan diletakkan sebagai prioritas yang kurang penting. Cara pandang tentang sakit adalah bagian dari kutukan Tuhan, karena tingkah laku mereka kurang berkenan baik oleh sesama, alam, maupun pencipta. Pilihan sebagai keputusan menimbulkan biaya oportunis berupa; (1) seluruh atau sebagian pendapatan keluarga digunakan untuk membiayai acara-acara ritual, dan (2) hilangnya kesempatan memperoleh pelayanan kesehatan dan manfaat lainnya di keluarga. Pada tingkat pasar, pelayanan kesehatan berkompetisi dengan pelayanan tradisional dilayani para dukun atau paranormal, dan konsumen berperilaku tradisionil sangat mungkin meminta pelayanan dukun untuk mengobati penyakitnya sebagai pelayanan substitusi dari pelayanan kesehatan modern. Jika pada pelayanan tradisional pasien merasa tidak sembuh, selanjutnya meminta pelayanan kesehatan modern sebagai alur rujukan. Setiap tahap pelayanan (tradisional dan modern) menimbulkan biaya yang ditanggung oleh pasien maupun keluarganya. Bagi ibu hamil, bersalin dan nifas yang merupakan anggota masyarakat tradisional, kemungkinan sulit terhindar dari siklus pengobatan tradisional, sebagaimana fenomena empiris, dan jika dikaji secara ekonomis menimbulkan biaya yang tidak sedikit baik pada tataran individu maupun masyarakat. Masyarakat pada suatu kelompok etnis yang memiliki nilai-nilai tradisional berupa kepercayaan bahwa ada kekuatan supernaturalistik, turut mempengaruhi proses kehidupan seseorang. Untuk menyeimbangkan kekuatan supernaturalistik dengan proses kehidupan seseorang atau masyarakat, dilakukan acara-acara ritual. Pelaksanaan acara ritual, menimbulkan biaya sebagai beban individu dan masyarakat, berlanjut pada penurunan kemampuan dan keinginan membayar (ability to pay dan willingness to pay) pemenuhan kebutuhan kesehatan dan non kesehatan di keluarga.

Budaya juga dapat membentuk kepribadian seseorang. Hal ini tercermin dari persepsi mereka tentang suatu obyek maupun fenomena disekitarnya. Persepsi mereka tentang kinerja provider, harus sesuai dengan harapan yang mereka miliki. Harapan sebagai derivasi kebutuhan bukan saja pada aspek medis, tetapi aspek non medis yang berhubungan dengan tingkat kepuasan sesuai nilai-nilai budaya pasien. Aspek non medis belum diletakkan sejajar dengan aspek medis dalam konsep pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Konsep pelayanan kesehatan menurut provider adalah menerapkan standar pelayanan sesuai etika dan profesi medis. Kesenjangan antara harapan sebagai kebutuhan konsumen dengan kenyataan yang diterima pengguna pelayanan kesehatan ibu dan anak, akan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat. Dalam masyarakat tradisional yang mempunyai nilai-nilai tradisi, hubungan keagenan tidak hanya pada pasar pelayanan kesehatan, tetapi terjadi juga sebelum menjadi permintaan actual. Hubungan keagenan di luar pasar pelayanan dilakukan oleh kelompok referensi dalam keluarga, masyarakat, atau kelompok organisasi. Sedangkan pada proses pelayanan kesehatan, kemungkinan provider menyarankan pasien melakukan pelayanan intensif atau merujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Kelompok referensi mengeksposisi seseorang ke dalam perilaku baru, menciptakan tekanan-tekanan untuk memilih produk dan merek suatu barang dan jasa, serta mempengaruhi sikap orang tersebut seperti yang diinginkan (kotler dan amstrong, 1994). Engel et al. (1994) mendefinisikan budaya sebagai nilai, gagasan, artefak, dan symbol bermakna membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi terhadap fenomena yang ada disekitarnya. McCracken (dalam Engel et al., 1994), mengartikan budaya sebagai lensa dan cetak biru. Sebagai lensa, budaya digunakan manusia untuk memandang fenomena, bagaimana fenomena dipahami dan diterima. Sebagai cetak biru budaya sebagai landasan kegiatan manusia dalam menentukan koordinat tindakan social dan kegiatan produktif, dan menetapkan perilaku masyarakat dalam menyikapi dan memberikan makna suatu obyek. WHO (1984 dalam Notoatmodjo, 1993) mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan atau fungsi dari pemikiran dan perasaan seseorang (pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap obyek), adanya orang lain sebagai referensi, fasilitas-fasilitas(uang, waktu, tenaga) yang dapat mendukung perilaku, dan budaya masyarakat (adapt istiadat). Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut : B = f (TF,PR,R,C) Keterangan : B= Behavior F= fungsi TF= Thought and feeling PR= Personal references R= Resources C= Culture Budaya bersama dengan unsur-unsur ekonomi di dalam masyarakat menentukan proses pengambilan keputusan konsumen. Engel et al (1994) mengemukakan bahwa budaya mempengaruhi struktur konsumsi, bagaimana individu mengambil keputusan pembelian, dan mengekspresikan kepuasan tentang kualitas barang atau jasa. Dari beberapa teori di atas, disimpulkan bahwa budaya sebagai predisposisi perilaku konsumen (pengetahuan, sikap, dan tindakan, dan persepsi) seseorang. Budaya ini pula membentuk rasionalitas seseorang menggunakan sumber daya (uang, waktu, dan tenaga) dan mengalokasi sumber daya kedalam pilihan tindakan diantara berbagai

kemungkinan yang tersedia, ketika berada dalam suatu situasi pembelian (pelayanan kesehatan dan lainnya) guna memenuhi kebutuhannya. Biaya menurut Mills dan Gilson (1990) merupakan pengorbanan yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa; berarti melakukan persamaan antara pengorbanan dan harga. Kotler dan Andereasen (1995) berpendapat bahwa pembayaran sejumlah uang dalam suatu proses transaksi, hanyalah salah satu bentuk pengorbanan atau biaya dalam makna ekonomi tradisional. Dalam teori pertukaran, Kotler dan Andreasen (1995) menyatakan bahwa pertukaran antara dua belah pihak menimbulkan keuntungan pada satu sisi berarti biaya disisi lain. Pertukaran dibidang pelayanan, supplier memberikan kepada konsumen dalam bentuk kualitas pelayanan, lingkungan nyaman dan jaminan kepuasan, sedangkan bagi supplier menimbulkan biaya. Di lain pihak, konsumen membayarkan uang dalam pertukaran tersebut untuk memperoleh manfaat dari jasa, dan menimbulkan keuntungan bagi supplier. Melestarikan budaya melalui acara ritual, memerlukan pengorbanan berupa biaya yang ditanggung oleh anggota komunitas budaya tersebut. Mills dan Gilson (1990) menyatakan bahwa jika ada kegiatan yang menimbulkan beban biaya bagi masyarakat umum, maka nilai seluruh kerugian moneter dari masyarakat disebut biaya social (society cost), jika hanya menjadi beban biaya individu, disebut biaya pprivat (private cost). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya sosial merupakan penjumlahan dari biaya privat sebagai pengeluaran moneter akibat kepercayaan, mengakibatkan opportunity cost bagi pengeluaran bidang kesehatan dan non kesehatan di keluarga. Sejauhmana biaya sosial dan biaya privat karena pelaksanaan acara ritual mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap biaya pelayanan kesehatan yang meliputi biaya acara ritual (biaya sosial dan biaya privat), biaya memperoleh pelayanan (biaya transportasi, biaya waktu tunggu, tarif pelayanan dan pengobatan), penelitian ini akan membuktikannya. Pelayanan kesehatan di puskesmas perlu melibatkan potensi-potensi yang ada di masyarakat dengan menggalang masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan yang dibentuk dalam wadah yang disebut dengan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). Faktor penting dalam dinamika persaingan adalah kedudukan pasien dalam pelayanan kesehatan. Sebagaimana pemasok, daya tawar pasien sebagai pembeli akan kuat apabila pembeli berjumlah banyak dan bergabung dalam suatu organisasi yang kuat. Daya tawar pembeli pelayanan kesehatan di perkuat dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen termasuk yang berkosentrasi pada sektor kesehatan seperti Yayasan lembaga Konsumen Kesehatan yang berada di Jakarta. Lebih lanjut saat ini telah ada Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan yang memberikan jasa tindakan hukum bagi pasien yang membutuhkan. Faktor lain yang memperkuat daya tawar pasien sebagai pembeli yaitu apa bila pelayanan jasa yang di beli bersifat standar, atau tidak terdiferesiensi. Dengan demikian pasien mempunyai banyak pilihan untuk mendapatkan pelayanan. (Laksono Trisnantoro,2005) Lebih lanjut, Laksono mengatakan bahwa trend yang sama terjadi di berbagai Negara adalah adanya kebijakan desentralisasi,termasuk otonomi lembaga pelayanan kesehatan, kompetisi diantara providers, peningkatan pelayanan kesehatan primer dan peningkatan mutu pelayanan.

Di dalam pelayanan kesehatan sering ditemukan istilah health need dan health demand. Keduanya mempunyai pengertian dan konsep yang berbeda. Health need mempunyai 2 pengertian yaitu : 1. Kebutuhan nyata (Normative need) adalah merupakan perbandingan situasi nyata dengan standar tertentu yang telah disepakati. 2. Kebutuhan yang dirasakan (feel need) adalah kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh individu. Sedang permintaan (demand) pelayanan kesehatan menggambarkan keinginan individu yang dilatar belakangi oleh kemampuan membayar, jadi merupakan normative need yang dinyatakan melalui kemauan. Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan mungkin secara normatif dibutuhkan (needed) tapi tidak di minta (not need) ataupun sebaliknya mungkin diminta tetapi tidak dibutuhkan (not needed). 3.2. Pelayanan Umum Dan Pelayanan Prima Dalam Pelayanan Kesehatan Menpan, 1993, sasaran pembangunan aparatur Negara terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam melayani, mengayomi dan menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, terutama yang berkaiatan dengan kualitas, efesiensi dan efektifitas kegiatan. Organisasi pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas dan sebagainya memberikan pelayanan kepada masyarakat : 1. Pelayanan medis, misalnya : persalinan, kandungan, pelayanan, obat-obatan dsb. 2. Pelayanan non medis (Umum), misalnya : keamanan, kenyamanan, kejelasan infoamasi, keramahan, kecekatan, waktu tunggu yang cepat, kebersihan, kemudahan administrasi dsb.

Pengertian pelayanan Umum :

Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat mamupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Instansi pemerintah adalah satuan kerja atau organisasi departemen atau lembaga pemerintah nono departemen, instansi pemerintah lainya, baik ditingkat pusat maupun daerah, termasuk BUMN/BUMD. Tata laksana adalah segala aturan yang ditetapkan oleh pimpinan instasni pemerintah yang menyangkut tata cara, prosedur dan sistem kerja dalam melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah dalam pembangunan di bidang pelayanan umum. Tata kerja adalah cara-cara pelaksanaan kerja yang efesien mungkin mengenai sesuatu tugas dengan mengingat segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas, peralatan, tenaga, waktu, ruang dan biaya yang tersedia. Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan dengan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang kerja. Sistem kerja adalah rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang membentuk suatu kebulatan pola kerja tertentu dalam rangka mencapai suatu hasil kerja yang diharapkan. Wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi dibidang pelayanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Biaya pelayanan adalah segala biaya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besarnya dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pemberi pelayanan adalah pejabat atau pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelayanan umum. Penerima pelayanan adalah orang atau badan hukum yang menerima pelayanan dari instasni pemerintah. Hakikat pelayanan Umum : Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan umum Mendorong upaya pengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Mendorong tumbuhnya kreaktifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningatkan kesehjatraan masyarakat luas. Asas pelayanan umum : Hak dan kewajiban harus jelas dan pasti Berdasarkan peraturan, efisiensi dan efektif Bermutu Peran serta masyarakat. Tata laksana pelayanan Umum : Sederhana Jelas dan pasti Aman Keterbukaan Efisiensi Ekonomis Adil dan merata Tepat waktu Pola penyelenggaraan tata laksana pelayanan umum : Pola pelayanan fungsional, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas fungsi dan wewenang Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan secara tunggal oleh instasni pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari instansi pemerintah terkait lainya yang bersangkutan Pola pelayanan satu atap adalah pola pelayanan umum yang diberikan secara terpadu pada suatu tempat / lokasi oleh beberapa instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai keweangan masing-masing Pola pelayanan secara terpusat, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan oleh suatu onstasni pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instasni pemerintah lainya terkait dengan bidang pelayanan umum yang bersngkutan. Penyusunan tata laksana pelayanan umum : Landasan hukum pelayanan umum Maksud dan tujuan pelayanan umum Alur proses /tata cara pelayanan umum Persyaratan yang harus dipenuhi baik tehnis maupun administrasi Tata cara penilaian untuk memberikan kepastian kepada masyarakat atas persetujuan dan penolakannya Rincian biaya jasa pelayanan umum dan tata cara pembayaran Waktu penyelesaian pelayanan umum\ Uraian mengenai hak dan kewajiban pihak pemberi pelayanan dan penerima pelayanan umum. Penunjukan pejabat penerima keluhan masyarakat Kewenangan penetapan tata laksana pelayanan umum

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Di tetapkan dengan keputusan pimpinan instasni pemerintah dan atau pimpinan BUMN/BUMD apabila secara fungsional dan keseluruhan proses pelayanan umum dilakukan satu intasni pemerintah Merupakan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan Di tetapkan dengan perda atau kep gubernur/bupati/walikota atau pimpinan instansi vertikal didaerah, apabila meruapakan kewenangan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Merupakan jabatan lebih lanjut dari pedoman umum yang sudah ditetapkan oleh instansi tingkat atasnya. Mempunyai ruang lingkup/jangkauan yang lebih bersifat tehnis operasional Sifat pelayanannya memerlukan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi setempat.

1. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat 2. Nilai barang dan atau jasa dari hasil pelayanan umum 3. Terhadap jenis pelayanan umum yang memerlukan penelitian/pemeriksaan maka biaya penelitian/pemeriksaan harus jelas rinciannya. 4. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari mentri keuangan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 5. Tarif pelayanan yang ditetapkan oleh pemda dilaksanakan sesuai dengan Inpres n0. 16 tahun 1980 tentang penyusunan dan pengesahan peraturan daerah mengenai pajak daerah tingkat I, pajak daerah TK II dan retribusi daerah TK I.

Biaya pelayanan Umum Besarnya tarif pelayanan umum perlu memperhatikan :

1.

Pengawasan dan pengendalian tatalaksana layanan umum dilakukan melalui pengawasan atasan langsung maupun pengawasan fungsional sesuai ketentuan yang berlaku 2. Pengawasan masyarakat yang berupa laporan atau atau pengaduan layanan umum, wajib diperhatikan oleh pimpinan instasni pemerintah yang bersangkutan dan dalam hal ini diperlukan penyelesaian, diambil langkah-langkah untuk mengatasinya. 1. Dalam hal terjadi sengketa atau persoalan pelayanan umum tidak dapat diselesaikan, maka pemohon pelayanan dapat mengajukan pengaduan kepada pimpinan instansi pemerintah yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk 2. Atasan langsung atau pimpinan instasni wajib mengambil langkah-langkah penyelesaian terhadap pengaduan dimaksud 3. Dalam hal tidak terselesaikannya persoalan atau sengketa dimaksud, maka penyelesaian dapat ditempuh melalui jalur hukum yang pengadilan tata usaha negara setempat 4. Keputusan pengadilan tata usaha negara wajib dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. 1. Sederhana 2. Jelas dan pasti 3. Aman 4. Keterbukaan 5. Efisien 6. Ekonomis

Pengawasan dan pengendalian :

Penyelesaian persoalan dan sengketa :

Kriteria pelayanan masyarakat yang baik (Kep Menpan no. 06 tahun 1995):

7. 8.

Adil dan merata Tepat waktu

Pelayana Prima (Excellenct service) adalah Usaha melayani kebutuhan orang lain atau membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang yang bermutu dan memuaskan Unsur-unsur pelayanan prima seperti yang dimaksud dalam Kep Menpan no. 06 tahun 1995):
Sederhana Jelas dan pasti Aman Keterbukaan Efisien Ekonomis Adil dan merata Tepat waktu

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Perilaku dalam pelayanan prima Perilaku yang baik dalam memberikan pelayanan menurut De Vriye, et al :
Self Estem, Penghargaan terhadap diri sendiri Exceed Expectations, Melampaui haran. Recovery, Pembenahan. Vision, erat kaitanya denga visi organisasi Improve, perbaikan atau peningkatan. Care, perhatian. Empower, pemberdayaan

1. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas masalah 2. Mencari sebab-sebab masalah dan sebab masalah yang menonjol 3. Mencari solusi dan merencanakan solusi utama (plan) 4. Melaksanakan solusi dengan tepat (do) 5. Memeriksan hasil pelaksanaan (Chek) 6. Menjaga dengan baik apabila solusi telah sesuai dan tepat untuk meningkatkan mutu pelayanan serta emmbuat standar-standar atau pedoman, serta menglomunikasikan standar pelayanan kepada pihak pelanggan.

Penyelesaian masalah dalam pelayanan prima dengan metode siklus PDCA :

1.

Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah dipahami dan diperoleh pada setiap tempat/lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya menyangkut prosedur/tata cara pelayanan, biaya/tarif pelayanan serta jadwal/waktu pelayanan. 2. Setiap peraturan tentang prosedur/tata cara/petunjuk seperti yang dimaksud diatas harus dilakukan secara tepat, konsisten dan konsekwen sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Hak dan kewajiban pemberi dan penerima pelayanan diatur secara jelas setiap persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah

Pelayanan prima dalam bidang kesehatan : Berdasarkan instruksi menkes no 828/menkes/vii/1999 tentang pelaksanaan pelayanan prima bidang kesehatan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

diperoleh dan berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima pelayanan Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat/dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwewenang atau kompoten, mampu, terampil dan profesional sesuai spesifikasi tugasnya. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan mepertimabngkan efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaannya. Biaya/tarif harus ditetapkan secara wajar dengan memperthitungkan kemampuan masyarakat. Pemberian pelayanan dilakukan secraa tertib, teratur dan adil, tidak memebdakan status sosial masyarakat. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tetapat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin pelaksanaan kebersihannya secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah/kotoran sesuai dengan kepentingannya. Selalu diupayakan agar petugas memberi pelayanan dengan sikap ramah, sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.

1. Praktek kedokteran (pengobatan) yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan 2. Menekankan pencegahan 3. Memerlukan keja sama yang cerdik antara pasien awan dan para praktisi yang ilmiah medis 4. Memperlakukan individu seutuhnya 5. Mempertahankan hubungan pribadi yang akrab dan berkesinambungan antara dokter dan pasien 6. Dikoordinasikan dengan pekerjaan kesehjatraan sosial 7. Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan kesehatan 8. Pelaksanaan semua jenis pelayanan dari ilmu kedokteran modern sesuai dengan kebtuhan semua orang 3.3. Paradigma Pelayanan kesehatan Pola pelayanan kesehatan bersifat dinamis mengikuti perkembangan keadaan dan masalah serta lingkungan dalam arti luas : politik, ekonomi, tekonologi, sosial, budaya masyarakat yang dilayani. Lingkungan fisik dan lingkungan biologik matra darat, laut dan udara termasuk emigran, transmigrasi, menjadikan model dan pola pelayanan kesehatan menyesuaikan. Ada perbedaan atau pergeseran pola makan dan pola penyakit akan membawa pula pergeseran kebijakan program kesehatan. Perubahan pandangan yang terdapat di masyarakat tentang kesehatan karena meningkatnya pendidikan dan pengetahuan tentang sakit atau tidak sakit berkaitan dengan masalah pembiayaanya, akan mengubah pola pikir dan tindak. Sehingga timbul pergeseran yang semula berorientasi pada penyembuhan penyakit dan rehabilitatif menjadi orientasi pada pencegahan dan peningkatan kesehatan atau dengan kata lain bergeser dari paradigma lama ke paradigma baru. RAKERKESNAS-1999 di jakarta, bahwa paradigma sehat adalah sebagai cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktifantisipatif, melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan bersifat lintas sekotora dalam suatu wilayah. Untuk melindungi, meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan penduduk, diperlukan

Pelayanan Medis yang baik :

upaya yang dilaksanakan secara holistik oleh sektor kesehatan dengan memperhatikan faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, dilakukan secara sistematis, proaktif-antisipatif melalui pendekatan lintas sekotra dan ekemitraan dengan basis wilayah. Paradigma sehat juga merupakan model pembangunan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk yang sehat, dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit. Sehingga kebijakan pembangunan kesehatan perlu lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif, dengan maksud meningkatkan, memelihara, dan melindungi orang sehat agar tetap sehat, atau lebih sehat, sedangkan yang sakit perlu disembuhkan agar secepatnya menjadi sehat dan produktif. 3.2. Karakteristik Pelayanan Kesehatan. Dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymetri of information dan externality (Evans, 1984). Menurut Evan, ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atau jasa lainnya. Keunikan yang tidak diperoleh pada komoditas lain inilah yang mengharuskan kita membedakan perlakuan atau intervensi pemerintah. 1. Uncertainty. Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatif berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya.. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia menderita sakit. 2. Asymetry of Information. Sifat kedua asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan provider ( dokter dan petugas kesehatan lainnya ) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayann yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan phelps, sedangkan pada jasa kecantikan dan beras sifat asymetry information hampir tidak nampak. Konsumen tahu berapa harga pasar, apa manfaat yang dinikmatinya, bagaimana kualitas berbagai layanan dan seberapa besar kebutuhannya. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorence atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan , mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun. Dapat dibayangkan bahwa jika provider atau penjual memaksimalkan laba dan tidak mempunyai integritas yang kuat terhadap norma-norma agama dan sosial sangat mudah terjadi penyalagunaan atau moral hazard yang dapat dilakukan oleh provider. Sifat asymetry ini memudahkan timbulnya supply induce demand creation yang menyebabkan keseimbangan pasar tidak bisa tercapai dalam pelayanan kesehatan.

Maka jangan heran jika dalam pelayanan kesehatan supply meningkat tidak menurunkan harga dan kualitas meningkat, yang menjadi justru sebaliknya yaitu peningkatan harga dan penurunan kualitas ( pemeriksaan yang tidak periu). 3. Externality.

Externality menunjukkan bahwa komsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli.. Contohnya adalah komsumsi rokok

yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawa bersama ( publik ). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein ( 1993 ). 3.3. Indikator, Kriteria dan Standard Pelayanan kesehatan 3.3.1. Pengertian indikator, kriteria dan standard.

Indikator

Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur./Indikator adalah fenomena yang dapat diukur Contoh indikator atau tolak ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Indikator pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses dan outcome

Indikator struktur
-

Indikator proses

Tenaga kesehatan profesional Biaya yang tersedia Obat-obatan dan alat kesehatan Metode atau standard operation

Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.

Indikator Outcome

Merupakan Indikator hasil luaran input dan proses seperti : BOR, LOS, TOI dan Indikator klinis lain seperti : angka kesembuhan penyakit, angka kematian 48 jam, angka infeksi nosokomial, dsb.

Kriteria
-

Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh Indikator status gizi sebagi indikator status kesehatan anak, dapat dispesifikan lagi menjadi kriteria : tinggi badan, berat badan anak.

Standar

1.

Setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuanitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang baik. Misalnya : panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 CM. Berat badan bayi yang baru lahir yang sehat standard adalah 3 Kg. Rasio yang baik untuk dokter puskesmas standarnya adalah 1 : 30. 000 penduduk. Rasio yang baik untuk dokter spesialis adalah 1 : 300. 000 penduduk. Standar kebutuhan tenaga perawat di RS adalah rasio 1 : 10 tempat tidur. Ada lima kunci untuk mengukur masing-masing output ; Target : anggaran atau penampilan yang ingin dicapai

Perkiraan : tingkat penampilan yang diperkirakan yang mungkin lebih baik atau lebih buruk dari target tergantung pada situasi bisnis yang sedang berlangsung 3. Kenyataan : tingkat nyata sesunggguhnya penampilan yang dicapai terhadap yang dijanjikan. 4. Problem : perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan tingkatan target penampilan, dimana keadaan sesungguhnya adalah lebih jelek daripada target. 5. Peluang : peluang untuk meningkatkan lebih baik daripada target tanpa baiaya tambahan. 2.

Indikator Input

Indikator daripada input : tersedianya tenaga kesehatan, tersedianya anggarann kesehatan, perlengkapan dan obat-obatan, tersedianya metode pemberantasan penyakit, standard operating prosedure klinis dan sebagainya.

Indikator proses

Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan daripada fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengoorganisasia, penggerakan, pemantauan, pengendalian dan penilaian.

Indikator output

Merupakan ukuran-ukuran khusus (kuantitas) bagi out put program seperti sejumlah puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kadek kes yang dilatih, jumlah MCK yang dibangun, jumlah pasien yang sembuh dsb.

Indikator outcome (dampak jangka pendek) Indikator Impact (Dampak jangka panjang)

Adalah ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajat kesehatan anak balita, menurunkan angka kesakitan Seperti meningkatnya umur harapan hidup, meningkatnya status gizi, dsb. Indikator penampilan dibagi 3 kelompok : 1. Indikator penampilan klinik, yang berhubungan dengan proses pelayanan misalnya Lenght of stay (LOS), Turn over Interval (TOI), bed Occupancy Rate (BOR) dsb. 2. Indikator penampilan keuangan (Financial Performance Indicator) 3. Indikator Penampilan tenaga (Man power indicator) Contoh-contoh indikator : 1. Indikator kebijakan kesehatan : a. Komitmen politis pada tingkat tinggi terhadap kesehatan bagi semua b. Alokasi sumber daya yang cukup untuk pelayanan kesehatan dasar c. Tingkat pemerataan pembagian sumber daya d. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semua e. Penyusunan suatu kerangka organisasi dan manajerial yang sesuai dengan strategi nasional untuk kesehatan bagi semua f. Manifestasi praktis dari komitmen politik internasional untuk kesehatan bagi semua 2. Indikator sosial dan ekonomi : a. Laju pertumbuhan penduduk b. Pendapatan nasional Kotor (GNP) atau pendapatan domestik kotor (GDP) c. Distribusi upah/pendapatan d. Tersedianya pekerjaan e. Kecukupan perumahan yang dinyatakan dalam jumlah oragn per kamar f. Tersedianya energi per kapita 3. Indikator-indikator penyedia pelayanan kesehatan a. Ketersediaanya

Indikator penampilan (performance indikator)

b. c. d. e. 4. a. b. c. d. e. f. g. h. i. 5. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

Aksesbilitas secara fisik Aksesbilitas secara ekonomi dan budaya Penggunaan pelayanan Indikator-indikator untuk menilai mutu pelayanan Indikator cakupan pelayanan kesehatan dasar : Tingkat pengetahuan di bidang kesehatan Tersedianya air di rumah atau tempat yang jaraknya dapat dicapai dengan jalan kaki Fasilitas yang cukup dirumah atau di dekat rumah Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu dan anak-anak Pertolongan persalinan oleh petugas terlatih Prosentase anak terancam risk yang telah di imunisasi terhadap penyakit infeksi masa kanak-kanak Tersedianya obat-obatan esensial sepanjang tahun Aksesbilitas lembaga-lembaga rujukan Rasio jumlah penduduk terhadap berbagai jenis tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan dasar dan di tingkat-tingkat rujukan Indikator status kesehatan : Prosentase bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan pada waktu lahir paling sedikit 2500 g Prosentase anak berat badannya menurut umur dengan norma-norma tertentu Indikator-indikator perkembangan psikososial anak-anak Angka kematian bayi Angka kematian anak Angka kematian anak dibawah lima tahun Harapan hidup pada umur tertentu Angka kematian ibu Angka kematian menurut jenis penyakit tertentu Angka cacat tubuh Indikator-indikator patologi sosial dan mental, seperti angka-angka bunuh diri, kecanduan obat, kejahatn, kenakalan remaja, minum minuman keras, merokok, kegemukan, penggunaan obat-obat terlarang. ASPEK SOSIAL BUDAYA DENGAN KESEHATAN A. Pendahuluan Hubungan pendidikan kesehatan dengan manusia sebagai mahkluk social. 1. 2. 3. 4. Manusia hidup saling tergantung pada orang lain Manusia membutuhkan pertolongan orang lainManusia harus hidup bermasyarakat Manusia oleh Tuhan dikaruniai budaya dan akal Manusia sakit akan mencari pengobatan sakit/ penyakit perlu dukungan social Adanya dukungan social akan meningkatkan motivasi mencari yankes

1. H.L.BLUM: Status kesehatan dipengaruhi oleh keturunan o factor keturunan o factor ketersediaan sarana kesehatan lingkungan Yankes o factor perilaku masyarakat dalam kesehatan o factor lingkungan social fisik, social, budaya, PERILAKU Jika membahas teori Blum maka lingkungan dan sosial budaya menjadi faktor penting mengingat karena faktor sosial budaya juga mempengaruhi perilaku seseorang

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan beraneka ragam budaya sehingga tingkah laku/ perilaku setiap suku bangsa dalam kesehatan sangat bervariasi SK RT : 1980 perilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan o Orang sakit itu hanya 15 20 % penduduk/ bulan RS 0,05% o Lama sakit 3-5 hari o 34,8 % mengobati sendiri o 6 % pergi kedukun o 59,2 % menggunakan pengobatan medisi 68% penyakit ringan 26% penyakit kronik 6% penyakit berat o 80% SEHAT ??? Apabila petugas kesehatan tak memahami perilaku/ budaya masyarakat maka Petugas kesehatan tak memahami potofisiologi social /psikologi pasien sehingga timbul Masalah dalam pelayanan kesehatan yang dalam hal : Ketidak mampuan menangani penderitaan pasien Ketidak mampuan mengeliminir budaya masyarakat dalam kesehatan Ketidak mampuan dalam mewujutkan kepuasan Ketidakmampuan menangani emosi

2. PENDEKATAN MODEL DALAM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT a. Model Evolosi Teori Darwin : manusia berkembang secara bertahap dalam kelompok Teori Spencer: perkembangan social masyarakat akan berkembang sendiri disesuaikan kondisi,terutama dalam mencari yankes Teori Karl Mark : perkembangan social masyarakat harus diatur dengan cara revolosioner untk mencapai kearah yang baik bebas dari penindasan b. Model struktur fungsional Perkembangan manusia tumbuh seraca fungsi seperti tubuh manusia dalam mengatasi kondisi alam. Artinya perkembengan social masarakat terjadi sesuai system yg ada dan respon lingkungan yang terjadi c. Model Konflik Masyarakat hidup penuh konflik baik individu/kelompok Konflik akan merangsang seseorang utk berusaha Perubahan social terjadi didahului oleh perbedaan kepentingan Konflik akan selesai apabila ada persamaan kepentingan Saling butuh/tegantung 3. MASYARAKAT Kuntjoraningrat : masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh solidaritas bersama J.L Gillin & JP Gilin : masyarakat adalah sekelompok manusia yang besar yang

mempunyai sikap, kebiasaan, tradisi dan perasaan persatuan yang sama. Dari konsep diatas dapat disimpulkan dalam masyarakat telah terjadi kesatuan sosial dan pranatan sosial yang berbentuk : NORMA : Cara berpikir dan bertindak disesuaikan kesepakatan masyarakat tentang kebaikannya, perilaku secara kelompok dianggap baik tetapi oleh masyarakat lain belum tentu baik. NILAI : Sesuatu yang abstrak tentang suatu kebaikan oleh masyarakat dan kebaikan itu dianggap paling baik oleh semua orang PRANATA SOSIAL : Himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat, yang diwujudkan bentuk perilaku individu. 4. KEBUDAYAAN Taylor : Kebudayaan sebagai keseluruhan yang komplek yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan seni, moral, hukum. adatistiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan2 yang didapat dari manusia sebagai anggauta masyarakat. Unsur universal dalam kebudayaan adalah (1) Sisstem relegi, (2) Sistem organisasi masyarakat, (3) Sistem pengetahuan,(4) sistem bahasa, (5) Kesenian, (6) mata pencaharian, (7) tehnologi/ peralatan Kuntjoraningkrat : Kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan tersebut harus mempnyaui unsur : (1) Tata kelakuan, merupakan wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur/ mengendalikan/ arah kepada kelkuan (2) Kompleks aktifitas kelakuan berpola dalam masyarakat berbentuk sisten nilai dan norma kemudian diikuti oleh norma hukum secara konkrit (3) Sebagai benda hasil karya berupa karya-karya seni yang ada dimasyarakat Didalam mempelajari sifat budaya dalam masyarakat kita harus Menghindari sikap ethnocentrism yaitu sikap yang memberi nilai tertentu terhadap kebudayaan yang ada dimasyarakat Masyarakat yang ada tidak mengetahui bahwa mereka mempunyai kebudayaan, kecuali jika mereka masuk di masyarakat lain Terdapat viriabel kebudayaan yang tidak mudah/ boleh dikatakan tidakan mungkin diubah dibanding dengan variabel lainnya Unsur kebudayaan itu variabelnya saling berubah 5. KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN SOSIAL MASYARAKAT a. Sosial budaya tidak selalu diikuti secara linier dalam bidang lain Penerapan perkembangan masyarakat terjadi melalui tahap2 tertentu .tetapi tidak secara urut tgt tahap mana manusia secara mudah untuk adaptasi b. Walaupun perkembangan masyarakat berkembang secara linier tetapi kenyataannya manusia maju masih tetap melakukan perilaku social primitip (terumata dalam yankes) c. Perkembangan social masyarakat ditentukan oleh kemampuannya untuk menguasai SDM. Bukan tersedianya sumber alam

d. Perkembangan/perubahan social tidak dapat dibatasi oleh Negara.wilah.artinya berkembang tanpa batas 6. KONSEP KESEHATAN DALAM MASYARAKAT a. Interaksi pasien dan yankes terjadi berdasar tujuan yang akan dicapai .dasar interaksi karena ada perbedaan fungsi/tugas [petugas kesehatan tugas memberi yankes,pasien meminta hak untuk diberi yankes] b. Kontak dokter dan perawat dengan pasien dianggap bukan sebagai kontrak social tetapi sebagai kontrak jual jasa c. Konsep etika umum tersebut dipengaruhi oleh konsep : NORMA dan NILAI

Você também pode gostar