Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
UBAYA
UNIVERSITAS SURABAYA
Erwin Gutawa
(1100946)
(1100952)
Maulidyah Pratiwi
(1100942)
FAKULTAS FARMSI
UNIVERSITAS SURABAYA
2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
DAFTAR ISI .ii
BAB I PENDAHULUAN ....1
1.1 Tinjauan Pustaka...........................................................................1-3
1.2 Tujuan ..............................................................................................3
BAB II METODE KERJA ....................................................................4
2.1 Sarana ..............................................................................................4
2.2 Prosedur ...........................................................................................4
BAB III HASIL PRAKTIKUM ...........................................................5
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................6
BAB V KESIMPULAN .......................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Fase Estrus
Fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti kegilaan atau
gairah, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing
hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit,
gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika
terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus
biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit
berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus
merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan
perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi
kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak
gelombang suara 30 kHz 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama
1
masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan
semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan
melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan.
Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang
terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit
betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi
dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel
sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus
maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi
ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak
terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap metesterus.
2. Fase Metestrus
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai
tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada
tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium
korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk
menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam.
Pada tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron
yang dihasilkan oleh korpus leteum.
3. Fase Diestrus
Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada
tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah
estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat
karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada hapusan
vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat
banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat
banyak lendir.
2
4. Fase Proestrus
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi
folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini
hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk.
Pada hapusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel
cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya
pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti
pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan selsel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga
sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada saat
kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap
gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah
mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi
selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan
begitu selanjutnya fase akan berulang.
1.2
Tujuan
Mengamati dan mempelajari siklus estrus mencit melalui hapusan vagina mencit
yang dilihat pada mikroskop.
BAB II
METODE KERJA
2.1 Sarana
Mikroskop
Objek glass
Cover glass
Larutan saline
Spuit 1 ml
Mencit
2.2 Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
Menentukan fase dalam siklus estrus yang terjadi pada mencit saat itu.
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Dua tahapan pada siklus estrus yang didapatkan dari hasil pengamatan :
Mencit
ke
Bentuk Sel
Fase Siklus
Proestrus
Estrus
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasar pada teori yang kami dapatkan dan hasil praktikum yang
telah kami lakukan maka, diketahui bahwa mencit tidak mengalami siklus
menstruasi, tetapi mengalami siklus estrus. Hal itu dikarenakan mencit tergolong
mamalia dan bukan primata. Siklus estrus ini dibagi menjadi empat tahapan, yang
masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, yaitu :
a.
Proestrus
Ditandai dengan adanya jumlah sel epitel berinti yang lebih banyak
dari jumlah leukosit.
b.
Estrus
Ditandai dengan adanya sel epitel bertanduk dalam jumlah besar
dan tidak terdapat lagi sel epitel berinti.
c.
Metestrus
Ditandai dengan jumlah epitel bertanduk yang menurun dan
leukosit yang meningkat jumlahnya.
d.
Diestrus
Ditandai dengan adanya sel leukosit yang banyak dengan beberapa
saja sel-sel epitel berinti.
BAB V
KESIMPULAN
-
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Website :
www.suite101.com/article.cfm/medical_student/40433
id.wikipedia.org/wiki/Membran_sel
Pustaka :