Você está na página 1de 110

ANALISIS PERSEPSI DAN KEPUASAN ANGGOTA TERHADAP PELAYANAN KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR PROPINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

EMIL ABDILLA AMRUL H34066039

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2009

RINGKASAN
EMIL ABDILLA AMRUL. H34066039. 2009. Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota terhadap Pelayanan KUD Giri Tani Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Koperasi merupakan sebuah lembaga yang memiliki dan dimiliki oleh anggota. Koperasi beraktifitas di dalam bidang yang dinginkan oleh anggota. Salah satu bidang yang digeluti oleh koperasi yaitu, pelayanan terhadap peternak sapi perah. Di daerah Kabupaten Bogor, salah satu koperasi yang bergerak dibidang peternakan sapi perah adalah Koperasi Unit Desa Giri Tani (KUD Giri Tani). KUD Giri tani berada di daerah Cisarua. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalis persepsi anggota peternak sapi perah terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani, (2) Menganalis kepuasan anggota peternak sapi perah terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani, dan (3) Memberikan rekomendasi pelayanan KUD Giri Tani dimasa yang akan datang. Penelitian dilakukan di seluruh wilayah kerja KUD Giri Tani, yang meliputi dua kecamatan, yaitu Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2009. Responden di dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung di dalam KUD Giri Tani yang masih memiliki sapi perah dan berproduksi susu. Jumlah responden yang diambil sebanyak 58 responden dari total 113 populasi. Responden merupakan anggota aktif KUD Giri Tani. Anggota aktif adalah anggota yang masih melakukan transakai dan masih membayar simpanan pokok dan wajib kepada KUD Giri Tani. Anggota aktif dibagi ke dalam lima kelompok tani, yaitu: Baru Tegal 33 orang, Baru Sireum 11 orang, Bina Warga 19 orang, Tirta Kencana 10 orang dan Mekar Jaya 41 orang. Kemudian sampal dipilih dengan cara proporsional, sehingga diperoleh sample untuk setiap kelompok tani yaitu: Baru Tegal 17 orang, Baru Siereum enam orang, Bina Warga 10 orang, Tirta Kencana 5 orang dan Mekar Jaya 20 orang. Penelitian ini menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengukur persepsi anggota terhadap pelayanan KUD Giri Tani. Alat analisis Costumer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan KUD Giri Tani. Kepuasan peternak juga diukur dengan menggunakan tingkat kesesuaian responden terhadap jawaban. Nilai tingkat kesesuaian diperoleh dengan membagi total skor kinerja dengan total skor kepentingan. Hasil perbandingan yang diperoleh kemudian dikali dengan 100 persen. Jika hasil akhir lebih besar dari 100 persen, maka kinerja atribut sudah sesuai dengan keinginan responden dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan persepsi anggota terhadap kinerja pelayanan KUD Giri Tani belum mampu melampaui tingkat kepentingan atribut. Berdasarkan tanggapan yang diperoleh dari anggota dapat dilihat bahwa, lima atribut menjadi prioritas utama, yaitu kecepatan menanggapi keluhan, kualitas/mutu konsentrat, terapi/pengobatan ternak, menyediakan obat-obatan dan jasa inseminasi buatan. Sementara itu atribut pelayanan KUD Giri Tani yang

dapat dipertahankan adalah keramahan pengurus melayani anggota, penghubung anggota dengan Industri Pengolahan Susu (IPS), penetapan harga susu dan pengujian kualitas susu. Tingkat kesesuaian responden terhadap atribut tertinggi diperoleh oleh atribut Waktu ketersediaan konsentrat dengan nilai sebesar 115,23 persen, berarti atribut ini sudah dikerjakan melebihi dari apa yang dinginkan responden. Tingkat kesesuaian atribut terendah diporoleh oleh atribut bantuan kredit dari koperasi dengan nilai sebesar 33,04 persen. Nilai atribut ini belum mampu memenuhi keinginan responden. Nilai CSI untuk pelayanan KUD Giri Tani adalah sebesar 66,68 persen. Indeks CSI yang diperoleh sudah termasuk ke dalam kategori puas, akan tetapi masih memiliki jarak yang cukup jauh untuk mencapai nilai tertinggi. Oleh karena itu, KUD Giri Tani harus meningkatkan kualitas kinerja pelayanan kepada anggota, seperti mempercepat proses menanggapi keluhan dari anggota, meninjau ulang hubungan dengan pemasok konsentrat, menyediakan abat-obatan yang baik dan murah, menambah jumlah tenaga medis ternak dan menambah jumlah inseminator. Upaya meningkatkan kinerja pelayanan KUD Giri Tani diharapakan akan meningkatkan indeks kepuasan anggota.

ii

ANALISIS PERSEPSI DAN KEPUASAN ANGGOTA TERHADAP PELAYANAN KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR PROPINSI JAWA BARAT

EMIL ABDILLA AMRUL H34066039

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2009

iii

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan KUD Giri Tani Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Emil Abdilla Amrul

iv

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Bukittinggi pada tanggal 14 Juli 1984. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Ayah bernama Delyusri Amrul dan Bundo bernama Ermazaida. Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Salimpauang di Tabek Patah, selesai pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 02 Salimpauang di Lawang Mandahiling, selesai pada tahun 1999. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Salimpauang di Tabek Patah dan selesai pada tahun 2002. Semua Sekolah penulis, mulai dari SD sampai SMU berada di daerah Kecamatan Salimpauang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Penulis Setelah lulus SMU mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke bangku perguruan tingggi. Melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima di Program Diploma jurusan Teknisi Medis Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2005. Selama kuliah di diploma penulis tidak pernah aktif di lembaga kemahasiswaan. Penulis lebih banyak mengisi waktu luang dengan berjualan pakaian di pasar kaki lima Sogo Jongkok Tanah Abang, sampai pada tahun 2005. Setelah itu (semua pedagang sogo jongkok) di gusur, seiring dengan selesainya proyek pembangunan pasar blok A Tanah Abang. Sedangkan sewaktu kuliah di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, penulis lebih fokus untuk menyelesaikan kuliah. Setelah diwisuda dari Program Diploma penulis mencoba memasuki dunia kerja, mulai di Jakarta kemudian merantau ke Kota Medan. Akan tetapi, dari pengalaman penulis dunia kerja lebih menyukai strata sarjana, maka penulis memutuskan untuk mengikuti Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.

KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segalanya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota terhadap Pelayanan KUD Giri Tani Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi dan kepuasan anggota peternak sapi perah KUD Giri Tani terhadap kinerja pelayanan yang dijalankan oleh KUD Giri tani. Di dalam proses menulis skripsi ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak kendala yang dihadapi. Sehingga tulisan ini belumlah memiliki kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun kearah kesempurnaan skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat untuk dimasa yang akan datang. Saran dan kritikan yang membangun dapat disampaiakn langsung kepada penulis atau dapat melalui e-mail di: emil_amrul@yahoo.com Bogor, April 2009 Emil Abdilla Amrul

vi

UCAPAN TERIMA KASIH


Atas karunia tuhan yang begitu sempurna saat penulisan skripsi ini, sebagai bagian dari rasa syukur penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang tinggi kepada: 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM untuk bimbingan beliau selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS untuk masukan dan koreksi beliau sewaktu ujian sidang. 3. Dra. Yusalina, MSi untuk masukan dan koreksi beliau dalam hal teknik penulisan skripsi ini. 4. Ayah-Bundo, Kakak-Adik, Keluarga Besar (Alm) Moh Zen Chatib Maradjo, Clan Amrul untuk dukungan dan doa mereka kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik untuk keluarga. 5. Seluruh staf, pengurus dan anggota KUD Giri Tani untuk kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Mbak Erna, Mbak Mia, Mas Heru Subekti, Mas Angga Suriahadi, Bang Aulia Hasibuan, Ardiansyah, Edinho IP Hutagaol, Muhammad Haris dan Mochamad Fajar Tirtayasa untuk diskusi dan masukkan dalam penulisan skripsi ini. 7. Anggreta Kadri, Manik Rentiana, Erni Siti Munigar, Fajar Subangkit, Meylani Lestari, Maria Montesori, Nur Ayla Nasution untuk semangat yang diberikan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, April 2009 Emil Abdilla Amrul

vii

DAFTAR ISI dfc


Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi vii

PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................

1 1 5 6 7 8 8 10 12 12 12 13 15 21 21 21 23 25 27 27 27 28 30 30 35 39 39 40 42 44 44 47 47

II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Peternakan Sapi Perah Di Indonesia .............................................. 2.2 Koperasi Susu Indonesia .................................................................. 2.3 Koperasi Indonesia .......................................................................... 2.3.1 Legalitas Koperasi ................................................................ 2.3.2 Prinsip-Prinsip Koperasi ...................................................... 2.3.3 Partisipasi Anggota Koperasi ............................................... 2.4 Analisis Kinerja Pelayanan .............................................................. III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 3.1.1 Konsep Evaluasi Kinerja ...................................................... 3.1.2 Konsep Pelayanan Koperasi ................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... IV METODE PENELITIAN .................................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 4.3. Uji Validitas Kuesioner .................................................................. 4.4. Metode Analisis Data ..................................................................... 4.4.1 Metode Importance Performance Analyssi ........................... 4.4.2 Metode Costumer Satisfaction Index .................................... V GAMBARAN UMUM KUD GIRI TANI .......................................... 5.1 Sejarah KUD Giri Tani .................................................................. 5.2 Struktur Organisasi KUD Giri Tani ............................................... 5.3 Sumber Daya Manusia KUD Giri Tani .......................................... 5.4 Populasi Ternak Anggota KUD Giri Tani ..................................... 5.5 Keanggotaan KUD Giri Tani ......................................................... 5.6 Jumlah Simpanan Anggota KUD Giri Tani ................................... 5.7 Kegiatan Usaha KUD Giri Tani .....................................................

5.7.1 Unit Usaha Persusuan ........................................................... 5.7.2 Unit Usaha Makanan Ternak ................................................ 5.7.3 Unit Usaha Simpan Pinjam .................................................... 5.7.4 Unit Usaha Kesehatan Hewan .............................................. VI PERSEPSI DAN KEPUASAN ANGGOTA PETERNAK SAPI PERAH KUD GIRI TANI .................................................................... 6.1 Hasil Sebaran Kepentingan dan Persepsi Kinerja Atribut Pelayanan KUD Giri Tani .................................................................................. 6.1.1 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Administrasi Koperasi ....................... 6.1.1.1 Kemudahan Proses Menjadi Anggota ........................ 6.1.1.2 Pencatatan Data Peternak ........................................... 6.1.1.3 Pelaksanaan Rapat Anggota ....................................... 6.1.2 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Budaya Kerja Pengurus ..................... 6.1.2.1 Keramahan Pelayanan Pengurus ................................ 6.1.2.2 Kecepatan Menanggapi Keluhan ............................... 6.1.2.3 Ketepatan Menanggapi Keluhan ................................ 6.1.2.4 Penampilan dan Kerapian Pengurus .......................... 6.1.3 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Pemasaran Susu.............. 6.1.3.1 Penghubung Anggota dengan IPS .......................... 6.1.3.2 Penetapan Harga Susu ............................................... 6.1.3.3 Pengujian Kualitas Susu ............................................ 6.1.4 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Penjualan Konsentrat......................... 6.1.4.1 Harga Jual Konsentrat ................................................ 6.1.4.2 Pemenuhan Kebutuhan Konsentrat ............................ 6.1.4.3 Kualitas/Mutu Konsentrat Yang Disediakan ............. 6.1.4.4 Waktu Ketersediaan Konsentrat................................. 6.1.5 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Bantuan Medis Ternak ....................... 6.1.5.1 Konsultasi Medis (keswan) Ternak............................ 6.1.5.2 Terapi/Pengobatan Ternak ......................................... 6.1.5.3 Menyediakan Obat-obatan ......................................... 6.1.5.4 Menyediakan Peralatan Terapi Ternak ...................... 6.1.5.5 Jasa Inseminasi Buatan .............................................. 6.1.6 Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Keuangan Koperasi .......................... 6.1.6.1 Bantuan Kredit Dari Koperasi .................................. 6.1.6.2 Sisa Hasil Usaha Untuk anggota .............................. 6.2 Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Responden Terhadap Kinerja Atribut Pelayanan KUD Giri Tani ................................................................................. 6.3. Tingkat Kesesuaian Atribut Pelayanan KUD Giri Tani .................. 6.4. Customer Satisfaction Index .............................................................

47 49 50 51

52 52 52 53 53 53 54 54 55 56 56 56 57 57 58 58 59 59 60 60 61 61 62 62 63 63 63 64 65 65 77 78

ii

VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 7.2 Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

81 81 82 84

iii

DAFTAR TABEL
Nomor 1. Indikator Keberhasilan Koperasi Nasional Tahun 2005-2006 ........ 2. Indikator Keberhasilan Koperasi Propinsi Jawa Barat 2005-2006 . 3. Jumlah Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2007 (dalam orang) . 4. Jumlah Produksi Susu Segar KUD Giri Tani 2005-2007 ................ 5. Populasi Sapi Perah Nasional Tahun 2004-2008*(dalam ekor) ...... 6. Produksi Susu Segar Nasional Tahun 2004-2008* (dalam ton) ..... 7. Atribut Uji Validitas ........................................................................ 8. Atribut Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani ............................................................... 9. Rentang Skala Kepuasan Responden .............................................. 10. Daftar Karyawan KUD Giri Tani Tahun 2009 ............................. 11. Populasi Ternak Sapi Perah KUD Giri Tani 2006 ........................ 12. Perkembangan Jumlah Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2007 ......................................................................... 13. Jumlah Simpanan Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2006 ..... 14. Pendapatan Jasa Angkutan KUD Giri Tani Tahun 2005-2006...... 15. Daftar Merek dan Harga Konsentrat KUD Giri Tani Tahun 2009 16. Pendapatan Unit Usaha Kesehatan Hewan KUD Giri Tani Tahun 2005-2006 ......................................................................... 17. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Administrasi Koperasi .................................................. 18. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Budaya Kerja Pengurus ................................................ 19. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Pemasaran Susu .......................................................... Halaman 3 3 5 6 9 9 29 31 38 43 44 46 47 49 50 51 52 55 57

iv

20. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Penjualan Konsentrat .................................................... 21. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Bantuan Medis Ternak ................................................. 22. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Keuangan Koperasi ...................................................... 23. Rata-rata Tingkat Kinerja dan Kepentingan Atribut Pelayanan KUD Giri Tani .............................................................................. 24. Tingkat Kesesuaian Atribut Berdasarkan Jawaban Responden ...... 25. Costumer Satisfaction Index Atribut Pelayanan KUD Giri Tani ....

59 61 64 66 78 80

DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. Diagram Alur Analisis Persepsi dan Kepuasan Anggota terhadap Pelayanan KUD Giri Tani .................................................. 2. Diagram Importance and Performance Matrix ................................ 3. Struktur Organisasi KUD Giri Tani .................................................. 4. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Persepsi Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani .................................................... 67 26 34 40 Halaman

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 87 89

1. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 2. Kuesioner Penelitian ...............................................................................

vii

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Koperasi pertama kali didirikan di Eropa pada abad ke-19. Kelahiran koperasi dilatarbelakangi oleh kesenjangan kesejahteraan yang besar dalam masyarakat Eropa, akibat kondisi pasar yang tidak adil pada waktu itu. Kemudian koperasi digunakan sebagai alat kekuatan untuk melawan ketidakadilan pasar tersebut. Kekuatan koperasi telah meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam kebijakan ekonomi, termasuk dalam perundingan internasional (Soetrisno 2003). Di Indonesia koperasi pertama kali diperkenalkan oleh R Aria Wiriatmadja, seorang patih di Purwokerto pada tahun 1895 (Baswir 2000). Sejak itu koperasi di Indonesia telah mendapatkan tempat khusus dalam perekonomian bangsa Indonesia. Koperasi dinyatakan sebagai soko guru (tulang punggung) perekonomian nasional di samping Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Swasta (Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian). Definisi koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Penafsiran yang paling tepat terhadap asas kekeluargaan itu adalah koperasi, seperti yang sering dikemukan oleh Bung Hatta, yang disebut sebagai perumus pasar tersebut (Rahardjo 2002). Bagi Bung Hatta sendiri koperasi adalah sebuah lembaga yang didorong oleh jiwa yang self-help, yaitu gerakan yang tolong diri sendiri, yang berani bertanggung jawab dan mengatasi kesulitan diri sendiri lebih dahulu, dan akan menemui zaman emasnya dimasa datang (Mutis 2002). Maka, tidak salah jika koperasi dianggap sebagai lembaga yang berasal dari anggota dan untuk anggota. Selain itu corak pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota, bukan dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan, koperasi akan mengeksploitasi anggotanya (Baga 2003). Corak yang unik seperti ini oleh seorang sosiolog Inggris, Anthony Giddens diistilahkan

sebagai the third way atau jalan ketiga antara pasar yang kapitalis dan sosialis (Rahardjo 2002). Sejak diperkenalkan di Indonesia, koperasi telah mengalami pergerakan pasang dan surut di setiap periode pemerintahan. Sejak dari kolonialisasi Belanda, pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan. Oleh karena itu untuk memantapkan pergerakannya, pada kongres koperasi yang pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 12 Juli 1947 dideklarasikan sebagai hari koperasi. Mengingat perjalanan koperasi yang sudah sedemikian panjang, diperlukan sebuah kegiatan evaluasi terhadap kinerja koperasi. Karena itu dari kegiatan ini dapat diketahui sejah mana pencapaian koperasi dan bagaimana pencapaiannya jika dibandingkan dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga evaluasi kinerja koperasi dapat meningkatkan kepercayaan terhadap koperasi. Untuk memantapkan kegiatan evaluasi koperasi di Indonesia, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah telah mengeluarkan peraturan Nomor: 22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi. PERMEN ini menjelaskan bahwa pemeringkatan koperasi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap kondisi dan atau kinerja koperasi melalui sistem pengukuran yang obyektif dan transparan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang dapat menggambarkan tingkat kualitas dari suatu koperasi. Berdasarkan PERMEN ini ada enam aspek koperasi yang dinilai, meliputi; 1) Aspek badan usaha aktif, 2) Aspek kinerja usaha yang semakin sehat, 3) Aspek kohesivitas dan partisipasi anggota, 4) Aspek orientasi kepada pelayanan anggota, 5) Aspek pelayanan kepada masyarakat dan 6) Aspek kontribusi terhadap pembangunan daerah. Enam aspek penilaian ini, akan menghasilkan lima klasifikasi kualitas, yaitu; 1) Koperasi dengan kualifikasi sangat berkualitas, 2) Koperasi dengan kualifikasi berkualitas, 3) Koperasi dengan kualifikasi cukup berkualitas, 4) Koperasi dengan kualifikasi kurang berkualitas dan, 5) Koperasi dengan kualifikasi tidak berkualitas. Saat ini dari data statistik, kinerja koperasi di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan ikut memberikan kontribusi dalam menggerakan perekonomian nasional. Menurut data statistik perkoperasian Indonesia tahun 2007 yang

dikeluarkan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dapat dilihat beberapa indikator keberhasilan koperasi yang mengalami peningkatan, seperti; 1) Peningkatan jumlah koperasi, 2) Peningkatan jumlah anggota, 3) Penyerapan tenaga kerja dan 4) Volume usaha koperasi. Tabel 1. Indikator Keberhasilan Koperasi Nasional Tahun 2005-20061
No 1 2 3 4 Indikator Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Kopersi Penyerapan Tenaga Kerja Volume Usaha Koperasi (dalam 000.000) 2005 134.963 27.286.784 308.771 40.831.693,56 2006 140.326 27.776.133 350.435 62.718.499,78 Perubahan 6.363 489.349 41.664 21.886.806,22 Persentase 4,71 1,79 13,49 53,60

Sumber: Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007)

Kinerja koperasi ditingkat nasional mengalami peningkatan pada seluruh indikator keberhasilan koperasi. Persentase perubahan tertinggi dicapai oleh peningkatan volume usaha koperasi. Peningkatan yang terjadi sebesar 53,60 persen. Hal yang sama juga terjadi di Propinsi Jawa Barat. Seluruh indikator mengalami peningkatan, paningkatan penyerapan tenaga kerja oleh koperasi di Propinsi Jawa Barat bahkan tertinggi di seluruh Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap mencapai 33.920 orang. Tabel 2. Indikator Keberhasilan Koperasi Propinsi Jawa Barat Tahun 2005-20062
No 1 2 3 4 Indikator Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Koperasi Penyerapan Tenaga Kerja Volume Usaha Koperasi (dalam 000.000) 2005 19.759 5.318.497 42.204 7.459.416,96 2006 20.562 6.154.406 76.124 8.878.128,56 Perubahan 803 835.909 33.920 1.418.711,60 Persentase 4,06 15,72 80,37 19,01

Sumber: Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007)

1 2

http:// www.depkop.go.id Statistik Perkoperasian Indonesia Tahun 2007. Loc.cit

Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan diantara sekian banyak kelembagaan yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian (Baga 2005). Termasuk bidang peternakan sapi perah (koperasi susu). Koperasi susu di Indonesia saat ini sebagian besar masih berada di Pulau Jawa. Tersebar di tiga provinsi seperti, Jawa Barat, Tengah dan Timur, dengan jumlah masing-masing 25, 25 dan 45 buah (Luthan 2008). Berbeda dengan koperasi biasa, koperasi sapi perah atau koperasi susu merupakan koperasi yang beranggotakan peternak sapi perah sebagai pengusaha dan usahanya itu menunjang kehidupan koperasi. Sejauh ini ada dua bentuk koperasi susu, yakni monofikasi atau koperasi susu yang hanya fokus kepada usaha sapi perah. Sedangkan yang lain merupakan koperasi diversifikasi atau koperasi susu yang membuka berbagai usaha (Yusdja 1997). Keberadaan koperasi susu saat ini sangat dibutuhkan oleh peternak sapi perah. Mengingat sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat. Dimana, skala usaha peternakan rakyat masih tergolong kecil, yang hanya memiliki satu sampai sembilan ekor sapi (Yusdja 1997). Peran koperasi susu bagi peternak sapi perah dapat berfungsi sebagai wadah untuk berkumpul dan membangun kekuatan. Kemudian koperasi oleh peternak sapi perah dapat dimanfaatkan sebagai perantara peternak dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). Peran perantara ini dapat dikatakan bagian dari pelayanan yang dilakukan oleh koperasi kepada peternak sapi perah yang menjadi anggota. Dari segi pelayanan, koperasi merupakan sebuah organisasi bisnis yang bertujuan melayani anggota atau masyarakat yang bukan anggotanya. Kepada anggotanya koperasi dapat berhubungan langsung dalam peningkatan kesejahteraan dan meningkatkan skala usaha anggota koperasi. Sementara pelayanan kepada masyarakat yang bukan anggota koperasi tetap dapat dijalani oleh koperasi, karena koperasi juga harus tetap aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh koperasi susu merupakan wujud dari kebutuhan anggota. Sehingga anggota menjadi patokan dalam memberikan

pelayanan. Oleh karena itu, anggota berhak untuk memberikan penilaian baik atau buruk terhadap pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Berdasarkan PERMEN Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di atas, penilaian pelayanan koperasi kepada anggota merupakan bagian dari penilaian kinerja koperasi. Peningkatan dari kinerja koperasi diharapkan terjadi karena adanya peningkatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi.

1.2. Perumusan Masalah Melihat perkembangan jumlah koperasi saat ini, seharusnya juga diikuti oleh perkembangan kinerja pelayanan koperasi kearah yang lebih baik. Tetapi selama ini koperasi menghadapi banyak kendala dalam perkembangannya, baik dari segi sumberdaya manusia (SDM) atau sumber daya modal. Oleh sebab itu koperasi tidak dapat menjalankan usahanya secara efektif dan efisien. Saat ini jumlah anggota aktif (memiliki ternak dan memproduksi susu) Koperasi Unit Desa Giri Tani (KUD Giri Tani) sampai tahun 2007 tercatat sebanyak 136 orang, dengan anggota yang mundur sebanyak 742 orang. Jumlah anggota yang aktif terus mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Tabel 3. Jumlah Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2007 (orang)
Tahun 2005 2006 2007 Aktif 159 n.a 136 Tidak Aktif (mundur) 705 n.a 742 Jumlah 864 867 878

Sumber: KUD Giri Tani (2008) n.a : data tidak didapatkan

Begitu juga dengan volume produksi susu segar peternak anggota KUD Giri Tani. Terjadi penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Besarnya penurunan yang terjadi hampir mencapai 50 persen. Tabel 4. Jumlah Produksi Susu Segar KUD Giri Tani 2005-2007
Tahun 2005 2006 2007 Sumber : KUD Giri Tani (2008) Jumlah (liter) 1.698.138 1.468.531 914.924

Permasalahan yang terkait dengan penurunan jumlah produksi susu dan banyaknya anggota yang mundur diduga disebabkan oleh pelayanan yang belum optimal dari KUD Giri Tani. Oleh sebab itu, melihat kondisi KUD Giri Tani saat ini, maka perlu dilakukan kegiatan evaluasi sebagai alat untuk melihat seberapa baik pelayanan KUD Giri Tani yang telah diberikan kepada peternak anggotanya. Dari evaluasi ini juga dapat dilihat seberapa jauh kemampuan koperasi dalam menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi dalam aktivitas usahanya. Hasil dari analisis persepsi dan kepuasan anggota dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dimasa yang akan datang. Sehingga koperasi dapat mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan harapan, kebijakan yang dibuat akan berujung kepada peningkatan keuntungan ekonomi bagi anggotanya, di samping peningkatan jalinan kerja sama antar anggota dengan pengurus. Dengan demikian Penelitian ini di dalam rumusannya akan melihat: 1) 2) Bagaimana persepsi anggota terhadap pelayanan KUD Giri Tani selama ini? Bagaimana kepuasan anggota dari kinerja pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari permasalahan yang diangkat, penelitian ini betujuan untuk: 1) Menganalis persepsi anggota peternak sapi perah terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani,

2) 3)

Menganalis kepuasan anggota peternak sapi perah terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani, dan Memberikan rekomendasi pelayanan KUD Giri Tani dimasa yang akan datang.

1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah; 1) 2) 3) 4) Sebagai bahan informasi bagi pengurus KUD Giri Tani mengenai kondisi kinerja pelayanan koperasi mereka, Sebagai penilaian terhadap kinerja pelayanan KUD Giri Tani kepada anggotanya, Memberikan bahan pertimbangan bagi KUD Giri Tani untuk membuat kebijakan terkait kinerja pelayanan koperasi selanjutnya, dan Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peternakan Sapi Perah di Indonesia Peternakan sapi perah di Indonesia sudah dimulai sejak zaman kolonialisasi Belanda. Awalnya susu hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja, karena orang Indonesia tidak menyukai susu, kalaupun mau, kondisi ekonominya tidak memungkinkan mereka untuk membelinya, (Soedono et all. 2003). Saat ini peternakan sapi perah telah menyebar ke seluruh Indonesia, termasuk Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 36/KPTS/TN.120/5/1990, secara garis besar peternakan sapi perah di Indonesia dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu peternakan rakyat dan perusahaan peternakan. Peternakan rakyat yaitu, usaha yang dilakukan oleh rakyat di samping usahataninya sehingga sifat pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Sedangkan perusahaan peternakan yaitu, peternakan yang diselenggarakan untuk suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta dalam proses produksinya telah menggunakan teknologi baru. Pengklasifikasian peternakan rakyat dan perusahaan peternakan berdasarkan total jumlah sapi yang dipelihara. Jika kurang dari 20 ekor di klasifikasikan sebagai peternakan rakyat, sedangkan perusahaan peternakan memiliki lebih dari 20 ekor sapi (Pulungan dan Pambudy) dalam (Akilah 2008). Jumlah peternak dan populasi sapi perah di Indonesia dari tahun ke tahun terus bertambah, tapi produksi susunya tetap rendah, bahkan agak stagnan. Pada 1977 misalnya, di Indonesia tercatat sekitar 300 peternak sapi perah, lalu pada 2002 berkembang menjadi 86.000 peternak, dan 2006 menjadi 120.000 peternak. Namun kenyataannya, peternakan dalam negeri hanya mampu memenuhi 30 persen dari 1.306 juta ton kebutuhan susu nasional. Sisanya, 70 persen, harus diimpor dari Australia dan Selandia Baru (Kemal 2007). Sehingga jika dilihat dari sisi konsumsi, Indonesia masih berada pada posisi net-consumer. Sampai saat ini industri susu nasional masih sangat bergantung kepada impor bahan baku susu (Daryanto 2007). Di Propinsi Jawa Barat populasi sapi perah terus mengalami peningkatan sejak tahun 2004, kecuali ditahun 2005 sempat terjadi penurunan populasi sapi

perah. Menurut perkiraan sampai tahun 2008 jumlah populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat mencapai 117.059 ekor. Jumlah ini merupakan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan populasi sapi perah nasional pada 2008 diperkirakan mencapai 407.767 ekor. Tabel 5. Populasi Sapi Perah Nasional Tahun 2004-2008* (dalam ekor)3
Provinsi Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Nasional 2004 132,789 98,958 115,155 364,062 2005 134,043 92,770 114,116 361,351 2006 136,497 97,367 115,158 369,008 2007 139,277 103,489 116,260 374,067 2008* 141,199 117,059 134,060 407,763

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2008) Catatan: * Data Tahun 2008 adalah Perkiraan

Sementara dari sisi produksi susu segar, Propinsi Jawa Barat dari tahun 2004 juga mengalami peningkatan, dan sempat mengalami penurunan ditahun 2005. Ditahun 2008 perkiraan produksi susu segar mencapai 225.212 ton, kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur. Sementara produksi susu segar nasional tahun 2008 diperkirakan mencapai 574.406 ton. Tabel 6. Produksi Susu Segar Nasional Tahun 2004-2008* (dalam ton)4
Provinsi Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Nasional 2004 237,663 215,330 78,259 549,945 2005 239,908 201,885 70,693 535,962 2006 244,300 211,889 130,896 616,549 2007 249,275 225,212 70,419 567,683 2008* 253,837 225,212 71,286 574,406

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2008) Catatan: * Data Tahun 2008 adalah Perkiraan

Produksi susu segar Indonesia saat ini sebagian besar atau sekitar 91 persen dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha satu sampai tiga ekor sapi perah per peternak. Keberadaan peternak juga terpencar dibeberapa kawasan, sehingga menjadi masalah bagi peternak dalam memasarkan produk susu mereka,
3 4

http://www.ditjennak.go.id Populasi Sapi Perah Nasional Tahun 2004-2008 http://www.ditjennak.go.id Produksi Susu Segar Nasional Tahun 2004-2008

mengingat susu merupakan produk yang mudah rusak. Permasalahan seperti ini membutuhkan penanganan agar pemasaran produk susu peternak dapat berjalan dengan baik. Untuk itu dibuatlah koperasi yang mewadahi para peternak sapi perah (Daryanto, 2007).

2.2. Koperasi Susu Indonesia Koperasi sapi perah (susu) merupakan perusahaan yang bergerak di dalam produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi. Sebagai anggota koperasi, peternak adalah juga pemegang saham melalui simpanan wajib dan simpanan pokok dan sebagainya. Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya jika terjadi kekeliruan dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan peternak anggota koperasi (Trantono 2008). Koperasi susu yang pertama kali muncul di Indonesia adalah Gabungan Peternak Sapi Perah Indonesia Pangalengan (GPSPIP). Koperasi ini berdiri tahun 1949 di Pangalengan Jawa Barat. Kemudian pada tahun 1962 disusul oleh koperasi Sinar Andani Ekonomi (SAE) di Pujon, Jawa Timur. Setelah itu disusul dibeberapa daerah seperti Boyolali, Ungaran, Grati, Nongkojajar dan di daerah lainnya. GPSPIP sebagai koperasi susu pertama, terpaksa ditutup pada pertengahan tahun 1960-an akibat kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang bergejolak pada waktu itu. Kemudian didirikan kembali sebagai Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan pada tahun 1969. Bertahan sampai saat ini. Saat ini sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia merupakan anggota koperasi susu. Dalam hal ini koperasi bertindak sebagai mediator antara peternak dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). Sehingga saat ini keberadaan koperasi susu sangat menentukan posisi tawar peternak dalam menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan dan harga yang akan diterima oleh peternak (Daryanto 2007).

10

Kondisi seperti saat ini jauh lebih baik dari yang pernah terjadi pada awal tahun 1980-an dimana pada waktu itu terjadi penurunan harga susu yang sangat dalam, sehingga peternak mengalami kerugian yang besar. Menanggapi permasalahan ini, kemudian pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri (Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi). SKB tersebut mewajibkan IPS di Indonesia untuk menyerap produksi susu segar nasional sebagai pendamping susu impor sebagai bahan baku. Dengan adanya peraturan ini telah memberikan peluang penjualan susu segar hasil peternak pada tingkat kualitas dan harga yang lebih menarik dan pola pemasaran yang lebih terjamin. Penelitian (Erwin 2008) tentang analisis pengembangan usaha koperasi susu di Kota Bogor, dapat dilihat kondisi koperasi susu saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dihadapi koperasi berasal dari Internal dan eksternal koperasi. Internal koperasi menghadapi berbagai permasalahan yang menjadi kelemahan koperasi, seperti, motivasi kerja karyawan yang rendah, penelitian dan pengembangan belum mendapatkan perhatian yang khusus, kondisi keuangan yang buruk, piutang pada peternak sangat besar, proporsi modal luar masih sangat besar (sekitar 95 persen), tidak ada promosi untuk KPS Feed, penurunan pemotongan dana operasional/liter susu, ketergantungan yang tinggi kepada Industri Pengolahan Susu (IPS), jumlah karyawan yang tidak efisien dan penurunan jumlah produksi susu peternak. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan koperasi diantaranya Job description koperasi sudah jelas, program kerja koperasi telah disetujui oleh anggota, mekanisasi proses produksi pakan ternak, penerapan harga susu yang progresif, bonus dan penalti, kualitas susu telah memenuhi standar IPS, pengelola bebas KKN, transaparan dan efisien, program pengendalian mutu susu, KPS memiliki kawasan usaha peternakan, KPS menyediakan pakan dan administrasi yang terkomputerisasi. Faktor-faktor dari eksternal koperasi yang menjadi peluang seperti, lokasi yang strategis (dekat dengan IPS), peningkatan konsumsi susu masyarakat, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan gizi, iklim yang

11

mendukung, produksi susu belum memenuhi kebutuhan, kerjasama dengan dinas peternakan dan lembaga lainnya dan perkembangan teknologi dibidang peternakan. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman yaitu, suku bunga kredit yang tinggi, pemberlakuan Asean Free Trade Area (AFTA), lahan hijauan berkurang, daya tawar koperasi kepada IPS masih lemah, harga susu impor lebih murah dan tuntutan hukum pihak yang berwajib.

2.3. Koperasi Indonesia 2.3.1. Legalitas Koperasi Landasan hukum (aspek legal) koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya (Baswir 2000). Sementara itu didalam UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian di muat bahwa landasan koperasi di Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Lebih lanjut (Baswir 2000), menjabarkan bahwa pancasila merupakan landasan idiil dari koperasi, karena didasarkan atas pertimbangan bahwa pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Serta nilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan UUD 1945 sebagai landasan struktural karena di dalamnya terdapat berbagai ketentuan yang mengatur berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara.

2.3.2. Prinsip-Prinsip Koperasi Prinsip koperasi merupakan penjabaran dari asas kekeluargaan yang menjadi asas dasar bagi koperasi. Prinsip-prinsip koperasi mengatur hal-hal yang meliputi hubungan antara koperasi dengan anggotanya, hubungan antara sesama anggota, pengurusan koperasi itu sendiri dan tujuan koperasi yang akan dicapai. Prinsip-prinsip koperasi yang dipahami akan membedakan sifat koperasi dengan entitas bisnis yang tidak memiliki asas seperti koperasi. Prinsip-prinsip koperasi yang dikenal saat ini merupakan adaptasi dari prinsip-prinsip pengembangan koperasi di Rochdale, Inggris. Kemudian prinsip-

12

prinsip koperasi Rochdale ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana koperasi berada. Menurut (Faugeut 1951) di dalam (Baswir 2000), sekurang-kurangnya ada empat prinsip yang harus dipenuhi oleh koperasi: 1) Pengaturan tentang keanggotaan yang berdasarkan atas kesukarelaan Keanggotaan koperasi harus bersikap sukarela. Dengan adanya unsur kesukarelaan maka para anggota koperasi dapat memilih untuk menjadi angota koperasi bila ia merasa bahwa koperasi dapat memperjuangkan kepentingankepentingannya. Bila dalam kenyataannya anggota merasakan bahwa koperasi tidak memenuhi aspirasinya, anggota yang bersangkutan dapat melakukan permohonan untuk mengundurkan diri. 2) Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota Prinsip ini merupakan prinsip yang penting bagi koperasi. Dengan prinsip ini koperasi menjadi lembaga ekonomi yang menjunjung nilai-nilai demokrasi. Prinsip ini harus diterapkan dalam bentuk persamaan kepemilikan, persamaan hak suara dan persamaan hak dalam mengelola koperasi. 3) Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi anggota dalam ketatalaksanaan dan usaha koperasi Sebagai sebuah perusahaan, koperasi dimiliki, dikelola dan diawasi oleh para anggotanya. Sebagai bukti kepemilikan koperasi, setiap anggota dapat ikut serta dalam penghimpunan modal. Kemudian setiap anggota yang memiliki keterampilan dapat ditunjuk sebagai pengelola koperasi. 4) Adanya ketentuan tentang perbandingan yang seimbang terhadap hasil usaha yang diperoleh, sesuai dengan pemanfaatan jasa koperasi oleh anggotanya. Prinsip ini merupakan dasar bagi koperasi dalam menentukan pembagian sisai hasil usaha. Berbeda dari perusahaan perseroan, pembagian sisa hasil usaha koperasi tidak didasarkan atas besarnya simpanan atau modal masing-masing anggota koperasi. Melainkan berdasarkan atas partisipasi anggota dalam memanfatkan jasa koperasi.

2.3.3. Partisipasi Anggota Koperasi Di dalam (Baswir 2000), setiap warga negara Indonesia pada dasarnya memiliki hak menjadi anggota koperasi. Tetapi karena koperasi adalah sebuah

13

badan hukum yang akan melakukan tindakan-tindakan hukum, yang benar-benar dapat diterima sebagai anggota sebuah koperasi hanyalah mereka yang mampu melakukan tindakan hukum atau tindakan koperasi dan yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi itu. Menurut (Hendar dan Kusnadi 2005) secara harfiah partisipasi berarti mengikut sertakan pihak lain dalam pencapaian tujuan. Partisipasi itu sendiri dibagi dalam tiga dimensi; 1) Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya Partisipasi dapat berupa dipaksakan (forced) dan sukarela (foluntary). Partisipasi yang dipaksakan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi yang mengedepankan semangat sukarela (UU No 25 Th 1992 tentang Perkoperasian) 2) Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya Partisipasi dapat berupa formal dan informal. Dalam partisipasi formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan setiap kegiatan. Sementara pada partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya dapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang partisipasi. 3) Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya Dari sudut pandang dimensi ini koperasi dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok persoalan, mengajukan keberatan secara langsung terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. Sedangkan partisipasi tidak langsung akan terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota. Wakil tersebut akan berbicara atas nama karyawan atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya. Pada koperasi partisipasi ini dapat dilakukan secara bersamaan, bergantung pada situasi dan kondisi yang berlaku di koperasi. 4) Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya Dari segi kepentingannya partisipasi dalam koperasi dapat dilihat berupa partisipasi kontributif atau partisipasi intensif. Kedua jenis partisipasi ini akan timbul jika anggota memiliki peran ganda sebagai pemilik sekaligus sebagai

14

pelanggan. Di dalam partisipasi kontributif, sebagai pemilik anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan dan mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap berjalannya perusahaan koperasi. Di dalam partisipasi intensif anggota yang juga merupakan pelanggan, anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh perusahaan dalam menunjang kepentingannya. Penelitian Kurnia (2006), tentang partisipasi anggota koperasi tempe tahu Indonesia (KOPTI) memperlihatkan bahwa partisipasi merupakan bagian dari keberhasilan dalam mencapai tujuan koperasi. Partisipasi bermanfaat untuk meningkatkan loyalitas anggota terhadap koperasinya. Partisipasi anggota dibidang permodalan menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan permodalan koperasi sehingga dana untuk pengembangan koperasi terus tersedia. Penelitian Kurnia (2006) menduga variabel yang paling mempengaruhi partisipasi anggota mengenai perkembangan KOPTI adalah tingkat pengolahan dan tingkat pendidikan anggota, dari beberapa variabel seperti: umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, skala usaha anggota, tingkat pelayanan, tingkat pengelolaan dan persepsi anggota tentang perkembangan KOPTI.

2.4. Analisis Kinerja Pelayanan Penelitian Putra (2006) mengangkat topik tentang kinerja keuangan dan kemampuan pelayanan koperasi produsen tempe tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Garut. Dalam penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan digunakan metode Analisis Rasio, Analisis Trend dan persentase perkomponen. Sementara, untuk mengukur kinerja pelayanan koperasi digunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Consumer Satisfaction Index (CSI). Penelitian Putra (2006) menggunakan data primer yang diperoleh dari survei secara acak kepada 40 responden (20 responden pengusaha tahu dan 20 responden pengusaha tempe) di setiap wilayah kerja, yang berjumlah tiga wilayah kerja. Sementara data sekunder diperoleh dari laporan keuangan KOPTI dan instansi terkait.

15

Analisis kinerja pelayanan oleh Putra (2006) menggunakan 18 buah variabel yang dikelompokkan dalam tiga kelompok: 1) Unit Usaha Simpan Pinjam Unit ini terdiri dari empat variabel, yaitu: Prosedur memperoleh kredit, Ketepatan waktu dalam memperoleh kredit, Ketepatan jumlah dalam memperoleh kredit, dan Tingkat sukubunga pinjaman yang ditetapkan oleh KOPTI 2) Unit Usaha Pengadaan Kedelei Unit ini terdiri dari 12 variabel, yaitu: ketepatan kualitas dalam memperoleh kedelei, ketepatan jumlah dalam memperoleh kedelei, kecukupan jatah kedelei dari koperasi, harga jual kedelei oleh koperasi, ketepatan waktu dalam memperoleh kedelei, kesopanan dan keramahan petugas, pengetahuan petugas mengenai informasi yang diperlukan anggota, kecepatan petugas memberikan pelayanan, cara pembayaran kedelei, lokasi/jarak pelayanan anggota, kenyamanan tempat pelayanan dan jam buka pelayanan. 3) Unit Usaha Warung Serba Ada (WASERDA) Unit waserda ini memiliki dua variabel di dalamnya. Variabel yang dimaksud yaitu: mutu bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan, dan harga bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan. Penelitian ini menggunakan 18 buah variabel yang diteliti menggunakan IPA, empat buah variabel berada pada kuadran I diagram kartesius, yaitu: ketepatan jumlah dalam memperoleh kredit, tingkat sukubunga pinjaman yang ditetapkan oleh KOPTI, harga jual kedelei oleh koperasi dan ketepatan jumlah dalam memperoleh kedelei. Variabel yang berada di kuadran II hanya ketepatan kualitas dalam memperoleh kedelei. Di kuadran III terdapat variabel kenyamanan tempat pelayanan, jam buka pelayanan, mutu bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan, dan harga bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan. Variabel selebihnya berada di kuadran IV. Tingkat kepuasan konsumen koperasi yang diukur dengan CSI diperoleh nilai sebesar 69,88 persen, atau berada pada kategori puas. Penelitian Cahliana (2008), mengangkat topik mengenai pelayanan publik pemerintahan Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan dalam pengolahan data yaitu uji validitas, uji realibilitas, skala likert, IPA dan CSI. Sumber data

16

penelitian diperoleh dari data primer yang berasal dari wawancara dengan instansi pemerintah dan masyarakat. Khusus dengan masyarakat wawancara dipandu dengan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, Dinas Cipta Karya, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor dan laporan penelitian terdahulu. Pengumpulan data oleh Cahliana (2008), dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Cibinong dan Jasinga. Dari masing-masing kecamatan kemudian dipilih dua buah kelurahan, dimana syarat pemilihan kelurahan berdasarkan atas lokasi kelurahan. Lokasi kelurahan yang diambil adalah yang jauh dari pusat pemerintahan dan yang dekat dari pusat pemerintahan. Dari setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 35 orang responden dengan teknik Simple Random Sampling. Atribut yang digunakan oleh Cahliana (2008) berjumlah 24 atribut, yaitu:1) Fasilitas kantor pelayanan, 2) Kebersihan ruangan pelayanan, 3) Tempat parkir yang tersedia, 4) Kenyamanan ruang tunggu pelayanan, 5) Kewajaran biaya pelayanan, 6) Kepastian biaya pelayanan, 7) Prosedur pelayanan, 8) Kemampuan petugas menyediakan pelayanan, 9) Tanggung jawab petugas menyediakan pelayanan, 10) Kedisiplinan petugas pelayanan, 11) Pelayanan yang cepat, 12) Kesibukan petugas tidak mengganggu pelayanan masyarakat, 13) Aparat dan petugas tanggap dalam penanganan keluhan masyarakat, 14) Aparat dan petugas cepat dalam penanganan keluhan masyarakat, 15) Pemberian informasi yang jelas dan dimengerti oleh masyarakat, 16) Petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan, 17) Kejujuran petugas pelayanan, 18) Keamanan dan kenyamanan pelayanan, 19) Kepastian jadwal pelayanan, 20) Citra petugas dimata masyarakat, 21) Kemudahan dalam proses pelayanan, 22) Petugas pelayanan memahami kebutuhan masyarakat, 23) Waktu tunggu untuk dilayani petugas, dan 24) Pemberian pelayanan kepada masyarakat tanpa pilih-pilih. Hasil dari pengolahan menggunakan IPA di Kecamatan Cibinong menunjukkan tujuh atribut berada di kuadran I, yaitu: kedisiplinan petugas pelayanan, pelayanan yang cepat, aparat dan petugas tanggap dalam penanganan keluhan masyarakat, aparat dan petugas cepat dalam penanganan keluhan masyarakat, kepastian jadwal pelayanan, petugas pelayanan memahami kebutuhan masyarakat dan pemberian pelayanan kepada masyarakat tanpa pilih-

17

pilih. Di kuadran II terdapat enam atribut, yaitu: kemampuan petugas menyediakan pelayanan, tanggung jawab petugas menyediakan pelayanan, petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan, kejujuran petugas pelayanan, keamanan dan kenyamanan pelayanan, dan kemudahan dalam proses pelayanan. Dikuadran III terdapat atribut fasilitas kantor pelayanan, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kesibukan petugas tidak mengganggu pelayanan masyarakat, citra petugas dimata masyarakat, waktu tunggu untuk dilayani petugas. Dikuadran IV terdapat atribut kebersihan ruangan pelayanan, tempat parkir yang tersedia, kenyamanan ruang tunggu pelayanan, prosedur pelayanan dan pemberian informasi yang jelas dan dimengerti oleh masyarakat. Sementara itu, hasil dari CSI di Kecamatan Cibinong diperoleh skor sebesar 60,71 persen, atau berada di level cukup puas. Penelitian Cahliana (2008) yang dilakukan di Kecamatan Jasinga menunjukkan tiga atribut berada di kuadran I, yaitu: kedisiplinan petugas pelayanan, kepastian jadwal pelayanan dan aparat dan petugas tanggap dalam penanganan keluhan masyarakat. Di kuadran II terdapat 10 atribut yaitu, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, prosedur pelayanan, kemampuan petugas menyediakan pelayanan, tanggung jawab petugas menyediakan pelayanan, pelayanan yang cepat, kejujuran petugas pelayanan, pemberian pelayanan kepada masyarakat tanpa pilih-pilih, kemudahan dalam proses pelayanan dan petugas pelayanan memahami kebutuhan masyarakat. Di kuadran III terdapat delapan atribut yaitu, fasilitas kantor pelayanan, kebersihan ruangan pelayanan, tempat parkir yang tersedia, kenyamanan ruang tunggu pelayanan, waktu tunggu untuk dilayani petugas, citra petugas dimata masyarakat, aparat dan petugas cepat dalam penanganan keluhan masyarakat dan pemberian informasi yang jelas dan dimengerti oleh masyarakat. Di kuadran IV terdapat tiga atribut yaitu, kesibukan petugas tidak mengganggu pelayanan masyarakat dan keamanan dan kenyamanan pelayanan serta petugas ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan. Hasil penilaian CSI di Kecamatan Jasinga diperoleh nilai 67,63 persen. Level ini termasuk kategori puas. Penelitian Shanty (2008), tentang kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan koperasi tani di Desa Cisarua, Kabupaten Bandung.

18

Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Data primer didapat dari pengurus koperasi dan petani paprika yang menjadi anggota dan yang bukan anggota koperasi tani. Data primer yang diambil berupa karakteristik petani, seperti umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah anggota keluarga. Kemudian data primer tentang petani juga ditambah dengan data usahatani seperti, produktifitas, biaya, harga, modal, luas lahan dan pendapatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan koperasi dan instansi-instansi yang terkait. Dalam memperoleh data primer, Shanty (2008) mengelompokkan petani paprika kedalam dua kelompok, yaitu petani paprika yang menjadi anggota dan petani paprika yang tidak menjadi anggota koperasi tani. Dari masing-masing kelompok diambil 20 orang sebagai responden. Pemilihan responden menggunakan teknik Snow Ball Sampling, dimana seorang responden akan menunjuk responden selanjutnya. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif untuk melihat gambaran kinerja koperasi tani. Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk melihat manfaat ekonomi yang diterima anggota. Analisis kualitatif diolah dengan model logit. Penilaian kinerja koperasi dilakukan dengan membandingkan hasil indikator kinerja yang dianggap penting oleh koperasi dengan standar yang telah ditetapkan oleh koperasi. Indikator yang digunakan adalah: 1) Jumlah anggota, 2) Jumlah green house anggota, 3) Sisa Hasil Usaha (SHU) per anggota, 4) Rasio Keuangan (likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas), 5) Volume usaha koperasi, 6) Produksi paprika anggota, 7) Penjualan paprika, 8) Harga rata-rata dan 9) Jumlah karyawan dan pengurus yang pendidikannya mencapai perguruan tinggi. Hasil dari penelitian Shanty (2008) memperlihatkan bahwa jumlah anggota dan SHU per anggota mengalami penurunan dan pencapaian kepemilikan green house oleh anggota hanya sebesar 12,96 persen, jauh dari target sebesar 50 persen. Kinerja keuangan koperasi dari rasio likuiditas pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, akibat dari peningkatan komponen persediaan dan hutang lancar koperasi. Dari rasio solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas, koperasi juga mengalami penurunan dari tahun

19

sebelumnya. Begitu juga dengan volume usaha koperasi belum dapat memenuhi target pertumbuhan sebesar 50 persen, pencapaiannya hanya 12,59 persen. Peningkatan indikator koperasi terjadi pada penjualan dan kualitas SDM koperasi. Sintesis dari kondisi peternakan sapi perah di Indonesia saat ini adalah sebagian besar masih dikelola oleh peternakan rakyat. Kondisi seperti ini menjadi peluang bagi koperasi untuk tumbuh dan berkembang. Karena, koperasi memiliki peran merangkum kekuatan peternak rakyat di dalam satu wadah, sehingga peternak rakyat memiliki posisi tawar yang lebih besar (Erwin 2008). Peran serta masyarakat juga menjadi faktor yang memberikan kekuatan untuk membangun kekuatan koperasi. Mengingat masyarakat kita juga memiliki nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi nilai dasar di dalam koperasi. Tetapi, mengajak peternak rakyat untuk ikut berpartisipasi bukan hal yang mudah. Mengingat latar belakang tingkat pendidikan peternakan rakyat masih pada level yang rendah (Kurnia 2006), sehingga minim pengetahuan tentang koperasi atau apatis terhadap koperasi. Begitu juga dengan pelayanan koperasi masih dirasakan belum cukup memuaskan atau sering tidak mencapai target koperasi itu sendiri (Shanty 2008). Sehingga sering menjadi penilaian yang negatif bagi koperasi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang terdahulu di dalam mengukur tingkat persepsi dan kepuasan responden. Alat analisis pada penelitian ini menggunakan metode IPA untuk melihat persepsi anggota dan CSI untuk melihat tingkat kepuasan anggota. Kepuasan anggota pada penelitian ini juga dilihat dengan menggunakan tingkat kesesuaian responden terhadap kepentingan dan kinerja pelayanan. Penelitian ini mengukur persepsi dan kepuasan responden yang menjadi anggota dari sebuah koperasi yang bergerak dibidang peternakan sapi perah. Penelitian yang menjadikan peternak sapi perah sebagai responden sampai saat ini masih belum banyak dilakukan.

20

III KERANGKA PEMIKIRAN


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Evaluasi Kinerja Di dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana persepsi anggota terhadap tingkat kepentingan dan kinerja pelayanan KUD Giri Tani. Dari hasil penelitian ini juga akan dapat diukur kepuasan anggota terhadap pelayanan KUD Giri Tani. Dimana penilaian terhadap kinerja koperasi di dasari atas konsep kinerja dan evaluasi koperasi. Konsep kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Dimana penerapan dari rencana dikerjakan oleh sumber daya yang memiliki kapabilitas. Sementara itu kinerja di dalam sebuah organisasi dapat dilihat dari proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan dari rencana. Kinerja, hasil kinerja dan prestasi sering dijadikan terjemahan dari performance. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron 1998, diacu dalam Wibowo 2007), Kemudian (Armstrong 2004 diacu dalam Wibowo 2007) lebih menekankan lagi kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan persyaratan atribut-atribut yang disepakati. Sedangkan kinerja koperasi secara kualitatif masih banyak mengalami kendala internal maupun eksternal. Parameter kualitatif yang banyak digunakan adalah sejauh mana koperasi mampu memberikan pelayanan dan manfaat kepada anggotanya serta berapa tingkat partisipasi anggotanya terhadap kegiatan yang diselenggarakan koperasi (Sutara 1997, diacu dalam Palapa 2006).

21

Keberhasilan koperasi dimasa mendatang dapat ditentukan oleh beberapa prasyarat sebagai berikut (Sutara 1997 diacu dalam Palapa 2006): 1) Kesadaran akan kebutuhan anggota, 2) Pengetahuan dan pengertian dasar tentang koperasi, 3) Kejujuran dan ketulusan pengurus, 4) Staf yang jujur dan cakap, 5) Kemampuan berkembang, 6) Pasar, dan 7) Perundang-undangan. Konsep kinerja selanjutnya memiliki keterkaitan dengan konsep evaluasi. Karena, di dalam setiap melakukan aktivitas harus selalu dilakukan pengawasan, pengkajian dan peninjauan terhadap sumber daya yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Karena dari pengawasan, Menurut (Wibowo 2007), dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja secara periodik. Prediksi dapat dilakukan untuk mengetahui pencapaian kemajuan kinerja, apakah terjadi deviasi pelaksanaan terhadap rencana yang dapat mengganggu pencapaian tujuan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi, karena evaluasi akan menghasilkan informasi penting yang berguna, misalnya sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atas implementasi strategi. Buku Evaluasi Kinerja Perusahaan oleh Umar (2005), dijelaskan definisi evaluasi sebagai suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapanharapan yang ingin diperoleh. Standar yang ditampilkan oleh (Umar 2005) didasari oleh standar yang dikeluarkan oleh Committee on Standard for Educational Evaluation yang meliputi antara lain: 1) Utility (manfaat). Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengamblan keputusan atas program yang sedang berjalan. 2) Accuracy (akurat). Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan yang tinggi.

22

3) Feasibility (layak). Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak. Hasil dari evaluasi yang dilakukan diharapkan berada diatas standar yang ditetapkan. Tetapi bisa saja itu tidak terjadi. Menurut (Cronbach 1980, diacu di dalam Umar 2005) standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi mungkin tidak sepenting konsekuensinya, jadi evaluasi yang baik adalah evaluasi yang memberikan dampak positif pada perkembangan pelaksanaan suatu program.

3.1.2. Konsep Pelayanan Koperasi Pelayanan menurut American Marketing Association pada dasarnya merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik (Barkah 2004, diacu dalam Putra 2006). Pelayanan dalam kegiatan koperasi merupakan wujud dari kebutuhan anggota. Anggota menjadi patokan dalam memberikan pelayanan. Waluapun Pelayanan yang diberikan oleh koperasi tidak hanya terbatas kepada anggota koperasi saja. Tetapi pelayanan koperasi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Walaupun usaha koperasi didasari oleh kondisi dan kebutuhan anggotanya. Pelayanan koperasi akan berhubungan langsung dengan kepuasan pelanggan koperasi. Peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan akan meningkatkan nilai kepuasan yang diterima oleh pelanggan koperasi. Kepuasan pelanggan secara harfiah punya makna tetap, yaitu suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi, (Swasembada 2007). Menurut (Kotler 1997, diacu dalam Rangkuti 2005), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan atau yang diharapkannya. Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Sehingga, konsep kepuasan pelanggan akan berhubungan erat dengan kinerja perusahaan

23

Sementara Rangkuti (2005) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap ketidak sesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannnya setelah pemakaian. Dan faktor-faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa. Kepuasan palanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Melihat perkembangan sistem informasi yang saat ini semakin canggih dan mutakhir, setiap orang dapat dengan mudah dan leluasa mendapatkan informasi yang dinginkannya. Sehingga dari informasi yang didapat, konsumen akan selalu menginginkan pelayanan yang lebih baik dari pada yang pernah didapatkannya. Kondisi seperti ini sesuai dengan yang ditulis di dalam majalah Swasembada (2007) bahwa, Kepuasan konsumen akan terus berkembang dari waktu kewaktu. Fenomena seperti ini akan memberikan pengaruh terhadap persepsi pelanggan kepada pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan kepadanya. Untuk itu perusahaan melakukan penelitian untuk mengukur kepuasan pelanggan, sehingga dapat memenuhi costumer expectation, langsung mempengaruhi kinerja penjualan, Rangkuti (2005). S ebagai lembaga ekonomi, koperasi juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bisnis koperasi. Sehingga secara tidak langsung koperasi memasuki kondisi persaingan dalam bisnis yang dijalankannya. Pelayanan yang diperoleh oleh anggota koperasi yang bergerak dibidang peternakan sapi perah dapat berasal dari proses mediasi antara peternak dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) yang dibangun oleh koperasi, atau sebagai penghubung antara peternak dengan penyedia faktor-faktor input peternakan sapi perah seperti pakan dan obatobatan, dan pelayanan medis atau konsultasi dari koperasi terhadap kesehatan ternak mereka. Untuk memenangkan persaingan, koperasi harus mampu memberikan kepuasan bagi anggotanya. Karena jika tidak, anggota dalam kurun waktu tertentu akan beralih kepada penyedia jasa yang lain. Seperti yang dikatakan oleh Abidin dalam majalah Swasembada (2007) bahwa kepuasan pelanggan sebagai sebuah

24

strategi jangka panjang, dimana hasilnya tidak dapat hanya dilihat berdasarkan pengukuran jangka pendek. Oleh karena itu, perbaikan berkesinambungan terhadap pelayanan pelanggan merupakan prioritas utama dan sebuah strategi. Oleh sebab itu koperasi perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja pelayanan yang diberikan kepada anggotanya. Karena evaluasi dapat melihat persepsi anggota kepada kinerja pelayanan koperasi. Dari hasil evaluasi kinerja pelayanan akan dapat dibuat kebijakan atau strategi baru yang berkaitan dengan kepuasan anggota sebagai konsumen.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian mengenai analisis persepsi dan kepuasan anggota terhadap pelayanan koperasi ini dilakukan di Koperasi Unit Desa Giri Tani (KUD Giri Tani). KUD Giri Tani merupakan sebuah koperasi primer yang mengakomodasi kebutuhan peternak sapi perah, yang kemudian menjadi fokus pelayanan KUD Giri Tani. Hasil dari analisis yang dilakukan dapat menjadi bagian dari strategi pengembangan usaha KUD Giri Tani. Kegiatan penelitian ini dimulai dari pengidentifikasian jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani kepada peternak anggota. Hasil identifikasi didapat dari observasi langsung dan wawancara dengan pengurus koperasi dan peternak anggota koperasi. Untuk memperoleh gambaran yang detil tentang pelayanan koperasi maka dilakukan analisis terhadap pelayanan KUD Giri Tani. Analisis pelayanan ini menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengukur tingkat kepentingan dan persepsi kinerja atribut pelayanan KUD Giri Tani. Sementara untuk mengukur kepuasan anggota terhadap pelayanan KUD Giri Tani digunakan metode Consumer Satisfaction Index (CSI). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan seperti apa persepsi kinerja dan kepentingan atribut serta bagaimana kepuasan peternak anggota terhadap pelayanan yang diberikan oleh KUD Giri Tani. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk membuat kebijakan oleh KUD Giri Tani dimasa yang akan datang.

25

KUD GIRI TANI Jumlah anggota tidak aktif hampir lima kali lipat dari jumlah anggota aktif Produksi susu anggota menurun hampir 50 persen selama periode 2005-2007

KEOMPOK PELAYANAN KUD GIRI TANI Administrasi Koperasi Budaya Kerja Pengurus Kelompok Distribusi Susu Penjualan Konsentrat Bantuan Medis Ternak Keuangan Koperasi

Metode Costumer Satisfaction Index(CSI)

Metode Importance Performance Analysis (IPA)

Kepuasan Anggota terhadap Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani

Persepsi Anggota terhadap Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani

Rekomendasi Kebijakan Pelayanan KUD Giri Tani Gambar 1. Diagram Operasional Analisis Persepsi dan Kepuasan Pelayanan KUD Giri Tani

26

IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa Giri Tani (KUD Giri Tani) di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian dimulai dari Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Pemilihan KUD Giri Tani berdasarkan pertimbangan bahwa koperasi ini merupakan koperasi primer yang telah memiliki badan hukum dan salah satu unit usahanya bergerak di bidang peternakan sapi perah. Koperasi ini merupakan salah satu koperasi di Kabupaten Bogor yang bergerak dibidang peternakan sapi perah dan tergabung ke dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat (GKSI 2007).

4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data deskriptif yang di peroleh dari survei kepada peternak anggota. Survei dilakukan dengan mengambil contoh dari sebagian unit observasi (sampling). Proses pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada peternak anggota dan pengurus koperasi. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi terkait, studi literatur, penelitian terdahulu, dokumentasi KUD Giri Tani dan hasil pengunduhan dari internet. Teknik yang digunakan di dalam penentuan responden yaitu Simple Random Sampling. Awalnya responden dipilih yang masih aktif sebagai anggota KUD Giri Tani. Anggota aktif merupakan anggota yang masih memiliki transaksi dengan KUD Giri Tani dan masih membayar simpanan pokok dan wajib kepada KUD Giri Tani. Jumlah anggota aktif saat penelitian ini dilakukan adalah 113 orang. Anggota aktif kemudian dibagi ke dalam lima kelompok berdasarkan kelompok tani di KUD Giri Tani. Kelompok tani yang terdapat di KUD Giri Tani yaitu, Kelompok Baru Tegal (33 orang), Baru Sireum (11 orang), Tirta Kencana (10 orang), Bina Warga (19 orang) dan Mega Mendung (40 orang). Pada setiap wilayah kerja diambil responden secara proporsional. Proses pengambilan responden secara proporsional mendapatkan jumlah sampel untuk setiap kelompoktani yaitu: Baru Tegal 17 orang, Baru Sireum enam orang, Tirta

27

Kencana lima orang, Bina Warga 10 orang dan Mega Mendung 20 orang. Total responden yang didapat sebanyak 58 orang. Kemudian responden pada setiap kelompok akan diambil secara acak.

4.3. Uji Validitas Kuesioner Proses pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah atribut di dalam kuesioner dianggap perlu oleh responden. Uji ini dilakukan kepada 20 orang responden di luar responden yang digunakan untuk pengujian tingkat kepentingan dan persepsi kinerja pelayanan KUD Giri Tani. Syarat responden uji validitas adalah peternak sapi perah yang masih memiliki transaksi KUD Giri Tani dan masih membayar simpanan pokok dan wajib kepada KUD Giri Tani. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q test. Atribut yang disajikan di dalam kuesioner uji ini merupakan pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh KUD Giri Tani. Responden diminta untuk memilih atribut mana saja yang dianggap perlu dijalankan oleh KUD Giri Tani. Setiap jawaban Ya akan diberikan skor 1, sedangkan untuk jawaban Tidak diberikan skor 0. Kemudian atribut diuji, apakah layak atau tidak layak untuk dimasukkan ke dalam kuesioner selanjutnya. Berikut langkah-langkah pengolahan uji validitas atribut. Hasil penghitungan pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Skripsi ini.: 1. Menentukan hipotesis yang dilakukan: Ho: H1: Kemungkinan semua atribut pelayanan KUD Giri Tani dianggap perlu oleh seluruh responden Kemungkinan semua atribut pelayanan KUD Giri Tani dianggap tidak perlu oleh seluruh responden

2. Mencari Q hitung dengan rumus:


2 k k 2 (k 1)k Ci Ci i i Q hit = n n 2 k Ri Ri i i

28

Dimana : k : Jumlah atribut yang diuji Ci : Jumlah skor atribut i Ri : Jumlah skor responden i 3. Penentuan Q tabel dengan = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1 4. Hasil pengujian: Tolak Ho dan terima H1, Jika Qhitung > Qtabel Terima Ho dan tolak H1, jika Qhitung < Qtabel . Tabel 5 menunjukkan atribut-atribut yang diujikan di dalam uji validitas. Atribut diperoleh dari studi literatur dan observasi langsung terhadap proses pelayanan koperasi. Tabel 7. Atribut Uji Validitas
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Kode Atribut A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 Atribut Pelayanan Kemudahan Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota Keramahan Pengurus Melayani Anggota Kecepatan Menanggapi Keluhan Anggota Ketepatan Menanggapi Keluhan Anggota Penampilan (Kerapian) Pengurus Penghubung Anggota Dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu Penetapan Harga Jual Konsentrat Pemenuhan Jumlah Konsentrat Kualitas/Mutu Konsentrat Waktu Ketersediaan Konsentrat Layanan antaran Konsentrat Konsultasi Medis (Keswan) Ternak Jasa Inseminasi Buatan (IB) Terapi/Pengobatan ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak Bantuan Kredit Dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Apakah Atribut Dianggap Perlu Ya Tidak

29

Hasil uji validitas menunjukkan satu atribut tidak valid (tidak dianggap perlu oleh responden), yaitu: layanan antaran konsentrat, sehingga dikeluarkan dari pertanyaan kuesioner analisis kepentingan dan persepsi kinerja KUD Giri Tani. Atribut yang dianggap valid (dianggap perlu oleh responden), yaitu: kemudahan proses menjadi anggota, pencatatan data peternak, pelaksanaan rapat anggota, keramahan pengurus melayani anggota, kecepatan menanggapi keluhan, ketepatan menanggapi keluhan, penampilan (kerapian) pengurus, penghubung anggota dengan IPS, penetapan harga susu, pengujian kualitas susu, penetapan harga jual konsentrat, pemenuhan jumlah konsentrat, kualitas/mutu konsentrat, waktu ketersediaan konsentrat, konsultasi medis (keswan) ternak, terapi/pengobatan ternak, menyediakan obat-obatan, menyediakan peralatan terapi ternak, jasa inseminasi buatan, bantuan kredit dari koperasi dan sisa hasil usaha untuk anggota

4.4. Metode Analisis Data Penilaian kinerja pelayanan KUD Giri Tani menggunakan dua macam alat analisis, yaitu Importance Performance Analysis (IPA) untuk melihat persepsi peternak anggota terhadap kinerja dan kepentingan atribut pelayanan KUD Giri Tani dan Costumer Satisfaction Index (CSI) yang digunakan untuk melihat tingkat kepuasan anggota terhadap atribut pelayanan KUD Giri Tani.

4.4.1. Metode Importance Performance Analysis (IPA) Pengukuran persepsi peternak anggota terhadap kinerja pelayanan KUD Giri Tani dapat menggunakan metode Importance Performance Analysis atau analisis tingkat kepentingan dan kinerja. Teknik ini merupakan penerapan yang mudah untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat persepsi kinerja atribut pelayanan yang berguna untuk pengembangan program KUD Giri Tani yang efektif. Penilaian tingkat persepsi anggota terhadap kinerja dan kepentingan pelayanan KUD Giri Tani diambil dari data yang diperoleh dari peternak sapi perah yang menjadi anggota KUD Giri Tani. Untuk penilaian tingkat kepentingan kinerja pelayanan KUD Giri Tani diberikan skor terhadap masing-masing atribut.

30

Atribut yang digunakan untuk menganalisis tingkat persepsi kinerja, tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan pelayanan KUD Giri Tani diperoleh dari studi literatur, observasi langsung proses pelayanan koperasi dan hasil uji validitas. Definisi dari atribut dapat dilihat kuesioner penelitian ini pada Lampiran 2 .Atribut yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 8. Atribut Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani
A. Administrasi Koperasi 1. Kemudahan proses menjadi anggota 2. Pencatatan data peternak oleh koperasi 3. Pelaksanaan Rapat Anggota B. Etos Kerja Pengurus 1. Keramahan pengurus melayani anggota 2. Kecepatan menanggapi keluhan 3. Ketepatan menanggapi keluhan 4. Penampilan (kerapian) pengurus C. Distribusi Susu 1. Peranan mediasi koperasi 2. Penghubung anggota dengan IPS 3. Pengujian kualitas susu D. Penjualan Konsentrat Ternak 1. Penetapan harga jual konsentrat 2. Pemenuhan jumlah konsentrat 3. Kualitas/mutu konsentrat 4. Waktu ketersediaan konsentrat E. Bantuan Medis Ternak 1. Konsultasi medis (keswan) ternak 2. Jasa Inseminasi Buatan (IB) 3. Terapi/pengobatan ternak 4. Menyediakan obat-obatan 5. Menyediakan fasilitas terapi ternak F. Keuangan Koperasi 1. Bantuan kredit dari koperasi 2. Sisa Hasil Usaha untuk anggota

31

Penilaian tingkat kepentingan disusun berdasarkan skala likert, yang sengaja dirancang untuk memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa, (Suprianto 2006). Penetapan skor kepentingan adalah sebagai berikut: 1) Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak penting, 2) Skor 2 untuk jawaban Tidak penting, 3) Skor 3 untuk jawaban Cukup penting, 4) Skor 4 untuk jawaban Penting, 5) Skor 5 untuk jawaban Sangat penting, Tingkat persepsi terhadap kinerja pelayanan didapat dari penilaian peternak anggota KUD Giri Tani. Skor untuk tingkat persepsi kinerja pelayanan adalah sebagai berikut: 1) Skor 1 untuk jawaban Sangat tidak baik, 2) Skor 2 untuk jawaban Tidak baik, 3) Skor 3 untuk jawaban Cukup baik, 4) Skor 4 untuk jawaban Baik, dan 5) Skor 5 untuk jawaban Sangat baik. Bobot yang diperoleh dari penilaian persepsi kinerja pelayanan KUD Giri Tani merupakan bobot tanggapan responden terhadap kinerja pelayanan yang telah dijalankan oleh KUD Giri Tani. Sedangkan bobot penilaian tingkat kepentingan merupakan tingkat kepentingan dari responden terhadap atribut pelayanan KUD Giri Tani. Hasil dari kedua pembobotan di atas kemudian dijabarkan dalam diagram kartesius. Atribut akan ditempatkan di dalam diagram berdasarkan skor rata-rata penilaian terhadap persepsi kinerja pelayanan ditunjukkan oleh posisi sumbu X. Sedangkan tingkat kepentingan atribut ditunjukkan oleh sumbu Y.

32

Rumus yang digunakan dalam penentuannya adalah:

Xi =

____

Xi
n

dan

Yi =

____

Yi
n

Dimana: Xi : Skor rata-rata tingkat persepsi kinerja pelayanan per atribut i


Yi

: Skor rata-rata tingkat kepentingan per atribut i : Total skor tingkat persepsi kinerja pelayanan pada responden ke i : Total skor tingkat kepentingan pada responden ke i : 1,2,3k (k= 21) : Jumlah responden Menurut Rangkuti (2006), diagram kartesius merupakan suatu bangun yang

Xi Yi i n

dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (A,B), dimana A adalah rata-rata dari skor tingkat persepsi kinerja, Sedangkan B adalah rata-rata dari skor tingkat kepentingan dari seluruh bauran dimensi pemasaran yang mempengaruhi konsumen. Nilai A ( Xi ) dan B ( Yi ) diperoleh dari rumus sebagai berikut:

Xi =

Xi
k

dan

Yi =

Yi
k

Dimana: A B Xi Yi i : Batas sumbu X (tingkat kinerja) : Batas sumbu Y (tingkat kepentingan) : Skor rata-rata tingkat kinerja atribut pelayanan ke i : Skor rata-rata tingkat kepentingan atribut pelayanan ke i : 1, 2, 3, .k (k=21)

33

Gambar 2 menunjukkan diagram kartesius yang dimaksud oleh Rangkuti (2006). Y (tingkat kepentingan)

Kuadran I Atributes to Improve

Kuadran II Atributes to Maintain

B
Kuadran III Atributes to Maintain Kuadran IV Atributes to Deemphasize

X (tingkat persepsi kinerja)

Gambar 2. Diagram Importance & Performance Matrix


Sumber: Rangkuti (2006)

Diagram kartesius dibagi dalam empat kuadran. Dimana setiap kuadran akan menggambarkan kondisi yang berbeda-beda, yaitu: 1) Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting oleh anggota koperasi, namun pengurus belum menjalankannya sesuai dengan harapan anggota. Atribut yang termasuk ke dalam atribut ini harus ditingkatkan dengan cara perbaikan yang terus menerus sampai kinerja atribut meningkat. 2) Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dirasa sangat penting oleh anggota, dan apa yang dirasakan anggota telah sesuai dengan harapannya. Atribut di kuadran ini harus dipertahankan, karena memiliki keunggulan dalam pandangan anggota. 3) Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh anggota. Peningkatan atribut pada kuadran ini dapat dipertimbangkan

34

kembali karena pengaruhnya terhadap manfat yang dirasakan oleh anggota sangat kecil. 4) Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh anggota dan dirasakan terlalu berlebihan. Atribut pada kuadran ini dapat dikurangi oleh koperasi, karena dapat mengurangi beban perusahaaan.

4.4.2. Metode Costumer Satisfaction Index (CSI) Metode ini merupakan indeks yang mengukur tingkat kepuasan konsumen atau anggota berdasarkan atribut-atribut tertentu. Hal ini tergantung kepada kebutuhan informasi yang ingin didapatkan perusahaan terhadap konsumen (Massnick 1997, diacu dalam Palapa 2006). Hasil dari metode ini didapat dari pengukuran terhadap tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran untuk kepuasan konsumen (Supranto 2006, diacu dalam Rahman 2008). Penelitian ini juga mengukur tingkat kesesuaian responden. Tingkat kesesuaian diperoleh dari perbandingan penilaian tingkat kepentingan dan persepsi kinerja pelayanan KUD Giri Tani. Penilaian ini akan menunjukkan kesesuaian antara persepsi kinerja pelayanan dengan kepentingan pelayanan KUD Giri Tani. Jika pembobotan dari persepsi kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan anggota terhadap atribut, berarti persepsi terhadap kinerja pelayanan koperasi telah sesuai dengan keinginan anggota koperasi. Begitu juga sebaliknya, jika pembobotan dari persepsi kinerja lebih kecil dari tingkat kepentingan anggota, berarti persepsi terhadap kinerja pelayanan koperasi belum sesuai dengan apa yang dinginka oleh anggota.

35

Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian responden adalah sebagai berikut:

Tki =

Xi 100% Yi

Dimana: Tki : Tingkat kesesuaian responden. Xi : Bobot penilaian persepsi kinerja atribut pelayanan KUD Giri Tani. Yi : Bobot penilaian kepentingan atribut pelayanan KUD Giri Tani. Jika Tki <100 persen, kinerja pelayanan KUD Giri Tani belum sesuai dengan keinginan anggota. Jika Tki 100 persen, kinerja pelayanan KUD Giri Tani telah sesuai dengan keinginan anggota. Secara Umum ada empat langkah dalam penghitungan Costumer Satisfaction Index, (Dickson 1991, diacui dalam Firwiyanto 2008):
1) Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS).

Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kepuasan tiap anggota. Di dalam penelitian ini Mean Satisfaction Score di asumsikan identik dengan Mean Performance Score.

MIS =

Yi
i =1

dan MSS =

Xi
i =1

Dimana: n : Jumlah responden Xi : Nilai kepuasan atribut ke i Yi : Nilai kepentingan atribut ke i


2) Membuat Weight Factors (WF)

Bobot ini merupakan persentase dari nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut
WFi = MISi

MISi
i =1

100%

Dimana: p :Jumlah atribut kepentingan (k= 21) i : Atribut pelayanan koperasi ke i

36

3) Membuat Weight Score (WS)

Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (MSS)
WSi = WFi MSSi

Dimana: i : Atribut pelayanan koperasi ke i


4) Menentukan Costumer Satisfaction Index

Indeks kepuasan konsumen dapat dihitung sebagai berikut:

CSI =

WSi
i =1

100%

Dimana: 5 : Skala tertinggi di dalam penelitian Skala kepuasan konsumen yang umum dipakai dalam menginterpretasikan indeks adalah skala nol sampai dengan satu. Tingkat kepuasan tertinggi yang dicapai bila indeks mencapai nilai 100 persen dengan rentang kepuasan responden berkisar antara 0-100 persen. Untuk mendapatkan skala linier numeric menurut (Simamora 2005, diacu dalam Astuti 2008) dapat dilakukan dengan mencari Rentang Skala (RS) dengan menggunakan rumus:
RS =

mn b

Dimana: m = Skor tertinggi n = Skor terendah b = Jumlah kelas atau kategori yang dibuat Penelitian ini menggunakan rentang skala sebagai berikut: 100% 0% = 20% atau 0.2 5

RS =

37

Berdasarkan rentang skala di atas diperoleh skala kepuasan responden sebagai berikut:
Tabel 9. Rentang Skala Kepuasan Responden
Rentang Skala 0.00 0.20 0.21 - 0.40 0.41 0.60 0.61 0.80 0.81 1.00 Kategori Kepuasan Sangat Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas

38

V GAMBARAN UMUM KUD GIRI TANI


5.1. Sejarah KUD Giri Tani

KUD Giri Tani merupakan sebuah koperasi yang awalnya bergerak dibidang usaha pertanian, pengadaan pangan, sarana produksi pertanian, Kredit Candak Kulak (KCK), pengadaan pupuk dan obat-obatan pertanian. Koperasi ini berdiri pada tanggal 26 Maret 1973 dan mulai mengembangkan usahanya dibidang peternakan pada tahun 1985. Usaha dibidang peternakan dimulai setelah mendapatkan limpahan kredit sapi perah dari KUD Niaga Tani Kecamatan Citeureup sebanyak 42 ekor. Pada tahun 1987 KUD Giri Tani mendapatkan kredit program sapi perah impor melalui Bank Bukopin cabang Bandung sebanyak 300 ekor. Tahun 1989 KUD Giri Tani kembali mendapatkan tambahan kredit sapi impor melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Bogor sebanyak 139 ekor. Daerah kerja KUD Giri Tani berada di dua Kecamatan, yaitu Cisarua dan Megamendung Kabupaten Bogor. Lokasi KUD Giri Tani berada di kaki Gunung Pangrango yang memiliki potensi untuk pengembangan peternakan sapi perah. KUD Giri Tani beralamat di Jalan Taman Safari, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Batas administratif KUD sebelah utara dengan Desa Batu Layang, sebelah selatan dengan Kabupaten Cianjur, sebelah barat dengan Kecamatan Megamendung dan sebelah timur dengan Kecamatan Ciawi. Pada tahun 1990 KUD Giri Tani mulai memasarkan produk susu segarnya ke PT Indomilk. Kemudian semenjak tahun 1997 KUD Giri Tani memasarkan susu segarnya ke PT Diamond di Jakarta, dengan permintaan rata-rata sebanyak 10.000 liter per hari. Akan tetapi, KUD Giri Tani belum mampu memenuhi permintaan tersebut karena produksi rata-rata susu per hari hanya 5000 liter. Sejak kepemimpinan badan pengurus yang baru, supply susu ke PT Diamond dihentikan disebabkan beberapa alasan, diantaranya lokasi PT Diamond yang relatif lebih jauh karena terletak di Jakarta. Pemasaran dialihkan ke PT Cisarua Mountain Diary atau yang lebih dikenal dengan PT Cimory yang berada di Kecamatan Cisarua. Berdirinya PT Cimory tidak terlepas dari keberadaan KUD Giri Tani yang merupakan koperasi yang bergerak dalam produksi dan pemasaran susu segar.

39

Keberadaan KUD Giri Tani yang terletak pada satu kecamatan dengan PT Cimory, membuat PT Cimory menjadikan KUD Giri Tani sebagai mitra utama dalam memasok susu segar ke PT Cimory. Setelah melakukan negosiasi akhirnya KUD Giri Tani menyetujui kerja sama tersebut yang diantaranya berisi tinggi dari harga susu pada PT Diamond. PT Cimory harus membeli susu dari KUD Giri Tani dengan harga 10 persen lebih

5.2. Struktur Organisasi KUD Giri Tani

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian atau bagan skematis yang menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara fungsionaris organisasi tersebut. Bentuk organisasi KUD Giri Tani menggunakan lini dan staf dimana kewenangan utama bersifat sentralisasi. Bagan struktur organisasi KUD Giri Tani dapat dilihat pada gambar 3.
RAT

Pengurus

Pengawas

Unit Persusuan

Unit MT

Unit Keswan

Unit Kredit

Unit Simpan Pinjam

ANGGOTA

Keterangan : : Garis Pengawasan dan Tanggung Jawab : Garis Koordinasi


Gambar 3. Struktur Organisasi KUD Giri Tani Tahun 1985
Sumber : KUD Giri Tani (2009)

40

Penjelasan dari masing-masing bagian dari struktur KUD Giri Tani diatas adalah sebagai berikut:
1). Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Koperasi mempunyai ciri yang berbeda dari badan usaha lain. Letak perbedaannya yaitu pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Seluruh anggota wajib ikut serta dalam RAT. RAT dimaksudkan untuk membahas keputusan-keputusan penting yang diperlukan untuk menjalankan koperasi. RAT dilaksanakan satu kali dalam satu tahun oleh koperasi yang bersangkutan. Di dalam RAT ini dibahas berbagai hal yang berhubungan dengan kelangsungan aktivitas perekonomian dalam koperasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja koperasi.
2). Badan Pengawas

Masa jabatan badan pengawas adalah lima tahun. Badan pengawas berasal dari anggota dan diangkat oleh anggota pula. Badan pengawas mempunyai kewajiban mengawasi pengurus dan berhak memberikan masukan serta teguran jika pengurus tidak bekerja dengan baik. Badan pengawas bekerja sesuai dengan waktu dan tempat yang dibutuhkan. Lain halnya dengan badan pengurus yang memiliki kantor tersendiri dan jam kerja yang telah ditentukan. Pada periode 2006-2011 yang menjabat sebagai badan pengawas pada KUD Giri Tani berjumlah tiga orang. Mereka antara lain : H Ilyas Kholik (peternak), H Makmur (Peternak), dan H Deden Munawar (bekerja di PT Cimory). Proses pemilihan badan pengawas dilakukan bersamaan dengan pemilihan badan pengurus. Anggota yang berminat untuk menjadi bagian dari badan pengawas mengajukan maupun diajukan untuk dipilih dengan menggunakan sistem suara terbanyak. Tiga orang yang mendapat suara terbanyak berhak menjabat sebagai badan pengawas untuk masa jabatan lima tahun.
3). Badan Pengurus

Pengurus KUD Giri Tani mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pemegang kepercayaan dari RAT. Tugas dari badan pengurus adalah untuk melaksanakan kebijakan yang sudah ditetapkan pada RAT, mengajukan konsep rencana kerja dan anggaran pendapatan, belanja dalam rapat anggota, menyusun

41

laporan tahunan, memberikan penyuluhan, pembinaan, bimbingan terhadap anggota dalam bidang organisasi maupun usaha KUD Giri Tani. Susunan kepengurusan KUD Giri Tani pada periode 2006-2011 adalah sebagai berikut : Ketua Sekretaris Bendahara : Heru Susanto, SE : Cipto Budi Utomo : H Bunyamin

Proses pemilihan badan pengurus dilakukan setiap lima tahun sekali dengan sistem pemungutan suara. Pada umumnya proses pemilihan badan pengurus dilakukan berdasarkan suara terbanyak dengan tiga anggota sebagai kandidat untuk menduduki jabatan ketua, sekretaris dan bendahara. Tetapi, ada perbedaan dalam proses pemilihan badan pengurus pada KUD Giri Tani. Ada tiga posisi yang diperebutkan yakni Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Para anggota yang hendak mencalonkan sebagai bagian dari badan pengurus diwajibkan memilih satu posisi yang diinginkan. Setelah masing-masing posisi telah terisi dengan beberapa calon, maka proses pemungutan suara dilakukan. Kemudian penghitungan suara dilakukan untuk menghitung calon mana yang mendapatkan suara terbanyak yang berhak menduduki posisi yang telah dipilih sebelumnya.

5.3. Sumber Daya Manusia

Karyawan yang ada di KUD Giri Tani hingga tahun 2009 sebanyak 24 orang. Karyawan KUD Giri Tani pada umumnya merupakan masyarakat sekitar. Tetapi, ada juga yang berasal dari luar seperti Cianjur dan sekitarnya. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 10. a. Bagian Staf Kantor (7 orang) b. Bagian Persusuan (5 orang) c. Bagian Makanan Ternak (3 orang) d. Inseminator/tenaga medis (1 orang) e. Pengemudi (3orang) f. Security (3 orang) g. Kebersihan (2 orang)

42

Tabel 10. Daftar Karyawan KUD Giri Tani Tahun 2009


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 16 20 21 22 23 24 Nama Achmad Chudjma Nunuy Nurhayati Dede Nurjanah Syamsiah Yuningsih H. Wawan Sumarwan Encep Maman Suparman M. Yusup Saepudin Endang Syaepulloh Saepuloh Syaripudin Junaedi Abdillah Didin Purniawan Ubaidillah Mansyur Syam Aum Maksum Syaripudin Maman Sulaeman Yayat Ferdiansyah H. Kaomudzin Nana Sumarna Mamduh Bidang Pekerjaan Staf Kantor Staf Kantor Staf Kantor Staf Kantor Staf Kantor Staf Kantor Staf Kantor Makanan Ternak Makanan Ternak Makanan Ternak Persusuan Persusuan Persusuan Persusuan Persusuan Inseminator Keamanan Keamanan Keamanan Pengemudi Pengemudi Pengemudi Kebersihan Kebersihan Jenis Kelamin Pria Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Usia 55 39 42 36 39 40 35 38 30 36 38 38 35 34 35 41 60 55 32 55 40 43 38 38 Latar Belakang Pendidikan SLTA SLTA SLTA SLTP SLTA Diploma 3 SLTA SLTP SD SD SLTP SLTP SD SD SLTA SLTA SD SD SD SD SD SLTA SD SD

Sumber : KUD Giri Tani (2009)

Jenis kelamin karyawan KUD Giri Tani di dominasi oleh Pria, sebanyak 20 orang, sedangkan perempuan sebanyak empat orang. Sebagian besar karyawan KUD Giri Tani memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Dasar. Hanya satu orang yang memiliki latar belakang pendidikan Diploma tiga. Rata-rata usia karyawan berkisar antara 35-45 tahun.

43

5.4. Populasi Ternak

Peternak yang tergabung dalam kenggotaan KUD Giri Tani berasal dari wilayah Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Peternak sapi perah di KUD Giri Tani terdiri dari lima kelompok tani. Kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 :
Tabel 11. Populasi Ternak Sapi Perah KUD Giri Tani Tahun 2006
No 1 2 3 4 5 Kelompok Tani Baru Tegal Baru Sireum Bina Warga Tirta Kencana Mekar Jaya Alamat Kelompok Tani Kampung Baru Tegal Desa Cibeureum Kampung Paragajen Desa Cibeureum Kampung Joglo Desa Cibeureum Kampung Sampai Desa Tugu Selatan Desa Cipayung Kecamatan Mega Mendung Jumlah Sumber: KUD Giri Tani 2007 Jumlah Anggota Aktif 33 11 19 10 41 Populasi Ternak 274 325 187 107 140 1033

Populasi ternak sapi perah paling tinggi terdapat pada kelompok tani Baru Sireum. Rata-rata kepemilikan di kelompok tani ini sekitar 30 ekor per peternak dengan 11 orang jumlah anggota. Jumlah kepemilikan tertinggi selanjutnya adalah kelompok tani Tirta Kencana dengan rata-rata 10 ekor per peternak. Rata-rata kepemilikan terendah terdapat pada kelompok tani Mekar Jaya, 40 orang peternak rata-rata memiliki 4 ekor ternak per orang.

5.5. Keanggotaan KUD Giri Tani

Sebagai sebuah perkumpulan, koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya anggota sebagai tulang punggungnya. Apalagi koperasi merupakan kumpulan orang dan bukannya kumpulan modal, sehingga jumlah anggota sangat menentukan besarnya modal yang dimiliki. Semakin banyak jumlah anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, baik ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Sebab badan usaha koperasi dikelola dan dibiayai oleh para anggota. Bertambahnya jumlah anggota berarti

44

bertambahnya pemasukan modal yang bersumber dari simpanan-simpanan anggota. Keanggotaan di KUD Giri Tani dilakukan secara sukarela dan didasarkan pada kesamaan kepentingan. Pada umumnya kepentingan seseorang untuk menjadi anggota KUD Giri Tani adalah ingin memasarkan susu yang dimilikinya serta kemudahan dalam memperoleh kredit. Kesamaan kepentingan ini merupakan tolok ukur untuk menentukan diterima atau ditolaknya seseorang atau badan hukum diterima menjadi anggota koperasi. Apabila anggota KUD Giri Tani merasa sudah tidak memiliki kepentingan lagi, maka yang bersangkutan diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan apakah ingin keluar atau tetap menjadi anggota. Tetapi, jika anggota KUD Giri Tani tersebut tetap ingin keluar, maka yang bersangkutan harus menyelesaikan syarat yang menyangkut hak dan kewajiban sebagai anggota KUD Giri Tani sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KUD Giri Tani. Setiap anggota KUD Giri Tani mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya mementingkan pribadinya sendiri. Pasal 20 UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian secara rinci mengatur kewajiban dan hak anggota. Kewajiban dari masing-masing anggota yang tergabung dalam KUD Giri Tani antara lain : 1). Mematuhi AD/ART serta keputusan yang telah disepakati dalam RAT 2). Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi 3).Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan Sedangkan hak anggota KUD Giri Tani adalah sebagai berikut : 1). Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota 2). Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas 3). Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam AD 4). Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta .

45

5). Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota 6). Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar Keanggotaan dalam KUD Giri Tani terdapat dua jenis, yaitu anggota aktif dan anggota non aktif. Anggota aktif merupakan anggota yang sampai saat ini masih terus melakukan transaksi dengan KUD. Sedangkan anggota non aktif adalah anggota KUD yang tidak melakukan transaksi dengan KUD dan sudah tidak membayarkan simpanan pokok maupun wajib pada KUD Giri Tani.
Tabel 12. Perkembangan Jumlah Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2007
Tahun 2005 2006 2007 Keterangan: n.a : Data tidak diperoleh Sumber : KUD Giri Tani (2008) Jumlah Anggota (orang) 864 867 878 Jumlah Anggota Aktif (orang) 159 n.a 136

Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah anggota aktif KUD Giri Tani cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2007 jumlah anggota aktif 136 orang sedangkan jumlah anggota keseluruhan 878 orang. Mengalami penurunan dibandingkan jumlah anggota aktif pada tahun 2005. Untuk menjadi anggota KUD Giri Tani, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang ingin tergabung ke dalam keanggotaan KUD Giri Tani. Persyaratan tersebut antara lain: pertama, mengisi formulir. Kedua, menyetorkan simpanan pokok sebesar Rp. 10.000,-. Ketiga, menyetorkan simpanan wajib sebesar Rp. 1.000,-. Keempat, melampirkan Foto kopi KTP serta Pas foto 3x4 sebanyak 2 lembar.

46

5.6. Jumlah Simpanan Anggota KUD Giri Tani

Pada Tabel 12 jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib pada tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu sebesar 1,13 persen untuk simpanan pokok dan 6,71 untuk simpanan wajib. Sedangkan simpanan khusus mengalami kenaikan sebesar 1,61 persen.
Tabel 13. Jumlah Simpanan Anggota KUD Giri Tani Tahun 2005-2006
No. 1. 2. 3. Jenis Simpanan Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Khusus Total Sumber : RAT KUD Giri Tani (2005) Tahun 2005 3.096.000 21.029.350 148.742.817 172.868.167 2006 3.131.000 22.441.350 151.146.870 176.719.220 Perubahan (%) 1,13 6,71 1,61 2,2

Simpanan pokok merupakan simpanan yang dibayarkan oleh anggota sekali dalam selama menjadi anggota KUD Giri Tani. Simpanan pokok di KUD Giri Tani jumlahnya sebesar Rp.10.000,-. Simpanan wajib adalah simpanan yang harus dibayarkan oleh anggota KUD Giri Tani setiap bulannya. Simpanan wajib yang dibayarkan jumlahnya sebesar Rp.1.000,- perbulan. Simpanan Khusus merupakan simpanan yang digunakan sebagai penempatan dana siaga bagi peternak. Jika suatu saat peternak tidak berproduksi susu atau memasuki masa kering kandang, simpanan ini dapat digunakan untuk tetap dapat mengambil konsentrat di KUD Giri Tani.
5.7. Kegiatan Usaha KUD Giri Tani

5.7.1. Unit Usaha Persusuan

Unit usaha susu merupakan unit usaha yang melakukan aktivitas terbesar dalam KUD Giri Tani. Dalam aktivitasnya, unit usaha susu pada KUD ini melakukan kegiatan penerimaan dan penjualan susu. Dalam kegiatannya, unit ini berperan sebagai penyalur susu yang ditampung dan dikumpulkan dari peternak untuk disalurkan ke Industri Pegolahan Susu (IPS) yaitu PT Cimory dan sebagian kecil dijual langsung ke konsumen. Di dalam ruangan yang bersebelahan langsung

47

dengan kantor utama KUD Giri Tani juga terdapat laboratorium untuk menguji kandungan susu dan cooling unit. KUD Giri Tani mengambil susu dari peternak setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan truk dan mobil pick up. Setelah susu selesai diambil, susu segera dikirim ke PT Cimory. KUD Giri Tani mengirimkan susu langsung ke PT Cimory tanpa didinginkan lebih dahulu di KUD Giri Tani. Karena PT Cimory bersedia menerima susu yang berasal langsung dari peternak tanpa harus didinginkan pada coolling unit. Sehingga fasilitas yang dimiliki KUD Giri Tani seperti coolling unit dan laboratorium sudah jarang dimanfaatkan. Kebanyakan dari anggota peternak sapi perah berdomisili di wilayah yang cukup jauh dari KUD Giri Tani. Ketersediaan truk dan mobil pick up lebih mempermudah penyaluran susu segar mereka ke Tempat Penampungan Susu (TPS). Selain itu ketersediaan fasilitas tersebut juga mempermudah unit makanan ternak untuk menyalurkan konsentrat kepada anggota peternak sapi perah. Kegiatan pengangkutan susu dari KUD Giri Tani ke PT Cimory dilakukan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Jumlah kendaraan angkutan susu yang dimiliki, sebanyak tiga unit. Biaya antar susu dari peternak menuju PT Cimory dikenakan sebesar Rp. 300,- per liter. Biaya ini secara otomatis dipotong pada saat penagihan pembayaran dari KUD Giri Tani ke peternak yang dilakukan pada akhir bulan. Biaya pengiriman konsentrat untuk lokasi yang dekat sebesar Rp. 10 /kg, sementara biaya pengiriman untuk daerah yang jauh sebesar Rp.20/kg dan biaya pengiriman untuk lokasi seperti Sampay dan Cipayung sebesar Rp. 25/kg. Perincian mengenai pendapatan dari penggunaan transportasi ini dapat dilihat pada Tabel 14.

48

Tabel 14. Pendapatan Jasa Angkutan KUD Giri Tani Tahun 2005-2006
Tahun No. 1. 2. 3. Transport Susu Transport Makanan Ternak Sewa Mobil Tangki Total Sumber : KUD Giri Tani (2006) Jasa 2005 (Rp) 22.703.110 9.465.060 1.500.000 33.668.170. 2006 (Rp) 20.119.457 12.298.975 0 32.418.432

Pendapatan transportasi susu pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 11,38 persen, hal ini dikarenakan adanya peternak yang mengirimkan susu langsung ke KUD sehingga tidak menggunakan jasa angkutan KUD. Sedangkan pendapatan jasa transpor makanan ternak pada ahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 29,94 persen. Peningkatan ini terjadi karena banyaknya pemesanan konsentrat untuk lokasi yang wilayahnya jauh. Sedangkan pendapatan sewa mobil tangki diperoleh pada saat-saat tertentu apabila mobil disewa oleh pihak lain. Pada tahun 2006 tidak ada yang menyewa mobil tangki yang dimiliki oleh KUD Giri Tani.

5.7.2. Unit Usaha Makanan Ternak

Unit usaha makanan ternak KUD Giri Tani menyediakan makanan ternak berupa konsentrat. KUD Giri Tani bekerja sama dengan pemasok-pemasok makanan ternak diantaranya PT Prima Feed, Himpunan Saudara dan GKSI. Sampai saat ini KUD Giri Tani belum dapat memproduksi pakan ternak sendiri. Hal ini dikarenakan berbagai kendala yang belum dapat diatasi seperti permodalan, bahan baku dan peralatan yang belum dapat terpenuhi. KUD Giri Tani memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan makanan ternak dengan luas 130 m2 dengan daya tampung 100 ton. Unit ini mendapatkan keuntungan melalui penjualan konsentrat dimana KUD Giri Tani mengambil keuntungan sebesar Rp. 100 dari harga yang diberikan dari pemasok. Jumlah penjualan rata-rata konsentrat melalui KUD Giri Tani berkisar 60 ton per

49

bulannya. Pendapatan yang diterima pada tahun 2005 sebesar Rp. 1.052.061.500 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi Rp. 1.039.109.750. Hal penting yang dijadikan peternak untuk memilih merk konsentrat adalah kesukaan ternak mereka untuk memakan konsentrat tersebut. Apabila ternak sudah menyukai konsentrat dari salah satu merk tersebut maka peternak tetap akan membelinya meskipun harganya lebih tinggi dibandingkan merk lainnya. Daftar merek dan harga konsentrat yang banyak dipesan oleh anggota peternak dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Daftar Merk dan Harga Konsentrat KUD Giri Tani Tahun 2009
Tahun 2006 SBR Prima Feed (PF) 2007 Himpunan Bersaudara (HS) Prima Feed I Prima Feed II 2008 Himpunan Bersaudara (HS) Prima Feed I Prima Feed II Sumber : KUD Giri Tani (2009) Jenis Konsentrat Himpunan Bersaudara (HS) Daftar Harga (Rp / kg) 1.200 1.050 1.050 1.400 1.650 1.450 1.400 1.650 1.450

5.7.3. Unit Usaha Simpan Pinjam

Unit usaha simpan pinjam ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai sarana untuk meminjam dan menyimpan uang. Simpanan dari anggota peternak yang wajib dibayarkan terdiri dari simpanan wajib dan simpanan pokok. Sedangkan simpanan khusus diambil dari uang pembelian susu oleh KUD Giri Tani. Unit usaha ini belum dapat menggaji karyawan yang ditugaskan khusus untuk menangani masalah pembukuan, penagihan, serta hal-hal teknis lainnya. Sehingga unit usaha ini dipegang langsung oleh sekretaris KUD Giri Tani.

50

5.7.4. Unit Usaha Kesehatan Hewan (Keswan)

Unit usaha ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi hewan para peternak. Penanganan penyakit dilakukan apabila terdapat masalah pada sapi yang dimiliki peternak yaitu dengan cara petugas kesehatan dari KUD Giri Tani memberikan pengobatan dan himbauan kepada peternak untuk merawat sapinya dengan baik. Keberhasilan dalam penanganan penyakit sangat relatif dikarenakan ketersediaan obat yang terbatas. Selain itu unit ini juga memberikan pelayanan dalam Inseminasi Buatan (IB). Straw (semen beku) yang digunakan KUD Giri Tani berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan BIB Singosari, Malang. Unit ini mendapat keuntungan dari penjualan semen beku dan jasa pengobatan kepada anggota peternak. KUD membeli straw dengan harga Rp. 12.000 dan menjualnya seharga Rp. 17.000. Harga yang dibayarkan oleh peternak belum termasuk peralatan yang mendukung serta jasa inseminator. Jasa untuk inseminator yaitu sebesar Rp.8.000,-. Adapun pendapatan unit usaha keswan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Pendapatan Unit Usaha Kesehatan Hewan KUD Giri Tani Tahun 20052006
No. 1. 2. Jenis Pendapatan 2005 Penjualan Straw Jasa Pengobatan Total Sumber: KUD Giri Tani (2006) 26.701.000 11.331.500 38.032.500 Tahun 2006 19.816.600 8.241.500 28.058.100

Pendapatan usaha keswan pada tahun 2006 mengalami penurunan baik dalam jumlah penjualan straw maupun jasa pengobatan. Penurunan dalam penjualan straw yaitu sebesar 25,78 persen dan penurunan pendapatan jasa pengobatan sebesar 27,26 persen. Hal ini dikarenakan berkurangnya populasi sapi pada tahun 2006 dari tahun sebelumnya sehingga pengguna jasa inseminasi dan pengobatan ikut berkurang.

51

VI PERSEPSI DAN KEPUASAN ANGGOTA PETERNAK SAPI PERAH KUD GIRI TANI

6.1. Hasil Sebaran Kepentingan dan Persepsi Kinerja Atribut Pelayanan KUD Giri Tani

Penelitian ini menggunakan 21 atribut untuk mengukur sebaran kepentingan dan persepsi kinerja pelayanan KUD Giri Tani. Atribut dikelompokkan kedalam enam kelompok, yaitu: Administrasi koperasi, Budaya kerja pengurus koperasi, Pemasaran susu, Penjualan konsentrat ternak, Bantuan medis ternak dan Keuangan koperasi. Berikut penjelasan mengenai sebaran kepentingan dan persepsi kinerja dari enam kelompok tersebut:

6.1.1. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Tingkat Kesesuaian Kelompok Administrasi Koperasi

Kelompok ini dibagi menjadi tiga atribut pelayanan koperasi yaitu: Kemudahan proses menjadi anggota, Pencatatan data peternak dan Pelaksanaan Rapat umum anggota.
Tabel 17. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Administrasi Koperasi
Sebaran Kepentingan Atribut STP TP 5 0 0 CP 4 9 7 P 34 38 34 SP 15 11 17 (Yi) Sebaran Persepsi Kinerja STB 0 0 0 TB 2 6 23 CB 3 13 7 B 14 27 25 SB 39 12 3 (Xi) TKi

Kemudahan Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota

0 0 0

233 234 242

264 219 182

113,3 93,59 75,21

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

52

6.1.1.1. Kemudahan Proses Menjadi Anggota

Kemudahan proses menjadi anggota akan membantu untuk mempercepat anggota agar segera dapat menerima pelayanan dari KUD Giri Tani. Proses untuk menjadi anggota, dimulai dengan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan, seperti memiliki ternak sapi perah, menyetorkan susu, mengisi formulir pendaftaran dan membayar iuran-iuran koperasi. Sebagian besar responden menganggap atribut ini penting (58,6 persen). Total skor keseluruhan untuk sebaran kepentingan atribut ini sebesar 233. Tingkat persepsi kinerja pelayanan atribut ini, 67,2 persen responden menyatakan sangat baik dengan total skor sebesar 264. Skor sebaran persepsi kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan skor kepentingan, karena proses menjadi anggota koperasi dirasakan sangat mudah oleh anggota. Proses menjadi anggota dapat diselesaikan dalam waktu satu hari kerja.Tingkat kesesuaian terhadap atribut ini sudah berada diatas angka 100 persen yaitu 113,30 berarti kinerja pelayanan KUD Giri Tani telah sesuai dengan apa yang dinginkan oleh anggota.

6.1.1.2. Pencatatan Data Peternak

Pencatatan yang baik akan memudahkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan KUD Giri Tani selama ini. Sebanyak 65,5 persen responden menganggap atribut ini penting untuk dilaksanakan oleh KUD Giri Tani, dengan total skor mencapai 234. Sebaran persepsi kinerja atribut ini sebesar 46,55 persen. Total skor persepsi kinerja mencapai 219. Skor ini diperoleh dari persepsi responden yang menganggap pencatatan data peternak oleh koperasi telah berjalan dengan baik. Mereka dapat mengetahui tentang data-data peternak, seperti catatan harian susu dan populasi ternak pada waktu tertentu. Nilai tingkat kesesuaian responden terhadap pelayanan atribut ini belum dapat memenuhi keinginan anggota, dengan jumlah skor tingkat kesesuaian responden sebesar 93,59 persen.

6.1.1.3. Pelaksanaan Rapat Anggota

Rapat anggota di dalam sebuah

koperasi

merupakan sarana untuk

memberikan saran atau untuk mendapatkan informasi bagi anggota koperasi.

53

Responden sudah mulai memahami bahwa rapat anggota dapat memberikan manfaat kepada usaha mereka dalam memelihara sapi perah. Responden menganggap atribut ini penting untuk dijalankan (58,6 persen), dengan total skor sebaran kepentingan mencapai 242. Persepsi anggota terhadap kinerja atribut pelayanan ini sebagian menganggap sudah berjalan dengan baik, jawaban dari 43,1 persen responden. Sementara 39,6 persen responden menganggap kinerja atribut pelayanan ini belum baik dari total skor sebesar 182. Persepsi kinerja responden yang lebih rendah dibanding dengan tingkat kepentingannya karena anggota menganggap rapat anggota belum terlalu sering dilakukan. Mereka menginginkan rapat anggota ditambah intensitasnya, sehingga mereka mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang KUD Giri Tani dan tata laksana pemeliharaan sapi perah yang baik. Tingkat kesesuaian responden atribut ini berada pada tingkat 75,21 persen atau belum sesuai dengan keinginan responden

6.1.2. Sebaran Kepentingan dan Persepsi Kinerja Kelompok Budaya Kerja Pengurus

Kelompok ini merupakan gabungan dari empat atribut, yaitu Keramahan pengurus melayani anggota, Kecepatan menganggapi keluhan, ketepatan menanggapi keluhan dan Penampilan (kerapian) pengurus.

6.1.2.1. Keramahan Pelayanan Pengurus

Keramahan merupakan sebuah bentuk penghargaan terhadap pelanggan. Keramahan menjadi wujud dari sebuah perhatian kepada konsumen. Oleh karena itu orientasi pelayanan yang baik akan memperhatikan dan memberikan keramahan dalam pelayanan. Untuk keramahan pelayanan, 62 persen responden menyatakan atribut ini sangat penting, dengan total skor sebesar 262. Sebaran persepsi responden terhadap kinerja atribut ini, 50 persen responden menyatakan sudah baik. Total skor sebaran persepsi kinerja atribut ini sebesar 213. Sebaran kepentingan yang lebih tinggi dari persepsi kinerja atribut ini disebabkan oleh pengurus belum terlalu antusias dalam melayani, walaupun sudah menyapa dan

54

senyum kepada anggota. Tingkat kesesuaian atribut ini sebesar 81,3 persen atau belum mampu memenuhi keinginan anggota.
Tabel 18. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Budaya Kerja Pengurus
Sebaran Kepentingan Atribut STP TP 0 CP 6 P 16 SP 36 (Yi) Sebaran Persepsi Kinerja STB 0 TB 0 CB 24 B 29 SB 5 (Xi) TKi

Keramahan Pelayanan Pengurus Kecepatan Menanggapi Keluhan Ketepatan Menanggapi Keluhan Penampilan (Kerapian) Pengurus

262

213

81,30

32

25

256

27

19

158

61,72

51

234

18

31

185

79,06

11

32

10

221

20

31

201

90,95

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

6.1.2.2. Kecepatan Menanggapi Keluhan

Keluhan biasanya timbul akibat ada ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang terjadi. Oleh karena itu pelayanan yang baik akan menanggapi keluhan yang muncul di dalam waktu yang singkat. Sebaran kepentingan atribut ini dinyatakan penting oleh 55 persen responden dengan total skor sebesar 256. Sebaran persepsi responden terhadap kinerja atribut ini dominan di dua persepsi, yaitu tidak baik dan baik masing-masing sebesar 46,5 dan 32,7 persen dengan total skor sebesar 158. Selisih sebaran kepentingan dan persepsi kinerja disebabkan oleh, waktu tunggu yang dialami oleh anggota untuk mendapatkan respon dari keluhan mereka rata-rata setelah satu hari dari keluhan disampaikan. Tingkat kesesuaian responden pada atribut ini sebesar 61,7 persen atau keinginan responden masih belum sesuai dengan kondisi sebenarnya.

55

6.1.2.3. Ketepatan Menanggapi Keluhan

Ketepatan dalam menanggapi keluhan dapat dilihat dari seberapa baik keluhan pelanggan di atasi oleh penyedia jasa. Penelitian ini, atribut mengenai ketepatan menanggapi keluhan memiliki sebaran kepentingan tertinggi berada pada kategori penting. Hasil jawaban dari responden sebanyak 87,9 persen, dengan total skor mencapai 234. Sebaran persepsi responden tertinggi terhadap kinerja atribut ini berada pada kategori baik, dengan jumlah responden yang memilih sebesar 53,4 persen, dan total skor mencapai 185. Perbedaan sebaran kepentingan dengan persepi kinerja atribut ini disebabkan oleh tanggapan dari pengurus sudah sesuai dengan keluhan responden. Tanggapan terhadapan keluhan sudah memuaskan responden, walau belum mencapai sangat memuaskan. Tingkat kesesuaian responden atribut ini sebesar 79,06 persen atau penerapan atribut ini belum sesuai dengan keinginan anggota.

6.1.2.4. Penampilan (Kerapian) Pengurus

Penampilan (kerapian) penyedia jasa dinyatakan penting untuk dijalankan oleh 52 persen Responden, dengan total skor sebaran kepentingan sebesar 221. Persepsi responden terhadap kinerja atribut ini termasuk ke dalam kategori baik, dipilih oleh 53,4 persen responden, dengan total skor sebesar 201. Penampilan (Kerapian) Pengurus sudah dianggap baik oleh responden. Pengurus sudah menggunakan pakaian yang rapi dan bersepatu, walau belum menggunakan seragam. Tingkat kesesuaian responden atribut ini berada pada skor 90,95 atau kenyataan yang terjadi masih belum sesuai dengan keinginan responden.

6.1.3 Sebaran Kepentingan dan Persepsi Kinerja Kelompok Pemasaran Susu

Pada kelompok ini terdapat tiga atribut yaitu, Penghubung Anggota Dengan IPS, Penetapan Harga Susu dan Pengujian Kualitas Susu. Berikut hasil sebaran kepentingan dan persepsi kinerja atribut menurut responden.

56

Tabel 19. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Pemasaran Susu
Sebaran Kepentingan Atribut STP TP 0 0 0 CP 2 0 0 P 30 26 17 SP 26 32 41 (Yi) Sebaran Persepsi Kinerja STB 0 0 0 TB 2 2 12 CB 23 21 8 B 32 22 25 SB 1 13 13 (Xi) TKi

Penghubung Anggota dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu

0 0 0

256 264 273

206 220 213

80,47 83,33 78,02

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

6.1.3.1. Penghubung Anggota Dengan IPS

Koperasi susu merupakan wadah bagi peternak sapi perah untuk memasarkan produksi mereka. Bersama-sama dengan anggota yang lainnya, peternak dapat menjalin hubungan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). Menurut responden atribut ini penting untuk dijalankan dengan jumlah pemilih 64 persen responden. Total skor sebaran kepentingan untuk atribut ini sebesar 256. Sementara itu persepsi terhadap kinerja, responden menganggap atribut ini sudah baik yang dipilih oleh 55 persen responden, dengan total skor sebesar 206. Persepsi responden terhadap atribut ini sudah baik, karena selama ini dengan adanya hubungan dengan IPS tidak membuat peternak merasa tertekan oleh kebijakan dan aturan yang dikeluarkan oleh IPS. Proses penyetoran susu peternak juga sudah berjalan dengan baik dan lancar. Tingkat kesesuaian responden terhadap atribut ini sebesar 80,47 persen, atau responden masih merasakan pelayanan atribut ini belum sesuai dengan keinginan mereka.

6.1.3.2. Penetapan Harga Susu

Harga susu yang diterima oleh Peternak sapi perah merupakan harga yang ditetapkan oleh IPS ditambah dengan fee untuk koperasi. Responden menjawab artibut ini sangat penting. Jumlah responden yang memilih sangat penting sebesar 55 persen dengan total skor kepentingan mencapai 264. Sebaran persepsi kinerja

57

pelayanan atribut ini dianggap sudah baik oleh responden, yaitu sebesar 37,9 persen, memiliki perbedaan yang tipis dengan kategori cukup baik dengan tingkat keterpilihan responden 36,2 persen dengan total skor sebesar 220. Sebaran kepentingan yang masih tinggi dibanding dengan persepsi kinerja karena sebagian besar responden menerima harga susu dalam kisaran Rp.2800,- sampai Rp.4.000,perliter. Masih sedikit responden yang mendapatkan harga susu di atas Rp.4.000,perliternya. Tingkat kesesuaian atribut ini berada pada angka 83,33 persen, atau kinerja atribut masih belum sesuai dengan keinginan responden.

6.1.3.3. Pengujian Kualitas Susu

Pengujian kualitas susu dilakukan oleh koperasi dan IPS. Koperasi wajib melakukan uji alkohol kepada setiap susu peternak yang akan disetor. Dalam kurun waktu tertentu, koperasi juga melakukan pengujian Total Solid susu atau kandungan bahan kering yang dimiliki susu. IPS melakukan pengujian kandungan TS dan Total Plate Count (TPC), yang merupakan pengujian terhadap kandungan unit bakteri per milliliter susu. Sebaran kepentingan atribut ini dinilai sangat penting oleh 70,6 persen responden, dengan total skor kepentingan yang mencapai 273. Sedangkan untuk tingkat persepsi responden terhadap kinerja atribut, 43 persen responden beranggapan atribut ini termasuk ke dalam kategori baik, dengan total skor sebesar 213. Persepsi responden terhadap kinerja atribut ini bahwa pengujian kualitas susu sering dilakukan. Responden sebanyak 12 orang juga menjawab tidak baik, menurut mereka pengujian kualitas susu sering tidak dilakukan. Tingkat kesesuaian atribut ini sebesar 78,02 persen, atau masih belum memenuhi keinginan responden.

6.1.4. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Penjualan Konsentrat

Kelompok ini terbagi ke dalam empat atribut, yaitu: Harga Jual Konsentrat, Pemenuhan Kebutuhan Konsentrat, Kualitas/Mutu Konsentrat dan Waktu Ketersediaan Konsentrat. Berikut sebaran kepentingan dan persepsi terhadap kinerja atribut kelompok ini:

58

Tabel 20. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Penjualan Konsentrat
Sebaran Kepentingan Atribut STP TP 1 0 0 0 CP 4 2 0 0 P 49 45 20 47 SP 4 11 38 11 (Yi) 230 241 270 243 Sebaran Persepsi Kinerja STB 18 0 8 0 TB 26 0 36 0 CB 9 12 11 4 B 5 1 3 2 SB 0 45 0 52 (Xi) 117 265 125 280 TKi

Harga Jual Konsentrat Pemenuhan Kebutuhan Konsentrat Kualitas/Mutu Konsentrat Waktu Ketersediaan Konsentrat

0 0 0 0

50,87 109,96 46,30 115,23

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

6.1.4.1. Harga Jual Konsentrat

Harga konsentrat merupakan komponen biaya yang tinggi dalam memelihara sapi perah. Sapi perah akan membutuhkan konsentrat sekitar lima persen dari berat badannya setiap hari. Responden sebanyak 84,48 persen menjawab kepentingan atribut ini berada pada kategori penting, dengan total skor sebesar 230. Sebaran untuk persepsi kinerja atribut, responden sebesar 44,8 persen menganggap atribut ini berada pada kategori yang tidak baik, dengan total skor sebesar 117. Persepsi yang belum baik ini disebabkan oleh responden yang manganggap harga jual konsentrat terasa sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga ditempat lain. Sebanyak 18 orang responden menganggap harga konsentrat yang dijual oleh KUD Giri Tani jauh lebih mahal dibandingkan dengan yang dijual di tempat lain. Tingkat kesesuaian responden atribut ini sebesar 50,87 persen atau belum sesuai dengan keinginan responden.

6.1.4.2. Pemenuhan Kebutuhan Konsentrat

Kebutuhan konsentrat oleh peternak sapi perah tergantung kepada jumlah yang dipelihara. Responden, sebanyak 77,59 persen manyatakan bahwa atribut ini termasuk ke dalam kategori penting, dengan total skor kepentingan mencapai 241.

59

Sebaran persepsi responden terhadap kinerja atribut ini dominan pada kategori sangat baik, dengan total skor sebesar 265, dari anggapan 77,59 persen responden. Sebaran persepsi kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebaran kepentingan karena, responden merasa seluruh kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Ketersediaan konsentrat di KUD Giri Tani selalu melimpah, sehingga berapapun kebutuhan responden dapat terpenuhi. Tingkat kesesuaian responden pada atribut ini sebesar 109,96 persen atau keinginan responden sudah dapat dipenuhi.

6.1.4.3. Kualitas/Mutu Konsentrat

Mutu pakan yang diberikan akan mempengaruhi kulitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Menurut 65,52 responden, atribut ini berada di dalam kategori sangat penting, dengan total skor sebesar 270. Sedangkan persepsi 62,07 persen responden terhadap kinerja atribut ini berada pada kategori tidak baik, dengan total skor persepsi sebesar 125. Selisih yang jauh antara sebaran kepentingan dengan sebaran persepsi kinerja disebabkan oleh responden sering menemukan benda-benda asing di dalam konsentrat. Benda asing yang sering mereka temukan adalah serat goni dan pasir, walaupun jarang menemukan kutu dan konsentrat yang sudah busuk. Tingkat kesesuaian responden terhadap atribut ini sebesar 40,63 persen, atau masih jauh dari apa yang dinginkan oleh responden.

6.1.4.4. Waktu Ketersediaan Konsentrat

Waktu ketersediaan konsentrat menjadi salah satu prioritas peternak. Mengingat ketergantungan kualitas dan kuantitas susu yang tinggi terhadap pakan konsentrat. Untuk atribut ini responden, sebanyak 81 persen menganggap atribut ini termasuk ke dalam kategori penting, dengan total skor kepentingan mencapai 243. Tingkat persepsi kinerja atribut ini berada di kategori sangat baik, hasil jawaban dari 89,66 persen responden, dengan total skor 280. Responden menyatakan bahwa ketersediaan konsentrat selalu ada saat mereka butuhkan. Mereka tidak perlu menunggu untuk mendapatkan konsentrat yang dibutuhkan. Tingkat kesesuaian responden untuk atribut ini sebesar 115,23 persen, atau sudah mampu memenuhi keinginan responden.

60

6.1.5. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Bantuan Medis Ternak

Kelompok ini terdiri dari lima atribut yaitu: Konsultasi Medis (Keswan) Ternak, Terapi/Pengobatan Ternak, Menyediakan Obat-obatan, Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak dan Jasa Inseminasi Buatan. Berikut adalah sebaran kepentingan dan persepsi kinerja atribut pelayanan kelompok bantuan medis ternak KUD Giri Tani menurut responden.
Tabel 21. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Bantuan Medis Ternak
Sebaran Kepentingan Atribut STP Konsultasi Medis Ternak Terapi/Pengobatan Ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Peralatan Terapi Ternak Jasa Inseminasi Buatan 0 0 0 0 0 TP 0 0 0 0 0 CP 2 2 1 3 4 P 44 23 36 40 8 SP 12 33 21 15 46 (Yi) Sebaran Persepsi Kinerja STB 7 6 4 0 0 TB 17 12 20 5 16 CB 2 7 16 17 29 B 30 30 18 35 13 SB 2 3 0 1 0 (Xi) TKi

242 263 252 244 274

177 186 164 206 171

73,14 70,72 65,08 84,43 62,41

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

6.1.5.1. Konsultasi Medis (Keswan) Ternak

Konsultasi tentang kesehatan ternak dapat memberikan pengetahuan dan masukan bagi peternak. Menurut responden, sebaran kepentingan atribut ini termasuk kedalam kategori penting, yang dipilih oleh 75,86 persen responden dengan total skor kepentingan mencapai 242. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori baik, atau 51,7 persen dari jawaban responden. Sebaran persepsi sebesar ini diperoleh, karena responden menganggap penjelasan yang diberikan oleh petugas medis sudah baik dan dapat dimengerti oleh mereka, walaupun belum semuanya dapat dijalankan dengan baik. Tingkat kesesuaian

61

atribut ini berada pada tingkat 73,14 persen, atau masih belum mampu memenuhi keinginan anggota.

6.1.5.2. Terapi/Pengobatan Ternak

Pengobatan merupakan jalan atau cara untuk mengatasi masalah yang gagal diantisipasi. Kegagalan antisipasi berpeluang besar untuk menimbulkan kondisi sakit pada ternak. Responden menganggap sebaran kepentingan atribut ini termasuk ke dalam kategori sangat penting, yang dipilih oleh 56,9 persen responden, dengan total skor kepentingan sebesar 263. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori baik, yang dipilih oleh 51,7 persen responden. Perbedaan sebaran kepentingan dan persepsi kinerja yang terjadi disebabkan oleh beberapa responden menjawab kinerja atribut ini dalam kategori sangat tidak baik dan tidak baik. Penyebab dari respon ini adalah, karena responden kadang menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan pengobatan untuk ternak mereka. Responden sebanyak 12 orang juga menyatakan bahwa kondisi ternak mereka tetap seperti semula, walaupun sudah diterapi. Tingkat kesesuaian responden atribut ini berada pada tingkat 70,72 persen atau masih belum dapat memenuhi keinginan responden.

6.1.5.3. Menyediakan Obat-obatan

Obat-obatan merupakan racun yang dikonsumsi dalam batas dan kondisi tertentu. Pengobatan merupakan kegiatan memanfaatkan atau mendayagunakan senyawa racun tersebut. Menurut responden sebaran kepentingan atribut ini dianggap penting, yang dipilih oleh 62 persen responden, dengan total skor kepentingan sebesar 252. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori tidak baik, hasil jawaban dari 34,48 persen responden. Sebaran persepsi kinerja yang rendah disebabkan oleh ketersediaan obat-obatan yang belum tentu tersedia.Tingkat kesesuaian responden atribut ini berada pada tingkat 65,08 persen atau belum sesuai dengan keinginan responden.

62

6.1.5.4. Menyediakan Peralatan Terapi Ternak

Peralatan yang tersedia dan terawat dengan baik akan membantu di dalam memberikan terapi kepada ternak. Sebaran kepentingan atribut ini menurut responden dianggap berada pada kategori penting, yang dipilih oleh 68,97 persen responden, dengan total skor kepentingan sebesar 244. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori baik, hasil jawaban dari 60,34 persen responden. Menurut responden peralatan yang dimiliki oleh petugas medis KUD Giri Tani telah tersedia dan terawat dengan baik. Sementara itu, tingkat kesesuaian responden atribut ini keinginan responden sebesar 84,43 persen atau masih belum sesuai dengan

6.1.5.5. Jasa Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan merupakan jalan untuk mendapatkan anakan sapi perah dengan cara menempatkan semen beku, tanpa kopulasi alami sapi jantan. Melalui cara ini bisa didapatkan keturunan sapi perah dari pejantan unggul dalam jumlah yang lebih banyak. Inseminasi yang berhasil akan menghasilkan anakan, yang secara langsung akan meningkatkan produksi susu. Sebaran kepentingan atribut ini menurut responden berada pada kategori sangat penting, yang dipilih oleh 79,31 persen responden, dengan total skor kepentingan sebesar 274. Sedangkan sebaran persepsi kinerja atribut ini dianggap berada pada kategori cukup baik yang merupakan hasil jawaban dari 50 persen responden. Perbedaan ini disebabkan oleh hasil inseminasi kadang-kadang tidak berhasil. Respnden selain itu juga merasa menunggu lama untuk dapat dilayani, karena hanya ada satu inseminator untuk seluruh wilayah kerja KUD Giri Tani yang meliputi dua Kecamatan, Cisarua dan Megamendung. Tingkat kesesuaian responden atribut ini sebesar 62,41 persen atau masih belum sesuai dengan keinginan responden.

6.1.6. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Keuangan Koperasi

Atribut yang termasuk kedalam kelompok ini terdapat dua atribut, yaitu: Bantuan Kredit Dari Koperasi dan Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota. Berikut hasil sebaran kepentingan dan sebaran persepsi kinerja atibut menurut responden:

63

Tabel 22. Sebaran Kepentingan, Persepsi Kinerja dan Kesesuaian Responden Kelompok Keuangan Koperasi
Sebaran Kepentingan Atribut STP TP 5 3 CP 4 0 P 43 44 SP 6 11 (Yi) Sebaran Persepsi Kinerja STB 50 0 TB 2 10 CB 4 0 B 2 26 SB 0 22 (Xi) TKi

Bantuan Kredit dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota

0 0

226 237

74 234

33,04 98,73

Keterangan: Yi : Total Skor Kepentingan Xi : Total Skor Persepsi Kinerja TKi : Tingkat Kesesuaian Responden

6.1.6.1. Bantuan Kredit Dari Koperasi

UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Responden sebanyak 74,14 persen menganggap kepentingan atribut ini termasuk ke dalam kategori penting, dengan total skor kepentingan sebesar 224. Mereka menganggap dengan adanya bantuan kredit akan dapat meningkatkan kinerja usaha mereka. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori sangat tidak baik, yang merupakan hasil jawaban dari 86,21 persen responden. Perbedaan sebaran ini terjadi karena responden sangat menginginkan adanya bantuan kredit dari KUD Giri Tani, tetapi selama ini kebanyakan dari mereka belum dapat menikmati kredit dari KUD Giri Tani. Permasalahan ini disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh KUD Giri Tani. Begitu juga dengan tingkat kesesuaian responden atribut ini hanya berada pada tingkat 33,04 persen atau masih jauh dari apa yang dinginkan responden.

64

6.1.6.2. Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota

Pembagian Sisa hasil usaha pada koperasi biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota koperasi. Semakin besar andil anggota, akan semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diterima anggota. Sebaran kepentingan atribut ini berada pada kategori penting, yang dipilih oleh 75,86 persen responden, dengan total skor kepentingan sebesar 237. Sebaran persepsi kinerja atribut ini berada pada kategori baik, hasil jawaban dari 44,83 persen responden. Perbedaan sebaran ini disebabkan oleh pemberian SHU kepada anggota sudah tepat waktu. Pemberian SHU biasanya pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Tingkat kesesuaian responden atribut ini berada pada tingkat 98,73 persen atau masih belum sesuai dengan keinginan responden

6.2. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Responden Terhadap Kinerja Atribut Pelayanan KUD Giri Tani

Salah satu cara untuk meningkatkanan kualitas pelayanan, dapat dilakukan pendekatan dengan memperbaiki kualitas kinerja pelayanan KUD Giri Tani, mengingat tingkat kepentingan atribut sudah cukup tinggi. Upaya peningkatan kualitas kinerja pelayanan biasanya akan terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh KUD Giri Tani. Oleh sebab itu ada prioritas yang dijalankan. Ada beberapa atribut yang harus mendapatkan perhatian terlebih dahulu dibanding atribut lainnya. Penentuan atribut yang mendapatkan alokasi sumber daya terlebih dahulu dengan memperhatikan tingkat kepentingan dan kinerja atribut. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, tetapi masih belum memiliki tingkat kinerja yang tinggi dapat dipertimbangkan terlebih dahulu.

65

Tabel 23. Rata-Rata Tingkat Kinerja dan Kepentingan Atribut Pelayanan KUD Giri Tani
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kode A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 Atribut Kemudahan Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota Keramahan Pengurus Melayani Anggota Kecepatan Menanggapi Keluhan Anggota Ketepatan Menanggapi Keluhan Anggota Penampilan (Kerapian) Pengurus Penghubung Anggota Dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu Penetapan Harga Jual Konsentrat Pemunuhan Jumlah Konsentrat Kualitas/Mutu Konsentrat Waktu Ketersediaan Konsentrat Konsultasi Medis (Keswan) Ternak Terapi/Pengobatan Ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak Jasa Inseminasi Buatan Bantuan Kredit Dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Rata-rata Kinerja ( Xi ) 4.55 3.78 3.14 3.67 2.72 3.19 3.47 3.55 3.79 3.67 2.02 4.57 2.16 4.83 3.05 3.21 2.83 3.55 2.95 1.28 4.03 4.27 Kepentingan ( Yi ) 4.02 4.03 4.17 4.52 4.41 4.03 3.81 4.41 4.55 4.71 3.97 4.16 4.66 4.19 4.17 4.53 4.34 4.21 4.72 3.86 4.09 3.33

Untuk mempermudah usaha tersebut dapat menggunakan alat bantu. Alat bantu yang digunakan pada penelitian ini adalah diagram kartesius. Diagram kartesius akan dapat menunjukkan tingkat kepentingan dan persepsi semua atribut. Diagram kartesius akan dibagi menjadi empat kuadran. Pembagian diagram kartesius dengan cara membuat perpotongan sumbu X (sebagai tingkat persepsi kinerja) dengan sumbu Y (sebagai tingkat kepentingan). Perpotongan ini akan memberikan gambaran keadaan yang berbeda-beda antara setiap atribut. Hasil perhitungan pada penelitian ini sumbu X mengalami perpotongan pada titik 3,33 sedangkan sumbu Y pada titik 4,27.

66

4.90

Kuadran I (Prioritas Utama)


4.70 D3 C2 B1 C1 E3 E5 C3

Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

TINGKAT KEPENTINGAN

E2

4.50 B2

4.30 E4 E1 A3 F2 B3 D1 3.90 F1 A2 A1 D2

D4

4.10

Kuadran III (Prioritas Rendah)

B4

Kuadran IV (Berlebihan)

3.70 1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

TINGKAT PERSEPSI KINERJA

Gambar 4. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Persepsi Kinerja Pelayanan KUD Giri Tani Keterangan:

Kuadran I Prioritas Utama: B2 D3 E2 E3 E5 : Kecepatan Menanggapi Keluhan : Kualitas/Mutu Konsentrat : Terapi/Pengobatan Ternak : Menyediakan Obat-obatan : Jasa Inseminasi Buatan

Kuadran II Pertahankan Prestasi: B1 C1 C2 C3 : Keramahan Pengurus Melayani Anggota : Penghubung Anggota dengan IPS : Penetapan Harga Susu : Pengujian Kualitas Susu

Kuadran III Prioritas Rendah: A3 B3 : Pelaksanaan Rapat Anggota : Ketepatan Menanggapi Keluhan

67

D1 E1 F1

: Penetapan Harga Jual Konsentrat : Konsultasi Medis (Keswan) Ternak : Bantuan Kredit Dari Koperasi

Kuadran IV Berlebihan : A1 A2 B4 D2 D4 E4 F2 : Kemudahan Proses Menjadi Anggota : Pencatatan Data Peternak : Penampilan/Kerapian Pengurus : Memenuhi Jumlah Konsentrat : Waktu Ketersedian Konsentrat : Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak : Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Berikut analisis setiap atribut yang terletak pada empat kuadran diagram kartesius:
1). Kuadran I (Prioritas Utama)

Pada diagram kartesius, setiap atribut yang terdapat di dalam kuadran ini, memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Tetapi pada kenyataannya, penerapan atribut ini belum mampu memenuhi harapan anggota. Kinerja atribut ini harus ditingkatkan, agar bisa masuk ke kuadran II (Pertahankan Prestasi). Atribut di dalam kuadran ini dapat dijadikan atribut pertama yang mendapatkan alokasi sumber daya. Atribut yang berada di dalam kuadran ini adalah: Kecepatan Menanggapi Keluhan, Kualitas/Mutu Konsentrat, Terapi/Pengobatan Medis Ternak, Menyediakan Obat-obatan dan Jasa Inseminasi Buatan.

B2 Kecepatan Menanggapi Keluhan Peternak

Kecepatan menanggapi keluhan yang dimaksud merupakan lamanya waktu yang dialami oleh anggota sampai keluhannya ditanggapi. Waktu yang menjadi ukuran di dalam atribut ini dimulai sejak anggota memberikan keluhan hingga mendapatkan tanggapan yang sesuai dengan keluhan. Menurut responden, atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, tetapi tingkat persepsi terhadap atribut ini masih rendah. Rendahnya tingkat persepsi kinerja diakibatkan oleh lamanya anggota mendapatkan tanggapan dari

68

keluhan mereka. Tanggapan muncul setelah menunggu satu hari atau lebih dari pertamakali keluhan disampaikan. Untuk itu koperasi dapat membuat skema kerja yang jelas dalam menerima keluhan. Setiap keluhan dapat dicatat, kemudian setiap perkembangan dari keluhan terus dipantau. Bisa juga setiap jenis keluhan ditanggapi oleh orang yang ditunjuk khusus, yang bertanggung jawab menyelesaikan keluhan tersebut dengan baik.

D3 Kualitas/Mutu Konsentrat

Kualitas/Mutu merupakan alasan untuk membeli konsentrat. Mutu pakan yang baik akan memberikan kontribusi yang signifikan di dalam proses produksi susu. Mutu pakan juga dapat dilihat dari sisi organoleptik, yang maliputi rasa, bau, wujud dan konsistensi bahan konsentrat. Konsentrat yang baik akan memiliki rasa yang sesuai dengan bahan baku konsentrat itu sendiri, tidak berbau aneh dan tidak berubah wujudnya. Pada penelitian ini kualitas pakan dilihat dari sisi cemaran/benda-benda asing yang berada di dalam konsentrat saja. Pada atribut ini tingkat kepentingan atribut ini sangat tinggi, tetapi hasil persepsi kinerja masih berada di bawah rata-rata total atribut. Kinerja yang rendah terhadap atribut ini disebabkan oleh banyaknya ditemukan benda-benda asing di dalam pakan, seperti pasir, serat goni dan lain-lainnya. Untuk itu pengurus dapat mempertimbangkan hubungan dengan pemasok konsentrat. Jika memang tidak baik, pemasok dapat diganti dengan yang lain, yang dapat memberikan konsentrat dengan kualitas/mutu yang lebih baik. Rencana pemutusan hubungan dapat dibatalkan jika, pamasok bersedia meningkatkan kualitas/mutu konsentrat yang mereka sediakan.

E2 Terapi/Pengobatan Medis Ternak

Pengobatan biasa dilakukan jika terjadi kegagaglan dalam mengantisipasi datangnya penyakit. Pengobatan yang sering dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan (racun) dalam kadar dan kondisi tertentu. Menurut responden kinerja atribut ini masih belum memuaskan anggota koperasi, padahal tingkat kepentingan atribut ini berada di atas tingkat kepentingan rata-rata. Untuk hasil dari pengobatan yang dilakukan petugas medis rata-rata responden menjawab

69

sudah baik. Rendahnya tingkat persepsi kinerja atribut muncul akibat, responden kadang harus menunggu lama untuk mendapatkan pengobatan untuk ternak mereka. Lama waktu yang diperlukan karena jumlah tenaga medis yang kurang. KUD Giri Tani hanya memiliki satu orang tenaga medis untuk seluruh wilayah kerja yang meliputi dua Kecamatan, Cisarua dan Mega Mendung. KUD Giri Tani dapat memprioritaskan penambahan jumlah tenaga medis untuk meningkatkan kinerja atribut ini. Sehingga satu orang tenaga medis dapat melayani 30 orang peternak.

E3 Menyediakan Obat-obatan

Responden menjawab, atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Tetapi kinerja atribut ini dianggap belum baik. Padahal obat-obatan merupakan senyawa yang jamak digunakan dalam proses pengobatan. Disamping itu pengobatan juga hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli dibidang pengobatan. Oleh karena itu permasalahan atribut ini hampir mirip dengan atribut Terapi/Pengobatan Medis Ternak, karena memiliki kaitan yang erat. Peranan Tenaga medis semakin terlihat penting disini, karena obat-obatan yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan jika tidak tahu cara menggunakannya. Kadang, peternak beruaha sendiri mengobati ternak mereka berdasarkan intuisi mereka, padahal tindakan mereka belum tentu benar dan berpotensi menyalahi kaidah medis. Seperti luka pada ternak diobati dengan abu dan garam saja. Oleh karena itu, koperasi harus memprioritaskan penambahan jumlah tenaga medis dengan yang cakap dan terampil serta menyediakan obat-obatan yang murah dan bermutu.

E5 Jasa Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan merupakan penempatan semen pejantan tanpa peristiwa kopulasi alami. Inseminasi harus dilakukan pada waktu dan cara yang tepat. Kondisi optimal untuk inseminasi harus diketahui dengan baik, karena jika tidak inseminasi akan gagal. Kegagalan berarti biaya yang dikeluarkan terbuang percuma. Konsekuensi kegagalan berarti tidak ada bibit baru yang dihasilkan dan jika tidak ada anak, berarti tidak ada susu yang dapat diproduksi.

70

Responden menganggap atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang tingi. Tetapi pelaksananan atribut ini masih dianggap belum baik oleh responden. Kinerja yang rendah pada atribut ini menurut responden disebabkan oleh jumlah tenaga inseminator yang kurang. KUD Giri Tani hanya memiliki satu orang inseminator untuk seluruh wilayah kerja. Seringkali masa birahi ternak terlewatkan, karena petugas belum datang, karena masih mengurusi ternak yang lainnya. KUD Giri Tani perlu menambah jumlah tenaga inseminator, atau bisa juga dengan menunjuk dan melatih salah seorang peternak disetiap kelompok mereka untuk dapat melakukan inseminasi dengan baik dan benar. Sehingga masa birahi ternak dapat dioptimalkan.

2). Kuadran II (Pertahankan Prestasi)

Kuadran ini merupakan tempat untuk atribut yang memiliki tingkat kepentingan dan persepsi kinerja yang tinggi. Oleh karena itu atribut yang berada di dalam kuadran ini harus dipertahankan prestasinya. Empat atribut pelayanan KUD Giri Tani termasuk ke dalam kuadran ini, yaitu: Peranan Penghubung Anggota Dengan IPS, Penetapan Harga Susu, tersebut di atas: Pengujian Kualitas Susu dan Keramahan Pengurus Melayani Anggota. Berikut penjelasan mengenai atribut

B1 Keramahan Pengurus Melayani Anggota

Keramahan merupakan bagian dari nilai dasar di dalam berinteraksi. Setiap orang pada hakikatnya ingin dilayani dengan ramah. Begitu juga dengan peternak sapi perah, mereka ingin mendapatkan sambutan yang baik saat berhubungan dengan koperasi. Sehingga nilai tingkat kepentingan atribut ini bernilai tinggi, begitu juga dengan persepsi terhadap kinerja atribut ini, sudah dianggap baik oleh responden. Kinerja atribut ini sudah baik ditandai dengan senyuman dan sapa dari pengurus dalam melayani anggota.

C1 Peranan Penghubung Anggota Dengan IPS

Koperasi susu merupakan mediator antara peternak sapi perah dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). Tanpa koperasi, peternak tidak dapat langsung

71

memasarkan produksi mereka ke IPS. Peranan koperasi menjadi penting, mengingat sebagian besar peternak sapi perah di KUD Giri Tani dan Indonesia pada umunya masih tergolong peternakan rakyat, yang hanya memelihara sapi perah di bawah 20 ekor. Bahkan banyak yang memiliki sapi perah hanya dua sampai tiga ekor sapi perah saja. Selama ini peternak telah merasakan manfaat yang besar dengan bergabung dengan KUD Giri Tani. Sehingga tingkat persepsi peternak terhadap kinerja atribut ini sudah tinggi, disamping tingkat kepentingan atribut ini juga tinggi.

C2 Penetapan Harga Susu

Penetapn harga susu oleh IPS dilakukan berdasarkan kualitas. Kualitas susu berpatokan kepada Total Solid (TS) atau jumlah bahan kering (protein dan lemak) susu, berat jenis susu dan Total Plate Count (TPC) atau jumlah kandungan bakteri per milliliter susu. Kemudian KUD mengenakan fee untuk setiap liter susu yang dibeli oleh IPS kepada peternak. Saat ini peternak sudah merasa mendapatkan harga yang baik. Harga yang diterima oleh sebagian besar peternak berkisar antara Rp. 3.000,00 sampai dengan Rp. 4.000,00 per liter susu.

C3 Pengujian Kualitas Susu

Pengujian kualitas susu yang dilakukan oleh KUD Giri Tani dan IPS sudah dianggp baik oleh peternak. Setiap kali penyetoran susu, selalu dilakukan pengujian alkohol. Kemudian pihak IPS juga melakukan uji TS, TPC dan Berat Jenis (BJ) terhadap susu peternak. Petenak saat ini juga menyadari bahwa susu mereka dihargai setelah diketahui kondisinya. Kualitas susu yang baik akan mendapatkan harga yang tinggi, dan sebaliknya. Sehingga peternak sendiri selalu berusaha untuk memperbaiki kualitas susu mereka.

3). Kuadaran III (Prioritas Rendah)

Atribut yang berada pada kuadran ini dianggap memiliki nilai tingkat kepentingan dan persepsi kinerja yang masih rendah oleh responden. Peningkatan kualitas pelayanan atribut ini dapat dilakuakan dengan meningkatkan kinerja atribut dan meningkatkan tingkat kepentingan atribut. Prioritas pada kuadran ini

72

diberikan setelah memperbaiki pelayanan di kuadran I.(Prioritas Utama). Pada kuadran ini terdapat lima atribut pelayanan Yaitu: Pelaksanaan Rapat Umum, Ketepatan Menanggapi Keluhan, Penetapan Harga Jual Konsentrat, Konsultasi Medis (keswan) Ternak dan Bantuan Kredit Dari Koparerasi. Berikut penilaian responden terhadap pelayanan atribut di atas:

A3 Pelaksanaan Rapat Umum Anggota

Rapat anggota merupakan wadah bagi anggota untuk saling bertukar informasi. Sekaligus sebagai tempat untuk memberikan usul dan kritikan kepada koperasi. Pada rapat anggota juga terdapat kekuasaaan tertinggi dari koperasi. Pada rapat anggota dibahas bagaimana kondisi terkini koperasi. Tingkat kepentingan atribut ini cukup tinggi. Tetapi belum mampu melewati nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut pelayanan. Begitu juga dengan tingkat persepsi kinerja atributnya. Hal ini bisa saja terjadi karena anggota belum paham dengan fungsi rapat anggota koperasi. Sehingga mereka belum menganggap penting atribut ini. Begitu juga dengan kinerja atribut ini, rapat anggota koperasi sering gagal dilakukan dengan alasan yang tidak jelas.

B3 Ketepatan Menanggapi Keluhan Peternak

Keluhan dapat muncul dari harapan responden yang tidak sesuai dengan kenyataan. Keluhan dapat muncul dari permasalahan yang beragam. Seperti, waktu yang lama untuk melakukan inseminasi, proses peminjaman uang yang lama dan mutu konsentrat yang tidak baik. Tingkat kepentingan atribut ini rendah akibat anggota belum menyadari betul, bahwa mendapatkan respon dari keluhan mereka merupakan bagian dari hak mereka sebagai anggota koperasi. Begitu juga kinerja atribut ini masih dirasa rendah karena responden merasa belum semua keluhan mereka dapat ditanggapi oleh koperasi dengan baik.

D1 Penetapan Harga Jual Konsentrat

Harga merupakan salah satu komponen yang paling mempengaruhi persepsi responden terhadap sebuah palayanan jasa. Penjualan konsentrat merupakan salah satu unit usaha KUD Giri Tani. Konsentrat dipasok oleh

73

pemasok ke KUD Giri Tani. Kemudian KUD Giri Tani mendapatkan fee atas konsentrat yang dijual. Responden menganggap tingkat kepentingan atribut ini termasuk ke dalam kategori penting. Karena menurut mereka harga konsentrat merupakan komponen biaya yang cukup besar dalam memproduksi susu. Begitu juga dengan kualitas konsentrat akan mempengaruhi kualitas susu. Tetapi menurut responden harga jual konsentrat di koperasi saat ini masih tergolong mahal, jika dibandingkan dengan harga konsentrat di tempat lain. Sehingga persepsi kinerja terhadap atribut ini masih rendah. Untuk itu, koperasi sebaiknya mengevaluasi hubungannya dengan pemasok. Jika ada yang labih baik, koperasi dapat mengganti pemasok.

E1 Konsultasi Medis (keswan) Ternak

Dari konsultasi medis (keswan) ternak, anggota diharapkan dapat mengetahui dengan jelas, apa sebenarnya yang terjadi dengan ternak mereka. Dari penjelasan itu diharapkan mereka dapat mengambil tindakan yang benar untuk mengatasinya. Kemudian dapat mencegah hal yang serupa dapat terulang kembali. Menurut responden atribut ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, tetapi belum memiliki tingkat persepsi kinerja yang tinggi. Permasalahan ini terjadi karena kurangnya tenaga medis yang dimiliki oleh KUD Giri Tani. Jika peternak ingin malakukan konsultasi, petugas kadang sedang berada di lapangan, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah tenaga medis ternak.

F1 Bantuan Kredit Dari Koperasi

Kredit merupakan suatu sarana keuangan bagi orang seorang atau sebuah badan usaha untuk meminjam yang dapat dipergunakan untuk membeli barang atau jasa dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang disepakati. UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

74

Atribut ini oleh responden, dianggap memiliki kategori yang penting. Sementara persepsi anggota terhadap kinerja atribut juga masih rendah. Hal ini disebabkan oleh, jumlah kredit yang tersedia dikoperasi masih terbatas. Sementara itu animo anggota terhadap kredit cukup besar. Sehingga kredit sulit untuk diakses oleh anggota. Untuk itu koperasi dapat mencari sumber pendanaan dari luar koperasi.

4). Kuadran IV (Berlebihan)

Kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Tetapi menurut responden tingkat kinerja atribut dianggap tinggi. Oleh karena itu kinerja atribut ini dapat dikurangi sehingga sumber daya dapat dialokasikan untukmeningkatkan pelayanaan atribut lainnya. Disamping itu jika memungkinkan dapat dilakukan peningkatan tingkat kepentingan, dengan cara sosialisasi atau penyuluhan tentang kepentingan atribut. Atribut yang termasuk kedalam kuadran ini adalah: Proses Menjadi Anggota, Pencatatan Data Peternak, Penampilan (kerapian) Pengurus, Pemenuhan Jumlah konsentrat, Waktu Ketersediaan Konsentrat, Menyediakan Fasilitas Terapi Medis Ternak dan Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota.

A1 Proses Menjadi Anggota

Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi, harus dapat memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya, harus memiliki sapi perah dan dapat menyetorkan susu setiap hari. Sedangkan untuk syarat administrasi, peternak harus mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan pas foto dan membayar uang registrasi. Saat ini proses untuk menjadi anggota dianggap mudah oleh responden, dapat diikuti dan bisa diselesaikan dalam waktu satu hari kerja saja. Sehingga di dalam persepsi mereka kinerja atribut ini sudah baik dan memiliki tingkat kinerja yang tinggi..

A2 Pencatatan Data Peternak

Pencatatan data penting untuk dilakukan. Menurut jawaban responden, tingkat kepentingan atribut ini masih belum penting. Sementara persepsi terhadap kinerja menurut responden sudah baik. Data yang dicatat dapat dimanfaatkan

75

untuk mengetahui perkembangan terkini dari koperasi. Data yang dicatat biasanya adalah data jumlah produksi, jumlah populasi dan hutang piutang koperasi. Untuk membuat atribut ini bisa berada pada kuadran II (Pertahankan Prestasi) dapat diberikan pemahaman atau sosialisasi kepada peternak tentang pentingnya pencatatan data oleh koperasi. Karena dengan data yang tercatat dengan baik peternak dapat mengetahui kondisi koperasi dengan transparan. Sekaligus melakukan pengawasan kinerja koperasi oleh anggota.

B4 Penampilan (Kerapian) Pengurus

Penampilan pengurus saat ini sudah menggunakan pakaian yang rapi. Pakaiann yang digunakan adalah kemeja, celana bukan jeans dan menggunakan sepatu. Walaupun belum menggunakan seragam. Menurut responden atribut ini tidak penting, karena bagi mereka yang penting adalah kualitas pelayanan pengurus kepada mereka. Jadi kondisi penampilan pengurus saat ini sudah baik dimata responden. Sehingga pengurus dapat lebih berkonsentrasi kepada peningkatan atribut yang lainnnya.

D2 Pemenuhan Jumlah Kebutuhan Konsentrat

Pelayanan atribut ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap konsentrat dan agar proses produksi susu tidak terganggu. Jumlah konsentrat yang dibutuhkan oleh setiap anggota berbeda-beda. Anggota juga dibatasi mangambil konsentrat sesuai dengan jumlah ternak mereka. Tingkat kepentingan atribut ini menurut anggota sudah berada pada kategori yang penting. Sedangkan kinerja atribut sudah dirasa sangat baik, karena seluruh kebutuhan mereka akan konsentrat selalu dapat dipenuhi oleh koperasi.

D4 Waktu Ketersediaan Konsentrat

Kinerja atribut ini menurut responden sudah sangat baik, tetapi tingkat kepentingan atribut ini belum melebihi tingkat kepentingan rata-rata atribut. Konsentrat selalu tersedia di gudang koperasi. Jumlah konsentrat selalu dapat mencukupi kebutuhan seluruh anggota koperasi. Kapanpun anggota membutuhkan mereka langsung dapat memeperoleh konsentrat di koperasi.

76

E4 Menyediakan Fasilitas Terapi Medis Ternak

Fasilitas terapi perlu disediakan oleh koperasi. Fasilitas yang baik dan lengkap akan membantu proses terapi yang dilakukan. Kinerja atribut ini dianggap sudah baik oleh anggota, tetapi tingkat kepentingan atribut ini belum dapat melampaui tingkat rata-rata kepentingan atribut. Untuk membuat atribut ini berada pada kuaadran II (Pertahankan Prestasi) perlu dilakukan peningkatan tingkat kepentingan atribut ini. Peningkatan tingkat kepentingan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dan sosialisasi kepada petenak bahwa atribut ini penting untuk dilakukan. Fasilitas yang tersedia saat ini sudah mencukupi seperti, spoit, termomoter, peralatan infuse dan sebagainya.

F2 Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota.

Pembagian Sisa Hasil Usaha pada koperasi biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota koperasi. Semakin besar andil anggota, akan semakin besar pula SHU yang diterima anggota. SHU yang semakin besar akan mengurangi manfaat yang diterima oleh anggota koperasi. Karena SHU diambil berdasarkan transaksi yang terjadi antara anggota dengan koperasi. Sebaiknya manfaat yang diterima oleh anggota yang harus ditingkatkan.

6.3. Tingkat Kesesuaian Atribut Pelayanan KUD Giri Tani

Analisis ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh atribut pelayanan sudah dapat memenuhi harapan responden sebagai anggota KUD Giri Tani. Untuk mendapatakan nilai kesesuaian dilakukan dengan cara membandingkan skor kinerja atribut pelayanan dengan skor kepentingan atribut pelayanan. Dari table 37 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, atribut pelayanan belum sesuai dengan harapan responden, karena masih berada pada level 78,15 persen. Tetapi, jika dilihat satu persatu, ada atribut yang memiliki tingkat kesesuaian yang berada diatas 100 persen, atau pelayanaan atribut sudah memenuhi harapan responden. Atribut pelayanan yang sudah dapat memenuhi harapan responden adalah, Kemudahan Proses Menjadi Anggota (113,30 persen), Pemenuhan Jumlah Pakan Yang Dibutuhkan Anggota (109,96 persen) dan Waktu Ketersediaan Pakan

77

(115,23 persen). Selebihnya atribut pelayanan masih belum dapat memenuhi harapan anggota.
Tabel 24. Tingkat Kesesuaian Atribut Berdasarkan Jawaban Responden
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kode A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 Atribut Kemudahan Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota/Umum Keramahan Pengurus Melayani Anggota Kecepatan Menanggapi Keluhan Anggota Ketepatan Menanggapi Keluhan Anggota Penampilan (Kerapian) Pengurus Fungsi Penghubung Anggota Dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu Penetapan Harga Jual Konsentrat Pemunuhan Jumlah Konsentrat Kualitas/Mutu Konsentrat Waktu Ketersediaan Konsentrat Konsultasi Medis (Keswan) Ternak Terapi/Pengobatan Ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak Jasa Inseminasi Buatan Bantuan Kredit Dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Xi 264 219 182 213 158 185 201 206 220 213 117 265 125 280 177 186 164 206 171 74 234 Yi 233 234 242 262 256 234 221 256 264 273 230 241 270 243 242 263 252 244 274 224 237 TKi 113.30 93.59 75.21 81.30 61.72 79.06 90.95 80.47 83.33 78.02 50.87 109.96 46.30 115.23 73.14 70.72 65.08 84.43 62.41 33.04 98.73

6.4. Customer Satisfaction Index

Pengukuran indeks kepuasan konsomen penting untuk dilakukan. Dari hasil penilaian akan dapat dilihat seberapa tinggi kepuasan responden terhadap pelayanan yang diberikan. Hasil penilaian akan membantu pengambil kebijakan untuk menentukan arah dan merumuskan strategi koperasi. Menghitung nilai kepuasan konsumen dimulai dengan membuat rata-rataan dari skor tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan atribut. Pada penelitian ini penghitungan indeks

78

akan dibagi dua. Pertama panghitungan indeks per atribut pelayanaan. Kedua, penghitungan indeks dari keseluruhan atribut pelayanan. Dari table 25 dapat dilihat bahwa nilai Weight Score Total sebesar 3.33, yang diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai Weight Score masing-masing atribut pelayanan. Kemudian Weight Score Total dibagi dengan angka 5, sebagai skala maksimum yang digunakan di dalam penelitian ini. Hasil pembagian Weight

Score Total dengan skala maksimum dikalikan dengan 100 persen, untuk
mendapatkan persentase kepuasan. Dari operasi ini diperoleh nilai kepuasan sebesar 66,68 persen. Dimana nilai sebesar ini sudah termasuk ke dalam kategori puas. Walaupun sudah berada pada kategori puas, tetapi indeks yang diperoleh masih memiliki selisih yang jauh dari indeks tertinggi. Masih terdapat 33,32 persen responden yang belum mampu dipuaskan sepenuhnya oleh KUD Giri Tani. Oleh karena itu harus terus ada usaha untuk meningkatkan tingkat kepuasan responden dengan meningkatkan kinerja pelayanan.

79

Tabel 25. Customer Satisfaction Index Atribut Pelayanan KUD Giri Tani
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kode A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 Atribut Kemudahan Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota/Umum Keramahan Pengurus Melayani Anggota Kecepatan Menanggapi Keluhan Anggota Ketepatan Menanggapi Keluhan Anggota Penampilan (Kerapian) Pengurus Fungsi Penghubung Anggota Dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu Penetapan Harga Jual Pakan Pemunuhan Jumlah Pakan Yang Dibutuhkan Anggota Kualitas/Mutu Pakan Yang Disediakan Waktu Ketersediaan Pakan Konsultasi Medis (Keswan) Ternak Terapi/Pengobatan Ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Fasilitas Terapi Ternak Jasa Inseminasi Buatan Bantuan Kredit Dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Jumlah CSI = (

Yi
4.02 4.03 4.17 4.52 4.41 4.03 3.81 4.41 4.55 4.71 3.97 4.16 4.66 4.19 4.17 4.53 4.34 4.21 4.72 3.86 4.09 89.57

WF 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.05 1.00

Xi
4.55 3.78 3.14 3.67 2.72 3.19 3.47 3.55 3.79 3.67 2.02 4.57 2.16 4.83 3.05 3.21 2.83 3.55 2.95 1.28 4.03

WS 0.20 0.17 0.15 0.19 0.13 0.14 0.15 0.18 0.19 0.19 0.09 0.21 0.11 0.23 0.14 0.16 0.14 0.17 0.16 0.06 0.18 3.33 66,68%

WS

: 5) x 100%

80

VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan

1). Dari pengukuran yang dilakukan terhadap persepsi anggota KUD Giri Tani dapat disimpulkan bahwa, tingkat kepentingan rata-rata terhadap atribut pelayanan KUD Giri Tani diperoleh nilai sebesar 4,27. Atribut yang memiliki skor tingkat kepentingan yang paling tinggi yaitu Jasa Insemianasi Buatan, dengan skor sebesar 4,72. Atribut dengan tingkat kepentingan terendah yaitu, Penampilan (Kerapian) Pengurus dengan skor sebesar 3,81. 2). Pengukuran untuk tingkat persepsi kinerja seluruh atribut diperoleh hasil skor rata-rata sebesar 3,33. Atribut pelayanan yang mendapatkan skor paling tinggi yaitu, Waktu Ketersediaan Pakan, dengan skor kinerja mencapai 4,81. Atribut dengan skor yang paling rendah yaitu, Bantuan Kredit Dari Koperasi, yang hanya mendapatkan skor sebesar 1,28. 3). Tingkat kesesuaian responden terhadap atribut, tertinggi diperoleh oleh atribut pelayanan Waktu Ketersediaan Konsentrat, dengan total persentase sebesar 115,23. Berarti atribut ini telah dijalankan lebih dari apa yang dinginkan oleh responden. Hasil ini belum konsisten dengan hasil IPA karena atribut ini berada pada kuadran IV (berlebihan). Tingkat kesesuaian terhadap atribut yang paling rendah diperoleh oleh atribut Bantuan Kredit Dari Koperasi, dengan skor sebesar 33,04 persen. Berarti atribut ini dijalankan belum sesuai dengan apa yang dinginkan oleh anggota koperasi. 4). Costumer Satisfaction Index (CSI) yang diukur secara keseluruhan menunjukkan bahwa, responden merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Total skor untuk CSI adalah sebesar 66,68 persen. Jumlah skor ini masih memiliki jarak yang cukup jauh dari tingkat kepuasan tertinggi 100 persen. Jarak yang terjadi sebesar 33,32 persen. Berarti sebesar 33,32 persen indeks responden yang belum merasa puas terhadap pelayanaan KUD Giri Tani.

81

5). Analisis terhadap tingkat kepentingan dan tingkat persepsi kinerja pada diagram kartesius menunjukkan bahwa, lima atribut berada pada kuadran I (Prioritas Utama), yaitu: Kecepatan Menanggapi Keluhan Anggota, Kualitas/Mutu Konsentrat Yang Disediakan, Terapi/Pengobatan Ternak, Menyediakan Obat-Obatan dan Jasa Inseminasi Buatan. Atribut yang masuk ke dalam Kuadran II (Pertahankan Prestasi) yaitu: Keramahan Pengurus Malayani Anggota, Fungsi Penghubung Anggota Dengan IPS, Penetapan Harga Susu dan Pengujian Kualitas Susu. Atribut yang termasuk ke dalam Kuadran III (Prioritas rendah) yaitu: Pelaksanaan Rapat Umum Anggota, Ketepatan Menanggapi Keluhan Anggota, Penetapan Harga Jual Pakan, Konsulktasi Medis (Keswan) Ternak dan Bantuan Kredit Dari Koperasi. Atribut yang termasuk ke dalam Kuadran IV yaitu: Kemudahan Proses Menjadi Anggota, Pencatatan Data Peternak, Penampilan (Kerapian) Pengurus, Pemenuhan Jumlah Konsentrat Yang Dibutuhkan, Waktu Ketersediaan Konsentrat, Menyediakan Peralatan Terapi Ternak dan Sisa Hasil Usaha untuk anggota. 6). Hasil pengukuran dari metode IPA dan CSI menunjukkan hasil yang konsisten. Jika pada pengukuran Costumer Satisfaction Index terdapat selisih kepuasan yang cukup besar (33,32 persen), maka pada Importance

Performance Analysis menunjukkan hasil kinerja atribut (10 atribut) berada di


bawah nilai rata-rata atribut.

7.2. Saran

Saran dalam penelitian ini diangkat dari atribut yang terdapat pada kuadran I (Prioritas Utama) diagram kartesius. 1). Saran untuk atribut kecepatan menanggapi keluhan. Koperasi dapat membuat skema kerja yang jelas dalam menerima keluhan dari peternak. Setiap keluhan dapat dicatat, kemudian setiap perkembangan dari keluhan terus dipantau. Bisa juga setiap jenis keluhan ditanggapi oleh orang yang ditunjuk khusus, yang bertanggung jawab menyelesaikan keluhan tersebut dengan baik.

82

2). Saran

untuk

atribut

kualitas/mutu

konsentrat,

pengurus

dapat

mempertimbangkan hubungan dengan pemasok. Jika memang tidak baik, pemasok dapat diganti dengan yang lain, yang dapat memberikan konsentrat dengan kualitas/mutu yang lebih baik. Rencana pemutusan hubungan dapat dibatalkan jika, pamasok bersedia meningkatkan kualitas/mutu konsentrat yang mereka sediakan. 3).Rendahnya tingkat persepsi kinerja atribut terapi/pengobatan ternak muncul akibat, responden kadang harus menunggu lama untuk mendapatkan pengobatan untuk ternak mereka. Lama waktu yang diperlukan karena jumlah tenaga medis yang kurang. Untuk seluruh wilayah kerja KUD Giri Tani yang meliputi dua Kecamatan, Cisarua dan Mega Mendung hanya ada satu orang tenaga medis. Untuk itu pihak KUD Giri Tani dapat memprioritaskan penambahan jumlah tenaga medis, sehingga satu orang tenaga medis dapat melayani 30 orang peternak. 4).Atribut menyediakan obat-obatan dapat ditingkatkan kinerjanya dengan memprioritaskan penambahan jumlah tenaga medis dengan yang cakap dan terampil, disamping menyediakan obat-obatan yang baik dan murah 5). Untuk seluruh wilayah kerja KUD Giri Tani, hanya ada satu orang Inseminator. Seringkali masa birahi ternak terlewatkan, karena petugas belum datang, karena masih mengurusi ternak yang lainnya. Untuk itu, KUD Giri Tani perlu menambah jumlah tenaga inseminator, atau bisa juga dengan menunjuk dan melatih salah seorang peternak disetiap kelompok mereka untuk dapat melakukan Inseminasi dengan baik dan benar, sehingga masa birahi dapat dioptimalkan.

83

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. 2007. Dalam Swasembada. 2007. Majalah: Master of CS 2007, No.19/XXIII/3-12 September 2007 Akilah, F. 2008. Evaluasi Teknis Pemeliharaan Peternakan Sapi Perah Rakyat di Cilember KPSBU Lembang Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor. Astuti, E. 2008. Analisis Preferensi Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ayuningtyas, D. 2009. Analisis Sikap Konsumen Dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Original Di Kota Jakarta [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Baga, LM. 2003. Foolishisasi Koperasi. http://www.kompas.com Baswir, R. 2000. Koperasi Indonesia, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Cahliana, C. 2008. Analisis Penilaian Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Publik Pemerintahan Kabupaten Bogor (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Daryanto, A. 2007. Persusuan Indonesia: Kondisi, Permasalahan dan Arah Kebijakan. http://ariefdaryanto.wordpress.com Erwin. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu ( Studi Kasus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajeman Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Firwiyanto, M. 2008. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler [Skripsi]. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. GKSI. 2007. Profil Gabungan Koperasi Susu Indonesia Daerah Jawa Barat. http://gksi-jawa-barat.blogspot.com Hendar dan K. 2005. Ekonomi Koperasi. Jakarta: LP-FEUI. Kemal, M. 2007. Produksi Susu http//www.tanimerdeka.com Keputusan Menteri Pertanian 36/KPTS/TN.120/5/1990. Masih Mengandalkan Susu Impor. Nomor

Republik

Indonesia

84

Kurnia, A. 2006. Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) Kabupaten Kuningan Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Luthan, F. 2008. Strategi http://www.foodreview.biz Nasional Meningkatkan Produksi Susu.

Mutis, T. 2002. Bung Hatta dan Pendanaan Mikro, dalam Seratus Tahun Bung Hatta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Palapa, MKP. 2006. Evaluasi Kinerja Koperasi Pada Koperasi Puspa Anggrek di Kabupaten Tanggerang [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. PERMEN Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No: 22/PER/M.KUKM/IV/2007. Putra, WMD. 2006. Analisis Kinerja Keuangan dan Kemampuan Pelayanan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Garut [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rahardjo, D. 2002. Apa Kabar Koperasi Indonesia, dalam Seratus Tahun Bung Hatta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Rahman, A. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, F. 2005. Measuring Costumer Satisfaction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Shanty. 2008. Analisis Kinerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Tani (KOPTAN) Mitra Sukamaju Desa Pasir Langu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soedono. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Soetrisno, N. 2003. Koperasi Indonesia: Potret dan Tantangan. Jurnal Ekonomi Rakyat [Artikel-th.II-No. 5-Agustus 2003] Suprianto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Swasembada. 2007. Majalah: Master of CS 2007, No.19/XXIII/3-12 September 2007

85

Trantono, Y. 2008. Koperasi http://yuari.wordpress.com

Sapi

Perah

dan

Perdagangan

Susu.

Umar, H. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis sapi Perah di Indonesia. http://pse.litbang.deptan.go.id

86

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ci Ci2 A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 437 9551 437 8685 22 21 32,67 33,67 A3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 361 A8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 Atribut Pelayanan A10 A11 A12 A13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 20 20 20 400 400 400 400 A14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A15 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324 A16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 A22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 Ri 21 22 21 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 21 22 437 8685 Ri2 441 484 441 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 441 484 9551

Ri = Ri2 = Ci = Ci2 = K= k-1 = Q-tab = Q-hit =

Nilai Q-hitung lebih besar dari Q-tabel, maka tolak Ho. Dilanjutkan dengan pengujian ke 2 dengan membuang atribut 15.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ci Ci2

A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400 419 8361 419 8779 21 20 31,4 20

A3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 361

A8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

Atribut Pelayanan A9 A10 A11 A12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 20 20 20 400 400 400 400

A13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

A22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400

Ri 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 20 21 419 8361

Ri2 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 441 400 441 8779

Ci = Ci2 = Ri = Ri2 = k= k-1 = Q-tab = Qhit =

Q-Hitung telah lebih kecil dari Q-tabel, berarti terima Ho. Semua atribut memiliki kemungkinan jawaban Ya yang sama. 88

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PERSEPSI DAN KEPUASAN ANGGOTA TERHADAP PELAYANAN KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR PROPINSI JAWA BARAT

Kepada Yth : Responden Penelitian Kuesioner ini digunakan untuk meneliti Persepsi Dan Kepuasan Anggota Terhadap Kinerja Pelayanan Koperasi Unit Desa Giri Tani Di Daerah Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan (respon) Bapak/Ibu/Saudara/Saudari terhadap kinerja pelayanan Koperasi Unit Desa Giri Tani. Atas kerja sama Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diucapkan terima kasih.

PETUNJUK PENGISIAN

Jawablah seluruh pertanyaan dengan mencontreng ( ) pilihan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Mohon dijawab dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab agar informasi benar, akurat dan lengkap. Sehingga memberikan manfaat dalam memperbaiki kinerja pelayanan Koperasi Unit Desa Giri Tani. No Responden Nama Responden Alamat Responden : : :

1. Tingkat Kepentingan Atribut Pelayanan Koperasi Unit Desa Giri Tani


No. Atribut 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Proses Menjadi Anggota Pencatatan Data Peternak Pelaksanaan Rapat Anggota Keramahan Pengurus Melayani Anggota Kecepatan Menanggapi Keluhan Peternak Ketepatan Menanggapi Keluhan Peternak Penampilan (Kerapian) Pengurus Penghubung Peternak Dengan IPS Penetapan Harga Susu Pengujian Kualitas Susu Penetapan Harga Jual Konsentrat Pemenuhan Jumlah Konsentrat Kualitas/Mutu Konsentrat Waktu Tersedia Konsentrat Konsultasi Medis (keswan) Ternak Terapi/Pengobatan Medis Ternak Menyediakan Obat-obatan Menyediakan Peralatan Terapi Medis Ternak Jasa Inseminasi Buatan (IB) Bantuan Kredit Dari Koperasi Sisa Hasil Usaha Untuk Anggota Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Penting 2 Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Tidak Penting Kepentingan 3 Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting Cukup Penting 4 Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting 5 Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting Sangat Penting

90

2. Tingkat Persepsi Kinerja Atribut Pelayanan Koperasi Unit Desa Giri Tani
Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Atribut 1. Proses Menjadi Anggota Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Prosedur Rumit, Berbelit-belit dan Selesai Dalam Waktu Lebih Dari 2 Minggu Prosedur Rumit dan Selesai Dalam Waktu 1-2 Minggu Prosedur Wajar dan Selesai Dalam Waktu 3 Hari-1 Minggu Prosedur Mudah Diikuti dan Selesai Dalam Waktu 1-3 Hari Prosedur Mudah Diikuti dan Dapat Selesai Dalam Waktu 1 Hari

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 2. Pencatatan Data Peternak Oleh Koperasi Tidak Baik Cukup Baik Baik

Sangat Baik

Tidak ada pencatatan sama sekali Pencatatan hanya sebagian dan data tidak dapat diketahui anggota Ada pencatatan tetapi tidak semua data dapat diketahui anggota Ada pencatatan tetapi data dapat diketahui anggota pada waktu tertentu saja Semua tercatat dengan baik dan data dapat diketahui oleh anggota setiap saat

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 3. Pelaksanaan Rapat Anggota Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Tidak pernah ada rapat anggota Tidak pernah ada rapat anggota dalam waktu 2 tahun terakhir Dilakukan minimal 1 kali 1 tahun Dilakukan tidak lebih dari 2 kali dalam 1 tahun Dilakukan lebih dari 1 kali dalam 1 tahun

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 4. Keramahan Pengurus Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Ketus Hanya diam, menunggu untuk diajak berbicara Mengucapkan Salam Mengucapkan salam dan senyum Mengucapkan salam, senyum dan antusias melayani anggota

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 5.Kecepatan Saat Menanggapi Keluhan Peternak Tidak Baik Cukup Baik Baik Menanggapi setelah 3 hari Menanggapi setelah 1 hari Menunggu sesaat, tetapi tetap ditanggapi dalam hari yang sama Langsung beraksi saat ada laporan keluhan Proaktif menanggapi keluhan

Sangat Baik

91

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 6. Ketepatan Menanggapi Keluhan Peternak Tidak Baik Cukup Baik Baik Tanggapan tidak sesuai dengan keluhan, hasilnya berdampak buruk Tanggapan tidak sesuai dengan keluhan Tanggapan sesuai dengan keluhan Tanggapan sesuai dengan keluhan, hasilnya memuaskan Tanggapan sesuai dengan keluhan, hasilnya dirasa sangat memuaskan

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 7. Penampilan/Kerapian Pengurus Tidak Baik Cukup Baik Tidak memakai seragam dan tidak memakai sepatu Tidak memakai seragam, tetapi masih memakai sepatu Memakai Seragam Memakai seragam dan memakai sepatu Memakai seragam, tubuh wangi dan memakai sepatu

Baik

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 8. Penghubung Peternak Dengan IPS Tidak Baik Cukup Baik Baik

Sangat Baik

Peternak merasa tertekan oleh IPS dan sering terkena pinalti IPS Peternak merasa tertekan oleh IPS Peternak tidak merasa tertekan oleh IPS Peternak tidak merasa tertekan oleh IPS dan proses menyetor susu berjalan lancar Peternak tidak merasa tertekan oleh IPS, proses menyetor susu berjalan lancar dan peternak merasakan manfaat

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 9. Penetapan Harga Susu Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Jika harga susu berada di bawah Rp 2.500,00 Jika harga susu berkisar antara Rp 2.500,00-Rp 2.800,00 Jika harga susu berkisar antara Rp 2.800,00-Rp 3.500,00 Jika harga susu beriksar antara Rp 3.500,00-Rp 4.000,00 Jika harga susu bisa di atas Rp 4.000,00

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 10. Pengujian Kualitas Susu Tidak Baik Cukup Baik Tidak dilakukan sama sekali Sering tidak dilakukan Kadang-kadang tidak dilakuan Sering dilakukan Selalu dilakukan

Baik

Sangat Baik

92

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 11. Penetapan Harga Jual Konsentrat Tidak Baik Cukup Baik Baik Jika harga jual sangat mahal daripada ditempat lain Jika harga jual sedikit lebih mahal daripada di tempat lain Jika harga jual sama dengan di tempat lain Jika harga jual sedikit lebih murah daripada di tempat lain Jika harga jual jauh lebih murah daripada di tempat lain

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 12. Pemenuhan Jumlah Konsentrat Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Pakan tidak tersedia sama sekali Pakan tersedia tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan Pakan tersedia Pakan tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan Pakan tersedia melimpah, berapapun kebutuhan dapat terpenuhi

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 13. Kualitas/Mutu Konsentrat Tidak Baik Cukup Baik Baik Pakan busuk, berpasir, tercemar benda asing dan dihinggapi hama Pakan berhama, tercemar benda asing dan berpasir Pakan tidak berhama

Sangat Baik

Pakan tidak berhama dan tidak berpasir Pakan tidak busuk, tidak berpasir, tidak tercemar benda asing dan tidak dihinggapi hama

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 14. Waktu Tersedia Konsentrat Tidak Baik Cukup Baik Menunggu lebih dari 1 minggu Menunggu 3 hari sampai 1 minggu Menunggu 1-3 hari Menunggu paling lama 1 hari Selalu ada saat dibutuhkan

Baik

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 15. Konsultasi Medis (keswan) Ternak Tidak Baik Cukup Baik Baik Penjelasan tidak dimengerti Penjelasan kurang dimengerti Penjelasan cukup baik dan dapat dimengerti sebagian Penjelasan baik, mudah dimengerti Penjelasan sangat baik, sangat dimengerti dan dapat dijalankan

Sangat Baik

93

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 16. Terapi Medis (Pengobatan) Ternak Tidak Baik Cukup Baik Baik

Sangat Baik

Kondisi ternak mengalami kemunduran Kondisi ternak tetap seperti semula Kondisi ternak membaik Kondisi ternak membaik dan tidak menunggu lama untuk diobati Kondisi ternak jauh lebih baik, tidak menunggu lama untuk diobati dan biaya terapi relatif murah

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 17. Menyediakan Obat-obatan Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Tidak tersedia Kadang-kadang tersedia Tersedia Tersedia dapat langsung dimanfaatkan Selalu tersedia setiap saat dan dapat dimanfaatkan setiap saat

Atribut 18. Menyediakan Peralatan Terapi (Pengobatan) Ternak Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Peralatan tidak tersedia Peralatan tersedia, tetapi tidak terawat Peralatan tersedia Peralatan tersedia dan terawat Peralatan tersedia, terawat dan pasti diperiksa setiap saat

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 19. Jasa Inseminasi Buatan (IB) Tidak Baik Cukup Baik Sering gagal dan biaya relatif mahal Sering gagal Kadang-kadang berhasil Berhasil Selalu berhasil dan biaya relatif murah

Baik

Sangat Baik

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 20. Bantuan Kredit Untuk Usaha Peternak Tidak Baik Cukup Baik Baik Tidak tersedia Tersedia tetapi tidak mencukupi Tersedia Selalu tersedia dan mencukupi Selalu tersedia, mencukupi kebutuhan dan bunga kredit rendah

Sangat Baik

94

Sangat Tidak Baik Indikator: Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Atribut 21. Sisa Hasil Usaha (SHU) Tidak Baik Cukup Baik

Baik

Sangat Baik

Tidak pernah dibagikan lebih dari 2 tahun terakhir Tidak pernah dibagikan dalam 2 tahun terkahir SHU selalu dibagikan setiap akhir tahun buku SHU dibagikan setiap akhir tahun buku dengan jumlah relatif tinggi SHU relatif sedang dan rutin diberikan setiap tahun buku

95

Você também pode gostar