Você está na página 1de 13

FISIOLOGI HEWAN PERCOBAAN GALLI MANINI, TERMOREGULASI POIKILOTERM, KEMAMPUAN DENYUT JANTUNG KATAK, SIRKULASI DARAH PADA EKOR

IKAN, SISTEM KOORDINASI, REFLEK DAN PENGARUHMACAMMACAM PACU, ANALISIS SERAT ANATOMI OTAK KATAK.

KELOMPOK 1 KELAS BIOLOGI 4-C NAMA ANGGOTA: WIBI YOGA S. NISRINA F.Y SILVIA INDRIANA AFIRDA KHOIRUN N. M. ABDUL FATHIR USRATUSYARIFAH ZULYAMIN KIMO (201210070311091) (201210070311098) (210210070311099) (201210070311106) (201210070311112) (201210070311126) (201210070311122)

LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014

A. TUJUAN Mahasiswa dapat melakukan uji kehamilan dengan katak Bufo sp. Mahasiswa dapat mempelajari produksi panas pada hewan poikiloterm. Mahasiswa dapat mengetahui suhu tubuh hewan Bufo sp pada beberapa keadaan lingkungan dengan pengukuran suhu cavum oris. Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan denyut jantung katak. Mahasiswa dapat mengetahui sirkulasi darah pada ekor ikan. Mahasiswa dapat mengetahui terjadinya refleks spinal pada katak terhadap stimulus yang diberikan.

E. PEMBAHASAN 1. Percobaan Galli Manini Ketika terjadi kehamilan pada diri seorang perempuan, maka tubuh bereaksi dengan membentuk perubahan-perubahan dan segera memproduksi hormon-hormon kehamilan guna mendukung kelangsungan kehamilan. Hormon-hormon kehamilan ini bertujuan guna mendukung kehamilan yang berlangsung khususnya agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat. Ada baiknya para ibu hamil mengetahui mengenai hormon yang diproduksi selama kehamilan berikut fungsi dan efek yang dihasilkan olehnya, agar tidak terjadi salah pengertian atau malah menjadikannya mitos kehamilan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan. Setelah menyuntikkan urine wanita hamil secara sub-kutan (di bawah kulit) dengan cara mencubit / menarik kulit katak menggunakan pompa dan jarum suntik (spuit). Setelah 60 menit, kemudian merangsang bagian kloaka dengan lidi dan ada cairan yang keluar (Yuri, 2010). Setelah diperiksa di bawah mikroskop ternyata cairan tersebut bukan sperma, sehingga dapat dikatakan bahwa reaksi ini negatif. Praktikum ini dilakukan dengan metode kegiatan eksperimen menggunakan objek pengamatan katak Bufo Vulgaris jantan. Pertama-tama menyediakan dua ekor katak bengkerok (Bufo Vulgaris) jantan dewasa. Untuk mempermudah pencarian jenis katak ini, dapat dilihat ciri-ciri katak jantan antara lain: pada telapak kaki depan terdapat penebalan berwarna hitam, pada kulit leher bagian ventral terdapat warna agak merah kekuningan, warna tubuh biasanya agak gelap dibanding betina. Setelah itu, merangsang dengan menggunakan lidi kapas pada bagian kloakanya kemudian kalau keluar sesuatu menaruhnya pada kaca obyek dan periksa dengan mikroskop. Jika sesuatu tersebut sperma maka harus dibersihkan terlebih dahulu. Lalu menyiapkan 5 ml air kencing wanita yang diduga hamil sekitar 1-3 bulan kemudian gunakan pompa dan jarum suntik (spuit) untuk menyuntikkan urine tersebut secara sub-kutan (di bawah kulit) dengan cara mencubit / menarik kulit katak kemudian suntikkan. Biasanya untuk penyuntikan ini dipilih tempat untuk kulit punggung. Setelah itu, Katak yang satu suntik dengan aquadest digunakan sebagai kontrol. Kemudian mengembalikan katak pada tempatnya, lalu menunggu kurang lebih 60 menit untuk melihat reaksinya. Setelah itu merangsang bagian kloaka dengan lidi, dan diperoleh sesuatu yang keluar. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan mengguakan mikroskop, kami tidak menemukan sperma, tetapi hanya kotoran-

kotoran cairan tu yang dapat kami amati. Sehigga dapat dikatakan bahwa reaksi yang terjadi adalah negative (Franson, 1992). Reaksi yang terjadi ini adalah negatif, padahal didalam teori dikatakan bahwa diadalam urine wanita hamil mengandung hormon HCG (human chorionic goadotropin) yang ketika disuntikan pada katak jantan, hormon ini dapat membuat katak jantan ketika dirangsang akan mengeluarkan sperma. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Praktikan kurang tepat dalam menyuntikkan jumlah urine, sehingga jumlah urine yang masuk kurang banyak atau malah berlebihan 2) Kurangnya ketepatan praktikan dalam cara menyuntikkan urine, bisa jadi pada saat penyuntikan terjadi, banyak urine yang tidak masuk atau keluar dari area yang diinginkan 3) Praktikan kurang teliti, bagian manakah dari tubuh katak yang seharusya disuntik (ini juga sangat berpengaruh terhadap reaksi yang dihasilkan akan bersifat positif ataupun negatif. 4) Urine umur kehamilan yang dipilih kurang sesuai (masih mengandung HCG atau tidak) 5) Kurag teliti dalam meggunakan waktu (waktu yang digunakan berlebih atau bahkan kurang), sehingga ketika waktu pada saat pengamatan kurag, maka urine wanita hamil tersebut belum bereaksi pada tubuh katak atau sebaliknya

2. Percobaan Termoregulasi Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal (Dwi, 2013). Pada praktikum menggunakan binatang poikiloterm. Suhu tubuh binatang poikiloterm berubah-ubah tergantung pada suhu sekelilingnya, sehingga peoses-proses vital di dalam tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu lingkungan. Termasuk binatang poikiloterm yaitu pisces, amphibi, dan reptile. Suhu tubuh dari golongan binatangbinatang ini sedikit diatas suhu lingkungannya.

Perlakuan yang diberikan kepada Bufo vulgaris, yaitu dengan meletakkan hewan tersebut di dalam lingkungan dingin dan panas. Pada perlakuan lingkungan dingin suhu awal katak adalah 28 C, sedangkan suhu lingkungannya adalah 23 C, suhu tubuh katak setelah perlakuan adalah 25 C. Suhu awal katak pada lingkungan panas 26 C, sedangkan suhu lingkungannya 40 C, suhu tubuh setelah perlakuan 32 C Katak termasuk ke dalam kelas amphibi. Hewan amphibi merupakan hewan poikiloterm. Suhu tubuh hewan poikiloterm ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan, dan berubah-ubah seperti berubahnya-ubahnya kondisi suhu lingkungan. Hewan ini mampu mengatur suhu tubuhnya sehingga mendekati suhu lingkungan. Pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap suhu lingkungan dingin dilakukan dengan cara memanfaatkan input radiasi sumber panas yang ada di sekitarnya sehingga suhu tubuh di atas suhu lingkungan dan pengaturan untuk menyesuaiakan terhadap suhu lingkungan panas dengan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan. Oleh karena itu, ketika suhu lingkungan turun, suhu tubuh katak juga ikut turun menyesuaikan dengan lingkungannya. Demikian halnya pada suhu lingkungan yang panas. Dari data pengamatan diatas, sydah membuktikan bahwa katak merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan, dan berubah-ubah seperti berubahnya-ubahnya kondisi suhu lingkungan.

3. Percobaan Kemampuan Denyut Jantung Katak Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak maupun mamalia mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Secara garis besar peredaran darah katak sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus. Jantung katak memiliki respon yang kurang lebih sama dengan jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat panas dan melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormone, dan memiliki band moderator.

Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan sendirinya, namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls pada jantung dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik bekerja meningkatkan baik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan mempercepat perambatan impuls pada jantung, sedangkan Saraf parasimpatik bekerja menurunkan naik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan melambatkan perambatan impuls pada jantung. Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang berfungsi untuk mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu kontraksi dari atrium dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium(SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior.Berawal dari nodus sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak di bagian belakang septum inter ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel otot jantung yang termodifikasi (seratserat purkinje) bercabang dua dan cabangyang terpisah berjalan melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dankiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu berbentuk spul, sel-sel yang sangat bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan penyambung (Guyton, 1995). Pada pengamatan pertama, setelah dibedah pada menit pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 79/menit, 73/menit, dan 72/menit dengan rata-rata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 74,6. Sedangkan setelah jantung dilepas dengan jaringan sekitarnya pada menit pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 56/menit, 46/menit, dan 33/menit dengan rata-rata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 45. Dari ketiga frekuensi denyut jantung tersebut memperlihatkan bahwa jantung katak masih tetap berdenyut dengan keadaan ritmis (berirama). Denyut jantung katak pada saat dilepas dengan jaringan disekitanya semakin melemah dibandingkan sebelum dilepas. Pada pengamatan kedua, setelah melakukan perlakuan kedua terhadap katak, frekuensi denyut jantung setelah dibedah dan ditetesi aquades sebanyak 3 tetes pada menit pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 61/menit, 58/menit, dan 56/menit dengan rata-rata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 58,33. Namun denyut jantung katak setelah dilepas dari jaringan sekitarnya pada menit pertama hingga ketiga berturut-

turut adalah 43/menit, 34/menit, dan 33/menit dengan rata-rata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 36,6. Pada pengamatan ketiga, frekuensi denyut jantung setelah dibedah dan ditetesi larutan NaCl 0,85% sebanyak 3 tetes pada menit pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 62/menit, 60/menit, dan 57/menit dengan ratarata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 59,6. Namun denyut jantung katak setelah dilepas dari jaringan sekitarnya pada menit pertama hingga ketiga berturut-turut adalah 34/menit, 52/menit, dan 45/menit dengan rata-rata frekuensi denyut jantung selama 3 menit adalah 43,6. Dari ketiga frekuensi denyut jantung tersebut memperlihatkan bahwa kontraksi otot jantung pada katak menjadi lebih lambat setelah diteteskan larutan NaCl dibandingkan dengan frekuensi denyut jantung katak normal dan yang diteteskan dengan aquades . Hal ini disebabkan karena larutan NaCl 0,85% bersifat hipotonis dan mempengaruhi regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot jantung sehingga kontraksi otot jantung menjadi lemah. Hal ini juga disebakan karena larutan NaCl bersifat hipotonis. Disamping itu jantung masih tetap berdenyut diluar tubuh dan tidak berhubungan lagi dengan sistem saraf simpatis dan parasimpatis karena pada jantung terdapat serabut purkinje dan serabut his yang membuat jantung tetap berdenyut secara otomatis.

4. Percobaan Sirkulasi Darah Pada Ekor Ikan Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung kepada anatomi, fisiologi dan kondisi lingkungannya. Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi darah (Fujaya, 2004). Adapun klasifikasi ilmiah ikan mas adalah sebagai berikut:

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Actinopterygii Ordo: Cypriniformes Famili: Cyprinidae Genus: Cyprinus Spesies: C. carpio (Anonymous, 2013) Namun dalam sebuah praktikum yang kami lakukan perceboaan sirkulasi darah pada ekor ikan dapat diamati secara jelas. Pada ekor ikan mas (Cyprinus carpio) terlihat bahwa 2 aliran sirkulasi darah yang berbeda. Yang pertama adalah sirkulasi darah arteri dari jantung ke seluruh tubuh. Kemudian yang kedua adalah sirkulasi darah vena (balik) dari tubuh ke jantung. Kedua aliran tersebut dapat dilihat dengan perbesaran mikroskop 4X10. Berikut merupakan gambar sirkulasi darah pada Cyprinus carpio melalui mikroskop.

5. Sistem koordinasi, reflek dan pengaruh macm-macam pacu, Analisis serat anatomi otot katak. Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Jadi, jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan khusus yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh (Campbell, 2004). Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuhyang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam sistem sraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang (pada vertebrata). Output

motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi ke sel-sel efektor. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf (nerve), berkas mirip tali yang berasal dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat. Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris antara sistem saraf pusat dan bagian tubuh lain secara bersamaan disebut sistem saraf tepi (Kimball, 1998).

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata Kelas: Amphibia Ordo: Anura Famili: Bufonidae Genus: Bufo (Anonymous, 2013) Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi sum-sum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral dan neuronnya terpisah. Dalam akar dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan selselnya sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya terletak dalam ganglion pada saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron aferen masuk ke dalam sum-sum tulang belakang dan berakhir pada sinapsis dengan dendrit atau badan sel dari interneuron. Saraf spinal semua vertebrata pada dasarnya sama, meskipun pada vertebrata yang paling primitif akar-akar itu di perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen keluar dari sum-sum maelalui akar dorsal (Villee, 1988). Gerak refleks adalah gerak spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba. Mekanisme kerjanya (Yanuar, 2009): Rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sum-sum tulang belakang melalui saraf sensorik. Dari sum-sum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan terpendek yang disebut lengkung refleks. Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang

bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks kompleks adalah refleks yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks tulang belakang (refleks spinalis) dan refleks otak (Franson, 1992). Dalam praktikum ini, ada beberapa perlakuan yang dilakukan pada Bufo sp yang pertama pengamatan reflek membalikkan pada katakyang sebelumdi decaputasi dan sesudah di decaputasi. Yang kedua adalah pengamatan gerak reflek katak terhadap rangsangan mekanik, kimia dan listrik sebelum decaputasi dan sesudah decaputasi. Dan yang terakhir pengamatan gerak ototkatak terhadap rangsangan kimia bagian dada dan branchium posterior. Pada pengamatan pertama, dilihat bahwa sebelum decaputasi keadaan katak untuk membalikkan badanmasih bisa dilakukan secara reflek dengan waktu 0,75 s. Sedangkan setelah decaputasi katak tersebut tidak bisa membalikkanbadan secara reflek sehingga tidak memerlukan waktu untuk melakukannya karena setelah decaputasi sistem-sistem koordinasi yang memerintah otak tidak bisa bekerja secara maksimal. Pada pengamatan kedua didapatkan hasil reflek sebelum decaputasi dengan perlakuan cubit katak dapat mengangkat kakinya dengan cepat, perlakuan panas katak dapat melakukan gerak reflek yaitu mengankat kakinya dengan cepat, perlakuan golvani (listrik) katak dapat melakukan gerak reflek mengankat kakinya dengan cepat sedangkan dengan perlakuan perusakan medulla spinalis katak dapat membalikkan badannya. Kemudian pada reflek setelah decaputasi dengan perlakuan cubit katak hanya diam tidak melakukan gerak reflek, pada perlakuan panas katakhanya mengangkat kaki, perlakuan golvani (listrik) didapatkan katak hanya memberikan gerak reflek pada kakinya. Dan untuk perlakuan chemis (H2SO4) serta perusakan medulla spinalis katak tidak melakukan gerak sama sekali. Jadi pada percobaan kedua ini katak yang sudah di decaputasi tidak dapat melakukan sistem koordinasi dengan baik, karena sistem syaraf pada katak sudah tidak dapat mengontrol informasi yang diterimanya sedangkan sebelum decaputasi, sistem koordinasi pada katak masih berjalan dengan normal. Pada percobaan ketiga tentang gerak otot katak terhadap rangsangan kimia yang dilakukan pada bagian dada dan branchium posterior diberikan beberapa

macam perlakuan. Pada otot dada dengan perlakuan NaCl 10% otot katak tidak bereaksi, pada NaCl 20% otot katak mengkerut (bereaksi), pada NaCl 30% otot katak mengkerut, pada CH3COOH otot katak tidak bereaksi, dan pada H2SO4 otot katak bereaksi. Sedangkan pada bagian branchium posterior dengan perlakuan NaCl 10% otot katak tidak dapat bereaksi, pada NaCl 20% otot katak tidak bereaksi, pada NaCl 30% otot katak tidak bereaksi, pada CH3COOH otot katak tidak dapat bereaksi, dan pada H2SO4 otot katak bereaksi.

F. KESIMPULAN a) Didalam urine wanita hamil mengandung hormon HCG (human chorionic goadotropin) yang ketika disuntikan pada katak jantan, hormon ini dapat membuat katak jantan ketika dirangsang akan mengeluarkan sperma. b) Pada pengamatan di bawah mikroskop pada galli manini ternyata cairan tersebut bukan sperma, sehingga dapat dikatakan bahwa reaksi ini negatif. c) Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh. d) Suhu tubuh hewan poikiloterm ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan, dan berubah-ubah seperti berubahnya-ubahnya kondisi suhu lingkungan. e) Dari ketiga frekuensi denyut jantung tersebut memperlihatkan bahwa kontraksi otot jantung pada katak menjadi lebih lambat setelah diteteskan larutan NaCl dibandingkan dengan frekuensi denyut jantung katak normal dan yang diteteskan dengan aquades. f) Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies yang memiliki sistem peredaran darah tunggal, karena hanya terdapat satu jalur sirkulasi darah. g) Pada sirkulasi darah ikan mas yang diamati di mikroskop, terlihat 2 sirkulasi darah yaitu pembuluh arteri dan pembuluh vena. h) Gerakan refleks merupakan gerakan spontan tanpa disadari akibat rangsangan yang dikoordinasi oleh sistem saraf menjadi suatu gerakan. i) Sel-sel saraf bekerja dalam suatu organisasi fungsional sistem saraf yang terpadu. j) Dalam gerak refleks sum-sum tulang belakang memiliki peran penting yang menghubungkan banyak interneuron. k) Saraf spinal merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang berhubungan langsung dengan sum-sum tulang belakang. l) Decaputasi pada hewan amfibi (Bufo sp) menunjukkan bahwa perlakuan decaputasi tersebut dapat memberikan pengaruh sistem syaraf tepi kodok tersebut karena medulla spinalisnya sudah diberikan perlakuan perusakan sehingga katak tersebut tidak dapat menerima informasi dengan baik.

G. DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta. Franson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Hewan Ternak. Edisi 4. Penerjemah: Srigandono. Gadjah mada university press. yogyakarta. Fujaya Yushinta, 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kimball, John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta. Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB: Bandung Villee, Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Edisi Keenam. Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta. Yuniar, Vika. 2009. Toksisitas Merkuri (Hg) Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Gambaran Darah dan Kerusakan Organ pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Biologi 2(3):32-39. Azifah, amillah. Biologist and Astronomer (online). http://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2012/11/25/anatomi-dantaksonomi-katak/. Diakses pada tanggal 18 Maret 2014. Pukul 12.15 WIB. Yuri, Chocoru. (online). file:///D:/KULIAH%20UMM/SEMESTER%20IV%20UMM/FISIOLOGI %20HEWAN/PRAKTIKUM/WEB/Fisiologi%20Hewan%20_%20Yuri%2 0Chocoru.html. Diakses pada tanggal 17 Maret 2014. Pukul 10.30 WIB.

Você também pode gostar