Você está na página 1de 8

Etnobotani Beberapa Spesies Pada Suku Arecaceae di Kebun Raya Cibodas Azizatul Mukminah (3415110316),Siska Fauziah (3415111364), Haris

Mukti Amrullah (3415111370), Rita Wahyu Pertiwi (3415111372)

Abstrak Suku Arecaceae atau yang dikenal sebagai palem-paleman telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di wilayah Bogor, Puncak dan Cianjur. Umumnya, suku Arecaceae dimanfaatkan sebagai obat-obatan, tanaman hias, dan bahan bangunan (mebel). Sebagian besar anggota suku Arecaceae dikenal memiliki nilai ekonomis karena hampir semua bagian dari tubuhnya dapat dimanfaatkan. Penilitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang termasuk ke dalam wilayah Cianjur Jawa Barat, bertujuan untuk melihat pemanfaatan (etnobotani) dari suku Arecaceae yang ada di Kebun Raya Cibodas yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakan sekitar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidakdigunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2009). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2009: 300), yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Hanya tumbuhan yang masuk ke dalam suku Arecaceae yang diamati dan diambil datanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, tercatat ada 41 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Arecaceae. Semua jenis tumbuhan dari suku Arecaceae yang kami temukan memiliki potensi etnobotani. Mayoritas tumbuhan suku Arecaceae yang ditemui bermanfaat sebagai tanaman hias (29 jenis), selebihnya bermanfaat sebagai bahan bangunan/meubel (16 jenis), sebagai bahan pangan (8 jenis), dan sebagai obat-obatan (4 jenis) Kata Kunci : Arecaceae, Etnobotani, Kebun Raya Cibodas. PENDAHULUAN Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu kawasan konservasi atau tempat koleksi ex situ (di luar habitat) bagi tumbuh-tumbuhan tropis basah dataran tinggi. Termasuk dalam koleksinya adalah berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, hutan kaliandra, hutan alam. Selain itu juga sebagai tempat rekreasi.Sumberdaya keanekaragaman hayati yang telah dimanfaatkan oleh manusia berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kepentingan hidup manusia. Suku Arecaceae atau yang sering disebut palem merupakan salah satu kelompok tanaman hias eksotik yang sangat menarik. Daya tariknya tidak hanya terletak pada keindahannya saja, tetapi juga keanekaragaman jenisnya yang besar maupun manfaatnya. Ditinjau dari segi ekonomi dan peranannya bagi kehidupan manusia, palem diduga menempati urutan kedua setelah suku rumput rumputan (Poaceae), karena memang dalam kesehariannya disadari atau tidak manusia senantiasa menggunakan bahan bahan dari salah satu bagiannya, seperti minyak goreng, gula merah, kelapa, sagu, daun kelapa, dan lain lain. (Joko R. dkk 2000) Sebagai suatu kelompok tumbuhan, palem memiliki ciri ciri yang khas baik dari segi morfologi maupun siklus hidupnya. Palem merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal maupun berumpun. Berdasarkan morfologi, anak daunnya ada yang menyerupai kipas (menjari/palmate) atau bulu (menyirip/pinnate), atau bahkan berbentuk

bipinnate. Bagian dasar daun pada palem berwujud tabung membentuk upih daun yang mengelilingi batang. Pada sebagian palem, upih daun dapat hancur membentuk serabut. Dan pada sebagian yang lain terbentuk belahan dalam bentuk segitiga di tangkai dan upih daun yang memungkinkan ujung batang untuk membesar. Pada kebanyakan palem, upih daun tetap berbentuk tabung yang dapat atau tidak dapat membentuk serabut. Terdapat dua struktur istimewa yang berkaitan dengan daun pada palem merambat yaitu cirrus dan flagellum. (Ary P. Keim 2006) Beberapa spesies tumbuhan dari suku Arecaceae yang dimanfaatkan secara tradisional dalam kehidupan sehari-hari, seperti bahan pangan, tanaman hias, bahan bangunan/meubel, obat-obatan. Pengolahan dan pemanfaatan tumbuhan tersebut merupakan aset harus dipertahankan, melalui etnobotani. Etnobotani adalah bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan sumberdaya alam tumbuhan dan lingkungannya (Munawaroh & Inggit 2000). Dengan adanya kebun raya tersebut, seharusnya dapat memberi manfaat, tidak hanya untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam, tetapi juga kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Interaksi yang sangat kuat dan lama antara manusia dengan lingkungannya akan menciptakan budaya lokal yang selaras dengan lingkungannya. Interaksi tersebut harus saling mengisi dan menguntungkan, maka masyarakat harus memanfaatkan sumberdaya secara arif yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar adalah dengan mengembangkan tumbuhan berguna dengan secara arif. Dalam rangka pengumpulan informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan yang berguna bagi masyarakat, maka kajian etnobotani penting untuk dilakukan, sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan pengelolaan kawasan dan pengembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk pemanfaatan tumbuhan suku Arecaceae pada Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

METODOLOGI Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden), terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet, Cianjur. Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-ukit dengan ketinggian 1.275 m dpl, bersuhu udara 17 - 27 derajat Celcius. Kebun ini didirikan pada tahun 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada lokasi di kaki Gunung Gede. Dengan curah hujan 2.380 mm per tahun dan kelembaban 80,82 % , kebun botani ini dikhususkan bagi koleksi tumbuhan dataran tinggi basah tropika, seperti berbagai tumbuhan runjung dan paku-pakuan. Kebun Raya Cibodas berjarak 100 km dari Jakarta dan 80 km dari Bandung. Kebun Raya Cibodas (KRC) dimaksudkan sebagai tempat koleksi ex situ (di luar habitat) bagi tumbuh-tumbuhan tropis basah dataran tinggi. Termasuk dalam koleksinya adalah berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, hutan kaliandra, hutan alam dan terdapat pua air terjun. Dari pintu masuk ke lokasi air terjun berjarak 750 meter. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2009). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2009: 300), yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Hanya tumbuhan yang masuk ke dalam suku Arecaceae yang diamati dan diambil datanya. Alat dan Bahan Objek penelitian adalah tumbuhan yang masuk kedalam suku Arecaceae. Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, dan buku identifikasi. Cara Kerja Penelitian dilakukan dengan berjalan mengelilingi lokasi penelitian mencari tumbuhan yang masuk ke dalam suku Arecaceae. Bila dijumpai tumbuhan yang masuk ke dalam suku Arecaceae selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengambilan terhadap karakter-karakter morfologinya seperti karakter batang, daun, bunga dan buahnya. Setelah data-data terkumpul dilakukan identifikasi untuk mengetahui nama jenis dari tumbuhan tersebut. Setelah nama jenisnya diketahui barulah mencari pemanfaatan (etnobotani) dari tumbuhan tersebut. HASIL Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan suku Arecaceae yang ditemukan dan potensi pemanfaatannya Pemanfaatan Nama Jenis Caryota sp. Pinanga coronata Phoenix canatrensis Pinanga javana Areca sp. Archonthophoenix alexandrae Caryota mitis Caryota rumphiana Dypsis lutescence Hyophorbe lagenicaulis Phoenix roebelenii Pinanga celebecia Cocothrinax crinita Tanaman Hias Chamaerops humilis Phoenix sp. Licuala spinosa Livistona decipiens Dypsis decaryi Trithrinax aconthocoma Ptychosperma sp. Sabal minor Sabal blackburniana Caryota maxima Calyptrocalyx sp. Syagrus macrocarpa Areca vestiaria Pigafetta filaria

Bahan Bangunan/Meubel

Bahan Pangan

Obat-obatan

Serenoa repens Pinanga densiflora Calamus sp.1 Calamus sp.2 Calamus sp.3 Calamus sp.4 Calamus sp.5 Calamus reindwardtii Pinanga javana Orania sp. Caryota rumphiana Rhopoblaste ceramica Actinorhytis sp. Calyptrocalyx sp. Pinanga javana Licuala spinosa Dypsis deucaryi Pigafetta filaria Caryota sp. Caryota mitis Caryota rumphiana Phoenix roebelini Phoenix sp. Serenoa repens Areca vestiaria Pinanga javana Pinanga coronata Plectomia elongata Actinorhytis sp. Serenoa repens Areca vestiaria

Gambar 1. Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan

Obat-obatan Pemanfaatan Tumbuhan

Bahan Pangan

Bahan Bangunan/Meubel

Tanaman Hias

10

15

20

25

30

35

Jumlah Spesies

PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, tercatat ada 41 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Arecaceae. Semua jenis tersebut berhabitus pohon baik tunggal maupun berumpun, dengan tinggi mulai dari 2 meter sampai 60 meter. Semua jenis tumbuhan dari suku Arecaceae yang kami temukan memiliki potensi etnobotani. Mayoritas tumbuhan suku Arecaceae yang ditemui bermanfaat sebagai tanaman hias (29 jenis), selebihnya bermanfaat sebagai bahan bangunan/meubel (16 jenis), sebagai bahan pangan (7 jenis), dan sebagai obat-obatan (6 jenis) Berikut ini diuraikan pemanfaatan (etnobotani) dari tumbuhan suku Arecaceae yang ditemui, yaitu : Tanaman Hias Dari 41 jenis tumbuhan Arecaceae yang ditemui ada 29 jenis yang bermanfaat sebagai tanaman hias. Hal ini berkaitan dengan lokasi penelitian yang merupakan kawasan wisata Kebun Raya Cibodas sehingga tumbuhan suku Arecaceae yang ditemui mayoritas berfungsi sebagai tanaman hias. Tumbuhan tersebut difungsikan sebagai tanaman hias karena memiliki keunikan tersendiri dan dapat menambah nilai estetika pada sebuah taman atau pekarangan pada posisi yang sesuai. Tumbuhan tersebut adalah : Caryota sp. karena bentuk daunnya yang seperti ekor ikan dan batangnya yang menjulang. Pinanga coronata karena batangnya yang tidak terlalu tinggi dan daunnya yang rimbun. Phoenix canariensis karena bentuk batangnya yang unik seperti bonggol dan daunnya yang muncul dari satu tempat. Pinanga javana karena daunnya yang lebar dan lebat serta buahnya yang berwarna kemerahan. Areca sp. karena pohonnya yang tumbuh berumpun dan tidak terlalu tinggi. Arcanthophoenix alexandre karena batangnya yang berwarna keabuan dan tinggi. Caryota mitis karena bentuk daun yang seperti ekor ikan. Caryota rumphiana karena bentuk daun yang seperti ekor ikan juga. Dypsis lutescence karena batangnya yang berwarna keabuan dan upihnya yang kekuningan. Hyophorbe lagenicaulis karena bentuk batangnya yang

membulat. Phoenix roebelenii karena bentuk batangnya yang memiliki motif seperti sisik dan batangnya pendek. Pinanga celebecia karena warna bagian bawah daunnya dan tulang daunnya yang berwarna merah. Cocothrinax crinita karena batangnya yang berserabut dan pendek, serta daunnya yang seperti kipas dengan tulang daun yang sedikit panjang. Chamaerops humilis karena batangnya yang pendek dan bentuk daunnya seperti kipas. Phoenix sp. karena bentuk batangnya yang memiliki motif seperti sisik. Licuala spinosa karena bentuk daunnya yang seperti kipas dengan duri pada tulang daunnya. Livistona decipiens karena batangnya yang berserabut dan daunnya yang lebar. Dypsis decaryi karena batangnya yang berwarna keabuan dan memiliki serabut. Trithrinax acanthocoma karena bentuk daunnya yang seperti kipas dan memiliki duri yang memanjang. Ptychosperma sp. karena tumbuhnya yang berumpun dan daun yang seperti terkoyak. Sabal minor karena daunnya berbentuk seperti kipas. Sabal blackburniana karena daunnya juga berbentuk seperti kipas. Caryota maxima karena ujung daunnya yang seperti ekor ikan dan tajuknya yang teridir dari daun yang menebal. Calyptrocalyx sp. karena daunnya yang bipinate dan pohonnya yang tidak terlalu tinggi. Syagrus macrocarpa karena upihnya yang membentuk ijuk dan daunnya yang menjuntai. Areca vestiaria karena upih daun dan tulang daunnya berwarna merah. Pigafetta filaria karena upihnya yang saling berlekatan. Serenoa repens karena daunnya yang tebal dan tajam seperti gergaji. Pinanga densiflora karena tanamannya yang pendek dengan ujung daun yang lebar Semua jenis yang disebutkan di atas dapat dijadikan tanaman hias karena memiliki kenampakan menarik dari segi warna yaitu pada upih daun serta tulang daunnya yang berwarna merah dan kuning. Selain dari segi warna, bentuk daun pada beberapa jenis menjadi daya tarik tersendiri dengan memiliki daun berbentuk kipas.

Bahan Bangunan/meubel Dari 41 jenis tumbuhan Arecaceae yang ditemui ada 16 jenis yang bermanfaat sebagai bahan bangunan/meubel. Jenis-jenis tersebut yaitu : Calamus sp.1, Calamus sp.2, Calamus sp.3, Calamus sp.4, Calamus sp.5, Calamus reindwardtii, Pinanga Javana, Orania sp., Caryota rumphiana, Rhopoblaste ceramica, Actinorhytis sp., Calyptrocalyx sp., Pinanga javana, Licuala spinosa, Pigafetta filaria dan Dypsis deucaryi. Sebagai contoh pada Calamus (rotan) pemanfaatan rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis atau mudah dibentuk, serta murah. Pengolahannya setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan harus diperlakukan untuk pengawetan agar terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan yaitu pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang /besar dan pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil. Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku. Pada Pinanga javana, Orania sp., Caryota rumphiana, Rhopoblaste ceramica, Actinorhytis sp., Calyptrocalyx sp.,dan Pinanga javana batangnya yang banyak digunakan sebagai bahan bangungan, bisa dijadikan dinding atau tiang penyangga. Lalu pada Dypsis deucaryi dan Licuala spinosa daunnya dapat digunakan sebagai atap dan dinding rumah. Sedangkan batang dan daun pada Pigafetta filaria dimanfaatkan untuk lantai dan juga atap rumah. Bahan Pangan Terdapat 8 jenis tumbuhan dari suku Arecaceae yang berguna sebagai bahan pangan di antaranya Caryota rumphiana, Phoenix roebelini, Rhopoblaste ceramica, Phoenix sp., Serenoa repens dan Areca vestiaria. Pada batang Caryota rumphiana menghasilkan sagu sedangkan pada Phoenix roebelini dan Serenoa repens dapat dimanfaatkan buahnya untuk

dimakan. Pada spesies Caryota rumphian, di bagian dalam batangnya terdapat sedikit sagu dan ujung batangnya juga dapat dimakan. Kemudian pada Caryota mitis, ketika tunas maka tunas tersebut dapat dimakan setelah direbus terlebih dahulu. Selain batangnya, pada Phoenix roebelini dan Phoenix sp. dapat pula dimakan buahnya. Buah jenis suku Arecaceae ini terasa manis dan berdaging tipis, itu kenapa banyak orang yang mengkonsumsinya. Begitu pula pada buah Serenoa repens yang dapat langsung dimakan buahnya. Selanjutnya pada spesies Areca vestiaria yang dapat dikonsumsi bagian bijinya. Obat-obatan Terdapat 4 jenis tumbuhan dari suku Arecaceae yang berguna sebagai obat-obatan diantaranya Pinanga javana, Pinanga coronata, Plectomia elongata, Actinorhytis sp. Buah pada Pinanga javana, Pinanga coronata dan Actinorhytis sp dapat digunakan sebagai pinang sirih yang berkhasiat untuk memperkuat gigi, serta pada Plectomia elongata getahnya diminum untuk mengobati batuk. Pada biji pinang mengandung sekitar 0,3 hingga 0,6 persen alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Juga terdapat kandungan red tannin 15 persen, lemak 14 persen (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin. Dan rupanya, biji segar justru mengandung sekitar 50 persen lebih banyak alkaloid. Biji pinang juga mengandung senyawa antioksidan sehingga berpotensi sebagai antikanker. Ekstrak etanol biji pinang menghambat pertumbuhan dan proliferasi alias perkembangbiakan sel kanker payudara. Adapun khasiat lainnya dan cara pengolahannya yaitu untuk mengobati luka kulit, caranya dengan memanfaatkan daging buah pinang yang masih muda ditumbuk hingga halus, lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka. Biji pinang muda juga digunakan kaum wanita untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan. Caranya dengan memasak buah pinang muda lalu airnya diminum hingga rahim kembali ke bentuk normal. Khasiat lainnya yaitu untuk mengobati rabun mata. Cukup dengan langsung dikunyah dan airnya ditelan. Lalu juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan gairah seks kaum pria. Khasiat ini di ketahui karena di dalam pinang terkandung arekolin. Bermanfaat juga bagi anak penderita cacingan. Caranya yaitu denagn merebus biji pinang muda hingga mendidih. Kemudian airnya dibiarkan hingga dingin lalu disaring. Air ini lalu diminumkan pada anak penderita cacingan. Air rebusan biji pinang juga digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, bisul, kudis dan mencret. Daun pinang mengandung kalium yang bermanfaat untuk memperlancar buang air seni, mengeluarkan dahak dan mengecilkan poripori. Lalu Buah Serenoa repens bermanfaat bagi kesehatan di antaranya yaitu untuk menjaga kesehatan prostat, mengatasi disfungsi ereksi, dan mengatasi rambut rontok. Biji Areca vestiaria dapat bermanfaat melindungi tubuh manusia terhadap bahaya radikal bebas. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas antioksidan yang terdapat dalam tanaman tersebut. Tanaman ini untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diabetes dan diare. Biji Pinang Yaki (Areca vestiara) mengandung tanin, flavonoid, hidrokuinon, triterpenoid dan saponin.

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kekuatan dan kemampuan sampai akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Terutama untuk pihak Kebun Raya Cibodas yang telah menyediakan dukungan sarana dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa juga untuk Bapak Agung Sedayu selaku dosen mata kuliah Botani II. Kak Usman Maulana selaku kakak mentor atau pembimbing selama penelitian, Kak Syifa dan Kak Rizky

Indah Pratiwi selaku asisten laboratorium Botani II yang telah banyak membantu saat pembuatan jurnal hasil penelitian ini, serta teman - teman satu kelompok suku Arecaceae yang telah bekerja keras bersama. DAFTAR PUSTAKA Keim.Ary P. 2006. Sebuah Panduan Lapangan Untuk Palem New Guinea.Indonesia : Tiga Serangkai. Munawaroh E, Inggit PA. 2000. Peran Etnobotani dalam Menunjang Konservasi Ex-situ Kebun Raya. Seminar Nasional Fakultas Biologi UKMSW. Salatiga, 3 Juni 2000. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. hlm 1-9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:Bandung. Witono. Joko R. dkk. 2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas. Cibodas : Cabang Balai Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI.(vol.II, No.1)

Você também pode gostar