Você está na página 1de 14

Sampai saat ini telah teridentifikasi lebih dari 120 tipe HPV.

HPV dengan risiko rendah, misalnya HPV tipe 6 dan 11, sedangkan HPV risiko tinggi misalnya HPV tipe 16 dan 18. HPV risiko rendah "hanya" menyebabkan kutil-kutil di sekitar kemaluan, termasuk anus. HPV risiko tinggilah yang menyebabkan kanker serviks. agak sulit bagi wanita awam untuk mengenali tanda-tanda kanker serviks. Tetapi ada beberapa ciri yang sering ditemui pada pasien yang menderita kanker ini. "Misalanya terasa sakit saat berhubungan seksual, mengeluarkan darah setelah melakukan hubungan badan, keluar darah yang berlebihan saat menstruasi, keputihan yang tidak normal (berwarna tidak bening, bau atau gatal," imbuhnya. Vaksinasi HPV bisa dilakukan mulai usia 10-55 tahun dengan jadwal suntikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan 0, 1 dan 6) untuk meningkatkan daya imun tubuh sehingga lebih resistan terhadap virus.

KANKER SERVIKS, si silent disease, menyerang tanpa gejala. Data WHO menunjukan,500.000 kasus baru kanker servik bermunculan setiap tahun diseluruh dunia. Separuhnya, berakhir dengan kematian. Sebagian besar kasus( 80%) terjadi di negara berpendapatan rendah. Menurut Dr.dr.Laila Nuranna, SpOG(K), Di Indonesia,dari 15.000 kasus baru, 8000 di antaranya berakhir dengan kematian (data dari RS Cipto Mangun kusumo,2010). Ini adalah akibat dari sedikitnya wanita yang peduli pada kesehatan reproduksi . Memang, tubuh punya kemampuan alami untuk menaklukan virus tersebut sehinga tak sampai tumbuh menjadi kanker serviks. Namun sayangnya, pada sebagian orang, virus tersebut menetap. Lamanya bisa lebih dari 5, 7, atau 10 tahun, hingga akhirnya terdeteksi. Itulah sebabnya dibutuhkan deteksi dini setidaknya setahun sekali dengan papsmear, kata Prof.Frazer. Simaklah cerita suram Yeni (nama samaran), seorang pegawai negri sipil. Usianya belum 30 tahun, ketika juli tahun lalu lalu ia diketahui kena kanker serviks. Dulu,di tahun pertama pernikahanya, suatu hari Yeni mengalami perdarahan hebat. Ia pun berobat kerumah sakit. Disana dokter melakukan pemeriksaan papsmear dan biopsi. Alangkah kagetnya, ketika ditemukan hasil bahwa kanker di mulut rahimnya sudah di stadium 4B! Ini adalah kanker stadium akhir. Dokter merujujuknya ke poli onkologi RSCM. Hasilnya sama. Bahkan,di ketahui pula, kanker itu sudah menyebar ke paru-paru. Setengah tak percaya, Yeni mengikuti anjuran dokter menjalani terapi penyinaran luar 25 kali, penyinaran dalam 3 kali,dan kemo terapi 6 kali. Hingga tulisan ini di buat, Yeni masih terbaring lemah. Tubuhnya kurus kering,bobotnya anjlok belasan kilo. Rambutnya rontok, wajahnya pucat,tak terlihat semangat hidup. Hal utama yang mengganggu adalah sesak nafas akibat kanker di paru-paru. Sedihnya lagi,awal mei lalu ia sempat terbaring di UGD karna kondisinya terus menurun. Dokter Laila sempat melihat, apa yang dialami Yeni cukup sulitnya penanganan kasus kanker servik yang menyebar kebagian tubuh lain. Apalagi,ada dugaan, Yeni sudah terinfeksi kanker serviks sedikitnya pada 3 tahun yang lalu. Sebab,secara alami, perjalanan HPV hingga menginfeksi dan menjadi kanker, berlangsung paling cepat 3 tahun, paling lama belasan tahun. Kerap kali kanker ini diketahui lewat kejadian perdarahan setelah (kembali) berhubungan seks. Karenanya, dr.Laila menyarankan, jika terjadi perdarahan sekecil apapun setelah berhubungan seks, wanita harus segera memeriksa ke dokter. PAPSMEAR, TETAP UTAMA Virus HPV yang ngumpet lama di dalam tubuh, jelas menyulitkan di deteks. Pengalaman penderita kanker serviks, Raheni Eviyanti (48) ibu rumah tangga, bisa dijadikan cermin.

Ditanya apa gejalanya yang apa di alaminya, Evi tidak menjawab. Ia mengakui, sebelum didiagnosis mengalami kanker, ia tidak pernah sekalipun papsmear. Suatu hari (2005),ia mengalami perdarahan hingga 15 hari. Ketika memeriksakan diri ke dokter, ia dinyatakan terkena kanker serviks stadium 2B. Rasnya tidak percaya dengan vonis itu. Saya langsung mencari second opinion, tapi diagnosisnya ternyata sama,kata Evi, yang merasa dunianya runtuh seketika. Dengan dukungan suami dan kedua anaknya, Evi sadar, menangis menangis tidak berguna. Ia kuatkan menjalani serangkaian pengobatan serius, termasuk kemo terapi (Agustus 2005). Ia keleahan menjalaninya. Pernah,dokter menyarankan saya untukcutidulu, pergi berlibur untuh memulihkan mental akibat pengobatan, katanya. Ia memang lantas berlibur , tetapi ternyata hal itu pun tak mencukupi. Setahun pasca operasi, kondisi fisik saya turun terus. Kemo terapi membuat saya mual, muntah, hilang nafsu makan. Padahal makanan sangat saya butuhkan untuk menjaga ketahanan fisik, tuturnya. Ketika kondisi sangat parah, Evi merasakan kesakitan yang luar biasa. Ia juga stres. Saya hanya mengenali suami yang setia mendampingi selama pengobatan, katanya. Seperti yang dikatakan dr.Laila, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk kesembuhan penderita kanker. Usai operasi dan kemo terapi,perjuangan melawan kanker serviks ternyata masih panjang. Setahun lamanya, Evi harus keluar masuk ruang rawat inap di rumah sakit. Saya beruntung, setahun kemudian,dokter menyatakan tubuh saya sudah terbebas dari sel kanker serviks, kata Evi yang kini rutin memeriksa kesehatan reproduksinya setahun sekali. Widiarti Rahayu (46), seorang guru, juga tidak pernah menyangkal akan menderita kanker servik. Sejak muda, Ia merasa dirinya sehat, memiliki gaya hidup baik, dan rajin olah raga. Apa yang salah? Dokter Laila mengatakan yang paling mudah untuk mengukur kesehatan leher rahim adalah dengan melakukan papsmear. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan Widiarti. Pada januari 2008, Widiarti mengalami perdarahan. Awalnya saya mengira sedang haid, karena kejadian sesuai jadwal haid. Tapi ternyata, perdarahan tersebut tidak berhenti selama 2 minggu, kisahnya. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan dirinya menderita dirinya menderita kanker serviks stadium 2B. Dan,setelah pemeriksaan lebih lanjut, diagnosa itu melonjak menjadi stadium akhir, karena sel-sel kanker sudah menyebar ke daerah dubur. Widiarti baru menyadari, selamai ini ia sebenarnya sering merasakan sakit saat buang air besar. Tetapi saat itu dia tidak mempedulikannya. Widiarti segera menjalni terapi penyinaran. perjuangan terberat adalah melihat sesama penderita kanker serviks dengan berbagai kondisi. Jika mental saya tidak kuat, pemandangan tersebut bisa membuat saya patah arang, katanya. Syukurlah, setelah kemo terapi berakhir (2008), kesehatan terus membaik. Pengobatan Kanker Serviks
Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks: Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo

Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi

Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif. Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain dari penyakit Anda. Pembedahan untuk Kanker Serviks Ada beberapa jenis operasi untuk kanker serviks. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi), yang lainnya tidak. Daftar ini mencakup jenis operasi yang paling umum untuk kanker serviks. Cryosurgery Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim. Bedah Laser Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0). Konisasi Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangkat. Histerektomi Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian, operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara menghentikan gejala-gejala ini. Trachelektomi Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah. Ekstenterasi Panggul Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini: kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air kecil diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru. Urine dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke dalam lubang kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut. Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut dimana kotoran dapat dikeluarkan. Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi. Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan perubahan radikal ini. Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan bahagia dan produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki gairah seksual, kesenangan, dan orgasme. Radioterapi untuk Kanker Serviks Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia. Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan. Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external

maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar. Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy. Brachytherapy untuk Kanker Serviks Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high dose rate) brachytherapy. HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1 jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang menangani.

Efek Samping Radioterapi Ada beberapa efek samping dari radioterapi, yaitu: Kelelahan Sakit maag Sering ke belakang (diare) Mual Muntah Perubahan warna kulit (seperti terbakar) Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama menyakitkan Menopause dini Masalah dengan buang air kecil Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia) Rendahnya jumlah sel darah putih Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

Diskusikan dengan dokter atau perawat Anda tentang efek samping yang mungkin Anda alami. Seringkali ada pengobatan atau metode lain yang akan membantu. Karena merokok meningkatkan efek samping radioterapi, jika Anda merokok maka Anda harus segera berhenti. Kemoterapi untuk Kanker Serviks

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa obat diberikan dalam satu waktu. Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan berlangsung. Efek samping bisa termasuki: Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah) Kehilangan nafsu makan Kerontokan rambut jangka pendek Sariawan Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih) Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah) Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah) Kelelahan Menopause dini Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)

Sebagian besar efek samping (kecuali untuk menopause dan ketidaksuburan) berhenti ketika pengobatan selesai. Jika Anda memiliki masalah dengan efek samping, bicarakan dengan dokter Anda atau perawat, karena seringkali ada cara untuk membantu. Pemberian kemoterapi pada saat yang sama seperti radioterapi dapat meningkatkan prospek kesembuhan pasien, tetapi dapat memberikan efek samping yang lebih buruk. Tim dokter Anda akan mengawasi efek samping ini dan dapat memberikan obat-obatan untuk membantu Anda merasa lebih baik.

Kemoterapi (bahasa Inggris: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker. [sunting]Kemoterapi

pada Kanker

Pengobatan kanker dewasa ini hampir selalu melibatkan operasi, penyinaran dan atau kemoterapi. Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel onkogen (kanker) pada tubuh pasien. Prinsip kerja obatobatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang bereplikasi. Obat kemoterami hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya berada dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan. Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan/atau operasi pembedahan. Tidak jarang pula seorang penderita kanker menerima lebih dari satu jenis radiasi. Terapi radiasi yang juga disebut radioterapi, irradiasi, terapi sinar-x, atau istilah populernya "dibestral" ini bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk mengurangi ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. Terkadang malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi. Tidak hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi. Sel normal juga. Karena itu dalam terapi radiasi dokter selalu berusaha menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin, sambil sebisa

mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi sekalipun terkena, kebanyakan sel normal dan sehat mampu memulihkan diri dari efek radiasi. Radiasi bisa digunakan untuk mengobati hampir semua jenis tumor padat termasuk kanker otak, payudara, leher rahim, tenggorokan, paru-paru, pankreas, prostat, kulit, dan sebagainya, bahkan juga leukemia dan limfoma. Cara dan dosisnya tergantung banyak hal, antara lain jenis kanker, lokasinya, apakah jaringan di sekitarnya rawan rusak, kesehatan umum dan riwayat medis penderita, apakah penderita menjalani pengobatan lain, dan sebagainya. Terapi radiasi banyak jenisnya. Secara garis besar terbagi atas radiasi eksternal (menggunakan mesin di luar tubuh), radiasi internal (susuk/implant), serta radiasi sistemik yang mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Yang paling banyak digunakan adalah radiasi eksternal. Sebagian merupakan perpaduan antara radiasi eksternal dan internal atau sistemik. Kedua jenis radiasi kadang diberikan bergantian, kadang bersamaan. [sunting]Jenis

Radioterapi
Eksternal

[sunting]Radiasi

Radiasi jenis ini bisa menghancurkan hampir semua jenis kanker dan bisa dijalani oleh pasien rawat jalan (tidak perlu opname). Juga bisa digunakan untuk menghilangkan nyeri dan gangguan lain yang lazim dialami oleh penderita kanker yang sudah metastase (menyebar). Kadang diberikan bersamaan dengan operasi/pembedahan, yaitu kalau kankernya belum menyebar tetapi tidak bisa diangkat seluruhnya, atau dikhawatirkan akan tumbuh lagi di sekitarnya. Tindakan dilakukan setelah jaringan utama kanker diangkat, sebelum luka bedah ditutup kembali lokasi bekas kanker diradiasi. Cara yang disebut intraoperative radiation therapy (IORT) ini terutama digunakan pada kanker thyroid, usus, pankreas, dan rahim (termasuk indung telur, leher rahim, mulut rahim, dan sekitarnya). Radiasi eksternal juga diberikan sebagai pencegahan (prophylactic cranial irradiation, PCI), misalnya pada penderita kanker paru radiasinya diarahkan ke otak supaya sel kanker tidak menjalar ke otak. Terapi radiasi eksternal tidak membuat penderita menjadi radioaktif (memancarkan radiasi ke sekitarnya). Jadi tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. [sunting]Radiasi

Internal (Brachytherapy)

Sumber radiasi berupa susuk/implant berbentuk seperti kabel, pita, kapsul, kateter, atau butiran kecil berisi isotop radioaktif iodine, strontium 89, fosfor, palladium, cesium, iridium, fosfat, atau cobalt, yang ditanamkan tepat di jaringan kanker atau di dekatnya. Cara ini lebih efektif membunuh sel kanker sekaligus memperkecil kerusakan jaringan sehat di sekitar sasaran radiasi. Radiasi internal sering digunakan untuk mengobati kanker di daerah kepala dan leher, thyroid, prostat, leher rahim, kandungan, payudara, sekitar selangkangan, dan di saluran kencing. Susuk radioaktif ini ada yang ditanam selama beberapa menit saja (dosis tinggi), ada yang selama beberapa hari (dosis rendah), ada juga yang dibiarkan di dalam tubuh tanpa diangkat lagi. Selama menjalani terapi ini penderita sedikit radioaktif, khususnya di sekitar lokasi susuk, tetapi secara keseluruhan tubuh penderita tidaklah radioaktif. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penderita perlu menjalani rawat inap dengan beberapa batasan. Misalnya, dirawat di ruang tersendiri. Pendamping boleh melayani penderita, tetapi tidak terus-menerus berada di sisinya. Begitu juga tamu yang bezuk dibatasi waktunya. Wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh berkunjung. Tetapi setelah implant radioaktif ini diambil lagi, penderita sama sekali tidak radioaktif.

[sunting]Radiasi

Sistemik

Pada radiasi sistemik, bahan radioaktif sebagai sumber radiasi ditelan seperti obat atau disuntikkan, yang kemudian mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Radiasi ini digunakan untuk mengobati kanker thyroid dan non-Hodgkins lymphoma. Sisa-sisa bahan radioaktif yang tak terpakai keluar dari tubuh melalui air liur, keringat, dan air kencing. Dalam kurun waktu tertentu cairan ini bersifat radioaktif, tetapi sesudahnya tidak lagi. Itu sebabnya penderita yang menjalani radiasi sistemik perlu menjalani rawat inap. [sunting]Teknik

Radioterapi

Berbagai teknik radiasi terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang makin optimal. Antara lain: [sunting]Radiasi

Tiga Dimensi

Dengan menggunakan alat-alat canggih semacam computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), positron emission tomography (PET), atau single photon emission computed tomography (SPECT), lokasi, ukuran, dan bentuk kanker bisa diketahui dengan pasti. Berdasar data itu, kemudian dirancang suatu pola radiasi yang sesuai, sedemikian rupa sehingga pancaran radiasi bisa mengenai seluruh jaringan kanker tanpa menyentuh sel sehat di sekitarnya. Dengan cara ini radiasi bisa diberikan dalam dosis tinggi. Sering digunakan untuk mengobati kanker prostat, paru-paru, hati, nasofaring, dan beberapa jenis kanker otak. [sunting]Stereotactic

Radiosurgery

Lazim digunakan untuk mengobati kanker otak. Penderita mengenakan alat semacam helm yang bisa memancarkan radiasi dari berbagai arah. Dengan alat ini, dosis dan sasaran radiasi bisa diukur dengan tepat, nyaris tanpa mengganggu jaringan di sekitarnya. Beda dengan bedah otak konvensional, bedah radiasi ini tidak sakit, tidak menyebabkan perdarahan, dan tidak mempunyai risiko infeksi. [sunting]Stereotactic

radiotherapy

Prinsipnya mirip dengan stereotactic radiosurgery, tetapi menggunakan alat yang bisa bergerak bebas mengitari tubuh pasien. Dengan demikian bisa digunakan untuk mengobati kanker otak maupun kanker di bagian tubuh yang lain. Bedanya adalah, stereotactic radiotheraphy diberikan dalam dosis kecil beberapa kali sehari untuk mengurangi efek samping. [sunting]Radioimmunotherapy Kini radiasi juga dikombinasikan dengan imunoterapi. Antibodi khusus kanker disuntikkan ke dalam tubuh setelah sebelumnya ditempeli materi radioaktif. Di dalam tubuh otomatis antibodi akan mencari zat (antigen) yang diproduksi oleh sel kanker. Setelah ketemu, sel kanker dihancurkan oleh materi radioaktif yang dibawanya. Cara ini sangat tertarget, mencegah risiko rusaknya sel sehat. Sering digunakan untuk pengobatan non-Hodgkins lymphoma, dan sedang dalam tahap uji klinis untuk pengobatan leukemia, kanker usus, kanker hati, paru-paru, otak, prostat, thyroid, payudara, kandungan, dan pankreas. [sunting]Proses

Radioterapi

Topeng untuk radioterapi di bagian leher dan kepala

Terapi radiasi biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu, selama 6-7 minggu berturut-turut. Tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita secara umum, dan pengobatan lain yang diberikan. Tetapi untuk keperluan paliatif (misalnya menghilangkan nyeri pada kanker yang bemetastasis ke tulang), biasanya cukup 2-3 minggu.

Terapi itu sendiri setiap kali hanya berlangsung 1-5 menit. Penderita tidak akan merasakan apa pun selama terapi berjalan, tidak lebih seperti menjalani foto Rontgen (X-ray). Tetapi selama menjalani terapi penderita harus diam, tidak bergerak sama sekali, agar pancaran radiasinya tepat mengenai sasaran. Untuk itu bisa dibuatkan masker atau penyangga agar bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak berubah posisi. [sunting]Persiapan Persiapan radioterapi untuk beberapa bagian tubuh kadang diperlukan semacam topeng/cangkang (shell) untuk membuat bagian tubuh yang akan dilakukan radioterapi tidak bergerak.[1] [sunting]Efek

Samping

Efek samping terapi radiasi tidak selalu muncul, tetapi ada yang mengalaminya, menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan kadang cukup parah. Ada yang merasakan beberapa hari/minggu sejak terapi dimulai (dan menghilang beberapa waktu setelah radiasi dihentikan), ada juga yang efek sampingnya baru muncul beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Yang begini biasanya bersifat kronik/permanen. Berbeda dengan kemoterapi yang efeknya mengenai seluruh tubuh, khususnya sel-sel yang membelah dengan cepat, dan relatif sama dari satu orang ke orang lain, efek samping radioterapi berbeda-beda tergantung pada area tubuh yang diterapi. Yang paling umum adalah rasa lemah tak bertenaga, yang biasanya muncul beberapa minggu setelah radioterapi dimulai. Banyak yang menjadi penyebabnya. Bisa karena kurang darah, stres, kurang tidur, nyeri, kurang nafsu makan, atau capai karena setiap hari harus ke rumah sakit. Juga, selama radiasi tubuh membutuhkan banyak energi untuk memulihkan sel-sel sehat yang rusak. Setelah terapi dihentikan, efek ini lambat laun menghilang. [sunting]Perawatan

Kulit

Efek samping lain yang umum terjadi adalah perubahan kulit pada area yang diterapi. Setelah beberapa kali biasanya kulit tampak merah, gosong, lama-kelamaan mengering dan gatal. Tetapi ada juga yang sebaliknya: kulit menjadi lembap, basah, dan mengalami iritasi/lecet, terutama di lipatan-lipatan tubuh. Segeralah konsultasikan kepada dokter sebelum terjadi infeksi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk merawat kulit pada area radiasi, yakni: Kenakan pakaian berbahan katun yang longgar. Hindari pakaian yang menempel ketat. Tanyakan dokter, bolehkah Anda menggunakan sabun, krim, lotion, salep, parfum, bedak, minyak gosok, atau apa pun pada kulit yang terkena radiasi itu. Jenis/merk apa? Jangan menggunakan perekat di area tersebut. Jika perlu memasang perban di sana, mintalah petunjuk dokter atau perawat. Jangan menggaruk, menggosok, atau menyikat kulit di area irradiasi. Gunakan air suam-suam kuku (dan sabun yang lembut, kalau boleh) untuk membasuhnya, kemudian keringkan dengan lembut dan hati-hati. Jangan menempelkan kompres hangat ataupun dingin. Jika di sana ada rambut yang perlu dicukur, gunakan pencukur listrik tanpa lotion ataupun sikat pembersih rambut. Lindungi kulit dari sinar matahari menggunakan payung atau pakaian yang ringan. Jika ingin menggunakan sunscreen/sunblock lotion, tanyakan pada dokter produk apa yang sesuai. Biasanya efek samping yang terjadi pada kulit akan menghilang beberapa minggu setelah irradiasi dihentikan. Tetapi kadang-kadang warna kulit tetap lebih gelap dibanding sekitarnya, dan lebih sensitif terhadap sinar matahari. [sunting]Rambut

Rontok

Radioterapi di daerah kepala dapat mengakibatkan rambut rontok sebagian atau seluruhnya. Tetapi setelah terapi selesai rambut akan tumbuh lagi, walau tekstur dan warnanya mungkin

sedikit berbeda. Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau kerudung dari bahan katun. Jika ingin mengenakan wig, pastikan bagian tepinya tidak menggesek kulit Anda. [sunting]Perawatan

Mulut

Radiasi di daerah kepala dan leher kadang membuat gigi mudah keropos. Sebelum terapi dimulai sebaiknya datang ke dokter gigi untuk perawatan mulut dan gigi, begitu juga selama radiasi berjalan. Dokter gigi akan membantu mencegah munculnya efek samping di mulut seperti gigi keropos, sariawan, dan mulut kering. Beberapa hal lain yang dapat Anda lakukan adalah: Bersihkan gusi dan gigi dengan sikat yang lembut sedikitnya 4x sehari (sesudah makan dan menjelang tidur). Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride tapi tidak mengandung zat-zat yang bersifat abrasif. Jika terbiasa membersihkan gigi dengan benang gigi (dental floss), bersihkan sela-sela gigi dengan hati-hati setiap hari. Larutkan sendok teh garam dan sendok teh baking soda dalam segelas besar air hangat, dan sering-sering berkumur dengannya. Jangan lupa bilas dengan air bersih/tawar. Oleskan fluoride secara teratur menurut petunjuk dokter gigi. Sariawan pada mulut dan tenggorokan biasanya muncul setelah 2-3 minggu radiasi dimulai, dan baru akan menghilang sekitar sebulan setelah radiasi dihentikan. Mungkin juga merasa sulit menelan, selain sakit juga karena ludah mengental menyebabkan mulut terasa kering. Mintalah obat pada dokter/dokter gigi untuk merangsang produksi ludah dan mengurangi rasa sakit waktu menelan. Sering meneguk air dingin (namun bukan air es) atau mengunyah permen karet akan sangat membantu. Begitu juga makan makanan lunak dan berkuah. Jika memakai gigi galsu, mungkin perlu dilepas sementara. Karena kadang gusi sedikit bengkak, sehingga gigi palsu terasa tidak nyaman bahkan mungkin melukai gusi dan menyebabkan infeksi. [sunting]Radiasi

Dada dan Payudara

Radioterapi pada kanker payudara dapat menyebabkan bahu agak sulit digerakkan mintalah nasihat pada dokter tentang senam ringan yang bisa membuatnya lemas kembali. Efek samping lainnya adalah kulit menjadi sedikit gosong, iritasi, atau bengkak. Jika Anda baru saja menjalani operasi lumpektomi atau mastektomi, selama radiasi sebaiknya tidak usah mengenakan BH. Kalau tidak enak, kenakan BH katun yang lembut tanpa kawat penyangga. Efek lain yang sering terjadi pada radiasi di daerah dada adalah sakit saat menelan, batuk, demam, dan sesak napas. Jika batuk berlendir, bisa jadi warna dan tekstur lendirnya berubah, tidak seperti biasanya. Tidak usah panik. Utarakan kepada dokter, yang tahu persis bagaimana mengatasinya. [sunting]Mengatasi

Efek Samping Radiasi Perut

Terapi radiasi pada daerah perut dapat menyebabkan perut mulas, mual, maupun diare. Jangan minum obat apa pun kecuali dokter yang memberikan. Untuk menghindari mual, makan dengan jarak waktu 1-2 jam sebelum atau setelah radiasi. Tetapi bisa juga rasa mulas, mual, maupun diare itu hanya sekedar karena tegang menghadapi terapi itu. Usahakan bersikap santai saja. Pada minggu ketiga atau keempat sering muncul diare. Mintalah obat pada dokter, juga nasihat tentang perubahan menu makanan. Beberapa hal berikut juga dapat membantu: Kurangi makanan berserat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Lebih baik diminum sarinya saja (dijus kemudian disaring), agar tidak kekurangan vitamin dan mineral. Kurangi makanan yang menimbulkan gas, berlemak, atau terlalu berbumbu. Makan sedikit tetapi sering. Perbanyak mengonsumsi cairan bening (air, teh, kaldu, kuah sup, sari buah, dsb),

hindari minuman yang mengandung caffeine. Lanjutkan diet itu sampai dua minggu sesudah radioterapi selesai. Kemudian secara bertahap makanlah diet yang wajar seperti semula. Pengaturan diet merupakan hal yang sangat penting bagi penderita yang menjalani radiasi di daerah perut. Untuk menjaga kondisi tubuh dan menggantikan nutrisi yang hilang karena muntah atau diare, upayakan selalu makan makanan padat gizi.

Sangat jarang sekali terjadi, wanita hamil dengan penyakit kelamin HPV dapat menularkan HPV pada bayi yang dilahirkan melalui persalinan normal. Pada kasus seperti ini, sang anak dapat mengalami pertumbuhan kutil pada tenggorokan atau kotak suaranya. Kondisi tersebut disebut RRP (recurrent respiratory papillomatosis) _____________________________________________________________________________

Apa papillomatosis pernapasan berulang?


Berulang pernapasan papillomatosis (RRP) adalah penyakit di mana tumor tumbuh di saluran udara yang mengarah dari hidung dan mulut ke dalam paru-paru (saluran pernapasan).Meskipun tumor dapat tumbuh di mana saja di saluran pernapasan, kehadiran mereka dalamlaring (kotak suara) menyebabkan masalah yang paling sering, suatu kondisi yang disebut papillomatosis laring. Tumor dapat bervariasi dalam ukuran dan tumbuh sangat cepat. Mereka sering tumbuh kembali bahkan ketika dihapus. Puncak

Apa penyebab RRP?


RRP disebabkan oleh dua jenis virus human papilloma (HPV), yang disebut HPV 6 dan HPV 11.Ada lebih dari 150 jenis HPV dan mereka tidak semua memiliki gejala yang sama. Kebanyakan orang yang mengalami HPV tidak pernah mengembangkan penyakit apapun.Namun, HPV yang dapat menyebabkan kutil kecil-seperti, non-kanker tumor disebut papillomas. Penyakit yang paling umum yang disebabkan oleh HPV 6 dan HPV 11 adalah kutil kelamin. Meskipun para ilmuwan tidak yakin bagaimana orang terinfeksi HPV 6 atau HPV 11, virus ini diperkirakan menyebar melalui kontak seksual atau ketika seorang ibu dengan kutil genital lolos ke bayinya saat melahirkan. HPV 6 dan HPV 11 juga dapat menyebabkan penyakit pada servik uterus, dan, dalam kasus yang jarang, kanker serviks. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, kejadian RRP jarang. Kurang dari 2.000 anak-anak mendapatkan RRP setiap tahun. Puncak

Siapa yang dipengaruhi oleh RRP?

RRP mempengaruhi orang dewasa maupun bayi dan anak-anak kecil yang mungkin telah terjangkit virus tersebut saat melahirkan. Menurut Yayasan RRP, ada sekitar 20.000 kasus di Amerika Serikat. Di antara anak-anak, kejadian RRP adalah sekitar 4,3 per 100.000, di kalangan orang dewasa, itu sekitar 1,8 per 100.000. Puncak

Apa saja gejala dari RRP?

Biasanya, suara yang dihasilkan ketika udara dari paru-paru didorong melewati dua sisi-by-side elastis otot-disebut lipatan vokal atau pita suara -dengan tekanan yang cukup untuk menyebabkan mereka untuk bergetar (lihat gambar). Ketika tumor mengganggu getaran normal lipatan vokal, menyebabkan suara serak, yang merupakan gejala yang paling umum dari RRP. Akhirnya, tumor dapat menghalangi bagian saluran napas dan menyebabkan kesulitan bernapas. Karena tumor tumbuh dengan cepat, anak-anak dengan penyakit ini mungkin merasa sulit untuk bernapas saat tidur, atau mereka mungkin mengalami kesulitan menelan.Dewasa dan anak-anak mungkin mengalami suara serak, batuk kronis, atau masalah pernapasan. Gejala cenderung lebih parah pada anak-anak daripada orang dewasa, namun, beberapa anak mengalami beberapa bantuan atau remisi dari penyakit ketika mereka mulai pubertas. Karena kesamaan gejala, RRP kadang-kadang salah didiagnosis sebagai asma atau bronkitis kronis. Puncak

Bagaimana RRP didiagnosis?


Dua tes rutin untuk RRP adalah laringoskopi langsung dan tidak langsung. Dalam laringoskopi tidak langsung, suatu otolaryngologist-dokter yang mengkhususkan diri dalam penyakit telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan ahli patologi leher-atau pidato-bahasa biasanya akan memasukkan teleskop serat optik yang fleksibel, yang disebut endoskop, ke dalam hidung pasien atau mulut dan kemudian melihat laring pada monitor. Beberapa profesional medis menggunakan kamera video yang melekat pada tabung fleksibel untuk memeriksa laring. Sebuah metode yang lebih tua, kurang umum adalah untuk otolaryngologist untuk menempatkan cermin kecil di bagian belakang tenggorokan dan sudut cermin ke arah laring untuk memeriksanya untuk tumor. Sebuah laringoskopi langsung dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum. Metode ini memungkinkan otolaryngologist untuk melihat lipatan vokal dan bagian lain dari laring di bawah pembesaran tinggi. Prosedur ini biasanya digunakan untuk meminimalkan ketidaknyamanan, terutama dengan anak-anak, atau untuk memungkinkan dokter untuk mengumpulkan sampel jaringan dari laring atau bagian lain dari tenggorokan untuk memeriksa mereka untuk kelainan. Puncak

Bagaimana RRP diobati?

Tidak ada obat untuk RRP. Pembedahan adalah metode utama untuk menghilangkan tumor dari laring atau saluran napas. Karena operasi tradisional dapat mengakibatkan masalah karena jaringan parut dari jaringan laring, ahli bedah sekarang banyak menggunakan operasi laser, yang menggunakan sinar laser yang kuat sebagai alat bedah. Karbon dioksida laser-yang lulus listrik melalui tabung berisi karbon dioksida dan gas lainnya untuk menghasilkan cahaya-saat ini merupakan jenis yang paling populer digunakan untuk tujuan ini. Dalam 10 tahun terakhir, ahli bedah telah mulai menggunakan alat yang disebut microdebrider, yang menggunakan hisap untuk menahan tumor sementara pisau rotary kecil internal menghilangkan pertumbuhan. Setelah tumor telah dihapus, mereka memiliki kecenderungan untuk kembali tak terduga.Adalah umum bagi pasien untuk memerlukan operasi ulang. Dengan beberapa pasien, pembedahan mungkin diperlukan setiap beberapa minggu untuk menjaga bagian pernapasan terbuka, sementara yang lain mungkin memerlukan pembedahan hanya sekali setahun.Dalam kasus yang paling ekstrim di mana pertumbuhan tumor agresif, tracheotomy mungkin dilakukan. Tracheotomy adalah prosedur pembedahan di mana sayatan dibuat di bagian depan leher pasien dan tabung pernapasan (trakeostomi tube) dimasukkan melalui lubang, yang disebut stoma, ke dalam trakea (tenggorokan). Daripada bernapas melalui hidung dan mulut, pasien sekarang akan bernapas melalui tabung trakeostomi. Meskipun tabung trakeostomi membuat bagian pernapasan terbuka, dokter berusaha untuk menghapusnya secepat itu layak. Beberapa pasien mungkin diperlukan untuk menjaga tabung trakeostomi tanpa batas untuk menjaga bagian pernapasan terbuka. Selain itu, karena tabung trakeostomi rerute semua atau sebagian dari udara yang dihembuskan jauh dari lipatan vokal, pasien mungkin merasa sulit untuk berbicara. Dengan bantuan seorang spesialis suara atau pidato-bahasa patologi yang mengkhususkan diri dalam suara, pasien dapat belajar bagaimana menggunakan suaranya. Adjuvant terapi-terapi yang digunakan selain untuk operasi-telah digunakan untuk mengobati kasus yang lebih parah dari RRP. Terapi obat dapat mencakup antivirus seperti interferon dan sidofovir, yang menghalangi virus dari membuat salinan dari dirinya sendiri, dan indole-3-carbinol, senyawa pelawan kanker yang ditemukan dalam sayuran, seperti brokoli dan kubis Brussel. Sampai saat ini, hasil dari terapi ajuvan ini dan lainnya telah dicampur atau belum sepenuhnya terbukti.

ternyata infeksi virus HPV pada pria juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Sangat penting bagi para pria untuk memahami bagaimana infeksi dan perjalanan penyakitnya sehingga mampu mengurangi risiko terinfeksi HPV. Infeksi HPV pada pria dapat meningkatkan risiko seorang pria untuk terkena kanker penis, meskipun kanker ini tidak umum. HPV juga dapat menyebabkan kutil kelamin (condyloma accuminata) pada pria, sama seperti halnya pada wanita. Lebih dari separuh pria yang aktif secara seksual memiliki HPV pada suatu saat dalam hidup mereka. Seringkali seorang pria yang terinfeksi HPV akan mampu menghilangkan virus HPV sendiri (self limiting) tanpa menimbulkan masalah kesehatan apapun. Namun banyak juga pria terinfeksi HPV yang kemudian mengalami perjalanan lebih lanjut dari infeksi HPV yang dapat berupa kutil kelamin maupun kanker penis, kanker anal atau orofaring.

Terdapat sekitar 30 jenis atau lebih virus HPV yang terkait dengan kejadian kanker penis. Virus ini juga dapat menyebabkan kanker anus maupun orofaring pada pria. Kedua jenis kanker ini jarang terjadi, terutama pada pria dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Namun The American Cancer Society memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.570 orang di Amerika Serikat akan didiagnosis dengan kanker penis dan sekitar 2.250 orang diperkirakan terdiagnosis kanker anus. Risiko kanker anus sekitar 17 kali lebih tinggi pada pria homoseksual dan biseksual yang aktif secara seksual dibandingkan pria heteroseksual. Pria yang terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus) juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ini. Dengan demikian pria yang homoseksual dan dengan infeksi HIV akan sangat rentan untuk terkena kanker anus maupun kanker penis karena infeksi HPV.

Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and Obstetrics) : 1). Klasifikasi berdasarkan histopatologi : CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang setengahnya. CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya. CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. 2). Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks : ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance) LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion) HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) 3). Klasifikasi berdasarkan stadium klinis : Stadium 0, karsinoma in situ atau infeksi awal HPV. Stadium I, proses infeksi mendalam pada serviks, (1) stadium IA, kedalaman invasi lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7 mm, (2) stadium IB, secara klinis luka berukuran lebih kurang 4 cm. Stadium II, tumor menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, (1) stadium IIA, tidak ada invasi pada jaringan kearah samping serviks, (2) stadium IIB, invasi pada jaringan kearah samping serviks Stadium III, tumor menyebar kedinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis, (1) stadium IIIA, sudah menyebar sepertiga dibawah vagina, tetapi tidak sampai kedinding panggul, (2) stadium IIIB, sudah menyebar kedinding panggul sehingga menyebabkan hidronefrosis. Stadium IV, tumor sudah menyeber lebih luas, (1) stadium IVA, tumor menginvasi mukosa rektumdan keluar panggul, (2) stadium IVB, metastase sudah jauh. Stadium Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan.

Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :

Gambaran Radiologi. Pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di sekitar serviks.

Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapat menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).

Stadium dari kanker serviks dibawah ini termasuk antara lain:

Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker non invasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

KAMUS

Kolumnar mengacu pada bentuk sel-sel yang biasanya membentuk saluran atau kelenjar dalam tubuh. Sel skuamosa adalah sel kulit tipis dan datar yang terlihat di bawah mikroskop seperti sisik ikan. Sel skuamosa ditemukan dalam jaringan yang membentuk permukaan kulit, lapisan organ berongga dari tubuh, dan bagian dari saluran pernapasan dan pencernaan.

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatic (menyebar ke bagian tubuh lainnya).

Você também pode gostar