Você está na página 1de 26

BAB I PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini, rokok semakin banyak meluas di berbagai tempat. Banyak negara-negara industri yang menilai bahwa merokok telah menjadi perilaku yang secara sosial dianggap kurang biasa untuk diterima. Hal ini adalah hasil penyuluhan yang intensif, bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah, melainkan oleh pihak lembaga swadaya masyarakat dan juga pihak perusahaanperusahaan. Di negara berkembang, penyuluhan tentang bahaya merokok belum dilaksanakan secara intensif. Hal ini selain karena industri rokok merupakan sumber pemasukan bagi negara dan sumber kesempatan kerja, juga karena di sebagian besar negara-negara sedang berkembang, dana untuk ini walaupun ada, sangat kecil dibandingkan dengan dana yang dipergunakan oleh perusahaanperusahaan rokok untuk memasarkan rokok. Industri rokok melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat terutama remaja yang paling sangat terpengaruh. Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat, ada lebih dari 10 juta batang rokok dihisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh satu miliar laki-laki dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50 persen total konsumsi rokok dunia dimiliki RRC, Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut, jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025. Sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari 20 rupiah ribu per hari (upah minimum regional untuk Jakarta sekitar 38 rupiah ribu per hari). Perokok di Indonesia 70% diantaranya berasal dari kalangan keluarga miskin. Belanja tembakau oleh keluarga miskin secara konsisten meningkat dari 8% pada tahun 1996 menjadi 13,3% pada tahun 2003, sementara uang yang dibelanjakan untuk karbohidrat menurun dari 28% menjadi 19% pada tahun yang sama. Hal ini membuat keluarga miskin semakin bertambah miskin karena harus

mengeluarkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan pokok, ditambah biaya yang harus dikeluarkan akibat penyakit yang disebabkan oleh tembakau. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit namun pada kenyataannya masih banyak saja masyarakat yang kurang peduli akan bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat asap rokok. Masyarakat tidak pernah memikirkan akibat yang dihasilkan jika mengkonsumsi rokok dalam jangka waktu yang lama tetapi mereka hanya senang merasakan kenikmatan dari asap rokok yang sifatnya hanya sesaat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSUMSI ROKOK DAN PREVALENSI MEROKOK 2.1.1 Konsumsi Rokok Pada gambar 2.1 ditunjukkan tingkat konsumsi rokok berdasarkan jumlah total batang yang dihisap per tahun pada lima negara yang mengonsumsi terbanyak. Pada tahun 2002, Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok, menduduki peringkat ke 5 konsumsi rokok terbesar setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang) dan Jepang (299 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007 tetap pada posisinya yaitu peringkat ke 5.
2500 2163 2000 1697 1500 Tobacco Atlas 2002 1000 500 0 Cina USA Rusia Jepang Indonesia 464 357 375331 Tobacco Atlas 2009

299259

182239

Sumber : Tobacco Atlas


Gambar 2.1 Lima Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar (milyar batang)

Selama kurun waktu 1970-2000, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat dari sekitar 33 milyar menjadi 217 milyar batang. Selanjutnya, dari tahun 2000 hingga tahun 2002 terjadi penurunan konsumsi rokok karena terjadi peningkatan harga riil rokok pada tahun 1998. Akan tetapi penurunan tersebut

sebenarnya semu karena Departemen Keuangan mendeteksi adanya rokok ilegal dan pemalsuan cukai. Dengan adanya penurunan konsumsi rokok tersebut maka Departemen Keuangan membekukan peningkatan cukai tahunan selama tahun 2003-2004 yang bertujuan untuk menyehatkan industri. Dampak dari kebijakan pembekuan ini, pada data tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok sebesar 240 milyar batang, meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang (Gambar 2.2).

240 235 230 225 220 215 210 205 200 2005 2006 214 220

238

240

2007

2008

Sumber : Koran Tempo, 31 Agustus 2009


Gambar 2.2 Konsumsi Rokok di Indonesia 2005 - 2008 (milyar batang)

Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008).

30 30 25 20 15 10 5 0 Rusia India Jepang Brasil Jerman Indonesi a Amerika Turki Cina 11,2 4,8 4,8 4,5

2,8

1,9

1,8

1,7

Sumber: WHO Report on Global Tobacco Epidemic, 2008 * Jumlah perokok didunia mencapai 1,3 milyar orang.
Gambar 2.3 Kontribusi 10 Negara dengan Perokok Terbesar dari jumlah perokok dunia*(%)

2.1.2

Prevalensi Merokok Pada tahun 2007, prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar

34,2% (lebih dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 % tahun 2001 dan tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan tahun 2004 (Gambar 2.4). A. Prevalensi Merokok Dewasa Menurut Jenis Kelamin Prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Prevalensi merokok pada laki-laki meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 prevalensi merokok laki-laki dewasa meningkat dari 62,2% tahun 2001 menjadi 65,6%. Demikian juga proporsi perempuan perokok dewasa meningkat 4 kali lipat dari 1,3% menjadi 5,2% selama kurun waktu 2001 - 2007 (Gambar 2.4).

70
62,2 60 50 53,4

63,1

65,6

40 30
20 10 1,7

27

31,5

34,4 34,2

Laki Perempuan

Total

1,3
2001

4,5

5,2

0
1995 2004 2007

Sumber : Susenas Tahun 1995, 2001,2004 dan Riskesdas 2007


Gambar 2.4. Prevalensi Merokok Penduduk Umur >15 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin, Indonesia Tahun 1995, 2001, 2004, dan 2007

B. Prevalensi Merokok Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan kelompok umur, hasil temuan 2007 menunjukkan prevalensi perokok meningkat dengan bertambahnya umur, sampai kelompok umur 55-59 tahun, kemudian menurun pada kelompok umur berikutnya (Tabel 1.2). Peningkatan pada kelompok umur 15-19 tahun, dari 7,1% (1995) menjadi 19,9% (2007) atau naik 180% selama tahun 1995 2007. Prevalensi merokok meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan kelompok umur. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok umur yang paling muda yaitu 10-14 tahun dari 0,3% menjadi 2,0% atau meningkat hampir 7 kali lipat selama 12 tahun terakhir.

Tabel 2.1 Prevalensi perokok berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin Indonesia tahun 1995, 2001, 2004 dan 2007
Kel. Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 1995 L 0,5 42,6 P 0,1 1 Total 0,3 7,1 20,3 27,4 31,5 35,6 34,2 35,7 34,5 33,9 32,2 34 30,6 24,8 L 0,7 24,2 60,1 69,9 70,5 73,5 74,3 74,4 70,4 69,9 65,6 64,7 59,2 48,5 2001 P 0 0,2 0,6 0,6 0,9 1,3 1,9 2,2 2,6 3 2,8 2,7 2,1 2,1 Total 0,4 12,7 28,8 33,7 35,3 36,6 39,6 41,3 34,8 36,3 32,6 32,2 30 23,5 L NA 32,8 63,6 69,9 68,9 67,7 66,9 67,9 67,9 64,1 60,0 58,7 55,3 47,4 2004 P NA 1,9 4,1 4,5 3,8 5,0 4,9 5,8 4,9 6,2 6,2 4,4 3,8 4,1 Total NA 17,3 30,6 34,7 37,3 39,7 40,1 41,0 38,8 36,8 31,3 30,9 27,0 24,9 L 3,5 37,3 67,6 73,5 73,3 71,7 71,6 72,5 69,9 68,2 2007 P 0,5 1,6 2,3 2,5 2,7 3,4 4,6 5,9 7,0 8,4 Total 2,0 18,8 32,8 35,1 35,6 35,7 36,6 38,1 38,6 39,2 36,3 35,7 35,8 34,9

13,7 0,3 57,3 1,1 64,4 1,2 67,3 1,7 67,3 2,3 68 3,1 66,8 3,4 66,1 3,3 64,7 2,8 64,3 3,8 56,9 3,1 53,3 1,9

64,0 11,4 60,5 13,5 58,4 17,0 55,5 18,0

Sumber: Susenas Tahun 1995, 2001,2004 dan Riskesdas 2007 C. Kebiasaan Merokok pada Profesi Kesehatan Untuk mendapat data pembanding yang terpercaya, WHO, US CDC Atlanta dan Canadian Public Health Association mengembangkan Global Tobacco Surveillance Sytem (GTSS). GTSS terdiri dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) untuk anak sekolah (13-15 tahun), Global School Personnel Survey (GSPS) dan Global Health Professional Survey (GHPS) untuk profesi kesehatan. Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia telah melakukan GYTS dan GHPS. Untuk GHPS menggunakan mahasiswa tahun ketiga di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Ilmu Keperawatan dan Fakultas Farmasi. Tahun 2006 Indonesia melakukan GHPS dengan menggunakan mahasiswa kedokteran tingkat ketiga sebagai responden dalam survei. Mahasiswa kedokteran diharapkan akan berperan penting untuk menurunkan kebiasaan merokok, sekaligus memberikan informasi dampak merokok terhadap kesehatan, termasuk membantu berhenti merokok dan memberi contoh gaya hidup bebas rokok.

Hampir setengah (48,4%) dari mahasiswa kedokteran pernah merokok. GHPS 2006 mendapatkan prevalensi merokok mahasiswa kedokteran adalah 9,3%, lakilaki 21,1% dan perempuan 2,3%. Sepertiganya (33%) sudah merasa ingin merokok kurang dari 30 menit setelah bangun tidur di pagi hari, pada perempuan 39,4%, lebih tinggi dari laki-laki sebesar 31,9%. Ini menunjukkan tingkat kecanduan merokok yang tinggi (Tabel 2.2). Tabel 2.2 Prevalensi Mahasiswa Kedokteran Merokok, Indonesia Tahun 2006 Pernah Perokok aktif Perokok aktif yang berkeinginan Merokok (%) merokok kurang dari 30 menit (%) setelah bangun tidur (%) Laki-Laki 70,2 21,1 31,9 Perempuan 35,4 2,3 39,4 Total 48,4 9,3 33,0 Source: Indonesia Global Health Professional Survey (GHPS), 2006

D. Prevalensi Merokok Berdasarkan Provinsi Tahun 2007 Provinsi Bengkulu adalah provinsi dengan prevalensi perokok tertinggi di Indonesia (38,7%) dan melebihi angka nasional sebesar 34,2 % (Gambar 2.5).

10

15

20

25

30

35

40

45

sebesar 11,7 %. Sumber : Riskesdas 2007


Bengkulu Lampung Gorontalo Banten Jawa Barat Sumatera Selatan Maluku Utara Sumatera Barat Sulawesi Tengah Sumatera Utara NAD Riau Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah Jawa Tengah Sulawesi Utara Nusa Tenggara Barat Jambi D.I. Yogyakarta Bangka Belitung Jawa Timur Kalimantan Barat Papua Maluku Kepulauan Riau DKI Jakarta Irian Jaya Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Bali Kalimantan Selatan

Gambar 2.5 Prevalensi perokok umur >15 tahun berdasarkan provinsi di Indonesia, Tahun 2007
38.7 38.2 37.5 37.3 37.1 36.2 35.5 35.2 35.2 34.9 34.8 34.8 34.8 34.7 34.3 33.9 33.8 33.5 32.8 32.6 32.6 32.4 32 31.6 30.8 30.8 30.8 30.3 29.5 29.4 29.3 28.2 27

Dibandingkan hasil survei tahun 1995 dan 2007, hampir semua provinsi

Lebih dari setengah laki-laki adalah perokok (65,6%), sedangkan perempuan

menunjukkan kenaikan prevalensi merokok, kecuali di Provinsi Bali (Tabel 1.5a).

perokok sebesar 5,2%. Prevalensi perempuan perokok tertinggi di Provinsi Papua

Tabel 2.3 Trend Prevalensi Merokok Pada Penduduk > 15 tahun Berdasarkan Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 1995, 2001,2007
Merokok 1995 Provinsi L Aceh Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Jambi Sumatra Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Papua Indonesia 53,4 1,7 26,9 62,2 1,3 31,5 69 0,6 27,3 54,6 3,7 29,7 56,9 52,9 65,6 7,7 11,7 5,2 30,8 32,0 34,2 52,8 59,8 54,2 58,6 57,2 61,3 61,1 42,6 * * 58,3 52,4 47,2 55,7 33,1 * 61,8 45,7 39,8 54,7 46,3 42,1 50,6 49,3 48,7 51,1 40,9 * * 69 P 2,2 2,5 1,5 3,7 1,7 1,7 2,4 1,8 * * 1,8 1,3 0,5 1,3 0,9 * 0,5 1 0,9 2,4 2,3 1,9 0,9 3,3 2,2 2,4 1 * * 4,3 L&P 26,9 28,7 27,6 31 29,2 31,6 32,3 22,1 * * 29,8 26,1 23,5 27,2 16,9 * 29,2 18,8 20,1 28,7 23,6 22,5 25,6 26,2 23,7 26,1 21,1 * * 23,1 L * 59,7 67,1 63,3 57,4 64,8 66,7 67,4 58,5 * 54,5 68 61,5 53,7 62,4 66,3 45,7 62,6 56,6 58,6 60,2 51,8 55,3 61,2 64,6 58,5 58,7 69 * * P * 1,7 2,5 2,1 1,5 1,7 0,6 1,6 1,3 * 1,5 1,7 1 0,2 0,8 0,8 1,3 0,4 0,5 2,9 1 1,2 2,6 1,9 3 1,2 1,7 0,9 * * L&P * 30,3 33,3 33,4 30,1 33,7 34,8 35,9 30,3 * 27,7 35 30,8 26,3 30,7 33,6 23,3 29,9 27,6 31,4 31,8 26,6 29,2 31,7 34,3 27,9 29,9 35,2 * * 62,0 68,1 4,3 5,4 31,6 35,5 L 66,6 64,9 71,6 64,2 63,1 69,3 73,1 70,9 61,3 59,1 60,4 71,1 65,6 60,3 64,5 71,7 49,2 66,6 64,3 59,5 62,9 54,5 54,6 63,8 68,0 60,7 60,1 74,2 57,7 P 5,7 7,0 3,7 5,0 4,8 3,4 4,2 4,3 3,2 4,8 4,8 6,2 6,0 7,7 4,0 4,9 7,5 4,1 9,2 5,4 6,6 2,1 3,3 5,0 3,8 2,9 3,5 3,6 2,4 L&P 34,8 34,9 35,2 34,8 33,5 36,2 38,7 38,2 32,6 30,8 30,8 37,1 34,3 32,8 32,6 37,3 28,2 33,8 34,8 32,4 34,7 27,0 29,3 33,9 35,2 29,4 30,3 37,5 29,5 2001 2007

10

2.1.3

Prevalensi Perokok Pasif

A. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Perokok Menurut data Riskesdas 2007 menunjukkan 69% rumah tangga memiliki pengeluaran untuk rokok. Hal ini berarti minimal terdapat 1 orang anggota rumah tangga yang mengkonsumsi tembakau. B. Prevalensi Perokok yang Merokok di Rumah Riskesdas 2007 menyatakan bahwa 85,4 % dari perokok berusia 10 tahun ke atas merokok di dalam rumah bersama dengan anggota lainnya. C. Prevalensi Perokok Pasif di Rumah Tahun 2007, 40,5% populasi semua umur (91 juta) terpapar asap rokok didalam rumah. Perempuan lebih tinggi (54,5%) dari pada laki-laki (26%) dan anak usia 0-14 tahun yang terpapar adalah 58,8%, dengan demikian sekitar 40 juta anak terpapar asap rokok, atau hampir separuh jumlah perokok pasif di dalam rumah. Tabel 2.4 Prevalensi populasi yang terkena asap rokok orang lain (Perokok Pasif) di dalam rumah berdasarkan kelompok umur dan Jenis Kelamin, Indonesia Tahun 2001, 2004 dan 2007 Prevalensi Perokok Pasif Kel. 2001 2004 2007 Umur L P Total L P Total L P Total 0-4 69,5 69,6 69,5 NA NA NA 59,2 59,0 59,1 5-9 70,6 70,6 70,6 NA NA NA 59,3 58,8 59,0 10-14 70,7 70,4 70,6 NA NA NA 57,8 59,1 58,4 15-19 51,1 67,6 59 36,1 55,2 45,7 35,1 57,8 46,2 20-24 23,4 65,6 45,6 16,5 52,0 36,1 15,1 56,6 37,2 25-29 9,6 65,5 38,8 8,1 53,9 32,7 8,1 55,8 33,9 30-34 4,3 64,8 35 5,7 53,7 29,0 4,4 53,1 30,4 35-39 2,1 67,4 35,4 7,1 54,6 28,3 3,0 54,0 29,9 40-44 2,5 68,8 34,3 8,6 53,4 28,0 3,1 54,7 30,1 45-49 3,5 67,5 32,9 8,3 54,0 28,1 4,6 55,8 31,0 50+ 5,3 56,3 31,9 11,7 38,3 25,0 8,8 44,4 27,1 Total Total 31,8 66 48,9 11,8 50,0 30,5 26,0 54,5 40,5

11

Tabel 2.5 Jumlah populasi yang terkena asap rokok orang lain (Perokok Pasif) di dalam rumah berdasarkan kelompok umur dan Jenis Kelamin Indonesia Tahun 2007 Jumlah Perokok Pasif (orang) Kel. 2007 Umur Laki-laki Perempuan Total 6,371,809 6,014,790 12,386,600 0-4 7,307,709 6,936,435 14,244,144 5-9 6,925,952 6,777,618 13,703,569 10-14 3,344,070 5,247,592 8,591,661 15-19 1,137,282 4,858,956 5,996,238 20-24 658,103 5,288,081 5,946,184 25-29 351,293 4,888,260 5,239,553 30-34 252,310 5,011,481 5,263,791 35-39 228,468 4,480,063 4,708,531 40-44 312,423 4,029,228 4,341,651 45-49 1,710,277 9,107,741 10,818,017 50+ 28,599,696 62,640,245 91,239,939 Total Sumber: Riskesdas 2007 D. Pelajar yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain Dua dari tiga siswa (68,8%) terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah mereka dan lebih dari tiga perempat persen (78,1%) siswa terpapar asap rokok orang lain di tempat umum (Tabel 1.11). Tabel 2.6 Proporsi Dari Siswa Terpapar Asap Rokok Orang Lain Tahun 2009 Siswa Yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain Jumlah (%) Siswa yang tinggal serumah dengan perokok yang 68,8 merokok di dalam rumah Siswa yang tinggal serumah dengan perokok yang 78,1 merokok di luar rumah dan tempat umum Siswa yang berpendapat bahwa merokok seharusnya 85,0 dilarang di tempat umum Siswa yang berpendapat bahwa asap rokok orang lain 71,0 berbahaya bagi mereka Siswa yang memiliki sedikitnya satu orang atau lebih dari 72,4 satu orang tua yang merokok Siswa yang memiliki banyak atau seluruh teman yang 15,7 merokok Source: Indonesia GYTS 2009 12

2.2 PENGARUH ROKOK AKTIF DAN PASIF TERHADAP KESEHATAN

2.2.1 Sejarah Rokok Awal sejarah dari rokok ini bermula ketika suku Indian di benua Amerika melakukan upacara tertentu sebagai tata cara ramah tamah pada masa itu, sebelum tahun 1492. Dalam upacara tersebut mereka menghisap tembakau dengan menggunaka pipa bercabang (bentuknya Y) yang kemudian disebut dengan nama Tobacco. Kedua cabang pipa tersebut dimasukkan ke dalam tiap lubang hidung agar dapat dihisap. Meskipun cara ini tidak nyaman dirasakan tetapi karena sudah menjadi ritual upacara maka hal tersebut tetap dilakukan. Dalam istilah biologi, tembakau berasal dari kata nocitiana yang diambil dari nama seorang Duta Besar Perancis untuk Portugal yaitu Jean Nicot sebagai bentuk penghargaan atas kiriman bibit tembakaunya kepada permaisuri Perancis, Catherine de Medici. Sejak saat itu, tembakau semakin terkenal di Perancis. Tanaman tembakau yang terdapat di Amerika Serikat tadi telah ditanam pada tahun 600 SM. Rokok yang pada tahun 600 ini telah diprediksi oleh filosof Cina bernama Fang Yizhi akan merusak paru (apabila dikonsumsi dalam jangka panjang), ditemukan pertama kali oleh Colombus bersamaan ketika ia menemukan benua Amerika (tahun 1492) (Basyir, 2007). Perkembangan selanjutnya pada rokok adalah pertumbuhan secara komersial tembakau di Amerika pada tahun 1612 sedangkan di Asia (Jepang) pada tahun 1603. Studi pertama tentang dampak merokok adalah pada tahun 1761 yang dilakukan oleh John Hill di Inggris. Kemudian penelitian besar mengenai dampak merokok pasif dilakukan oleh Hirayama pada tahun 1981 (Jepang). Peraturan tertulis pertama mengenai larangan merokok di tempat-tempat ibadah adalah di Negara Bhutan yaitu sejak tahun 1729. Diperkenalkan pertama kali kepada kaum muslimin pada abad ke-10 tahun Hijriah oleh orang-orang Nasrani. Pada abad ke-19 orang Spanyol memperkenalkan cerutu ke Filipina, Rusia dan Turki. Sejak saat itulah tembakau menyebar ke negeri-negeri Islam (Jaya, 2009).

13

2.2.2 Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa.

2.2.3 Kandungan Rokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena diisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon monoksida), yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi juga dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk ke dalam jalan napas. CO, Tar, dan Nikotin tersebut berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan: gelisah, tangan gemetar (Tremor), cita rasa/selera makan berkurang dan ibu-ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan keguguran kandungannya. Nikotin pada prinsipnya akan mengakibatkan pembuluh darah menyempit dengan cepat sehingga organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen antara lain otak dan otot jantung. Pada pemakaian jangka lama, nikotin juga akan mengakibatkan dinding pembuluh darah menjadi kaku dan berkapur

14

(atherosclerosis) dengan demikian suplai oksigen ke organ-organ tubuh akan menurun sedikit demi sedikit. Atherosclerosis juga akan timbul dengan semakin meningkatnya usia. Dengan demikian, semakin lanjut umur seorang perokok dan semakin lama dia merokok maka semakin parah kondisinya terutama otak dan otot jantung. Di samping membuat pembuluh darah kaku dan berkapur, nikotin juga dapat membuat darah menjadi lebih mudah menggumpal (thrombosis). Gumpalan darah ini dapat menyumbat pembuluh darah otot jantung dan mengakibatkan matinya sel-sel otot jantung setempat, infark otot jantung (myocardial infarction). Bila terjadi pada pembuluh darah otak akan mengakibatkan matinya sel-sel jaringan otak setempat, infark otak. Setiap kematian jaringan otot jantung maupun otak tidak akan dapat pulih kembali karena sel otot jantung atau sel otak tidak dapat melakukan regenerasi. Gas CO pada prinsipnya akan menghambat pengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke organ tubuh. Pada dasarnya resiko mendapat penyakit adalah kurangnya suplai oksigen ke organ-organ tubuh dan tersumbatnya pembuluh-pembuluh darah dan akan semakin meningkat apabila perokok tersebut usianya sudah agak lanjut dan banyak merokok. Tar sebenarnya adalah kondesat dari semua zat yang terdapat pada asap rokok. Tar yang tertimbun pada saluran napas akan menyebabkan batuk-batuk atau sesak napas. Saluran pernapasan mempunyai kemampuan membersihkan diri secara biologis tetapi kalau terjadi timbunan tar setiap harinya melebihi kemampuan biologis tersebut maka perlahan-lahan akan terjadi akumulasi tar. Tar bersifat merangsang secara kimiawi maka akan dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran pernapasan (bronchitis dan emfisema) serta meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker mulai dari hidung, pita suara dan terus sampai ke paru-paru.

Zat-zat lain yang terdapat dalam rokok, antara lain:

15

Ammonia Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga kalau disuntikkan (baca: masuk) sedikit pun kepada peredaraan darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

Formic acid Sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.

HCN/Asam Sianida Merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

Nitrous oxide Sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh para dokter.

Formaldehyde Sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme-organisme hidup.

16

Fenol Merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

Asetol Merupakan hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

Hydrogen sulfide (H2S) Sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi pigmen).

Pyridine Sejenis cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

Methyl chloride Merupakan campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang terutama. Zat ini adalah merupakan compound organis yang dapat beracun.

Metanol Sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin dideskripsikan sebagai Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang terdapat dalam asap

17

tembakau antara lain Benzo (a) Pyrene, Dibenz (a,h) anthracene, dan Benz(a)anthracene.Senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung membentuk epoksida yang metabolitnya bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor.

N- nitrosamina Dibentuk oleh nirtrasasi amina. Asap tembakau mengandung dua jenis utama N- nitrosamina, yaitu Volatile Nnitrosamina (VNA) dan Tobacco NNitrosamina. Hampir semua Volatile N- Nitrosamina ditahan oleh sistem pernafasan pada inhalasi asap tembakau. Jenis asap tembakau VNA

diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial.

2.2.4 Tipe Perilaku Merokok Perokok dikenal dalam dua tipe yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang melakukan kegiatan merokok sehingga ia selalu terancam oleh bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok akan tetapi ia selalu berada dalam ruangan yang dicemari oleh asap rokok. Menurut Husin (2008), tipe perilaku merokok ada 4 (empat) macam tipe berdasarkan pengendalian perasaan diri, yaitu: 1. Perilaku merokok pada orang yang mempunyai perasaan positif (positive effect smokers). Tujuan merokok pada orang ini adalah: a. Untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah ada, misalnya ; merokok setelah kenyang, setelah minum kopi b. Sebagai stimulasi/rangsangan, misalnya; merokok hanya sekedar untuk menyegarkan perasaan atau untuk mendapatkan ide-ide baru. c. Untuk mendapatkan kenikmatan karena memegang sebatang sigaret sangat spesifik untuk seorang perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan satu jam untuk mengisi pipanya dan hanya lima menit untuk menghisapnya. Seorang perokok lain memegang

18

dan memainkan sigaret dengan jari-jarinya lebih lama sebelum ia menghidupkannya dengan nyala api. 2. Perilaku merokok orang yang mengalami perasaan negatif (negative effect smoker). Orang semacam ini mulai merokok karena timbulnya perasaan negatif dalam dirinya seperti kegelisahan dan cemas. Sebatang dianggap sebagai penyelamat, mereka hanya menggunakan rokok bila perasaan tidak enak timbul sehingga dapat terhindar dari rasa tidak enak yang lebih parah lagi. 3. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smokers). Mereka yang sudah ketagihan merokok akan menambah penggunaan rokok berikutnya karena efek dari rokok sebelumnya telah berkurang. Begitu rokoknya habis dihisap, ia segera mempersiapkan rokok berikutnya untuk dihisap. Umumnya mereka tidak mampu dan merasa gelisah bila di rumahnya tidak tersedia rokok. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (purehabits smokers). Para perokok menggunakan rokok sama sekali bukan untuk

mengendalikan perasaannya secara langsung, akan tetapi karena sudah menjadi kebiasaan. Mereka menyalakan api untuk menghisap rokok berikutnya meskipun di asbak masih tersedia sebatang rokok yang masih menyala dan utuh.

2.2.5 Penyakit-penyakit yang Timbul Akibat Rokok Kebiasaan merokok dapat memberi akibat buruk pada berbagai organ tubuh kita, mulai dari kepala (serangan stroke atau gangguan pembuluh otak), gangguan di paru dan jantung, berbagai keluhan di perut, gangguan pada proses kehamilan sampai pada kelainan di kaki (gangguan pembuluh darah di kaki).

A. Kanker Paru Kanker paru memang belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat kita. Jenis penyakit tersebut tidak setenar kanker darah atau kanker payudara

19

paadahal di dunia ini kanker paru adalah kanker yang paling sering ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru dan 82% kematian akibat kebiasaan merokok. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok (perokok pasif) ternyata meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih tinggi. Penyakit ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri. Para ahli membagi kanker secara umum dalam tiga golongan besar. Golongan pertama adalah kanker yang dapat dicegah, golongan kedua adalah kanker yang dapat ditemukan dlam stadium dini dan golongan ketiga adalah kanker yang dapat diobati dengan tuntas. Dalam hal ini kanker paru termasuk golongan yang pertama, kanker yang dapat dicegah dengan menghindarkan diri dari kebiasaan merokok. Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan penyebab kanker paru adalah tar. Bila seseorang menghisap rokok dalam jangka lama maka di dalam parunya akan terjadi berbagai perubahan akibat asap rokok itu. Pengobatan kanker paru terdiri dari pembedahan, penyinaran atau radioterapi dan pemberian obat-obat sitostatika. Kadang-kadang dilakukan beberapa jenis pengobatan sekaligus, misalnya pembedahan yang kemudian diikuti dengan radioterapi. Cara pengobatan terbaik adalah pembedahan yang biasanya hanya dikerjakan pada stadium-stadium awal. Sayangnya banyak pasien yang datang sudah terlambat sehingga tidak dapat dibedah lagi dan penyembuhannya menjadi amat sulit diupayakan lagi.

B. Kanker Lainnya Kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan berbagai kanker lain, mulai dari kanker mulut sampai kanker leher rahim. Risiko bagi laki-laki perokok yang terkena kanker mulut adalah kira-kira lebih banyak daripada yang bukan perokok.

20

Risiko untuk kanker tenggorokan Sembilan kali lebih tinggi dan risiko untuk kanker kandung kemih 2-3 kali lebih tinggi daripada bukan perokok.

C. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya PPOK. Gangguan respirasi dan penurunan faal paru paling sering terjadi pada perokok. Usia mulai merokok, jumlah bungkus rokok pertahun, dan perokok aktif mempengaruhi angka kematian. Perokok pasif dan merokok selama hamil juga merupakan faktor risiko terjadinya PPOK. Di Indonesia, 70% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema adalah akibat penggunaan tembakau. Lebih daripada setengah juta penduduk Indonesia pada tahun 2001 menderita penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh penggunaan tembakau (Supari, 2008).

Secara umum telah diketahui bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Terdapat beberapa alasan yang mendasari pernyataan ini. Pertama, salah satu efek dari penggunaan nikotin akan menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru, yang meningkatkan resistensi aliran udara ke dalam dan keluar paru. Kedua, efek iritasi asap rokok menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang bronkus serta

pembengkakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin dapat melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel pernapasan yang secara normal terus bergerak untuk memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernafasan. Akibatnya lebih banyak debris berakumulasi dalam jalan napas dan kesukaran bernapas menjadi semakin bertambah. Hasilnya, semua perokok baik berat maupun ringan akan merasakan adanya tahanan pernafasan dan kualitas hidup berkurang (Guyton, 2008).

D. Penyakit jantung Penyakit jantung koroner berhubungan dengan penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah koroner, yaitu pembuluh darah yang berfungsi memberikan aliran darah bagi jaringan jantung. Penyakit inilah yang sering kali

21

dikenal sebagai penyebab serangan jantung yang mendadak. Dua bahan terpenting dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah nikotin dan gas CO. asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% dan kalau dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar 40-50 mg/ml. nikotin dapat mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah.

E. Mengganggu Kehamilan Pengaruh rokok pada janin dalam kandungan memang sering mendapat sorotan masyarakat umum dan juga kalangan kesehatan. Kebiasaan merokok para calon ibu ternyata membawa akibat buruk pada anak yang akan dilahirkannya. Wanita hamil yang merokok lebih banyak melahirkan bayi yang meninggal bila dibandingkan dengan wanita hamil yang bukan perokok. Seandainya bayi itu lahir normal maka bayi wanita perokok lebih sering meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Gizi ibu perokok biasanya lebih buruk dari yang tidak merokok karena kebiasaan merokok telah diketahui menekan nafsu makan. Selanjutnya, nikotin juga merupakan zat vasokonsriktor yang berakibat mengganggu metabolism protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menimbulkan gangguan pada system saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir, misalnya kelainan katup jantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu perokok dibandingkan dengaan yang tidak merokok. Kejadian abortus juga lebih sering terjadi pada wanita-wanita perokok. Semua keadaan di atas terjadi karena pengaruh bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan karbonik anhidrase, yang selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat menembus plasenta atau ari-ari dan mengganggu kesehatan janin di dalam kandungan.

22

2.2.6 Risiko Bahaya Merokok pada Perokok Pasif Selain asap utama, asap sampingan dari rokok juga berbahaya. Asap rokok yang terpaksa dihisap oleh perokok pasif ini kandungan bahan kimianya lebih tinggi dibandingkan dengan asap rokok utama. Hal ini disebabkan tembakau terbakar pada temperatur lebih rendah ketika rokok sedang dihisap. Ini membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan banyak bahan kimia. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menginformasikan bahwa ternyata perokok aktif hanya menghisap 25 persen asap rokok yang berasal dari ujung yang terbakar, sementara 75 persen lainnya untuk yang mengisap asapnya. Tidak itu saja, mereka yang tidak merokok atau perokok pasif juga ketambahan separuh asap yang diembuskan si perokok. Yang jelas, dari hembusan asap rokok tersebut para perokok pasif mengisap 4.000 jenis bahan kimia saat terpapar asap rokok orang lain. Perokok pasif adalah orang yang paling dirugikan dari aktivitas merokok. Dibandingkan dengan yang terpapar dengan asap rokok utama, pengaruh perokok pasif mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai jenis penyakit, diantaranya: Meningkatkan risiko kanker paru-paru dan penyakit jantung Masalah pernapasan termasuk radang paru-paru dan bronchitis Sakit atau pedih mata Sakit kerongkongan Sakit kepala Dementia (kumpulan gejala klinik yang ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek dan gangguan global fungsi mental termasuk fungsi bahasa) serta gangguan kognitif dalam bentuk lain.

23

BAB III KESIMPULAN

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Perokok dikenal dalam dua tipe yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang melakukan kegiatan merokok sehingga ia selalu terancam oleh bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok akan tetapi ia selalu berada dalam ruangan yang dicemari oleh asap rokok Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang membara karena diisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon monoksida), yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotin (yang terjadi juga dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk ke dalam jalan napas. CO, Tar, dan Nikotin tersebut berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan: gelisah, tangan gemetar (Tremor), cita rasa/selera makan berkurang dan ibu-ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan keguguran kandungannya

24

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2009. Tobacco Atlas.World Lung Foundation. Basyir, Abu Umar. 2007. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok?. Pustaka At-Tazkia, Jakarta. Crofton, John dan David Simpson. 2009. Tembakau: Ancaman Global. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Departemen Kesehatan. 2010. Perokok Pasif Mempunyai Risiko Lebih Besar Dibandingkan Perokok Aktif. Diakses dari: (http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid= 474) Dimyati, Vien. 2009. Konsumsi Rokok Orang Miskin Lebih Tinggi. Diakses dari: (http://jurnalnasional.com/?media=KR&cari=rokok&rbrk=&id=86527&de tail =Kesehatan) Fajariyah, Dian Nafiatun. 2008 Sikap dan Perilaku Merokok Dosen di Universitas Indonesia Depok Tahun 2008. Skripsi: FKM UI. Frieden, Thomas R, Michael R Bloomberg. The Lancet: How to Prevent 100 million Death from Tobacco. London: May 19-May 25, 2007. Frohlich, Katherine. Canadian Medical Assosiation Journal: Is Tobacco Use a Disease. Ottawa: Oct 21, 2008. Gondodiputro, Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Guyton and Hall. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC. Hasil Pemantauan Aktivitas Pemasaran Industri Rokok di Indonesia. 2007. Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok Strategi Menggiring Anak Merokok. Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Rizma, Jakarta. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2010. Kanker Paru: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI Pradono, Julianti & Ch. M. Kristanti. 2007. Perokok Pasif, Bencana yang Terlupakan. (http://www.promosikesehatan.com/?act=article&id=40&pg=17)

25

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenetrian Kesehatan, Republik Indonesia. Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA). 2008. Status of Tobacco Use and Its Control: Indonesia Report Card. World Health Organization. 2006. Indonesia Global Health Professional Survey (GHPS) 2006. World Health Organization. 2008. WHO Report on Global Tobacco Epidemic. New York: WHO.

26

Você também pode gostar