Você está na página 1de 7

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI (Studi Kasus Di 4 Kecamatan Kabupaten Malang) Nanik

Setijowati*, Eriza Fadhilah**, Rosy Handayani** Abstrak Menarche merupakan menstruasi awal yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun, atau pada masa awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi. Salah satu dampak menarche dini pada remaja meningkatnya resiko kanker payudara sedangkan menarche terlambat dapat menurunkan kepadatan tulang. Asupan lemak merupakan salah satu asupan yang dapat mempercepat terjadinya menstruasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di 4 Kecamatan di Kabupaten Malang (Pakisaji, Turen, Gondanglegi, Tajinan). Pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Perhitungan jumlah responden tiap kecamatan menggunakan teknik proposional random sampling. Variabel yang diteliti adalah asupan lemak dan kejadian menarche. Hasil penelitian (n=99) menunjukkan asupan lemak responden sudah menarche sebesar 58.172.38 dan belum menarche sebesar 62.393.72. Berdasarkan uji statistik Independent t-test menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang (p>0,05). Saran perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk jenis lemak yang dikonsumsi untuk mengetahui jenis lemak yang paling berperan dalam mempengaruhi kejadian menarche. Kata kunci : asupan lemak, menarche, remaja putri

Abstract Menarche is the first menstruation which usually happened in the age of tenth until sixteenth, or in the beginning of adolescent and before having reproduction. One of the menarches impacts to the adolescent girls is the increasing of breast cancer risk. Otherwise, the late menarche is able to decrease the bone decency. The fat intake is one of intakes which is able to accelerate the occurrence of menstruation. This study aims to determine the association of the fat intake with the status of menarche in four district Malang. This study is observational analytic with cross-sectional approach. Location of study in four district in Malang (Pakisaji, Turen, Gondanglegi, Tajinan). The selection of respondents used purposive sampling. Proposional random sampling tecnique is used to calculate number of respondents for each district. The variables of the study are the fat intake and status of menarche. The result showed (n=99) showed that fat intake of respondents who had menarche 58.172.38 and who had not menarche 62.393.72. Based on the obtained Independent t-test, the results is no significant association of fat intake with status of menarche in four district of Malang ( p>0.05). It is suggested for the advance research especially for the type of consumed fat to know the type of fat which is highly influence status of menarche. Keywords: fat intake, menarche, adolescent girls Program Studi Pendidikan Dokter FKUB Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB

PENDAHULUAN Masa remaja diartikan sebagai masa dimana sesorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal, terutama yang terjadi pada masa awal remaja (1). Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan masa pubertas adalah munculnya menstruasi pertama (menarche) pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki(2). Menarche merupakan menstruasi awal yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun, atau pada masa awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi(3). Di Maharashtra, India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun dengan yang mengalami menarche dini usia 10-11 tahun (24,92%), menarche ideal usia 12-13 tahun (64,77%) dan menarche terlambat usia 14-15 tahun (10,3%)(4). Di Indonesia rata rata usia menarche adalah 13 tahun, dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun atau lebih lambat sampai usia 20 tahun(5). Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche diantaranya adalah status gizi (IMT), konsumsi makanan (sumber energi, karbohidrat, lemak dan protein), aktifitas olahraga, keterpaparan terhadap media informasi orang dewasa, usia menarche ibu dan status sosial ekonomi orang tua(6). Studi menunjukkan bahwa salah satu dampak menarche dini adalah meningkatnya resiko kanker payudara dan dampak kesehatan yang lainnya ialah penyakit kardiovaskular serta gangguan metabolik atau gangguan psikologi(7) sedangkan menarche yang terlambat dapat menyebabkan kegagalan penimbunan mineral pada tulang dan menurunkan kepadatan tulang(8). Salah satu asupan yang dapat mempercepat terjadinya menstruasi yaitu asupan lemak. Hormon seksual yang dibentuk oleh lemak akan memacu menstruasi datang lebih cepat. Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menstruasi yaitu hormon estrogen untuk mengatur siklus menstruasi dan progesteron yang diproduksi di indung telur berpengaruh pada uterus yaitu dapat mempengaruhi kontraksi selama siklus menstruasi (9).

Konsumsi makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak dalam jaringan adiposa yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin. Leptin ini akan memicu pengeluaran hormon Gonadotropin Releazing Hormone (GnRH) yang selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran Folicle Stimulating Hormonen (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen(10). Penelitian di Indonesia yang dilakukan di SMP N 30 Semarang pada remaja putri kelas VII berusia 11 - 14 tahun juga ditemukan bahwa terdapat hubungan asupan lemak berlebih dengan usia menarche dini pada remaja putri. Asupan lemak berlebih ini dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan remaja mengenai asupan makanan sehingga remaja putri lebih tertarik untuk mengkonsumsi makanan olahan terutama yang kaya akan lemak seperti aneka gorengan, makanan cepat saji dan jajanan(11). Pada Kabupaten Malang sendiri, terutama di 4 kecamatan yaitu Pakisaji, Tajinan, Gondanglegi dan Turen belum pernah dilakukan penelitian tentang asupan zat gizi terutama lemak dan hubungannya dengan kejadian menarche sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri (Studi kasus di 4 Kecamatan Kabupaten Malang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri (Studi Kasus di 4 Kecamatan Kabupaten Malang). Manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian menarche khususnya mengenai asupan lemak dan untuk memberikan informasi mengenai hubungan asupan lemak dengan kejadian menarche remaja putri. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di 4 kecamatan yaitu Pakisaji, Gondanglegi, Turen dan Tajinan. Perhitungan jumlah responden tiap kecamatan menggunakan teknik proportional random sampling dengan penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah asupan lemak dan kejadian menarche dengan

total responden sebanyak 99 responden. Untuk mengetahui hubungan antara asupan lemak dengan kejadian menarche remaja putri menggunakan uji statistik yaitu uji independent Ttest. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Responden Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Peneltian Nama Sekolah n (%) SMPN 1 Tajinan 19 (19.2) SMPN 1 Pakisaji 25 (25.3) SMPN 2 Gondang Legi 14 (14.1) SMPN 2 Turen 41 (41.4) Jumlah 99 (100) Usia Reponden Usia responden yang diambil pada penelitian ini adalah berusia 11-12 tahun. Tabel 2. Distribusi Usia Responden Usia Responden n (%) (tahun) 11 tahun 4 (4) 12 tahun 95 (96) Jumlah 99 (100) Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berusia 12 tahun yaitu 96% (95 responden) dengan rata-rata usia responden yaitu 12.51 0.29 tahun. Kejadian Menarche Kejadian menarche dikategorikan menjadi sudah dan belum menarche. Tabel 3. Distribusi Kejadian Menarche Responden Kejadian Menarche n (%) Sudah Menarche 47 (47.5) Belum Menarche 52 (52.5) Jumlah 99 (100) Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 99 responden, lebih banyak pada responden yang belum menarche yaitu 52 responden (52.5%) dibandingkan dengan responden yang sudah menarche 47 responden (47.5%).

Usia Menarche Pada responden yang sudah menarche, rata-rata usia responden 11,75 0,57 tahun tahun sedangkan untuk responden yang belum menarche rata-rata usia responden adalah 12,48 0,31 tahun. Asupan Lemak Asupan lemak dikategorikan menjadi kurang (<15% total kebutuhan energi), cukup (15- 30% total kebutuhan energi) dan tinggi (> 30% total kebutuhan energi). Tabel 4. Distribusi Asupan Lemak Responden Kategori Asupan Lemak n (%) Kurang 20 (20.2) (<15% total kebutuhan energi) Cukup 45 (45.5) (15-30% total kebutuhan energi) Tinggi 4 (34.3) (>30% total kebutuhan energi) Jumlah 99 (100) Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 20 responden (20.2 %) memiliki asupan lemak kurang, 45 responden (45.5%) memiliki asupan lemak cukup sedangkan responden yang memiliki asupan lemak dalam tinggi sebanyak 34 responden (34.3%). Rata-rata asupan lemak responden adalah 60.39 + 3.15 g/hari. Rata-rata asupan lemak pada yang sudah menarche yaitu 58.17 2.38 g/hari dan rata-rata asupan lemak pada belum menarche yaitu 62.39 3.72 g/hari. Berdasarkan penelitian ada sekitar 10 bahan makanan sumber lemak yang sering dikonsumsi oleh responden. Tabel 5. Distribusi Bahan Makanan Sumber Lemak Pada Responden
Bahan Makanan Sumber Lemak Minyak Kelapa Sawit Coklat Kuning telur Bakso pentol Biscuit Daging ayam Tepung susu Kacang tanah Keju Mentega Nilai Kandungan Lemak/100 g Bahan Makanan 100 29.7 20.7 29.6 14 18.9 19 49.2 23 80.6 Jumlah n (%) 67 (67.7) 57 (57.6) 52 (52.5) 50 (50.5) 35 (35.4) 21 (21.2) 15 (15.2) 8 ( 8.1) 3( 3) 2( 2)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 99 respondenberdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) bahan makanan yang paling sering tinggi dikonsumsi responden berasal dari sumber lemak nabati yaitu minyak kelapa sawit dan coklat. Untuk konsumsi sumber lemak yang berasal dari hewani seperti mentega, keju, tepung susu dan daging ayam masih sangat jarang. Analisis Hubungan Asupan lemak dengan Kejadian Menarche Tabel 6. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Menarche
Kategori Asupan Lemak Kurang (<15% total kebutuhan energi) Cukup (15-30% total kebutuhan energi) Tinggi (> 30% total kebutuhan energi) Kejadian Menarche Sudah Belum Menarche Menarche n (%) n (%) 7 (35) 13 (65) 25 (55.6) 15 (44.1) 20 (44.4) 19 (55.9) Jumlah n (%) 20 (100) 45 (100) 34 (100)

yang berjumlah 99 responden dengan rata-rata usia responden yaitu 12.51 0.29 tahun. Usia responden termasuk dalam kategori masa remaja awal dimana pada masa ini remaja putri mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat, termasuk pertumbuhan dan kematangan organorgan reproduksi (organ seksual, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Pada remaja putri tanda seks yang berkaitan langsung dengan organ seks ditandai dengan terjadinya haid pertama/ menarche (12). Kejadian Menarche Menarche merupakan menstruasi pertama yang dianggap sebagai ciri dari pubertas pada wanita(13). Kejadian menarche pada responden adalah 47,5% (47 responden) sudah mengalami menarche dan 52,5% (52 responden) belum mengalami menarche. Usia rata-rata menarche responden adalah 11.75 0.57 tahun, dengan kisaran usia menarche yaitu 11.18 12.32 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rentang usia menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2010. Secara nasional, remaja di Indonesia mengalami menarche pada usia 13 tahun(14). Usia rata-rata menarche pada penelitian yang dilakukan di Kota Medan dijumpai perbedaan usia menarche yang cukup bermakna antara populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas dengan populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Rata-rata usia menarche pada remaja putri dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas adalah 11,45 0,92 tahun. Sementara itu, usia menarche pada kelompok dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah adalah 12,19 0,98 tahun(15). Usia menarche yang terlalu cepat ataupun terlalu lambat dapat memberikan berbagai dampak bagi remaja. Studi menunjukkan bahwa pubertas awal diukur dengan usia menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Hal ini disebabkan karena tingkat hormon estrogen dan progesteron dapat memicu beberapa tumor yang bisa menjadi ganas(16) sedangkan menarche yang terlambat dapat menyebabkan kegagalan penimbunan mineral pada tulang dan menurunkan kepadatan mineral tulang(17). Akibat keadaan ini resiko

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 20 responden yang asupan lemaknya kurang sebanyak 7 responden (35%) sudah menarche dan 13 responden (65%) belum menarche. Dari 45 responden yang asupan lemaknya cukup sebanyak 25 responden (55.6%) sudah menarche dan 20 responden (44.4%) belum menarche sedangkan dari 34 responden yang asupannya lemaknya tinggi sebanyak 15 responden (44.1%) sudah menarche dan 19 responden (55.9%) belum menarche. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Independen T-test menunjukkan bahwa p = 0.962 dimana nilai p > 0.05 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang. PEMBAHASAN Usia Responden Responden dalam penelitian ini adalah siswi SMP kelas VII yang berusia 11-12 tahun

osteoporosis menjadi lebih besar di kemudian hari(18). Asupan Lemak Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (World Health Organization) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 1530% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak(19). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan lemak responden adalah 60.39 3.15 g/hari. Pada penelitian ini asupan lemak jika dibandingkan dengan kebutuhan lemak yang dianjurkan yaitu 15-30% dari total kebutuhan energi yaitu 33.33 66.67 gram/hari didapatkan hasil bahwa yang termasuk dalam kategori asupan lemak kurang pada yang sudah menarche 7 responden (35%) dan yang belum menarche 13 responden (65%). Untuk kategori asupan lemak cukup pada yang sudah menarche 25 responden (55.6%) dan yang belum menarche 20 responden (44.4%). Kemudian, yang termasuk dalam kategori asupan lemak tinggi pada yang sudah menarche 15 responden (44.1%) dan yang belum menarche 19 responden (55.9%). Rata-rata asupan yang sudah sudah menarche yaitu 58.17 2.38 g/hari dan rata-rata asupan yang belum menarche yaitu 62.39 3.72 g/hari. Penelitian yang dilakukan pada remaja putri di kota Makasar menunjukkan bahwa asupan lemak yang cukup yaitu 96.9% sedangkan responden yang asupan lemaknya kurang hanya 3.1%. Asupan lemak yang kurang disebabkan karena jumlah porsi dan frekuensi makan responden yang kurang sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan lemak responden(20). Hal lain yang mempengaruhi asupan lemak kurang adalah konsumsi lemak rata-rata dalam keluarga. Kontribusi lemak dari hewani dalam makanan seperti dari daging dan unggas masih jarang. Hal ini tidak dapat mendominasi sumber asupan lemak mengingat bahan makanan sumber lemak biasanya mahal dan dikonsumsi dalam kondisi tertentu seperti pesta dan upacara adat(21). Pada asupan lemak yang sudah mencukupi kebutuhan dipengaruhi oleh asupan lemak rata-rata responden. Konsumsi lemak biasanya mayoritas berasal dari pemakaian

minyak pada bahan makanan yang digoreng atau ditumis. Selain itu, rata-rata responden juga mengkonsumsi jajanan atau snack yang kadar lemaknya tergolong tinggi seperti coklat dan gorengan(20). Untuk asupan lemak yang tinggi, sebuah penelitian di Amerika menunjukkan hasil bahwa lebih dari 90% remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak di antara setiap waktu makan(22). Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Menarche Hasil uji statistik Independent T-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p = 0.962 dimana nilai p>0,05) antara asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada remaja putri Kelas 6 dengan usia 10-13 tahun yang tinggal di daerah di Wisconsin, Amerika Serikat menunjukkan tidak ada hubungan antara total asupan lemak dengan status menarche (p = 0.83, dimana p>0.05). Dalam penelitian tersebut yang sudah menarche rata-rata asupan lemaknya 27.6 g/hari dan yang belum menarche rata-rata asupan lemaknya 28.5 g/hari(23). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan peneltian yang dilakukan pada remaja putri dengan usia berkisar 11.5 12.5 tahun di Inggris menunjukkan bahwa asupan lemak yang tinggi memiliki hubungan yang positif dengan usia menarche (p=0.01, dimana p<0.05)(24). Menarche terjadi lebih dini pada remaja dengan status nutrisi yang baik(25). Nutrisi yang baik tidak menginisiasi proses pubertas. Proses pubertas terjadi akibat rangsang hormonal dan dimulai tanpa pengaruh dari nutrisi(26). Nutrisi dimana salah satunya total asupan lemak mempengaruhi status menarche hanya melalui pengaruhnya terhadap penimbunan lemak di dalam jaringan adiposa. Rendahnya aktifitas fisik dimana aktifitas yang dilakukan seperti menonton televisi selama 9.9 jam/minggu dapat menyebabkan terjadinya menarche dini terkait dengan peningkatan massa tubuh dan lemak tubuh pada remaja putri. Sebaliknya tingginya aktifitas fisik seperti berolahraga selama 4 jam/minggu dapat menyebabkan terjadinya penundaan menarche (23).

Hal lainnya yang menunjukkan tidak adanya hubungan asupan lemak dengan kejadian menarche adalah bahwa selain faktor gizi ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian menarche secara signifikan yaitu faktor sosial dan ekonomi(27). Peran genetik juga dianggap berpengaruh pada usai kematangan seorang wanita, usia menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya(28). KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan yang bermakna (p = 0.962, p > 0.05) antara asupan lemak dengan kejadian menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang. 2. Rata-rata asupan lemak pada remaja putri adalah adalah 60.39 + 3.15 g/hari. Rata-rata asupan lemak pada yang sudah menarche yaitu 58.17 2.38 g/hari dan rata-rata asupan lemak pada belum menarche yaitu 62.39 3.7 g/hari. Asupan lemak kurang sebanyak 7 responden (35%) sudah menarche dan 13 responden (65%) belum menarche. Asupan lemak cukup sebanyak 25 responden (55.6%) sudah menarche dan 20 responden (44.4%) belum menarche sedangkan asupan lemak tinggi sebanyak 15 responden (44.1%) sudah menarche dan 19 responden (55.9%) belum menarche. 3. Kejadian menarche pada remaja putri adalah terdapat 47 responden (47,5%) sudah menarche dan 52 responden (52,5%) belum menarche. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut terutama untuk jenis lemak yang dikonsumsi untuk mengetahui jenis lemak yang paling berperan dalam mempengaruhi kejadian menarche pada remaja putri. 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor penyebab menarche yang lain, sehingga akhirnya dapat diketahui faktor apa saja yang paling berperan dalam mempengaruhi kejadian menarche pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA 1. Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja Putri. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. 2. Hurlock, E.B. 2004. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga. 3. Proverawati, A. & Misaroh, S. 2009. Menarche (Menstruasi Pertama Penuh Makna).Yogyakarta : Muha Medika. 4. Rokade, SA, Mane, AK. 2009. A Study Of Age At Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal of Biological Anthropology. Volume 3 Number 2. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 6. Ginarhayu. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri (9-15 tahun) pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta Timur pada Tahun 2002. Perpustakaan UI, (Online) (www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak71129.pdf diakses tanggal 25 Maret 2013) 7. Karapanou, Olga and A Papadimiriou. 2010. Determinant of Menarche. Reproductive Biology and Endokrinology 2010, p 8:115. 8. Roemmich, Richmonn, Rogol. 2001. Consequences of Sport Training During Puberty. Jurnal Endocrinol Invest. Oct; 24 (9) : 708-715. 9. Path, F.Erna. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. 10. Quennell JH, Alicia CM, Alexander T, Xinhuai L, Sarah JP, Christopher JK, et al. 2009. Leptin Indirectly Regulates Gonadotropin-Releasing Hormone Neural Function. The Endocrine Society. Endo Journals. 11. Susanti, Agres Vivi dan Sunarto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini pada Remaja di SMPN 30 Semarang. Journal of Nutrition College (JNC). Volume 1, Nomor 1, p. 386-407. 12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja (Pegangan Bagi Dokter Puskesmas). Available from:

13. 14. 15.

16.

17.

18. 19. 20.

21.

22.

23.

24.

http://www.depkes.go.id/downloads/Pedoma n%20Kes%20Jiwa%20 Remaja pdf. [diakses 25 April 2013]. Mahan K. dan Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Pulungan, P.W. 2009. Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan Tahun 2009. Medan : Universitas Sumatera Utara. Dorgan, F Joanne, Lea Liu, Catherine Klifa et al. 2010. Adoleescent Diet An Subsequent Serum Hormons, Breast Density, And Bone Mineral Density In Young Women : Results Of The Dietary Intervention Study In Children Follow-Up Study. Cancer Epidemioly Biomarker Prevention. American Association For Cancer Research Article. Rogol et al. 2000. Growth And Pubertal Development In Children And Adolescents: Effects Of Diet And Physical Activity. American Journal of Clinical Nutrition. Llewellyn & Jones. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Muchlisa, Citrakesumasari, Rahayu Indriasari. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri Di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makassar. Hendrayati, dkk. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Tangerang. Media Gizi Pangan, Vol. IX, Edisi 1, Januari Juni 2010. Abudayya,A.H.,dkk.2009. Sociodemographic Correlates of Food Habits Among School Adolescents (1215 year) in North Gaza Strip, Norway: University of Oslo. Dietz AT, Nichols HB, Remington PL, Yanke L, Hampton JM, Newcomb PA and Love RL et al., 2005. Corelates of Age at Menarche Among Sixth Grade Students In Wisconsin. Wisconsin Medical Journal. 104(7.) : 65-69. Rogers, Imogen S, Kate Northstone, David B Dunger and Ashley R Cooper. 2009. Diet Through Childhood and Age At Menarche

25.

26.

27. 28.

Contemporary Cohort Of Bristish Girls. Journal of Public Health Nutrition, Vol 13 (12), p 2052-2063. Acharya, A., Reddaiah, P., Baridalyne, N. 2006. Nutritional Status and Menarche in Adolescent Girls in an Urban Resettlement Colony of South Delhi. Dalam Indian Journal of Community Medicine. 2006. New Delhi: Centre of Community Medicine Buyken, A.E., Karaolis-Danckert, N., Remer, T. 2008. Association of Prepubertal Body Composition in Healthy Girls and boys with The Timing of Early and Late Pubertal Markers. American Journal of Clinical Nutrition. Pacarada, Myrvette et. 2008. Impact Of Socio-Economic Factors On The Onset Of Menarche In Kosovar. Article Vol 30 No.10. Ong, Ken K et al. 2007. Earlier Mothers Age at Menarche Predicts Rapid Infancy Growth and Childhood Obesity. Medical Research Council Epidemiology Unit Cambridge, United Kingdom. Mengetahui, Pembimbing I

Dr. Nanik Setijowati, M.kes NIP. 196504121996012001

Você também pode gostar