Você está na página 1de 76

ANALISA TORSI DAN PUTARAN

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA


DENGAN SIMULASI MATLAB
Tugas Akhir
Untuk memenuhi persyaratan mencapai
derajat Sarjana Teknik



Oleh :
AJI HARI RIYADI
NIM. L2F397138


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2004

PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tugas akhir dengan judul: ANALISA TORSI DAN PUTARAN MOTOR
INDUKSI TIGA PHASA DENGAN SIMULASI MATLAB, dibuat sebagai
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik, pada J urusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.




Tugas Akhir ini disetujui dan disahkan
pada tanggal : September 2004

Pembimbing I

Ir. J oko Windarto, MT.
NIP 131865018

Pembimbing II

Karnoto, ST.
NIP 132162547




Mengetahui:
Ketua J urusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Ir. Sudjadi, MT
NIP 131558567


ABSTRAKSI
Selama ini yang digunakan untuk dalam menentukan besaranbesaran
motor induksi tiga phasa adalah: arus, momen dan daya adalah perhitungan pada
kecepatan konstan. Dengan persamaan yang ditransformasi pada sumbu d-q-o
persamaan differensial arus mempunyai konstanta yang merupakan fungsi
kecepatan, bahkan pada persamaan dasar tiga phasa, besaran ini merupakan fungsi
sudut rotor.
Penghitungan dan analisis untuk keadaan berubah menurut fungsi waktu
menggunakan persamaan differensial belum dapat dilakukan, untuk itu maka
solusi yang dapat memecahkan masalah ini adalah dengan analisis numerik
Dalam tugas akhir ini dibahas penyelesaian secara numerik dengan
simulasi perangkat lunak MATLAB.

KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puj'i dan syukur kehadirat Allah swt atas segala berkah
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesalkan Tugas Akhir ini dengan
baik.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sariana
Teknik pada jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
Dalam menyusun tugas akhir ini, penulls banyak memperoleh bimbingan
dan bantuan yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar - besarnya kepada
1. Orang tua yang telah memberikan do'a dan bimbingan
2. Ir. Sujadi, MT selaku Ketua J urusan Teknik Elektro.
3. Ir. J oko Windarto, MT selaku Dosen Pembimbing 1.
4. Karnoto, ST selakil Dosen Pembimbing II.
5. Ir. Agung Warsito, DEA selaku Dosen Wali.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan J urusan Teknik Elektro UNDIP.
7. Anak dan Istri yang selalu memberikan semangat dan dukungan
sehingga penulls mampu bertahan dari segala rintangan.
8. Serta semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh
dari kesempuraan dan masih banyak kekurangan, yang disebabkan terbatasnya
kemampuan penulis. Penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
sermia pihak dan dapat menyempurnakan kekurangan yang ada sehingga diperoleh
manfaat yang lebih besar untuk kemajuan bersama J urusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro.
Semarang, Agustus 2004
Penulis

DAFTAR ISI
PENGESAHAN TUGAS AKHIR......................................................................ii
ABSTRAKSI .....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.. ...............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.................................................. 1
1.2 TUJ UAN.......................................................................................... 1
1.3 PEMBATASAN MASALAH........................................................... 2
1.4 METODOLOGI ............................................................................... 2
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN......................................................... 2
BAB II PEMBENTUKAN PERSAMAAN MOTOR INDUKSI 3
PHASA UNTUK SIMULASI ............................................................... 4
2.1 Persamaan Dasar Motor Induksi tiga phasa....................................... 4
2.1.1 Persamaan Tegangan............................................................. 4
2.1.2 Persamaan Momen................................................................ 9
2.2 Transformasi Persamaan Dasar Motor Induksi Pada Dua Sumbu
Tegak Lurus. .................................................................................. 18
2.2.1 Transformasi Arus dan Tegangan Tanpa Mengubah
Persamaan Daya.................................................................. 18
2.2.2 Pemilihan motor induksi ..................................................... 20
BAB III MENENTUKAN PARAMETER DAN MENYUSUN
DIAGRAM ALIR.............................................................................. 25
3.1 Rangkaian Ekivalen........................................................................ 25
3.2 Menentukan Harga Induktansi ........................................................ 27
3.3 Menentukan Harga Tahanan........................................................... 28
3.3.1 Menentukan Harga Momen Inertia Motor Induksi ............... 29
3.4 Simulasi dengan Persamaan Dasar.................................................. 30
3.5 Simulasi dengan Persamaan Dasar yang di Transformasi
pada Sumbu d - q............................................................................ 32


BAB IV ANALISA TORSI DAN PUTARAN DENGAN SIMULASI
MATLAB......................................................................................... 34
4.1 Pembuatan Simulasi Dengan SIMULINK...........................................34
4.1.1 Langkah Pemodelan Dengan SIMULINK 34
4.1.2 Simulasi Dan Pemodelan ..34
4.1.3 Menjalankan Simulasi Model34
4.2 Data Motor Untuk Analisa Perhitungan Dengan Simulasi..37
4.3 Pengujian .39
4.3.1 Pengujian Dengan SIMULINK.39
4.3.2 Pengujian Dengan Penurunan Persamaan Dasa42
4.3.3 Pengujian Dengan Persamaan Traaansformasi .44
4.4 Analisa dan Pembahasan..46
4.4.1 Perubahan Arus Rotor46
4.4.2 Perubahan Arus Stator47
4.4.3 Perubahan Torsi..48
4.4.4 Arus Stator Dan Torsi (d-q) Fungsi Waktu48
4.4.5 Putaran (d-q) Fungsi Waktu50
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 51
5.1 KESIMPULAN.............................................................................. 51
5.2 SARAN.......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Motor 1 belitan.................................................................................5
Gambar 2-2 Lengkung magnetisasi ....................................................................14
Gambar 2-3 Bentuk umum rangkaian mekanis...................................................17
Gambar 2-4 Rangkaian mekanis pada motor listrik. ...........................................17
Gambar 2-5 Titik-titk keseimbangan..................................................................22
Gambar 2-6 Macam-macam tugas......................................................................23
Gambar 3-1 Rangkaian pengganti urutan positif per phasa.................................27
Gambar 3-2 Rangkaian Pengganti perphasa.......................................................28
Gambar 3-3 Diagram alir simulasi dengan persamaan dasar...............................31
Gambar 3-4 Diagram alir simulasi dengan persamaan yang ditransformasi. .......33
Gambar 4-1 Rangkaian percobaan........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4-2 Menu SIMULINK dan Toolbox.....35
Gamabr 4-3 J endela model SIMULINK.35
Gambar 4-4 Menu Toolbox yang digunakan..36
Gambar 4-5 Blok yang dipilih untuk simulasi36
Gambar 4-6 Blok parameter motor.37
Gambar 4-7 Gambar rangkaian pemodelan37
Gambar 4-8 Model simulasi lengkap dengan pengukurannya ...38
Gambar 4-8a Tampilan pengukuran dengan osciloscope SIMULINK .38
Gambar 4-9 Model simulasi ..40
Gambar 4-10 Grafik putaran dan torsi40
Gambar 4-11 Grafik arus rotor dan stator..41
Gambar 4-12 Grafik torsi...41
Gambar 4-13 Grafik tegangan dan arus transformasi d-q SIMULINK.42
Gambar 4-14 Grafik tegangan VL-Netral ..42
Gambar 4-15 Grafik perubahan putaran rotor43
Gambar 4-16 Grafik torsi persamaan dasar....43
Gambar 4-17 Grafik perubahan arus persamaan dasar..44
Gambar 4-18 Grafik perubahan putaran transformasi d-q.....44
Gambar 4-19 Grafik perubahan torsi transformasi d-q......45
Gambar 4-20 Grafik perubahan arus transformasi d-q...46


Gambar 4-21 Grafik perubahan putaran motor.....47
Gambar 4-22 Grafik perubahan arus rotor....48
Gambar 4-23 Grafik perubahan torsi....49
Gambar 4-24 Grafik perubahan arus transformasi d-q.....50
Gambar 4-25 Grafik perubahan torsi d-q.....50
Gambar 4-26 Grafik perubahan putaran d-q fungsi waktu..51





BAB I
1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Motor induksi tiga phasa mempunyai beberapa parameter dan karakteristik
yang harus diketahui. Beberapa analisa ditujukan bahwa karakteristik yang perlu
diketahui dan dominan, adalah torsi keluaran dan putarannya. Pada tugas akhir ini
dicoba menganalisa keluaran torsi dan putaran dari motor induksi tiga phasa
dengan batasan dan asumsi tertentu. Karakteristik motor induksi tiga phasa
ditentukan oleh kemampuan motor untuk memikul beban, atau kemampuan motor
untuk membangkitkan torsi yang digunakan untuk memutar beban. Pengamatan
torsi ada hubungan yang erat dengan putaran motor. Pada tugas akhir ini dianalisa
torsi dan putaran pada motor induksi, dengan menggunakan alat bantu perangkat
lunak MATLAB dan SIMULINK. Dengan simulasi pemodelan SIMULINK
maupun dari pemrograman menggunakan penurunan persamaan dasar dan
transformasi d-q dicoba untuk dibandingkan hasilnya. Dari modeling simulasi dan
hasil analisis, diharapkan diperoleh data-data percobaan dan pengamatan yang
dapat menggambarkan kinerja motor induksi tiga phasa.
1.2 TUJ UAN
Mesin-mesin listrik mempunyai perhitungan yang komplek, baik
perhitungan sesaat atau waktu kontinyu. Pada penulisan ini motor induksi tiga
phasa dibahas dan dianalisa, untuk memberikan gambaran betapa kompleks
perhitungan dan masalahnya bilamana tidak dibatasi dan difokuskan pada kasus
tertentu. Dengan perkembangan teknologi perangkat lunak simulasi dan
pemodelan dapat dengan mudah ditunjukan hasil analisis torsi, putaran pada
motor induksi dengan berbagai model beban. Hal ini tujuannya adalah dapat
membantu untuk memberikan pemahaman dari permasalahan dan gambaran
kinerjanya. Selain hal tersebut diatas bahwa penulisan, dan pemodelan perangkat
lunak MATLAB dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut juga sebagai
alat bantu pada proses belajar mengajar di Laboratorium Teknik Elektro.


2
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Dalam tugas akhir ini dibatasai permasalahan dengan maksud untuk
mempersempit masalah sesuai dengan judul dan menghindari pembahasan yang
terlalu luas. Yakni diberikan batasan-batsan sebagai berikut;
1. Belitan pada setiap phasa stator adalah identik, demikian pula belitan rotor.
2. Rangkaian magnet linier sehingga tidak terjadi kejenuhan inti besi.
3. Rugi - rugi inti besi dan gesek diabaikan.
4. Pemrograman dan simulasi dilakukan dengan paket perangkat lunak
MATLAB dan SIMULINK.
5. Acuan persamaan diturunkan dari persamaan dasar dan persamaan yang
ditransformasikan d-q
6. Pengamatan hanya dilakukan pada putaran dan torsi keluaran
1.4 METODOLOGI
Tugas Akhir dengan judul Analisis Motor Induksi Tiga Phasa Dengan
Simulasi MATLAB disusun berdasarkan cara sebagai berikut:
1. Studi literatur, untuk memperoleh bahan acuan, dasar teori dan metode
metode perhitungan yang digunakan sesuai dengan materi bahasan.
2. Percobaan laboratorium untuk pengujian motor induksi tiga phasa, guna
mendapatkan data praktis empiris yang diperlukan.
3. Simulasi, pemodelan dengan perangkat lunak MATLAB dan SIMULINK
untuk mendapatkan pendekatan terhadap perhitungan teoritis dan
pengujian kinerja.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan
Memuat latar belakang, tujuan, pembatasan masalah, Metodologi dan
sistematika penulisan
BAB II Pembentukan Persamaan Motor Induksi tiga phasa untuk
simulasi


3
Menjelaskan faktor faktor yang diperlukan untuk penyusunan dan
pembentukan persamaan persamaan yang diperlukan sehingga dalam
pembuatan Algoritma pemrograman sesuai Dengan program Mat Lab
BAB III Menentukan Parameter dan Menyusun Diagram Alir
Menguraikan tentang parameter parameter dari motor yang diperlukan
untuk membuat pemrograman
BAB IV Analisa Torsi dan Putaran dengan simulasi MatLab
Berisi tentang analisis hasil simulasi dan pembahasannya
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran
2 BAB II
PEMBENTUKAN PERSAMAAN
MOTOR INDUKSI TIGA PHASA UNTUK SIMULASI
Pembentukan persamaan-persamaan berikut dengan menggunakan
beberapa pengandaian seperti: Belitan setiap phasa stator adalah identik, demikian
pula belitan rotornya, belitan stator dan rotor terdistribusi merata, sehingga
dengan tegangan masukan yang seimbang hanya ada gaya gerak magnet dari
harmonisa dasar, rangkaian magnet linear tidak terjadi kejenuhan inti, kemudian
rugi-rugi diabaikan sehingga motor induksi ini benar-benar simetris.
Beberapa persamaan diturunkan dari motor berkutup dua, apabila
dikehendaki motor berkutup n maka berlaku rumus:


=
2
m ....................................................................... (2.1)
Persamaan-persamaan tersebut sebagian besar merupakan persamaan
simultan untuk menyederhanakan penggunaannya maka persamaan ini dibuat
dalam bentuk matrik, sehingga operasi matrik merupakan dasar penyusunan
rumus-rumus berikut, terutama untuk pembentukan persamaan yang
ditransformasi.
2.1 Persamaan Dasar Motor Induksi tiga phasa
Dalam persamaan dasar ini, semua parameternya, baik parameter penentu
maupun parameter yang dicari adalah parameter nyata yang dapat diukur bila
diinginkan.
2.1.1 Persamaan Tegangan
Untuk menyusun tegangan, banyak digunakan hukum Kirchoff - Faraday,
dimana hukum-hukum dasar ini sangat dominan untuk dapat membentuk
persamaan-persamaan dasar yang diperlukan.
Persamaan arus tegangan adalah sebagai berikut:
e i R V + = . ................................................................................... (2.2)
dt
d
i R V

+ = . ................................................................................ (2.3)


5
2.1.1.1 Persamaan Tegangan Belitan Satu Phasa
Untuk mendapatkan persamaan tegangan motor induksi tiga phasa adalah
dengan mengacu pada persamaan tegangan untuk belitan satu phasa, karena
seperti telah dijelaskan pada awal bab II.
Pada Gambar 2-1 di bawah ini dilukiskan mesin sederhana dengan hanya
satu belitan pada stator dan rotornya.
r
-r
s
-s sumbu magnet rotor
sumbu magnet stator
++
+
+ +
+
-
-
-
-
-
-
u
o
r
s
(a) Gambaran fisis motor 1 belitan (b) Rangkaian pengganti motor 1 belitan
u
o

Gambar 2-1 Motor 1 belitan
Setiap belitan ini terdistribusi sedemikian rupa sehingga dengan suatu
sumber tegangan dipasang pada statornya memberikan distribusi gaya gerak
magnet (ggm) yang sinusoidal.
Pada Gambar 2-1a dilukiskan gambar fisisnya dan Gambar 2-1b
dilukiskan rangkaian pengganti untuk pendekatan masalahnya. Pada Gambar 2-1a
huruf S, -S dan r, -r menunjukkan pusat belitan di stator dan di rotor. Sedang pada
Gambar 2-1b arah panah menunjukkan arah fluksi dan juga arah arus.
Distribusi fluksi celah udara adalah sinuoidal, dan ketergantungan
induktasi bersama antara stator dan rotor terhadap sudut u juga sinusoidal
( ) | |
Msr sinusoidal .
J adi:
( ) Msr Msr = = cos .............................................................. (2.4)
dimana:
Msr adalah harga maksimum dari induktansi bersama stator dan rotor yang
bernilai konstan. Msr terjadi pada waktu sumbu medan magnet stator dan rotor
sejajar. Fluksi lingkup (flux linkage) untuk stator
s
dan rotor
r
, adalah:

s ss s r
L i Msr i = + + cos ......................................................... (2.5a)


6

r s rr r
Msr i L i = + cos ..................................................... (2.5b)
Sedangkan persamaan tegangan di stator V
s
adalah:
( )
r s ss s s
s s s s
i Msr i L p i R
p i R V
cos =

+ +
+ =
........................................... (2.6a)
( )
r rr s r r r
i L i Msr i R V . cos . + + = ........................................... (2.6b)
Persamaan 2.6a dan 2.6b dalam bentuk matrik adalah

cos
cos
(

+
(

=
(

r
s
rr
ss
r r
s s
r
s
i
i
L Msr
Msr L
i R
i R
V
V



| || | I L p I R V . . = + ......................................................................... (2.7)
dalam hal ini dan seterusnya p adalah operator differensial
d
dt
.
2.1.1.2 Persamaan Tegangan Belitan tiga phasa
Dengan mengambil beberapa kesamaan pada belitan satu phasa, berikut ini
akan disusun persamaan tegangan untuk belitan tiga phasa. Perbedaan pokok pada
belitan tiga phasa adalah adanya induktansi bersama antara belitan setiap phasa
pada stator (Lsm) maupun pada rotor (Lrm).
Persamaan tegangan untuk phasa a adalah:
)
`

+
+ + + +
+ =
circ Cos Msrac irb b Cos Mssrba
ira a Cos Msraa isc Lsmac isb Lsmab isa Lss
p isa Rsa Vsa




.... (2.8)
)
`

+ + +
+ +
+ =
irc Lrmac irc Lrmab ira Lrra isc c Cos Msrac
irb b Cos Msrab isa a Cos Msraa
p ira Rra Vra



...... (2.9)
Pada belitan tiga phasa, belitan setiap phasa diletakkan satu sama lain
dengan beda sudut 120
o
listrik (2t/3 rad).
Maka:





a
b
c
=
= +
=
2
3
2
3
................................................................................ (2.10)
Dengan mengupayakan motor adalah simetris, didapat hubungan:
Rsa =Rsb =Rsc =Rs
Rra =Rrb =Rrc =Rr


7
Lssa =Lssb =Lssc =Ls
Lsmab =Lsmbc =Lsmac =Lsm.................................................. (2.11)
Lrra =Lrrb =Lrrc =Lrr
Lrmab =Lrmac =Lrmbc =Lrm
Msraa =Msrab =Msrac =Msrbb =Msrbc =Msrcc =Msr
Persamaan (2-8) dan (2-9) dapat disusun kembali menjadi:

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ +
+ + + +
+ =
irc Cos Msr irb Cos Msr
Cos Msr isc Lsm isb Lsm isa Lss
Rsisa Vsa
3
2
.
3
2

............... . (2.12)

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ + +
+ + +
+ =
irc Lrm irb Lrm ira Lrr isc Cos Msr
isb Cos Msr isa Cos Msr
Rrira Vra

3
2


3
2


........ (2.13)
Dengan cara yang sama untuk phasa b dan phasa c, dapat disusun
persamaan tegangan motor induksi tiga phasa. Persamaan tersebut dalam bentuk
matrik adalah:
| | | | | |
V R I = + . ....................................................................... (2.14)
| | | | | | | |
V R I L I = + . .................................................................. (2.15)
Sehingga:
V
Vsa
Vsb
Vsc
Vra
Vrb
Vrc
=

(
(
(
(
(
(
(
................................................................................... (2.15a)
(
(
(
(
(
(
(
(

=
Irc
Irb
Ira
Isc
Isb
Isa
I .................................................................................... (2.15b)


8
R
Rs
Rs
Rs
Rr
Rr
Rr
=

(
(
(
(
(
(
(
............................................... (2.15c)

(
(
(
(
(
(
(
sa
sb
sc
ra
eb
rc
.................................................................................. (2.15d)
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
+
+

+
+
=
Lrr Lrm Lrm Msr Msr Msr
Lrm Lrr Lrm Msr Msr Msr
Lrm Lrm Lrr Msr Msr Msr
Msr Msr Msr Lss Lsm Lsm
Msr Msr Msr Lsm Lss Lsm
Msr Msr Msr Lsm Lsm Lss

Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
... (2.15e)
Untuk motor induksi tiga phasa 3 kawat berlaku:
isa +isb +isc =0
ira +irb +irc =0 atau
isa =- (isb +isc)........................................................................... (2.16a)
ira =- (irb +irc) ........................................................................... (2.16b)
Persamaan (2.12) dan persamaan (2.13) dapat ditulis menjadi:
( )

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ +
+ +
+ =
irc Cos Msr irb Cos Msr
ira Cos Msr isa Lsm Lss
Rsisa Vsa
3
2

3
2

............... (2.17a)
( )
Vra Rrira
Msr Cos isa Msr Cos isb
Msr Cos isc Lrr Lm ira
= +
+ +
|
\

|
.
| +

|
\

|
.
|
+




2
3
2
3
......... (2.17b)


9
Dengan cara yang sama untuk phasa b dan c persamaan (2.15) mengalami
perubahan untuk harga matrik |L|. Matrik |L| untuk motor tiga phasa 3 kawat
adalah:
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+
+
+

+
+
=
Lrr Lrm Lrm Msr Msr Msr
Lrm Lrr Lrm Msr Msr Msr
Lrm Lrm Lrr Msr Msr Msr
Msr Msr Msr Lss Lsm Lsm
Msr Msr Msr Lsm Lss Lsm
Msr Msr Msr Lsm Lsm Lss

Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
3
2
Cos
3
2
Cos
3
2
Cos Cos
..... (2.17c)
Dalam hal ini Ls =Lss - Lsm dan
Lr =Lrr - Lrm
Lsr =Msr
2.1.2 Persamaan Momen
Untuk menentukan momen celah udara, perhitungan didasarkan pada
prinsip kekekalan energi. Energi listrik yang masuk ke motor akan dirubah
seluruhnya menjadi energi yang tersimpan, energi elektromagnet, energi tak
berguna, dan energi mekanis, sedangkan persamaan daya untuk motor adalah:
i . V = i
2
R + i . e.......................................................................... (2.18)
Dari persamaan tersebut diketahui ruas kiri adalah daya yang diambil dari
sumber, suku pertama ruas kanan adalah daya tak berguna yang menjadi panas
pada belitan, dan suku kedua adalah daya tersimpan dan daya mekanis.
Dengan mengintegrasi persamaan (2.18) terhadap waktu t didapat:
i v dt i R dt i e dt
o
t
o
t
o
t
. . = +
} } }
2
........................................................... (2.19)
Persamaan 2.19 ini adalah persamaan energi.
Untuk penghitungan selanjutnya dibuat ketentuan bahwa semua energi
listrik yang masuk ke motor setelah dikurangi dengan energi pada medan magnet


10
dan energi panas pada tahanan belitan, dianggap seluruhnya berubah menjadi
energi mekanis dalam bentuk momen.
2.1.2.1 Energi Tersimpan Dalam Medan Magnet
Dalam keadaan diam, motor tidak memberikan energi mekanis, semua
energi listrik dari sumber tegangan diubah seluruhnya menjadi energi
elektromagnet dan energi panas.
Dari persamaan (2.15), pada keadaan diam semua induktansi konstan,
maka:
| | | || | | | | |
V R I L I = + .................................................................. (2.20)
Dari persamaan 2.20, dengan hanya mengambil persamaan untuk phasa a
diperoleh:
Vsa Rs Lss
disa
dt
Lsm
disb
dt
Lsm
disc
dt
Msr Cos
dira
dt
Msr Cos
dirb
dt
Msr Cos
dirc
dt
= + + + + +
+
|
\

|
.
|
+
|
\

|
.
|
.isa . .



2
3
2
3

Vra Rr Msr Cos
disa
dt
Msr Cos
disb
dt
MsrCos
disc
dt
Lrr
dira
dt
Lrm
dirb
dt
Lrm
dirc
dt
= + + +
|
\

|
.
|
+

|
\

|
.
|
+ + +
.ira



2
3
2
3

Dari persamaan tersebut dengan mengalikan arus phasanya diperoleh:
dt
dirc
Cos isa Msr
dt
dirb
Cos isa Msr
dt
dira
Cos isa Msr
dt
disc
isa Lsm
dt
disb
isa Ls
dt
disa
isa Lsm
dt
disa
isa Lss sa Rsi Vsa isa
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ +
+ +
+ + + + =
3
2

3
2



2

.............. (2.21a)
dt
dira
ira Lrm
dt
dirb
ira Lrm
dt
disa
ira Lrr
dt
disb
Cos ir Msr
dt
disb
Cos ira Msr
dt
disa
ira Cos Msr ra i Rr Vsa ira


3
2
-
3
2

2

+ + +
+ + + + =
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|


....... (2.21b)


11
Ruas kiri persamaan di atas menunjukkan daya listrik yang diambil dari
sumber. Suku pertama ruas kanan adalah daya yang berubah menjadi panas, dan
suku berikutnya merupakan daya yang tersimpan dalam medan magnet.
Dengan cara yang sama untuk phasa b dan c dapat pula disusun persamaan
daya tersimpan dalam medan magnet untuk phasa b dan phasa c jumlah daya
tersimpan dari phasa a, b dan c adalah daya total yang tersimpan dalam medan
magnet motor.
Untuk mendapatkan energi tersimpan dalam medan magnet waktu. Energi
tersimpan dalam medan magnet tersebut adalah:
dt
t
o
dt
disc
irb
dt
dirb
isc Cos Msr
dt
disb
ira
dt
dira
isb Cos Msr
dt
disa
irc
dt
dirc
isa
Cos Msr
dt
disc
ira
dt
dira
isc Cos Msr
dt
disb
irc
dt
dirc
isb Cos Msr
dt
disa
irb
dt
dirb
isa
Cos Msr
dt
disc
irc
dt
disc
isc Cos Msr
dt
disb
irb
dt
dirb
isb Cos Msr
dt
disa
ira
dt
dira
isa Cos Msr
dt
dirb
irc
dt
dirc
irb Lrm
dt
dira
irc
dt
dirc
ira Lrm
dt
dira
irb
dt
dirb
ira Lrm
dt
disb
isc
dt
disc
isb Lsm
dt
disa
isc
dt
disc
isa Lsm
dt
disa
isb
dt
disb
isa Lsm
dt
dirc
irc Lrr
dt
dirb
irb Lrr
dt
dira
ira Lrr
dt
disc
isc Lss
dt
disb
isb Lss
dt
disa
isa Lss
Wf
3
2

3
2

3
2

3
2

3
2

3
2




}
+
+ + + +
+ + +
+ + + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + +
+ + +
=

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|






12
irb isc Cos Msr
ira isb Cos Msr irc isa Cos Msr
ira isc Mcs irc isb Cos Msr
irb isa Cos Msr irc isc Cos Msr irb isb Cos Msr
ira isa Cos Msr irc irb Lrm irc isa Lrm irb ira Lrm
isc isa Lsm isb isa Lsm rc i Lrr rb i Lrr
ra Lrri sc Lssi sb Lssi sa Lssi Wf

3
2


3
2

3
2


3
2
Cos
3
2


3
2



2
2
1
2
2
1

2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|

+ +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + + =

........ (2.22)
Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk matrik:
| | | | | |
Wf I L I
t
=
1
2
.................................................................... (2.23)
dengan
| |
I dan
| |
L masing-masing adalah matrik (2.15b) dan matrik
(2.15e).
Terlihat bahwa penurunan energi tersimpan di atas cukup panjang, karena
kita berhadapan dengan persamaan simultan. Persoalan akan lebih sederhana
apabila penguraian dilakukan dalam bentuk operasi matrik.
Bila persamaan (2.15) dikalikan dengan
| |
I
t
didapat:
| | | | | | | || | | | | || |
I V I R I I L I
t t t
= + ...................................................... (2.24)
Ruas kiri merupakan daya total yang diambil dari sumber suku pertama
ruas kanan adalah daya total yang diubah menjadi panas dan suku kedua adalah
daya total yang disimpan dalam medan magnet. Energi tersimpan didapat dengan
mengintergrasikan suku ke dua ruas kanan persamaan (2.24) terhadap waktu:
| | | | | |
Wf I L I dt
t
o
t
=
}
.................................................................... (2.25)
dengan
| || | | |
I L I adalah skalar.
Untuk mendapatkan perhitungan berikut,
| |
I dikembalikan menjadi
| |
d I
dt
. Persaman (2.24) dapat ditulis kembali menjadi:


13
| || |
| |
Wf I L
d I
dt
dt
o
t
=
}
.................................................................... (2.25a)
beseran
| | | |
| |
I L
d I
dt
t
adalah beseran skalar, maka:
| | | |
| |
| || |
| |
| |
| | | |
I L
d I
dt
I L
d I
dt
d I
dt
L I
t
t
t
t
=

(
.

Menurut aturan matrik: transpose dari matrik simetris adalah matrik itu
sendiri dan transpose dari differensial adalah differensial transpose, maka:
| |
| | | |
| |
| || |
d I
dt
L I
d I
dt
L I
t
t
t

(
=
Maka:
| |
| |
| | | |
| || |
| | | |
| | | |
| || |
d I
dt
L
d I
dt
d I
dt
L I
I L
d I
dt
d I
dt
L I
t t
t
t

(
=
+


`
)
=
1
2

Dengan demikian persamaan (2.25a) dapat ditulis kembali menjadi:
| | | |
| | | |
| || |
| | | || | { }
| | | || |
Wf I L
d I
dt
d I
dt
L I dt
d
dt
I L I dt
I L I
t
t
o
t
t
o
t
t
= +


`
)
=
}
}
1
2
1
2
1
2
=


Persamaan ini sesuai dengan persamaan (2.22) persamaan yang diturunkan
dengan operasi skalar.
2.1.2.2 Momen Celah Udara
Momen elektromagnet, adalah momen celah udara yang timbul karena
interaksi medan magnet stator dan rotor. Dari persamaan (2.19) energi tersimpan
dan energi mekanis adalah:


14



.

d i
dt
dt
d
i
dt e i dWfm
dt e i Wfm
t
o
=
=
=
=
}

Maka:
dWm dWf d i
dWm dW dWfm
+ =
+ =

..................................................................... (2.26)
Energi pelengkap (co energy =Wf
1
) dirumuskan sebagai fungsi arus i dan
posisi u dalam hubungan berikut:
( ) ( ) Wf i i Wf
1
. . = ......................................................... (2.27)
Hubungan antara energi tersimpan dengan energi pelengkap secara grafis
dilukiskan dalam Gambar 2-2 di bawah ini.
A
0 C
i
wf
wf'
A
B
C 0
i
wf'
wf
(a) Non-L i nier
(b) L inier

Gambar 2-2 Lengkung magnetisasi
Gambar 2-2b adalah kurva pemagnetan bila rugi-rugi histerisasi dan
kejenuhan inti diabaikan, garis pemagnetan adalah linear. Di sini segi empat
OBAC adalah empat persegi panjang dengan garis pemagnetan OA sebagai
diagonalnya, maka luas segitiga OAB sama dengan luas segitiga OAC, maka:
Wf = Wf
1

Dengan kurva pemagnetan linear, maka energi tersimpan dalam medan
magnet sama dengan energi pelengkap. Hubungan energi pelengkap dengan
momen elektromagnet adalah:


15
T
dWf
d m
dWf
d m
dWm
d m
= =
=
1





yang berarti: dWf = dWn. Perubahan energi tersimpan sama dengan
perubahan energi mekanis.
Kesamaan perubahan energi tersimpan dengan perubahan energi mekanis
juga dapat diturunkan dari persamaan matrik. Energi tersimpan dan energi
mekanis adalah:
| | | || |
Wfm I L I dt
t
t
=
}

0
................................................................ ((2.28))
Apabila arus adalah konstan dan dijaga pada perubahan A|L| dengan
menggerakkan posisi rotor dengan halus dan perlahan maka:
| |
| |
| |
| | | || |
| | | || |
A
A
A
Wfm I
d I
dt
I dt
I d L I
I L I
t
o
t
Lo
Lo L
t
=
=
=
}
}
+




Dan dari persamaan (2.23) untuk AWf didapat:
| | | || |
A A Wf I L I
t
=
1
2
................................................................... (2.29)
Energi mekanis diperoleh dengan mengambil selisih dari AWfm dari AWf,
yaitu:
| || | | | | | | || |
A A A
A A
A
Wm Wfm Wf
L I I I L I
Wf
t t
=
=
=


1
2
............................................... (2.30)
Hal ini sejalan dengan persamaan (2.28). Dari persamaan (2.29) dan
persamaan (2.32) didapat persamaan momen:


16
| | | || | { }
| |
| |
| |
| |
| |
| |
T
dWm
d m
Wm
m
I L I m
I
d L
d m
I
d
d m
I
d L
d
I
m
m
t
t
t
=
=
=
=
=










lim
lim /
A
A
A
A
0
0
2
........................................................ (2.31)
Hal ini mengingat:
- Arus i merupakan fungsi waktu, bukan fungsi sudut.
- m
2

=
Dengan menerapkan persamaan (2.33) ini pada persamaan (2.15b) dan
persamaan (2.15e) diperoleh:
T
P
Msr isaira Msr isbirb Msr iscirc
Msr isa irb Msr isb irc
Msr isc ira Msr isa irc
Msr isb ira Msr isc irb
=
+ + +
+
|
\

|
.
|
+ +
|
\

|
.
|
+
+
|
\

|
.
| +
|
\

|
.
| +

|
\

|
.
| +
|
\

|
.
|

2
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
sin sin sin
sin sin
sin sin
sin sin








( )
( )
( )
T
P
Msr
isa ira isb irb isc irc
isa irb isb irc isc ira
isa irc isb ira isc irb
=
+ + +
+ + +
|
\

|
.
| +
+ +

2
2
3
2
3



sin
sin
sin


............. (2.32)
Persamaan ini adalah persaman momen celah udara untuk motor induksi
tiga phasa dengan jumlah kutub P.
2.1.2.3 Persamaan Dinamis Untuk Momen
Secara ideal suatu sistem rotasi dari rangkaian mekanis terdiri atas:
momen inertia j, koefisien gesek f dan koefisien elastis k yang dapat dilukiskan
seperti Gambar 2-3 di bawah ini:


17
J K Tp
F

Gambar 2-3 Bentuk umumrangkaian mekanis
Dengan mengikuti hukum Newton dan Hooke untuk rotasi, maka dalam
keadaan setimbang berlaku:
Tp j
d
dt
F
d m
dt
K m = + +
2
2

......................................................... (2.33)
Persamaan (2.33) di atas menggambarkan suatu sistem rotasi dari
rangkaian mekanis yang lengkap. Tetapi untuk motor-motor listrik pada umumnya
mempunyai beban tanpa koefisien elastisitas K. Untuk sistem rotasi bagi motor
listrik, rangkaian mekanisnya adalah seperti Gambar 2-4 di bawah ini:
sistim
motor
listrik
Tp
J
F

Gambar 2-4 Rangkaian mekanis pada motor listrik.
Momen Tp ini adalah momen pemutar beban yang memenuhi persamaan:
Tp = T - Tb.
dengan:
T =momen elektromagnet
Tb =momen beban
Dengan mengambil k =0 persamaan (2.32) menjadi:
Tp T Tb j
d m
dt
F
d m
dt
= = +
2


atau ;
T j
d m
dt
F
d m
dt
Ib = + +
2




18
mengingat:
=
p
m
2

maka:
T
p
j
d
dt
F
d
dt
Tb = + +


`
)
2
2

......................................................... (2.34)
2.2 Transformasi Persamaan Dasar Motor Induksi Pada Dua Sumbu
Tegak Lurus.
Untuk persamaan tegangan persamaan (2.14) dan (2.15), arus
| |
L dapat
dihitung dari:
| | | |
I L =
1
................................................................................. (2.35)
Harga
| |
dihitung dengan mengintegrasikan persamaan 2.14 sedangkan
matrik
| |
L mempunyai elemen-elemen yang berubah menurut fungsi sudut dari
waktu ke waktu sehingga untuk setiap perhitungan numerik diperlukan langkah
invers matrik
| |
L tersebut sebab disetiap langkah perhitungan terjadi perubahan
nilai dari matrik
| |
L ini.
Untuk menghindari invers matrik
| |
L yang berulang-ulang maka
diperlukan pemecahan yang lebih sederhana. Untuk itu maka pada uraian mesin
induksi tiga phasa pada dua sumbu tegak lurus: Sumbu dari mesin dua phasa ini
dapat dipilih sesuai dengan maksud yang dikehendaki. Semua transformasi yang
akan diuraikan berikut dibuat dengan tidak merubah persamaan daya (Invariance
power).
2.2.1 Transformasi Arus dan Tegangan Tanpa Mengubah Persamaan
Daya
Sebenarnya transformasi arus dan transformasi tegangan adalah bebas satu
sama lain. Bila arus ditransformasi dengan matrik
| |
E , dan tegangan
ditransformasi dengan matrik
| |
E maka matrik
| |
E dan matrik
| |
E adalah bebas
satu sama lain. Dengan demikian persamaan daya dari persamaan (2.24) dapat


19
berubah, tidak
| | | |
I V
t
lagi. Dengan demikian bila dikehendaki transformasi yang
tidak mengubah persamaan daya, diperlukan beberapa persyaratan tertentu yang
menghubungkan matrik transformasi arus dan matrik transformasi tegangan.
Persamaan daya
| | | |
I V
t
adalah persamaan daya untuk sesaat atau
persamaan daya untuk sumber tegangan searah. Untuk sumber tegangan bolak-
balik persamaan daya effektif adalah:
| | | |
S I V
t
= .................................................................................. (2.36)
dengan:
| |
I
t
*
konjuget dari matrik
| |
I
t
.
Persamaan daya untuk keadaan setelah transformasi:
| | | |
S I V
t
1
1
=
*

karena: S
1
=S
maka :
| | | | | | | |
I V I V
t t
* * 1
= ........................................................................ (2.37)
bila :
| | | || |
I E I =
1

maka :
| | | | | |
I I E
t t t
=
1
dan
| | | | | |
I I E
t
t
t
*
*
*
= 1
Persamaan (2.37) menjadi:
| | | | | | | | | |
I V I E V
t
1 1
*
* *
= ................................................................ (2.38)
Untuk menghilangkan matrik
| |
I
t
1
*
dari persamaan (2.38). setiap sukunya
harus dikalikan dengan invers matrik
| |
I
t
1
*
yaitu:
| |
I 1
1 *
.
Akan tetapi karena matrik
| |
I
t
1
*
adalah singular maka ia tidak mempunyai
invers. Akan tetapi kita tinjau uraian berikut:
Bila:
| | | | | || |
B X B Y = =
yang dalam bentuk persamaan lengkapnya adalah:
| | | |
b b b
x
x
x
b b b
y
y
y
1 2 3
1
2
3
1 2 3
1
2
3

(
(
(
=

(
(
(

maka:
b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
= b
1
y
1
+ b
2
y
2
+ b
3
y
3



20
Apabila a
1
berubah dengan a
2
dan a
3
tetap, maka arus kiri dan arus kanan
akan berubah dengan jumlah yang sama. Hal ini dapat dipernuhi bila: x
1
= y
1

Dengan hal yang sama untuk a
2
dan a
3
maka berlaku x
2
= y
2
dan x
3
= y
3
,
sehingga menghasilkan:
| | | |
X Y =
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan persamaan (2.38a) juga dapat
dimodifikasi sehingga diperoleh:
| | | | | |
V E V
t
1
=
*
............................................................................ (2.38a)
mengingat:
| | | || |
V Z I =
maka:
| | | | | || |
| | | || || |
| | | |
V E Z I
E Z E I
Z I
t
t
1
1
1 1
*
*
*
=
=
= =


.................................................................. (2.38b)
Dari persamaan (2.38b) dan persamaan (2.38c) di atas didapat bahwa
transformasi dengan persamaan daya tidak berubah bila:
| | | | | | I E I
1 1
=

............................................................................ (2.39a)
maka:
| | | | | |
V E I
1 1
=

............................................................................ (2.39b)
| | | | | || |
Z E Z E
t
1
=
*
....................................................................... (2.39c)
2.2.2 Pemilihan motor induksi
Dalam pemilihan motor induksi tiga phasa untuk penggunaan pada
berbagai macam beban, maka harus diperhatikan spesifikasi elektrik, sehingga
didapatkan efisiensi dan kinerja motor yang baik. Hal ini akan mengakibatkan
usia pakai (life time) dari motor menjadi sesuai dengan perencanaannya.
Bila memilih motor maka perlu diperhatikan adalah
a) J enis beban ditinjau dari segi dinamika
b) Karakteristik putaran kopel dari mesin beban


21
c) Macam tugas mesin beban (kontinyu, tugas waktu singkat, tugas
berubah-ubah, dan lain-lain)
d) Momen inersia beban
2.2.2.1 Pemilihan Beban Ditinjau Dari Segi Dinamika
Untuk pemilihan yang benar dari suatu motor, karakteristik beban harus
diselidiki dengan teliti. Dari segi dinamika beban dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Beban geser
b) Beban gravitasi
2.2.2.1.1 Beban Geser
Bila suatu obyek/beban meluncur mengenai obyek lain dengan permukaan
kontak bersama, suatu gaya bekerja pada permukaan kontak yang merintangi
pergerakan, maka gaya tersebut dianamakan gaya geser. Besarnya gaya geser
diberikan dengan persamaan:
W F = (Newton) ....................................................................... (2.40)
dengan
W =tekanan vertikal yang bekerja pada obyek.
Sehingga daya P yang diperlukan untuk menggerakan obyek dengan
kecepatan v (m/dt) melawan gaya geser diberikan persamaan:
(Watt)
(Watt)
W v P
v F P
=
=
......................................................................... (2.41)
2.2.2.1.2 Beban Gravitasi
Bila suatu obyek diangkat melawan gravitasi g, maka suatu gaya untuk
mengimbangi gaya gravitasi diperlukan, maka beban tersebut dinamakan beban
gravitasi. Sehingga gaya F yang diperlukan untuk mengangkat obyek dengan
massa m (kg) pada kecepatan v (m/dt) diberikan dengan persamaan:
(Newton) .g m F = ........................................................................ (2.42)
dan daya dari motor yang diperlukan:
(Watt) . . v g m P = ......................................................................... (2.43)


22
2.2.2.2 Karakteristik Perputaran Kopel dari Beban
Hubungan antara perputaran dari beban dan kopel yang diperlukan untuk
menjalankan beban pada perputaran yang berubah-ubah disebut karakteristik
perputaran kopel dari beban. Karakteristik ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2-1 Karakteristik Perputaran Kopel dari Beban
Hubungan antara kecepatan dan kopel
atau daya Karakteristik
Terhadap kopel Terhadap daya
Contoh beban
Beban daya konstan
Kopel sebanding
kebalikan putaran
n
T
1

Daya konstan
P =konstan
(beban khusus) crane,
mesin potong
Beban kopel konstan
Kopel konstan
T =konstan
Daya sebanding
perputaran
P n
(beban geser,
gravitasi, dan lain-lain
Konveyer, mesin
pintal, pompa torak,
dan lain-lain
Perputaran Kuadrat
berkurangnya beban
kopel
Kopel sebanding
kuadrat perputaran
T n
2

Daya sebanding
dengan pangkat tiga
perputaran
P n
3

Pompa sentrifugal
Kompresor
Karakteristik kopel diperlukan untuk kerja stabil

Gambar 2-5 Titik-titk keseimbangan
Bila jumlah momen inersia dalam poros motor V (kgm
2
), kopel motor T
m

(Nm) dan kopel diperlukan untuk beban T
1
(Nm), maka persamaan geraknya
adalah:


23
1
T T j
m
= ................................................................................ (2.44)
=percepatan sudut

Gambar 2-6 Macam-macamtugas


24
Bila T
m
=T
1
pada perputaran tertentu maka =0; percepatan berhenti dan
perputaran pada titik ekuilibrium (titik A atau B) Gambar 2-5
Dari Gambar 2-5(a) T
m
T
1
bertambah, menghasilkan akselerasi yang
menyebabkan kerja tidak stabil. Karena itu suatu motor dengan karakteristik
seperti itu tidak sesuai untuk beban yang mempunyai karakateristik seperti ini.
Untuk kerja stabil motor dan beban dengan karakteristik seperti
diperlihatkan pada Gambar 2-5(b) harus dipilih.
Macam karakteristik beban yang ada di lapangan diperlihatkan seperti
Gambar 2-6.
BAB III
3 MENENTUKAN PARAMETER DAN
MENYUSUN DIAGRAM ALIR
3.1 Rangkaian Ekivalen
Untuk mendapatkan rangkaian ekivalen yang dipakai dalam menentukan
tahanan dan induktansi, pada kondisi mantap ( =konstan) dan sumbu d-q diam
adalah dengan persamaan:
(
(
(
(
(

(
(
(
(

+
+
+
+
=
(
(
(
(
(

Rq
Rd
Sq
Sd
R R R SR SR
R R R SR SR
SR S S
SR S S
Rq
Rd
Sq
Sd
I
I
I
I
jx R kx jx kx
kx jx R kx jx
jx jx R
jx jx R
v
v
v
v

0 0
0 0
..... (3.1)
dengan:
x
S
= 2 f Ls
x
SR
= 2 f M
SR

x
R
= 2 f L
R

k =
R
/
S
= l - s
s = slip.
Kemudian besaran-besaran pada sumbu d-q tersebut ditransformasi
menjadi besaran urutan positif P, dengan matrik transformasi
| |
E adalah:
| |
(
(
(
(

=
j
j
j
j
E
1 0
1 0
0 1
0 1
2
1
.............................................................. (3.2)
Dengan transformasi ini diperoleh matrik impedansi urutan positif.
| | | | | | | |
Z E Z E
t
1 1 1
=




26
( ) ( )
( ) ( )
(
(
(

(
(
(

(
(
(

(
(
(

(
(
(

+ + +
+
+
+
=

+
+
+
+

=
R
x k j
R
R
SR
x k j
R
x k j
R
R
SR
x k j
SR
jx
s
jx
S
R
SR
jx
s
jx
S
R
j
j
j
j
x
R
jx
R
R
R
kx
SR
jx
SR
kx
R
kx
R
jx
R
R
SR
kx
SR
jx
SR
jx
s
jx
S
R
SR
jx
s
jx
S
R
j
j
j
j
RN
Z
RP
Z
SN
Z
SP
Z
1 1
1 1
....... .......

1
1
1
1
2
1


.......
....... .......
1
1
1
1
2
1
.......... (3.3)
Persamaan tegangan urutan positif, dengan tegangan stator sama dengan
nol adalah:
( ) ( )
V
o
R jx jx
j k x R j k x
I
I
R jx jx
jx R jx
SP s s R
SR R R
SP
RP
s s R
SR R R

(
=
+
+

(
=
+
+

(
1 1


................................ (3.4)
Sedangkan persamaan arus urutan positif adalah:
( )( )
I
I
V
R jx R Sjx sx
R sj x
jsx
SP
RP
SP
S S R R
SR
R S R
SR

(
=
+ + +
+

( 2
....................... (3.5)
Dari persamaan (3.5) di dapat:
( )( )
( )( )
( ) ( )
V
I
R jx jx jx x
R jx
jx jx
jx jx
SP
SP
S S
R
S R SR
SR
s s
SR
R
S R
SR
R
S R
R
R
R
=
+ + + +
= + +
+
+ +
2

..................................... (3.6)
dengan:
x
S
= x
S
- x
SR

x
R
= x
R
- x
SR

Sehingga rangkaian ekivalen di atas adalah:


27
Rs
jxs
Rs/s
jxr
jxsr

Gambar 3-1 Rangkaian pengganti urutan positif per phasa
Apabila motor disuplai dengan tegangan masukan yang seimbang, maka
hanya ada urutan positif. Tegangan urutan positif bila dibagi dengan arus urutan
positif sama dengan tegangan phasa dibagi arus phasa. J adi besaran-besaran pada
rangkaian ekivalen pada Gambar 3-1 di atas, sama dengan besaran-besaran pada
rangkaian ekivalen per phasa motor induksi tiga phasa pada gambar (1.1).
3.2 Menentukan Harga Induktansi
Dari bab (3.1) harga-harga induktansi L
s
, M
SR
dan L
R
dapat ditentukan bila
harga-harga reaktansi x
S
, x
SR
, x
R
, dapat ditentukan yaitu dengan membagi harga
reaktansi tersebut dengan 2f. Cara yang dipergunakan untuk menentukan harga
reaktansi-reaktansi berikut diambil dari IEEE Standart Test Procedure for
Polyphase Induction Motors and Generators.
Dari Gambar 3-1 untuk s =0, diperoleh:

=
)
`

+
+ =

1
1
1
2
2
2
1
1
3
3
: sehingga
3
3
SRn
Sn
Sn s AR
SR
SR
SR S
SR
S s AR
X
X
X I V
V
X
x
X X
x
V
X I V
n
....................................... (3.7)
Untuk menghitung X
SR
mula-mula ditentukan harga awal X
SO
dan X
SRO
.
Dengan memasukan harga-harga tersebut pada persamaan (3.7) diperoleh harga
X
SR1
. Harga X
SR1
pada langkah-langkah berikut ini.
Untuk S =1


28
S
SR R
SR R
S S
SR R
SR R
S S S AR
X
X X
X X
I I
X X
X X
I X I V
)
`

+
+ =
)
`

+
+ =
.
3 3
.
3 3
2 2
2 2
.................................................... 3.8)
dan
)
`

+
)
`

+ +
=
)
`

+
+
=

SRn
Sn
R
S
SRn
Sn
R
S
S
AR
SR S R S
SR R
S
AR
Sn
X
X
X
X
X
X
X
X
I
V
X X X X
X X
I
V
X
1
1 2
2
1 3

. .
.
1 3

Dengan memasukan harga X
SO
dan X
SR1
pada persamaan (3.8) diperoleh
harga X
S1
ini dipergunakan untuk menghitung X
SR2
. Harga X
SR2
yang diperoleh
digunakan untuk menghitung harga X
S2
.
Demikian perhitungan diulang-ulang sampai memperoleh harga:
( )
( )
X X
X X
SRn SRn
Sn Sn
~
~

1
1
0
0

3.3 Menentukan Harga Tahanan
Untuk menentukan harga tahanan, rangkaian pada Gambar 3-1
disederhanakan menjadi:



V jala-jala

Gambar 3-2 Rangkaian Pengganti perphasa
Untuk S =1 diperoleh:
( ) P I R R
maka
R R
P
I
S S R
S R
S
= +
+ =
3
3
2
2

Rs
jxs
Rs/s
jxr


29
R
s
ditentukan dengan pengukuran jembatan wheatstone maka:
R
P
I R
R
S S
=
3
2
............................................................................. (3.9)
3.3.1 Menentukan Harga Momen Inertia Motor Induksi
Motor induksi yang akan ditentukan momen inertianya dikopel dengan
motor arus searah yang telah ditentukan harga momen inertianya. Sehingga
didapat energi kinetik.
Energi kinetik (energi perputaran) W
EK
adalah:
( )
( )
2
2 1 2 1
2
1
J J W
EK
+ =
+
............................................................... (3.10)
Rugi-rugi perputaran P
EK
=perubahan energi perputaran terhadap waktu.
( )
( )
( )
( )
( ) ( ) 2 1
60
2


2 1
2
2 1
2 1
2 1
2 1
+ + |
.
|

\
|
=
|
.
|

\
|
+ =
=
+
+
+
dt
dn
J J
dt
d
J J
dt
dW
P
n
EK
EK

.............................................. (3.11)
( )
( ) 1
1
2
1
60
2
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
dt
dn
J P
n
EK

.............................................................. (3.12)
dalam hal ini:
- Indeks (1) menunjukkan pada motor arus searah,
- Indeks (2) menunjukkan pada motor induksi
- Indeks (1+2) menunjukkan gabungan motor arus searah dan motor induksi.
Dengan menganggap rugi-rugi perputaran sama diperoleh:
( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )
( )
( ) 2 1
2 1 1
1 2
1
1
2 1
2 1
+
+
+

=
|
.
|

\
|
= |
.
|

\
|
+
dt
dn
dt
dn
dt
dn
J J
atau
dt
dn
J
dt
dn
J J
.............................................. .(3.13)


30
3.4 Simulasi dengan Persamaan Dasar
Perhitungan ini merupakan langkah berurutan yang dilakukan berulang-
ulang, setiap langkah menentukan perhitungan selanjutnya.
Urutan-urutan langkah adalah sebagai berikut:
1. Membaca data-data masukan yang diperlukan untuk simulasi dan kondisi
mula.
2. Menghitung fluksi:
Untuk menghitung fluksi, persamaan (2.3) disusun menjadi:
( )
| | | || |
d
dt
V R I

= ..................................................................... (3.14)
Persamaan di atas diintegrasi dan diperoleh harga
| |
.
3. Menghitung Arus:
Mula-mula dihitung harga matrik invers
| |
L
1
dari matrik (2.15e). Untuk
menghitung arus, diambil hubungan pada persamaan (2.38):
| | | | | |
I L =
1

Harga fluksi
| |
diambil dari perhitungan pada butir 2.
4. Menghitung Momen.
Hasil penghitungan harga arus
| |
I
pada butir 3 dipergunakan untuk
menghitung harga momen dengan mempergunakan persamaan momen dengan
menggunakan persamaan (2.35).
5. Menghitung Kecepatan:
Untuk menghitung kecepatan, persamaan (2.37) disusun menjadi:
( )
d
dt j
T Tb
m

=
1
....................................................................... (3.15)
Dalam hal ini harga T diambil dari penghitungan pada butir 4, dan harga Tb
dibaca dari data masukan, atau ditentukan bentuk fungsinya terhadap waktu.
6. Mengitung Sudut Rotor:
Untuk menghitung sudut rotor dipergunakan hubungan:
d
dt
m
m

= ................................................................................... (3.16)


31
Harga sudut um diperoleh dengan mengintegrasi persamaan differensial di
atas. Harga sudut rotor ini diubah menjadi sudut listrik dengan menggunakan
hubungan.
=
P
m
2
..................................................................................... (3.17)
Harga sudut listrik u ini dipergunakan untuk menentukan hartga matrik
| |
L

untuk perhitungan selanjutnya.
7. Menentukan harga tegangan
| |
V untuk penghitungan selanjutnya. Langkah
selanjutnya mulai lagi pada butir 2.
Demikian perhitungan dilakukan berulang-ulang sampai batas waktu yang
ditentukan habis. Langkah-langkah tersebut di atas dapat digambarkan dalam
bentuk diagram alir sebagai berikut:
Mulai
Membaca parameter motor lebar
interval (increment) waktu batas dan
kondisi awal
Menentukan Matrik [G]
Menghitung Arus
Menghitung kecepatan
Menghitung Sudut Rotor
Menghitung Sudut Rotor
Menentukan tegangan fasa, dan
mentransformasi pada sumbu d-q
t hitung s t
batas
Stop
Menghitung
Sudut Rotor
T
Y

Gambar 3-3 Diagramalir simulasi dengan persamaan dasar.


32
3.5 Simulasi dengan Persamaan Dasar yang di Transformasi pada
Sumbu d - q
Seperti pada bab (3.1) penghitungan di sini juga dilakukan berurutan dan
berulang-ulang, tetapi dalam perhitungan di sini, penentuan matrik induktansi
cukup hanya sekali, disaat membaca data.
Sedang penentuan matrik
| |
G dilakukan berulang-ulang, tetapi iversi.
Urutan-urutan langkah tersebut adalah:
1. Membaca data yang dieperlukan untuk simulasi
2. Menentukan matrik
| |
G , kecepatan awal e =0
3. Menentukan harga tegangan phasa, dan mnetransformasikan menjadi tegangan
d-q.
4. Menghitung arus.
Untuk menghitung arus dipergunakan persamaan (2.67)
| |
| | | | | || | | || | { }
d I
dt
L V R I G I =
1

Dengan mengintegrasi persamaan (2.67) tersebut diperoleh harga
| |
I

5. Menghitung Momen
Harga arus yang diperoleh dari butir A dipergunakan untuk menghitung
momen dengan menggunakan persamaan (2.70).
( )
T
p
M i i i i
SR Sq Rd Sd Rq
= -
2


6. Menghitung Kecepatan
Untuk menghitung kecepatan, persamaan (2.37) disusun mejadi:
( )
d
dt j
T Tb
m

=
1

Dalam hal ini harga T diambil dari penghitungan pada butir 5 dan harga
Tb dibaca dari data. Dengan mengintegrasi persamaan (2.37) tersebut diperoleh
harga e
m
. Harga kecepatan e
m
ini dipergunakan untuk menghitung kecepatan
dengna menggunakan hubungan:
=
p
m
2



33
Harga kecepatan e ini untuk menentukan matrik
| |
G pada butir 2 untuk
penghitungan selanjutnya.
Demikian penghitungan ini dilakukan berulang-ulang sampai batas waktu
yang ditentukan habis. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan dalam
bentuk diagram alir sebagai berikut:
Gambar 3-4.
Mulai
Membaca parameter motor lebar
interval (increment) waktu batas dan
kondisi awal
Menentukan Matrik [G]
Menghitung Arus
Menghitung kecepatan
Menghitung Sudut Rotor
Menghitung Sudut Rotor
Menentukan tegangan fasa, dan
mentransformasi pada sumbu d-q
t hitung s t
batas
Stop
Y
T

Gambar 3-4 Diagramalir simulasi dengan persamaan yang ditransformasi.
BAB IV
ANALISA TORSI DAN PUTARAN DENGAN SIMULASI MATLAB

4.1 Pembuatan Simulasi Dengan Simulink
Simulasi dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu atau perangkat lunak, salah
satu perangkat lunak yang lengakat dan mempunyai fasilitas berbagai pendukung
perhitungan matematis,modeling,stateflow dan toolbox adalah MATLAB
SIMULINK.Langkah modeling dengan menggunakan MATLAB SIMULINK

4.1.1 Langkah Modeling Dengan Menggunakan SIMULINK
Koleksi parameter,variabel dan konstanta dari obyek yang akan dimodelkan.
Dalam kasus ini akan dimodelkan pengujian torsi dan putaran motor induksi tiga phasa
dengan besaran disesuaikan atau diambil dari data NAME PLATE motor nyata. Paket
perangkat lunak MATLAB dijalankan, dibuka jendela SIMULINK dengan mengetik
pada jendela komando. Tampil jendela modeling SIMULINK, dipilih proyek baru.
Dipilih menu toolbox yang sesuai yakni Toolbox SimPowerSystems .Dipilih model
motor tiga phasa rotor lilit, kemudian sumber tegangan tiga phasa, blok standart
pengukuran parameter motor, alat ukur keluaran dipilih osciloscope dan file penampung
data keluaran yang nanti akan digunakan untuk proses pembuatan grafik.

4.1.2 Simulasi dan Pemodelan
Pemodelan dan simulasi dibuat pada jendela model SIMULINK sebagai gambar berikut
dibawah ini dengan langkah-langkah sesuai dengan blok modelnya ;









Gambar 4-1. Rangkaian Percobaan


35
Langkah pertama adalah membuka jendela model SIMULINK seperti dibawah ini;








Gambar 4-2 Menu SIMULINK dan Toolbox
Kemudian membuka jendela proyek model baru dengan nama Motor 3 phasa serpeti
dibawah ini;









Gambar 4-3 J endela model SIMULINK
Pada jendela model kosong ini disusun blok yang diambil dari toolbox
SimPowerSystems sesuai dengan konsep dan rancangan pemodelan yang sesuai, pada
kasus ini adalah motor tiga phasa rotor belit, dengan gambar sebagai berikut





Gambar 4-4 Menu Toolbox yang digunakan


36










Gambar 4-5 Blok yang dipilih untuk simulasi
J endela untuk memasukan parameter motor yang akan disimulasikan dengan
SIMULINK













Gambar 4-6 Blok parameter motor

Setelah gambar blok dipilih sesuai dengan yang akan dimodelkan dan lengkap maka
masing-masing dihubungkan untuk membuat rangkaian uji atau pengukuran yang
sesuai. Gambar lengkap setelah dihubungkan sebagai berikut ;



37









Gambar 4-7 Gambar rangkaian pemodelan
Setelah semua blok yang dikehendaki di pilih dan sesuai maka satu persatu blok
dihubungkan. Untuk mengamati keluaran dengan dua cara, pertama pengamatan dengan
model osciloscope. Pengamatan dengan model ini dilakukan karena menu tersedia dan
grafik dapat diamati pada daerah dan durasi uji yang dipilih, tetapi untuk data hanya
dilakukan sesuai dengan hubungannya. Cara kedua adalah dengan membuat data
keluaran pengukuran disimpaan dalam suatu file tertentu, kelebihannnya adalah data
dapat ditampilkan atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan keingginan dari
pengguna. Untuk data basis waktu yang diletakan pada jendela SIMULINK dapat di
gunakan untuk basis waktu semua data yang ada pada model.







Gambar 4-8 Model simulasi lengkap dengan pengukurunnya

4.1.3 Menjalankan Simulasi Model
Untuk menjalankan model dengan memilih menu Simulasi dan tekan/pilih menu
Start , simulasi akan dilakukan selama durasi yang telah ditentukan, durasi ini
disesuaikan dipilih durasi yang dapat diamati datanya. Pada pengamatan keluaran dapat


38
dilihat berbagai besaran pengukuran dan sekaligus data disimpan pada masing-masing
file yang berbeda.
.




Gambar 4-8a Tampilan pengukuran dengan osciloscope pada SIMULINK
Data pengukuran yang disimpan didalam file nantinya dipergunakan untuk menganalisis
hasil pengujian menggunakan SIMULINK , kemudian semua data yang diperoleh dapat
dilihat dengan mencetak kedalam kertas menggunakan printer. Pada contoh disamping
terlihat grafik hasil menjalankan program SIMULINK, dan semua data dapat dilihat
dalam Osciloscope seperti tampak pada gambar 4-8a.

4.2 Data Motor Untuk Analisa Perhitungan Dan Simulasi
Dengan data motor induksi rotor belit :
Tahanan stator phasa A : rsa =0.48 O
Tahanan stator phasa B : rsb =0.48 O
Tahanan stator phasa C : rsc =0.48 O
Tahanan rotor phasa a : rra=0.65 O
Tahanan rotor phasa b : rrb=0.65 O
Tahanan rotor phasa c : rrc=0.65 O
Lss =0.23981 Henry
Lsm =0.12115 Henry
Msr =0.22953 Henry
Lrr =0.23981 Henry
Lrm =0.12213 Henry
Tegangan Stator Phasa A : Vsa =380 volt
Tegangan Stator Phasa B : Vsb =380 volt
Tegangan Stator Phasa C : Vsc =380 volt
Tegangan Rotor Phasa a : Vra =0.038 volt
Tegangan Rotor Phasa b : Vra =0.038 volt
Tegangan Rotor Phasa c : Vra =0.038 volt


39
Data motor diatas dimasukan pada blok simulasi model motor dan power suplai, sedang
untuk beban dimodelkan dengan konstantan beban tetap tertentu yang diingikan ( 0
%,40 % dan 80 % ). Untuk plot grafik pengujian dipilih sesuai keinginan tampilan (
dapat dilihat pada tampilan pengujian ).

4.3 Pengujian
4.3.1 Pengujian Dengan Simulink
Simulasi dengan SIMULINK untuk motor induksi tiga phasa rotor lilit dengan model
sebagai berikut;










Gambar 4-9 Model simulasi









Gambar 4-10 Grafik Putaran dan Torsi





40










Gambar 4-11 Grafik Arus Rotor dan Stator









Gambar 4-12 Grafik Torsi










Gambar 4-13 Grafik Tegangan dan Arus transformasi d-q SIMULINK



41










Gambar 4-14 Grafik Tegangan Vline -N
Hasil pengujian dengan SIMULINK MATLAB diperoleh :
1. Putaran rotor ( gambar 1 ) =1450 rpm
2. Torsi ( gambar 4a ) =11.5 Nm
3. Arus stator ( gambar 4) =7.2167 A

4.3.2 Pengujian Dengan Penurunan Persamaan Dasar
Dengan program MATLAB untuk penurunan dengan persamaan dasar pada tiga
beban yang berbeda, diperoleh data dan direpresentasikan dalam grafik sebagai berikut ;










Gambar 4-15 Grafik perubahan putaran rotor





42










Gambar 4-16 Grafik torsi












Gambar 4-17 Grafik perubahan arus

Dengan program persamaan dasar MATLAB diperoleh :
Kondisi beban nol
1. Putaran rotor ( gambar 5 ) =1400 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 6 ) =9 Nm
3. Arus rata-rata ( gambar 7 ) =5.7 A
Kondisi beban 40 %
1. Putaran rotor ( gambar 5 ) =800 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 6 ) =10 Nm


43
3. Arus rata-rata ( gambar 7 ) =6.2 A
Kondisi beban 80 %
1. Putaran rotor ( gambar 5 ) =300 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 6 ) =11 Nm
3. Arus rata-rata ( gambar 7 ) =7.2 A

4.3.3 Pengujian Dengan Penurunan Persamaan Transformasi D-Q
Dengan program MATLAB untuk penurunan dengan persamaan ditransformasi d-q
pada tiga beban yang berbeda, diperoleh data dan direpresentasikan dalam grafik
sebagai berikut ;









Gambar 4-18 Grafik Putaran transformasi d-q












Gambar 4-19 Grafik torsi transformasi d-q


44













Gambar 4-20 Grafik arus transformasi d-q

Dengan program Persamaan transformasi d-q MATLAB diperoleh :
Kondisi beban nol
1. Putaran rotor ( gambar 8 ) =1362.9105 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 9 ) =1 Nm
3. Arus rata-rata ( gambar 10 ) =6.9195 A
Kondisi beban 40 %
1. Putaran rotor ( gambar 8 ) =485 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 9 ) =6 Nm
3. Arus rata-rata ( gambar 10 ) =6.9195 A
Kondisi beban 80 %
1. Putaran rotor ( gambar 8 ) =170 rpm
2. Torsi rata-rata ( gambar 9 ) =11 Nm
3. Arus rata-rata ( gambar 10 ) = 6.9195 A







45
4.4. Analisa Dan Pembahasan
4.4.1 Perubahan Putaran Rotor








Gambar 4-21 Grafik perubahan putaran rotor

Dari hasil iterasi data untuk mengetahui perubahan putaran rotor
direpresentasikan pada grafik diatas. Pada awal mulai putaran pada t limit nol dengan
asumsi motor dari kecepatan nol, pada grafik terlihat bahwa putaran lebih besar nol, hal
ini karena dalam plot tidak dibagi dalam divisi waktu mikro detik sedangkan kejadian
perubahan ini dalam waktu singkat limit nol, sehingga seolah terbaca waktu nol rotor
sudah berputar.
Dari perubahan skala waktu sesaat 050 (simulasi beban relatif nol), 50100
(simulasi beban relatif 40%) dan 100150 (simulasi beban relatif 80%), terlihat bahwa
putaran berubah fungsi waktu dengan step gradasi yang kontinyu tidak tipikal. Untuk
masing-masing perubahan stepnya terlihat ada transient awal dengan batas toleransi.
Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa perubahan putaran dari beban 0% ke beban 40%
terjadi penurunan putaran sebesar 500rpm atau sekitar 35%. Besarnya perubahan
kecepatan dari presentase diatas menunjukan bahwa pada analisa dengan persamaan
dasar belum ada kesesuaian pada pembuatan matrik fluksi, pada matrik ini nantinya
akan menentukan besaran torsi dan putaran yang akan dihasilkan. Pembuatan matriks
fluksi diakibatkan adanya parameter dasar yang belum diasumsikan dalam perhitungan
akibat sulitnya pembuatan persamaan matematis yang merupakan fungsi waktu.
Demikian juga pada beban dari 40% ke 80% terjadi penurunan putaran sebesar 550 rpm
(100 150 ) atau sekitar 45%. Hasil ini akan berlanjut karena fluksi merupakan


46
parameter utama untuk mencari besaran torsi yang merupakan fungsi waktu. Hal ini
mengingat karena proses iterasi yang dilakukan berulang menyebabkan nilai perubahan
fluksi yang diambil pada sampling iterasi menjadikan kesalahan terus berlanjut.
Persamaan fluksi ini dapat dilihat pada pers (2.3)
] [ ] [ R V
dt
d
=

[I]
Integrasi dari persamaan diatas (2.3) digunakan untuk mendapatkan nilai fluksi.

4.4.2 Perubahan Arus Rotor








Gambar 4-22 Grafik perubahan arus rotor

Perubahan arus rotor dapat diamati dari plot grafik arus rotor fungsi waktu. Pada
kondisi ini direpresentasikan bahwa perubahan arus rotor mempunyai relasi dengan
perubahan putaran dengan bentuk grafik yang tidak tipikal dengan skala yang berbeda.
Pada grafik diatas terlihat pada skala waktu sesaat 050 (simulasi beban relatif nol), 50
100 (simulasi beban relatif 40%) dan 100150 (simulasi beban relatif 80%) terlihat
bahwa arus berubah fungsi waktu dengan step gradasi yang kontinyu tidak tipikal.
Untuk masing-masing perubahan stepnya terlihat ada transient awal dengan batas
toleransi. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa perubahan arus stator dari beban 0%
ke beban 40% terjadi peningkatan arus sebesar 1 A (50 100 ) atau sekitar 20% .
Besarnya perubahan Arus dari presentase diatas menunjukan bahwa pada analisa dengan
persamaan dasar tidak terjadi kesalahan kesalahan pada pembuatan matrik Arus,
dimana parameter pada matrik ini nantinya akan menentukan besarnya torsi dan putaran


47
yang dibangkitkan yang akan dihasilkan oleh motor induksi tersebut.. Demikian juga
pada beban dari 40% ke 80% terjadi peningkatan Arus sebesar 0,5 A (100 150 ) atau
sekitar 10%.
4.4.3 Perubahan Torsi









Gambar 4-23 Grafik perubahan torsi

Dari perubahan skala waktu sesaat 050 (simulasi beban relatif nol), 50 100
(simulasi beban relatif 40%) dan 100150 (simulasi beban relatif 80%) terlihat bahwa
Torsi berubah fungsi waktu kontinyu mempunyai relasi dengan perubahan arus rotor
dan putaran. Untuk waktu sampling mendekati limit nol, torsi awal >nol dimaksudkan
adalah beban dari motor itu sendiri dan inersia awal dengan skala waktu yang sangat
kecil. Pada grafik diatas terlihat bahwa kenaikan torsi pada beban 0% besarnya torsi 9
Nm pada kondisi beban nol konstan samapai waktu iterasi 50. Hal ini menunjukan
adanya kesalahan pada parameter masukan yang dianalisis dari persamaan matematis
sehingga torsi pada beban nol muncul sebesar 9 Nm, padahal riilnya besarnya torsi
beban nol sangat kecil mendekati nol. Sedangkan perubahan torsi dari beban nol ke
beban 40% terlihat perubahannya relatip kecil, ini menunjukan bahwa ada kesalahan
pada parameter masukan yang dianalisa secara matematis. Pada kondisi beban 80% juga
sama terjadi kenaikan torsi yang relatip kecil juga, sama seperti pada kondisi beban
40%.




48
4.4.4 Arus stator dan Torsi (d-q) fungsi Waktu

Pada parameter motor tiga phasa dengan transformasi d-q dapat dilihat grafik
yang berbeda, masing-masing grafik merepresentasikan perubahan keadaan motor pada
kondisi parameter transformasi. Masing masing antara lain dapat dilihat grafik sebagai
berikut









Gambar 4-24 Grafik perubahan arus
Pada grafik diatas direpresentasikan bentuk arus dengan fungsi waktu pada
keadaan transformasi sumbu d-q, perubahan arus stator dengan fluktuasi yang relatif
normal. Dengan keadaan ini dapat diasumsikan motor mempunyai keadaan yang steady
bila waktu tak terhingga. Pada kondisi ini beban nol terjadi pada waktu iterasi antara 0-
20, dari grafik diatas terlihat besarnya arus 6,9195 A . Pada kondisi beban 40% terlihat
besarnya arus juga sama sebesar 6,9195 A, demikian juga pada kondisi 80% juga sama ,
sehingga motor ini mempunyai tipe konstan untuk besaran arusnya. Hal ini bila
dibandingkan dengan besaran arus pada persamaan dasar menunjukan gejala yang tidak
sama.








49








Gambar 4-25 Grafik perubahan torsi

Demikian dengan torsi pada motor dengan transformasi sumbu d-q dapat dilihat
pada grafik diatas yang merepresentasikan perubahan fungsi waktu dengan pengujian
waktu 0-60 (satuan waktu uji) . Dengan perubahan ini dapat diasumsikan bahwa pada
saat waktu tak terhingga motor mempunyai kinerja torsi steady. Fluktuasi torsi yang
terjadi relatif normal dengan perubahan yang kecil, untuk pembebanan yang bervariasi
tidak digambarkan disini, presentasi grafik ini hanya pengujian dengan keadaan sesaat
uji 60 iterasi. Besarnya kenaikan torsi dari beban nol ke beban 40% menunjukan harga
sebesar 5 Nm. Hal ini menunjukan bahwa analisa yang dilakukan dengan menggunakan
persamaan yang ditransformasi kesumbu d-q menunjukan adanya kesesuaian dengan
kondisi riil dari motor induksi itu. Demikian juga pada kondisi dari beban 40% ke 80%
juga terjadi kenaikan yang sama, sehingga hal ini menunjukan besarnya kenaikan torsi
sebanding dengan besarnya kenaikan beban. Dengan demikian maka pada analisis
menggunakan persaman dasar yang ditransformasi menunjukan adanya kebenaran atau
kesesuaian dengan kondisi nyata.










50
4.4.5 Putaran (d-q) fungsi Waktu











Gambar 4- 26 Putaran d-q fungsi waktu

Pada analisis perubahan putaran dengan persamaan dasar yang ditransformasi
menunjukan adanya perubahan putaran seperti terlihat pada grafik diatas yang
merepresentasikan perubahan putaran fungsi waktu dengan pengujian waktu 0-60
(satuan waktu uji data iterasi). Dengan perubahan ini dapat diasumsikan bahwa dari
keadaan nol sampai pada waktu sesaat sebenarnya motor mempunyai kinerja yang
belum kondisi steady. Hal ini mungkin karena adanya transient beban yang berupa
inertia awal, sedangkan perubahan putaran meningkat dari keadaan diam ke laju
tertentu. Relasi negatif antara putaran dan torsi disini bukan berarti putaran decreament,
torsi increament, tetapi sebenarnya pada saat torsi naik simultan putaran terbebani. Atau
dengan analisis grafik ini dapat terlihat pada kondisi beban 0% ke beban 40 % besarnya
penurunan putaran relatip kecil hanya 0.02 rpm, demikian juga pada kondisi beban dari
40% ke 80% juga sama. Kecilnya perubahan putaran dari beban nol ke beban 80%
menunjukan bahwa motor induksi tiga phasa ini mempunyai karakteristik putaran
konstan.




51
BAB V
4 PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan dengan komputer dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kinerja (performance) motor induksi ditentukan oleh karakteristik torsi- terhadap
putaran.
2. Dari karakteristik torsi dan putaran yang dihasilkan dengan analisis menggunakan
persamaan dasar dibanding dengan analisis yang menggunakan persamaan yang
ditransformasi terjadi perbedaan dimana perbedaan tersebut dikarenakan adanya
perbedaan pada penurunan matematis yang digunakan untuk menganalisis motor
induksi tiga phasa. Hasil menggunakan persamaan dasar putaran motor cenderung
mengalami penurunan putaran yang signifikan
3. Hasil perhitungan dari program komputer yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh
parameter masukan dari motor sehingga pada hasil torsi terlihat ada persamaan
antara hasil analisis menggunakan persamaan dasar dibanding menggunakan
persamaan yang ditransformasi..
4. Fungsi torsi dan putaran merupakan dasar untuk menentukan penggunaan motor,
sehingga didapatkan parameter dan efisiensi yang diharapkan.
4.2 SARAN
1. Untuk melakukan pemilihan motor yang sesuai harus diperhatikan syarat dan
karakteristik beban yang akan digunakan.
2. Untuk memperbaiki kekurangan pada analisis ini maka perlu ditingkatkan atau
dikembangkan lagi pengujian maupun analisis dengan menggunakan persaman yang
telah ada dan ditambahkan dengan sampling pengujian standart sehingga
karakteristik motor induksi ini benar dan sempurna.
3. Perlu dibuat tampilan untuk data masukan yang lebih mudah sehingga data masukan
yang akan digunakan untuk percobaan tidak harus masuk kedalam program,
sehingga hal ini tidak mengganggu program yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
1. _________, MATLAB, The Mathworks Inc.USA,1993
2. De Sarkar, A. K., "Digital Simulation of Three Phase.Induction Motors,
IEEE Trans. Power Apparatus and System, pp 1031-1036, J uly/August 1970
3. Fitzgerald, Kingsley, Kusko, "Electric Machinery", Third Edition, Me Graw
Hill Kogakhusa Ltd, Tokyo, 1971.
4. Langsdorf, Alexander S. "Theory ofAlternating Current and Machinery",
Second Edition, Tata Me Graw Hill Ltd, New Delhi, 1978.
5. Soelaiman, Magarisawa Mabuchi, Mesin Tak Serempak Dalam Praktek,
Pradnya Paramita, J akarta, 1984.
6. Theraja B. L, "A Text Book of Electrical Technology", 17'h Edition, Ram
Nagar, New Delhi, 1979.
7. Zuhal, "Dasar Tenaga Listrik", Cetakan ke 6, ITB , Bandung 1989
LAMPIRAN
Masukan :
p,j,vsa,vsb,vsc,vra,rb,vrc,rs,r
sa,rsb,rsc,rr,rraa,rrb,rrc,Lss,L
sm,Msr,Lrm
MULAI
Hitung :
Ls=Lss-Lsm
Lsr=Mssr
Lr=Lrr-Lrm
V=[vsa;vsb;vsc;vra;vrb;vrc]
Hit ung Matrik :
r=[rsa 00 0 0 0;
0 rsb0 0 0 0;
00 rsc 0 0 0;
0 0 0 rra 0 0;
0 0 0 0 rrb 0;
0 0 0 0 0 rrc];
itrs=150
tta=0
c0=Lsr*cos(tta);
c1=Lsr*cos((tta)+2*(pi/3));
c2=Lsr*cos((tta)-2*(pi/3));
L=[Lss LsmLsmc0 c1 c2;
LsmLss Lsmc2 c0 c1;
LsmLsmLss c1 c2 c0;
c0 c2 c1 Lrr LrmLrm;
c1 c0 c2 LrmLrr Lrm;
c2 c1 c0 LrmLrmLrr];
Linv=in(L)
A=-Linv*r;
B=Linv;
C=eye(6);
D=zeros(6);
aji=ss(A,B,C,D);
[ad,bd,cd,dd]=c2dm(A,B,C,D,tsamp);
Iterasi :
itrs=150;
T=zeros(itrs,1);
n=zeros(itrs,1);
isa=zeros(itrs,1);
teta=zeros(itrs,1);
t=1:itrs;
Inisial Awal :
Tb1=zeros(50,1)
Tb2=100*ones(50,1)
Tb3=200*ones(50,1)
Tb=[Tb1' Tb2' Tb3']
vssa=380*ones(60,1)
tsamp=0:30;
apakaht=0 tta=teta(t-1)
1
1
[numd1,dend1]=ss2tf(ad,bd,cd,dd,1)
.........................................................
[numd6,dend6]=ss2tf(ad,bd,cd,dd,6)
i1=i11+i12+i13+i14+i15+i16;
.............................................
i6=i61+i62+i63+i64+i65+i66;
isa(t)=i1;
isb(t)=i2;
isc(t)=i3;
ira(t)=i4;
irb(t)=i5;
irc(t)=i6
MENGHITUNG MOMEN
MENGHITUNG KECEPATAN
MENGEPLOT GRAFIK
SELESAI
DIAGRAM ALIR PERSAMAAN DASAR



54
MENGHITUNG MOMEN
istrta=(i1*i4+i2*i5+i3*i6);
istrtb=(i1*i5+i2*i6+i3*i4);
istrtc=(i1*i6+i2*i4+i3*i5);
is1=abs(istrta*sin(tta));
is2=abs(istrtb*sin(tta+2*pi/3));
is3=abs(istrtc*sin(tta-2*pi/3));
RETURN
MENGHITUNG KECEPATAN
T0=(p*Msr/2)*(is1+is2+is3);
T(t)=T0;
tb=torsi beban,
untuk beban nol ;tb=0
j=0,0697kg/m^2
dwm/dt=(T-Tb)/j;
wm=(1/j)*int((T-Tb),(t-1),t)
w0=filter([1],[j,0],[T0-Tb(t)]);
wm(t)=w0;
n0=w0/(2*pi);
n(t)=abs(n0);
%syms wmp t;
%teta(t)=wm*p/2;
teta(t)=filter([1],[1 0],wm(t));
vsa=380-w0*(p*Msr/2);
vsb=vsa;
vsc=vsa;
vssa(t)=vsa;
RETURN
DIAGRAM ALIR PERSAMAAN DASAR



55
MENGEPLOT GRAFIK
figure(1)
plot(tt,isa,'-black');
grid on
title('Perubahan Arus Motor')
ylabel('Arus Motor(satuan arus)')
xlabel('Waktu(satuan waktu)')
figure(2)
plot(tt,n,'-r');
grid on
title('Perubahan Putaran Rotor')
ylabel('Putaran Rotor(satuan putaran)')
xlabel('Waktu(satuan waktu)')
pause
figure(3)
plot(tt,T,'-b');
grid on
title('Perubahan Torsi Rotor')
ylabel('Torsi Rotor(satuan torsi)')
xlabel('Waktu(satuan waktu)')
pause
figure(4)
subplot(3,1,1);
plot(tt,isa,'-black');
grid on
title('Perubahan Arus,Putaran,Torsi
Motor')
ylabel('Arus Motor')
subplot(3,1,2);
plot(tt,n,'-r');
grid on
ylabel('Putaran Rotor')
subplot(3,1,3);
plot(tt,T,'-b');
grid on
xlabel('Waktu')
ylabel('Torsi Rotor')
pause
figure(5)
plot(tt,isa,'-black');
grid on
title('Perubahan Arus,Putaran,Torsi')
ylabel('Putaran,Torsi,Arus')
xlabel('waktu')
holdon
plot(tt,T,'-b');
plot(tt,n,'-r');
text(70,650,'grafik arus')
text(70,300,'grafik torsi')
text(70,70,'grafik putaran')
RETURN
DIAGRAM ALIR PERSAMAAN DASAR



56
%TUGAS AKHI R
%
%Si mul asi dengan per samaan Dasar
%Per samaan 2. 15 - Sol usi ni l ai ar us I

%[ L] d/ dt [ I ] =[ V] - [ R] [ I ]

%Dat a awal : I ni si al i sasi
%Put ar an St at or : 1500r pm
%Put ar an Rot or : 1485r pm
%Fr equensi St at or : 50Hz
%Fr equensi Rot or : 0. 5Hz
%Sl i p : 1%

Tb1=zer os( 50, 1) ;
Tb2=100*ones( 50, 1) ;
Tb3=200*ones( 50, 1) ;
Tb=[ Tb1' Tb2' Tb3' ] ' ;

p=4;
j =0. 0462;

vsa=380;
vsb=380;
vsc=380;
vssa=380*ones( 60, 1) ;
vr a=0. 038;
vr b=0. 038;
vr c=0. 038;

r s=0. 48;
r sa=0. 48;
r sb=0. 48;
r sc=0. 48;

r r =0. 65;
r r a=0. 65;
r r b=0. 65;
r r c=0. 65;

Lss=0. 23981;
Lsm=0. 12115;
Msr =0. 22953;
Lr r =0. 23981;
Lr m=0. 12213;

Ls = Lss- Lsm;
Lsr = Msr ;
Lr = Lr r - Lr m;

v=[ vsa; vsb; vsc; vr a; vr b; vr c] ;

r =[ r sa 0 0 0 0 0;
0 r sb 0 0 0 0;
0 0 r sc 0 0 0;
0 0 0 r r a 0 0;
0 0 0 0 r r b 0;
0 0 0 0 0 r r c] ;
i t r s=150;


57

T=zer os( i t r s, 1) ;
n=zer os( i t r s, 1) ;
i sa=zer os( i t r s, 1) ;
t et a=zer os( i t r s, 1) ;
t =1: i t r s;
t t =[ 1: i t r s] ;
f or t =1: i t r s;
i f t ==1;
t t a=0;
el se t t a=t et a( t - 1) ;
end;

c0=Lsr *cos( t t a) ;
c1=Lsr *cos( ( t t a) +2*( pi / 3) ) ;
c2=Lsr *cos( ( t t a) - 2*( pi / 3) ) ;

L=[ Lss LsmLsmc0 c1 c2;
LsmLss Lsmc2 c0 c1;
LsmLsmLss c1 c2 c0;
c0 c2 c1 Lr r Lr mLr m;
c1 c0 c2 Lr mLr r Lr m;
c2 c1 c0 Lr mLr mLr r ] ;

Li nv=i nv( L) ;

%d/ dt [ I ] = I dot maka per samaan keadaan
%I dot =( - Li nv*r ) i +( Li nv*v) u

%Bent uk UmumPer samaan Keadaan
%xdot = Ax + Bu
%y = Cx + Du

%I dot =( - Li nv*r ) *i +Li nv*v;
%*i =eye( 6) *i +zer o( 6) *v;

A=- Li nv*r ;
B=Li nv;
C=eye( 6) ;
D=zer os( 6) ;

aj i =ss( A, B, C, D) ;

%ad=A;
%bd=B;
%cd=C;
%dd=D;
t samp=0. 30;
[ ad, bd, cd, dd] =c2dm( A, B, C, D, t samp) ;

%mer ubah SS ke TF, sat u per sat u
[ numd1, dend1] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 1) ;
[ numd2, dend2] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 2) ;
[ numd3, dend3] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 3) ;
[ numd4, dend4] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 4) ;
[ numd5, dend5] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 5) ;
[ numd6, dend6] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 6) ;

%mencar i i 1 . . . . i 6;


58
i 11=f i l t er ( [ numd1( 1, 2: 7) ] , [ dend1] , vsa) ;
i 12=f i l t er ( [ numd1( 2, 2: 7) ] , [ dend1] , vsb) ;
i 13=f i l t er ( [ numd1( 3, 2: 7) ] , [ dend1] , vsc) ;
i 14=f i l t er ( [ numd1( 4, 2: 7) ] , [ dend1] , vr a) ;
i 15=f i l t er ( [ numd1( 5, 2: 7) ] , [ dend1] , vr b) ;
i 16=f i l t er ( [ numd1( 6, 2: 7) ] , [ dend1] , vr c) ;

i 1=i 11+i 12+i 13+i 14+i 15+i 16;

i 21=f i l t er ( [ numd2( 1, 2: 7) ] , [ dend2] , vsa) ;
i 22=f i l t er ( [ numd2( 2, 2: 7) ] , [ dend2] , vsb) ;
i 23=f i l t er ( [ numd2( 3, 2: 7) ] , [ dend2] , vsc) ;
i 24=f i l t er ( [ numd2( 4, 2: 7) ] , [ dend2] , vr a) ;
i 25=f i l t er ( [ numd2( 5, 2: 7) ] , [ dend2] , vr b) ;
i 26=f i l t er ( [ numd2( 6, 2: 7) ] , [ dend2] , vr c) ;

i 2=i 21+i 22+i 23+i 24+i 25+i 26;

i 31=f i l t er ( [ numd3( 1, 2: 7) ] , [ dend3] , vsa) ;
i 32=f i l t er ( [ numd3( 2, 2: 7) ] , [ dend3] , vsb) ;
i 33=f i l t er ( [ numd3( 3, 2: 7) ] , [ dend3] , vsc) ;
i 34=f i l t er ( [ numd3( 4, 2: 7) ] , [ dend3] , vr a) ;
i 35=f i l t er ( [ numd3( 5, 2: 7) ] , [ dend3] , vr b) ;
i 36=f i l t er ( [ numd3( 6, 2: 7) ] , [ dend3] , vr c) ;

i 3=i 31+i 32+i 33+i 34+i 35+i 36;

i 41=f i l t er ( [ numd4( 1, 2: 7) ] , [ dend4] , vsa) ;
i 42=f i l t er ( [ numd4( 2, 2: 7) ] , [ dend4] , vsb) ;
i 43=f i l t er ( [ numd4( 3, 2: 7) ] , [ dend4] , vsc) ;
i 44=f i l t er ( [ numd4( 4, 2: 7) ] , [ dend4] , vr a) ;
i 45=f i l t er ( [ numd4( 5, 2: 7) ] , [ dend4] , vr b) ;
i 46=f i l t er ( [ numd4( 6, 2: 7) ] , [ dend4] , vr c) ;

i 4=i 41+i 42+i 43+i 44+i 45+i 46;

i 51=f i l t er ( [ numd5( 1, 2: 7) ] , [ dend5] , vsa) ;
i 52=f i l t er ( [ numd5( 2, 2: 7) ] , [ dend5] , vsb) ;
i 53=f i l t er ( [ numd5( 3, 2: 7) ] , [ dend5] , vsc) ;
i 54=f i l t er ( [ numd5( 4, 2: 7) ] , [ dend5] , vr a) ;
i 55=f i l t er ( [ numd5( 5, 2: 7) ] , [ dend5] , vr b) ;
i 56=f i l t er ( [ numd5( 6, 2: 7) ] , [ dend5] , vr c) ;

i 5=i 51+i 52+i 53+i 54+i 55+i 56;

i 61=f i l t er ( [ numd6( 1, 2: 7) ] , [ dend6] , vsa) ;
i 62=f i l t er ( [ numd6( 2, 2: 7) ] , [ dend6] , vsb) ;
i 63=f i l t er ( [ numd6( 3, 2: 7) ] , [ dend6] , vsc) ;
i 64=f i l t er ( [ numd6( 4, 2: 7) ] , [ dend6] , vr a) ;
i 65=f i l t er ( [ numd6( 5, 2: 7) ] , [ dend6] , vr b) ;
i 66=f i l t er ( [ numd6( 6, 2: 7) ] , [ dend6] , vr c) ;

i 6=i 61+i 62+i 63+i 64+i 65+i 66;

i sa( t ) =i 1;
i sb( t ) =i 2;
i sc( t ) =i 3;
i r a( t ) =i 4;
i r b( t ) =i 5;


59
i r c( t ) =i 6;

%Per samaan 2. 35. Menghi t ung Momen

i st r t a=( i 1*i 4+i 2*i 5+i 3*i 6) ;
i st r t b=( i 1*i 5+i 2*i 6+i 3*i 4) ;
i st r t c=( i 1*i 6+i 2*i 4+i 3*i 5) ;

i s1=abs( i st r t a*si n( t t a) ) ;
i s2=abs( i st r t b*si n( t t a+2*pi / 3) ) ;
i s3=abs( i st r t c*si n( t t a- 2*pi / 3) ) ;

%di mana P: j uml ah kut ub =2
T0=( p*Msr / 2) *( i s1+i s2+i s3) ;
T( t ) =T0;

%Per samaan 2. 37. Menghi t ung w ( kecepat an)
%t b=t or si beban, unt uk beban nol ; t b=0
%j =0, 0697kg/ m^2
%t =. . . . . ? yang di car i
%dwm/ dt =( T- Tb) / j ; %wm=i / j i nt egr al nol sampai t ( t - t b)
%syms t t b j t ;
%wm=( 1/ j ) *i nt ( ( T- Tb) , ( t - 1) , t )

w0=f i l t er ( [ 1] , [ j , 0] , [ T0- Tb( t ) ] ) ;
wm( t ) =w0;
%wm=( T0- Tb( t ) ) / j ;
n0=w0/ ( 2*pi ) ;
n( t ) =abs( n0) ;

%syms wmp t ;
%t et a( t ) =wm*p/ 2;
t et a( t ) =f i l t er ( [ 1] , [ 1 0] , wm( t ) ) ;
vsa=380- w0*( p*Msr / 2) ;
vsb=vsa;
vsc=vsa;
vssa( t ) =vsa;
end;

f i gur e( 1)
pl ot ( t t , i sa, ' - bl ack' ) ;
gr i d on
t i t l e( ' Per ubahan Ar us Mot or ' )
yl abel ( ' Ar us Mot or ( sat uan ar us) ' )
xl abel ( ' Wakt u( sat uan wakt u) ' )
pause

f i gur e( 2)
pl ot ( t t , n, ' - r ' ) ;
gr i d on
t i t l e( ' Per ubahan Put ar an Rot or ' )
yl abel ( ' Put ar an Rot or ( sat uan put ar an) ' )
xl abel ( ' Wakt u( sat uan wakt u) ' )
pause

f i gur e( 3)
pl ot ( t t , T, ' - b' ) ;
gr i d on
t i t l e( ' Per ubahan Tor si Rot or ' )


60
yl abel ( ' Tor si Rot or ( sat uan t or si ) ' )
xl abel ( ' Wakt u( sat uan wakt u) ' )
pause

f i gur e( 4)
subpl ot ( 3, 1, 1) ;
pl ot ( t t , i sa, ' - bl ack' ) ;
gr i d on
t i t l e( ' Per ubahan Ar us, Put ar an, Tor si Mot or ' )
yl abel ( ' Ar us Mot or ' )

subpl ot ( 3, 1, 2) ;
pl ot ( t t , n, ' - r ' ) ;
gr i d on
yl abel ( ' Put ar an Rot or ' )

subpl ot ( 3, 1, 3) ;
pl ot ( t t , T, ' - b' ) ;
gr i d on
xl abel ( ' Wakt u' )
yl abel ( ' Tor si Rot or ' )
pause

f i gur e( 5)
pl ot ( t t , i sa, ' - bl ack' ) ;
gr i d on
t i t l e( ' Per ubahan Ar us, Put ar an, Tor si ' )
yl abel ( ' Put ar an, Tor si , Ar us' )
xl abel ( ' wakt u' )
hol d on
pl ot ( t t , T, ' - b' ) ;
pl ot ( t t , n, ' - r ' ) ;
t ext ( 70, 650, ' gr af i k ar us' )
t ext ( 70, 300, ' gr af i k t or si ' )
t ext ( 70, 70, ' gr af i k put ar an' )

%TUGAS AKHI R
%
%Si mul asi dengan Per samaan Dasar yang di t r ansf or masi
%Per samaan 2. 67 - Sol usi mencar i ar us I

%p[ I ] =- [ Li nv] {[ R] +[ G] }[ I ] +[ Li nv] [ V]

%%Dat a awal : I ni si al i sasi
%Si met r i Rsa=Rsb=Rsc=Rs=0, 48Ohm

%Put ar an St at or =1500 r pm= 25 r ps
%Put ar an Rot or =1485 r pm
%Sl i p =1 %
%Fr equensi st at or =50 Hz
%Fr equensi r ot or =0. 5 Hz

%Rr a=Rr b=Rr c=Rr =0, 65 ohm
%Ls =239, 81 mH
%Lr =239, 81 mH
%Msr =229, 53 mH
%Vsa=Vsb=Vsc=Vs =380 Vol t
%Vr a=Vr b=Vr c=Vr =0. 38 Vol t
%t et a=0( r adi ant )


61

Tb1=zer os( 20, 1) ;
Tb2=100*ones( 20, 1) ;
Tb3=200*ones( 20, 1) ;
Tb=[ Tb1' Tb2' Tb3' ] ;
P=4;
j =0. 0697*9. 8;
t et a=10;
oma=300;
omega=7;
al pa=30;
bet a=20;

Vsa=380;
Vsb=380;
Vsc=380;

Vr a=0. 038;
Vr b=0. 038;
Vr c=0. 038;

Rs=0. 48;
Rsa=0. 48;
Rsb=0. 48;
Rsc=0. 48;

Rr =0. 065;
Rr a=0. 065;
Rr b=0. 065;
Rr c=0. 065;


LSs=0. 23981;
LSm=0. 12115;
Msr =0. 22953;
Lr r =0. 23981;
Lr m=0. 12213;

Ls = LSs- LSm;
Lsr = Msr ;
Lr = Lr r - Lr m;

%dengan
e1=cos( al pa) ;
e2=cos( al pa- 2*pi / 3) ;
e3=cos( al pa- 4*pi / 3) ;
e4=- si n( al pa) ;
e5=- si n( al pa- 2*pi / 3) ;
e6=- si n( al pa- 4*pi / 3) ;
e7=1/ sqr t ( 2) ;

E=[ e1 e2 e3;
e4 e5 e6;
e7 e7 e7] ;
%F1 unt uk bet a

f 1=cos( bet a) ;
f 2=cos( bet a- 2*pi / 3) ;
f 3=cos( bet a- 4*pi / 3) ;


62
f 4=- si n( bet a) ;
f 5=- si n( bet a- 2*pi / 3) ;
f 6=- si n( bet a- 4*pi / 3) ;

F=[ f 1 f 2 f 3;
f 4 f 5 f 6;
e7 e7 e7] ;

R=[ Rs 0 0 0;
0 Rs 0 0;
0 0 Rr 0;
0 0 0 Rr ] ;

b1= Msr *cos( t et a) ;
b2= Msr *si n( t et a) ;


L=[ Ls 0 b1 - b2;
0 Ls b2 b1;
b1 b2 Lr 0;
- b2 b1 0 Lr ] ;

i t r s=60;

T=zer os( i t r s, 1) ;
n=zer os( i t r s, 1) ;
i sd=zer os( i t r s, 1) ;
i sq=zer os( i t r s, 1) ;
i r d=zer os( i t r s, 1) ;
i r q=zer os( i t r s, 1) ;
t =1: i t r s;
t t =[ 1: i t r s] ;
omega=zer os( i t r s, 1) ;
f or t =1: i t r s;
i f t ==1;
ot a=0;
el se ot a=omega( t - 1) ;
end;

Li nv=i nv( L) ;
d1=Ls*oma;
d2=Msr *oma;
d3=- d1;
d4=- d2;
d5=Lr *( oma- ot a) ;
d6=Msr *( oma- ot a) ;
d7=- d5;
d8=- d6;

G=[ 0 d3 0 d4;
d1 0 d2 0;
0 d8 0 d7;
d6 0 d5 0] ;

Vs=[ Vsa; Vsb; Vsc] ;
Vr =[ Vr a; Vr b; Vr c] ;

Vsd=( 3/ 2) *Vsa;
Vsq=Vsd;


63
Vr d=( 3/ 2) *Vr a;
Vr q=Vr d;

%St at e Space

%d/ dt [ I ] = I dot maka per samaan keadaan
%I dot =( - Li nv*( R+G) *I +( Li nv*V) u

%Bent uk UmumPer samaan Keadaan
%xdot = Ax + Bu
%y = Cx + Du

%I dot =( - Li nv*( R+G) *I +Li nv*V;
%*I =eye( 4) *I +zer o( 4) *V;

A=- Li nv*( R+G) ;
B=Li nv;
C=eye( 4) ;
D=zer os( 4) ;

aj i =SS( A, B, C, D) ;

ad=A;
bd=B;
cd=C;
dd=D;

%mer ubah SS ke TF, st u per sat u
[ numd1, dend1] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 1) ;
[ numd2, dend2] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 2) ;
[ numd3, dend3] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 3) ;
[ numd4, dend4] =ss2t f ( ad, bd, cd, dd, 4) ;

%mencar i I 1 . . . . I 4;

i 11=f i l t er ( [ numd1( 1, 2: 5) ] , [ dend1] , Vsd) ;
i 12=f i l t er ( [ numd1( 2, 2: 5) ] , [ dend1] , Vsq) ;
i 13=f i l t er ( [ numd1( 3, 2: 5) ] , [ dend1] , Vr d) ;
i 14=f i l t er ( [ numd1( 4, 2: 5) ] , [ dend1] , Vr q) ;

i 1=i 11+i 12+i 13+i 14;

i 21=f i l t er ( [ numd2( 1, 2: 5) ] , [ dend2] , Vsd) ;
i 22=f i l t er ( [ numd2( 2, 2: 5) ] , [ dend2] , Vsq) ;
i 23=f i l t er ( [ numd2( 3, 2: 5) ] , [ dend2] , Vr d) ;
i 24=f i l t er ( [ numd2( 4, 2: 5) ] , [ dend2] , Vr q) ;

i 2=i 21+i 22+i 23+i 24;

i 31=f i l t er ( [ numd3( 1, 2: 5) ] , [ dend3] , Vsd) ;
i 32=f i l t er ( [ numd3( 2, 2: 5) ] , [ dend3] , Vsq) ;
i 33=f i l t er ( [ numd3( 3, 2: 5) ] , [ dend3] , Vr d) ;
i 34=f i l t er ( [ numd3( 4, 2: 5) ] , [ dend3] , Vr q) ;

i 3=i 31+i 32+i 33+i 34;

i 41=f i l t er ( [ numd4( 1, 2: 5) ] , [ dend4] , Vsd) ;
i 42=f i l t er ( [ numd4( 2, 2: 5) ] , [ dend4] , Vsq) ;
i 43=f i l t er ( [ numd4( 3, 2: 5) ] , [ dend4] , Vr d) ;


64
i 44=f i l t er ( [ numd4( 4, 2: 5) ] , [ dend4] , Vr q) ;

i 4=i 41+i 42+i 43+i 44;

i t =i 1+i 2+i 3+i 4;

i sd( t ) =i 1;
i sq( t ) =i 2;
i r d( t ) =i 3;
i r q( t ) =i 4;

i =[ i 1; i 2; i 3; i 4] ;
V=[ Vsd; Vsq; Vr d; Vr q] ;

%Per samaan 2. 35. Menghi t ung Momen

T0=( P/ 2) *Msr *( i 2*i 3- i 1*i 4) ;
%di mana P: j uml ah kut ub =2
T( t ) =T0;

%Per samaan 2. 37. Menghi t ung w ( kecepat an)
%Tb=t or si beban, unt uk beban nol ; Tb=0
%j =0, 0697kg/ m^2
%t =. . . . . ? yang di car i

%dwm/ dt =( T- Tb) / j ; %wm=i / j i nt egr al nol sampai t ( T- Tb)
%syms T Tb j t ;
%wm=( 1/ j ) *i nt ( ( T- Tb) , ( t - 1) , t ) ;
w0=f i l t er ( [ 1] , [ j , 0] , [ T0- Tb( t ) ] ) ;
ot a=P*( w0/ 2000) ;
omega( t ) =ot a;
nn=ot a/ ( 2*pi ) ;
n( t ) =nn;
end;

f i gur e( 1)
pl ot ( t t , i sd) ;
t i t l e( ' i sd f ungsi t t ' )
gr i d on

f i gur e( 2)
pl ot ( t t , T)
t i t l e( ' Kur va Momen f ungsi wakt u' )
xl abel ( ' Wakt u' )
yl abel ( ' Momen' )
gr i d on

f i gur e( 3)
pl ot ( t t , n)
t i t l e( ' Kur va Put ar an f ungsi wakt u' )
xl abel ( ' Wakt u' )
yl abel ( ' Put ar an' )
gr i d on








65
Tabel Hasil Persamaan Dasar Tabel Hasil Transformasi Tabel Hasil SIMULINK

NO PUTARAN TORSI ARUS

NO PUTARAN TORSI ARUS

NO PUTARAN TORSI
1 1628 11.153 7.3005 1 1362.9 10 6.9195 1 0 11.883
2 1401.3 9.6 5.4962 2 1362.9 10 6.9195 2 -0.012819 11.69
3 1386.4 9.4976 5.7475 3 1362.9 10 6.9195 3 -0.038456 11.527
4 1469.4 10.066 5.764 4 1362.9 10 6.9195 4 -0.069471 11.559
5 1436.1 9.8379 5.6721 5 1362.9 10 6.9195 5 -0.10049 11.528
6 1445.9 9.9052 5.709 6 1362.9 10 6.9195 6 -0.25556 11.528
7 1467.3 10.052 5.6981 7 1362.9 10 6.9195 7 -0.41064 11.528
8 1316.3 9.0177 5.6744 8 1362.9 10 6.9195 8 -0.56571 11.629
9 1333.7 9.1369 5.8417 9 1362.9 10 6.9195 9 -0.72078 11.739
10 1333.1 9.133 5.8224 10 1362.9 10 6.9195 10 -0.87584 11.761
11 1315.7 9.0138 5.823 11 1362.9 10 6.9195 11 -1.0738 11.696
12 1380.9 9.4603 5.8423 12 1362.9 10 6.9195 12 -1.2717 11.643
13 1449.7 9.9311 5.7701 13 1362.9 10 6.9195 13 -1.5309 11.626
14 1300.7 8.9109 5.6939 14 1362.9 10 6.9195 14 -1.7898 11.636
15 1370.8 9.3911 5.859 15 1362.9 10 6.9195 15 -2.0483 11.671
16 1488.7 10.199 5.7813 16 1362.9 10 6.9195 16 -2.3062 11.693
17 1438.7 9.8563 5.6506 17 1362.9 10 6.9195 17 -2.5633 11.717
18 1451.7 9.9453 5.706 18 1362.9 10 6.9195 18 -2.8194 11.739
19 1397.2 9.5719 5.6916 19 1362.9 10 6.9195 19 -3.0742 11.755
20 1458.6 9.9922 5.752 20 1362.9 10 6.9195 20 -3.384 11.765
21 1289.3 8.8324 5.684 21 1362.9 10 6.9195 21 -3.6906 11.77
22 1474.9 10.104 5.8717 22 1362.9 10 6.9195 22 -4.074 11.771
23 1273.3 8.7229 5.6659 23 1362.9 10 6.9195 23 -4.4487 11.771
24 1444.8 9.8979 5.8894 24 1362.9 10 6.9195 24 -4.9148 11.771
25 1455.2 9.9692 5.6993 25 1362.9 10 6.9195 25 -5.358 11.772
26 1452 9.9473 5.6878 26 1362.9 10 6.9195 26 -5.9028 11.772
27 1412.3 9.6754 5.6913 27 1362.9 10 6.9195 27 -6.3811 11.767
28 1476.5 10.115 5.7353 28 1362.9 10 6.9195 28 -6.8475 11.763
29 1378.5 9.444 5.6641 29 1362.9 10 6.9195 29 -7.1595 11.759
30 1482 10.153 5.7727 30 1362.9 10 6.9195 30 -7.2832 11.756
31 1366.5 9.3612 5.6581 31 1362.9 10 6.9195 31 -7.1843 11.749
32 1308.6 8.9651 5.7861 32 1362.9 10 6.9195 32 -6.8284 11.74
33 1333.1 9.1326 5.8502 33 1362.9 10 6.9195 33 -6.1815 11.741
34 1320.6 9.0472 5.8231 34 1362.9 10 6.9195 34 -5.2112 11.737
35 1502.5 10.293 5.8369 35 1362.9 10 6.9195 35 -3.8867 11.731
36 1419 9.721 5.6354 36 1362.9 10 6.9195 36 -2.1795 11.726
37 1435.4 9.8332 5.7279 37 1362.9 10 6.9195 37 -0.063981 11.722
38 1417.7 9.7121 5.7097 38 1362.9 10 6.9195 38 2.4827 11.718
39 1361.3 9.326 5.7293 39 1362.9 10 6.9195 39 5.4802 11.712
40 1475.1 10.106 5.7918 40 1362.9 10 6.9195 40 8.9446 11.707
41 1275.9 8.7411 5.6657 41 1362.9 10 6.9195 41 12.889 11.703
42 1393.5 9.5467 5.8864 42 1362.9 10 6.9195 42 17.322 11.7
43 1421.2 9.7361 5.7561 43 1362.9 10 6.9195 43 22.25 11.696
44 1472.9 10.09 5.7255 44 1362.9 10 6.9195 44 27.677 11.688
45 1411.1 9.667 5.6682 45 1362.9 10 6.9195 45 33.6 11.683


66
46 1454.5 9.9645 5.7366 46 1362.9 10 6.9195 46 40.017 11.679
47 1463.3 10.025 5.6885 47 1362.9 10 6.9195 47 46.921 11.676
48 1455.2 9.969 5.6788 48 1362.9 10 6.9195 48 54.303 11.671
49 1452.5 9.9508 5.6878 49 1362.9 10 6.9195 49 62.152 11.663
50 1434.4 9.8268 5.6907 50 1362.9 10 6.9195 50 72.515 11.658
51 673.34 9.3328 5.7108 51 1362.9 10 6.9195 51 83.547 11.654
52 915.96 10.995 6.5543 52 1362.9 10 6.9195 52 98.389 11.651
53 778.62 10.054 6.2854 53 1362.9 10 6.9195 53 114.17 11.643
54 964.87 11.33 6.4376 54 1362.9 10 6.9195 54 135.25 11.639
55 844.9 10.508 6.2312 55 1362.9 10 6.9195 55 157.52 11.636


Tabel Hasil Persamaan Dasar Tabel Hasil Transformasi Tabel Hasil SIMULINK

NO PUTARAN TORSI ARUS NO PUTARAN TORSI ARUS NO PUTARAN TORSI
56 938.64 11.15 6.3641 56 1362.9 10 6.9195 56 187.7 11.634
57 906.6 10.931 6.2603 57 1362.9 10 6.9195 57 219.21 11.627
58 856.96 10.591 6.2958 58 1362.9 10 6.9195 58 251.7 11.622
59 846.84 10.521 6.3508 59 1362.9 10 6.9195 59 284.87 11.619
60 936.24 11.134 6.362 60 1362.9 10 6.9195 60 318.44 11.616
61 903.54 10.91 6.2629 61 1362.9 10 6.9195 61 352.16 11.613
62 928.05 11.078 6.2992 62 1362.9 10 6.9195 62 385.84 11.605
63 910.14 10.955 6.272 63 1362.9 10 6.9195 63 419.29 11.599
64 860.2 10.613 6.2918 64 1362.9 10 6.9195 64 459.23 11.596
65 877.66 10.733 6.3472 65 1362.9 10 6.9195 65 498.49 11.593
66 911.48 10.964 6.3278 66 1362.9 10 6.9195 66 536.91 11.589
67 917.42 11.005 6.2904 67 1362.9 10 6.9195 67 585.12 11.585
68 782.81 10.083 6.2838 68 1362.9 10 6.9195 68 631.62 11.581
69 797.18 10.181 6.433 69 1362.9 10 6.9195 69 676.31 11.577
70 939.9 11.159 6.417 70 1362.9 10 6.9195 70 719.16 11.569
71 850.24 10.545 6.2589 71 1362.9 10 6.9195 71 760.16 11.564
72 753.3 9.8806 6.3582 72 1362.9 10 6.9195 72 799.35 11.561
73 966.09 11.338 6.4657 73 1362.9 10 6.9195 73 845.04 11.558
74 754.48 9.8887 6.2298 74 1362.9 10 6.9195 74 888.12 11.555
75 974.34 11.395 6.4644 75 1362.9 10 6.9195 75 928.66 11.551
76 759.78 9.925 6.2207 76 1362.9 10 6.9195 76 966.76 11.547
77 878.11 10.736 6.4585 77 1362.9 10 6.9195 77 1002.5 11.543
78 925.91 11.063 6.3273 78 1362.9 10 6.9195 78 1036 11.538
79 793.11 10.153 6.2744 79 1362.9 10 6.9195 79 1073.5 11.534
80 868.63 10.671 6.4215 80 1362.9 10 6.9195 80 1108 11.53
81 880.65 10.753 6.3379 81 1362.9 10 6.9195 81 1139.8 11.526
82 911.39 10.964 6.3245 82 1362.9 10 6.9195 82 1174.9 11.522
83 914.97 10.988 6.2905 83 1362.9 10 6.9195 83 1206.4 11.518
84 852.44 10.56 6.2865 84 1362.9 10 6.9195 84 1234.5 11.514
85 909.33 10.95 6.3558 85 1362.9 10 6.9195 85 1259.6 11.51
86 804.79 10.233 6.2927 86 1362.9 10 6.9195 86 1286.9 11.506
87 956.17 11.27 6.4086 87 1362.9 10 6.9195 87 1310.4 11.502
88 867.61 10.664 6.2408 88 1362.9 10 6.9195 88 1330.5 11.498
89 810.87 10.275 6.339 89 1362.9 10 6.9195 89 1351.3 11.494


67
90 924.89 11.056 6.4019 90 1362.9 10 6.9195 90 1368.3 11.49
91 721.33 9.6616 6.2755 91 1362.9 10 6.9195 91 1385.2 11.486
92 981.82 11.446 6.5011 92 1362.9 10 6.9195 92 1398.2 11.482
93 822.4 10.354 6.2124 93 1362.9 10 6.9195 93 1408.1 11.479
94 924.57 11.054 6.3891 94 1362.9 10 6.9195 94 1417.2 11.472
95 751.96 9.8714 6.2758 95 1362.9 10 6.9195 95 1423.6 11.465
96 912.65 10.972 6.4672 96 1362.9 10 6.9195 96 1428.3 11.453
97 930.18 11.092 6.2891 97 1362.9 10 6.9195 97 1432.3 11.413
98 912.5 10.971 6.2696 98 1362.9 10 6.9195 98 1434.8 11.418
99 930.51 11.095 6.2892 99 1362.9 10 6.9195 99 1437 11.434
100 902.43 10.902 6.2693 100 1362.9 10 6.9195 100 1438.2 11.435
101 205.95 10.851 6.3004 101 1362.9 10 6.9195 101 1438.9 11.426
102 397.83 12.165 7.0723 102 1362.9 10 6.9195 102 1439.2 11.418
103 333.32 11.723 6.8596 103 1362.9 10 6.9195 103 1439.3 11.413
104 168.75 10.596 6.9311 104 1362.9 10 6.9195 104 1439.5 11.41
105 391.33 12.121 7.1135 105 1362.9 10 6.9195 105 1439.5 11.408
106 189.88 10.741 6.8668 106 1362.9 10 6.9195 106 1439.5 11.404
107 366.59 11.951 7.0901 107 1362.9 10 6.9195 107 1439.5 11.4
108 168.49 10.594 6.8943 108 1362.9 10 6.9195 108 1439.7 11.395
109 375.27 12.011 7.1138 109 1362.9 10 6.9195 109 1440 11.391
110 186.49 10.718 6.8846 110 1362.9 10 6.9195 110 1440.3 11.386



Tabel Hasil Persamaan Dasar Tabel Hasil Transformasi Tabel Hasil SIMULINK

NO PUTARAN TORSI ARUS NO PUTARAN TORSI ARUS NO PUTARAN TORSI
111 434.13 12.414 7.0938 111 1362.9 10 6.9195 111 1440.5 11.382
112 222.52 10.964 6.8194 112 1362.9 10 6.9195 112 1440.7 11.377
113 397.72 12.165 7.0539 113 1362.9 10 6.9195 113 1440.8 11.373
114 339.14 11.763 6.8598 114 1362.9 10 6.9195 114 1441.1 11.368
115 367.37 11.957 6.9247 115 1362.9 10 6.9195 115 1441.4 11.363
116 232.05 11.03 6.8934 116 1362.9 10 6.9195 116 1441.7 11.35
117 318.01 11.619 7.0434 117 1362.9 10 6.9195 117 1442 11.354
118 299.87 11.494 6.9481 118 1362.9 10 6.9195 118 1442.3 11.349
119 190.64 10.746 6.9682 119 1362.9 10 6.9195 119 1442.7 11.344
120 307.29 11.545 7.0893 120 1362.9 10 6.9195 120 1443 11.339
121 277.91 11.344 6.96 121 1362.9 10 6.9195 121 1443.4 11.334
122 400.32 12.182 6.9925 122 1362.9 10 6.9195 122 1443.7 11.328
123 185.05 10.708 6.8569 123 1362.9 10 6.9195 123 1444 11.323
124 363.48 11.93 7.0954 124 1362.9 10 6.9195 124 1444.3 11.316
125 384.71 12.076 6.8977 125 1362.9 10 6.9195 125 1444.7 11.309
126 284.31 11.388 6.8742 126 1362.9 10 6.9195 126 1445 11.302
127 278.24 11.346 6.9854 127 1362.9 10 6.9195 127 1445.3 11.293
128 410.33 12.251 6.9922 128 1362.9 10 6.9195 128 1445.6 11.284
129 319.51 11.629 6.8458 129 1362.9 10 6.9195 129 1445.9 11.273
130 386.01 12.084 6.9464 130 1362.9 10 6.9195 130 1446.2 11.262
131 360.85 11.912 6.8727 131 1362.9 10 6.9195 131 1446.5 11.249
132 360.95 11.913 6.9006 132 1362.9 10 6.9195 132 1446.8 11.234


68
133 365.43 11.943 6.9005 133 1362.9 10 6.9195 133 1447.1 11.216
134 279.04 11.352 6.8955 134 1362.9 10 6.9195 134 1447.4 11.196
135 422.07 12.331 6.9913 135 1362.9 10 6.9195 135 1447.7 11.172
136 360.2 11.908 6.8328 136 1362.9 10 6.9195 136 1447.9 11.212
137 325.27 11.668 6.9013 137 1362.9 10 6.9195 137 1448.3 11.198
138 198.91 10.803 6.94 138 1362.9 10 6.9195 138 1448.5 11.226
139 310.84 11.569 7.0801 139 1362.9 10 6.9195 139 1448.8 11.198
140 374.39 12.005 6.956 140 1362.9 10 6.9195 140 1449.1 11.219
141 221.29 10.956 6.8856 141 1362.9 10 6.9195 141 1449.3 11.243
142 435.84 12.426 7.0553 142 1362.9 10 6.9195 142 1449.6 11.261
143 339.5 11.766 6.8175 143 1362.9 10 6.9195 143 1449.9 11.271
144 349.12 11.832 6.9243 144 1362.9 10 6.9195 144 1450.1 11.274
145 252.84 11.172 6.9136 145 1362.9 10 6.9195 145 1450.4 11.273
146 404.64 12.212 7.0203 146 1362.9 10 6.9195 146 1450.6 11.313
147 383.29 12.066 6.8521 147 1362.9 10 6.9195 147 1450.9 11.292
148 159.99 10.536 6.8757 148 1362.9 10 6.9195 148 1451.1 11.259
149 365.61 11.945 7.1232 149 1362.9 10 6.9195 149 1451.3 11.231
150 263.33 11.244 6.8953 150 1362.9 10 6.9195 150 1451.6 11.217

Você também pode gostar