UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT BAKTHI YUDHA
NAMA: MUHAMMAD ADIB THAQIF BIN MAZLAN NIM: 11-2012-211 NAMA PEMBIMBING dr. DINI ADRIANI, SpS TANGGAL 20 NOVEMBER 2013
Stroke Batang Otak 2013
2
Bab 1 Skenario Kasus
A. Identitas Pasien Nama :- Tuan E Usia :- 55 Tahun 8 Bulan Jenis Kelamin :- Laki-laki Status :- Sudah Bernikah Pendidikan :- SMA Pekerjaan :- Karyawan Alamat :- Depok Dirawat di Ruang :- Belladonna
B. Subjektif Autoanamnesis pada tanggal 11 November 2013 Keluhan Utama:- Bahagian wajah miring ke arah kanan Keluhan Tambahan:- Pandangan berbayang, pusing memutar, tungkai bahagian kiri kesemutan Riwayat Perjalanan Penyakit Tn E. 55 tahun datang sendiri ke UGD RSBY dengan keluhan bibir agak miring ke bahagian kanan sejak 5 jam SMRS. Keluhan dirasakan timbul tiba-tiba sebaik bangun dari tidur, terus-menerus dan tidak membaik. Wajah bahagian kanan dirasakan kesemutan dan tidak mampu bergerak secara maksimal. Pasien juga mengeluh pandangan kelihatan berbayang sejak pagi SMRS. Pandangan dirasakan berbayang saat membuka kedua belah mata dan membaik dengan menutup salah satu mata. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak membaik dengan berjalannya waktu. Pasien menyangkal riwayat visus mata menurun dan memakai kaca mata. Sebelumnya, pasien mengaku pernah merasa pusing dengan perasaan memutar sejak satu hari SMRS. Pusing dikeluhkan timbul secara perlahan, hilang timbul dan memburuk sehingga sukar untuk bangun dari tidur. Pasien pernah mengalami pusing berputar sebelum ini tetapi tidak separah sekarang. Pasien juga merasakan kesemutan di tungkai kiri. Tungkai kanan dirasakan normal. Pasien menyangkal keluhan muntah-muntah dan mual.
Stroke Batang Otak 2013
3
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus tidak diketahui. Pasien menolak riwayat pemakaian kaca mata minus dan silinder. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada atau tidak dapat dipastikan akan kehadiran riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus Riwayat sosial, ekonomi dan pribadi Baik
C. Subjektif 1. Status Generalis Kesadaran:- Compos Mentis, tampak sakit sedang. Tekanan Darah:- 150/100mmHg Nadi:- 88x/menit Nafas:- 24x/menit Suhu:- 36.5 o C Kepala Normosefali Leher Tak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran KGB leher Jantung BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-) Paru SN Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/- Perut Supel, BU (+) Normal, NT abdomen (-) tidak teraba pembesaran hepar dan lien
2. Status Psikikus Cara berpikir Dalam batas normal Perasaan hati Dalam batas normal Tingkah laku Dalam batas normal Ingatan Dalam batas normal Kecerdasan Dalam batas normal
3. Status Neurologikus Kepala Bentuk Normosefali Nyeri Tekan Tidak ada Simetris Asimetris, bibir dan pipi berdeviasi ke bahagian kanan, ptosis di bahagian kanan Pulsasi Tidak ada
Leher Sikap Simetris Pergerakan Bebas Stroke Batang Otak 2013
4
Tanda Rangsang Meningeal Kaku kuduk Tidak Dilakukan Brudzinski Tidak Dilakukan Kernig Tidak Dilakukan Lasugue Tidak Dilakukan
Pemeriksaan Saraf Kranialis:- o Nervus I :- Penciuman Tidak dilakukan o Nervus II :- Kanan Kiri Tajam Penglihatan Baik Baik Pengenalan Warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Lapang Pandang Baik Baik Fundus Okuli Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
o Nervus III:- Kanan Kiri Kelopak Mata Ptosis Normal Gerakan Mata Superior Normal Normal Inferior Normal Normal Medial Normal Normal Endophtalmus Tidak Ada Tidak Ada Eksophtalmus Tidak Ada Tidak Ada Pupil Diameter 3 mm 3 mm Bentuk Bulat Isokor Bulat Isokor Posisi Sentral Sentral Refleks Cahaya Langsung + + Refleks Cahaya Tidak Langsung + + Strabismus - - Nistagmus - -
o Nervus IV:- Kanan Kiri Gerak Mata Lateral Bawah + + Strabisus - - Diplopia - +
Stroke Batang Otak 2013
5
o Nervus V:- Kanan Kiri Refleks Kornea + + Otot Mengunyah - +
o Nervus VI:- Kanan Kiri Gerakan Mata Lateral Terbatas Normal Strabismus Normal Normal Diplopia - -
o Nervus VII:- Kanan Kiri Mengerutkan Dahi - + Kerutan Kulit Dahi - + Menutup Mata - + Memperlihatkan Gigi - +
o Nervus VIII:- Mendengar suara berbisik Tidak Ada Tes Rinne Tidak Dilakukan Tes Weber Tidak Dilakukan Tes Swabach Tidak Dilakukan
o Nervus IX:- Arkus Faring Simetris Daya Mengecap Lidah Tidak Dilakukan Refleks Muntah Tidak Dilakukan Sengau Tidak Dilakukan Tersedak Tidak Ada
o Nervus X:- Arkus Farings Simetris Tersedak Tidak Ada
o Nervus XI:- Menoleh Kanan, Kiri, Bawah + Angkat Bahu + Trofi Otot Bahu -
o Nervus XII:- Sikap Lidah Dalam Mulut Tidak Dilakukan Mengeluarkan Lidah Normal Stroke Batang Otak 2013
6
Tremor Tidak Ada Badan dan Anggota Gerak a. Badan i. Motorik o Respirasi Simetris dalam statis dan dinamis o Duduk Baik, Normal o Bentuk Kolumna Vertebralis Baik, Normal o Pergerakan Kolumna Vertebralis Baik, Normal
ii. Sensibilitas o Taktil : ++ o Nyeri : ++ o Thermi : Tidak Dilakukan o Diskriminasi : Tidak Dilakukan o Lokalisasi : Tidak Dilakukan
b. Anggota Gerak Tonus : Normotonus Trofi : Tidak Ada Massa : Normal Sendi : Bergerak Aktif
o Refleks Kulit Perut Atas :- Tidak Dilakukan o Refleks Kulit Perut Bawah :- Tidak Dilakukan o Refleks Kremaster :- Tidak Dilakukan Stroke Batang Otak 2013
7
Koordinasi, Gait dan Keseimbangan o Cara Berjalan : Normal o Tes Romberg : Negatif o Disdiadokokinesia : Negatif o Ataksia : Negatif o Rebound Phenomena : Negatif o Dismetria : Negatif Gerakan Abnormal o Tremor : Tidak Ada o Miokloni : Tidak Ada o Khorea : Tidak Ada Alat Vegetatif o Miksi : Normal o Defekasi : Normal o Ereksi : Tidak Dinilai
D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 10 November 2013 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Makroskopik Warna Kuning Agak Keruh Kuning/Jernih Reaksi Asam Asam Hingga Netral pH 5 5 7.5 Berat Jenis 1.005 <1.030 Protein Negatif Negatif Glukosa Negatif Negatif Bilirubin Negatif Negatif Urobilinogen Normal Normal Keton Negatif Negatif Blood Negatif Negatif Nitrit Negatif Negatif Mikroskopik Eritrosit 0-3 0-1 Lekosit Banyak 1-4 Epitel Positif Positif/Negatif Kristal Negatif Negatif Selinder Negatif Negatif Bakteri Negatif Negatif Candida Negatif Negatif
Stroke Batang Otak 2013
8
GDS 256 mg/dL Ureum 24 mg/dL Kreatinin 1 mg/dL
Roentgent Thoraks Cor : Besar dan bentuk normal : Aorta tampak normal Pilmones : Tak tampak infiltrate : Corakan bronkovaskuler normal Diafragma normal Sinus costophrenicus kanan dan kiri tajam Tulang : Tak tampak kelainan
CT Scan Kepala Polos (2 November 2013) Tidak tampak ICH, SDH, EDH, SOL/infark di kedua cerebrum/cerebellum saat ini NB. Klinis T.I.A
CT Scan Kepala Polos (11 November 2013) MRA : Kaliber dan bentuk A. Carotis interna kanan-kiri, siphon dan A. Cerebri Anterior dan Cerebri Media beserta cabang-cabangnya dalam batas normal tak tampak stenosis maupun aneurisma serta AVM. A. Vertebralis distal kanan-kiri baik, menjadi A. Basilaris dan A. Cerebri posterior kanan-kiri beserta cabang-cabangnya baik. Tidak tampak gambaran stenosis maupun aneurisma serta AVM. Kesimpulan: Infark lakunar lama thalamus kiri, periventrikel kornu anterior kanan dan pons MRA tidak tampak stenosis, aneurisma dan malformasi vaskular
Stroke Batang Otak 2013
9
E. Ringkasan Subjektif Tn E. 55 tahun datang sendiri ke UGD RSBY dengan keluhan bibir agak miring ke bahagian kanan sejak 5 jam SMRS. Keluhan dirasakan timbul tiba-tiba sebaik bangun dari tidur, terus-menerus dan tidak membaik. Wajah bahagian kanan dirasakan kesemutan dan tidak mampu bergerak secara maksimal. Pasien juga mengeluh pandangan kelihatan berbayang sejak pagi SMRS. Pandangan dirasakan berbayang saat membuka kedua belah mata dan membaik dengan menutup salah satu mata. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak membaik dengan berjalannya waktu. Pasien menyangkal riwayat visus mata menurun dan memakai kaca mata. Sebelumnya, pasien mengaku pernah merasa pusing dengan perasaan memutar sejak satu hari SMRS. Pusing dikeluhkan timbul secara perlahan, hilang timbul dan memburuk sehingga sukar untuk bangun dari tidur. Pasien pernah mengalami pusing berputar sebelum ini tetapi tidak separah sekarang. Pasien juga merasakan kesemutan di tungkai kiri. Tungkai kanan dirasakan normal. Pasien menyangkal keluhan muntah-muntah dan mual. Objektif Kesadaran : Compos Mentis GCS : E 4 M 6 V 5 Tekanan Darah : 150/100 mmHg Nadi : 88x/menit Nafas : 24x/menit Suhu : 36.5 o C Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tanda rangsang meningeal (-), paresis N VI dextra dan NVII perifer dextra, hemiparesis sinistra. Reflesks fisiologis dalam batas normal dan tidak diketemukan refleks patologis Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal Pemeriksaan radiologi menunjukkan infark lakunar lama thalamus kiri, periventrikel kornu anterior kanan dan pons MRA tidak tampak stenosis, aneurisma dan malformasi vaskular
F. Diagnosis Klinis o Diplopia o Paresis Flaccid Nervus V Motorik Dextra, Nervus VI Dextra, Nervus VII Perifer Dextra o Hemiparese Sinistra Diagnosis Topik o Bahagian Pons, Sirkulasi pembuluh darah posterior Diagnosis Etiologis o Vaskular, Hipertensi, Diabetes Mellitus Diagnosis Patologik Stroke Batang Otak 2013
10
o Penyumbatan G. Tatalaksana Perawatan Penderita o Tirah Barin o Observasi Tanda-Tanda Vital o Fisioterapi o Diit DM Medikamentosa o IVFD RL/12jam o Citicolin 2x1000 mg/ml IV o Aspilets (Asetylsalicilic acid) 1x 160mg PO o Amlodipine 5 mg 1x1 (jika MAP >130)
H. Prognosis Ad Vitam : Bonam Ad Fungsionam : Bonam Ad Sanationam : Bonam
Stroke Batang Otak 2013
11
Bab 2: Perbahasan Kasus Pendahuluan Stroke merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak sehingga mengakibatkan defisit neurologis fokal atau global yang timbul secara mendadak, memburuk dalam jangka waktu 24 jam dan biasanya mengenai penderita berusia 45-80 tahun. Secara definisi WHO (World Health Organization), menetapkan bahawa defisit neurologik yang terjadi timbul semata-mata karena penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh sebab yang lain. Dari kausanya: stroke dapat terbahagi kepada 2:- 1,2 Stroke Hemorhagik (Perdarahan) Hemorrhagic stroke meliputi sekitar 13% daripada kasus stroke yang diketemukan. Ia adalah hasil daripada berkurangnya kekuatan pembuluh darah sehingga mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak, baik secara intrakranial maupun subaraknoid sehingga menimbulkan perdarahan ke jaringan sekitar. Darah terkumpul dan menekan jaringan otak sekitar. Dua tipe berkurangnya kekuatan pembuluh darah otak adalah:- 3 - Aneurysm atau kejadian balllooning pada daerah pembuluh darah yang melemah. Jika tidak diobati, keadaan ini akan berterusan melemah sehingga ia pecah dan mengalir ke dalam otak. 3
- Arteriovenous malformation adalah kumpulan pembentukan abnormal pembuluh darah. Pembuluh darah ini dapat memecah sehingga akan mengakibatkan perdarahan ke dalam otak. 3
Stroke Iskemik (Penyumbatan) Ischaemic stroke meliputi sekitar 87% daripada kaesemua kasus yang ditemukan. Keadaan ini terjadi sebagai akibat daripada penyumbatan di dalam pembuuh darah yang membekalkan darah ke dalam otak. Keadaan yang mendasari penyumbatan ini adalah berkembangnya deposit lemak yang ada di dinding pembuluh darah. Kondisi ini disebut atherosclerosis. Deposit lemak ini dapat mengakibatkan dua jenis penyumbatan:- 3 - Cerebral thrombosis yang merujuk kepada thrombus (bekuan darah) yang berkembang pada daerah penyumbatan pembuluh darah. 3
- Cerebral embolism yang merujuk secara umumnya pada bekuan darah yang terbentuk pada lokasi lain dalam sistem sirkulasi, terutamanya pada jantung dan Stroke Batang Otak 2013
12
pembuluh darah besar pada daerah leher dan bahagian dada. Sebahagian daripada berkuan ini terlepas, memasuki aliran darah dan melewati pembuluh darah otak sehingga mencapai daerah yang terlalu sempit untuk dilewati. Penyebab kedua penting embolism adalah denyut jantung yang irregular yang mengakibatkan bekuan terbentuk di dalam jantung, terlepas dan melewati otak. 3
Pada stroke iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi rantai yang berakhir dengan kematian sel otak dan unsur pendukungnya. Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tak ada reperfusi. 1
Silent cerebral infarction atau silent stroke adalah kerosakan jaringan otak yang kemungkinan disebabkan oleh bekuan darah yang menganggu aliran darah otak. Ini menjadi faktor resiko untuk stroke yang akan datang di mana dapat mengakibatkan kerosakan otak yang progresif karena stroke ini. 3 I schemic Stroke Berdasarkan Bamford Classification infark dapat dibagikan menjadi beberapa tipe:- 3 PACI (Partial Anterior Circulation Infarction) yang mempunyai gejala lebih terbatas pada daerah yang lebih kecil dari sirkulasi serebral pada sistem karotis.Gejala klinisnya:- o Defisit motorik/sensorik dan hemianopia o Defisit motorik/sensorik dan gejala fungsi luhur o Gejala fungsi luhur dan hemianopia o Defisit motorik/sensorik murni yang kurang ekstensif dibandingkan infark lakunar o Gangguan fungsi luhur sahaja TACI (Total Anterior Circulation Infarction) pada sistem sirkulasi karotis dengan gambaran:- o Hemiparesis dengan gangguan sensorik kontralateral sisi lesi o Hemianopia kontralateral sisi lesi o Gangguan fungsi luhur:- misalnya afasia, gangguan visuospatial, hemineglect, agnosia dan apraxia Stroke Batang Otak 2013
13
LACI (Lacunar Infarct) disebabkan oleh infark pada arteri kecil dalam otak. Tanda klinisnya:- o Tidak ada defisit visual o Tidak ada gangguan fungsi luhur o Tidak ada gangguan fungsi batang otak o Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil o Ataksik hemiparesis termasuk ataksia dan disartria PACI (Posterior Circulation Infarct) Oklusi pada batang otak atau lobus posterior. Gejala klinisnya o Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral dan gangguan motorik/sensorik kontralateral o Gangguan motorik/sensorik bilateral o Gangguan gerakan konyugat mata o Disfungsi serebelar tanpa gangguan jaras panjang ipsilateral o Isolated hemianopia atau buta kortikal o Penurunan kesadaran yang cukup berat karena gangguan pada traktus retikularis Lacunar infarction adalah lesi yang kecil (seringkali berdiameter kurang dari 5mm) yang terjadi pada daerah penyebaran arteriol pada daerah basal ganglia, pons, cerebellum, internal capsile, thalamus dan paling tidak sering, deep cerebral white matter. Lacunar infarcts sering berhubungan dengan hipertensi atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dan ditemukan dalam beberapa sindroma klinis, termasuk defisit kontralateral murni motorik atau sensorik, ataksia ipsilateral dengan paresis crural, dan dysarthria dengan kesemutan pada tangan. Defisit neurologik ini dapat berkembang dalam 24-36 jam sebelum stabil. 4 Lacunar infarcts kadang terlihat pada CT-Scan sebagai daerah hipodens yang kecil tetapi dalam kebanyakan pasien tidak terlihat sebarang abnormalitas. Pada beberapa keadaan juga, pasien dengan sindroma klinis yang mengarah ke lacunar infarction, dapat diketemukan infark hemisfera yang parah. Resiko mortalitas awal dan rekurens stroke adalah tinggi pada infark non-lakunar dibandingkan dengan infark lakunar. Prognosis daripada penyembuhan defisit yang di hasilkan oleh infark lakunar seringkali baik, dengan penyembuhan parsial atau total dalam waktu 4-6 minggu dalam banyak kasus. 4 Stroke Batang Otak 2013
14
Epidemiologi Di Amerika Serikat, stroke kekal sebagai penyebab ketiga tertinggi kematian, walaupun terjadi penurunan di dalam insidensnya pada 30 tahun terakhir ini. Penyebab berkurangnya kejadian tidak pasti, tetapi kesadaran yang meningkat terhadap faktor resiko (hipertensi, diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, kelainan jantung, AIDS, dan sebagainya) serta tindakan profilaktif yang membaik dapat menyumbang kepada penurunan ini. 4 Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peingkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah; sebesar 15,9% (Usia 45-55 tahun), 26,8% (Usia 55-64 tahun), 23,5% (Usia lebih 65 tahun). Insidens stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan; 1,6% tidak berubah, 4,3% semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita, dan profil usia di bawah 45 tahun sebesar 11,8%, Usia 45-64 tahun 54,2% dan usia di atas 65 tahun mencapai 33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari. 1,2 Gejala dan Simptom Onset seringkali secara tiba-tiba dan mungkin terdapat perkembangan yang sedikit kecuali akibat daripada pembengkakan otak. Evaluasi klinis harus memasukkan pemeriksaan jantung dan auskultasi pada pembuluh darah subclavian dan carotis vessels untuk menentukan kehadiran bruit. Obstruksi pada sirkulasi vertebrobasilar dapat mengakibatkan gejala sebagai berikut. 4 Oklusi pada posterior cerebral artery dapat mengakibatkan sindroma thalamus di mana terjadinya gangguan hemisensorik kontralateral, diikuti dengan nyeri spontan dan hiperpatia yang progresif. Seringkali terdapat macular sparing homonymous hemianopia dan kadang hemiparesis yang akan menghilang. Tergantung kepada tempat lesi dan sirkulasi kontralateral, keparahan defisit ini adalah berbagai dan defisit lain dapat terjadi seperti pergerakan involunter dan aleksia. 4
Oklusi pada vertebral artery distal, di bawah anterior spinal dan posterior inferior cerebellar artery dapat secara klinis tidak menimbulkan gejala karena sirkulasi masih dikekalkan oleh arteri vertebra yang lain. Sekiranya arteri tersebut mengalami gangguan, defisit yang terjadi adalah sama seperti oklusi basilar artery kecuali Stroke Batang Otak 2013
15
terdapat sirkulasi yang bagus daripada sirkulasi anterior dariada sirkulus Willisi. Apabila arteri paramedia yang timbul daripada arteri vertebra mengalami penyumbatan, hemiplegia kontralateral dan defisit sensorik terjadi dengan hubungan dengan palsy pada saraf kranial yang ipsilateral sesuai dengan aras lesi. 4
Obstruksi pada posterior inferior cerebellar artery atau obstruksi pada arteri vertebral sebelum ia bercabang ke arah arteri ini akan mengarah kepada defisit sensorik spinothalamik ipsilateral termasuk wajah, lesi saraf kranial IX dan X, ataksia dan kesemutan tungkai, dan Horner syndrome, termasuk dengan defisit sensorik spinothalamik kontralateral termasuk tungkai. 4
Oklusi pada kedua vertebral artery atau basilar artery dapat membawa kepada koma dengan pinpoint pupil, flaccid quadriplegia dan defisit sensorik, dan abnormalitas saraf kranial yang pelbagai. Dengan oklusi basilar artery parsial, dapat terjadi diplopia, defisit visual, vertigo, dysarthria, ataksia, kelemahan atau gangguan sensorik pada sebahagian atau kesemua tungkai dan palsy saraf kranial yang kurang jelas. Pada pasien dengan hemiplegia yang berasal daripada pons, mata seringkali miring ke arah yang lumpuh, manakala pasien dengan lesi hemisfera, mata secara umumnya deviasi ke arah berlawanan. 4
Oklusi pada mana-mana major cerebellar arteries akan menghasilkan vertigo, mual, muntah, nistagmus, ataksia tungkai ipsilateral dan defisit sensorik spinothalamik kontralateral di dalam tungkai. Jika superior cerebellar artery terlibat, defisit spinothalamik kontralateral juga melibatkan wajah; dengan oklusi pada anterior inferior cerebellar artery terdapat defisit sensorik spinothalamik ipsilateral melibatkan wajah, seringkali termasuk kelemahan wajah ipsilateral dan tuli. Infark serebellar yang berat dapat membawa kepada koma, herniasi tonsilar dan kematian. 4
Individual Brainstem Vascular Syndrome Infark batang otak dalam beberapa lokasi yang berbeza seringkali menghasilkan hemiplegi alternan, yang berarti kombinasi defisit saraf kranial pada sisi lesi dengan kelemahan hemibadan yang berlawanan. 5 Dorsolateral medullary syndrome (Wallenberg syndrome) o Penyebab:- oklusi atau emboli pada daerah posterior inferior cerebellar artery atau vertebral artery. Stroke Batang Otak 2013
16
o Gejala klinis:- onset tiba-tiba dengan vertigo, nistagmus (inferior vestibular nucleus dan inferior cerebellar peduncle), mual dan muntah (area postrema), dysarthria dan dysphonia (nucleus ambiguus), singultus (respiratory center of the reticular formation) Medial medullary syndrome (Dejerine syndrome) o Penyebab:- oklusi pada cabang paramedian vertebral atau basilar artery, terutama secara bilateral. o Gejala klinis:- ipsilateral flaccid hypoglossal nerve palsy, hemiplegi kontralateral (tidak spastik) dengan tanda Babinski, hiperastesi kontralateral posterior column (i.e., hiperastesia sentuh dan tekanan, dengan gangguan sensasi posisi) dan nistagmus (sekiranya lesi terkena medial longitudinal fasciculus. Syndrome of the caudal basis pontis (Millard-Gublar atau Foville syndrome). o Penyebab:- oklusi pada cabang arteri basiler o Gejala klinis:- ipsilateral abduscens palsy (peripheral) dan facial palsy (nuclear); hemiplegi kontralateral; analgesia kontralateral, thermanaestesia dan ganguan sensasi sentuh, posisi dan getaran Syndrome of the caudal pontine tegmentum o Penyebab:- oklusi cabang arteri basiler o Gejala klinis:- ipsilateral nuclear abduscens dan facial palsy, nistagmus (medial longitudinal fasciculus), gaze paresis ke arah sisi lesi; hemiataksia ipsilateral dan asinergis (medial cerebellar peduncle); analgesia dan thermanestesia kontralateral (lateral spinothalamic tract) hiperestesi dan gangguan posisi serta getaran secara kontralateral (medial lemniscus); ipsilateral palatal dan pharyngeal myoarhytmia (central tegmental tract). Syndrome of the oral pontine tegmentum o Penyebab: oklusi pada cabang arteri basiler dan arteri cerebellar superior o Gejala klinis:- defisit sensasi saraf ipsilateral (gangguan serat trigeminus) dan paralisis otot mastikasi (motor nucleus saraf trigeminus), hemiataksia, intention tremor, adiadokokinesis (superior cerebellar peduncle): gangguan modalitas sensorik kontralateral
Stroke Batang Otak 2013
17
Syndrome of the midportion of the basis pontis o Penyebab:- oklusi pada cabang paramedian dan cabang sirkumferens pendek pada arteri basiler o Gejala klinis:- paresis flaccid ipsilateral pada otot mastikasi, hypestesi analgesia dan thermanestesia wajah; hemiataxia dan asinergis ipsilateral: hemiparesis spastik kontralateral. Syndrome of the red nucleus (Benedicts syndrome) o Penyebab:- oklusi pada cabang interpendukuler pada arteri serebral posterior dan arteri basiler. o Gejala klinis:- palsy ipsilateral saraf okulomotorius dengan midriasis (gangguan pada serat saraf) ; gangguan sentuh, posisi dan getaran kontralateral, juga pada two point discrimination (penglibatan lemniskus medial); hyperkinesia kontralateral (tremor, chorea, atetosis) karena penglibatan red nukleus; rigiditas kontralateral (substantia nigra) Syndrome of the cerebral peduncle (Weber syndrome) o Penyebab:- oklusi pada cabang interpedunkular arteri cerebralis posterior dan arteri choroidalis posterior; jarang diketemukan tumor (glioma) o Gejala klinis:- palsy ipsilateral saraf okulomotorius; hemiparesis spastik kontralateral; rigiditas parkinsonian konralateral (substansia nigra); distaksia kontraateral (kortikopontine tract); defisit saraf kranial yang diakibatkan oleh gangguan pada persarafan supranuklear saraf kranial VII, IX, X, dan XII. Infark kecil pada daerah oralis pons, disebabkan oleh oklusi perforating artery, dapat menghasilkan pelbagai defisit yang transien dan circumscribed. Arteriosclerosis pada arteri basilar dapat mengakibatkan beberapa infark kecil pada satu atau kedua sisi batang otak, terjadi pemburukan dalam waktu dan akhirnya menghasilkan gambaran klinis microangiopathic pseudobulbar palsy. Pada sindrom ini, disarthria dan disfagia terhasil daripada gangguan persarafan supranuklear daripada inti saraf kranial motorik. Microangiopathic brainstem disease seringkali diakibatkan oleh hipertensi arterial umum; oleh itu, ia seringkali mempunyai lesi lain di atas tentorium cerebrii. 5
Stroke Batang Otak 2013
18
Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras perlu dilakukan dengan segera, sebelum diberikan aspirin atau agen trombolitik lain, untuk menolak diagnosis perdarahan serebral. CT Scan secara relatif kurang sensitif kepada stroke iskemik akut, dan seterusnya MRI dengan diffusion-weighted sequence dapat dilakukan untuk mengenal pasti distribusi dan keparahan infark yang terjadi di samping untuk menolak diagnosis tumor atau lainnya. Perfusion- weighted MRI sequences berguna untuk menilai daerah tambahan lain yang beresiko untuk mengalami infark, seterusnya mendorong untuk melakukan terapi yang terbaik. Pergambaran terhadap sirkulasi servikal diindikasikan untuk mencari sumber stroke yang terjadi. 4 Pemeriksaan Laboratorium harus memasukkan pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, gula darah dan tes serologi untuk sifilis. Skrining untuk antibodi antifosfolipidl abnormalitas protein C, protein S, atau antithrombin; atau mutasi gene prothrombin diindikasikan jika pasien difikirkan mempunyai gangguan hiperkoagubilitas (pasien muda dengan faktor resiko jelas terhadap stroke). Peningkatan kolesterol serum, lipid dan serum homosistein dapat memberikan indikasi peningkatan reseko stroke thrombotic. EKG atau monitor jantung yang berterusan selama 24 jam dapatmembantu menolak infark miokard yang terbaru atau aritmia jantung yang dapat bertindak sebagai sumber embolisasi. Kultur darah harus dilakukan jika difikirkan endokarditis, echokardiografi jika penyakit jantung kronik terutama penyakit vaskular, left-to-right shunting atau cardiac thrombus. Pemeriksaan terhadap cairan serebrospinal tidak sering dilakukan tetapi dapat membantu jika cerebral vasculitis atau penyebab peradangan serta infeksi dicurigakan tetapi perlu ditangguh sehingga CT atau MRI memastukan tiadanya herniasi. 4 Pengobatan Langkah profilaktif perlu difikirkan dalam menangani serangan iskemi. Penanganan terhadap stroke akut perlu dilakukan di unit stroke jika keadaan memerlukan. Terapi intravenous thrombolytic dengan recombinant tissue plasminogen activator adalah efektif dalam mengurangi deficit neurologis dalam pasien yang tanpa bukti perdarahan intrakranialpada CT Scan-nya jika terapi ini diadministrasikan secepat mungkin tetapi tidak melebihi 4,5 jam setelah onset gejala iskemik berlaku.dalam pasien dengan thrombotic stroke,, prosedur prekutaneus, termasuk endovaskular intraarterial rtPA atau pengangkatan Stroke Batang Otak 2013
19
mekanis emboli juga efektif dibandingkan dengan pengobatan medis non thrombotik, walaupun terjadinya peningkatan resiko perdarahan intrakranial. 4 Manajemen awal pada stroke memerlukan terapi suportif general. Sewaku stadium akut, dapat terjadi pembengkakan dan edema otak yang jelas, dengan tanda klinis peningkatan tekanan intrakranial, defisit neurologis yang makin memburuk, atau sindroma herniasi. Peningkatan tekanan intrakranial diuruskan dengan elevasi kepala dan agen osmotik seperti manitol. Penjagaan terhadap tekanan perfusi serebral yang adekuat membantu mencegah iskemi yang lebih lanjut. Hemicraniotomy dekompresi untuk infark arteri cerebri media yang ganas dapat menurunkan mortalitas dan meningkatkan hasil fungsional pada beberapa keadaan. Cobaan untuk menurunkan tekanan darah pasien sewaktu fase akut harus secara umum dielakkan, kerana berkurangnya autoregulasi pada serebral hingga menurunkan tekanan darah dapat memburukkan daerah iskemik tersebut. Namun, jika tekanan sistolik melebihi 220 mmHg, ia dapat diturunkan dengan labetalol atau nikardipin dengan monitor berterusan sehingga 170-200 mmHg dan setelah 2 minggu diturunkan sehingga mencapai 140/90 mmHg 4 Pada pasien yang tidak layak untuk terapi thrombolitik, dan pada CT-scan menolak adanya perdarahan, administrasi segera aspirin 325mg secara oral per hari dapat diberikan. Obat antikoagulanharus dimulai dalam keadaan fibrilasi atrial atau sumber lain kardioembolism. Pengobatan dengan warfarin atau dabigatran. Jika CT-Scan tidak menunjukkan tanda perdarahan dan cairan serebrospinla adalah bening, terapi antikoagulan dapat dimulai tanpa tangguhan. 4 Terapi fiskal memainkan peran penting dalam mengurus pasien dengan gangguan fungsi motorik. Pergerakan pasif pada stadium awal dapat membantu terjadi kontraktur. Dalam kesemua kasus, mobilisasi awal dan rehabilisasi aktif adalah penting. Terapi kerja dapat meningkatkan skill motorik dan moral, sementara teapi bahasa berguna dalam pasien dengan disfasia atau disarthria. Disebabkan resiko terjadinya disfagia setelah stroke, akses makanan dan minuman dibataskan sehingga terjadinya evaluasi menelan yang baik. Apabila terdapat defisit motorik yang parah dan kekal, alat bantu seperti, leg brace, toe spring, frame atau tongkat dapat membantu pergerakan pasien dan penyesuaian alat bantu lain untuk kerja sehari-hari membantu meningkatkan kualitas hidup. 4
Stroke Batang Otak 2013
20
Prognosis Prognosis yang hidup setelah infark serebral adalah lebih baik dibandingkan perdarahan subaraknoid atau serebral. Satu-satunya terapi yang terbukti efektif untuk stroke akut memerlukan inisiasi dalam 3 hingga 4.5 jam setelah onset, dan oleh itu, prognoss tergantung kapada jarak waktu sebelum datangnya pasien ke rumah sakit. Pasien yang menerima terapi rtPA adalah sekurangnya 30% mengalami disabilitas minimal atau tidak ada dalam jangka waktu 3 bulan dibandingkan mereka yang tidak dirawat dengan rtPA. Penurunan kesadaran setelah infark serebral menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Keparahan infark mengawal potensi rehabilitasi. Pasien yang mengalami infark serebral mempunyai resiko stroke tambahan dan infark miokard. Terapi statin untuk mengurangi tahap lipid serum dapat menurunkan resiko ini. Terapi antiplatelet menurunkan kadar rekurens sehingga 30% diantara pasien tanpa penyebab jantung. 4
Stroke Batang Otak 2013
21
Bab 3 Kesimpulan Perbahasan Berdasarkan anamnesis yang didapatkan daripada pasien, pasien menderita suatu defisit fokal (perasaan pusing memutar dengan pandangan berganda) yang muncul secara tiba-tiba (wajah bahagian kanan mengalami kemiringan yang timbul pada waktu pagi hari setelah istirahat), memburuk dengan berlanjutnya waktu atas akibat kelainan daripada pembuluh darah, sesuai dengan definisi stroke. Dengan klasifikasi stroke, keadaan yang dirasakan oleh pasien dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi stroke iskemi yaitu, perburukan gejala dan tanda bertahap fokal neurologi sesuai dengan pola vaskular yang kena dan tanda ke arah kortikal atau subkortikal umumnya pada saat istirahat. Dikatakan pasien ini menderita infark lakunar batang otak karena berdasarkan klasifikasi Bamford menunjukkan tidak adanya gangguan defisit visual, gangguan fungsi luhur dan defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang tinggi, yang sering menjadi salah satu faktor resiko terjadinya infark lakunar, dan gangguan saraf V motorik kanan, (melemahnya otot mengunyah), saraf VI kanan (gerakan mata ke lateral terbatas sehingga pandangan dirasakan berganda dan dapat membaik dengan menutup salah satu mata), saraf VII perifer bahagian kanan (pergerakan daerah wajah bahagian kanan yang mempunyai hambatan atau tidak ada sehingga diperlihatkan dengan bibir miring ke kanan, mata kanan sukar untuk ditutup dan bukaan mulut yang cenderung miring ke kiri) yang memperlihatkan gambaran infark pada daerah pons bahagian kanan dikarenakan inti saraf-saraf yang terkena tersebut berada di daerah pons ini. Pada pemeriksaan motorik diperlihatkan penurunan kekuatan dan sensorik pada sisi kiri, berbentuk kontralateral daripada gangguan neurologis yang terjadi di wajah, menyokong pemikiran bahawa lesi yang terjadi terletak di pons di mana inti saraf kranialis sudah berada di daerah ipsilateral dengan lesi manakala saraf motorik tungkai dan lengan masih belum bersilang sehingga mengakibatkan terjadinya defisit di daerah kontralateral. Pada pemeriksaan penunjang CT Scan Kepala Polos pada 11 November ditemukan gambaran infark lakunar lama thalamus kiri, periventrikular kornu anterior kanan dan pons menyokong terjadinya infark lakunar di daerah pons. Daripada pemeriksaan laboratorium diperlihatkan terjadinya gangguan dalam nilai gula darah sewaktu dan mengakibatkan Stroke Batang Otak 2013
22
keraguan adanya diabetes mellitus yang juga merupakan salah satu faktor resiko daripada terjadinya infark lakunar. Berdasarkan gejala palsi saraf kranial V dan VII, paresis dan anaestesi tungkai kontralateral, defisit sensasi saraf ipsilateral dan paralisis otot mastikasi, serta gangguan modalitas sensorik kontralateral, pasien menderita beberapa gejala campuran daripada infark yang bersifat lakunar di daerah basis potis oralis, tegmentum pontis kaudalis dan tegmentum pontis oralis.
Stroke Batang Otak 2013
23
DAFTAR PUSTAKA 1. Dr. Al Rasyid, SpS, Dr Lyna Soertidewi, SpS(K). M.Epid. Unit stroke: manajemen stroke secara komprehensif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007: halaman 1-7, 26-28 2. Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS(K), FAAN, Prof. Dr. Rusdi Lamsudia, Sps(K) M.Med.Sc, Prof. DR. Dr Amiruddin Aliah, MM, SpS(K), Prof Dr. Basyiruddin A. SpS(K), Prof DR. Dr. Suroto, Sp.S(K) et al. Guideline stroke tahun 2011. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011:halaman 1-3 3. American Heart Association. About stroke, Last reviewed on 23 October 2012. Downloaded at http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/EffectsofStroke/Brain- Stem-Stroke_UCM_310771_Article.jsp on 17 November 2013 4. Maxine A.P., Stephen J.M, Michael W.R. 2013 Current medical diagnosis and treatment. McGrawHill. 2013 ;Halaman 979-983 5. Mathias Baehr, Michael Frotscher, Duus topical diagnosis in Neurology, Thieme Stuttgart, New York. 2005: Halaman 226-237