Você está na página 1de 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
SNHL merupakan akibat dari penyakit koklea, saraf pendengaran, atau otak.
1
SNHL
(Sensori-neural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang dapat bersifat total maupun
parsial yang dapat mempengaruhi salah satu telinga ataupun kedua-duanya. Keadaan ini ditandai
oleh hilangnya kemampuan mendengar yang dapat disebabkan oleh gangguan di telinga dalam,
gangguan pada jaras saraf dari telinga dalam ke otak serta gangguan di otak. Gangguan
pendengaran sensorineural biasanya bersifat permanen.

Kejadian SNHL dari semua ganggguan
pendengaran yang terjadi, sekitar 90% diantaranya disebabkan oleh SNHL. SNHL ditemukan
sekitar 23% pada populasi diatas usia 65 tahun. Insiden SNHL tiap tahunnya sekitar 5 sampai 20
kasus per 100.000 orang.
2

Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus
VIII atau di pusat pendengaran. Gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang
terbagi atas tuli koklea dan tuli retrokoklea.

Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia
(kongenital), labirinitis (bakteri/virus), intoksikasi obat ototoksik, dapat juga disebabkan tuli
mendadak, trauma kapitis, trauma akustik dan pemaparan bising.

Tuli Retrokoklea disebabkan
oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebellum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan
otak dan kelainan otak lainnya.
3

Pasien-pasien yang mengalami penyakit telinga dalam mengeluhkan gangguan
pendengaran, tinnitus dan gangguan keseimbangan. Untuk menegakkan diagnosis tuli
sensorineural dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan otology, dan pemeriksaan
audiometry.
3
Tidak ada tatalaksana yang efektfif untuk SNHL, namun dapat mencegah terjadinya
kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama dari SNHL. Pencegahannya dengan
cara menghindari paparan bising yang berlebihan,

menghindari untuk mengkonsumsi obat-
obatan ototoksik.
4


2

Tuli sensorineural pada usia muda mempunyai angka perbaikan yang lebih besar
dibandingkan usia tua, tuli sensorineural berat dan sangat berat mempunyai prognosis lebih
buruk dibandingkan dengan tuli sensorineural nada rendah dan menengah.
4

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. ANATOMI TELINGA
Secara anatomi dan fungsional, telinga dibagi menjadi 3 bagian telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
3,4


Gambar 1. Anatomi Telinga
3

a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 -3 cm.
3,4

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
dan rambut. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
3,4



3


b. Telinga Tengah
Telinga tengah terletak di dalam os temporale. Telinga tengah terisi udara dan
berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba Eustachii. Ruang ini mengandung tulang
(ossicula) pendengaran, otot pendengaran, saraf dan pembuluh darah.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
- Batas luar : membran timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (tubulus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum
- Batas atas : Tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkat bundar (round
window) dan promontorium.
3,4

Membran timpani berbentuk seperti kerucut, dengan bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu bagian prosesus longus dan
prosesus brevis maleus dengan jaringan ikat di sekitarnya.
3,4

Ujung maleus disebut umbo, dan di ujung umbo ini bermula suatu refleks cahaya.
Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran
timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut
inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu.
3,4

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian depan-atas, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membran timpani.
3,4

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes.
3,4




4


c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibulum yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli.
3,4
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli
sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.
3,4
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tekroria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam,
sel rambut luar dan Kanalis Corti yang membentuk organ Corti.
3,4
Vaskularisasi Telinga Dalam
Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris
anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu
arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior,
serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri
auditori interna adalah arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis
dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali
sepertiga bagian basal diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri
vestibulokoklearis.
Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus
petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus
petrosus inferior dan superior.
9




5

2.2. FISIOLOGI TELINGA
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensi aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
3


2.3. GANGGUAN FISIOLOGI TELINGA
Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan
gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas tuli koklea dan
tuli retrokoklea. Telinga dalam terdiri dari alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-
obat yang merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli saraf.
Setelah pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terdapat gejala gangguan
pendengaran dan gangguan keseimbangan.
3,4

Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness), serta tuli
campur (mixed deafness).
2,3
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara,
disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli
sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus VIII atau di
pusat pendengaran, sedangkan tuli campur dapat merupakan satu penyakit, misalnya radang
telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang


6

berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli
konduktif).
3






















7

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. SENSORI-NEURAL HEARING LOSS (SNHL)
3.1.1. DEFINISI
SNHL merupakan akibat dari penyakit koklea, saraf pendengaran, atau otak.
10
SNHL
(Sensori-neural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang dapat bersifat total maupun
parsial yang dapat mempengaruhi salah satu telinga ataupun kedua-duanya. Keadaan ini
ditandai oleh hilangnya kemampuan mendengar yang dapat disebabkan oleh gangguan di
telinga dalam, gangguan pada jaras saraf dari telinga dalam ke otak serta gangguan di otak.
15

Seorang penderita dengan tuli perseptif pada kedua telinga akan mengeluh tidak dapat
mengerti apa yang dikatakan orang lain, yang mana dapat mendengar suara, tetapi semua
kata-kata terdengar campur aduk sehingga sangat membingungkan.
10
3.1.2. EPIDEMIOLOGI

Dari semua ganggguan pendengaran yang terjadi, sekitar 90% diantaranya disebabkan oleh
SNHL. SNHL ditemukan sekitar 23% pada populasi diatas usia 65 tahun. Insiden SNHL tiap
tahunnya sekitar 5 sampai 20 kasus per 100.000 orang.
15
3.1.3. ETIOLOGI
1. Tuli Koklea
Kongenital
Proses patologi yang menyebabkan tuli sensorineural dapat timbul dari kerusakan saraf
pendengaran sebelum lahir, selama persalinan atau dalam masa perinatal. Penyebab
kongenital akuisita bagi tuli sensorineural meliputi trauma prakelahiran pada fetus dan
kelainan kongenital. Tuli kongenital bisa timbul akibat pemberian obat toksik selama
kehamilan seperti talidomid, kuinin atau steptomisin. Anoksia lama pada fetus bisa
menyebabkan tuli.
2



8

Infeksi oleh bakteri atau virus



Radang telinga dalam karena kolesteatoma akan menyebabkan labirinitis supuratif, dengan
destruksi total telinga dalam, biasanya berakibat ketulian.
Infeksi telinga tengah. Suatu proses infeksi pada telinga tengah dapat mencapai telinga
dalam. Produk metabolik dapat melintas dari telinga tengah ke dalam koklea atau
vestibulum.
1

Infeksi virus dapat menyebabkan ketulian antara lain gondongan, cacar air, campak,
influenza, herpes zoster. Gondongan merupakan penyebab utama ketulian unilateral didapat
pada anak.
1
Obat-obat ototoksik
Tuli sensorineural bisa disebabkan oleh obat ototoksik. Biasanya gejalanya mencakup
tinnitus, gangguan pendengaran yang bersifat sensorineural dan gejala vestibularis. Obat
yang lazim digunakan yang mungkin bersifat ototoksik meliputi aminoglikosida, asam
etakrinat (yang biasanya menyebabkan tuli sepintas dan sedang), aspirin (penggunaan
menahun), dan diuretika furosemid.
2,7

Trauma
Trauma akustik disebabkan oleh pemaparan ke bising keras. Biasanya setelah terpapar ke
bising keras, diikuti oleh tinnitus. Audiometri akan memperlihatkan pola menurun khas tuli
sensorineural yang biasanya dalam frekuensi di atas 4000 Hz. Hal ini akibat peningkatan
kerentanan lingkaran basal cochlea terhadap trauma akustik. Trauma kapitis akibat trauma
tumpul, ledakan atau cemeti bisa menyebabkan kerusakan pada telinga dalam. Hal ini bisa
menyebabkan tuli, tinnitus dan ketidakseimbangan.
2

Tuli Mendadak
Tuli Mendadak ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya adalah tuli
sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu
telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran
sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan
audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari tiga hari. Iskemia koklea merupakan
penyebab utama tuli mendadak.

Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak
atau menahun secara tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam


9

serangan, tetapi biasanya menetap. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan
tinnitus dan vertigo.
3


Presbikusis


Presbikusis merupakan tuli sensorineural bilateral yang menyertai proses ketuaan. Tinitus
sering merupakan gejala awal.

Frekuensi tinggi yang terjadi pada orang tua akibat proses
degenerasi pada telinga dalam. Umumnya terjadi pada usia 65 atau 70 tahun, simetris pada
kedua telinga, dan bersifat progresif. Bila intensitas suara tinggi dapat timbul nyeri, disertai
tinnitus dan vertigo. Pada presbikusis terjadi beberapa keadaan patologik yaitu perubahan
struktur koklea dan nervus akustik. Secara klinis, pasien dapat mendengar tetapi sulit untuk
memahami pembicaraan terutama pada tempat yang ribut/bising.
Presbikusis ini dipengaruhi oleh faktor herediter, dan penyakit-penyakit seperti
aterosklerosis, diabetes, hipertensi dan obat ototoksik.
2

Proses degenerasi yang terjadi secara bertahap ini akan menyebabkan perubahan struktur
koklea dan N.VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel
rambut penunjang pada organ Corti.
2

Ada 4 tipe presbikusis berdasarkan patologi tempat terjadinya perubahan atau degenerasi
di koklea, yaitu :
a. Presbikusis sensorik
- Dihubungkan dengan hilangnya pendengaran, sering kali tuli sensorineural nada tinggi
serta diskriminasi yang cukup baik.
1

- Pada tipe ini terjadi atrofi organ Corti dan saraf pendegaran pada ujung basal cochlea.
Audiogram memperlihatkan tuli tiba-tiba dalam frekuensi tinggi. Angka diskriminasi bicara
biasanya baik.
2

b. Presbikusis neural
- Presbikusis sentral dikaitkan hilangnya pendengaran untuk pasien mungkin mempunyai
diskriminasi yang cukup baik dalam istilah persepsi keras namun mempunyai kesulitas besar
dalam mengerti pembicaraan.
1

- Tipe ini terjadi kehilangan sel ganglion dan degenerasi serabut saraf. Audiogram
memperlihatkan kurva miring kea rah bawah simetris bilateral dengan angka diskriminasi
bicara yang buruk.
2



10

c. Presbikusis Metabolik
Terjadinya atrofi pada stria vaskularis, dengan kurva audiometri datar dan masih memberi
skor diskriminasi yang bagus terhadap suara walaupun proses degenerasi menyebabkan
ketulian sedang hingga berat.
2

d. Presbikusis mekanik
Terjadi oleh karena penebalan dan pergeseran membran basalis koklea dan memperlihatkan
kurva audiometri desenden dengan cedera pada saraf pendengaran.
2

2. Tuli Retrokoklea
a. Penyakit Meniere

Merupakan penyakit yang terdiri dari trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus
dan tuli sensorineural. Penyebab pasti dari penyakit Meniere belum diketahui, tetapi :
- Trauma langsung terhadap nervus koklearis
- Gangguan suplai darah ke koklea. Trauma langsung yang progresif menyebabkan tuli
sensorineural yang berjalan progresif lambat, sedangkan pada gangguan suplai darah
koklea ditemukan tuli sensorineural mendadak dan berfluktuasi.
10,17

b. Tumor akustik
Tumor telinga dalam yang sering menyebabkan ketulian adalah suatu neuroma akustik.
Neuroma Akustik adalah tumor jinak sel Schwann yang membungkus nervus
vestibulocochlearis. Perjalanan penyakit yang lazim pada neuroma akustik adalah pasien
mengalami ketulian sensorineural unilateral. Mula-mula ringan, namun dengan
perkembangannya, tumor perlahan-lahan akan menghancurkan saraf-saraf saluran telinga
dalam. Gangguan pendengaran umumnya berkembang lambat. Meskipun demikian
neuroma akustik dapat menyebabkan ketulian mendadak atau suatu sindrom mirip
Meniere.
1,7








11

3.1.4. KLASIFIKASI
SNHL atau Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural
retrokoklea.
3,18

Tuli sensorineural koklea yaitu akibat disfungsi nervus choclearis atau serabut
sensoriknya yang menunjukkan lesi di dalam cochlea akibat penurunan jumlah sel rambut
di dalam Organ Corti.
2

Tuli sensorineural retrokoklea menunjukkan fungsi abnormal saraf di luar cochlea, baik
di dalam ganglion spirale atau serabut nervus cochlearis ke batang otak.
2


3.1.5. GEJALA KLINIS
Hilangnya pendengaran dapat bersifat unilateral atau bilateral tergantung dari penyebabnya.
Gejala klinis seperti tinnitus (telinga berdenging), kesulitan mendengar ketika ada kebisingan
atau vertigo (sensasi berputar), mungkin menunjukkan adanya masalah dengan saraf di
telinga atau otak.
1,6

Tinitus
Tinitus didefinisikan sebagai bunyi berdenging abnormal dalam telinga. Tinitus sangat
umum dan biasanya dihubungkan dengan ketulian sensorineural. Penderita yang
mengeluh suatu bunyi yang berdenyut (hilang timbul) perlu diperiksa terhadap suatu
kelainan anatomik.
1

Pusing

Dalam anamnesis pusing, pertama-tama perlu dibedakan pusing yang berasal vestibular
dengan yang berasal sentral atau dengan sebab-sebab yang tidak berhubungan dengan
sistem keseimbangan. Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar
baik pada pasien sendiri atau lingkungannya.
1

3.1.6.

PROSEDUR DIAGNOSTIK

Diagnosis tuli ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT,
audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1


12

A. Anamnesis
Anamnesis gangguan pendengaran sering kali sulit. Pasien sering kali juga sulit
menjelaskan bilamana mereka pertama kali menyadari adanya gangguan pendengaran.
Kejadian ini umumnya dihubungkan dengan saat mereka pertama kali tidak lagi mampu
berkomunikasi lewat telepon, atau ketika menyadari bahwa bila mereka berada dalam
mobil dengan suara yang berbisik, terdapat gangguan pendengaran. Beberapa faktor
dalam anamnesis sering kali memberi kesan tipe gangguan pendengaran yang dialami
pasien. Pasien dengan ketulian sensorineural untuk nada tinggi akan menguraikan
ketidakmampuan mendengar seorang pembicara wanita atau mengalami masalah dengan
kata-kata berkonsonan tinggi seperti f, s, atau th.
1

Penting untuk mendapatkan riwayat kerja dan sosial pada tiap kasus gangguan
pendengaran. Pasien dengan riwayat paparan bising sering kali mengalami ketulian
frekuensi tinggi, orang dewasa yang bekerja selama bertahun-tahun dalam lingkungan
yang ribut, akan mengalami gangguan pendengaran, serta riwayat penggunaan obat-obat
ototoksik.
1

B. Pemeriksaan Fisik
Pada tuli sensorineural cenderung berbicara dengan keras dan mengalami gangguan
pemahaman kata sehingga penderita sudah dapat menduga adanya suatu gangguan
pendengaran sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan otoskop,
liang telinga dan membran timpani tidak ada kelainan.
C. Pemeriksaan Pendengaran (Audiologi)

Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala
dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
3
1. Audiologi Dasar
a. Tes Penala
Terdapat berbagai macam tes penala :
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Penala digetarkan, tangkainya diletakkan
di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-
kira 2 cm.
3
Rinne Positif (hantaran udara lebih besar dari pada hantaran tulang)
menggambarkan pendengaran normal atau tuli sensorineural.


13

Tes Weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan.
3
Tes Weber dilakukan dengan menempatkan secara erat batang
garpu tala pada struktur garis tengah yang padat seperti vertex tengkorak atau gigi
incicivus pertama. Kemudian pasien harus dimintakan menunjukkan apakah ia
mendengar vibrasi di garis tengah atau apakah suara dilokalisasi ke telinga kanan atau
kiri. Pada tuli sensorineural unilateral, bunyi akan dilateralisasi ke telinga yang
mendengar lebih baik. Bunyi tidak akan dilateralisasi pada pasien dengan
pendengaran yang normal atau tuli sensorineural bilateral.
2

Tes Schwabach dengan membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Penala digetarkan, tangkai
penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian
dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap
normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf.
3

2. Audiologi Khusus
Audiologi Khusus diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea
dengan retrokoklea yang terdiri dari audiometri khusus, audiometri objektif,
pemeriksaan tuli anorganik dan pemerisaan audiometri anak.
3
Pada Tuli Koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 dB, sedangkan orang normal
baru dapat membedakan bunyi 5 dB. Misalnya seorang yang tuli 30 dB, ia dapat
membedakan bunyi 31 dB. Pada orang tua bila mendengar suara perlahan, ia tidak
dapat mendengar, sedangkan bila mendengar suara keras dirasakannya nyeri di
telinga. Kelelahan (decay/fatigue) merupakan adaptasi abnormal, merupakan tanda
khas pada tuli retrokoklea. Saraf pendengaran cepat lelah bila dirangsang terus-
menerus. Bila diberi istirahat, maka akan pulih kembali.
3

a. Short Increment Sensitivity Test (SISI)
Tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea, dengan memakai fenomena
rekrutmen, yaitu keadaan koklea yang dapat mengadaptasi secara berlebihan
peninggian intensitas yang kecil, sehingga pasien dapat membedakan selisih
intensitas yang kecil itu (sampai 1 dB).
3




14

b. Acoustic Reflex Decay (Tes Kelelahan)

Terjadinya kelelahan saraf oleh karena perangsangan terus-menerus. Jadi kalau
telinga yang diperiksa dirangsang terus-menerus, maka terjadi kelelahan. Tandanya
ialah pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa itu.
3
c. Audiometri Tutur (Speech Audiometry)
Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus (suku kata). Pasien
diminta mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tuli
perseptif koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S, R, N, C, H, CH sedangkan
tuli retrokoklea lebih sulit lagi.
Apabila kata yang betul : speech discrimination score :
90 - 100% : berarti pendnegaran normal
75 - 90% : tuli ringan
60 - 75 : tuli sedang
50 - 60% : kesukaran mengikuti pembicaraan sehari-hari
< 50%: tuli berat
4

Guna pemeriksaan ini ialah utuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan
sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
3

TES BERBISIK
Pemeriksaan ini bersifat semi-kualitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar.
Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6
meter. Pada nilai normal tes berbisik : 5/6 6/6.
3
AUDIOMETRI NADA MURNI
Pada pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami tentang :
Nada murni : bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik.
Bising merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari (narrow band) :
spectrum terbatas dan (white noise) : spectrum luas.


15

Frekuensi ialah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu bend yang sifatnya
harmonis sederhana. Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai
frekuensi antara 20-18.000 Hertz.
Intensitas Bunyi dinyatakan dalam dB (decibell)
Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang
masih dapat didengar oleh telinga seseorang
Audiogram Telinga
Pada pendengaran normal
AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada gap
Pada tuli sensorineural
AC dan BC ebih dari 25 dB
AC dan BC berimpit (tidak ada gap)
Pada tuli kondktif
BC normal atau kurang dari 25 dB, AC lebih dari 25 dB, antara AC dan BC
terdapat gap.
Pada tuli campur
BC lebih dari 25 dB, AC lebih besar dari BC, terdapat gap.









16

3.1.6. PENCEGAHAN
- Menghindari paparan bising yang berlebihan
- Menghindari untuk mengkonsumsi obat-obatan ototoksik
- Menghindari diri terkena infeksi yang dapat menyebabkan SNHL.
15

3.1.7. PROGNOSIS
Tuli sensorineural pada usia muda mempunyai angka perbaikan yang lebih besar
dibandingkan usia tua, tuli sensorineural berat dan sangat berat mempunyai
prognosis lebih buruk dibandingkan dengan tuli sensorineural nada rendah dan
menengah. Tinitus adalah gejala yang paling sering menyertai dan paling
mengganggu disamping vertigo dan perasaan telinga penuh.
3















17



BAB IV
PENATALAKSANAAN
Tidak ada tatalaksana yang efektif untuk SNHL, namun dapat mencegah terjadinya
kerusakan yang lebih parah jika mengetahui penyebab utama dari SNHL. Misalnya pada
SNHL karena obat-obatan ototoksik, pasien harus menghentikan penggunaan obat-obatan
tersebut, SNHL karena pajanan kebisingan, pasien harus menghindari diri untuk terpajan
kebisingan. Alat bantu dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pendengaran pada
penderita SNHL yaitu hearing aid dan cochlear implant.
15

Hearing Aid adalah alat elektronik yang dipasang di telinga. Alat ini terdiri dari mikrofon
kecil, sebuah implifier yang menguatkan volume dan sebuah speaker kecil yang
mentransmisikan suara ke telinga.
Choclear Implant adalah perangkat elektronik yang di tanam di belakang telinga. Implant
koklea langsung merangsang serat saraf pendngaran di koklea.














18





BAB V
KESIMPULAN
SNHL atau Tuli sensorineural adalah tuli yang terjadi karena adanya gangguan pada
telinga dalam atau pada jalur saraf dari telinga dalam ke otak. Tuli sensorineural dibagi dalam
tuli sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea. Tuli sensorineural yang mengenai
koklea disebabkan oleh kelainan kongenital, labirinitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat,
selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak, trauma kapitis. Sedangkan tuli sensorineural
retrokoklea penyakit Meniere dan neuroma akustik.













19





DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, George. L, M.D, et.al. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 1997. Edisi
Keenam. Jakarta. EGC. h.119-120, 125-129.
2. Thaller, Seth. R. et. al. Diagram Diagnostik Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Jakarta. EGC. BAB 1 Anatomi dan Pemeriksaan Telinga. h. 1-2. BAB
3 Tuli. h. 21-29.
3. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. 2007. Edisi Keenam. Jakarta. FKUI. h. 46-47.
4. Iskandar, Nurbaiti Prof. H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1993. h. 1-7.
5. Ballenger, John Jacob, M.S, M.D. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher. Jilid Dua. Jakarta. Penerbit BinarupaAksara. h. 105-122, 132-133.
6. Iskandar, Nurbaiti Prof. H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1993. h. 1-7.
7. H. Colman, Bernard, et. Al. Diseases of the Nose, Throat, and Ear, and Head and
Neck. Fourteenth Edition. British Government. Anatomy and Examination, h. 187-
191, Sensori-neural hearing loss, h. 267-272.
8. Mc Cormick, M.S, et. al. A NeSiw Short Textbook of Otolaryngology. Third Edition.
British Government, h. 3-8, h. 45-50.
9. Becker, Walter, et. al. Ear, Nose, and Throat Diseases. 1994. Second, revised edition.
New York. Thieme Medical Publishers. h. 1-10
10. Pracy R, Siegler J. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Jakarta.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. BAB VI, h. 45-47
11. Kerr, Alan G. Scott-Browns Otolaryngology. Sixth Edition. Volume 1 Basic
Sciences. BAB 1. h. 28-30.


20

12. Syndromic sensorineural hearing loss.2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/856116-overview#showal
13. Sensorineural Deafness.2013. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003291.htm
14. Type, Degree, and Configuration of Hearing Loss. Available from:
http://www.asha.org/uploadedFiles/aud/InfoSeriesHearingLossTypes.pdf
15. Sensory Neural Hearing Loss (SNHL). Available from:
http://kopikola.wordpress.com/2012/08/13/sensory-neural-hearing-loss-snhl
16. Deafness & Hearing Loss. Available from : http://www.twu.edu/downloads/family-
sciences/Deafness_and_Hear...
17. Byrne, J.E.T. Sensorineural hearing loss, Chapter 16. Available from :
http://famona.sezampro.rs/medifiles/otohns/scott/scott316.pdf
18. Gangguan Pendengaran. Available from :
http://nezfine.files.wordpress.com/200/05/20.pdf
19. Types of Hearing Loss. Available from :
http://www.boystownhospital.org/knowledgeCenter/articles/hearing/Pages/TypesofH
earing.aspx
20. Open Acces Guide to Audiology and Hearing Aids For Otolarynologists. Available
from : https://vula.uct.za/access/content/group/27b5cb1b-1b65-4280-943...

Você também pode gostar

  • Matematika (Tiu)
    Matematika (Tiu)
    Documento13 páginas
    Matematika (Tiu)
    Badjingan Badjinganbadjingan
    Ainda não há avaliações
  • Strabismus
    Strabismus
    Documento11 páginas
    Strabismus
    ameliamelati
    Ainda não há avaliações
  • Chapter II PDF
    Chapter II PDF
    Documento15 páginas
    Chapter II PDF
    Mariska Widya W
    Ainda não há avaliações
  • Strabismus
    Strabismus
    Documento11 páginas
    Strabismus
    ameliamelati
    Ainda não há avaliações
  • Strabismus
    Strabismus
    Documento28 páginas
    Strabismus
    ameliamelati
    Ainda não há avaliações
  • Strabismus
    Strabismus
    Documento11 páginas
    Strabismus
    ameliamelati
    Ainda não há avaliações
  • Esotropia
    Esotropia
    Documento9 páginas
    Esotropia
    Lembayung Senja
    100% (2)
  • PEB
    PEB
    Documento5 páginas
    PEB
    ameliamelati
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações