Você está na página 1de 18

1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol lemak (RCH
2
OH) merupakan suatu dasar utama oleokimia yang
memiliki laju pertumbuhan yang telah membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kemajuan standar hidup masyarakat banyak. Alcohol lemak terus
meningkat sebagai bahan baku surfaktan karena sifatnya yang dapat diurai dan
dapat diperbaharui. Permintaan dunia akan alcohol lemak meningkat 4% tiap
tahun, pada tahun 2000 saja mencapai 1.500.000 MT(2).
Alkohol lemak dapat diproduksi dari minyak bahan alami, atau sintetis
dari petrokimia. Persediaan alcohol lemak dunia sekarang ini dapat dibagi menjadi
alami dan buatan. Perbandingan penggunaan alami : sintetik bervariasi di masing-
masing negara. Sebagai contoh, pada tahun 1995 di Amerika Utara memiliki
perbandingan 30 : 70, Eropa Barat 52,5 : 47,5, Jepang 86 : 14 (2) dan diharapkan
perbandingan ini setiap tahun akan lebih berimbang. Karena hal ini dapat
meningkatkan persediaan dan stabilitas harga dari minyak lauric. Sumber utama
dari minyak lauric terdapat di daerah Asia bagian Tenggara.
Hal mendasar yang melatar belakang di buatnya makalah ini adalah agar
dapat menambah pengetahuan tentang hal hal yang berkaitan dengan Alkohol
Lemak, tahap-tahap prosesnya, kondisi operasinya, dan lain- lain.
1.2 Tujuan
Selain dilatar belakangi tujuan agar dapat menambah pengetahuan pembaca
atau mahasiwa/i yaitu untuk memenuhi Tugas Makalah Kelompok yang diberikan
oleh Dosen Mata Kuliah Proses Industri Petro dan Oleokimia.




2 | P a g e

BAB II
ISI
2.1 Alkohol Lemak
Fatty alkohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan
turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian
dari asam lemak dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom
karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul yang lebih besar penting
sebagai bahan bakar. Karena sifat amphiphatic mereka, fatty alkohol berkelakuan
seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier,
emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan.
Contoh fatty alkohol :
a. Capryl alkohol (1-octanol) -- 8 carbon atoms
b. Pelargonic alkohol (1-nonanol) -- 9 carbon atoms
c. Capric alkohol (1-decanol, decyl alkohol) -- 10 carbon atoms
d. 1-dodecanol (lauryl alkohol) -- 12 carbon atoms
e. Myristyl alkohol (1-tetradecanol) -- 14 carbon atoms
f. Cetyl alkohol (1-hexadecanol) -- 16 carbon atoms
g. Palmitoleyl alkohol (cis-9-hexadecan-1-ol) -- 16 carbon atoms,
unsaturated, CH
3
(CH
2
)
5
CH=CH(CH
2
)
8
OH
h. Stearyl alkohol (1-octadecanol) -- 18 carbon atoms
i. Isostearyl alkohol (16-methylheptadecan-1-ol) -- 18 carbon atoms,
branched, (CH
3
)
2
CH-(CH
2
)
15
OH
j. Elaidyl alkohol (9E-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)8OH
k. Oleyl alkohol (cis-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated
l. Linoleyl alkohol (9Z, 12Z-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
m. Elaidolinoleyl alkohol (9E, 12E-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
n. Linolenyl alkohol (9Z, 12Z, 15Z-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
3 | P a g e

polyunsaturated
o. Elaidolinolenyl alkohol (9E, 12E, 15-E-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon
atoms, polyunsaturated
p. Ricinoleyl alkohol (12-hydroxy-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms,
unsaturated, diol, CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)8OH99
q. Arachidyl alkohol (1-eicosanol) -- 20 carbon atoms
r. Behenyl alkohol (1-docosanol) -- 22 carbon atoms
s. Erucyl alkohol (cis-13-docosen-1-ol) -- 22 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)12OH
t. Lignoceryl alkohol (1-tetracosanol) -- 24 carbon atoms
u. Ceryl alkohol (1-hexacosanol) -- 26 carbon atoms
v. Montanyl alkohol, cluytyl alkohol (1-octacosanol) -- 28 carbon atoms
w. Myricyl alkohol, melissyl alkohol (1-triacontanol) -- 30 carbon atoms
x. Geddyl alkohol (1-tetratriacontanol) -- 34 carbon atoms
Tabel 2.1 Karakteristik Fatty alcohol









4 | P a g e

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa (CO) dan Minyak Inti
Sawit (PKO)
Sumber: Gervajio, 2005
2.1.1 Jenis Alkohol Lemak
Alkohol lemak, berdasarkan sumber terbentuknya, terbagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Alkohol Lemak Alami (Natural Fatty Alcohol)
Alkohol lemak alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui
yang terdapat di alam. Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami bisa
melalui rute pembuatan metil ester atau dari asam lemak. Kedua metode ini
merupakan dua metode yang paling banyak digunakan dalam industri alkohol
lemak. Contoh : Lemak, minyak dan lilin dari tumbuhan dan hewan, seril sesoat
dalam lilin erna dan mirisil palmit dalam lilin lebah.
2. Alkohol Lemak Sintetis dari Petroleum
Alkohol lemak dari bahan baku petroleum sudah dibahas pada mata kuliah
Proses Industri Petro dan Oleokimia bagian petrokimia, namun disini akan
dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan.
2.2 Metode Pembuatan Alkohol Lemak
Untuk menmproduksi Alkohol Lemak dapat menggunakan beberapa metode
berikut :
1. Hidrolisis lilin ester menggunakan lemak hewani
5 | P a g e

2. Proses reduksi sodium mennggunakan lemak dan minyak
3. Proses Ziegler menggunakan etilen
4. Proses oxo menggunakan hydrogenation olefin
5. Katalitik hidrogenasi asam lemak dan metil ester dari lemak dan minyak
6. Hidrogenasi lansung lemak dan minyak
7. Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
Deskripsi tentang metoda pertama dijelaskan sebagai acuan historis awal
mula proses produksi alkohol lemak di dunia. Deskripsi tentang metoda kedua
dam metoda keenam dijelaskan sebagai metode perkembangan dari metode yang
pertama. Metoda ketiga dan keempat menggunakan bahan baku yang berasal dari
petrokimia dan akan dijelaskan sekilas sebagai bahan perbandingan saja dalam
makalah ini. Bagaimanapun, harus diketahui bahwa kira-kira 50% persediaan
alkohol lemak dunia di produksi melalui dua cara ini.

2.2.1 Hidrolisis dari lilin ester
Alkohol lemak pertama kali diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal
dari binatang, terutama spermaceti dari sperma ikan paus. Namun sejak adanya
peraturan tentang larangan perburuan atas ikan paus, sumber dan metode ini tidak
lagi digunakan.
Lilin spermaceti dipisahkan dengan cara pemanasan menggunakan NaOH
pekat diatas 300
0
C, lalu alkohol didistilasi dari sabun dan air yang terbentuk.
Hasil Sulingan (distilat) mengandung alcohol tak jenuh C
16
-C
20
. Untuk mencegah
terjadinya auto-oksidasi, distilat ini dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik..
Alkohol yang diperoleh mencapai yield 35 %. Produk utama terdiri dari : cetyl,
oceyl, dan alcohol arachidyl.
2.2.2 Proses reduksi sodium
Pada tahun 1909, Beauvault dan Blanc menemukan proses reduksi sodium
untuk memproduksi alcohol lemak dari kelapa ester. Pabrik alcohol lemak yang
dibentuk pada tahun 1930an menggunakan proses ini. Sedangkan proses dasarnya
relative sederhana, sebenarnya operasi pabrik banyak menangani produk dan
reaktan yang kompleks.
6 | P a g e

Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert lalu ditambahkan ester
kering dan alcohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit , oksida nya
dipecahdengan pengadukan dalam air, kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi.
Penambahan Alkohol R (sebaiknya alcohol sekunder), bertindak sebagai
donor hydrogen. Karena adanya reaksi samping , pemakaian sodium bias jadi di
atas 20 % dari kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan
hidrokarbon dari isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap.
2.2.3 Proses zieglar menggunakan etilen
Alkohol lemak dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan
alcohol lemak alami. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses Alfol dan
proses Epal.
A. Proses Alfol.
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut, proses ini melalui lima tahap
yaitu :
1). Hidrogenasi
2 Al(CH
2
CH
3
)
3
+ Al + 1,5 H
2
3 Hal(CH
2
CH
3
)
3
2). Etilasi
3 HAl(CH
2
CH
3
)
3
+ 3 CH
2
=CH
2
3 Al(CH
2
CH
3
)
3
2/3 dari hasil proses ini di recycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya
lansung masuk ke reaksi perkembangan
3). Reaksi perkembangan (growth Reaction)
4). Oksidasi
5). Hidrolisa
B. Proses Epal
Proses ini mempunyai langkah-langkah yang hampir sama dengan proses
alfol. Fleksibilitas Proses ini lebih besar dibandingkan dengan prose alfol.
Alkohol dan - olefin yang terbentuk bisa dipasarkan. Namun modal dan
biaya yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses control yang
lebih kompleks dan penambahan olefin dan alcohol rantai bercabang.

7 | P a g e

2.2.4 Proses oxo menggunakan olefin
Proses oxo (hidroformilasi) terdiri dari reaksi antara olefin dengan
campuran gas H
2
-CO dan katalis yang cocok..
Reaksi ini ditemukan oleh O.Roelen pada tahun 1938.
CH
3

2R CH=CH
2
+ 2CO + 2H
2
R-CH
2
CH
2
-CHO + R-CH
2
OH
Yield - olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan
bercabangnya. Proses oxo dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
Proses klasik dengan menggunakan katalis HCO(CO)
4

Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt karbonil phosphine
Proses menggunakan Katalis Rhodium
Langkah- langkah pada proses klasik yaitu reaksi oxo , pemisahan katalis
dan regenerasi , hidrogenasi aldehid dan distilasi alcohol.
Perbandingan antara ketiga proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perbandingan Proses Klasik, Shell dan Unio Carbide
Perbandingan Proses OXO
Klasik Shell Unio Carbide
Katalis Cobalt Carbonil Cobalt Carbonil
Phosphine
Complex
Rhodium
Carbonil
Phospine
complex
Konsentrasi
katalis
0,1 1,0 0,5 0,001 - 0,1
CO
2
: H
2
1,1 1,2 1,2 2,5 Excess hydrogen
Temperatur (
0
C) 150 180 170 210 100 120
Tekanan (MPa) 20 30 5 10 2 4
LHSV 0,5 1,0 0,1 1,2 0,1 0,25
Produk Primer Aldehid Alkohol Aldehid
Linearitas (%) 40 50 80 85 90

8 | P a g e

Pada proses shell, alcohol diperoleh langsung karena bagusnya aktifitas
katalis sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak di perlukan lagi, kelemahan
proses ini adalah, adanya olefin yang hilang dari proses.
Sedangkan proses yang menggunakan katalis Rhodium dapat dilakukan
pada P dan T yang rendah, karena tingginya aktifitas katalis . Kelemahannya
adalah memerlukan biaya yang tinggi karena mahalnya harga Rhodium.
2.2.5 Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak
Proses pembuatan alkohol lemak dari minyak alami dapat diperoleh dari
metil ester atau asam lemak. Kedua metode ini memiliki persamaan dan sangat
kompetitif dibandingkan dengan metode lainnya. Secara umum proses pembutan
alkohol lemak secara langsung dari minyak dan lemak dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.1 Rute pembentukan Alkohol Lemak dari minyak dan lemak
Proses hidrogenasi langsung mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya :
1. Menghasilkan produk samping bernilai tinggi gliserin yang justru mengalami
proses hidrogenasi lanjut menghasilkan propilen glikol yang bernilai rendah.
2. Komsumsi gas hidrogen yang cukup tinggi
3. Penggunaan katalis dalam jumlah besar
9 | P a g e

2.2.6 Hidrogenasi Katalitik dari Asam Lemak dan Metil Ester
Fatty alcohol diperoleh dengan cara hidrogenasi metil ester atau asam
lemak.
R-COOCH
3
33
+ 2H
2
22

Katalis, CuCr
R-CH
2
22
OH + CH
3
33
OH
Metil ester Hidrogen Alkohol lemak Metanol
RCOOH +2H
2
22
Katalis,

CuCr
RCH
2
OH + H
2
O
Asam lemak Hidrogen Alkohol lemak Air
Hidrogenasi langsung asam lemak tidak digunakan dalam skala industri
besar karena kebutuhan temperature reaksi yang lebih tinggi menghasilkan yield
yang lebih rendah dan karena dapat merusak katalis. Secara konvensional, asam
lemak dikonversi terlebih dahulu menjadi ester sebelum dihidrogenasi.
Dalam proses pembuatan fatty alcohol banyak dilakukan dengan bahan
dasar metil ester, karena dengan proses ini diperoleh persentase fatty alcohol lebih
tinggi. Dalam reaksi hidrogenasi dapat terbentuk.
RCH
2
COCOH + 2H
2
----------------> RCH
2
CH
2
OH + CH
3
OH
RCH
2
COOH + RCH
2
CH
2
OH ------> RCH
2
COOCH
2
CH
2
R + CH
3
OH
RCH
2
COOCH
2
CH
2
R + H
2
--------> 2 RCH
2
OH
Suhu tinggi menyebabkan reaksi sekunder yaitu dehydratasi
RCH
2
CH
2
OH ----------> RHC=CH
2
`
RCH=CH
2
+ H
2
---------> RCH
2
CH
3
(parafin)
Fatty alcohol dengan bahan baku metil ester atau fatty acids
- proses ini menghendaki kelebihan H
2
400 kali dari teoritis
- kelebihan hidrogen untuk mempertahankan lapisan tipis katalis sebagai jaminan
reaksi esterifikasi dengan fatty acids
- suhu reaksi 230 280
o
C
- tekanan reaktor 200 300 bar
- katalis copper-cromite dengan sirkulasi gas hidrogen panas
- konversi dapat mencapai 91%.

10 | P a g e


Gambar 2.2 Skema Pembuatan Fatty alcohol Dari Metil Ester
2.2.7 Proses Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
Proses hidrogenasi dengan tekanan tinggi ini terbagi 2 metode yaitu
suspension process dan fixed bed process:
A. Suspension Process

Gambar 2.3 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester Proses
Suspensi
11 | P a g e


Proses:
Bahan baku yang digunakan adalah asam lemak dengan hidrogen
Katalis yang digunakan berbentuk slurry
Kondisi operasi proses ini dalah pada tekanan 25.000-30.000 kPa dan
temperatur 250-300
0
C.
Reaksi yang terjadi:
RCOOH + 2 H
2
RCH
2
OH + H
2
O (katalis CuCr )
Asam lemak Hidrogen Alkohol lemak Air
Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga pada proses ini
diperlukan kontrol temperatur sehingga mencegah terjadinya pembentukan
hidrokarbon yang tidak diinginkan.
Hidrogenasi terjadi di dalam reaktor suhu tinggi di mana bahan dipanaskan
terlebih dahulu.
Panas dari sisa campuran produk reaktor diperoleh dengan resikulasi gas
hidrogen pada alat penukar panas setelah satu produk dipisahkan dengan
dua tingkat pendinginan ekspansi.
Pada fase gas ( yang mengandung gas hidrogen, uap alkohol dalam jumlah
kecil dan reaksi air) dipisahkan dari alkohol cair pada hot separator (
pemisah panas)
Campuran didinginkan lebih lanjut di separator pendingin, dimana uap
alkohol dan air hasil reaksi dikondensi dan dipisahkan. Kelebihan gas
hidrogen direcycle.
Alkohol cair yang berasal dari separator panas dipompakan ke flashdrum
dimana hidrogen dilarutkan direcycle dengan meningkatkan gas hidrogen.
Katalis dipisahkan dari alkohol lemak kasar dengan menggunakan
pemisah aktivitas dan resikulasi dengan alkohol lemak.
Ukuran fase clear dari pemisah sentrifugal adalah passed through yaitu
penyaring halus untuk memindahkan semua sisa suspensi padat hasil dari
produk (alkohol lemak kasar).
12 | P a g e

Untuk memurnikan alkohol lemak kasar dapat dilakukan dengan distilasi
lebih lanjut untuk menghilangkan hidrokarbon dan dapat mengalami
fraksinasi jika diinginkan.
B. Fixed Bed Process

Gambar 2.4 Hidrogenasi Tekanan Tinggi Asam Lemak Metil Ester
Proses Fixed Bed
Pada metode fixed bed process, hal yang membedakannya dengan
suspension process adalah katalisnya fixed (tetap) dalam reaktor.
Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah ester dan hidrogen
Reaksi yang terjadi :
RCOOCH
3
+ 2 H
2
RCH
2
OH + CH
3
OH
Ester Hidrogen Alkohol lemak Metanol
Reaksi ini dilakukan pada fase uap dimana sebagian umpan organik
diuapkan dengan gas hidrogen ( 20 25 mol ) melalui suatu alat peak
heater sebelum dialirkan ke fixed katalis bed.
Proses hidrogenasi dengan metode ini dilakukan pada kondisi 20.000-
30.000 Kpa dan temperatur 200-250
0
C.
13 | P a g e

Kemudian campuran didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan
fasa cair. Pada fasa gas sebagian besar merupakan gas hidrogen dan di
recycle.
Fasa cairan diekspansi pada flash tank untuk menghilangkan metanol dari
alkohol lemak.
Perbandingan Alkohol Lemak hasil Proses Fixed bed dan Proses Suspensi
Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu
dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat
untuk volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi dilain
sisi memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis, distilasi alcohol
lemak mentah dan mengolah lagi metil ester.
Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang
banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Alkohol lemak yang
dihasilkan dari proses fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun begitu,
kualitas dari alkohol lemak yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa juga
ditingkatkan ke tingkat yang sama dengan distilasi selanjutnya.
2.2.8 Metoda Lurgi Hidrogenasi Asam Lemak
Metoda lurgi dengan proses suspensi, menimbulkan kemungkinan
hidrogenasi secara langsung asam lemak menjadi alkohol lemak yang mengatasi
efek kerugian dari fatty acid on the copper-bearing analysist. Ini dicapai dengan
dua tahap reaksi. Reaksi pertama adalah esterifikasi dari asam lemak dengan
alkohol lemak menghasilkan ester dan air. Reaksi kedua adalah hidrogenasi ester
untuk menghasilkan dua mol alkohol. Kedua reaksi memiliki persamaan di reaktor
yang sama. Volume yang besar dari alkohol lemak di proses kembali lebih dari
250 kali umpan asam lemak, dengan efektif mengurangi umpan, asal saja untuk
kondisi yang optimum untuk laju dan esterifikasi yang kompleks.
Hidrogenasi diletakkan dalam reactor bertekanan tinggi dimana material
dipanaskan terlebih dahulu- umpan asam lemak, di sirkulasi menjadi alkohol
lemak dengan menggunakan katalis, dan gas hidrogen adalah fed continuously.
Reaksi ini berlansung kira-kira 30.000 kPa dan 280
0
C. Panas dari campuran
produk yang meninggalkan reactor didapatkan lagi dengan recirculating gas
14 | P a g e

hydrogen melalui heat exchanger, setelah produk dipisahkan melalui sebuah two-
stage cooling-expansion system.
Fasa gas (pada dasarnya kelebihan gas hydrogen, sedikit alkohol mendidih
dan reaksi air) dipisahkan dari larutan alkohol didalam separator panas.
Pencampuran ini didinginkan selanjutnya di cold separator, dimana the low
boiling alkohol dan reaksi air dikondensasi dan diseparasi. Gas hidrogen yang
berlebih di recycle ke sistem.
Larutan alkohol dari hot separator dipompakan ke flash drum dimana
penguraian hydrogen dimulai dan recycled dengan pemisahan hydrogen. Katalis
dipisahkan dan alkohol lemak mentah menggunakan sebuah sentrifugal separator.
Bagian dari katalis diganti dengan katalis baru yang segar untuk mempertahankan
aktivitas dan di recirculasi dengan alkohol lemak. Fase penyelesaian dan
sentrifugal separator adalah melalui polishing filter untuk menghilangkan semua
sisa dari solid yang didapat. Penghasilan alkohol mentah undergoes distilasi
selanjutnya untuk menghilangkan hidrokarbon dan mungkin mengalami fraksinasi
bila diinginkan.

Gambar 2.5 Sintesis Hidrogenasi Alkohol Lemak dari Asam Lemak Lurgi

15 | P a g e

Bahan dan Kebutuhan Konsumsi Per Ton dari Alkohol Lemak
Data teknikal untuk kapasitas pabrik of 50+ t/day :
Distilasi cocofatty acid 1050-1100 kg
Steam (ca, is bar) 170 kg
Pendinginan air (20
0
C) 27 m
3

Electric energy 130 kWh
Fuel gas 1,1 x 10
6
Kj
Catalist 5 kg
Hydrogen (0
0
C, 100 kPa) 230-300 m
3

Boiler feed water 185 kg
Export steam (ca 4 bar) 120 kg

Gambar 2.6 Pemisahan Alkohol Lemak
2.3 Aplikasi Alkohol lemak
Fatty alkohol merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester
asam lemak. Fatty alkohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10
yang dikenal sebagai plasticizer range alkohol, dan C8-C12 sebagai detergen
16 | P a g e

range alkohol. Plasticizer range alkohol berbentuk cair dan memiliki daya pelarut
yang tinggi dapat digunakan dalam industri tinta printer dan cat. Esterfikasi
dengan polycarboxylic acid seperti phthalic anhydride menghasilkan plasticizer
khususnya untuk industri PVC. C12 C14 alkohol banyak digunakan sebagai
additif pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak hidrolik. C16-C18
fatty alkohol banyak digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cream,
lipstik, pasta, semir dan produk lainnya.
Plasticizer adalah senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer
untuk menambah fleksibilitas dan workability-nya. Plasticizer diaplikasikan
terutama pada vinil resin seperti Polovinil Klorida (PVC). Di antara 300 jenis
plasticizer yang telah dikembangkan adalah DOP (Dioctyl Phthalate) yang
paling banyak digunakan. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50 - 70 %
dari toal produksi plasticizer. Namun demikian, pemakaian DOP sebagai
plasticizer PVC, terutama yang diaplikasina pada food-drug packaging atau
mainan anak - anak mulai dipermasalahkan. Ini dikarenakan adanya migrasi
senyawa aromatik tersebut dari PVC dalam jumlah yang besar dan dapat
menyebabkan timbulnya sel kanker. Bahan plasticizer pengganti DOP dari
turunan minyak sawit yang ramah lingkungan.
Plasticizer adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan
beberapa sifat/ properties dari polymer, misalnya kemampuan kerja, ketahanan
terhadap panas (heat resistance), ketahanan terhadap temperatur rendah (low-
temperature resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance), sifat
insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap minyak (oil resistance), etc
(Eko cahyono, 2010).
Berbagai plasticizer digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut.
Terutama phtalic ester yang digunakan oleh banyak produk sebagai plasticizer
multifungsi. Proses pembuatan plasticizer dilakukan dengan proses Esterifikasi
Fisher pada kondisi tertentu dengan menggunakan bahan baku antara lain
:komponen minyak sawit, katalis dan senyawa alkohol. Hasil yang diperoleh
kemudian dicuci dan dipisahkan antara produk dan sisa asam dan katalis yang
terbentuk selama proses hingga pH normal. (Eko Cahyono, 2010)
17 | P a g e

Solusinya adalah membuat plasticiser dari bahan nabati khususnya dari
minyak sawit. Proses diawali dengan reaksi esterifikasi antara asam karboksilat
turunan minyak sawit dengan alkohol linier untuk menghasilkan senyawa
diester atau monoester. Senyawa monoester atau diester yang telah dibuat,
diformulasikan sabagai plasticizer primer dan sekunder. Plasticiser selanjutnya
dicampur dengan PVC untuk menghasilkan plastik.





















18 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Alkohol lemak adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak
yang dapat diperoleh secara alami maupun sintesis.
2. Secara alami dapat diproduksi dengan hidrogenasi langsung minyak dan
lemak, hidrogenasi metil ester atau asam lemak, hidrogenasi pada tekanan
tinggi. Secara sintesis alkohol lemak dihasilkan dengan metode : Hidrolisa
ester (lillin) atau wax ester dari lemak hewan ,Reduksi sodium dari lemak
dan minyak, Proses Ziegler dengan mengunakan etilen, Proses oxo
mengunakan olefin.
3. Bahan baku pembuatan alkohol lemak yaitu metil ester atau asam lemak.
Pembuatan alkohol lemak biasanya menggunakan bahan baku metil ester
karena alkohol lemak yang dihasilkan lebih banyak.
4. Salah satu aplikasi alkohol lemak yaitu untuk plasticizer, Plasticizer
adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa sifat/
properties dari polimer.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menghimbau kepada pembaca yang ingin menjadikan
makalah ini sebagai sumber referensi agar menambah informasi dari sumber
lain seperti internet, buku dan lain-lain.

Você também pode gostar