Você está na página 1de 117

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SYARIAH PD. BPRS KOTA BEKASI BERDASARKAN PERATURAN BANK


INDONESIA NOMOR : 9/17/PBI/2007





Oleh :
ANITA
NIM : 104046101574


KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H / 2009
LEMBAR PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 12 Februari 2009

Anita















KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam bagi Nabi Muhammad SAW. Pembawa pesan suci Al-Quran, sang cahaya pelita
dalam gelapnya dunia.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis sangat terbantu oleh partisipasi banyak
pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kerendahan hati,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
3. Bapak H.M. Dawud Arif Khan, SE., M.Si., Ak., CPA dan Drs. H. Zaenul Arifin
Yusuf, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktu
dan memberikan arahan, koreksi, dan saran hingga penulisan skripsi ini
terselesaikan.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Pimpinan dan seluruh staff perpustakaan utama dan perpustakaan Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk
penulis mengadakan studi kepustakaan.
6. PD. BPRS Kota Bekasi, khususnya Bapak Nur S Buchori, SE., M.Si dan seluruh
karyawan yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh data penelitian.
7. Ayahanda M. Tani dan Ibunda Aisyiah yang selalu membimbingku dengan segala
kasih sayangnya dan penuh kesabaran selama ini, kupersembahkan skripsi ini untuk
kalian berdua.
8. Untuk Kakakku Amalia, dan adik-adikku ; Nurhasanah, Abdul Ghofur dan Mia Aulia
Nurdini. Terima kasih atas segala dukungannya.
9. Untuk sahabat tercinta Ahmad Kailani, yang selalu menemani dan membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih.
10. Seluruh sahabatku di PS A 2004 khususnya Alina, Santi, Lala, Fajar, Erik dan Faiz
terima kasih untuk indahnya persahabatan selama ini.
11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca khususnya
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.


Jakarta, Februari 2009


Penulis

























DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Pembatasan dan perumusan Masalah...................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 6
D. Review Studi Terdahulu......................................................... 8
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan................................ 11
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. ............................................................................................Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)............................ 15
1. .....................................................................................Pengertian
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ....... 15
2. .....................................................................................Tujuan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ....... 16
3. .....................................................................................Kegiatan
Usaha. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) ............................................................................ 16


B. Penilaian Tingkat Kesehtan BPRS.......................................... 27
1. Penilaian Permodalan (Capital)........................................ 28
2. Penilaian Kualitas Aset (Asset Quality) ............................ 38
3. Penilaian Rentabilitas (Earning)....................................... 47
4. Penilaian Likuiditas (Liquidity) ........................................ 51
5. Penilaian Manajemen (Management). .............................. 54
BAB III GAMBARAN UMUM PD. BPRS KOTA BEKASI
A...........................................................................................Sejarah
Berdiri PD. BPRS Kota Bekasi................. 56
B. ..........................................................................................Visi dan
Misi PD. BPRS Kota Bekasi..................... 58
C. ..........................................................................................Produk-
produk PD. BPRS Kota Bekasi................. 60
D...........................................................................................Susunan
Pengurus PD. BPRS Kota Bekasi ............. 62
BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT SYARIAH PD. BPRS KOTA BEKASI BERDASARKAN
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/17/PBI/2007
A. Penilaian Faktor Permodalan, Kualitas aset, Rentabilitas, Likuiditas
dan Manajemen................................................................... 63
1. ..................................................................................Penilaian
Faktor Permodalan (Capital) ...................................... 64
2. ..................................................................................Penilaian
Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)........................... 71
3. ..................................................................................Penilaian
Faktor Rentabilitas (Earning) ..................................... 80
4. ..................................................................................Penilaian
Faktor Likuiditas (Liquidity)............................... 90
5. ..................................................................................Penilaian
Faktor Manajemen (Management) .............................. 94
B. Penetapan Peringkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah PD. BPRS Kota Bekasi.......................................... 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 106
B. Saran ..................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN























DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Permodalan ........................... 69
Tabel 4.2 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Permodalan...................... 71
Tabel 4.3 Data kualitas Aktiva................................................................ 72
Tabel 4.4 Data Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA............................ 73
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Kualitas Aset......................... 78
Tabel 4.6 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Kualitas Aset ................... 80
Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Rentabilitas ........................... 88
Tabel 4.8 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Rentabilitas...................... 90
Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Likuiditas.............................. 92
Tabel 4.10 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Likuiditas ........................ 94
Tabel 4.11 Penetapan Peringkat Faktor Manajemen ................................ 103
Tabel 4.12 Penetapan Peringkat Faktor Keuangan................................... 104
Tabel 4.13 Tabel Konversi ....................................................................... 105






























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga
keseimbangan serta kemajuan perekonomian nasional. Stabilitas industri perbankan
ini sangat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, memberikan pengaruh dan
dampak yang paling nyata terhadap perkembangan ekonomi, banyak perusahaan
besar tidak cukup kuat fondasinya untuk bertahan dari terpaan badai krisis yang
terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena memang selama ini mereka
menggantungkan sumber pendanaan pada faktor eksternal, yaitu hutang
1
.
Berbeda dari itu, usaha kecil menengah (UKM) justru memperlihatkan
kemampuan untuk tetap survive, meskipun mereka diterpa badai krisis. Hal ini
tidaklah mengherankan, karena memang selama ini mereka eksis di atas usaha
sendiri dan sumber daya pribadi. Dilihat dari daya tahan sektor UKM, terutama
usaha kecil, sektor ini sepantasnya mendapat perhatian dalam pengembangannya,
terutama masalah pengadaan modal. Untuk itu, diperlukan bank yang dapat
menyentuh pengusaha-pengusaha kecil tersebut.
Kehadiran Bank perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) diharapkan mampu
memberi solusi, utamanya dalam rangka lebih memberdayakan perekonomian
masyarakat ekonomi lemah, seperti pedagang sayur, pedagang buah, pedagang ikan

1
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2005), h.118

dan juga kegiatan ekonomi lainnya yang membutuhkan suntikan dana untuk
menambah modal usaha yang digeluti mereka.
Sejak tahun 1996, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik konvensional
maupun bank perkreditan rakyat syariah mengalami peningkatan cukup berarti.
Keberadaan BPR ini semakin dikuatkan dengan keluarnya Undang-undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 1998 yang menekankan bahwa sasaran BPR adalah
melayani usaha kecil.
Bank-bank syariah, khususnya Bank Perkreditan Rakyat syariah (BPRS) sebagai
lembaga perantara keuangan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip syariah
Islam sangat compatible dengan ketimpangan sosial, kemiskinan dan ketidakadilan
sosial ekonomi. Dalam mengemban misi tersebut, tidak berarti BPRS mengabaikan
kesehatan usaha bank itu sendiri, melainkan keduanya harus berjalan secara
proporsional.
Dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, bank syariah sebagai
sebuah lembaga bisnis yang berpegang pada nilai-nilai syariah sudah barang tentu
tidak ingin mengalami kerugian, sebagaimana halnya lembaga-lembaga bisnis lain.
Karena itu, bank syariah memiliki standar atau berpedoman pada prinsip kehati-
hatian (prudential principles)
2
.
Penetapan rambu-rambu kesehatan perbankan bertujuan agar bank sebagai
financial intermediary institution yang melakukan kegiatan perkreditan, yang
menggunakan dana masyarakat dan pihak ketiga lainnya, harus selalu dalam
keadaan sehat. Sesuai dengan pasal 29 ayat (2) Undang-undang No. 10 tahun 1998
Jo. Undang-undang No. 7 tahun 1992, bahwa bank wajib memelihara tingkat

2
ibid, h. 132

kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-
hatian
3
.
Ukuran dalam menilai kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang
sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bank harus membuat laporan baik
yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam
suatu periode tertentu.
4
Dari laporan ini dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat
diketahui kondisi suatu bank. Dengan diketahui kondisi kesehatannya akan
memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya.
Penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diatur dalam Surat
Keputusan direksi Bank Indonesia Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997.
Namun, penerapan prinsip syariah dalam pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah dan penyempurnaan standar keuangan syariah serta
perkembangan kondisi bank yang bersifat dinamis mendorong sistem penilaian
tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dinamis pula,
sehingga perlu diatur tersendiri agar dapat memberikan gambaran tentang kondisi
saat ini dan di waktu mendatang termasuk dalam penerapan prinsip-prinsip syariah.
Untuk itu Bank Indonesia menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan

3
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan islam dan kedudukannya dalam tata hokum perbankan
Indonesia, cet.III, (Jakarta : PT. Pustaka utama graffiti, 2007), h.171-172

4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi keenam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
persada, 2002), h. 47

Rakyat Syariah. Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia sejak tanggal
ditetapkan yaitu pada tangal 4 Desember 2007 ini, maka Surat Keputusan direksi
Bank Indonesia Nomor : 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak berlaku lagi bagi
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah (BPRS).
Pengaturan sistem penilaian tingkat kesehatan BPRS dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, dilakukan melalui pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan
likuiditas, sedangkan penilaian atas komponen dari faktor manajemen dilakukan
secara kualitatif melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung
termasuk kepatuhan terhadap prinsip syariah (syariah compliance). Hasil akhir
penilaian dimaksud dapat digunakan BPRS sebagai sarana menetapkan strategi
usaha di waktu yang akan datang, dan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai
sarana penetapan dan implementasi strategi pembinaan dan pengawasan.
PD. BPRS Kota Bekasi merupakan BPRS yang dikelola oleh Pemerintah Kota
Bekasi, di mana 100% dari modalnya merupakan milik Pemerintah Kota Bekasi.
BPRS yang mulai beroperasi pada tanggal 18 September 2006 ini telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Jika dilihat dari nilai total aset, sampai dengan 31
Desember 2007, total asset PD. BPRS Kota Bekasi mencapai jumlah Rp
12.890.934.962,00 terjadi peningkatan aset perusahaan sebesar Rp 8.815.213.450,00
atau berkisar 216,28 % dari Aset per 31 Desember 2006 sebesar Rp 4.075.721.512,-.
Kondisi kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi merupakan informasi yang sangat
dibutuhkan bagi nasabah, masyarakat dan terutama Pemerintah Kota Bekasi.
Analisis terhadap tingkat kesehatan PD. BPRS kota bekasi diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan PD. BPRS kota bekasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, apakah PD. BPRS kota bekasi dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Oleh karena itu penulis
berinisiatif untuk menjadikan PD. BPRS Kota Bekasi sebagai objek dari penulisan
skripsi dengan judul:
Analisis Ttingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD. BPRS
Kota Bekasi Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya,
topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan analisis tingkat kesehatan
BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah, yang dilihat dari segi Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas dan
Manajemen. Untuk mengarahkan pembahasan, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penilaian faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Asset quality),
Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity) dan Manajemen (Management) dalam
menilai tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
9/17/PBI/2007?
2. Bagaimana tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007?


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007
b. Untuk mengetahui tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi melalui
penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi diri pribadi mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas
tentang penilaian tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007.
b. Bagi PD.BPRS Kota Bekasi, skripsi ini diharapkan dapat berguna dalam
pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk
merencanakan suatu strategi baru, serta peningkatan kinerja dari PD.BPRS
Kota Bekasi.
c. Bagi pihak lain dalam hal akademisi maupun masyarakat, skripsi ini dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian tingkat
kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
9/17/PBI/2007 serta memberikan informasi mengenai keadaan keuangan
PD.BPRS Kota Bekasi kepada para nasabahnya serta masyarakat umum
yang tertarik tentang perbankan syariah dan ingin bergabung.
D. Review Studi Terdahulu
Studi terdahulu mengenai perbankan syariah memang telah ada dan telah banyak
yang mengangkat tentang penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah. Sebagai
rujukan dari penelitian ini penulis terinspirasi dari penelitian skripsi yang dilakukan
oleh saudari Hijrah Alifa Palupi, mahasiswi jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2006 dengan judul Pelaksanaan Batas
Maksimum Pemberian Kredit serta Hubungannya dengan Tingkat Kesehatan
Bank. Penelitian tersebut menceritakan tentang bagaimana pengaruh BMPK
(Batas Maksimum Pemberian Kredit) terhadap kesehatan bank, di mana BMPK
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank apabila bank melanggar ketentuan
BMPK. Hal ini dapat dilihat dari penilaian tingkat kesehatan bank, dimana BMPK
merupakan salah satu faktor dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Sementara itu, penelitian skripsi yang ditulis oleh saudari Herna Setiawati, dari
Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun
2005 dengan judul Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Metode
CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity). Dalam Penelitian
tersebut dilakukan pengukuran tingkat kesehatan Bank Umum, yaitu Bank
Muamalat Indonesia dengan metode CAMEL (capital, asset, management, earning,
liquidity). Sedangkan pada penulisan kali ini saya menganalisis tingkat kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Juga dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2006,
penelitian skripsi yang dilakukan oleh Saudara Aditya Alham, dengan judul
Analisis Kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan Tingkat Likuiditas,
Solvabilitas dan Profitabilitas. Dalam penelitian Skripsi tersebut penulis mengukur
kesehatan bank hanya kepada analisis laporan keuangan dengan rasio likuiditas,
solvabilitas, maupun provitabilitas.
Dari ketiga penelitian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengangkat suatu
tema tentang analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, di mana
penulisan sebelumnya menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah
Pada penelitian kali ini penulis mencoba menganalisis tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 dan Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor : 9/29/DPbS 2007 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPRS.
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007, penilaian tingkat
kesehatan BPRS dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu kelompok faktor keuangan
yang terdiri dari Capital, Asset Quality, Earnings dan Liquidity (CAEL) dan
kelompok Faktor Management. Pemisahan faktor keuangan dengan faktor
manajemen dikarenakan faktor manajemen merupakan leading indicator bagi
keberhasilan pengelolaan BPRS dan merupakan faktor independen yang
mempengaruhi faktor-faktor keuangan (CAEL). Faktor faktor keuangan dalam
penilaian Tingkat Kesehatan digunakan untuk menggambarkan kondisi dan
kemampuan keuangan BPRS.
Metode penilaian tingkat kesehatan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor :
9/17/PBI/2007 menggunakan nilai peringkat dengan tahapan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan rasio komponen pada masing masing faktor keuangan
digunakan untuk menentukan nilai peringkat faktor yang dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Untuk faktor manajemen dilakukan penilaian secara
kualitatif.
2. Nilai peringkat pada masing masing faktor keuangan diberikan bobot tertentu
untuk mendapatkan nilai peringkat keuangan.
3. Nilai peringkat keuangan dan nilai peringkat manajemen digabungkan untuk
memperoleh nilai komposit Tingkat kesehatan BPRS dengan menggunakan
tabel konversi dengan mempertimbangkan unsur judgement.
Penilaian faktor manajemen dilakukan secara kualitatif atas aspek yang dinilai,
yaitu :
1. Faktor manajemen umum, yang terdiri dari 16 aspek pertanyaan.
2. Faktor manajemen risiko, yang terdiri dari 6 jenis risiko (risiko kredit, likuiditas,
operasional, hukum, reputasi dan kepatuhan.
3. Faktor kepatuhan terhadap penerapan prinsip prinsip syariah.
Dalam penilaian Tingkat Kesehatan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor : 9/17/PBI/2007 dikenalkan adanya rasio utama, rasio penunjang dan rasio
pengamatan (observed). Rasio utama adalah rasio sebagai pembentuk nilai peringkat
faktor. Rasio penunjang adalah rasio sebagai penambah atau pengurang nilai
peringkat faktor. Rasio observed adalah rasio yang digunakan sebagai indikator
pendukung yang dapat mempengaruhi hasil penilaian atas peringkat faktor.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelaahan
terhadap beberapa buku literatur, Peraturan Bank Indonesia, tulisan ilmiah
yang berkaitan dengan bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan
penelitian..
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung
ke lapangan untuk memperoleh data yang dilakukan.
2. Teknik pengumpulan data
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku dari beberapa
literatur, referensi laporan-laporan keuangan dan bahan-bahan yang
berhubungan atau mendukung skripsi ini

b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan
membuat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya langsung
kepada pihak BPRS yang qualified yang tentunya telah ditunjuk oleh pihak
BPRS.
c. Studi Dokumentasi
yaitu dengan cara mengumpulkan data annual report PD. BPRS Kota
Bekasi serta laporan-laporan lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
3. .Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif-
analitis-evaluatif, yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh dari
observasi di lapangan yaitu di PD. BPRS Kota Bekasi, berupa data keuangan
PD. BPRS Kota Bekasi tahun 2007-2008, kemudian data tersebut diolah untuk
menilai tingkat ksehatan BPRS dengan berpedoman pada sumber tertulis
berupa Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah dan beberapa peraturan Bank Indonesia Lainnya yang mendukung
peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah ini,
yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah,
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah juga Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
: 9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Serta
beberapa buku literatur, sebagai langkah konfirmasi mengenai data yang
diperoleh dari penelitian di lapangan.
4. Teknik penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis menggunakan buku panduan
penelitian yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan
skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian
sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
Bab ini memuat dua sub-bab yaitu landasan teori BPRS, yang meliputi
pengertian BPRS, tujuan dan kegiatan usaha BPRS. sub-bab kedua yaitu
teori penilaian tingkat kesehatan BPRS yang mencakup penilaian
terhadap faktor Permodalan (capital), Kualitas aset (Asset quality),
Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity), dan Manajemen
(management).

BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG PD. BPRS KOTA BEKASI
Bab ini memuat tentang sejarah berdiri, visi dan misi, produk-produk
yang dihasilkan, serta susunan pengurus PD. BPRS Kota Bekasi.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang hasil penilaian faktor Permodalan (capital),
Kualitas aset (Asset quality), Rentabilitas (earning), Likuiditas
(liquidity), dan faktor Manajemen (management) serta penetapan
peringkat kesehatan BPRS pada PD. BPRS Kota Bekasi

BAB V: PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU) Perbankan
No. 7 tahun 1992, adalah Lembaga Keuangan Bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan
pada Undang-Undang perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa Bank
Perkreditan Rakyat adalah Lembaga Keuangan Bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
5

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya diatur menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor :
6/17/PBI/2004 yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.
Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga
keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan
prinsip-prinsip syariah.
2. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Tujuan operasionalisasi BPR Syariah adalah:
6


5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan ilustrasi, (Yogyakarta:
EKONISIA, 2005), h. 83
6
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga terkait (BAMUI,
TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia, cet. IV, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2004),
h. 129-130
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama kelompok
masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
3. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Kegiatan-kegiatan operasional BPR Syariah adalah sebagai berikut:
7

a. Mobilisasi Dana Masyarakat
1) Simpanan Amanah
Disebut dengan simpanan amanah, sebab dalam hal bank penerima
titipan amanah (trustee account). Akad penerimaan titipan ini adalah
wadiah, yaitu titipan yang tidak menanggung risiko, bank akan
memberikan kadar profit (berupa bonus) dari bagi hasil yang didapat
bank melalui pembiayaan kepada nasabah.
Landasan Syariah
8
:
Al-Quran :
Ep) -.- 7NON`4C p
W-1> ge4L4`-
-O) E_)Uu-

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat(titipan) kepada yang berhak menerimanya.
(an-Nisaa : 58)

Hadits:



7
ibid, h. 130-134

8
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan
Tazkia Cendikia, 2004), h. 85-86
) = - , ' ' --' _'- - ,'= '- '-`
_' - =---- ` = - =' (

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak
menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang
yang telah menghianatimu. (HR Abu Dawud dan menurut
Tirmidzi hadits ini hasan, sedang imam Hakim
mengkategorikannya shahih)

2) Tabungan Wadiah
BPR Syariah menerima tabungan (saving account), baik pribadi
maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan
dana ini berdasarkan prinsip wadiah: yaitu titipan-titipan yang tidak
menanggung risiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar
profit/keuntungan kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil
yang diperoleh bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah, yang
diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan
mendapat buku tabungan untuk mencatat mutasi dan baki.
Landasan Syariah
9
:
Al-Quran :
Ep) -.- 7NON`4C p
W-1> ge4L4`-
-O) E_)Uu-

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
(titipan) kepada yang berhak menerimanya. (an-Nisaa :
58)

Hadits:

) = - , ' ' --' _'- - ,'= '- -` '
_' - =---- ` = - =' (

9
Ibid, h. 85-86

Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak
menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang
yang telah menghianatimu. (HR Abu Dawud dan menurut
Tirmidzi hadits ini hasan, sedang imam Hakim
mengkategorikannya shahih)

3) Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah
BPR syariah menerima deposito berjangka (time and investment
account) baik pribadi maupun badan/lembaga. Akad penerimaan
deposito adalah wadiah, atau mudharabah di mana bank menerima dana
masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya sebagai
penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya
wadiah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan yang lebih kecil daripada
mudharabah dan bagi hasil yang diterima bank dalam pembiayaan/kredit
nasabah, dibayar setiap bulan. Deposito bank akan menerbitkan warkat
deposito atas nama deposan.
Landasan Syariah
10
:
Al-Quran:
4pNOE=-474 4pO+)O;4C O)
^O- 4pO74-:4C }g` ;_ *.-

Artinya: Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)

Hadits:

= _''- - -,+- = ,- ' ' ,- - _'- - ,'=
'- `` +, -' _,-' _' .= -'--' `
-' ,-''- -,-'' ` _,-'' ) - - '- = (


10
Ibid, h. 95-96
Artinya: Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

Fasilitas pengerahan dana tersebut, juga dapat dipergunakan untuk
menitipkan sedekah, infak, zakat, tabungan haji, tabungan kurban,
tabungan aqiqah, tabungan keperluan pendidikan, tabungan pemilikan
kendaraan, tabungan pemilikan rumah, bahkan bisa digunakan untuk
sarana penitipan dana-dana masjid, dana pesantren, yayasan dan lain
sebagainya.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas,
BPR Syariah dapat pula bertindak sebagai lembaga baitul maal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, shadaqah, waqaf, hibah atau
dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam
bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan)
11
.
b. Penyaluran Dana
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara BPR Syariah dengan pengusaha, di mana pihak BPR Syariah
menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh
pihak pengusaha, atas dasar perjanjian bagi hasil.
Landasan Syariah
12
:
Al-Quran:

11
Heri Sudarsono, Op.Cit, h. 86

12
Muhammad Syafii Antonio, Op.Cit, h. 95-96
4pNOE=-474 4pO+)O;4C O)
^O- 4pO74-:4C }g` ;_ *.-
Artinya: Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)





Hadits:

= _''- - -,+- = ,- ' ' ,- - _'- - ,'=
'- `` +, -' _,-' _' .= -'--' `
-' ,-''- -,-'' ` _,-'' ) - - '- = (

Artinya: Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)


2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara BPR Syariah dengan pengusaha, dimana baik pihak BPR Syariah
maupun pihak pengusaha secara bersama membiayai suatu usaha atau
proyek yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil sesuai
dengan penyertaan.
Landasan Syariah
13
:
Al-Quran:
Ep)4 -LOOgV =}g)`
g7.CUC^- O:4O
gOu4 _O>4N `*u4 )
4g~-.- W-ONL4`-47
W-OUg4N4 geE)UO-
Artinya: Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang

13
Ibid, h. 91
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini (QS. Shaad/38: 24)
Hadits:

= - , ' - ,-, ' -''` ,,-' '- '
=, -= '- -='- ) - ,- ()

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla berfirman, Aku pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati
yang lainnya . (HR Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu
dan Hakim)


3) Pembiayaan Baiu Bithaman Ajil
Pembiayaan Baiu bithaman ajil adalah suatu perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara BPR syariah dengan nasabahnya, di
mana BPR Syariah menyediakan dana untuk pembelian barang/aset yang
dibutuhkan nasabah untuk mendukung suatu usaha atau proyek.
Nasabah akan membayar secara mencicil dengan mark up yang
didasarkan atas Opportunity Cost Project (OCP).
Landasan Syariah:
Al-Quran:
EEO4 +.- E7^O4l^-
4OEO4 W-_O4@O-
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits:
= _''- - -,+- = ,- ' ' ,- - _'- - ,'=
'- `` +, -' _,-' _' .= -'--' `
-' ,-''- -,-'' ` _,-'' ) ( - - '- ()

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda,
Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual (HR. Ibnu Majah)


4) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati
antara BPR Syariah dengan nasabah, dimana BPR Syariah menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang
dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar
harga jual bank (harga beli bank ditambah marjin keuntungan pada saat
jatuh tempo).
Landasan Syariah
14
:
Al-Quran:
EEO4 +.- E7^O4l^-
4OEO4 W-_O4@O-
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits:
= _''- - -,+- = ,- ' ' ,- - _'- - ,'=
'- `` +, -' _,-' _' .= -'--' `
-' ,-''- -,-'' ` _,-'' ) - - '- = (

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda,
Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual (HR. Ibnu Majah)

5) Pembiayaan Qardhul Hasan

14
Ibid, h. 102
Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian pembiayaan antara
BPR Syariah dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang
diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi
tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha, serta
perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak. Penerima
pembiayaan hanya diwajibkan mengembalikan pokok pembiayaan pada
waktu jatuh tempo dan bank hanya mengenakan biaya administrasi yang
benar-benar untuk keperluan proses.
Landasan Syariah
15
:
Al-Quran:

;E` -O Og~-.- O@O^NC -.-
O~ 4L=OEO +Og_NO +O
N.4 O;_ _C@O
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak (Q.S. Al-Hadiid : 11)


Hadits:
) = - ,-- _--' _'- - ,'= '- ' '- - '--
-, '-'-- '- ,- ` ' '+--- - (

Artinya: Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkat, bukan
seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya)
dua kali kecuali yang satunya adalah senilai (sedekah) (HR
Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam: Ibnu Hibban dan
Baihaqi)

15
Ibid, h. 132

Kegiatan operasional BPR Syariah dipertegas dalam pasal 34 ayat (2)
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor : 6/17/PBI/2004, sebagai berikut:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain:
1. tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah;
2. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; dan atau
3. bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah;
b. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain:
1. transaksi jual beli berdasarkan prinsip:
a) murabahah;
b) istishna; dan atau
c) salam;
2. transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
3. pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
a) mudharabah; dan atau
b) musyarakah;
4. pembiayaan berdasarkan prinsip qardh.
c. melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang
Perbankan dan prinsip syariah.
Dibanding bank umum syariah, kegiatan operasional yang dapat dilakukan
BPR Syariah lebih terbatas, BPR Syariah tidak diijinkan untuk menerima dana
simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah.
Begitu juga, BPR Syariah dilarang untuk
16
:
a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
b. Melakukan penyertaan modal
c. Melakukan usaha perasuransian.



B. Penilaian Tingkat Kesehatan BPRS
Tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
(BPRS) merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengurus bank,
masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank
maupun pihak lainnya. Tingkat kesehatan BPRS tersebut dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kinerja BPRS dalam
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan
manajemen risiko.
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian
ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat,
cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.
17

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah,

16
Heri Sudarsono, Op Cit, h. 88

17
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Edisi keenam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
persada, 2002), h. 46

Tingkat kesehatan BPRS adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja BPRS melalui
Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor permodalan, kualitas
aset, rentabilitas, likuiditas; dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.
18

Penilaian tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Penilaian Permodalan (Capital)
Secara tradisional modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili
kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth), yaitu selisih antara nilai buku
dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pemegang
saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh hasil
keuntungan di masa yang akan datang. Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva
bank, yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran
para pemegang saham, sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian
keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan
untuk keperluan tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas
karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.
19

Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor :
8/22/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, modal

18
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, Pasal 1

19
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet. 2 (Jakarta : Alvabet, 2003), h. 147-
148

bagi BPRS terdiri dari modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2). Adapun
rincian komponen dari masing-masing modal tersebut adalah sebagai berikut:
20

1. Modal Inti
Modal Inti terdiri dari:
a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara riil dan efektif oleh
pemiliknya sebesar nominal saham serta telah disetujui oleh Bank
Indonesia. Bagi BPRS yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor
terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Di dalam komponen modal disetor tidak termasuk
pengakuan modal yang dipesan (subscribed capital stock) yang berasal
dari piutang pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku tentang Ekuitas.
b. Agio saham, yaitu selisih lebih tambahan modal yang diterima BPRS
sebagai akibat harga saham melebihi nilai nominalnya. Dalam hal BPRS
memiliki disagio saham maka selisih kurang antara setoran modal yang
diterima oleh BPRS dengan nilai nominal saham yang diterbitkan
menjadi faktor pengurang modal inti.
c. Dana setoran modal adalah dana yang secara efektif telah disetor penuh
oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dalam rangka
penambahan modal untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor tetapi
belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat

20
Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

digolongkan sebagai modal disetor seperti RUPS maupun pengesahan
Anggaran Dasar dari instansi yang berwenang. Dana setoran modal harus
ditempatkan pada rekening khusus (escrow account), dan tidak boleh
ditarik kembali oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dan
penggunaannya harus dengan persetujuan Bank Indonesia.
d. Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh BPRS dari sumbangan.
Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh BPRS
yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal
sumbangan.
e. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan atau dari laba setelah dikurangi pajak, dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
f. Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari bagian laba setelah
dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
g. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk
tidak dibagikan.
h. Laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, yaitu seluruh laba bersih
tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan
penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
Dalam hal BPRS mempunyai saldo rugi tahun lalu maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
i. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak (perhitungan pajak) dan
kekurangan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai ketentuan Bank Indonesia
yang merupakan komponen biaya yang dibebankan pada laba tahun
berjalan. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang diperhitungkan
sebagai modal inti hanya sebesar 50% (lima puluh perseratus). Dalam hal
pada tahun berjalan BPRS mengalami kerugian, maka seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. Modal inti tersebut
pada huruf a sampai dengan huruf i diatas harus dikurangi dengan
goodwill, apabila ada dalam pembukuan BPRS.

2. Modal pelengkap (Tier 2)
Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:
a. Selisih penilaian kembali aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk
sebagai akibat selisih penilaian kembali aktiva tetap milik BPRS yang
telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. Selisih penilaian
kembali aktiva tetap tidak dapat dikapitalisasi ke dalam modal disetor
dan atau dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.
b. Cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu
cadangan umum yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau
seluruh aktiva produktif. PPAP yang bersifat cadangan umum
diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap maksimum sebesar
1,25% dari jumlah ATMR. Sedangkan cadangan khusus dari PPAP
dikeluarkan dari komponen modal pelengkap, karena akan
diperhitungkan sebagai faktor pengurang pada nilai aktiva produktif yang
bersangkutan dalam penghitungan ATMR.
c. Modal pinjaman, yaitu pinjaman yang didukung oleh instrument atau
warkat yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1. berdasarkan prinsip Qardh;
2. tidak dijamin oleh BPRS yang bersangkutan, dan sifatnya
dipersamakan dengan modal serta telah dibayar penuh;
3. tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan Bank Indonesia; dan
4. mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian BPRS melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun BPRS belum dilikuidasi. Dalam
pengertian modal pinjaman ini, untuk BPRS yang berbadan hukum
koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
d. Investasi Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. berdasarkan prinsip Mudharabah atau Musyarakah;
2. ada perjanjian tertulis antara BPRS dengan investor;
3. mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam
hubungan ini pada saat BPRS mengajukan permohonan persetujuan,
BPRS harus menyampaikan program pembayaran kembali
pinjaman/investasi subordinasi tersebut;
4. tidak dijamin oleh BPRS yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
5. minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun;
6. pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan BPRS
tetap sehat; dan
7. dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
Jumlah investasi subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai modal
untuk sisa jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah investasi
subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus atau prorata. Jumlah investasi subordinasi yang dapat
diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap maksimum sebesar
50% (lima puluh perseratus) dari modal inti.
a. Fungsi modal bank
menurut Jhonson and Jhonson, seperti yang dikutip oleh Muhammad,
21

modal bank mempunyai tiga fungsi, lebih lanjut mereka menjelaskan sebagai
berikut:

21
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : EKONISIA, kampus Fakultas
Ekonomi UII, 2004), h. 92
pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan
kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan
terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap
kepentingan para deposan.
Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini
adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai
Legulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu
nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk
melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap
kegagalan kredit dari satu individu debitur.
Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar
untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk
menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor
diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas.
Para partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-
bank yang ada.
Melihat fungsi modal pada suatu bank yang disampaikan di atas
menunjukkan bahwa kedudukan modal merupakan hal penting yang harus
dipenuhi terutama oleh pendiri bank dan para manajemen bank selama
beroperasinya bank tersebut.
b. Rasio penilaian permodalan (capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
22


22
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang
1) Rasio Kecukupan Modal (CAR) - (Rasio Utama)


Keterangan:
ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, CAR 11%
Peringkat 2, 9,5% CAR < 11%
Peringkat 3, 8% CAR < 9,5%
Peringkat 4, 6,5% CAR < 8%
Peringkat 5, CAR < 6,5%

2) Rasio Proyeksi Kecukupan Modal (Rasio Penunjang)



Keterangan:
CAR
TI,
merupakan hasil proyeksi KPMM untuk periode berikutnya.
CAR
T0,
merupakan nilai KPMM pada peride penilaian.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, CAR 1,2
Peringkat 2, 1,1 CAR < 1,2
Peringkat 3, 1 CAR < 1,1
Peringkat 4, 0,9 CAR < 1
Peringkat 5, CAR < 0,9

3) Rasio Kecukupan Equity (ECR) - (Rasio Observed)


Keterangan:
M
Tier 1
= Modal inti
PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
PPAPWD = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib
Dibentuk.
Kriteria penilaian peringkat:

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah

ATMR
Pelengkap Inti Modal
CAR
+
=
0
1
T
T
CAR
CAR
CAR =
PPAPWD
PPAP M
ECR
Tier
+
=
1
Peringkat 1, ECR 4
Peringkat 2, 3 ECR < 4
Peringkat 3, 2 ECR < 3
Peringkat 4, 1 ECR < 2
Peringkat 5, ECR < 1

4) Rasio kecukupan modal inti terhadap dana pihak ketiga (EDR) -
(Rasio Observed)


Keterangan:
M
Tier 1
= Modal inti
DPK
g
merupakan pdana pihak ketiga non profit sharing yang dijamin
oleh Bank namun tidak dijamin oleh LPS.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, EDR 2
Peringkat 2, 1,5 EDR < 2
Peringkat 3, 1 EDR < 1,5
Peringkat 4, 0,5 EDR < 1
Peringkat 5, EDR < 0,5

5) Fungsi Intermediasi atas dana investasi dengan metode Profit
Sharing (FI) - (Rasio Observed)


Keterangan:
D
ps
merupakan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank
dan menggunakan metode bagi hasil profit sharing.
D
total
merupakan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, FI 10%
Peringkat 2, 7,5% FI < 10%
Peringkat 3, 5% FI < 7,5%
Peringkat 4, 2,5% FI < 5%
Peringkat 5, FI < 2,5%



DPKg
M
EDR
Tier 1
=
Total
ps
D
D
FI =
2. Penilaian Kualitas Aset (asset quality)
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah,
ditetapkan bahwa BPRS wajib melakukan penilaian kualitas Aktiva baik
terhadap Aktiva Produktif maupun Aktiva Non Produktif.
a. Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan
earning assets atau aktiva yang menghasilkan, kerena penempatan dana
tersebut adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan.
23

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah, Aktiva Produktif adalah penanaman dana BPRS dalam
Rupiah berdasarkan prinsip Syariah dalam bentuk pembiayaan, Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia, dan penempatan dana pada bank lain. Adapun
komponen aktiva produktif dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah;
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa dengan opsi
perpindahan hak milik dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan
Istishna; dan
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh;

23
Muchdarsyah sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi kedua, Cet. 4 (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2000), h. 195

e. transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BPRS dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan atau bagi hasil.
2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka
pendek dengan prinsip Wadiah;
24

3. Penempatan Dana Pada Bank Lain adalah penanaman dana pada Bank
Syariah atau BPRS lainnya berdasarkan prinsip Syariah antara lain dalam
bentuk bentuk giro dan/atau tabungan Mudharabah dan/atau Wadiah,
deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah, Pembiayaan yang
diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
25

1. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan
a. Penilaian terhadap kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk
Pembiayaan dilakukan berdasarkan pada ketepatan dan/atau
kemampuan membayar kewajiban oleh nasabah.

24
Wadiah adalah perjanjian penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang kepada
penyimpan dana atau barang, dengan kewajiban pihak penyimpan untuk mengembalikan titipan dana atau
barang tersebut sewaktu-waktu;

25
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, Bab III
b. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan ditetapkan
menjadi 4 (empat) golongan yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan
dan Macet;
2. Kualitas Aktiva Produktif berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
digolongkan Lancar.
3. Kualitas Aktiva Produktif berupa Penempatan Dana Pada Bank Lain
digolongkan Lancar sepanjang dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan.
Jika tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, kualitas
Penempatan Dana Pada Bank Lain digolongkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk
Wadiah/Qardh, atau tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok
dan/atau bagi hasil untuk Mudharabah dan Musyarakah, dan/atau
Realisasi Pendapatan (RP) 80 % Proyeksi Pendapatan (PP) untuk
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah;
b. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk
Wadiah/Qardh, atau terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau
bagi hasil untuk Mudharabah dan Musyarakah sampai dengan 5
(lima) hari kerja, dan/atau Realisasi Pendapatan diatas 30 % Proyeksi
Pendapatan (PP) sampai dengan 80% Proyeksi Pendapatan (PP) atau
Realisasi Pendapatan (RP) 30% Proyeksi Pendapatan (PP) sampai
dengan 3 (tiga) periode pembayaran untuk Pembiayaan Mudharabah
dan Musyarakah;
c. Macet, apabila:
1) BPRS atau bank yang menerima Penempatan telah ditetapkan dan
diumumkan sebagai BPRS atau bank dengan status dalam
pengawasan khusus (special surveillance) atau BPRS atau bank
telah dikenakan sanksi pembekuan seluruh kegiatan usaha;
2) BPRS atau bank yang menerima Penempatan ditetapkan sebagai
BPRS atau bank dalam likuidasi; dan/atau
3) terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk Wadiah/Qardh,
atau terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bagi hasil
untuk Mudharabah dan Musyarakah lebih dari 5 (lima) hari kerja,
dan/atau Realisasi Pendapatan (RP) 30 % Proyeksi Pendapatan
(PP) untuk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah.
b. Kualitas Aktiva Non Produktif
26

Aktiva Non Produktif adalah aset BPRS selain Aktiva Produktif yang
memiliki potensi kerugian, yaitu dalam bentuk agunan yang diambil alih.
Agunan yang Diambil Alih yang untuk selanjutnya disebut AYDA
adalah aktiva yang diperoleh BPRS, baik melalui pelelangan maupun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan apabila
nasabah telah dinyatakan macet.
Penilaian kualitas aktiva non produktif
BPRS wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang
dimiliki dan mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA tersebut.

26
Ibid, Bab IV
BPRS wajib melakukan penilaian kembali terhadap AYDA untuk
menetapkan net realizable value dari AYDA, yang dilakukan saat
pengambilalihan agunan. Maksimum net realizable value adalah sebesar
nilai Aktiva Produktif yang diselesaikan dengan AYDA.
AYDA yang telah dilakukan upaya penyelesaian ditetapkan memiliki
kualitas sebagai berikut:
a. Lancar, apabila AYDA dimiliki sampai dengan 1 (satu) tahun;
b. Kurang Lancar, apabila AYDA dimiliki lebih dari 1 (satu) tahun sampai
dengan 2 (dua) tahun;
c. Diragukan, apabila AYDA dimiliki lebih dari 2 (dua) tahun sampai
dengan 3 (tiga) tahun;
d. Macet, apabila AYDA dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun.
c. Penyisihan Penghapusan Aktiva
27

Penyisihan Penghapusan Aktiva yang untuk selanjutnya disebut PPA adalah
cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas
aktiva. BPRS wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva terhadap Aktiva
Produktif dan Aktiva Non Produktif.
Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) sebagaimana dimaksud berupa:
a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.
Cadangan umum PPA produktif ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar
0,5 % (lima perseribu) dari seluruh Aktiva Produktif yang digolongkan
Lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

27
Ibid, Bab IV

Cadangan khusus Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar:
a. 10% (sepuluh perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Kurang Lancar
setelah dikurangi nilai agunan;
b. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Diragukan
setelah dikurangi nilai agunan; dan
c. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva yang digolongkan Macet setelah
dikurangi nilai agunan.
Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan
PPA hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.
Kewajiban untuk membentuk PPA tidak berlaku bagi Aktiva Produktif
berupa Ijarah atau Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. Karena BPRS wajib
membentuk penyusutan/amortisasi untuk Ijarah atau Ijarah Muntahiyah bit
Tamlik, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ijarah disusutkan/diamortisasi sesuai dengan kebijakan penyusutan
BPRS bagi aktiva yang sejenis.
b. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik disusutkan sesuai dengan masa sewa.
Pembentukan PPA untuk Murabahah, Salam dan Istishna
mempergunakan angka saldo harga perolehan atau saldo harga pokok.
d. Rasio Penilaian Kualitas Asset (Asset Quality)
Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (EAQ) - (Rasio Utama)

|

\
|
=
EA
EAaR
EAQ 1
Keterangan:
EAaR = aktiva produktif yang diklasifikasikan.
EA = aktiva produktif.

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, EAQ 93%
Peringkat 2, 90% EAQ < 93%
Peringkat 3, 87% EAQ < 90%
Peringkat 4, 84% EAQ < 87%
Peringkat 5, EAQ < 84%

2) Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) - (Rasio Penunjang)

Keterangan:
JPB merupakan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam
kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
JP merupakan jumlah pembiayaan yang dimiliki oleh bank


Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, NPF 7%
Peringkat 2, 7% < NPF 10%
Peringkat 3, 10% < NPF 13%
Peringkat 4, 13% < NPF 16%
Peringkat 5, NPF > 16%

3) Rasio tingkat rata-rata pengembalian pembiayaan hapus buku
(ARR) - (Rasio Observed)


Keterangan:
RV = Recovery Value
TWO = Total Write Off
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, ARR > 40%
Peringkat 2, 30% < ARR 40%
JP
JPB
NPF =
(

=
TWO
RV
Average ARR
Peringkat 3, 20% < ARR 30%
Peringkat 4, 10% < ARR 20%
Peringkat 5, ARR 10%

4) Rasio Nasabah Pembiayaan Bermasalah (NPB) - (Rasio Observed)

Keterangan:
JNB merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang tergolong dalam
kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet (jumlah
rekening)
JNP merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang dimiliki oleh
bank. (jumlah rekening).
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, NPB 7%
Peringkat 2, 7% < NPB 10%
Peringkat 3, 10% < NPB 13%
Peringkat 4, 13% < NPB 16%
Peringkat 5, NPB > 16%

5) Rasio Haircut (Rasio Observed)
APYD
t Enhancemen Exposure
Haircut =

keterangan:
Exposure enhancement = agunan yang diperhitungkan
APYD = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, Haircut > 100%
Peringkat 2, 95% < Haircut 100%
Peringkat 3, 80% < Haircut 95%
Peringkat 4, 70% < Haircut 80%
Peringkat 5, Haircut 60%



3. Penilaian Rentabilitas (earning)
Rentabilitas (earning) adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan, kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode.
JNP
JNB
NPB =
Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai secara bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas yang telah
ditetapkan.
28

Penilaian Rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank
dalam mendukung kegiatan operasional dan permodalan, melalui penilaian
kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen sebagai berikut:
a. Rasio Efisiensi Operasional (REO) - (Rasio Utama)


Keterangan:
BO = Beban Operasional
PO = Pendapatan Operasional.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, REO 83%
Peringkat 2, 83% < REO 85%
Peringkat 3, 85% < REO 87%
Peringkat 4, 87% < REO 89%
Peringkat 5, REO > 89%


b. Rasio aset yang menghasilkan pendapatan (IGA) - (Rasio Penunjang)

Keterangan:
AP = Aktiva Produktif
NPA atau Non Performing Asset adalah Aktiva Produktif yang tergolong
Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
TA = Total Aset yang dimiliki oleh bank

Kriteria penilaian peringkat:

28
kasmir, Dasar-dasar Manajemen, Edisi 1, Cet. 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
h. 44


PO
BO
REO=
TA
NPA AP
IGA
) (
=
Peringkat 1, IGA > 87%
Peringkat 2, 82% < IGA 87%
Peringkat 3, 78% < IGA 82%
Peringkat 4, 74% < IGA 78%
Peringkat 5, IGA 87%

c. Rasio Net Margin Operasional utama (NSOM) - (Rasio Penunjang)


Keterangan:
POu = Pendapatan Operasional Utama
BH = Bagi Hasil
BOu = Beban Operasional Utama
AP = aktiva produktif

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, NSOM 9%
Peringkat 2, 7% NSOM < 9%
Peringkat 3, 5% NSOM < 7%
Peringkat 4, 3% NSOM < 5%
Peringkat 5, NSOM 3%


d. Rasio Biaya Tenaga Kerja Terhadap Total Pembiayaan (RTK) - (Rasio
Observed)



Keterangan:
BTK = Biaya Tenaga Kerja
PYD = Pembiayaan Yang Diberikan oleh bank

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, TK 2%
Peringkat 2, 2% < TK 3,5%
Peringkat 3, 3,5% < TK 5%
Peringkat 4, 5% < TK 6,5%
Peringkat 5, TK > 6,5%
AP
BOu BH POu
NSOM

=
PYD
BTK
RTK =
sharing profit dari berasal yang DPK
PLS dana pemilik hasil Bagi
holder Account ROI =
e. Return on Assets (ROA) - (Rasio Observed)

Keterangan:
EBT = Earning Before Tax
TA = Total Asset yang dimiliki oleh bank
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, ROA > 1,450%
Peringkat 2, 1,215% < ROA 1,450%
Peringkat 3, 0,999% < ROA 1,215%
Peringkat 4, 0,765% < ROA 0,999%
Peringkat 5, ROA 0,765%

f. Return On Equity (ROE) - (Rasio Observed)



Keterangan:
EAT = Earning After Tax
PIC = Paid In Capital adalah modal disetor yang dimiliki oleh bank.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, ROE > 23%
Peringkat 2, 18% < ROE 23%
Peringkat 3, 13% < ROE 18%
Peringkat 4, 8% < ROE 13%
Peringkat 5, ROE 8%

g. Return on Investment Account Holder Rasio Observe





Keterangan:
Bagi hasil pemilik dana PLS = bagi hasil kepada pemilik dana profit
sharing
DPK yang berasal dari profit sharing = dana pihak ketiga yang berasal
dari prrofit sharing
TA
EBT
ROA =
PIC
EAT
ROE =

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, ROI Account holder > 23%
Peringkat 2, 18% < ROI Account holder 23%
Peringkat 3, 13% < ROI Account holder 18%
Peringkat 4, 8% < ROI Account holder 13%
Peringkat 5, ROI Account holder 8%




4. Penilaian Likuiditas (liquidity)
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas berhubungan dengan
masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada perusahaan. Artinya,
semakin tinggi likuiditas semakin percaya para kreditor jangka pendek.
Likuiditas perusahan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva
yang mudah dijadikan uang tunai, seperti kas, surat berharga, piutang dan
persediaan.
29

Menurut Oliver G. wood, Jr, seperti yang dikutip oleh Dahlan Siamat
30
,
likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh
nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan
kredit tanpa ada penundaan.
Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan
antara lain untuk memenuhi:
a. Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio
b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden

29
sutrisno, Manajemen Keuangan; teori, konsep dan aplikasi, Cet. IV, (Yogyakarta :
EKONISIA, Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2005), h. 15-16

30
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, (Jakarta : Lembaga Penerbit
fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 153

c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari
d. Permintaan kredit dari masyarakat.
Sejalan dengan pemenuhan kebutuhan likuiditas bank, maka suatu bank
dianggap likuid apabila:
31

a. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya
b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-
surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas
c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan utang.
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
1) Cash Ratio (CR) - (Rasio Utama)

Keterangan:
Cash & Setara Kas adalah kas, giro dan tabungan pada bank lain.
Kewajiban Lancar meliputi tabungan, deposito, kewajiban kepada bank
lain, kewajiban segera dan kewajiban lainnya yang jatuh tempo sampai
dengan 1 bulan.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, CR 4,80
Peringkat 2, 4,05 CR < 4,80
Peringkat 3, 3,30 CR < 4,05
Peringkat 4, 2,55 CR < 3,30
Peringkat 5, CR < 2,55

2) Short Term Mistmatch (STM) - (Rasio Penunjang)


31
ibid, h. 157
) 3 _( _
) 3 ( _
bulan Lancar Kewajiban
bulan lancar Aktiva
STM=
Lancar Kewajiban
SetaraKas Cash
CR
_
&
=
Keterangan:
Aktiva lancar 3 bulan adalah aktiva yang memiliki jatuh tempo sampai
dengan 3 bulan meliputi Kas, Penempatan pada bank lain dan
pembiayaan.
Kewajiban lancar 3 bulan adalah kewajiban yang harus diselesaikan oleh
bank sampai dengan 3 bulan meliputi tabungan, deposito, kewajiban
kepada bank lain, kewajiban segera, kewajiban lainnya dan pinjaman
yang diterima.

Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1, STM > 110%
Peringkat 2, 100% < STM 110%
Peringkat 3, 90% < STM 100%
Peringkat 4, 80% < STM 90%
Peringkat 5, STM 80%




5. Penilaian Manajemen (management)
Manajemen menurut James A.F Stoner adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya yang telah ditetapkan.
32

Dalam Elias modern Dictionary English arabic kata management (Inggris),
sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa arab.
Dalam al-Quran dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam
berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dari kata kerja dabbarra,
yudabbiru, tadbiran. Tadbir berarti penertiban, pengaturan, pengurusan,
perencanaan dan persiapan.

32
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, Cet. VII (Yogyakarta : BPFE_Yogyakarta dan
anggota IKAPI, 1993), h. 8

Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk
merealisasikan tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah
(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu
proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai
dengan cara yang efektif dan efisien
33
.
Penilaian manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan
manajerial pengurus BPRS dalam menjalankan usahanya, kecukupan
manajemen risiko dan kepatuhan BPRS terhadap pelaksanaan prinsip syariah
serta kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku, melalui penilaian
kualitatif atas komponen-komponen sebagai berikut:
34

a. Kualitas manajemen umum dan kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang
berlaku, yang terdiri dari 16 (enam belas) aspek dengan bobot sebesar 35%
(tiga puluh lima per seratus);
b. Kualitas manajemen risiko, yang terdiri dari 6 (enam) jenis risiko yang
meliputi beberapa aspek tertentu dengan bobot sebesar 40% (empat puluh
per seratus);
c. Kepatuhan terhadap pelaksanaan prinsip prinsip syariah, yang terdiri dari 3
(tiga) aspek dengan bobot sebesar 25% (dua puluh lima per seratus).


33
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Op.Cit, h. 13-14

34
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah


BAB III
GAMBARAN UMUM PD. BPRS KOTA BEKASI

A. SEJARAH BERDIRI PD. BPRS KOTA BEKASI
PD. BPRS Kota Bekasi merupakan satu-satunya perusahaan daerah yang bergerak
dalam perbankan syariah di Propinsi Jawa Barat. BPR Syariah kota Bekasi yang
mulai beroperasi sejak diresmikan oleh Walikota Bekasi H. Ahmad Jurfaih tangga
18 September 2006 setelah mengantongi izin usaha dari Dewan Gubernur Bank
Indonesia tanggal 31 Agustus 2006 diharapkan menjadi pilar pembangunan
ekonomi masyarakat Bekasi yang bernuansa Ihsan. Seiring dengan pertumbuhan
ekonomi Kota Bekasi, peran strategis yang diemban perusahaan milik Pemda Kota
Bekasi ini menunjukan peningkatan kinerja yang baik berdasarkan hasil penilaian
dari Bank Indonesia untuk periode tahun 2006 2007.
Perkembangan Ekonomi Kota Bekasi di tahun 2007 mengalami peningkatan secara
pesat, Hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri perbankan Kota Bekasi dari
tahun ke tahun yang mengalami peningkatan, sebagaimana dilaporkan Bank
Indonesia melalui Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat menunjukan
peningkatan setiap tahunnya. Dalam tabel di bawah ini menunjukan kinerja
perbankan di Kota Bekasi mengalami kemajuan, sehingga mengindikasikan
pertumbuhan ekonomi kota Bekasi semakin membaik serta adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat kota Bekasi membaik pula.

Tabel 1 PERBANKAN DI KOTA BEKASI
56
DPK, Kredit dan NPL Tahun 2005 dan 2006
Tahun 2005 Tahun 2006 Pertumbuhan %
DPK 2,090,062 3,799,074 1,709,012 81.77
Kredit 1,392,213 4,058,045 2,665,832 191.48
LDR 66.61 106.82 40.21 60.37
NPL 20,330 92,203 71,873 353.53
NPL% 1.46 2.27 0.81 55.48
Sumber LBU KBI Bandung yang diolah
Perumbuhan perbankan di Kota Bekasi ini hampir setiap tahun terus meningkat dan
memungkinkan bagi industri perbankan untuk memperluas usahanya seiring dengan
perkembangan arus migrasi pendatang mengingat Bekasi merupakan Satelitnya DKI
Jakarta sebagai Ibu kota Negara.
BPRS Kota Bekasi merupakan salah satu indikator yang turut menyumbang
pertumbuhan perbankan di Kota Bekasi. Pada tahun 2007, hal ini tercermin dari
kinerja keuangannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim pengawas Bank Indonesia
PD. BPRS Kota Bekasi memperoleh Predikat Sehat dengan Skor TKS sebesar 92,82
dan membukukan laba bersih setelah pajak per 31 Desember sebesar Rp
404.518.979,00 sehingga mampu menyumbang Pendapatan Anggaran Daerah
(PAD) kota Bekasi sebesar Rp 161.807.591,00 .
Sebagai perusahaan Milik Daerah (BUMD) BPR Syariah Kota Bekasi
berkomitmen untuk menggerakan pembangunan ekonomi daerah melalui pembinaan
dan pengembangan UKM di berbagai sektor. Pada tahun 2007 bekerjasama dengan
BAPPEDA Kota Bekasi melalui SATLAK PPKIPM bersama-sama meningkatkan
daya beli masyarakat melalui perkuatan permodalan UKM dalam bentuk Plasma dan
Inti Plasma yang terdiri dari Inti dan Plasma Ikan Hias, Inti dan Plasma Boneka
serta Inti dan Plasma Sampah Plastik.

B. VISI DAN MISI PD. BPRS KOTA BEKASI
35

1. Visi PD. BPR Syariah Kota Bekasi
Bank Syariah Penggerakan Pembangunan Ekonomi Kota Bekasi
2. Misi PD. BPR Syariah Kota Bekasi
a. Menjadi Institusi Mediasi Terpercaya
Memahami kebutuhan masyarakat dan Pemda Kota Bekasi
Memberikan pelayanan yang terbaik melalui penerapan Good
Coorporate Governance (GCG)
Menyediakan kebutuhan masyarakat halal dan toyib
b. Mengembangkan SDM Profesional, Jujur dan Amanah
Merekrut, melatih dan mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki
Memberikan kesempatan kerja pada masyarakat Kota Bekasi
Memberikan penghargaan dan promosi atas dasar prestasi dan dedikasi
c. Memperkokoh Usaha-Usaha Masyarakat
Memberikan pembinaan terhadap usaha-usaha masyarakat
Memberikan permodalan berdasarkan kebutuhan usaha
Memberikan pendampingan asistensi guna mengembangkan usaha ke
arah yang lebih baik dan sustainable.

35
Laporan Kinerja Akhir Tahun 2007 BPR Syariah Kota Bekasi, h. 2-3


d. Memberikan Keuntungan yang Maksimal
Memberikan hasil investasi terbaik bagi investor
Mendorong tumbuhnya investasi secara berkesinambungan
Berkontribusi terhadap penciptaan Pendapatan Asli Daerah.
e. Peduli Lingkungan
Mendahulukan kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam setiap
pengambilan keputusan
Menyisihkan sebagian keuntungan untuk kepentingan sosial
Turut menciptakan masyarakat menuju sejahtera.






C. PRODUK-PRODUK PD. BPRS KOTA BEKASI
1. Produk penghimpunan dana
36
:
a. Tawadu
Tabungan Wadiah Umat merupakan akad titipan (Yad Dhomanah) yang
dapat ditarik setiap saat dengan mendapat imbalan bonus yang menarik.
b. Takasi Mudah
Tabungan Berjangka kota Bekasi merupakan akad mudharabah antara bank
dengan nasabah dengan nisbah yang disepakati bersama.

36
Brosur tabungan BPRS Kota Bekasi
c. Tajir
Tabungan Haji Mabrur merupakan akad Mudharabah antara Bank dengan
nasabah dengan nisbah yang disepakati bersama.
d. Takwa
Tabungan Khusus Siswa merupakan akad Mudharabah antara Bank dengan
nasabah dengan nisbah yang disepakati bersama.
e. Tabah
Tabungan Mudharabah yaitu prinsip bagi hasil dengan akad Mudharabah.
Bank akan memberikan bagi hasil dari pendapatannya dengan sistem
revenue sharing.
f. Depo Inves
Deposito Investasi menggunakan akad Mudharabah Mutlaqoh dan
Mudharabah Muqayadah dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan dengan
nisbah yang kompetitif sesuai kesepakatan antara Bank Syariah Kota bekasi
dengan nasabah.
2. Produk Pembiayaan
37
:
a. Pembiayaan Murabahah
Adalah akad jual beli barang dimana Bank berfungsi sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli.
b. Pembiayaan Istishna
Adalah akad jual beli (pesanan) secara paralel ataupun tidak antara Bank di
satu pihak, nasabah di pihak lain dan supplier di pihak ketiga.
c. Pembiayaan Mudharabah

37
Brosur pembiayaan BPRS Kota Bekasi
Adalah akad kerjasama investasi usaha dimana Bank bertindak sebagai
penyedia modal (shohibul maal) sedangkan nasabah sebagai pengelola usaha
(mudharib)
d. Pembiayaan Musyarakah
Adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah. Keduanya sama-sama
sebagai pemodal dan pengelola sesuai dengan kesepakatan bersama.
e. Pembiayaan Ijaroh/IMBT
Adalah akad sewa dimana bank bertindak sebagai pemilik barang sewaan
dan nasabah sebagai pihak penyewa. Di akhir masa sewa barang tetap
dimiliki bank atau dimiliki oleh nasabah.

D. SUSUNAN PENGURUS PD. BPRS KOTA BEKASI
38


Pemilik : Pemerintah Kota Bekasi

Dewan Pengawas Syariah
Ketua Dewan Pengawas Syariah : KH. Ahmad Kusyaeri
Anggota Dewan Pengawas Syariah : KH. B. Burhanudin

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : H. Tjandra Utama Efendi
Komisaris : H. Suwarli
Komisaris : H. Bambang Heru Suhartono

38
Laporan Kinerja Akhir Tahun 2007, Op.Cit, h. 4

Direksi
Direktur Utama : Nur Syamsudin Buchori
Direktur : Suhendar








































BAB IV
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
SYARIAH PD. BPRS KOTA BEKASI BERDASARKAN PERATURAN BANK
INDONESIA NOMOR : 9/17/PBI/2007

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, disebutkan
bahwa tingkat kesehatan BPRS adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja BPRS melalui penilaian
kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor keuangan yang terdiri dari faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas; dan penilaian kualitatif terhadap
faktor manajemen.
Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan maupun
proyeksi rasio-rasio keuangan BPRS. Sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian
terhadap faktor manajemen dan faktor-faktor hasil penilaian kuantitatif dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan.

A. Penilaian Faktor Permodalan (Capital), Kualitas Asset (Asset Quality),
Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity), Dan Manajemen (Management)


1. Penilaian Faktor Permodalan (Capital)
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank dan sekaligus berfungsi sebagai penyangga kepercayaan
masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, di samping berpotensi menghasilkan
keuntungan juga berpotensi menghasilkan risiko. Oleh karena itu modal juga
harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian
atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga
atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus
serentak dibarengi dengan pertimbangan risiko yang mungkin timbul guna
melindungi kepentingan para pemilik dana.
39

Penilaian permodalan dimaksudkan untuk mengevaluasi kecukupan modal
BPRS dalam mengelola eksposur risiko saat ini dan di masa mendatang, melalui
penilaian kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen-komponen berikut:
6) Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) - (Rasio
Utama)
Rasio kecukupan modal dihitung dengan cara modal inti ditambah modal
pelengkap dibagi dengan Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Modal
inti dan modal pelengkap merupakan modal yang dimiliki BPRS. Pengertian
aktiva dalam perhitungan ATMR ini mencakup baik aktiva yang tercantum
dalam neraca maupun pos tertentu dalam aktiva yang bersifat administratif
yang masih bersifat komitmen yang disediakan oleh BPRS bagi pihak ketiga.
Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
yang berlaku.

39
Zainul Arifin, Op.Cit, h. 147
Di PD. BPRS Kota Bekasi, modal inti adalah sebesar Rp 5.251.616
modal pelengkap adalah sebesar Rp 69.275 dan ATMR adalah sebesar Rp
10.734.633 (lihat lampiran data permodalan dan ATMR).





Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai CAR 49,57 % merupakan
peringkat : 1
7) Rasio Proyeksi Kecukupan Modal (Rasio Penunjang)
Rasio proyeksi kecukupan modal dihitung dengan cara CAR
T1
dibagi
dengan CAR
T0.
CAR
T1
merupakan hasil proyeksi Kecukupan Pemenuhan
Modal Minimun (KPMM) untuk periode berikutnya, berdasarkan
perhitungan regresi dengan menggunakan data KPMM selama 12 bulan
terakhir. CAR
T0
merupakan nilai KPMM bank pada periode penilaian.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, CAR
T0
adalah sebesar 49,57 % dan CAR
T1
adalah sebesar 55,20 % dan (lihat lampiran data keuangan series).




Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai CAR 1,1 merupakan
peringkat : 2
% 100
ATMR
Pelengkap Inti Modal
CAR
+
=
% 100
633 . 734 . 10 .
275 . 69 . 616 . 251 . 5 .
x
Rp
Rp Rp +
=
% 57 , 49 =
% 57 , 49
% 20 , 55
=
1 , 1 =
0
1
T
T
CAR
CAR
CAR =
8) Rasio Kecukupan Equity (ECR) - (Rasio Observed)
Rasio kecukupan equity dihitung dengan cara M
Tier 1
atau modal inti
ditambah PPAP atau penyisihan penghapusan aktiva produktif dibagi dengan
PPAPWD atau penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk. Perhitungan M
tier1
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku.
PPAP yang wajib dibentuk (PPAPWD) berpedoman pada ketentuan
Bank Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku, yang besarnya ditetapkan sebagai
berikut: Cadangan umum: 0,5% x Total aktiva produktif yang digolongkan
lancar. Cadangan khusus: (10% x aktiva yang digolongkan kurang lancar
setelah dikurangi nilai agunan) + (50% x aktiva yang digolongkan diragukan
setelah dikurangi nilai agunan) + (100% x aktiva yang digolongkan lancar
setelah dikurangi nilai agunan).
Di PD. BPRS Kota Bekasi, M
Tier 1
adalah sebesar Rp 5.251.616 , PPAP
adalah sebesar Rp 191.197 dan PPAPWD adalah sebesar Rp 53.927 (lihat
tabel 4.4).





Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai ECR 100,93 merupakan
peringkat : 1
PPAPWD
PPAP M
ECR
Tier
+
=
1
927 . 53
197 . 191 616 . 251 . 5
Rp
Rp Rp +
=
93 . 100 =
9) Rasio kecukupan modal inti terhadap dana pihak ketiga (EDR) -
(Rasio Observed)
Rasio kecukupan modal inti terhadap dana pihak ketiga dihitung dengan
cara M
Tier 1
dibagi dengan DPK
g.
M
Tier 1
Merupakan modal inti yang dimiliki
BPRS, sedangkan DPK
g
merupakan dana pihak ketiga non profit sharing
yang dijamin oleh Bank namun tidak dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan).
Di PD. BPRS Kota Bekasi, M
Tier 1
adalah sebesar Rp 5.251.616 dan
DPK
g
adalah sebesar Rp 1.788.218 (lihat lampiran data permodalan).




Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai EDR 2,94 merupakan
peringkat : 1
10) Fungsi Intermediasi atas dana investasi dengan metode Profit Sharing
(FI) - (Rasio Observed)
Fungsi Intermediasi atas dana investasi dengan metode Profit Sharing
dihitung dengan cara D
ps
dibagi dengan D
total.
D
ps
merupakan dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank dan menggunakan metode bagi
hasil profit sharing sedangkan D
total
merupakan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh bank.
DPKg
M
EDR
Tier 1
=
218 . 788 . 1
616 . 251 . 5
Rp
Rp
=
94 , 2 =
Di PD. BPRS Kota Bekasi, D
ps
adalah sebesar Rp 5.347.510 dan D
total

adalah sebesar Rp 7.135.728 (lihat lampiran data permodalan).



Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai FI 2,94 merupakan peringkat :
1

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Permodalan
FAKTOR NAMA RASIO
JENIS
RASIO
NILAI
RASIO
PERINGKAT
1. Rasio KPMM Utama 49,57% 1,00
2. Rasio Proyeksi KPMM Penunjang 1,1 2,00
3. Rasio ECR Observasi 100.93 1,00
4. Rasio EDR Observasi 2,94 1,00
PERMODALAN
5. Rasio Fungsi Investasi Observasi 74,94% 1,00

Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen faktor permodalan
di atas, peringkat faktor permodalan dinilai dan ditetapkan melalui analisis atas
peringkat rasio utama dan peringkat rasio penunjang dengan mempertimbangkan
indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
Prosedur perhitungan agregasi rasio komponen faktor permodalan sesuai
dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 9/29/DPbS tanggal 7
Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
a. Nilai peringkat rasio utama akan menjadi nilai peringkat faktor yang
dipengaruhi oleh peringkat rasio penunjang.
% 100
Total
ps
D
D
FI =
% 100
728 . 135 . 7 .
510 . 347 . 5 .
x
Rp
Rp
=
% 94 , 74 =
1) Apabila peringkat rasio penunjang adalah peringkat 3, maka rasio
tersebut tidak memberikan pengaruh pada peringkat faktor (peringkat 3
merupakan nilai par yang tidak memberikan pengaruh).
2) Apabila peringkat rasio penunjang lebih besar dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan menambah nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih buruk.
3) Apabila peringkat rasio penunjang lebih kecil dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan mengurangi nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih baik.
b. Besarnya pengaruh nilai peringkat rasio penunjang terhadap peringkat faktor
ditentukan berdasarkan bobot tertentu. Besarnya bobot ditetapkan
berdasarkan judgement.
c. Hasil penjumlahan nilai peringkat rasio utama dan rasio penunjang akan
membentuk nilai peringkat faktor.
d. Pada tahap akhir, penetapan nilai peringkat faktor dilakukan dengan
mempertimbangkan rasio pengamatan/observed dan indikator pendukung
dan/atau pembanding yang relevan (judgement).



Tabel 4.2 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Permodalan
Ratio Peringkat Deviasi Bobot
Peringkat
Setelah
Bobot
Peringkat
Faktor
Peringkat
akhir
No
Komponen/
Rasio
Jenis
1)* 2)* 3)* 4)** 5)* 6)*
1 CAR U 49,57% 1
1.00 1.00 1.00
2 %CAR P 0,01 2
3 ECR O 100,93 1
4 EDR O 2,94 1
5 FI O 74,94% 1

Tabel 4.2 Perhitungan agregasi rasio faktor permodalan di atas menunjukkan
faktor permodalan PD. BPRS Kota Bekasi memperoleh peringkat 1,
mengindikasikan posisi modal PD. BPRS Kota Bekasi sangat kuat untuk
menutup risiko kerugian dan melakukan hapus buku (Write Off) akibat
penurunan kualitas aktiva.

2. Penilaian faktor kualitas aset (asset quality)
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas aktiva bagi Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah, disebutkan bahwa aktiva produktif yang dinilai kualitasnya meliputi pembiayaan, Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia, dan penempatan dana pada bank lain. Pengertian kualitas dimaksudkan sebagai keadaan pembayaran
pokok atau angsuran pokok dan bagi hasil oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali yang ditanamkan
dalam surat-surat barharga atau sering juga disebut dengan istilah kolektibilitas. Adapun penilaian kualitas aktiva non
produktif meggunakan dasar Agunan yang Diambil Alih (AYDA).

Tabel 4.3
Data Kualitas Aktiva PD. BPRS Kota Bekasi
30 Juni 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

Aktifa Produktif LANCAR
K.URANG
LANCAR
DIRAGUKAN MACET JUMLAH
Aktifa Produktif
1. SWBI
2. Penempatan pada bank lain*)
3. Piutang Murabahah 5.105.782 618.669 428.595 6.153.046
4. Piutang salam
5. Piutang istishna
6. Piutang Qardh 113.550 113.550
7. Pembiayaan Mudharabah
8. Pembiayaan Musyarakah 5.565.950 753.693 106.448 6.426.091
9. Ijarah 546.918 55.126 8.334 610.378
10. Ijarah Muntahia Bittamlik
11. Piutang Transaksi Multijasa
12. Jumlah Aktiva Produktif 11.332.200 1.427.488 543.377 0 13.303.065
Aktifa Non Produktif
13. Agunan yang diambil alih 318.611 0 318.611
14. Jumlah Aktiva Non Produktif 318.611 0 0 0 318611
15. Jumlah Aktiva 11.650.811 1.427.488 543.377 0 13.621.676
16. Aktiva yang diklasifikasikan 0 713.744 407.533 0 1.121.277
*selain pada bank konvensional
ket: Aktiva produktif yang diklasifikasikan: (50% x KAP kurang Lancar) + (75% x KAP Diragukan) +
(100% x KAP Macet)
Sumber: data keuangan perusahaan yang diolah


Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank mempunyai risiko
kerugian atas kegagalan penanaman dananya. Untuk menjaga agar bank mampu
dan siap menanggung risiko kerugian dari penanaman dana tersebut dan untuk
menjaga kelangsungan usahanya, maka BPRS wajib membentuk penyisihan
penghapusan aktiva, baik aktiva produktif maupun aktiva non produktif berupa
cadangan yang harus dibentuk sebesar presentasi tertetu berdasarkan kualitas
aktiva.
Tabel 4.4
Data Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)
30 Juni 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)

PPA yang wajib dibentuk (PPAPWD) PPA yang telah dibentuk
Aktiva
Cadangan Umum Cadangan Khusus CadanganUmum Cadangan Khusus
Aktiva Produktif
1. Penempatan pada bank lain*)
2. Piutang Mrabahah 25.529 - 29.275 51.922
3. Piutang Salam
4. Piutang Istisna
5. Piutang Qardh 568 -
6. Pembiayaan Mudharabah
7. Pembiayaan Musyarakah 27.830 - 40.000 70.000
8. Piutang Multijasa
9. Jumlah PPAP 53.927 0 69.275 121.922
Aktiva Non Produktif
10. Agunan yang diambil alih 1.593
11. Jumlah PPA Non Produktif 1.593
Jumlah PPA ( 9 + 11 ) 55.520 0 69.275 121.922
*) Selain pada bank konvensional
Keterangan:
Cadangan umum: 0,5% x Total aktiva produktif yang digolongkan lancar
Cadangan khusus: (10% x aktiva yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan) + (50% x aktiva
yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan) + (100% x aktiva yang
digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan)
Sumber: data keuangan perusahaan yang diolah

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset BPRS
dalam mengelola eksposur risiko saat ini dan di masa mendatang, melalui
penilaian kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen-komponen berikut:


a. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (EAQ) - (Rasio Utama)
Rasio Kualitas Aktiva Produktif dihitung dengan cara 1 dikurangi
dengan EAaR atau aktiva produktif yang diklasifikasikan dibagi EA atau
aktiva produktif. EAaR atau aktiva produktif yang diklasifikasikan
merupakan aktiva produktif yang sudah maupun yang mengandung potensi
tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya
ditetapkan sebagai berikut: 50% dari aktiva produktif yang digolongkan
Kurang Lancar, 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan,
100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet. EA merupakan aktiva
produktif sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang
Penilaian Kualitas Aktiva bagi bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip
syariah yang berlaku.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, EAaR atau aktiva produktif yang
diklasifikasikan adalah sebesar Rp 1.121.277 dan EA atau aktiva produktif
adalah sebesar Rp 13.303.065 (lihat tabel 4.3).




% 100 1 |

\
|
=
EA
EAaR
EAQ
% 100
065 . 303 . 13
277 . 121 . 1
1 x
Rp
Rp
|
|

\
|
=
( ) % 100 08 , 0 1 x =

Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai EAQ 92 % merupakan
peringkat : 2
b. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) - (Rasio Penunjang)
Rasio pembiayaan bermasalah dihitung dengan cara JPB atau jumlah
pembiayaan bermasalah dibagi dengan JP atau jumlah pembiayaan. JPB
merupakan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah yang berlaku. sedangkan JP merupakan jumlah pembiayaan
yang dimiliki oleh bank.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, JPB atau jumlah pembiayaan bermasalah adalah sebesar
Rp 1.970.865 dan JP atau jumlah pembiayaan adalah sebesar Rp 13.303.065 (lihat
tabel 4.3).

% 100
065 . 303 . 13 .
865 . 970 . 1 .
x
Rp
Rp
=
% 82 , 14 . Rp =
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai NPF 14,82 % merupakan
peringkat : 4
c. Rasio tingkat rata-rata pengembalian pembiayaan hapus buku (ARR) -
(Rasio Observed)
% 92 =
% 100
JP
JPB
NPF =
Rasio tingkat rata-rata pengembalian pembiayaan hapus buku dihitung
dengan cara Average atau rata-rata dari RV atau Recovery Value dibagi
TWO atau Total Write Off. RV atau Recovery Value merupakan nilai
pembiayaan yang berhasil ditagih kembali oleh BPRS setelah dihapus buku.
Sedangkan TWO atau Total Write Off merupakan jumlah pembiayaan yang
telah dihapus buku oleh BPRS.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, RV atau Recovery Value adalah sebesar Rp 0
dan Total Write Off adalah sebanyak 6 pembiayaan (lihat lampiran data
Recover Rate).

% 100
6
0
x Average
(

=
% 0 =
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai ARR 0 % merupakan
peringkat : 5
d. Rasio Nasabah Pembiayaan Bermasalah (NPB) - (Rasio Observed)
Rasio Nasabah Pembiayaan Bermasalah dihitung dengan cara JNB atau
jumlah nasabah pembiayaan bermasalah dibagi dengan JNP atau jumlah
nasabah pembiayaan. JNB merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang
tergolong dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet (jumlah
rekening) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah yang
berlaku. Sedangkan JNP merupakan jumlah nasabah pembiayaan yang
dimiliki oleh bank. (jumlah rekening).
% 100
(

=
TWO
RV
Average ARR
Di PD. BPRS Kota Bekasi, JNB atau jumlah nasabah pembiayaan
bermasalah adalah sebanyak 95 rekening pembiayaan dan JNP adalah
sebanyak 557 rekening pembiayaan (lihat lampiran data kolektibilitas
pembiayaan).

% 100
557
95
x =
% 06 , 17 =
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai NPB 17,06 % merupakan
peringkat : 5
e. Rasio Haircut (Rasio Observed)
Rasio Haircut dihitung dengan cara exposure enhancement atau agunan
yang diperhitungkan dibagi APYD atau aktiva produktif yang
diklasifikasikan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, Exposure enhancement atau agunan yang
diperhitungkan adalah sebesar Rp 2.440.284 dan APYD atau aktiva
produktif yang diklasifikasikan adalah sebesar Rp 1.121.277 (lihat tabel 4.3).
% 100 x
APYD
t Enhancemen Exposure
Haircut =
% 100
277 . 121 . 1
284 . 440 . 2
x
Rp
Rp
=
% 63 , 217 =

% 100
JNP
JNB
NPB =
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai Haircut 219,71 % merupakan
peringkat : 1

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Kualitas Aset
FAKTOR NAMA RASIO JENIS RASIO NILAI RASIO PERINGKAT
1. Rasio EARNING ASSET QUALITY Utama 92% 2,00
2. Rasio FINANCING PERFORMANCE Penunjang 14,82% 4,00
3. Rasio RECOVERY RATE Observasi 0% 5,00
4. Rasio Nasabah Bermasalah Observasi 17,06% 5,00
KUALITAS AKTIVA
5. Rasio Haircut Observasi 217,63% 1,00

Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen faktor Kualitas aset
di atas, peringkat faktor Kualitas aset dinilai dan ditetapkan melalui analisis atas
peringkat rasio utama dan peringkat rasio penunjang dengan mempertimbangkan
indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
Prosedur perhitungan agregasi rasio komponen faktor kualitas aset sesuai
dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/29/DPbS tanggal 7
Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
a. Nilai peringkat rasio utama akan menjadi nilai peringkat faktor yang
dipengaruhi oleh peringkat rasio penunjang.
1) Apabila peringkat rasio penunjang adalah peringkat 3, maka rasio
tersebut tidak memberikan pengaruh pada peringkat faktor (peringkat 3
merupakan nilai par yang tidak memberikan pengaruh).
2) Apabila peringkat rasio penunjang lebih besar dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan menambah nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih buruk.
3) Apabila peringkat rasio penunjang lebih kecil dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan mengurangi nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih baik.
b. Besarnya pengaruh nilai peringkat rasio penunjang terhadap peringkat faktor
ditentukan berdasarkan bobot tertentu. Besarnya bobot ditetapkan
berdasarkan judgement.
c. Hasil penjumlahan nilai peringkat rasio utama dan rasio penunjang akan
membentuk nilai peringkat faktor.
d. Pada tahap akhir, penetapan nilai peringkat faktor dilakukan dengan
mempertimbangkan rasio pengamatan/observed dan indikator pendukung
dan/atau pembanding yang relevan (judgement).
Tabel 4.6 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Kualitas Aset
No
Komponen/
Rasio
Jenis Ratio Peringkat Deviasi Bobot
Peringkat
Setelah
Bobot
Peringkat
Faktor
Peringkat
akhir
1)* 2)* 3)* 4)* 5)* 6)*
1 EAQ U 92 % 2
2.00 2.15 2.00
2 %NPF P 0,15 4
2 7,5% 0.15

3 ARR O 0 % 5
4 NPB O 17,06% 5
5 Haircut O 217,63% 1

Berdasarkan tabel 4.6 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Kualitas Aset di
atas, menggambarkan peringkat kualitas aset yang diperoleh PD. BPRS Kota
Bekasi adalah peringkat 2. Hal ini mengindikasikan bahwa PD. BPRS Kota
Bekasi memiliki aktiva produktif dengan tingkat pengembalian yang tinggi.

3. Penilaian faktor Rentabilitas (earning)
Rasio Rentabilitas (earning) digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam menghasilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva yang dimilikinya.
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank
dalam mendukung kegiatan operasional dan permodalan, melalui penilaian
kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen-komponen sebagai berikut:

h. Rasio Efisiensi Operasional (REO) - (Rasio Utama)
Rasio Efisiensi Operasional dihitung dengan cara BO atau Beban
Operasional dibagi PO atau Pendapatan Operasional. BO atau Beban
Operasional merupakan beban yang dikeluarkan oleh bank untuk membiayai
operasional bank, tidak termasuk bagi hasil kepada dana pihak ketiga. BO
adalah data rata-rata biaya operasional selama 12 bulan terakhir dari bulan
laporan. Sedangkan PO atau Pendapatan Operasional merupakan pendapatan
yang diterima oleh bank setelah dikurangi dengan bagi hasil kepada dana
pihak ketiga. PO adalah data rata-rata pendapatan operasional selama 12
bulan terakhir dari bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, BO atau Beban Operasional adalah sebesar
Rp 1.744.621 dan PO atau Pendapatan Operasional adalah sebesar Rp
2.313.841 (lihat lampiran data keuangan series).




% 100
841 . 313 . 2 .
621 . 744 . 1 .
x
Rp
Rp
=
% 40 , 75 =
% 100 x
PO
BO
REO =

Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai REO 75,40 % merupakan
peringkat : 1

i. Rasio aset yang menghasilkan pendapatan (IGA) - (Rasio Penunjang)
Rasio aset yang menghasilkan pendapatan dihitung dengan cara AP atau
Aktiva Produktif dikurang NPA atau Non Performing Asset kemudian dibagi
dengan TA atau total asset. AP atau Aktiva Produktif dihitung berdasarkan
data selama 12 bulan terakhir dari bulan laporan. NPA atau Non Performing
Asset adalah Aktiva Produktif yang tergolong Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang
Penilaian Kualitas Aktiva bagi bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip
syariah yang berlaku. NPA dihitung berdasarkan data selama 12 bulan
terakhir dari bulan laporan. TA adalah Total Asset yang dimiliki oleh bank,
yang dihitung berdasarkan data selama 12 bulan terakhir dari bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, AP atau Aktiva Produktif adalah sebesar Rp
13.170.445 dan NPA atau Non Performing Asset adalah sebesar Rp
1.649.126 sedangkan TA adalah Total Asset adalah sebesar Rp 14.308.881
(lihat lampiran data keuangan series).





% 100
881 . 308 . 14
126 . 649 . 1 445 . 170 . 13
x
Rp
Rp Rp
=
% 52 , 80 =
% 100
) (
x
TA
NPA AP
IGA

=
Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai IGA 80,52 % merupakan
peringkat : 3
j. Rasio Net Margin Operasional utama (NSOM) - (Rasio Penunjang)
Rasio Net Margin Operasional utama dihitung dengan cara POu atau
Pendapatan Operasional Utama dikurang BH atau Bagi Hasil dikurang BOu
atau Beban Operasional Utama kemudian dibagi dengan AP atau aktiva
produktif. POu atau Pendapatan Operasional Utama adalah pendapatan yang
diterima oleh bank dari aktivitas penyaluran dana. POu dihitung dari
akumulasi pendapatan utama dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan. BH
atau Bagi Hasil adalah distribusi bagi hasil yang dilakukan bank atas dana
mudharabah yang diterima oleh bank. BH dihitung dari akumulasi bagi hasil
dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan. BOu atau Beban Operasional
Utama adalah beban yang dikeluarkan oleh bank untuk membiayai aktivitas
utama bank. BOu dihitung dari akumulasi biaya operasional utama dalam 12
bulan terakhir dari bulan laporan. Sedangkan AP merupakan aktiva produktif
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian
Kualitas Aktiva bagi bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah
yang berlaku. AP dihitung berdasarkan data selama 12 bulan terakhir dari
bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, POu atau Pendapatan Operasional Utama
adalah sebesar Rp 2.304.983 dan BH atau Bagi Hasil adalah sebesar Rp
414.747 dan BOu atau Beban Operasional Utama adalah sebesar Rp 843.679
sedangkan AP atau aktiva produktif adalah sebesar Rp 13.170.445 (lihat
lampiran data keuangan series).






Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai NSOM 7,95 % merupakan
peringkat : 2
k. Rasio Biaya Tenaga Kerja Terhadap Total Pembiayaan (RTK) - (Rasio
Observed)
Rasio biaya tenaga kerja terhadap total pembiayaan dihitung dengan cara
BTK atau Biaya Tenaga Kerja dibagi PYD atau Pembiayaan Yang
Diberikan. BTK atau Biaya Tenaga Kerja merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh bank untuk membiayai tenaga kerja. BTK dihitung dari akumulasi biaya
tenaga kerja dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan. PYD atau
Pembiayaan Yang Diberikan adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank.
PYD dihitung berdasarkan data rata rata selama 12 bulan terakhir dari
bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, BTK atau Biaya Tenaga Kerja adalah sebesar
Rp 859.146 dan PYD atau Pembiayaan Yang Diberikan adalah sebesar Rp
9.793.833 (lihat lampiran data keuangan series).



% 100
445 . 170 . 13
679 . 843 747 . 414 983 . 304 . 2
x
Rp
Rp Rp Rp
=
% 95 , 7 =
% 100
833 . 793 . 9
146 . 859
x
Rp
Rp
=
% 77 , 8 =
% 100 x
AP
BOu BH POu
NSOM

=
% 100 x
PYD
BTK
RTK =

Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai RTK 8,77 % merupakan
peringkat : 5
l. Return on Assets (ROA) - (Rasio Observed)
Rasio Return on Assets dihitung dengan cara EBT atau Earning Before
Tax dibagi TA adalah Total Asset. EBT atau Earning Before Tax adalah laba
yang diperoleh oleh bank sebelum perhitungan pajak dan telah
memperhitungkan kekurangan PPA. EBT diperoleh dari akumulasi laba
sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan. TA adalah Total
Asset yang dimiliki oleh bank. TA dihitung dari rata rata 12 bulan terakhir
dari bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, EBT atau Earning Before Tax adalah sebesar
Rp 860.623 dan TA adalah Total Asset adalah sebesar Rp 14.308.881 (lihat
lampiran data keuangan series).





Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai ROA 6,01 % merupakan
peringkat : 1
m. Return On Equity (ROE) - (Rasio Observed)
% 100
881 . 308 . 14 .
623 . 860 .
x
Rp
Rp
=
% 01 , 6 =
% 100 x
TA
EBT
ROA=
Rasio Return On Equity dihitung dengan cara EAT atau Earning After
Tax dibagi PIC atau Paid In Capital. EAT atau Earning After Tax adalah
laba yang diperoleh oleh bank setelah perhitungan pajak dan telah
memperhitungkan kekurangan PPA. EAT diperoleh dari akumulasi laba
setelah pajak dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan. PIC atau Paid In
Capital adalah modal disetor yang dimiliki oleh bank. PIC dihitung
berdasarkan data rata-rata selama 12 bulan terakhir dari bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, EAT atau Earning After Tax adalah sebesar
Rp 826.072 dan PIC atau Paid In Capital adalah sebesar Rp 5.000.000 (lihat
lampiran data keuangan series)





Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai ROE 16,52 % merupakan
peringkat : 3
n. Return on Investment Account Holder Rasio Observe
Rasio Return on Investment Account Holder dihitung dengan cara Bagi
hasil kepada pemilik dana PLS dibagi DPK yang berasal dari profit sharing.
Bagi hasil kepada pemilik dana PLS adalah distribusi bagi hasil yang
dilakukan bank kepada pemilik dana yang berasal dari PLS atau profit
sharing. Bagi hasil kepada pemilik dana PLS diperoleh dari akumulasi bagi
hasil kepada pemilik dana PLS dalam 12 bulan terakhir dari bulan laporan.
% 100
000 . 000 . 5
072 . 826
x
Rp
Rp
=
% 52 , 16 =
% 100 x
PIC
EAT
ROE =
Sedangkan DPK yang berasal dari profit sharing adalah dana pihak ketiga
yang berasal dari profit sharing. DPK yang berasal dari profit sharing
dihitung dari rata-rata dari 12 bulan terakhir dari bulan laporan.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, Bagi hasil kepada pemilik dana PLS adalah
sebesar Rp 414.746 dan DPK yang berasal dari profit sharing adalah sebesar
Rp 5.249.569 (lihat lampiran data keuangan series).
% 100 x
sharing profit dari berasal yang DPK
PLS dana pemilik hasil Bagi
holder Account ROI =
% 100
569 . 249 . 5
746 . 414
x
Rp
Rp
=
% 90 , 7 =

Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai ROI Account holder 7,90 %
merupakan peringkat : 5

Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Rentabilitas
FAKTOR NAMA RASIO JENIS RASIO
NILAI
RASIO
PERINGKAT
1. Rasio Efisiensi Operasi Utama 75,40% 1,00
2. Rasio Income Generate Asset Penunjang 80,52% 3,00
3. Rasio Net Margin Operasional - Struktural Penunjang 7,95% 2,00
4. Rasio Biaya Tenaga Kerja Terhadap Pembiayaan Observasi 8,77% 5,00
5. Rasio ROA Observasi 6,01% 1,00
6. Rasio ROE
Observasi
16,52% 3,00
RENTABILITAS
7. Rasio Return on Investmen Account Holder
Observasi
7,90% 5,00

Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen faktor Rentabilitas
di atas, peringkat faktor rentabilitas dinilai dan ditetapkan melalui analisis atas
peringkat rasio utama dan peringkat rasio penunjang dengan mempertimbangkan
indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
Prosedur perhitungan agregasi rasio komponen faktor Rentabilitas sesuai
dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/29/DPbS tanggal 7
Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
a. Nilai peringkat rasio utama akan menjadi nilai peringkat faktor yang
dipengaruhi oleh peringkat rasio penunjang.
1) Apabila peringkat rasio penunjang adalah peringkat 3, maka rasio
tersebut tidak memberikan pengaruh pada peringkat faktor (peringkat 3
merupakan nilai par yang tidak memberikan pengaruh).
2) Apabila peringkat rasio penunjang lebih besar dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan menambah nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih buruk.
3) Apabila peringkat rasio penunjang lebih kecil dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan mengurangi nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih baik.
b. Besarnya pengaruh nilai peringkat rasio penunjang terhadap peringkat faktor
ditentukan berdasarkan bobot tertentu. Besarnya bobot ditetapkan
berdasarkan judgement.
c. Hasil penjumlahan nilai peringkat rasio utama dan rasio penunjang akan
membentuk nilai peringkat faktor.
d. Pada tahap akhir, penetapan nilai peringkat faktor dilakukan dengan
mempertimbangkan rasio pengamatan/observed dan indikator pendukung
dan/atau pembanding yang relevan (judgement).
Tabel 4.8 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Rentabilitas
No Komponen/Rasio Jenis Ratio Peringkat Deviasi Bobot
Peringkat
Setelah
Bobot
Peringkat
Faktor
Peringkat
akhir
1)* 2)* 3)* 4)* 5)* 6)*
1 REO U 75,40% 1 1 1 1
2 %IGA P 0,81 3
3 %NSOM P 0,08 2
4 RTK O 8,77% 5
5 ROA O 6,01% 1
6 ROE O 16,52% 3
7
ROI Account
Holder O 7,90% 5

Dari tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa peringkat faktor Rentabilitas
(earning) adalah peringkat 1, kondisi ini mengindikasikan PD. BPRS Kota
Bekasi memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga
memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.

4. Penilaian faktor Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Penilaian
Likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas BPRS melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif atas rasio/komponen sebagai berikut:
3) Cash Ratio (CR) - (Rasio Utama)
Cash Ratio dihitung dengan cara Cash & Setara Kas dibagi Kewajiban
lancar. Cash & Setara Kas adalah kas, giro dan tabungan pada bank lain.
Sedangkan kewajiban lancar meliputi tabungan, deposito, kewajiban kepada
bank lain, kewajiban segera dan kewajiban lainnya yang jatuh tempo sampai
dengan 1 bulan. Data dalam perhitungan komponen ini diperoleh dari
laporan mingguan yang dilaporkan BPRS melalui laporan bulanan BPRS.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, Cash & Setara Kas adalah sebesar Rp
475.115 dan Kewajiban lancar adalah sebesar Rp 1.114.437 (lihat lampiran
data cash ratio).




Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai Cash Ratio 42,63 %
merupakan peringkat : 1
4) Short Term Mistmatch (STM) - (Rasio Penunjang)
Rasio Short Term Mistmatch dihitung dengan cara Aktiva lancar 3 bulan
dibagi Kewajiban lancar 3 bulan. Aktiva lancar 3 bulan adalah aktiva yang
memiliki jatuh tempo sampai dengan 3 bulan meliputi Kas, Penempatan pada
bank lain dan pembiayaan. Kewajiban lancar 3 bulan adalah kewajiban yang
harus diselesaikan oleh bank sampai dengan 3 bulan meliputi tabungan,
deposito, kewajiban kepada bank lain, kewajiban segera, kewajiban lainnya dan
pinjaman yang diterima.
Di PD. BPRS Kota Bekasi, Aktiva lancar 3 bulan adalah sebesar Rp
625.795.854 dan Kewajiban lancar 3 bulan adalah sebesar Rp 7.068.228
(lihat lampiran data Maturity).
% 100
437 . 114 . 1 .
115 . 475 .
x
Rp
Rp
=
% 63 , 42 =
% 100
_
&
x
Lancar Kewajiban
SetaraKas Cash
CR =
% 100
ln) 3 ( _
ln) 3 ( _
x
b Lancar Kewajiban
b Lancar Aktiva
STM =
% 100
228 . 068 . 7 .
854 . 795 . 625 .
x
Rp
Rp
=
% 65 , 8853 =

Berdasarkan kriteria penilaian peringkat, nilai STM 8853,65 % merupakan
peringkat : 1

Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Rasio Faktor Likuiditas
FAKTOR NAMA RASIO
JENIS
RASIO
NILAI
RASIO
PERINGKAT
1. Cash Rasio Utama 42,63% 1,00
LIKUIDITAS
2. Rasio Shorterm Mismatch Penunjang 8853,65% 1,00

Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen faktor Likuiditas di
atas, peringkat faktor likuiditas dinilai dan ditetapkan melalui analisis atas
peringkat rasio utama dan peringkat rasio penunjang dengan mempertimbangkan
indikator pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
Prosedur perhitungan agregasi rasio komponen faktor Likuiditas sesuai
dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/29/DPbS tanggal 7
Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
a. Nilai peringkat rasio utama akan menjadi nilai peringkat faktor yang
dipengaruhi oleh peringkat rasio penunjang.
1) Apabila peringkat rasio penunjang adalah peringkat 3, maka rasio
tersebut tidak memberikan pengaruh pada peringkat faktor (peringkat 3
merupakan nilai par yang tidak memberikan pengaruh).
2) Apabila peringkat rasio penunjang lebih besar dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan menambah nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih buruk.
3) Apabila peringkat rasio penunjang lebih kecil dari peringkat 3, maka
rasio tersebut akan mengurangi nilai peringkat faktor sehingga peringkat
faktor menjadi lebih baik.
b. Besarnya pengaruh nilai peringkat rasio penunjang terhadap peringkat faktor
ditentukan berdasarkan bobot tertentu. Besarnya bobot ditetapkan
berdasarkan judgement.
c. Hasil penjumlahan nilai peringkat rasio utama dan rasio penunjang akan
membentuk nilai peringkat faktor.
d. Pada tahap akhir, penetapan nilai peringkat faktor dilakukan dengan
mempertimbangkan rasio pengamatan/observed dan indikator pendukung
dan/atau pembanding yang relevan (judgement).
Tabel 4.10 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Likuiditas
No
Komponen/
Rasio
Jenis Ratio Peringkat Deviasi Bobot
Peringkat
Setelah
Bobot
Peringka
t Faktor
Peringkat
akhir
1)* 2)* 3)* 4)* 5)* 6)*
1 CR U 42,63^% 1
1.00 1.00 1.00
2 %STM P 88,54 1

Dari tabel 4.10 Perhitungan Agregasi Rasio Faktor Likuiditas di atas, di
ketahui faktor likuiditas memperoleh peringkat 1, mengindikasikan PD. BPRS
Kota Bekasi memiliki potensi masalah kesulitan likuiditas jangka pendek sangat
rendah.

5. Penilaian faktor Manajemen (Management)
Penilaian manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan
manajerial pengurus BPRS dalam menjalankan usahanya, kecukupan
manajemen risiko dan kepatuhan BPRS terhadap pelaksanaan prinsip syariah
serta kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku, melalui penilaian
kualitatif atas komponen:
a. Kualitas manajemen umum dan kepatuhan BPRS terhadap ketentuan
yang berlaku yang terdiri dari 16 aspek pertanyaan:
1) BPRS memiliki struktur organisasi yang efektif dan sejalan dengan
fungsinya sebagai bank syariah.
2) Setiap anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
serta Pemimpin Cabang (jika ada) memiliki kualifikasi yang sesuai.
3) Setiap anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah
serta Pemimpin Cabang (jika ada) secara riil memiliki kewenangan
dalam rentang kendali yang wajar dan memiliki perangkat penunjang
yang sesuai tugasnya.
4) Dewan Komisaris melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas direksi dalam batasan dan wewenang yang jelas, yang
dilakukan secara efektif.
5) Dewan Komisaris, Direksi dan DPS secara aktif melaksanakan
pemantauan dan evaluasi kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang
berlaku sehingga mampu meminimalisir pelanggaran terhadap ketentuan
kehati-hatian (BMPK, KYC dll ).
6) BPRS menetapkan mekanisme pendelegasian kewenangan dan tata tertib
kerja yang jelas dan layak serta melaksanakannya secara konsisten.
7) Adanya pengungkapan yang memadai terhadap setiap kebijakan Dewan
Komisaris, Direksi dan Pemimpin Cabang (jika ada) yang mengandung
benturan kepentingan dengan stakeholdersnya.
8) Keputusan yang diambil oleh setiap anggota Dewan Komisaris, Dewan
Direksi, Dewan Pengawas Syariah dan Pemimpin Cabang (jika ada) yang
memiliki potensi conflict of interest merupakan keputusan yang
meminimalkan kerugian.
9) Dalam periode penilaian tidak terjadi pelanggaran ketentuan mengenai
rangkap jabatan.
10) Tidak terdapat keterlibatan pihak lain (misal penasihat perorangan & jasa
profesional) yang mengakibatkan adanya pengalihan tugas dan atau
wewenang Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah dan Pemimpin
Cabang sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara tidak
independen.
11) BPRS melaksanakan transparansi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
serta melakukan edukasi publik.
12) Dewan komisaris dan atau Direksi memiliki kemampuan komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan pemilik bank dan pegawai.
13) Dewan komisaris dan/atau Direksi mampu meminimalisasi timbulnya
konflik intern dalam tubuh organisasi dan memberikan solusi
penyelesaian secara efektif dan efisien.
14) Dewan komisaris dan Direksi memiliki kemampuan untuk menolak
campur tangan Pemilik bank atas kegiatan operasional sehari-hari.
15) Direksi memiliki komitmen untuk menangani dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh bank.
16) Direksi melakukan pengawasan yang cukup terhadap pelaksanaan tugas
karyawan bank.

Dari 16 aspek pertanyaan kualitas manajemen di atas, PD. BPRS Kota
Bekasi memenuhi 16 aspek (semua aspek) kualitas manajemen umum dan
kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang berlaku, sehingga memperoleh
nilai komponen 100, mengindikasikan PD. BPRS Kota Bekasi memiliki
kualitas tata kelola (coorporate governance) yang baik dalam menjalankan
kegiatan usaha.

b. Kualitas Manajemen Risiko, yang terdiri dari 6 (enam) jenis risiko yang
meliputi 26 aspek pertanyaan:
1) Risiko Kredit
a) Bank memiliki SOP dalam memberikan pembiayaan dan dilakukan
updating secara berkala.
b) Dalam memberikan pembiayaan, bank melakukan analisis terhadap
kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
c) Dalam memutuskan pemberian pembiayaan, telah dilakukan oleh
pejabat yang berwenang.
d) Setelah pembiayaan diberikan, bank melakukan pemantauan terhadap
penggunaan pembiayaan, serta kemampuan dan kepatuhan debitur
dalam memenuhi kewajibannya.
e) Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan (bila
diperlukan) terhadap agunan.
f) Bank melakukan dokumentasi pembiayaan secara baik
2) Risiko Likuiditas
a) Bank melakukan analisa, pemantauan dan memiliki alat monitoring
atas tagihan dan kewajiban yang jatuh tempo untuk mencegah
kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas.
b) Bank senantiasa memiliki dana likuid yang cukup untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek.
c) Dalam rangka melakukan penempatan, bank tetap mengoptimalkan
keuntungan.
d) Bank menetapkan batasan minimal kas yang harus dimiliki untuk
mengantisipasi kebutuhan jangka pendek.
e) Pengurus memiliki komitmen pemilik untuk memberikan pinjaman
dana likuid atau meningkatkan permodalan bank sehingga senantiasa
memenuhi ketentuan yang berlaku.
3) Risiko Operasional
a) Bank memiliki SOP dalam operasional kegiatan bank, antara lain
pedoman KYC, penerimaan dana dari pihak ketiga, pedoman
konversi laporan keuangan intern ke laporan bulanan dan bank
melakukan evaluasi SOP secara periodik.
b) Bank menerapkan kebijakan pelaporan kualitas aktiva dan
pembentukan penyisihan penghapusan akitva berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
c) Bank senantiasa memberikan pendidikan / pelatihan kepada pegawai
untuk meningkatkan pengetahuan operasional bank.
d) Dalam melaksanakan kegiatan operasional, Direksi bank tidak
melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri,
keluarga dan grupnya yang berpotensi akan merugikan bank.
e) Bank memiliki mekanisme penerapan sanksi secara obyektif atas
pelanggaran yang terjadi.
4) Risiko Hukum
a) Perjanjian kredit telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Bank telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi
persyaratan ketentuan yang berlaku.
c) Bank melakukan pengikatan agunan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d) Bank menatausahakan secara baik dan aman blangko bilyet deposito
dan buku tabungan yang belum digunakan (kosong), dan blangko
bilyet deposito yang telah dicairkan dananya serta buku tabungan
yang dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup.
5) Risiko Reputasi
a) Bank selalu dapat memenuhi kewajiban terutama kepada nasabah.
b) Bank selalu transparan dalam menginformasikan produk dan jasa
yang ditawarkan.
c) Pimpinan bank memiliki perilaku yang baik.
d) Kegiatan usaha bank tidak melanggar prinsip syariah.
6) Risiko Kepatuhan
a) Bank senantiasa melakukan tindak-lanjut secara efektif terhadap
temuan hasil pemeriksaan oleh Bank Indonesia.
b) Bank melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip syariah dan
ketentuan Bank Indonesia serta ketentuan - ketentuan lain yang
berlaku.
c) Bank tidak pernah mendapatkan sanksi dari Bank Indonesia atas
keterlambatan atau kesalahan pelaporan.

Dari 6 aspek yang terdiri dari 26 apek pertanyaan di atas, PD. BPRS
Kota Bekasi memenuhi semua (6 jenis) kualitas manajemen risiko, sehingga
memperoleh nilai komponen 100, mengindikasikan PD. BPRS Kota Bekasi
memiliki kualitas manajemen risiko yang kuat.


c. Kepatuhan terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip syariah, yang terdiri
dari 3 (tiga) aspek pertanyaan:
1) Dewan Komisaris, Direksi dan DPS secara aktif melaksanakan
pemantauan dan evaluasi kepatuhan BPRS terhadap penerapan prinsip
syariah.
2) Dewan Komisaris dan Direksi melakukan langkah-langkah yang
dipandang perlu dalam rangka meminimalisir terjadinya pelanggaran
terhadap (i) kode etik manajemen BPRS yang disusun berdasarkan nilai-
nilai syariah dan bersifat mengikat secara internal dan (ii) prinsip syariah
termasuk namun tidak terbatas pada peraturan Bank Indonesia mengenai
pelaksanaan prinsip syariah pada kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana serta jasa perbankan syariah.
3) Dalam periode penilaian, bank telah melaksanakan fungsi sosial.

Dari 3 aspek pertanyaan di atas, PD. BPRS Kota Bekasi memenuhi
semua (3 aspek) manajemen kepatuhan syariah, sehingga memperoleh nilai
komponen 100, mengindikasikan PD. BPRS Kota Bekasi memiliki tingkat
kepatuhan terhadap prinsip syariah yang tinggi dan pelaksanaan fungsi
sosial.


Penetapan peringkat faktor manajemen
Penetapan peringkat faktor manajemen dilakukan dengan penghitungan
gabungan atas 3 (tiga) komponem manajemen dengan bobot masing-masing
komponen:
d. Kualitas manajemen umum dan kepatuhan BPRS terhadap ketentuan yang
berlaku, dengan bobot sebesar 35% (tiga puluh lima per seratus);
e. Kualitas manajemen risiko, dengan bobot sebesar 40% (empat puluh per
seratus);
f. Kepatuhan terhadap pelaksanaan prinsip prinsip syariah, dengan bobot
sebesar 25% (dua puluh lima per seratus).
Tabel 4. 11 Penetapan Peringkat Faktor Manajemen
Komponen Nilai Komponen Bobot
Nilai setelah
bobot
1. manajemen umum 100 35% 35
2. Manajemen Risiko 100 40% 40
3. Manajemen Kepatuhan Syariah 100 25% 25
Jumlah 100

Pada tabel penilaian faktor manajemen di atas, jumlah penghitungan
gabungan komponen manajemen adalah 100, menempatkan faktor manajemen
pada peringkat A, mengindikasikan PD.BPRS Kota Bekasi memiliki kualitas
tata kelola yang baik, manajemen risiko yang kuat, dan tingkat kepatuhan
terhadap prinsip syariah yang tinggi dan pelaksanaan fungsi sosial.


B. Penetapan Peringkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD. BPRS
Kota Bekasi.
Setelah melakukan penilaian terhadap faktor Permodalan, Kualitas Aset,
Rentabilitas, Likuiditas dan Manajemen, tahap selanjutnya untuk Menetapkan
peringkat kesehatan BPRS dilakukan melalui:
1. penetapan peringkat faktor keuangan, dengan melakukan penghitungan
gabungan melalui pembobotan atas nilai peringkat faktor keuangan sebagai
berikut:
a. permodalan, dengan bobot 25 % (dua puluh lima per seratus)
b. kualitas aset, dengan bobot 45 % (empat puluh lima perseratus)
c. rentabilitas, dengan bobot 15 % (lima belas perseratus)
d. likuiditas, dengan bobot 15 % (lima belas perseratus)
Tabel 4. 12 Penetapan Peringkat Faktor Keuangan

Komponen
Peringkat
Faktor
Nilai Peringkat
Faktor
Bobot
Nilai Peringkat
Setelah Bobot
1. Permodalan 1 100 25% 25
2. Kualitas Aset 2 80 45% 36
3. Rentabilitas 1 100 15% 15
4. Likuiditas 1 100 15% 15
Jumlah 91

Hasil penghitungan gabungan melalui pembobotan atas nilai peringkat faktor
keuangan pada tabel 4.15 di atas adalah 91, menetapkan peringkat faktor keuangan,
membentuk peringkat 1, peringkat ini mengindikasikan PD. BPRS Kota Bekasi
memiliki kinerja keuangan yang sangat baik, yaitu memiliki kemampuan untuk
menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang tinggi, sehingga mampu
berkembang secara optimal.
2. penetapan peringkat komposit tingkat kesehatan BPRS
Peringkat komposit adalah hasil akhir penilaian tingkat kesehatan BPRS yang
merupakan gabungan dari peringkat faktor keuangan dan peringkat manajemen,
dengan menggunakan tabel konversi dan mempertimbangkan indikator
pendukung dan atau pembanding yang relevan.
Tabel 4.13 Tabel Konversi
A 5 3 2 1 1
B 5 4 3 2 1
C 5 5 4 3 2
D 5 5 4 4 3
Manajemen
5 4 3 3 1
Finansial (CAEL)

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, diketahui bahwa peringkat faktor
keuangan PD. BPRS Kota Bekasi adalah peringkat 1 dan peringkat manajemen
adalah peringkat A, dari hasil penilaian tersebut peringkat faktor keuangan
digabungkan dengan peringkat manajemen menggunakan tabel konversi seperti
pada tabel 4.13 di atas.
Berdasarkan tabel konversi di atas, PD.BPRS Kota Bekasi memperoleh
peringkat 1, yaitu Bank memiliki kondisi tingkat kesehatan yang sangat baik
sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik.








BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia No: 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip syariah, yang
mencakup penilaian terhadap faktor Permodalan (capital), Kualitas aset (asset
quality), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity) dan Manajemen
(management), maka penulis mengambil kesimpulan:
1. Faktor Penilaian
a. Faktor permodalan
Tingkat kecukupan modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) PD.
BPRS Kota Bekasi pada periode Juni 2008 yaitu 49,57 %. Tingkat
kecukupan modal atau CAR 49,57 % ini melebihi kewajiban penyediaan
modal minimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 8 %. Dengan
demikian PD. BPRS Kota Bekasi memiliki posisi modal yang sangat kuat
untuk menutup risiko kerugian atas penanaman aktiva-aktiva yang
mengandung risiko.

b. Faktor Kualitas Aset

106
Kualitas aktiva produktif PD. BPRS Kota Bekasi cukup baik, di mana
aktiva produktif yang tidak diklasifikasikan atau yang memiliki potensi
memberikan penghasilan cukup besar yaitu, 92 % dari total aktiva produktif.
Namun pembiayaan bermasalah (NPF) PD. BPRS Kota Bekasi cukup tinggi
yaitu, 14,82 % dari jumlah pembiayaan yang dimiliki.
c. Faktor Rentabilitas
Berdasarkan penilaian Rentabilitas yang telah dilakukan, PD. BPRS
Kota Bekasi memiliki efisiensi operasi yang tinggi dan stabil, sehingga
memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Hal ini terlihat
dari Rasio efisiensi operasi PD. BPRS Kota Bekasi yang tinggi yaitu, 75,40
% serta cukup tingginya proporsi aset yang memberikan pendapatan yaitu,
80,63 % dari total aset.
d. Faktor Likuiditas
Berdasarkan analisa komponen terhadap sisi likuiditas, menunjukkan
bahwa PD. BPRS Kota Bekasi sedang dalam keadaan likuid. Hal ini
dikarenakan alat likuid/aktiva lancar yang dimiliki PD. BPRS Kota Bekasi
dapat memenuhi kebutuhan likuiditas, terutama kebutuhan likuiditas jangka
pendek.

e. Faktor Manajemen
Berdasarkan penilaian terhadap faktor manajemen, mengindikasikan
bahwa PD. BPRS Kota Bekasi memiliki kualitas tata kelola yang baik,
manajemen risiko yang kuat dan tingkat kepatuhan terhadap prinsip syariah
yang tinggi dan pelaksanaan fungsi sosial.
2. Tingkat kesehatan PD. BPRS Kota Bekasi pada periode penilaian Juni 2008
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian tingkat kesehatan PD. BPRS
Kota Bekasi berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 9/17/PBI/2007 yang
memperoleh peringkat 1, dan dinyatakan memiliki kondisi tingkat kesehatan
yang sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil dan analisa tingkat kesehatan BPRS berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia No: 9/17/PBI/2007 melalui penilaian terhadap faktor
Permodalan (capital), Kualitas aset (asset quality), Rentabilitas (earning),
Likuiditas (liquidity) dan Manajemen (management), PD. BPRS Kota Bekasi
memperoleh peringkat 1 dan dinyatakan sehat. Akan tetapi terdapat hal-hal yang
harus diperbaiki atau diperhatikan oleh PD. BPRS Kota Bekasi. Pembiayaan
bermasalah yang selama ini menyumbangkan porsi terbesar dalam aktiva
produktif bermasalah, dapat diperbaiki dengan tetap menjalankan kegiatan
perbankan dengan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan dan penyebaran
risiko tidak hanya pada satu jenis pembiayaan, sektor ekonomi, atau masa jatuh
tempo pembiayaan.
Selain itu PD. BPRS Kota Bekasi harus berupaya meningkatkan efisiensi biaya
operassional agar kinerja rentabilitas bank semakin baik.
2. Untuk kecukupan permodalan dan manajemen risiko likuiditas yang telah
terpenuhi, serta kemampuan manajerial pengurus BPRS dalam menjalankan
usahanya, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan terhadap pelaksanaan
prinsip syariah dan ketentuan yang berlaku, maka PD. BPRS Kota Bekasi harus
berupaya mempertahankan atau lebih baik lagi dapat meningkatkannya.







































DAFTAR PUSTAKA


Al-Quran dan Al-Hadits

Ali, Masyhud. Manajemen Risiko, Strategi Perbankan & Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

BPRS Kota Bekasi, Laporan Tahunan 2007

Gandapradja, Permadi. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004.

Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta : BPFE_Yogyakarta dan anggota IKAPI,
1993.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007.

Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

--------------. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

--------------. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah.

Muhammad. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

--------------. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : EKONISIA, kampus
Fakultas Ekonomi UII, 2004.

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan rakyat
Berdasarkan Prinsip syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/25/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor : 6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000.

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafity, 2007.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, deskripsi dan ilustrasi.
yogyakarta: EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, 2005.

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI,
TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 9/29/DPbS tanggal 7 Desember 2007 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah.

Sutrisno. Manajemen Keuangan: teori, konsep dan aplikasi. yogyakarta: EKONISIA
Fakultas Ekonomi UII, 2005.

Syafii Antonio, Muhammad. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani dan Tazkia Cendikia, 2004.

http://www.bi.go.id/web/id/peraturan/perbankan/default.htm?page=5&year=0 tanggal 1
oktober 2008.










PD. BPRS KOTA BEKASI
NERACA
Periode 30 Juni 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)
NO. AKTIVA S A N D I JUMLAH
1 Kas 100 369,451
2 Penempatan pada Bank Indonesia 120 0
3 Penempatan pada Bank Lain 03) 130 2,356,007
4 Piutang 0
a. Piutang Murabahah 04) 150 9,732,965
b. Pendapatan margin Murabahah yang ditangguhkan -/- 04) 151 3,579,919
c. Piutang Salam 05) 152 0
d. Piutang Istishna' 06) 153 0
e. Pendapatan margin Istishna yang ditangguhkan -/- 06) 154 0
5 Pembiayaan 07)
a. Pembiayaan Mudharabah 160 0
b. Pembiayaan Musyarakah 161 6,426,091
6 Pembiayaan Ijarah
a. Aktiva Ijarah 08) 180 610,378
b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah -/- 08) 185 0
7 Piutang Transaksi Multijasa
a. Transaksi Multijasa 186 0
b. Pendapatan Transaksi Multijasa yang ditangguhkan -/- 20) 187 0
8 Qardh 09) 190 113,550
9 Penyisihan Penghapusan Aktiva -/- 21)
a. Umum 199 69,275
b. Khusus 200 121,922
10 Aktiva Istishna' dalam penyelesaian 10) 201 0
11 Termin Istishna' -/- 10) 202 0
12 Persediaan 203 0
13 Agunan yang diambil alih 22) 210 318,611
14 Aktiva dalam valuta asing 212 0
15 Aktiva tetap dan Inventaris
a. Tanah dan Gedung 213
796,522
b. Akumulasi Penyusutan Gedung -/- 214
18,587
c. Inventaris 215
174,363
d. Akumulasi Penyusutan Inventaris -/- 216 55,176
16 Rupa-Rupa Aktiva 11) 230 71,560
T O T A L A K T I V A 290 17,124,619
NO. PASIVA S A N D I JUMLAH
1 Kewajiban Segera 23) 301 3,019
2 Tabungan Wadiah 12) 302 1,788,218
3 Dana Investasi
a. Tabungan Mudharabah 13) 321 474,510
b. Deposito Mudharabah 14) 322 4,873,000
4 Kewajiban Kepada Bank Indonesia 340 0
5 Kewajiban Kepada Bank Lain 15) 350 0
6 Kewajiban Lainnya 16) 365 0
7 Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima 24) 366
4,245,654
8 Pembiayaan/Investasi Subordinasi 368 0
9 Rupa-Rupa Pasiva 17) 400 69,576
10 Modal Pinjaman 410 0
11 Modal Disetor
a. Modal dasar 421 5,000,000
b. Modal yang belum disetor 422 0
12 Tambahan Modal Disetor
a. Agio 431 0
b. Disagio 432 0
c. Modal Sumbangan 433 0
d. Dana Setoran Modal 434 0
13 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 445 0
14 Cadangan
a. Cadangan Umum 451 125,808
b. Cadangan Tujuan 452 125,808
15 Laba ditahan 453 0
16 Laba Rugi
a.Tahun Lalu
i. Laba 461 0
ii. Rugi 462 0
b. Tahun Berjalan
i. Laba 02) 465 419,026
ii. Rugi -/- 02) 466 0
T O T A L P A S I V A 490 17,124,619







PD. BPRS KOTA BEKASI
LAPORAN LABA/RUGI
Periode 30 Juni 2008

(Dalam Ribuan Rupiah)

R I N C I A N SANDI JUMLAH
I. Pendapatan Operasional 100 1,396,023
A. Pendapatan Operasional dari Penyaluran Dana 101 1,164,423
1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank
a. Pendapatan Margin Murabahah 102 616,777
b. Pendapatan Salam 103 0
c. Pendapatan Istishna 104 0
d. Pendapatan Sewa Ijarah 106 70,016
e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah 107 0
f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah 108 331,211
g. Pendapatan Transaksi Multijasa 109 0
h. Lainnya 111 0
2. Dari Bank Indonesia 112 0
3. Dari bank-bank lain di Indonesia
a. Bonus dari Bank Syariah lain 114 6,953
b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah
i. Tabungan Mudharabah 115
6,641
ii. Deposito Mudharabah 116 132,825
c. Lainnya 119 0
B. Pendapatan Operasional Lainnya 136 231,600
1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah) 137
251,187
2. Jasa Layanan
a. Pendapatan fee wakalah 138 0
b. Pendapatan fee kafalah 140 0
c. Pendapatan fee hiwalah 141 0
d. Pendapatan jasa lainnya 142 0
3. Pendapatan Qard 145 10,668
4. Pendapatan administrasi 146 188,236
5. Lainnya 149
7,509
II. Bagi hasil kepada Pemilik Dana -/- 150 211,922
Berdasarkan Non Profit Sharing
A. Pihak ketiga bukan bank 0
1. Tabungan Mudharabah 151 0
2. Deposito Mudharabah 152 0
3. Lainnya 153 0
B. Bank-bank Lain
1. Tabungan Mudharabah 156 0
2. Deposito Mudharabah 157 0
3. Lainnya 158 0
Berdasarkan Profit Sharing
A. Pihak ketiga bukan bank
1. Tabungan Mudharabah 161
18,535
2. Deposito Mudharabah 162
193,387
3. Lainnya 163 0
B. Bank-bank lain
1. Tabungan Mudharabah 166 0
2. Deposito Mudharabah 167 0
3. Lainnya 168 0
III. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil
kepada Pemilik Dana (I - II) 170 1,184,101
IV. Beban Operasional 180 1,019,726
A. Beban Bonus titipan wadiah
1. Pihak ketiga bukan bank 186 46,149
2. Bank-bank lain 189 0
B. Premi
1. Premi dalam rangka Penjaminan Pihak Ketiga 272 8,631
2. Premi Asuransi 279 0
C. Tenaga Kerja
1. Gaji dan Upah 301 357,075
2. Honorarium Komisaris/Dewan Pengawas
Syariah/Konsultan
302 91,520
3. Lainnya 309 6,685
D. Pendidikan dan pelatihan 310 5,331
E. Penelitian dan pengembangan 320 0
F. Sewa 330 0
G. Promosi 340 12,016
H. Pajak-Pajak (Tidak termasuk pajak penghasilan) 350 0
I. Pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dan
inventaris
360 42,411
J. Penyusutan/Penyisihan/amortisasi
1. Penyusutan aktiva tetap dan inventaris 371 38,263
2. Penyusutan aktiva Ijarah 372 0
3. Penyisihan Penempatan dana antarbank 373 0
4. Penyisihan :
a. Piutang Murabahah 375 17,584
b. Piutang Salam 376 0
c. Piutang Istishna 377 0
d. Qardh 378 308
e. Piutang transaksi multijasa 379 0
5. Penyisihan Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah 381 0
b. Pembiayaan Musyarakah 382
76,225
6. Penyisihan Agunan yang diambil alih 384 0
7. Amortisasi Biaya yang ditangguhkan 385
71,792
8. Lainnya 389 0
K. Biaya barang dan jasa 398 113,478
L. Lainnya 399 132,258
V. Laba Operasional (III - IV) 400 164,375
VI. Rugi Operasional (IV - III) 405 0
VII. Pendapatan Non Operasional 410 289,202
A. Keuntungan karena penjualan aktiva tetap dan
inventaris
411 0
B. Keuntungan Penjualan Aktiva Ijarah 412 0
C. Pendapatan sebagai Pedagang Valuta Asing 413 0
D. Lainnya 419 289,202
VIII. Beban Non Operasional 420 0
A. Kerugian karena penjualan/kehilangan aktiva tetap
dan inventaris
421 0
B. Kerugian Penjualan Aktiva Ijarah 422 0
C. Biaya sebagai Pedagang Valuta Asing 423 0
D. Denda-denda/sanksi-sanksi 424 0
E. Lainnya 429 0
IX Laba Non Operasional (VII - VIII) 430 289,202
X Rugi Non Operasional (VIII - VII) 435 0
XI Laba Tahun Berjalan (V + IX) 440 453,577
XII Rugi Tahun Berjalan (VI + X) 445 0
XIII Zakat 477 0
XIV Taksiran Pajak Penghasilan 2) 480 34,551
XV A. Jumlah Laba 3) 490 419,026
B. Jumlah Rugi 3) 500 0














DATA AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR)


KOMPONEN

NOMINAL
PPA
KHUSUS
BOBOT
RISIKO (%)

ATMR
(2) (3) (4)


(5)=(3)-(4)
(6) (7)=(5)x(6)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
A. AKTIVA NERACA
1. Kas, Emas dan Mata Uang Emas serta Commemorative Coins 369,450 369,450 0 0
2. Penempatan pada Bank Indonesia 0
3. Penempatan/Tagihan pada bank lain :
3.1. Pada Bank Lain yg dijamin oleh pemerintah pusat dan bank sentral - 0 0
3.2. Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing account 0 1 0
3.3. Pada Bank Lain 2,356,007 2,356,007 20 471,201
4. Piutang (Murabahah, Istishna, Salam dan Qardh)
Khusus piutang Murabahah dan Istishna', setelah dikurangi dengan
margin yang ditangguhkan.
4.1. Piutang kepada atau dijamin :
4.1.1 Bank Sentral - - - 0 -
4.1.2 Pemerintah Pusat - - - 0 -
4.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta - - - 0 -
giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai yang dijamin tersebut.
4.2. Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing acoount - - - 1 -
4.3. Piutang kepada atau dijamin Pemerintah Daerah - - - 20 -
4.4. Piutang kepada atau dijamin Bank Lain - - - 20 -
4.5. Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama - - - 35 -
dengan tujuan untuk dihuni.
4.6. Piutang kepada atau dijamin BUMN/BUMD - - - 50 -
4.7. Piutang kepada pegawai/pensiunan 4,844,543 - 4,844,543 50 2,422,272
4.8. Piutang kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 1,422,053 - 1,422,053 85 1,208,745
4.9. Lainnya - - - 100 -
5. Piutang transaksi multijasa
5.1. Transaksi multijasa yang disewakan dan dijamin : - 0 -
Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas,
serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang
bersangkutan, sebesar nilai yang dijamin tersebut.
5.2. Transaksi multijasa yang dananya berasal dari - 1 -
profit sharing account
5.3. Kepada pegawai/pensiunan - 50 -
5.4. Lainnya - 100 -
6. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
6.1. Pembiayaan yang diberikan kepada atau dijamin :
(Untuk Mudharabah,khusus yang Net Revenue sharing)
6.1.1 Bank Sentral - 0 -
6.1.2 Pemerintah Pusat - 0 -
6.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, - 0 -
serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang
bersangkutan, sebesar nilai yang dijamin tersebut.
6.2. Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing account - 1 -
6.3. Pembiayaan kepada atau dijamin Pemerintah Daerah - 20 -
6.4. Pembiayaan kepada atau dijamin Bank Lain - 20 -
6.5. Pembiayaan kepada atau dijamin BUMN/BUMD - 50 -
6.6. Pembiayaan kepada pegawai/pensiunan - 50 -
6.7. Pembiayaan kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 6,426,091 121,922 6,304,169 85 5,358,544
6.8. Untuk penyediaan dana profit sharing yang sumber dananya dari wadiah, - 150 -
modal sendiri, qardh dan mudharabah mutlaqah net revenue sharing
6.9. Lainnya - 100 -
7. Ijarah (dikurangi dengan akumulasi penyusutan/amortisasi)
7.1. Aktiva ijarah yang disewakan kepada atau dijamin :
7.1.1 Bank Sentral 0 0 -
7.1.2 Pemerintah Pusat 0 0 -
7.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, 0 0 -
serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang
bersangkutan, sebesar nilai yang dijamin tersebut.
7.2. Untuk aktiva ijarah yang dananya berasal dari profit sharing account 0 1 -
7.3. Kepada atau dijamin Pemerintah Daerah 0 20 -
7.4. Kepada atau dijamin Bank Lain 0 20 -
7.5. Kepada atau dijamin BUMN/BUMD 0 50 -
7.6. Kepada pegawai/pensiunan 610,378 610,378 50 305,189
7.7. Untuk usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 0 85 -
7.8. Lainnya 0 100 -
8. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian 0 100 -
9. Persediaan 0 100 -
10. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
10.1. Tanah dan Gedung +/+ 796,522 796,522 100 796,522
10.2. Akumulasi penyusutan gedung -/- 18,587 18,587 100 18,587
10.3. Inventaris +/+ 174,363 174,363 100 174,363
10.4. Akumulasi penyusutan inventaris -/- 55,176 55,176 100 55,176
11. Rupa-rupa aktiva : 71,560 71,560 100 71,560
12. Jumlah ATMR aktiva neraca 16,997,204 121,922 17,022,808 10,734,633
B. REKENING ADMINISTRATIF
1. Fasilitas pembiayaan mudharabah & musyarakah yang belum digunakan dan
disediakan bagi atau dijamin oleh/dengan :
1.1. Bank Sentral 0 0 0 0
1.2. Pemerintah Pusat 0 0 0 0
1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas serta giro, 0 0 0 0
deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar
nilai yang dijamin tersebut.
1.4. Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing account 0 0 0.5 0
1.5. Pemerintah Daerah 0 0 10 0
1.6. Bank Lain 0 0 10 0
1.7. BUMN/BUMD 0 0 25 0
1.8. Pegawai/Pensiunan 0 0 25 0
1.9. Usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 0 0 42.5 0
1.10. Untuk penyediaan dana profit sharing yang sumber dananya dari wadiah, 0 0 75 0
modal sendiri, qardh dan mudharabah mutlaqah net revenue sharing
1.11. Lainnya 0 0 50 0
2. Jumlah ATMR rekening administratif 0 0 0
Jumlah ATMR (A.12 + B.2) 10,734,633
Modal Minimum (8% x jumlah ATMR) = ( 8% x II) 858,771
Kelebihan Atau Kekurangan Modal ( Worksheet Modal 3 - III ) 4,462,120
Rasio Modal (Worksheet modal 3 : II ) x 100% 49.57

Piutang Murabahah
1.1 Piutang kepada atau dijamin :
1.1.1 Bank Sentral 0 0 0
1.1.2 Pemerintah Pusat 0 0 0
1.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta 22,463 0 0
giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai yang dijamin tersebut.
1.2 Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing acoount 150,000 1 1,500
1.3 Piutang kepada atau dijamin Pemerintah Daerah 0 20 0
1.4 Piutang kepada atau dijamin Bank Lain 0 20 0
1.5 Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama 0 35 0
dengan tujuan untuk dihuni.
1.6 Piutang kepada atau dijamin BUMN/BUMD 0 50 0
1.7 Piutang kepada pegawai/pensiunan 4,730,993 9,725 50 4,863
1.8 Piutang kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 1,422,053 3,489,702 85 2,966,247
1.9 Lainnya 467,697 100 467,697
Piutang Salam
2.1 Piutang kepada atau dijamin :
2.1.1 Bank Sentral 0 0 0
2.1.2 Pemerintah Pusat 0 0 0
2.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta 0 0 0
giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai yang dijamin tersebut.
2.2 Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing acoount 0 1 0
2.3 Piutang kepada atau dijamin Pemerintah Daerah 0 20 0
2.4 Piutang kepada atau dijamin Bank Lain 0 20 0
2.5 Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama 0 35 0
dengan tujuan untuk dihuni.
2.6 Piutang kepada atau dijamin BUMN/BUMD 0 50 0
2.7 Piutang kepada pegawai/pensiunan 0 50 0
2.8 Piutang kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 0 85 0
2.9 Lainnya 0 100 0
Piutang Istishna'
3.1 Piutang kepada atau dijamin :
3.1.1 Bank Sentral 0 0 0
3.1.2 Pemerintah Pusat 0 0 0
3.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta 0 0 0
giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai yang dijamin tersebut.
3.2 Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing acoount 0 1 0
3.3 Piutang kepada atau dijamin Pemerintah Daerah 0 20 0
3.4 Piutang kepada atau dijamin Bank Lain 0 20 0
3.5 Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama 0 35 0
dengan tujuan untuk dihuni.
3.6 Piutang kepada atau dijamin BUMN/BUMD 0 50 0
3.7 Piutang kepada pegawai/pensiunan 0 50 0
3.8 Piutang kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 0 85 0
3.9 Lainnya 0 100 0
Qardh
4.1 Piutang kepada atau dijamin :
4.1.1 Bank Sentral 0 0 0
4.1.2 Pemerintah Pusat 0 0 0
4.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta 0 0 0
giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan,
sebesar nilai yang dijamin tersebut.
4.2 Untuk penyediaan dana yang dananya berasal dari profit sharing acoount 0 1 0
4.3 Piutang kepada atau dijamin Pemerintah Daerah 0 20 0
4.4 Piutang kepada atau dijamin Bank Lain 0 20 0
4.5 Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama 0 35 0
dengan tujuan untuk dihuni.
4.6 Piutang kepada atau dijamin BUMN/BUMD 0 50 0
4.7 Piutang kepada pegawai/pensiunan 113,550 0 50 0
4.8 Piutang kepada usaha mikro dan usaha kecil (UMK) 0 85 0
4.9 Lainnya 18,336 100 18,336








DATA PERMODALAN


KOMPONEN Bobot (%) Nominal

MODAL

1. MODAL INTI

1.1 Modal Disetor 5,000,000

1.2 Agio Saham 0

1.3 Disagio Saham(-/-) 0

1.4 Modal Sumbangan 0

1.5 Dana Setoran Modal 0

1.6 Cadangan Umum 125,808

1.7 Cadangan Tujuan 125,808

1.8 Laba ditahan setelah diperhitungkan pajak 0

1.9 Laba Tahun lalu set. diperhitungkan pajak 100 0

1.10 Rugi Tahun Lalu (-/-) 0

1.11 Laba Tahun Berjalan set. diperhitungkan Pajak 50 0

1.11.1 Perhitungan Pajak 34,551

1.11.2 Kekurangan Pembentukan PPA 0

1.11.3 Lainnya 0

1.12 Rugi Tahun Berjalan (-/-) 0

1.13 Subtotal 5,251,616

1.14 Goodwill (-/-) 0

1.15 Jumlah modal inti 5,251,616

2. MODAL PELENGKAP (Tier 2)

2.1 Selisih penilaian kembali aktiva tetap 0

2.2 Cadangan umum dari penyisihan penghapusan 69,275

aktiva (maks 1,25% dari ATMR)

2.3 Modal Pinjaman -

2.4 Investasi subordinasi (maks. 50% dari Modal Inti) 0

2.5 Jumlah modal pelengkap 69,275

2.6 Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan 69,275

(maks. 100% dari jumlah modal inti)

3. JUMLAH MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP 5,320,891

DATA KEUANGAN SERIES

PERIODE
Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr POS - POS TERTENTU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
MODAL
5,416,308.00 5,476,348.00 5,491,862.00 5,516,637.00 5,570,653.00 5,537,661.00 5,776,850.00 5,817,120.00 5,707,185.41 5,367,712.00
ATMR
6,799,565.00 7,782,381.00 7,559,297.00 7,776,584.00 8,264,440.00 7,889,201.00 7,206,938.00 7,467,237.00 9,206,022.00 7,744,583.00
Total Asset
11,226,149.00 11,670,182.00 11,751,326.00 12,124,028.00 13,455,534.00 12,890,935.00 12,947,312.00 17,058,669.00 17,385,331.0
0
16,880,976.0
Pendapatan Operasional Stlh Distribusi Bagi Hasil
154,509.00 227,579.00 135,600.00 176,532.00 204,611.00 230,909.00 185,640.00 203,439.00 167,393.00 213,611.00
Beban Operasional
99,611.00 104,415.00 100,327.00 124,957.00 89,663.00 205,922.00 109,839.00 124,969.00 178,314.00 297,362.00
Aktiva Produktif
10,891,862.00 11,178,209.00 10,588,836.00 11,545,228.00 13,033,563.00 12,504,839.00 12,063,403.00 15,554,640.00 15,972,823.0
0
15,575,019.0
Non Performing Aktiva Produktif
172,264.00 225,960.00 1,615,099.00 1,750,572.00 849,427.00 838,099.00 1,948,781.00 2,096,334.00 2,700,333.00 2,671,858.00
Pendapatan Operasional struktural
155,413.00 222,791.00 1,094,328.00 -762,958.00 225,596.00 212,343.00 181,101.00 206,748.00 180,939.00 203,206.00
Bagi Hasil struktural
28,221.00 35,072.00 31,794.00 34,912.00 35,446.00 37,380.00 38,153.00 33,827.00 33,513.00 35,206.00
Beban Operasional struktural
68,913.00 410,329.00 -309,494.00 99,286.00 51,407.00 53,996.00 74,562.00 72,229.00 70,184.00 166,919.00
Biaya Tenaga Kerja
51,651.00 49,506.00 50,856.00 98,835.00 51,407.00 101,611.00 66,812.00 68,504.00 72,399.00 107,600.00
Pembiayaan yang diberikan
7,654,224.00 9,015,962.00 9,168,051.00 9,598,926.00 9,754,663.00 9,196,249.00 8,986,039.00 9,424,640.00 9,834,428.00 9,442,482.00
Laba (Rugi) Sebelum Pajak
49,986.00 120,081.00 45,782.00 51,637.00 114,868.00 24,692.00 75,858.00 78,541.00 -10,820.00 193,548.00
Modal Disetor
5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Net Agio
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Bagi hasil kepada pemilik dana PLS
28,219.00 35,073.00 31,794.00 34,912.00 35,446.00 37,380.00 38,153.00 33,827.00 33,513.00 35,206.00
DPK yang berasal dari profit sharing
4,826,532.00 4,564,042.00 5,102,423.00 5,518,077.00 5,344,336.00 5,366,384.00 5,337,975.00 5,346,895.00 5,477,980.00 5,384,321.00




KOLEKTIBILITAS PEMBIAYAAN
PD. BPRS KOTA BEKASI
BULAN : JUNI 2008





















RECOVARATE RATIO (Rasio Observe)

Nomor Rekening
Jumlah Hapus
Buku Jumlah Berhasil Ditagih Pencapaian
(1) (2) (3) (4) = 3 / 2
11 1 -
12 1 -
13 1 -
14 1 -
15 1 -
16 1 -
Jumlah / Rata - rata 6 - -





(Ribuan rp)
A. POSISI LAPORAN : 30 JUNI 2008
JUMLAH REKENING KOLEKTIBITAS PLAFOND BAKI DEBET
462 Lancar 11.516.780 11.332.200
61 Kurang lancar 3.565.843 1.427.488
34 Diragukan 666.426 543.377
- Macet - -
557 15.749.049 13.303.065

B. POSISI LAPORAN : 30 JUNI 2007
JUMLAH REKENING KOLEKTIBITAS PLAFOND BAKI DEBET
281 Lancar 7.605.879 6.743.039
7 Kurang lancar 134..800 124.130
- Diragukan - -
- Macet - -
288 7.740.679 6.867.169

DATA CASH RATIO

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV jumlah Rata2
KOMPONEN
1.1+1.2+1.3 1.1+1.2+1.3 1.1+1.2+1.3 1.1+1.2+1.3 sum kolom jumlah/4
1. Likuid sampai dengan 1 bulan 0 0 0 1,900,458 1,900,458 475,115
1.1 Kas 369,451 369,451 92,363
1.2 Giro pada bank lain 1,248,375 1,248,375 312,094
1.3 Tabungan pada bank lain 282,632 282,632 70,658
2. Kewajiban dengan maturity sampai
dengan 1 bulan
0 0 0 4,457,747 4,457,747 1,114,437
2.1 Tabungan Wadiah 1,788,218 1,788,218 447,055
2.2 Tabungan Mudharabah 474,510 474,510 118,628
2.3 Deposito Mudharabah 2,192,000 2,192,000 548,000
2.4 Kewajiban pada bank lain
(tabungan)
0 0
2.5 Kewajiban segera 3,019 3,019 755
2.6 Kewajiban Lainnya 0 0








DATA MATURITY

KOMPONEN Nominal
1. Aktiva Lancar dgn maturity s.d 3
bulan

1.1 Kas 369,451
1.2 Penempatan pada bank lain 2,356,007
1.3 Piutang
1.3.1 Piutang Murabahah 6,153,046
1.3.2 Piutang Salam
1.3.3 Piutang Istishna
1.3.4 Piutang Qardh 113,550
1.4 Pembiayaan
1.4.1 Pembiayaan Mudharabah
1.4.2 Pembiayaan Musyarakah 6,426,091
1.5 Ijarah
1.5.1 Ijarah 610,377,709
1.5.2 Ijarah Muntahiyah Bittamlik
1.6 Piutang transaksi multijasa
2. Kewajiban dgn maturity s.d. 3 bulan
2.1 Tabungan Wadiah 1,788,218
2.2 Tabungan Mudharabah 474,510
2.3 Deposito Mudharabah 4,805,500
2.4 Kewajiban pada bank lain
2.5 Kewajiban segera
2.6 Kewajiban lainnya
2.7 Pinjaman/pembiayaan yang diterima

Você também pode gostar