Você está na página 1de 12

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KATARAK

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia
rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan
orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %.
Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia
pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 %
disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun,
ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala
katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya
pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan
kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat
yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi
masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan
pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep katarak?
1.2.2 Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada katarak?

1.3 Tujuan instruksional umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada katarak.


1.4 Tujuan instruksional khusus
1.4.1 Mengetahui definisi katarak
1.4.2 Mengetahui etiologi katarak
1.4.3 Mengetahui patofisiologi katarak
1.4.4 Mengetahui manifestasi klinis katarak
1.4.5 Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak
1.4.6 Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Katarak
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan
penglihatan (Admin,2009). Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa,
sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)

Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina
merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal,
cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya
rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh
keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan
menjado suatu gambaran penglihatan yang baik.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang
lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara
untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang
dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang
mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu
seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi
prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan
diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
1. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya
2. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama
beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda
morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini
terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan
mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan
dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
4. stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar
melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak
morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat
timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,)
5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik
dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1.) Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya
karena proses penuaan.
2.) Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan
ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3.) Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan
pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat
pada kedua mata.

2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu
(misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses
peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat
penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

2.3 Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari
humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa
aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa
melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam
lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.

Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral
pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah
sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama
menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada
kedua mata.

2.4 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.

1. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan
pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya
pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
1. Peka terhadap sinar atau cahaya.
2. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
1) Kesulitan melihat pada malam hari
2) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
3) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
1. Gejala lainya adalah :
1)Sering berganti kaca mata
2)Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa
menimbulkan rasa nyeri.

2.5 Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata,
lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak
diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua
kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan
penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat
dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian
belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika
terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika
hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin
terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis
lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg
tersedia.
1. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni
1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah
membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih
lama.
2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi
melalui insisi 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau
menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah
diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan
kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan
setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat
dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan
membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini
digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari
operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat
jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi
katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
DOWNLOAD : WOC ASKEP KATARAK
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
- Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) .
- Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
- Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
- Perubahan daya lihat warna
- Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
- Lampu dan matahari sangat mengganggu
- Sering meminta ganti resep kaca mata
- Lihat ganda
- Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
- Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
1. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
- DM
- hipertensi
- pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
- Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
- ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
- Kaji riwayat alergi
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan
(penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring
( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan
dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin
terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
3.1 Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi (Doenges,2000):
1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indera,
lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan
respon biasanya terhadap rangsang.
2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi,
salah intrepetasi, kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif

N
o
Diagnosa Keperawatan NIC NOC Rasional
1 Gangguan peersepsi sensori-
perseptual penglihatan b.d
gangguan penerimaan
sensori/status organ indera,
lingkungna secara terapetik
dibatasi. Ditandai dengan :
menurunnyaketajama
n penglihatan
perubahan respon
biasanya terhadap
rangsang.
Mandiri
- Tentukan
ketajaman
penglihatan,
catat apakah
satu atau dua
mata terlibat
- Orientasikan
klien tehadap
lingkungan
- Observasi
tanda-tanda
Meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas
situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap
perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal
gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap
perubahan.
-
Mengidentifikasi/memper
Mandiri
- Kebutuhan
tiap individu dan
pilihan intervensi
bervariasi sebab
kehilangan
penglihatan terjadi
lambat dan
progresif
- Memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
disorientasi.
- Pendekatan
dari sisi yang
tak dioperasi,
bicara dengan
menyentuh.
- Ingatkan
klien
menggunakan
kacamata
katarak yang
tujuannya
memperbesar
kurang lebih 25
persen,
pelihatan perifer
hilang dan buta
titik mungkin
ada.
- Letakkan
barang yang
dibutuhkan/posi
si bel pemanggil
dalam
jangkauan/posisi
yang tidak
dioperasi.

baiki potensial bahaya
dalam lingkungan.

kekeluargaan,
menuruknkan
cemas dan
disorientasi pasca
operasi
- Terbangun
dalam lingkungan
yang tidak di kenal
dan mengalami
keterbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan
terhadaap orang tua
.
- Memberikan
rangsang sensori
tepat terhadap
isolasi dan
menurunkan
bingung
- Perubahan
ketajaman dan
kedalaman persepsi
dapat menyebabkan
bingung
penglihatan dan
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensa si.
3 Kecemasan b.d kurang
terpapar terhadap informasi
tentang prosedur tindakan
pembedahan

Mandiri
- Kaji
tingkat
kecemasan
pasien dan catat
adanya tanda-
tanda verbal dan
nonverbal.
- Beri
kesempatan
Pasien untuk
mengungkapkan
isi pikiran dan
a. Pasien mengungkapkan
dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rileks
tidak tegang dan
melaporkan
kecemasannya berkurang
sampai pada tingkat dapat
diatasi.
c. Pasien dapat
mengungkapkan
keakuratan pengetahuan
tentang pembedahan
-
Mandiri
- Derajat
kecemasan akan
dipengaruhi
bagaimana
informasi tersebut
diterima oleh
individu.
mengungkapkan
rasa takut secara
terbuka dimana rasa
takut dapat
ditujukan.




DAFTAR PUSTAKA
1. Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology, fourth edition, chapter 20,
new delhi, new age limited publisher : 443-446.
2. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
perasaan
takutnya.
-
Observasi tanda
vital dan
peningkatan
respon fisik
pasien
Edukasi
- Beri
penjelasan
pasien tentang
prosedur
tindakan
operasi, harapan
dan akibatnya.
- Beri
penjelasan dan
suport pada
pasien pada
setiap
melakukan
prosedur
tindakan
- Lakukan
orientasi dan
perkenalan
pasien terhadap
ruangan,
petugas, dan
peralatan yang
akan digunakan
- Mengetahui
respon fisiologis
yang ditimbulkan
akibat kecemasan.
Edukasi
- Meningkatkan
pengetahuan pasien
dalam rangka
mengurangi
kecemasan dan
kooperatif.
-
Mengurangikecema
san dan
meningkatkan
pengetahuan
- Mengurangi
perasaan takut dan
cemas
-
4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo
5. Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes Mellitus.
6. Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran University of Riau
7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)
8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto
9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press
11. 11. Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. 2009. Jakarta: Balai
Pustaka FKUI
12. 12. Benjamin J. Phil. 2010. Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases treated at
the tertiary referral center in Netherland. American Journal of ophthalmology. Volume 149 No.3

Você também pode gostar