Você está na página 1de 14

0

HUKUM PERDATA
GADAI




RESUME
Diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Perdata
Fakultas Hukum,Universitas Jember



Oleh
HANDAYANI EKA BUDHIANITA
NIM 120710101205
Kelas : C






JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2013

1






HUKUM PERDATA
GADAI




RESUME
Diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Perdata
Fakultas Hukum, Universitas Jember



Oleh
HANDAYANI EKA BUDHIANITA
NIM 120710101205
Kelas : C






JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2013



2

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan resume yang berjudul
Gadai. Karya tulis ilmiah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas Hukum
Perdata Fakultas Hukum, Universitas jember.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan semangat dan doanya
demi terselesainya resume ini,
2. Teman teman dari fakultas hukum yang telah membantu dalam mencari
literature yang digunakan sebagai acuan,
3. Dosen pengajar mata kuliah Hukum Perdata
4. Seseorang yang penulis sayangi yang telah membantu dalam hal moril dan
suportnya,
5. Sumber sumber referensi yang kami baca, dll.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan resume. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan
resume ini. Akhir kata penulis berharap semoga resume ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang telah membacanya.





Jember, 11 April 2013
Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 ( Latar Belakang ) .................................................................... 4
BAB 2. RESUME MATERI GADAI ........................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11






















4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat perlu dana maupun
modal. Misalnya untuk membuka suatu lapangan usaha tidak hanya dibutuhkan
bakat dan kemauan keras untuk berusaha, tetapi juga diperlukan adanya modal
dalam bentuk uang tunai. Hal itulah yang menjadi potensi perlu adanya lembaga
perkreditan yangmenyediakan dana pinjaman. Untuk mendapatkan modal usaha
melalui kridit masyarakat membutuhkan adanya sarana dan prasarana. Maka
pemerintah memberikan sarana berupa lembaga perbankkan dan lembaga non
perbankkan salah satunya dengan adanya Pegadaian.Maka dari itu resume ini
dibuat supaya pembaca dapat mengetahui seluk beluk tentang gadai dan menjadi
bahan pembelajaran bagi penulis sendiri tentang sub bab gadai dalam Mata Kuliah
Hukum Perdata.

















5

BAB 2
PEMBAHASAN
RESUME MATERI GADAI

A. Pengertian Gadai
Menurut Pasal 1150 KUH Perdata
Gadai ialah suatu hak yang diperoleh kreditur atau suatu barang
bergerak,yang diberikan kepadanya oleh debitur aau orang lain atas
namanya untuk menjamin suatu hutang dan yang memberikan
kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang
tersebut dengan mendahulukan dirinya dari kreditur kreditur lainnya
dengan kekecualian mendahulukan pembayaran-pembayaran biaya
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang yang digadaikan itu.

Menurut Prof. Subekti
Pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang
bergerak,kepunyaan orang lain,yang semata mata diperjanjikan dengan
menyerahkan bezit atas benda tersebut dengan tujuan untuk mengambil
pelunasan suatu hutang dan pendapatan penguasaan benda itu lebih
dahulu dari penagihan penagihan.
1


B. Subyek dan Obyek Gadai
Dari pengertian gadai dapat diketahui bahwa gadai memiliki subyek
dan obyek yaitu :
a. Obyek Gadai : Obyek gadai adalah benda bergerak baik
berwujud maupun tidak berwujud yaitu berupa surat surat
piutang atas bawa,atas tunjuk,atas nama.
Obyek gadai dikuasai kreditur :Barang bergerak yang
dijaminkan sebuah utang dengan gadai pada prinsipnya adalah
milik debitur dan diserahkan kepada kreditur untuk disimpan
selama utang debitur belum lunas.
Penyerahan barang yang digadaikan oleh pemberi gadai kepada
pemegang gadai harus dilakukan menurut ketentuan Pasal 1162
Ayat (1) dan Pasal 1153 KUH Perdata sebagai berikut :
1. Hak gadai atas barang -barang bergerakan dan piutang-
piutang atas bawa dengan cara membawa barang-
barang tersebut dan menyerahkan kepada kreditur.
2. Hak gadai atas surat-surat tunjuk selain dengan
endosemennya juga menyerahkan surat-suratnya.

1
P.N.H Simajuta S.H ,Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia,Jakarta;Djakarta Hal 227
6

3. Hak gadai atas barang-barang bergerak yang tidak
bertubuh (kecuali surat-surat tunjuk atau surat-surat
bawa)dengan cara memberitahukan tentang perjanjian
gadai kepada kreditur dan kreditur dapat minta bukti
tertulis dari debitur.

Dilihat dari definisi gadai sendiri, yang menjadi objek dari hak gadai
adalah benda bergerak. Benda bergerak yang dimaksudkan meliputi benda
bergerak yang berwujud (lichamelijke zaken) dan benda bergerak yang tidak
berwujud (onlichamelijke zaken) berupa hak untuk mendapatkan pembayaran
uang yang berwujud surat-surat berharga.Surat-surat berharga ini dapat berupa

1. Atas bawa (aan toonder), yang memungkinkan pembayaran uang
kepada siapa saja yang membawa surat-surat itu seperti saham
dan obligasi, cara mengadakan gadai itu ialah dengan cara
menyerahkan begitu saja surat-surat berharga tersebut kepada
kreditur pemegang gadai.

2. Atas perintah (aan order), yang memungkinkan pembayaran
uang kepada orang yang disebut dalam surat seperti wesel, cek,
aksep, promes, cara mengadakan gadai masih diperlukan
penyebutan dalam surat berharga tersebut bahwa haknya
dialihkan kepada pemegang gadai (endossement menurut pasal
1152 bis KUHPerd). Disamping endossement, surat-surat
berharga tersebut harus diserahkan kepada pemegang gadai.

3. Atas nama (op naam), yang memungkinkan pembayaran uang
kepada orang yang namanya disebut dalam surat itu, maka cara
mengadakan gadai menurut pasal 1153 KUHPerd adalah bahwa
hal menggadaikan ini harus diberitahukan kepada orang yang
berwajib membayar uang. Dan orang yang wajib membayar ini
dapat menuntut supaya ada bukti tertulis dari pemberitahuan
dan izin pemberi gadai.

b. Subyek Gadai : pemegang atau penerima gadai adalah
kreditur.Pemberi gadai adalah debitur atau orang lain atas
namanya
c. Pemegang gadai menjadi kreditur prefeken artinya dalam
mengambil pelunasan dari penjualan barang gadai didahulukan
daripada kreditur-kreditur lainnya kecuali biaya untuk melelang
bareng tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan setelah barang itu didahulukan.


Secara yuridis seorang nasabah minta kredit pada bank dan jaminan nya
berupa barang barang bergerak ,maka barang itu diserahkan oleh nasabah kepada
7

bank untuk disimpan.Barang bergerak yang dijadikan jaminan tersebut tetap
merupakan milik nasabah dan pemilik dijamin oleh pasal 570 KUHPerd bahwa ia
adalah pemegang hak miliknya,hanya hak miliknya dibatasi oleh hak
perseorangan atau hak kebendaan yaitu perjanjian kredit.Dari hal tersebut , karena
barang jaminan berupa hak milik ,maka tetap dipegang oleh pemilik
semula,sedangkan bank menjadi pemegang hak gadai

C.HAK GADAI
Hak Gadai diadakan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berbeda
menurut jenis dan barangnya :
a. Cara mengadakan hak gadai benda bergerak yang berwujud dan
surat piutang atas bawa
1. Harus ada perjanjian untuk member hak gadai.Perjanjian ini
bentuknya dalam KUH Pdt tidak disyaratkan apa apa oleh
karenanya bentuk perjanjian gadai dapat bebas tak terikat oleh
suatu bentuk yang tertentu.Artinya perjanjian bisa diadakan secara
tertulis ataupun secara lisan saja.Dan secara tertulis itu bisa
diadakan dengan akte notaries (otentik)bisa juga diadakan dengan
akter di bawah tangan saja.
2. Syarat yang kedua,barangnya yang digadaikan itu harus
dilepaskan/berada di luar kekuasaan dari si pemberi gadai.Dengan
kata lain perkataan barangnya itu harus berada dalam kekuasaan si
pemegang gadai.Bahkan ada ketentuan dalam KUH Pdt bahwa
gadai itu tidak sah jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam
kekuasaan si pemberi gadai (pasal 1152 KUH Pdt)
b. Cara mengadakan hak gadai piutang atas nama
1. Harus ada perjanjian gadai
2. Harus ada pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang
digadaikan itu
c. Cara mengadakan hak gadai piutang atas tunjuk
1. Harus ada perjanjian gadai
2. Harus ada endossemen (menulis balik surat piutang
tersebut)kemudian surat piutang itu diserahkan kepada pemegang
gadai

E. HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG GADAI
Dengan adanya perjanjian gadai,maka menimbulkan hak dan kewajiban
pada pemegang gadai sebagai berikut :
a. Hak Pemegang Gadai
1. Hak untuk menahan benda yang digadaikan selama sebelum
dilunasi hutang pokoknya, bunganya dan biaya-biaya lainnya
oleh debitur
2. Hak untuk mendapatkan pembayaran piutangnya dari
pendapatan penjualan benda yang digadaikan, apabila debitur
tidak menepati kewajibannya.
8

3. Apabila debitur wanprestasi ,pemegang gadai berhak untuk
menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri kemudian
menhambil sebagian untuk melunasi utang debitur dan sisanya
dikembalikan kepada debitur (pasal 1157)
4. Si pemegang gadai berhak mendapatkan pengembalian ongkos
yang telah dikeluarkan untuk keselamatan barangnya (pasal 1157
ayat 2 KUH Pdt)
5. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menggadaikan lagi benda
yang dijadikan jaminan, bila mana hal itu sudah menjadi
kebiasaan, seperti menggadaikan surat-surat sero tau obligasi.
6. Si pemegang gadai mempunyai hak retensi yakni menahan benda
yang digadaikan ,Hak retensi ini terjadi apabila setelah adanya
perjanjian gadai itu kemudian timbul perjanjian utang yang kedua
antara para pihak dan utang yang kedua ini sudah dapat ditagih
sebelum pembayaran utang pertama,maka si pemegang gadai
menang untuk menahan benda itu sampai kedua macam utang itu
dilunasi (pasal 11 59 ayat 2 KUH Pdt)
7. Dalam melahsanakan hak gadai secara menjual benda yang
dijaminkan, pemegang gadai berhak untuk didahulukan menerima
pembayaran piutangnya sebelum piutang-piutang lainnya, kecuali
biaya-biaya lelang, biaya-biaya pemeliharaan agar barang itu tidak
rusak-musnah
b. Kewajiban pemegang gadai
1. Si pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya
harga benda yang digadaikan,apabila semua itu terjadi atas
kelalaiannya (pasal 1157 ayat 1 KUH Pdt)
2. Si pemegang gadai tidak diperbolehkan untuk menggunakan barang
gadai untuk keperluan sendiri.Jika si pemegang gadai
menyalahgunakan barang tersebut maka barang tersebut dapat diminta
kembali oleh pemberi gadai.
3. Memberitahu kepada pemberi gadai apabila ia akan menjual barang itu
4. Memperhitungkan hasil penjualan barang gadai dan mengambil
pelunasan utang beserta bunga,ongkos,dan biaya-biaya kemudian
menyerahkan sisanya kepada pemberi gadai
5. Mengembalikan barang gadai jika utang pokok,bunga,dan ongkos-
ongkos telah dilunasi oleh pemberi gadai.

F. PENGHAPUSAN GADAI
Mengenai hal-hal yang menghapuskan gadai yaitu :
1. Utang pokok hapus dengan suatu cara yang telah dijanjikan
2. Pemegang gadai melepaskan hak dengan sukarela
3. Apabila barang gadai musnah
4. Apabila pemegang gadai menjadi pemilik barang gadai dengan
secara sah


9

G. GADAI DAPAT DILAKUKAN SECARA LISAN
Ketentuan gadai dalam KUH Perdata memberikan kebebasan kepada para
pihak untuk membuat perjanjiannya.Perjanjian gadai tidak wajib dibuat secara
tertulis ,dibuat secara lisan pun gadai tetap sah dan mengikat para pihak.Mungkin
latar belakangnya karena KUH Perdata dibuat lebih dari satu abad yang
lalu,waktu itu masyarakat belum banyak yang bisa membaca dan menulis
sehingga dapat dilakukan dengan lisan .
Dengan cara yang sederhana sampai saat ini gadai cukup popular di dalam
kehidupan masyarakat .Dengan gadai seorang kreditur merasa percaya utang yang
diberikan kepada debitur merasa terjamin ,karena objek gadai berada dala
kekuasaan debitur.Dengan demikian apabila debitur wanprestasi
utangnya,kreditur dapat mengeksekusi gadai dengan menjual atau melelang
barang yang digadaikan.Di lain pihak seseorang debitur yang lagi butuh uang
gadai dipandang sebagai jalan keluar yang mudah,Selain itu menggadaikan
sebuah barang bergerak dapat dilakukan mudah.Selain itu menggadakan sebuah
barang bergerak dapat dilakukan kepada siapa saja dan tidak harus dengan kantor
pegadaian.

H. LARANGAN DALAM GADAI
Dalam membuat perjanjian gadai baik pihak pemberi maupun pemegang
gadai selain memperhatikan prosedurnya,juga perlu memperhatikan
larangannya.Larangan gadai diatur dalam Pasal 1154 KUH Perdata yang
menyebutkan Kreditur tidak diperkenankan memiliki barang yang
digadaikan,apabila debitur ternyata tidak memenuhi kewajiban-
kewajibannya.Begitu pula jika terdapat janji yang bertentangan dengan larangan
tersebut mengakibatkan perjanjian gadai menjadi batal dan dianggap tidak
pernah terjadi gadai
Diaturnya larangan tersebut dalam gadai diatas tidak lain dimaksudkan
untuk melindungi debitur dari kekuasaan kreditur dengan tujuan agar debitur
dirugikan.Kekuasaan kreditur lebih kuat karena obyek gadai berada
ditangannya.Dengan larangan itu mencegah jangan sampai barang yang
digadaikan nilainya lebih besar daripada utang beralih kepada kreditur tanpa
melalui prosedur hukum lebih lanjut,sedangkan debitur akan mengalami kesulitan
menarik barangnya karena sudah berpindah tangan.
Di dalam hukum benda terdapat cara memperoleh hak milik suatu barang
hanya ada 3 cara yaitu :
1. Perjanjian (jual beli,tukar menukar,hibah)
2. Warisan
3. Putusan pengadilan dalam sengketa kepemilikan barang
Dengan mengetahui tentang cara diatas maka memperkuat alasan mengapa
di dalam perjanjian gadai dilarang memperjanjikan obyek gadai dimiliki oleh
kreditur apabila debitur tidak membayar utangnya.



10

I. EKSEKUSI GADAI
Apabila debitur tidak dapat memenuhi janjina membayar utang,maka
kreditur berhak mengeksekusi gadai dengan cara melakukan penjualan barang
yang digadaikan.Dalam KUH Perdata terdapat dua macam cara bersifat
alternative yang dapat dilakukan kreditur untuk kepentingan tersebut yaitu :
1. Dengan menyuruh debitur menjual barang tersebut di muka umum
menurut kebiasaan kebiasaan setempat serta syarat syarat yang lazim
berlaku
2. Kreditur dapat menuntut melalui perkara perdata di pengadilan negeri
supaya barang tersebut dijual menurut cara yang ditetapkan oleh hakim
( pasal 1156 KUH Perdata )

Dengan kedua cara tersebut kreditur dapat memilih salah satunya
dengan pertimbangan mana yang dianggap lebih menguntungkan baginya
.Tentu saja pertimbangan kreditur dipengaruhi oleh beberapa factor dalam
melakukan eksekusi yaitu prosesnya mudah,waktunya cepat dan biaya
murah.Berikut ini akan dijelaskan beberapa ketentuan yang berkenaan
dengan eksekusi gadai.

1. Gadai Termasuk jaminan yang Memiliki Hak Didahulukan (Droit
de Preference)
Berdasarkan pasal 1133 KUH Perdata ,gadai sama dengan hipotek
Dilindungi dengan hak preferen atau hak didahulukan
Dengan demikian,pemegang gadai mempunyai hak
mengambil pelunasan utang dari barang gadai dengan cara
mengesampingkan kreditor lain
Bertitik tolak dari hak tersebut pasal 1134 KUH Perdata
menempatkan pemegang gadai sebagai kreditor yang lebih
tinggi tingkatannya dari kreditor konkruen.
Kreditor yang tidak memiliki hak preferen menurut pasal
1136 KUH Perdata
- Digolongkan sebagai kreditor konkruen atau kreditor
pesaing
- Pemenuhan utang pada mereka dibayar menurut
keseimbangan atau berdasarkan prinsip proposional
2. Benda Obyek Gadai Diletakkan di Bawah Kekuasaan Pemegang
Gadai
Salah satu prinsip pokok gadai diatur dalam pasal 1152 KUH Perdata
a. Obyeknya Barang Bergerak dan Piutang
Perjanjian gadai hanya terbatas atas barang bergerak dan
piutang,tidak dibenarkan atas barang tidak bergerak karena
untuk itu telah diatur secara khusus
Obyek tanah diikat dengan HT berdasarkan UU no
4 tahun 1996
Kapal di atas 20 m3 diikat dengan hipotek
berdasarkan Bab XXI Buku II KUH perdata
11

Pesawat terbang diikat dengan hipotek berdasarkan
aturan yang sama dengan kapal
b. Barang gadai Mesti Berpindah Tangan di Bawah Kekuasaan
Kreditor (pemegang gadai)
Syarat atau asa ini bersifat imperative
- barang gadai tidak boleh tetap berada di bawah
kekuasaan debitur
- tetapi mesti dialiskan ke tangan kreditor sehingga
barang itu berada di bawah kekuasaan kreditor atau
pemegang gadai
pelanggaran atas asas ini yakni membiarkan barang
gadai tetap berada dalam kekuasaan
debitur,mengakibatkan hak gadai tidak sah
sehubungan dengan asas ini,apabila barang gadai
lepas dari kekuasaan pemegang gadai,dengan
sendirinya menurut hukum hak gadai hapus
namun apabila lepasnya barang gadai itu disebabkan
dicuri pemegang gadai berhak menuntutnya
berdasarkan pasal 1977 ayat 2 KUH Perdata yakni
berdasarkan asas;siapa menguasai barang bergerak
dianggap sebagai pemilik kecuali diperoleh
berdasarkan pencurian.
3. Cara Meletakkan Hak Gadai atas surat
Diatur dalam pasal 1152 bis KUH Perdata
1. Dilakukan dengan endosemen
2. Selanjutnya ,surat diserahkan secara fisik kepada
pemegang gadai

4. Timbulnya Hak Pemegang Gadai Melakukan Eksekusi
Mengenai dasar alasan pemegang Gadai melakukan eksekusi diatur
dalam pasal 1155 KUH perdata :
1. Debitur cedera janji melaksanakan kewajibannya dalam
tenggang waktu yang ditentukan dalam perjanjian
2. Apabila tenggang waktu pemenuhan kewajiban tidak
ditentukan dalam perjanjian debitur dianggap melakukan
cedera janji memenuhi kewajiban setelah ada peringatan untuk
membayar
Demikian pedoman menentukan cedera janji yang diatur dalam
pasal 1155 KUH perdata .Apabila ketentuan ini terpenuhi
barulah timbul hak pemegang gadai melakukan eksekusi.

5 .Pemberitahuan Penjualan Barang gadai kepada debitur
Kewajiban kreditor memberitahukan penjualan barang gadai kepada
debitur diatur dalam pasal 1156 ayat 2 KUH perdata :
Pemberitahuan wajib dilakukan oleh kreditor sehingga
sifatnya imperative
12

Pemberitahuan selambat lambatnya pada hari berikutnya
dari tanggal penjualan
Bentuk pemberitahuan
1. Dengan telegram
2. Dengan pos atau surat tercatat
Tidak memberitahu atau lalai memberitahu kepada debitur
dalam jangka waktu yang ditentukan pasal 156 ayat 2 KUH
perdata
- Kreditor dikualifikasikan melakukan perbuatan
melawan hukum
- Dengan demikian cukup alasan bagi debitur menuntut
ganti rugi berdasarkan pasal 1365 KUH perdata kepada
kreditor


















13

DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap, M.Yahya,S.H, 2006, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi
Bidang Perdata hal 216 -222, Jakarta: Sinar Grafika
2. Supramono,Gatot S.H.,M.Hum , 2009 , Perbankan dan Masalah Kredit
hal 225 -232,Jakarta : Rineka Cipta
3. Abdul Hay,Marhamis S.H , 1983 , Hukum Perdata Material Jilid II hal
171 - 175 , Jakarta : P.T Pradnya Paramita
4. Komariah,S.H,M.Si , 2010 , Hukum Perdata hal 117-120 , Malang : UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Você também pode gostar