Você está na página 1de 18

Raksasa Properti Indonesia 2012

Pengembang real estate terus membangun bisnisnya, dengan menciptakan banyak hunian bagi
masyarakat. Namun sedikit dari mereka yang sukses dan dikenal.
Indonesia sendiri memiliki sekitar 10 pengembang real estate skala nasional. Masyarakat tentu
kenal PT Agung Podomoro Group Tbk (APLN) yang makin gencar membangun mega proyek di
kota-kota besar.
Juga ada Grup Ciputra melalui beberapa anak usahanya, PT Ciputra Development Tbk dan PT
Ciputra Property Tbk. Bisnis yang mulai dirintis Ir. Ciputra ini makin menggurita mulai dari
Jakarta, daerah-daerah lain, hingga luar negeri.
Lalu siapa saja jagoan-jagoan properti dalam negeri? Berikut 10 pengembang besar Indonesia
versi Building and Construction Interchange (BCI) Asia 2012:
10. Sinarmas Land

Sinarmas Land merupakan grup besar Eka Tjipta yang fokus pada bisnis real estate. Dua anak
usaha besar Sinarmas Land adalah Bumi Serpong Damai dan Duta Pertiwi. Sinarmas Land
memiliki lebih dari 40 proyek besar. Perseroan juga memiliki lebih dari 10 ribu ha landbank.
BSD City dikenal pula sebagai kota mandiri pertama yang berhasil dibangun. Selain itu
perseroan menjadi pelopor dalam pengembangan konsep perumahan kluster pada proyek Kota
Wisata, Legenda Wisata, Grand Wisata, dan lain-lain). Berbagai pusat komersial dengan brand
Trade Center (ITC) di Indonesia juga dimiliki perseroan.
9. PT Summarecon Agung Tbk

Perseroan dikenal luas atas keberhasilan beberapa proyeknya, seperti Summarecon Gading dan
Summarecon Serpong. Teranyar perseroan fokus pada pengembangan kawasan hunian baru
terintegrasi Summarecon Bekasi.
Summarecon merupakan pengembang yang menyediakan rumah hunian dan komersial yang
dijual. Perseroan juga banyak dipuji karena memiliki manajemen properti yang baik. Beberapa
proyek yang sedang diselesaikan perseroan adalah Lotus Lakeside Residence, Maple Residence,
Sinpasa Commercial, dan Orchard Square 2.
Khusus Bekasi, Summarecon siap membangun Summarecon Mall Bekasi. Mal tiga lantai ini
akan menempati lahan seluas 80 ribu m2. Di Bekasi perseroan memiliki luas lahan mencapai 240
ha.
8. PT Paramount Serpong

Perusahaan yang satu ini menjadi salah satu pengembang besar di Serpong yang memiliki 550
ha di kawasan strategis di Gading Serpong.
Hotel Aston Paramount Serpong, Apartemen Paramount Residences, Apartemen Paramount
Skyline, Rumah Sakit Bethsaida, Hotel Fave adalah beberapa proyek yang siap diselesaikan
perseroan.
Hingga Mei tercatat perseroan membukukan marketing sales Rp 1,3 triliun, dari hasil penjualan
apartemen, perumahan serta ruko.
7. PT Pakuwon Jati Tbk

Pakuwon Jati merupakan perusahaan properti dengan fokus pengembangan super blok. Proyek
perdananya Tunjungan dan Pakuwon City di Surabaya, kemudian menjalar hingga Jakarta.
Gandaria City, Kota Kasablanka adalah beberapa diantara proyeknya di ibukota.
Perseroan tahun ini membidik pendapatan Rp 1,97 triliun atau naik 33% dari periode
sebelumnya. Marketing sales juga diharapkan naik menjadi Rp 1,8 triliun.
Khusus pengembangan Kota Kasablanka akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama,
Juli nanti kami membuka Mal Kota Kasablanka. Selain itu tahun ini PWON melanjutkan
pembangunan dua tower apartemen Educity di superblok Pakuwon City, Surabaya Timur.
6. PT Lippo Karawaci Tbk

Perusahaan grup keluarga Riyadi ini menjadi salah satu yang terbesar di Jakarta. Banyak mega
proyek perseroan yang kini dalam proses penyelesaian, mulai dari St. Moritz hingga Kemang
Village.
Perseroan mencatat memiliki kapitalisasi pasar Rp 16,4 triliun di Bursa Efek Indonesia. Lippo
memiliki ragam bisnis properti, mulai dari divisi usaha Hospitals yang menyumbang pendapatan
Rp 402 miliar di triwulan I-2012, serta divisi residential atau township Rp 547 miliar.
Lippo juga masih memiliki bisnis Large Scale Integrated Developments, Commercial, serta non
core business Asset Management.
5. PT Intiland Development Tbk

Intiland menjadi pengembang besar lain dengan beberapa proyek perkantoran, residensial hingga
kawasan industri di Ngoro, Surabaya. Selain proyek Intiland Tower, perseroan juga memiliki
The Regatta, kondominium tepi pantai mewah di Pluit, Jakarta Utara.
Pengembangan kawasan pemukiman utama di Surabaya, Graha Famili telah menjadi salah satu
kawasan perumahan paling prestisius. Selain itu, Serenia Hills di Jakarta Selatan dan Graha
Natura di Surabaya hadir. 60% dari total rumah Serenia Hillls telah laku terjual. Serenia
ditargetkan mampu meraih penjualan Rp1,2 triliun.
Proyek South Quarter dan Gandaria Tahap II menjadi yang paling anyar digarap Intiland. South
Quarter, di wilayah TB Simatupang dirancang menjadi kawasan bisnis terpadu mulai gedung
perkantoran, apartemen, dan fasilitas ritel pendukung. Sementara proyek Gandaria tahap II
dilanjutkan usai 1Park Residences hampir terjual habis.
4. Ciputra Group

Ciputra menjadi salah satu pengembang besar di Indonesia. Melalui PT Ciputra Development
Tbk, grup banyak menghadirkan proyek. Teranyar perseroan segera merampungkan proyek
Ciputra World Jakarta I dan II. Segera disusul CWJ ketiga. Tiga proyek ini berada di lokasi
strategis, Jalan DR. Satrio.
Perseroan hingga April mencatat marketing sales Rp 2,1 triliun. Bulan yang sama Ciputra
Development melalui anak usahanya, CTRS meluncurkan 200 unit SOHO sebagai bagian dari
fase ke-2 pembangunan Ciputra World Surabaya.
Penjualan proyek diatas sudah mencapai 78 unit SOHO. Selain peluncuran ini, CTRA tengah
mempersiapkan peluncuran proyek perumahan baru di Pangkalpinang, Pontianak, Pekanbaru,
Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Medan dan Palu.
3. PT Alam Sutera Realty Tbk

Pengembang yang dikenal karena pembangunan kawasan terpadu di Serpong ini menjadi salah
satu yang diperhitungkan. Perusahaan berdiri tahun 1993 dengan nama PT Adhihutama
Manunggal oleh keluarga Harjanto Tirtohadiguno.
Alam Sutera berada di kawasan 700 hektar, dan kini memiliki sejumlah proyek Mall @ Alam
Sutera, Silkwood Residences, dan Alam Sutera Office Tower. Perseroan makin dikenal sejak
dibukanya akses tol Alam Sutera di km 15 tol Jakarta-Merak, pada tahun 2009 lalu.
Proyek Alam Sutera kini telah memiliki 25 kluster, dengan masing-masing terdiri dari 150
hingga 300 unit rumah. Jumlah populasi pun tercatat sekitar 4.500 keluarga. Karena sisa tanah
makin minim, proyek kluster baru perseroan masuk kategori menengah atas. Harga rumah per
unit Alam Sutera mencapai Rp 3 miliar.
2. PT Agung Sedayu Group

Agung Sedayu seakan menjadi pelengkap bisnis properti Agung Podomoro. Agung Sedayu
dikenal memiliki proyek residensial atau pengembangan lahan khusus bidang retail, komersial,
perumahan dan apartemen.
Agung Sedayu awalnya adalah perusahaan keluarga yang kemudian setelah melewati 40 tahun
perjalanan, menjadi sebuah perusahaan profesional dengan pedoman nilai utama; Kepercayaan
dan Kesempurnaan.
Perseroan tercatat memiliki proyek Harco Mangga Dua yang mulai dibangun tahun 1991. Proyek
yang dikenal menghadirkan barang-barang elektronik, hingga kini masih bertahan dan menjadi
tujuan konsumen Jakarta.
Tak berhenti disitu, Agung Sedayu juga membangun Mangga Dua Square serta Kelapa Gading
Square. Properti kelas hunian juga dihadirkan seperti Taman Palem yang dibangun diatas tanah
sebesar 1500 hektar dan Apartement Seaview yang mewah. Proyek-proyek lain perseroan yang
telah berdiri diantaranya; Bukit Golf Mediterania, City Resort Residences, Darmawangsa
Square, Tendean Square, Cibubur Country, Green Mansion, Senayan Golf Residence dan banyak
lainnya.
1. PT Agung Podomoro Group Tbk (APLN)

Perusahaan pimpinan Trihatma K Haliman ini berada di peringkat puncak. Perseroan tercatat
memiliki 24 anak usaha dengan proyek yang tersebar di Jakarta, Karawang, Bandung, Bali,
Balikpapan dan Makassar.
Dalam 10 tahun terakhir ini bahkan perseroan mencatat penyelesaian lebih dari 50 proyek
properti. Konsumen yang perseroan bidik adalah menengah, dengan kisaran projek mulai dari
low cost apartment hingga high end apartment selatan Jakarta, high end dan neighbourhood mall,
shop houses, hotel dan office tower.
Teranyar, APLN mengumumkan pembelian 51% saham PT Bali Perkasa Sukses (BPS) senilai
Rp 256 miliar. BPS memiliki sekitar 4,5 hektar lahan di Seminyak, Bali yang akan
dikembangkan menjadi hotel bintang empat atau lima dengan total maksimal 400 kamar.
Perseroan pun mengembangkan super blok di Jakarta, diantaranya Kuningan City dan Podomoro
City.
Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia Prima
Property Tbk Berdasarkan Data Laporan Keuangan
Tahun 2004-2007
September 20, 2008
A. Deskripsi Perusahaan
Nama : Indonesia Prima Property Tbk. (OMRE)
Established Date : 23 April 1983
Listing Date : 22 Agustus 1994
No. NPWP : 01.366.527.8-054.000
Underwriter IPO : PT. Danareksa Sekuritas
Securities Administration Bureau : PT DatindoEntrycom
Wisma Dinners Club Annex
Jl. Jend. Sudirman Kav. 34-35 Jakarta 10220
Phone : 570-9009. Fax : 570-9026 28
Industry Sector : Property, Real Estate, and Building Construction
Industry Sub Sector : Property and Real Estate
Head Office: Wisma Sudirman Lantai 11, Jl. Jend. Sudirman Kav 34. Jakarta 10220.
Indonesia Prima Property Tbk adalah perusahan yang bergerak di sektor properti dan real
estate. Perusahaan ini sibuk dengan pengembangan dan konstruksi kompleks apartemen,
perumahaan, dan hotel, termasuk fasilitas pendukungnya. Selain itu, Indonesia Prima Property
Tbk juga menyewakan, mengatur, dan mengoperasikan bangunan kantor dan pusat perbelanjaan.
Indonesia Prima Property Tbk. memiliki empat aktivitas bisnis, yaitu perumahan, apartemen
dan hotel, pusat perbelanjaan dan perkantoran. Indonesia Prima Property Tbk memiliki beberapa
cabang yaitu PT. Graha Mitrasentosa Tbk., PT. Paramita Swadaya Tbk., PT. Griyamas
Muktisejahtera Tbk., PT. Mahadhika Girindra., PT. Graha Hexindo Tbk., PT. Angkasa Interland
Tbk., PT. Langgeng Ayomlestari dan PT. Panen Lestari Basuki Tbk.
B. Analisis Kondisi Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, bisa dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah
analisis tentang rasio keuangan. Jenis rasio keuangan ini dikelompokkan kedalam empat jenis
yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan tepat pada waktunya. Rasio likuiditas yang sering
digunakan antara lain:
1. Current Ratio rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi
kewajiban lancar.
2. Quick ratio atau Acid Test Ratio rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid (dengan mengeluarkan pos persediaan) dalam memenuhi kewajiban membiayai
hutang lancar.
3. Cash Ratio salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan kas yang tersedia untuk
melunasi kewajiban lancar.
Perusahaan akan dikatakan semakin baik jika current ratio, quick ratio maupun cash ratio nya
semakin tinggi, karena hal tersebut menunjukkan semakin mampu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (current liabilities).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio
perusahaan Indonesia Prima Property TBk. (OMRE) sejak tahun 2004-2007 cenderung
mengalami penurunan. Misalnya pada tahun 2006, setiap Rp1 kewajiban jangka pendek,
perusahaan hanya memiliki aktiva lancar sebesar Rp 0.1098, aktiva lancar tanpa persediaan
sebesar Rp 0.1073, dan kas sebesar Rp 0.0648 untuk melunasi kewajiban tersebut. Hal ini berarti
bahwa sejak tahun 2006 hingga 2007 perusahaan mengalami kesulitan untuk menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage
Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur sejauh mana sebuah perusahaan dibiaya oleh
utang. Rasio ini terdiri dari:
1. Debt Ratio rasio ini mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh kreditur (hutang
jangka panjang).
2. Equity Ratio rasio ini mengukur proporsi total asset yang dibiayai oleh investor (modal).
3. Debt to equity Ratio rasio yang mengukur struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan.
Semakin rendah angka rasio ini semakin baik.
Jika debt ratio perusahaan semakin tinggi, maka semakin besar financial leverage, dan
semakin besar pula proporsi dana kreditur yang digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin
tinggi debt ratio, maka semakin beresiko bagi perusahaan (kemungkinan perusahaan tidak dapat
membayar semua hutangnya). Akan tetapi, hal ini tidak berlaku bagi perusahaan Indonesia Prima
Property Tbk. Karena debt ratio nya sejak tahun 2004 hingga 2007 mengalami penurunan,
sehingga baik untuk perusahaan. Misalnya pada tahun 2007, debt ratio perusahaan adalah sebesar
11.10%. Hal ini berarti 11.10% dana perusahaan berasal dari hutang.
Tabel diatas menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio perusahaan sejak tahun 2004 hingga
2007 mengalami penurunan. Semakin rendah DER maka semakin baik kinerja perusahaan
tersebut, karena misalnya pada tahun 2007, DER perusahaan adalah 31.40%, artinya setiap
pemegang saham memiliki kewajiban atau hutang sebesar 31.40% dari modal yang
diinvestasikan. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa Equity Ratio perusahaan sejak tahun 2004
hingga 2007 mengalami peningkatan. Semakin besar Equity Ratio perusahaan maka semakin
baik kinerja perusahaan tersebut, karena semua asset perusahaan berasal dari modal bukan
hutang.
c. Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menggunakan
semua asset yang dimilikinya seefisien mungkin. Rasio ini terdiri dari:
1. Average Collection Period menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi
(mengubah) piutang menjadi kas (menagih piutang).
2. Account Receivables Turnover rasio untuk mengukur proporsi piutang usaha dalam
penjualan yang terjadi selama 1 periode tertentu.
3. Total Asset Turnover rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara
keseluruhan.
4. Inventory Turnover rasio untuk mengukur efisiensi pengunaan persediaan atau rasio untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam satu periode
tertentu.
5. Fixed Asset Turnover rasio yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap selama satu
periode tertentu.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Average Collection Period dari tahun 2004 hingga
2007 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa dibutuhkan 16 hari (2006), 28 hari
(2005), 27 hari (2006), dan 29 hari (2007) untuk menagih piutang nya, Account Receivables
Turnover dari tahun 2004 hingga 2007 mengalami penurunan, yaitu 23,219 (2004), 13,036
(2004), 13,342 (2005), dan 12,550 (2007). Total Asset Turnover pada tahun 2005 mengalami
penurunan, kemudian meningkatlah pada tahun 2006 dan 2007. Semakin tinggi Total Asset
Turnover nya, maka semakin efisien penggunaan asset perusahaan.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Inventory Turnover perusahaan sejak tahun
2004 mengalami penurunan. Perputaran persediaan ini dipengaruhi oleh jumlah persediaan yang
cenderung meningkat, sedangkan HPP nya cenderung menurun. Jadi, barang yang masuk dengan
barang yang keluar cenderung lebih banyak barang yang masuk sehingga kinerja perusahaan
semakin memburuk.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan (laba). Rasio ini terdiri dari Operating Profit Margin, Net Profit
Margin, Operating Income Return on Investement, Return on Equity (ROE), Return on Asset
(ROA), Times Interest Earned Ratio, dan Earnings per Shares (EPS).
Berdasarkan laporan keuangan, operating income (laba usaha) perusahaan pada tahun 2005
mengalami penurunan, kemudian naik lagi pada tahun 2006 hingga 2007, sehingga Operating
Profit Margin, OIROI, ROA pada tahun 2005 sempat mengalami penurunan, dan pada tahun
2006 hingga 2007 naik. Hal ini baik untuk perusahaan. Akan tetapi, sejak tahun 2004 hingga
tahun 2007 perusahaan mengalami penurunan laba bersih (net income). Hal ini menyebabkan
ROE, Net Profit Margin, Earnings per Shares mengalami penurunan, sehingga kinerja
perusahaan cenderung memburuk.
C. Kesimpulan
Dari aspek likuiditas, current ratio, quick ratio, dan cash ratio mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar seluruh kewajiban jangka
pendek. Suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik jika current ratio, quick ratio maupun
cash ratio nya semakin tinggi, karena hal tersebut menunjukan semakin mampunya perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liabilities).
Dari aspek leverage, perusahaan cenderung membiayai aktiva perusahaan dengan modal
sendiri. Ini menunjukkan bahwa peningkatan resiko perusahaan amatlah kecil, sehingga kondisi
perusahaan sangatlah baik.
Dari aspek efisiensi, perusahaan menunjukkan persediaan yang menumpuk. Maka, adanya
persediaan yang ditahan menghambat adanya perputaran persediaan untuk dijual dan lamanya
pengumpulan piutang perusahaan. Hal inilah yang menunjukkan kurangnya efisiensi dalam
perputaran persediaan.
Dari aspek profitabilitas, perusahaan menunjukkan penurunan pendapatan. Ini menunjukkan
adanya kaitan erat antara aspek efisiensi dan aspek profitabilitas. Adanya penurunan pendapatan
karena persediaan tidak dipakai untuk produksi.
BAB II ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI
BAB II
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI
Analisis Aktivitas Investasi
1. Current Assets : -Cash
- Equivalent Cash (setara kas)
- Receivables
- Prepaid Expense
- Inventory
2. Longterm Investment
3. Fixed Asset atau Non-Current Asset : - Land
- Building
- Machine
- Equipment
4. Intangible Assets : - Patent
- Goodwill
5. Other Assets
PERSEDIAAN (PSAK No.14)
Mengapa kita harus mempelajari persediaan di dalam analisa laporan keuangan ?
Karena persediaan merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.
Persediaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca (Balance Sheet) dan perhitungan laba rugi
(Income Statement) sehingga kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan
mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar (Current Asset) dan total aktiva (Total Asset),
Harga Pokok Penjualan (COGS), Laba Kotor (Gross Profit) dan Laba Bersih (Net Income), Estimasi Pajak
Penghasilan, Pembagian Dividend dan Laba ditahan (R/E), kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan
keuangan periode berikutnya.
Sistem Pencatatan persediaan :
1.Sistem Persediaan Periodek
2.Sistem Persediaan Perpetual
ANALISIS PERSEDIAAN
Dampak Persediaan terhadap Profitabilitas
Pada periode harga meningkat atau biasa dikenal dengan inflasi penggunaan metode untuk menilai
persediaan akhir sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan baik laba kotor (gross profit) maupun
laba bersih (net income). FIFO memberikan laba kotor maupun laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan
jika kita menggunakan LIFO dan Average.
Dampak Persediaan pada Neraca
Pada periode harga meningkat atau biasa dikenal dengan inflasi penggunaan metode untuk menilai
persediaan akhir sangat berpengaruh terhadap neraca atau balance sheet. Jika perusahaan menggunakan
LIFO untuk menilai persediaan akhir (ending inventory) maka penilaian persediaan akhir akan dinilai lebih
rendah jika dibandingkan dengan FIFO dan Average. Misalnya : perusahaan X melaporkan persediaan
akhir berdasarkan LIFO sebesar $1,1 miliar, jika persediaan ini dinilai berdasarkan FIFO jumlah yang
dilaporkan adalah sebesar $1,5 miliar. meningkat hampir 40%, jadi investasi senilai $400 juta hilang dari
neracanya.
Dampak Persediaan terhadap Arus kas
Pada periode harga meningkat atau biasa dikenal dengan inflasi, peningkatan laba kotor (gross profit)
dengan metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak (EBT) yang lebih tinggi dan menyebabkan utang
pajak yang lebih tinggi. Akibatnya pada arus kas, perusahaan dapat terjebak pada pengurangan arus
kas karena mereka membayar pajak yang lebih tinggi. hal ini dapat mengarah pada masalah likuiditas.
Analisa Keuangan
Pada analisa keuangan sisi debet Neraca disebut modal aktif.atau di singkat Aktiva ,yang berarti modal
yang ditanamkan atau investasi (Investmen) dalam bentuk-bentuk lancar dan tetap( current
capital/Working capital and fixed capital) untuk memberikan hasil atau Generate Revenue,berdasarkan
cara dan lamanya perputaran modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan.Perbandingan baik dalam
artian absolute maupun relative antara aktiva lancar dengan aktiva tetap disebut Struktur kekayaan.
Latihan
1.Droog Co. Adalah perusahaan ritel yang menjual satu produk. Persediaan awal tanggal 1 januari tahun
ini tidak ada, beban operasi tahun yang sama adalah $
5.000 dan terdapat 2.000 saham beredar. Pembelian tahun ini adalah sebagai berikut :
Persediaan akhir (Ending
Inventory) pada tanggal 31
Desember adalah 800 unit. Aktiva
akhir tahun tidak termasuk
persediaan berjumlah $ 75.000,
dimana $50.000 diantaranya
adalah aktiva lancer (Current
Assets). Kewajiban lancar (Current
Liabilities) $ 25.000 dan kewajiban
jangka panjang (Longterm
Liabilities) sebesar $ 10.000
Diminta :
a.Tentukan laba bersih Tahun ini
berdasarkan metode persediaan berikut. Asumsikan harga jual $25 per unit dan abaikan pajak
penghasilan.
(1)FIFO
(2)LIFO
(3)AVERAGE
b.Hitung rasio berikut untuk metode persediaan FIFO, LIFO, AVERAGE.
(4)Current Ratio
(5)Debt to Equity Ratio
(6)Return on Assets
(7)Gross Profit Margin
Unit Harga Biaya
Per Unit

Januari 100 $10 $1,000
Maret 300 11 $3,300
Juni 600 12 $7,200
Oktober 300 14 $4,200
Desember 500 15 $7,500
Total 1800 $23,200

(8)Net Profit Margin
Diskusikan dampak metode akuntansi persediaan terhadap analisis laporan keuangan dengan
memerhatikan hasil perhitungan pada butir a dan b
2.RSM AAJ adalah perusahaan ritel yang menjual satu produk. Persediaan awal tanggal 1 Januari tahun
ini 250 unit dengan harga $ 8 per unitnya, beban operasi tahun yang sama adalah $ 3.000 dan terdapat
1.000 saham beredar. Pembelian tahun ini adalah sebagai berikut:
Persediaan akhir (Ending
Inventory) pada tanggal 31
Desember adalah 500 unit. Aktiva
akhir tahun tidak termasuk
persediaan berjumlah $95.000,
dimana $60.000 diantaranya
adalah aktiva lancar ( Current
Assets). Kewajiban lancar (Curret
Liabilities) $55.000 dan kewajiban
jangka panjang (Longterm
Liabilities) sebesar $15.000
Diminta :
a.Tentukan laba bersih Tahun ini
berdasarkan metode persediaan berikut. Asumsikan harga jual $55 per unit dan abaikan pajak
penghasilan.
(1)FIFO
(2)LIFO
(3)AVERAG
b.Hitung rasio berikut untuk metode persediaan FIFO,LIFO, AVERAGE.
(4) Current Ratio
(5) Debt to Equity Ratio
(6) Inventory Turn Over
(7) Return on Assets
(8) Gross Profit Margin
(9) Net Profit Margin
Unit Harga Biaya
Per Unit

Januari 300 $12 $3,600
Maret 100 14 $1,400
Juni 200 15 $3,000
Oktober 250 16 $4,000
Desember 400 17 $6.800
Total 1250 $18,800

b.Diskusikan dampak metode akuntansi persediaan terhadap analisis laporan keuangan dengan
memerhatikan hasil perhitungan pada butir a dan b.
Analisis Laporan Keuangan Perusahaan (aktivitas investasi pada Aset Tetap dan Sumber
Daya Alam perusahaan)
Aktiva Tetap dan Sumber Daya Alam
Aset Tetap merupakan aktiva berwujud yang tidak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur,
penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas lebih dari satu periode operasional
perusahaan. Karena itu aset tetap memiliki periode yang diharapkan (atau masa manfaat) yang melebihi
satu periode akuntansi.

Menilai aset tetap dan sumber daya alam
Prinsip biaya historis digunakan untuk menilai aset tetap. Penilaian biya historis mengharuskan suatu
perusahaan pertama kali mencatat aktiva sebesar biaya historis sebesar nilai wajar atau nilai wajar yang
ditukarkan. Biaya yang mencakup apapun agar aktiva dapat digunakan, agar aktiva berada dalam lokasi,
dalam kondisi siap digunakan, atau biaya pemasangan dimasukan dalam aset tetap. Hal ini dikarenakan
perusahaan tidak dapat menambah jumlah biaya terhadap aset tetap tersebut.
Sumber daya alam (natural resourses) atau biasa disebut aktiva yang dihabiskan (wasting asset)
merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Sumber daya alam memiliki
dua karaktersistik penting yaitu pemindahan atau konsumsi aktiva dan penggantian aktiva hanya melalui
proses alamiah. Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah dengan
biaya pencarian, eksplorasi, dan pengembangan.

Penyusutan
Prinsip dasar penentuan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan aktiva jangka
panjang, harus menanggung bagian proporsional dari biaya tersebut. Penyusutan merupakan alokasi
biaya sepanjang masa manfaat. Jika suatu hari perusahaan mengalami kesulitan dalam beroprasi
perusahaan tidak dapat menghentikan biaya penyusutan dari aset tetap atau sumber daya alam ini. Hal
ini berlaku untuk seluruh penyusutan dan biaya yang tidak dapat ditutup karena kurangnya penghasilan.

Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan ditentukan oleh masa manfaat dan metode alokasi.
Umur (masa) manfaat (useful life) sangat beragam. Asumsi terkait dengan masa manfaat aktiva yang
dibuat berdasarkan kondisis ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman, dan informasi fisik dan sifak
produktif suatu aktiva.
Metode alokasi biaya
Ketika nilai aktiva tidak ditentukan dan masa manfaat telah ditetukan, beban penyusutan periodik
dihitung berdasarkan metode alokasi (allocation).
Metode alokasi secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu metode alokasi garis lurus dan metode
alokasi dipercepat. Metode alokasi garis lurus (straight-line) merupakan metode pengalokasian biaya
aktiva pada masa manfaat umur aktiva berdasarkan beban periodik yang sama. Alasan penyusutan
menggunakan garis lurus adalah asumsi bahwa kerusakan fisik terjadi seragam sepanjang waktu. Analis
harus menyadari kelemahan dari konseptual penyusutan garis lurus. Penyusutan garis lurus secara
implisit mengasumsikan bahwa penyusutan pada tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat
aktiva mungkin kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang tinggi. Permasalahan dari
penggunaan metode garis lurus adalah adanya distorsi pada tingkat pengembalian. Dengan kata lain
penyusutan menggunakan metode garis lurus menghasilkan bias yang semakin besar terhadap tingkat
pengembalian aktiva.
Metode penyusutan dipercepat (accelerated) mengalokasikan biaya aktiva sepanjang masa manfaat
dengan pola yang semakin menurun. Daya menarik untuk penggunaan metode ini adalah untuk
kepentingan perpajakan. Hal ini dikarenakan semakin cepat aktiva dihapuskan untuk tujuan pajak, maka
semakin besar pula penangguhan pajak pada masa depan, dan semakin banyak dana yang tersedian
untuk operasi perusahaan. Konsep yang mendukung penggunaan metode dipercepat adalah pandangan
bahwa beban penyusutan yang semakin kecil sepanjang waktu merupakan kompensasi atas peningkatan
biaya perbaikan dan perawatan, penurunan pendapatan dan efisiensi operasi, peningkatan
ketidakpastian pendapatan atas aktiva berumur dimasa yang akan datang.
Metode penyusutan dipercepat yang paling umum digunakan adalah penggunaan metode saldo
menurun dan jumlah angka tahun. Metode saldo menurun (declining balance method) mengenakan
tarif yang tetap terhadap saldo akun yang semain menurun (nilai tercatat). Metode jumlah angka tahun
(sum of the years digits method) menerapkan bagian dari aktiva dikurangi nilai sisa yang semakin kecil.
Untuk metode penyusutan terdapat metode khusus dalam menentukan nilai beban penyusutan
perusahaan. Beban penyusutan ini dihitung berdasarkan aktivitas dan intensitas penggunaan aktiva
semisal mesin berat dan baja.

Deplesi
Deplesi (Depletion) merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan atau
produksi. Perbedaan mendasar antara penyusutan dan deplesi adalah bahwa penyusutan biasanya
merupakan alokasi biaya atas aktiva sepanjang umur manfaat yang telah ditentukan sedangkan deplesi
adalah merupakan biaya berdasarkan unit yang dieksploitasi dari sumber daya alam.

Analisis Terhadap aktiva tetap dan sumber daya alam
Penilaian aktiva tetap dan sumber daya alam menekankan pada obyektifitas pada biaya historis
perusahaan, prinsip konservatifisme, dan akuntansi atas uang yang diinvestasikan pada aktiva tersebut.
Tidak ada pengakuan kebutuhan yang jelas dalam penilaian aktiva ini. Sebaliknya pembuat laporan
keuangan sering kali berpendapat bahwa neraca tidak ditunjukan mencerminkan resiko pasar. Nilai
historis sangat tidak relevan dala penilaian pengganti atau dalam menetukan kebutuhan aktiva operasi
di masa yang akan datang. Peningkatan nilai aktiva tetap sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan di
dalam akuntansi. Namun, konservativisme mengizinkan adanya penghapusan nilai karena adanya
penurunan nilai yang permanen.
Tantangan seorang analis dalam meniliti beban penyusutan yang berbeda berdasarkan metode alokasi
yang digunakan memungkinkan terjadi beberapa asumsi atas aktivitas tersebut sebagai berikut;
a.Penggunaan metode garis lurus dalam laporan keuangan maupun tujuan pajak
b.Penggunaan garis lurus untuk tujuan laporan keuangan dan metode dipercepat untuk tujuan pajak.
Dampak pajak yang menguntungkan dihasilkan dari beban penyusutan yang semakin tinggi yang
ditimbulkan dari metode alokasi dipercepat akibatnya terjadi penangguhan pembayaran pajak. Hal ini
menguntungan perusahaan karena perusahaan mampu menangguhkan pembayaran pajak dan
menggunakan dana tersebut secara gratis.
c.Penggunaan metode dipercepat baik untuk laporan keuangan maupun laporan pajak. Dengan
penggunaan metode perusahaan menghasilkan penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal ,
yang dapat diperpanjang selama beberapa tahun lagi selama perusahaan melakukan ekspansi.
Analisis Laporan Keuangan Perusahaan (aktivitas investasi pada surat berharga atau efek
perusahaan)

Efek investasi
Perusahaan menginvestasikan sejumlah kas perusahaan ke dalam surat berharga. Investasi pada surat
berharga akan dilakukan pembahasan secara mendalam. Beberapa investasi meruapakan penyimpanan
sementara kelebihan kas dalam bentuk efek. Investasi mencakup dana yang digunakan untuk investasi
pabrik, peralatan dan aktivas operasi perusahaan yang lainnya. Tujua penyimpanan sementara ini adalah
untuk menggunakan kas yang menganggur secara produktif.
Efek investasi terbagi menjadi dua yaitu efek utang atau efek ekuitas. Efek utang (debt securities)
meruapakan efek yang mewakili hubungan sebagai kreditor terhadap pihak lain. Contoh efek ini adalah
obligasi, surat utang dan lain-lain. Efek ekuitas (equity securities) merupakan efek yang mewakili
kepemilikan pada perusahaan lain. Contoh untuk efek ekuitas adalah investasi pada saham perusahaan.

1. Akuntansi efek investasi
Akuntansi untuk efek investasi tela diatur dalam standar. Standar ini berbeda dengan pengakuan pada
persediaan yang menggunakan pripsip lower of cost or market. Dengan menyatakan investasi dipercepat
dilaporkan pada neraca berdasarkan harga perolehan atau biaya perolehan atau nilai wajar (fair value).
Jadi sangat memungkinkan apabila perusahaan menyajikan nilai surat berharga berdasarkan harga pasar
atau nilai wajar yang ada di pasar.
Nilai wajar (fair value) aktiva merupakan harga tukar aktiva dalam transaksi normal saat ini antar pihak
yang tersedia. Jika aktiva biasa diperdagangkan maka nilai wajar langsung dapat diketahui dan
ditetapkan sesuai dengan publikasi yang telah diberikan. Jika tidak terdapat publikasi atas nilai wajar
perusahaan maka efek dinilai berdasarkan nilai historisnya.
a. Efek Utang
a) Diperdagangkan (trading)
Efek utang yang diperdagangkan (trading securities) adalah efek hutang yang dibeli dengan tujuan
dikelola secara aktif dan dijual untuk mendapat keuntungan dalam jangka waktu yang pendek. Efek
diperdagangkan merupakan bagian dari aktiva lancar (curreent asset). Perusahaan melaporkan nilai dari
efek ini seseuai dengan nilai pasar total pada tanggal neraca. Keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi disajikan dalam laporan laba rugi. Pendapatan bunga dari efekdiperdagangkan dalam bentuk
utang ini dicatat saat terjadinya.

b) Dimiliki hingga jatuh tempo (Held to maturity)
Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity securities) merupakan efek hutang yang ingin
dan mampu dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini dapat jatuh tempo dalam jangka waktu pendek atau
jatuh tempo pada waktu yang panjang. Untuk efek yang jatuh tempo dalam jangka waktu yang pendek
dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar (current asset) sedangkan untuk efek yang dimiliki dalam
jangka waktu yang sangat panjang maka dapat dimasukan dalam aktiva tidak lancar (Noncurrent asset).
Perusahaan mencatat efek yang dimiliki hingga jatuh tempo pada nilai perolehannya (biaya perolehan
setelah dikurangi amortisasi). Perusahaan tidak mencatat keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi. Hal ini dikarenakan efek ini dimiliki hingga jatuh tempo. Pendapatan atau keuntungan dan
kerugian yang telah direalisasi dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan. Pendapatan bunga serta
keuntungan dan kerugian yang telah direalisasi, termasuk amortisasi premium dan diskonto untuk efek
jangka panjang diakui sebagai laba bersih.

c) Tersedia untuk dijual (available for sale)
Efek yang tersedia untuk dijual merupakan efek utang yang tidak tergolong efek yang dimiliki hingga
jatuh tempo atau diperdagangkan. Efek ini dapat dikelompokan dalam aset lancar atau tidak lancar,
tergantung kepada manajemen kapan akan menjual dari efek ini. Efek ini dinilai dapa nilai wajar pada
neraca perusahaan. Namun perubahan nilai wajar tidak dimasukan kedalam laporan laba atau rugi
tetapi dimasukan kedalam laporan komprehensif. Pada efek yang tersedia untuk dijual pendapatan
bunga, amortisasi, diskonto dicatat saat terjadinya. Keuntungan dan kerugian dari efek ini disajikan
dalam laporan laba atau rugi.

Untuk meringkas efek utang yang telah dipaparkan sebelumnya, akan disajikan sebagai berikut;

b. Efek Eukitas
Efek ekuitas (equity securities) mencerminkan bagian kepemilikan pada entitas lain. Terdapat dua
motivasi utama perusahaan dalam melakukan investasi sebagai berikut pertama untuk memaksakan
pengaruh kepada direksi atau manajemen entitas lain. Yang kedua adalah untuk mendapatkan deviden
atau penghasilan lainnya atas kenaikan saham perusahaan. Investasi pada ekuitas saham terbagi
menjadi tiga klasifikasi sebagai berikut;
a) Tidak memiliki pengaruh-investasi kurang dari 20 persen
Pada investasi kurang dari 20 persen menjadikan investor mengharapkan pengembalian saham ataupun
pendapatan atas deviden perusahaan.

b) Pengaruh signifikan-Kepemilikan antara 20 persen sampa 50 persen
Kepemilikan saham kurang dari 50 persen lebih dari 20 persen dapat memberikan pengaruh yang
dignifikan terhadap manajemen perusahaan. Pembuktian atas kemampuan investor untuk memaksakan
pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas perusahaan dalam berbagai cara sepert perwakilan atau
partisipasi dalam manajemen.
Metode ekuitas (equity method) mengharuskan investor untuk mencatat investasi awal sebesar biaya
perolehan dan kemudian menyesuiakan akun investasi dengan bagian proporsi investor pada laba(rugi)
evestasi sejak diakusisi dan mengurangi jumlah deviden yang diterima dari investee.

c) Pihak yang mengendalikan-Kepemilikan lebih besar dari 50 persen
Kepemilikan lebih dari 50 pada perusahaan maka perusahaan tersebut disebut sebagai perusahaan yang
mengendalikan perusahaan. Investor yang mengakuisi disebut sebagai induk perusahaan dan
perusahaan yang menjual merupakan anak perusahaan.

2. Analisis Efek investasi
Analisis investasi efek memiliki paling tidak tiga tujuan utama sebagai beikut;
a. Memisahkan kinerja operasi dan kinerja investasi
Kinerja operasi dan investasi suatu perusahaan harus dianalisis secara terpisah. Hal ini dikarenakan
kinerja investasi perusahaan akan mendistorsi kinerja operasi sesungguhnya yang dilakukan oleh
perusahaan. Untuk hal tersebut analis perlu mengeluarkan segala pendapatan yang berkaitan dengan
aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hal mendasar yang perlu diperhatikan untuk
membedakan mana aktivitas investasi dan operasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah seluruh efek
baik efek saham maupun efek utang yang dipasarkan dan tidak memiliki pengaruh dianggap sebagai
aktivitas investasi perusahaan.Namun sebelum analis memisahkan mana aktivitas investasi dan mana
aktivitas operasi, analis perlu memperhatikan sifat usaha perusahaan dan tujuan perusahaan melakukan
investasi.

b. Untuk menganalisis distorsi akuntansi yang disebabkan aturan akuntansi atau manajemen laba atas
aktivitas investasi pada surat berharga (efek)
Standar akuntansi memungkinkan perusahaan dalam mencatat nilai investasi berdasarkan nilai historis
atau nilai wajar perusahaan. Atas pilihan ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan manajemen
laba. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan analis terhadap aktivitas investasi adalah sebagai
berikut;
a. Peluang untuk melakukan penjualan keuntungan (gains trading)
Standar memberikan kesempatan untuk menjual keuntungan bagi efek yang tersedia untuk dijual dan
efek yang dimiliki hingga jatuh tempo. Perlu untuk diperhatikan keuntungan serta kerugian yang belum
direalisasi pada efek yang tersedia untuk dijual atau dimiliki hingga jatu tempo tidak dimasukan sebagai
bagian laba bersih, tetapi bagian dari laba komprehensih. Atas hal inilah perusahaan dapat melakukan
manajemen laba yaitu dengan cara segera menjual akuitas yang memiliki kamampuan untuk
menghasilkan laba dan menahan efek yang dapat menghasilkan kerugian bagi perusahaan. Perusahaan
menyajikan kerugian atau keuntungan yang belum direaliasi di dalam laporan komprehensif
perusahaan. Untuk itu analis perlu melihat catatan atas laporan keuangan dari pendapatan atau
kerugian komprehensif perusahaan.

b. Kewajiban yang diakui sebesa biaya
Investasi yang dilakukan oleh perusahaan diatur dalam standar dapat diakui sebesar nilai perolehannya
atau nilai wajarnya. Model seperti ini dapat menghasilkan efek sebesar nilai wajarnya atau nilai
perolehannya. Yang menjadi perhatian adalah nilai dari kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.
Standar tidak memperbolehkan perusahaan untuk mengakui kewajiban sebesar harga wajarnya tetapi
sebesar nilai perolehannya.

c. Definisi efek yang tidak konsisten
Dimungkinkan definisi efek yang ada tidak konsisten. Hal ini dikarenakan standar memungkinkan
perusahaan untuk menerapkan beberapa kasus secara tidak konsisten terlebih untuk masalah efek ini.
Hal yang pertama yang perlu diperhatikan adalah penerapan obligasi yang dapat dikonversi ke dalam
kelompok ekuitas sedangkan untuk obligasi yang tidak dapat dikonversi tidak dapat dimasukan ke dalam
kelompok investasi ekuitas. Permasalahan lain adalah mengenai saham preferen, untuk saham preferen
yang dapat ditarik sewaktu-waktu dapat dikelompokan menjadi bagian investaso utang dari pada
ekuitas.

d. Klasifikasi berdasarkan niat
Klasifikasi akuninvestasi tidak dapat dipungkiri dilakukan berdasarkan niat manajemen. Hal ini
memungkinkan adanya ketidakkonsistenan perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan. Seperti
yang kita ketahui bahwa manajemen dapat melakukan pencatatan dapa investasi hutang yang dimiliki
perusahaan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu akuntansi untuk efek yang dimiliki hingga jatuh
tempo, akuntansi untuk investasi pada efek yang diperdagangkan, dan akuntansi pada efek yang
tersedia untuk dijual. Karena mudahnya perusahaan dalam mengganti kondisi tersebut analis perlu
memperhatikan konsistensi dalam penyajian laporan keuangan.

Você também pode gostar