Você está na página 1de 17

ANGULAR CHEILITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas skill lab blok Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan






Di susun oleh :
Lubna
111610101008





Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita, sehingga
kelompok kami dapat menyusun laporan ini, meskipun kami menyadari masih ada
beberapa kekurangan di dalamnya.
Dalam makalah ini membahas tentang Angular Cheilitis.Semoga bisa
bermanfaat, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang bertujuan untuk menggali
pengetahuan serta untuk memperoleh ilmu di dalamnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drg.Kiswaluyo M,Kes dan drg.Zahara Meylawati M,Kes selaku dosen
pembimbing pada skill lab Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah
memberi bimbingan dan waktu untuk menyelesaikan laporan ini.
2. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulisan laporan ini.
Akhirnya kami pun berharap, semoga laporan ini bisa memenuhi syarat
untuk tugas tutorial. Dan kami pun berharap semoga Allah SWT meridhoi amal
usaha kami juga memberikan balasan kebaikan yang lebih baik. Amin.

Jember, 27 Oktober 2012



Penyusun








BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dalam rongga mulut manusia terdapat banyak flora normal.Flora normal
tersebut dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi
gangguan sistem imun maupun perubahan keseimbangan flora normal mulut,
maka flora normal tersebut dapat menjadi patogen. Salah satu flora normal yang
dapat dijumpai dalam rongga mulut yaitu jamur Kandida. Spesies Kandida
merupakan organisme komensal normal dalam rongga mulut dan ditemukan
sebesar 17-75% dalam mulut orang sehat dan pada semua orang sakit.Bila terjadi
gangguan seperti yang disebutkan di atas, maka jamur Kandida bisa menjadi
patogen sehingga terjadilah kandidiasis oral.Secara umum diketahui ada 11 macam
spesies Kandida dan spesies yang dominan ditemukan adalah Candida
albicans.(Crishmawati E,2006)
Candida albicans merupakan salah satu jenis mikroorganisme atau
mikroflora oral yang berupa jamur. Macam dari Candida tersebut antara lain
Candida albicans, Candida tropikalis, Candida glabrata, Candida krusei, dan
Candida parapilosis. Dari kelima spesies Candida tersebut, Candida albicans
merupakan spesies paling umum penyebab infeksi di rongga mulut, hal ini
disebabkan karena rongga mulut merupakan salah satu tempat yang mengandung
mikroorganisme atau mikroflora oral dengan populasi dan keanekaragaman paling
tinggi dibanding ditempat lain. Mikroorganisme atau mikroflora oral yang berasal
dari udara, air, makanan dan dari lingkungan secara teratur akan masuk ke rongga
mulut. Candida albicans biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang
jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat
menyebabkan kerusakkan jaringan .(Jawetz E et al.,1996)
Salah satu jenis infeksi Kandida pada mulut yaitu Angular cheilitis mulut.
Keadaan ini dapat terjadi biasanya pada penderita yang mempunyai kebiasaan
menjilat bibir atau pada pasien usia lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura
mulut.Juga karena hilangnya dimensi vertikal pada 1/3 bawah muka karena
hilangnya susunan gigi atau pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang
salah. Biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian
gigi palsu.(Janik MP et al,2008)

I.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Angular cheilitis ?
2. Apa etilogi dari terjadinya Angular cheilitis ?
3. Apa gambaran klinis dari Angular cheilitis ?
4. Bagaimana pathogenesis terjadinya Angular cheilitis ?
5. Bagaimana pencegahan dan perawatan Angular cheilitis ?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Angular cheilitis
2. Mengetahui etilogi dari Angular cheilitis
3. Mengetahui gambaran klinis dari Angular cheilitis
4. Mengetahui pathogenesis terjadinya Angular cheilitis
5. Mengetahui cara pencegahan dan perawatan dari Angular cheilitis
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk
tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan
membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang
mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6 hingga 2-5,5 x 5-28 . (Lodder,1970)
Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa merupakan
salah satu faktor virulensi. Bentuk hifa mempunyai virulensi yang lebih tinggi
dibanding bentuk spora, karena : (Vazque dan Balish dalam Anne, 2000)
I.1 Ukurannya lebih besar dan lebih sulit difagositosis oleh sel makrofag,
sehingga mekanisme diluar sel untuk mengeliminasi hifa dari jaringan
terinfeksi sangatlah penting.
II.1 Terdapatnya titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamen sehingga
jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar

Candida albicans muncul sebagai infeksi nokosomial yang paling penting
di dunia dengan angka morbiditas,mortalitas dan pembiayaan kesehatan yang
bermakna .Penggunaan antijamur untuk profilaksis dan penatalaksanaan infeksi
Cnadida telah mengubah epidemiologi dan penatalaksanaan infeksi ini.Penggunaan
agen kemoterapeutik,imunosupresif,antibiotic spectrum luas,transplantasi
organ,nutrisi parenteral dan teknik bedah mutakhir juga telah berperan untuk
mengubah epidemiologi infekspi Candida.Infeksi jamur tleh muncul sebagai
ancaman yang bermakna pada individu yang immunocompromised.Spesies
Candida adalah pathogen yang paling sering.(Annaisie E.J , 2007)
Insidens Candida albicans dalam rongga mulut dilaporkan 45% pada
neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45% pada orang dewasa sehat, 50-65%
pada pemakai gigi tiruan lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-
obatan jangka panjang, 90 % pada pasien leukemia akut yang menjalani
kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.Kandidiasis oral dapat disebabkan
oleh banyak faktor predisposisi seperti penggunaan gigi tiruan, xerostomia
(mulut kering), penyakit defisiensi imun sepertiyang disebutkan di atas, maka
jamur Kandida bisa menjadi patogen sehingga terjadilah kandidiasis oral.
Secara umum diketahui ada 11 macam spesies Kandida dan spesies yang
dominan ditemukan adalah Kandida albikan.Insidens Kandida albikan dalam
rongga mulut dilaporkan 45% pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45%
pada orang dewasa sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90 % pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Kandidiasis oral dapat disebabkan oleh banyak faktor predisposisi seperti
penggunaan gigi tiruan, xerostomia (mulut kering), penyakit defisiensi imun
seperti HIV/AIDS, merokok, kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat-
obatan yaituobat antibiotik dan steroid.Dari faktor-faktor tersebut, yang akhir-
akhir ini sering dibahas adalah kandidiasis oral yang disebabkan oleh penggunaan
obat antibiotik dan steroid.Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri,salah satunya adalah
penyakit tuberkulosis paru. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang ditularkan melalui aliran udara.Obat antituberkulosis yang
digunakan merupakan golongan obat antibiotik. Penggunaan obat antibiotik dapat
menimbulkan efek samping baik pada tubuh maupun rongga mulut.
Angular cheilitis merupakan kondisi yang menyebabkan retakan dan
peradangan pada kedua sudut mulut.Angular cheilitis juga dikenal sebagai
cheilosis, perlche, atau angular stomatitis. Kondisi ini umum mempengaruhi sudut
bibir.Angular cheilitis ringan akan hilang dengan sendirinya seiring dengan waktu.
Namun kondisi yang parah bisa menyebabkan nyeri dan perdarahan.Retakan
(pecah-pecah) pada sudut bibir, ulkus dangkal, atau kerak yang timbul akibat
angular cheilitis dapat mempengaruhi penampilan fisik seseorang.(Hay RJ et
al.,2010)
Angular Cheilitis sering terjadi pada dekade pertama dan kedua pada
kehidupan manusia, dan lebih banyak dijumpai pada anak- anak . Etiologi Angular
Cheilitis adalah infeksi jamur Candida albicans, bakteri staphylococcus atau
streptococcus. Sedangkan faktor-faktor penyebabnya adalah defisiensi zat besi,
denture sore mouth, avitaminosis, kebiasaan bernafas melalui mulut, kebiasaan
mengeluarkan air ludah atau membasahi bibir dan sudut-sudutnya dengan air
ludah, kemudian bisa juga karena sensitivitas terhadap kontak agen tertentu, seperti
bahan kimia, cahaya, udara atau makanan yang dikonsumsi.( Oral Medicine: A
Colour Handbook Oleh Michael A. O. Lewis & Richard C. K. Jordan )
Defisiensi riboflavin dan piridoksin menyebabkan berkurangnya
kematangan jaringan kolagen, sehingga rentan sekali terjadi infeksi. Selain
avitaminosis, defisiensi zat besi dalam plasma darah akan menghambat
penyembuhan lesi dan kemudian bisa terjadi Angular Cheilitis.(Faiz R,2010)





















BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Definisi
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut
yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut
hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang
menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser
yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa
sakit, rasa terbakar, dan nyeri.(Dowl W,2010)
Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang
disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan
untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi. (Dowl W,2010)



Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena
perkembangannya yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam
pengobatan jika gejala angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini
tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, dimana kondisi ini telah
mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak- anak maupun remaja dapat
terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling sering
ialah decade 4,5, dan 6.(Dowl W,2010)
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan
trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus
bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia,
diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa
bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya.
(Dowl W,2010)

III.2 Etiologi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan angular cheilitis, yaitu:
A. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang
awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa
menyebabkan rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan
dan mengubah indera perasa. Kandidiasis lebih sering terjadi pada anak yang
masih muda dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat
rendah. Hal ini bisa dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu
aktivitas normal bakteri mulut. Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus
segera mengurangi dosis atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat digunakan
untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini.(Murai J.J et al.,2008)
Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular cheilitis
sering terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut
bibir dan menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut
mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen
infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis. (Murai J.J et al.,2008)




B. Trauma
Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik,
kimia, dan termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:
1. Trauma cups yang tajam
2. Peralatan ortodonti
3. Menggigit bibir atau pipi
Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan
ukuran ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi
biasanya mulai sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka
penyebab lain dari ulserasi harus dicurigai. (Hari S,2010)

C. Gigi Tiruan
Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana
ketidaknormalan anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian
dengan stabilitas yang tidak baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual
yang terletak pada gigi anterior, kehilangan gigi posterior, atrisi, dan
kehilangan gigi tanpa memakai gigi tiruan. Pada kasus ini, pasien sering
mengalami bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang lama. Selain itu,
gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat menyebabkan penutupan
mulut yang kurang tepat sehingga menyebabkan saliva memenuhi sudutmulut
dan terjadi infeksi. Bagian- bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan
oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular cheilitis. Selain
itu, gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan saliva menumpuk pada sudut
mulut dan infeksi. (Murai J.J et al.,2008)

D. Status Gizi Anak
Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi
nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan
vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat.Dalam menimbulkan
angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi
dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah
kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi lingkungan yang
dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam
keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan gizi.(Devani et
al,2007; Atmarita S,2006)

Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada
masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan
tingkat produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini
makin menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada.
Hasil- hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan
kekurangan gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada
dewasa yang justru merupakan usia produktif.(Deritana N et al.,2007)

E. Manifestasi berbagai penyakit sistemik
Banyak pasien yang menderita penyakit yang mempengaruhi seluruh
tubuh dan menunjukkan tanda- tanda dan gejala oral yang spesifik, seperti:
1. Gangguan hematologis: anemia karena defisiensi zat besi
2. Gangguan endokrin: Diabetes mellitus
3. Infeksi virus: infeksi human immunodeficiency virus
4. Penyakit ganas: penyakit ganas lanjutan, leukemia
Gangguan hematological asien yang menderita anemia. Kekurangan zat besi
memiliki kecenderungan untuk beberapa penyakit mukosa oral yaitu meliputi:
a) Ulserasi apthous
b) Angular cheilitis: nyeri dan retak pada sudut mulut disebabkan oleh jamur
kandida albicans dan/ oleh bakteri staphylococcus aureus
c) Atrofi mukosa : mukosa nampak memerah dan halus Hal ini penting untuk
memikirkan defisinesi zat besi, anemia pada pasien dengan ulserasi apthous dan
angular cheilitis. Jika kekurangan zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab
lain harus diselidiki. (Murai J.J et al.,2008)

F. Infeksi Virus
Tidak seperti bakteri yang terdiri dari sel tunggal dan mampu
berkembang secara mandiri, virus terdiri dari fragmen nuklir kecil dikelilingi
oleh lapisan protein. Mereka tidak dapat membagi atau mereplikasi sendiri dan
untuk dapat bertahan harus mendapatkan akses hidup di dalam sel- sel
hospes.(Susan ZL,2009)
Setelah masuk mereka menggunakan proses sendiri sel inang sintetik
untuk mereproduksi dan dan dalam prosesnya sering merusak sel inang. Dalam
kasus lain, tuan rumah akan menghancurkan virally sel yang terinfeksi dalam
rangka mengkilangkan virus.( Susan ZL,2009;Irelands R,2006)
Hal ini merupakan seluler kehancuran yang bertanggungjawab untuk
banyak klinis fitur dari infeksi virus yang mempengaruhi rongga mulut. Waktu
yang dibutuhkan bagi virus untuk menginfeksi host, replikasi dan untuk
kerusakan sel dan dengan demikian gejala klinis mungkin terjadi banyak hal, 3- 21
hari dan dikenal sebagai masa inkubasi. ( Susan ZL,2009;Irelands R,2006)
Kebanyakan virus dengan infeksi berat antara 10 dan 14 hari, setelah tuan
rumah telah merespon kekebalan tubuh yang efektif dan infeksi terselesaikan.
Infeksi lain kurang virulen mungkin berlangsung hanya beberapa hari. Pada
infeksi virus umumnya mempengaruhi kelompok usia yang lebih muda dan
infeksi virus yang terjadi pada kelompok usia yang lebih tua kemungkinan
imunosupresi yang mendasarinya. ( Susan ZL,2009;Irelands R,2006)

III.3 Gambaran Klinis

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema
pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas
ke mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis
dan angular stomatitis.
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan
terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini
tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah
yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara.
Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan
beberapa pendarahan saat mulut dibuka.(Murai J.J et al.,2008)
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering,
rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti
dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema
dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi,
eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.
Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Murai J.J et
al.,2008)
Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat
terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi.
Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien
dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple
depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai
alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan
mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng.Lesi terjadi bilateral yang
iasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral
pada kulit sirkum oral 1-10 mm.Dasar lesi lembab,adanya fissure yang
tajam,vertical dari tepi vermilion bibir dan area kulit yang berdekatan.Secara
klinis,epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka.Pada waktu mengerut
,menjadi lebih jelas terlihat ,membentuk satu atau beberapa fissure yang
dalam,berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah .Walaupun dapat berbentuk
krusta yang bernanah pada permukaan,fisur ini tidak melibatkan permukaan
mukosa pada komisura di dalam mulut , tetapi berhenti pada mucocutan
junctional.(Lubis S,2006)

III.4 Patogenesis

Faktor diet mempunyai peranan besar dalam pemeliharaan kesehatan
kulit,serta mempunyai pengaruh dalam etiologi dan terapi penyakit kulit
tertentu.Perubahan pasokan nutrisi yang menurun,walaupun hanya sedikit dapat
memberikan efek pada kulit.Keadaan defisiensi nutrisi menyebabkan keutuhan
jaringan epitell berkurang .Mucocutan junction merupakan daerah peralihan antara
kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis disbanding epitel
kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap terjadniya infeksi (angular
cheilitis) (Binnie WHA dan TA Lehner,1970 ; Wolfram-Gabel R dan H Sick,2002)
Proses terjadinya angular cheilit ispada awalnya jaringan mucocutan di
sudut-sudut mulut menjadi merah,lunak dan berulserasi .Selanjutnya fisura-fisura
eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit
sekitar bibi atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi dalam bentuk
abrasi linear.Infeksi keadaan kronis ditandai dengan adanya nanah dan jaringan
granulasi.Ulkus seringkali menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi
kembali selama fungsi mulut yang normal .Akhirnya dapat timbul nodula-nodula
granulomatosa kecil berwarna kuning coklat.(Langlais RP dan Craig SM,2000)
.
III.5 Penanggulangan dan Perawatan

Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida albicans yang salah
satunya akan menyebabkan Angular Cheilitis pada sudut mulut adalah dengan
pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut. Hal yang paling penting
adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh tetap terjaga dan
tidak mudah terserang penyakit. Makan-makanan yang bergizi seimbang dan yang
dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu kita juga melakukan pemeliharaan
kebersihan mulut dengan menggosok gigi. Dengan menggosok gigi, kebersihan
gigi dan mulut pun akan terjaga selain menghindari terbentuknya lubang-lubang
gigi, penyakit gigi dan gusi. (Rippon JW,1998)
Perawatan angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa.
Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi spesifik yang tetap
tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan dapat bertahan
sampai beberapa tahun. Harus diingat adanya infeksi merupakan etiologi sekunder,
jika penyebab utama tidak dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak akan
menghasilkan kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut
pada anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan lain.
Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara local tidak akan
berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik.(Morrison et al,2003)
Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B perawatannya
dengan memeberikan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin yang
mengandung vitamin B .Akan tetapi,defisiensi satu jenis vitamin biasanya diikuti
gejala defisiensi nutrisi,maka dalam perawatannya pemberian multivitamin lebih
efektif daripada pemberian vitamin B kompleks saja.Dilaporkan pengobatan
penyakit akibat defisiensi vitamin B
12
dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam
waktu 3 minggu .(Decker RT,2005)
Pemberian antimikroba pada penderita angular cheilitis yang disebabakan
defisiensi nutrisi hanya berfungsi menyingkat waktu penyembuhan.Oleh karena
sebagian infeksi yang terjadi dapat sembuh dengan sendiri tanpa memerlukan
antimikroba,maka sistem pertahanan tubuh yang perlu dipertahankan atau
ditingkatkan dengan pemberian vitamin tambahan atau multivitamin.(Syarif A et
el,2007)



















BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Jaringan mulut dihuni oleh mikroflora yang unik dan salah satunya adalah
Candida albicans yang bersifat oportunistik yang jika ada kesempatan dapat
berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakkan
jaringan.Salah satu infeksi yang diakibatkan oleh Candida albicans ialah Angular
cheilitis yang merupakan suatu radang pada daerah sudut mulut .Radang ini dapat
terjadi karena didukung oleh factor penunjang pada infeksi candida yang meliputi
factor local dan sistemik.





















DAFTAR PUSTAKA

1. Suyoso S.Jurnal Kandidiasis Mukosa.2011
2. Barid Izzata dkk.Biologi Mulut.2007.Jember:Jember University Press
3. Gayford JJ,Haskel R.PENYAKIT MULUT (Clinical Oral
Medicine).1990.Jakarta:EGC
4. Boedihardjo. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. ,
1985.Surabaya:Airlangga University Press
5. Tydesley WR. A colour atlas of Orofacial Disease (Atlas Berwarna
Penyakit Orofasial) Alih Bahasa Lilian Yuwono, Edisi 3.1991. Jakarta :
Widya Medika
6. Faiz R. Angular cheilitis-overview and symptoms of angular
cheilitis.[Internet]Available at:http://www.articlesbase.com/skin-care-
articles/angular-cheilitis-overview-and-sypmtoms-of-angular-cheilitis-
285629.html>.Accessed 28 December 2010
7. Dowl W.Effect of angular cheilitis on children and teenagers.[internet].
Available at URL:http://www.EzineArticles/childandac.html. Accesses 25
December 2010
8. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th
ed. Newyork:oxford University Press; 2008,p.177
9. Hari S. Angular cheilitis:Review of etiology and clinical management.
K.D.J.[Internet] Available at:http://www.trivandrum.co.uk. Accessed 27
December 2010.
10. Deritana N, Kombong A. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
J.WATCH Jayawijaya. 2007;p.5-18
11. Lubis S. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak
umur 6-12 tahun di enam panti asuhan di Kota Madya Medan.
Dentika J Dent; 2006; 11:117;180-1
12. Rippon JW. Medical Mycology, Edisi ke-3. Philadelphia : WB Saunders
Co, 1988
13. Morison, MJ.Manajemen Luka.Jakarta:EGC ,2003:1-4,10,19-21
14. LanglaisRP dan Craig SM.Atlas Berwarna : Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim.1
st
ed.Jakarta:HIPOKRATES,2003;34

Você também pode gostar