Você está na página 1de 15

BAB IV

USAHA PEMBIBITAN JAMUR



Bibit jamur merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas hasil budidaya.
Dalam budidaya jamur diperlukan bibit yang terdiri atas kumpulan hifa atau kumpulan
miselium yang tumbuh pada suatu media (substrat) yang dikemas dalam suatu wadah.
Untuk memulai usaha pembibitan seseorang harus mengetahui tentang biologi
jamur, teknik mikrobiologi, serta pembuatan biakan murni dan bibit jamur. Dalam hal ini
seorang pembibit harus menguasai dan terampil bekerja dengan teknik-teknik
mikrobiologi.
Usaha budidaya jamur di Indonesia saat ini semakin berkembang. Dengan
demikian usaha pembibitan pun masih mempunyai peluang yang cukup lebar. Kenyataan
ini juga didukung oleh tersedianya bahan baku pembuatan bibit jamur.
Usaha pembibitan yang akan dibahas meliputi pembuatan biakan murni sampai
pembuatan bibit semai. Dalam pembuatan bibit semai akan dibedakan antara pembuatan
bibit semai jamur kayu dan bibit semai jamur kompos.

A. Sarana dan Prasana Pembibitan
Pembuatan bibit jamur dilakukan dalam skala laboratorium dan prosesnya
dilakukan secara aseptis. Ruang ukuran 6x4 sudah cukup digunakan untuk pembuatan
bibit jamur. Peralatan yang dibutuhkan dalam laboratorium antara lain:
a. Autoklaf
Alat ini digunakan untuk sterilisasi media dengan pada suhu 121
0
C pada tekanan
1,1 atm/ 15 psi.
b. Laminar Air Flow
Alat ini digunakan untuk melakukan inokulasi atau penanaman secara aseptis.
Alat ini dilengkapi sinar UV (ultraviolet) dan penyaring bakteri. Sterilisasi alat ini dapat
dilakukan secara manual dengan menyemprot alkohol 70% atau formalin 2%. Alat ini
dapat diganti inkas.

Gambar Laminar Air Flow
c. Disecting set (pinset, scalpel, gunting, dll.)
Seperangkat alat ini digunakan untuk pembuatan eksplan, yaitu dengan menyayat
atau memotong jamur. Biasanya alat tersebut terbuat dari stainless steel.
d. Inoculating set (jarum ose, jarum inokulasi, jarum ent)
Merupakan seperangkat alat untuk menanam jamur di media kultur. Biasanya
alat-alat tersebut terbuat dari stailess steel atau nikel.
e. Inkubator
Merupakan almari yang dapat diatur suhunya pada 28-32
0
C secara stabil untuk
menumbuhkan miselia jamur
f. Alat-alat gelas (beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, petridish,
botol)
Digunakan sebagai wadah/pengukur pembuatan biakan murni
g. Lampu bunsen
Merupakan lampu berbahan bakar spritus untuk sterilisasi alat-alat dengan
pembakaran.
h. Kompor/tungku
Digunakan untuk memasak media agar, biji-bijian, dan mensterilkan bahan-bahan
yang dimasak.
i. Sprayer
Sprayer berisi desinfektan digunakan untuk membersihkan ruangan.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan 10-30 menit sebelum bekerja.
j. Panci
Untuk memasak media agar yang digunakan untuk media biakan murni dan
biakan induk. Selain itu juga untuk memasak biji-bijian atau substrat lainnya untuk media
bibit jamur.
k. Lemari Es/Kulkas
Digunakan untuk menyimpan stok media agar, biakan murni, dan biakan induk
l. Rak
Digunakan untuk menginkubasi atau menyimpan kemasan petridish yang telah
diinokulasi dengan miselium jamur di ruang inkubasi. Selain di ruang inkubasi, rak juga
dibutuhkan di ruang dapur, kantor, dan gudang
m. Timbangan
Digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembuatan bibit.
Pembuatan bibit meliputi tiga tahap pekerjaan yaitu: pembuatan biakan murni,
perbanyakan bibit dalam biji-bijian, dan pembuatan bibit semai.


B. Pembuatan Biakan murni
Pembuatan biakan murni dilakukan dengan dua metode yaitu kultur spora dan
kultur jaringan. Metode kultur spora dilakukan dengan isolasi dan menumbuhkan spora.
Dengan metode ini akan dihasilkan bibit yang sangat bervariasi dengan tingkat
keberhasilan kecil. Dari segi bisnis metode ini kurang menguntungkan karena kualitas
bibit bervariasi. Metode ini sering dilakukan di institusi pendidikan untuk keperluan
penelitian.
Metode kultur jaringan dilakukan dengan mengisolasi sebagian jaringan tubuh
buah jamur. Dengan metode ini dihasilkan bibit yang seragam dan tingkat keberhasilan
lebih besar. Dalam buku ini akan dijelaskan metode kultur jaringan yang lebih sesuai
untuk sebuah bisnis/wirausaha.
Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan merawat biakan murni jamur
adalah potato dextrose agar (PDA) atau malt extract agar. Media ini dapat dibuat dalam
bentuk media agar miring atau media cawan. Untuk membuat media agar miring, media
PDA diletakkan dalam tabung reaksi yang dimiringkan. Sedang untuk membuat media
cawan media PDA dituang dalam petridish.
Bahan pembuatan media dapat dibeli dalam bentuk jadi dengan harga yang cukup
mahal, namun dengan biaya murah dapat dibuat sendiri. Cara pembuatan media PDA
secara sederhana adalah sebagai berikut:
Bahan :
Kentang : 200 gram
Dekstrose : 20 gram
Agar-agar : 15 gram
Akuades : liter
Cara Pembuatan:
1. kentang dikupas, dicuci bersih, diiris kecil, direbus dalam 1 liter akuades sampai
lunak tapi tidak terlalu masak
2. air rebusan disaring, diukur ditambah akuades sampai volume 1 liter
3. ditambah dekstrose dan agar-agar, dimasak sambil diaduk sampai mendidih
4. larutan diambil 5 mL dimasukkan tabung reaksi atau petridish. Tabung reaksi
ditutup kapas dilanjutkan kertas perkamen (kertas sampul coklat). Jika
menggunakan petridish antara wadah dan tutup diisolasi lalu dibungkus kertas
perkamen
5. sterilisasi media dalam tabung reaksi/petridish dengan autoklaf pada suhu 121
0
C
selama 15 menit
6. tabung reaksi/petridish dikeluarkan. Tabung reaksi diletakkan miring (media tidak
sampai menyentuh kapas). Media dibiarkan dingin
7. media PDA siap digunakan
Setelah PDA dingin, dilakukan inokulasi. Inokulasi adalah penanaman
eksplan/bagian jamur yang akan dikulturkan dalam media PDA. Proses inokulasi
dilakukan dalam laminar air flow. Sebelum digunakan, lampu UV dalam laminar air flow
dinyalakan selama 1 jam untuk mematikan semua mikroorganisme. Setelah 1 jam, lampu
UV dimatikan selama setengah jam baru dapat digunakan untuk bekerja agar sinar UV
tidak berefek pada manusia. Semua peralatan yang akan digunakan untuk inokulasi harus
disterilisasi dalam autoklaf.
Jamur induk merupakan profil bakal calon jamur yang diinginkan. Oleh karena itu
varietas yang dipilih harus jamur yang berkualitas dan hasilnya banyak. Beberapa kriteria
jamur induk adalah varietasnya unggul dan laku di pasaran, jamur cukup tua, sehat, bebas
hama/penyakit, dan morfologi sempurna.
Bagian yang diambil sebagai eksplan yang akan dikulturkan adalah bagian yang
bersifat meristem/ tumbuh.
1. pada jamur kuping, diambil bagian tengah yang berlendir. Jamur kuping dibelah
menjadi permukaan atas dan bawah lalu bagian tengah yang belum tersentuh diambil
dengan scalpel steril
2. pada jamur tiram dan lingzi, diambil bagian pangkal tudung jamur. Bagian pangkal
tudung jamur dibelah dan diambil bagian tengahnya
3. pada jamur merang, diambil bagian tengah tubuh buah
Langkah-langkah inokulasi adalah sebagai berikut :
1) Permukaan jamur yang akan digunakan dicuci dengan air mengalir
2) Pencucian dilanjutkan dengan alkohol 70%
3) Eksplan diambil dengan scalpel steril dengan membelah jamur dan diambil bagian
tengah tubuh buah
4) Eksplan ditanam pada media PDA
5) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 28
0
C selama 5 hari
Diamati pertumbuhan miselia jamur yang berwarna putih berbentuk benang-
benang. Biakan murni yang baik mempunyai ciri miselium tumbuh merata dan tidak
terkontaminasi. Dalam budidaya jamur, biakan murni harus diuji kemampuannya
menghasilkan tubuh buah. Jika hasilnya baik maka dapat dipertahankan dan diperbanyak,
namun jika kurang baik langsung dimusnahkan saja.
Biakan murni ini dapat disimpan sampai beberapa waktu. Sebagian besar kultur
jamur dapat disimpan pada suhu kamar. Namun penyimpanan pada suhu kamar dapat
menyebabkan media kering sehingga miselium mati. Umumnya biakan murni disimpan
dalam lemari es, namun tidak semua jenis jamur dapat tumbuh pada suhu rendah.
Misalnya jamur merang.
Pemeliharaan biakan murni dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun yang
umum dilakukan pembibit adalah dengan pemindahan berkala. Peremajaan ini biasanya
dilakukan dalam selang waktu 3-6 bulan. Caranya adalah dengan mengambil sepotong
kecil media agar yang telah ditumbuhi miselium dan dipindahkan pada media yang lain.
Biakan murni ini dapat diperbanyak sebagai biakan induk. Biakan murni tersebut
selanjutnya ditetapkan sebagai F1, sedang hasil perbanyakan selanjutnya disebut F2, F3
dst. Perbanyakan ini dapat dilakukan sampai F5.

C. Pembuatan Bibit Induk
Tahap berikutnya adalah membuat bibit induk. Bibit induk biasanya dibuat dalam
media biji-bijian. Biji-bijian digunakan karena bahan ini kaya nutrisi sehingga miselium
akan cepat tumbuh. Namun kelemahannya karena kaya nutrisi, kemungkinan terjadi
kontaminasi relatif lebih besar.
Untuk membuat bibit induk jamur kayu, dapat digunakan serbuk gergaji. Namun
dengan media ini miselium relatiif lebih lama tumbuh. Oleh karena itu para pembibit
menggunakan campuran serbuk gergaji dan biji-bibjian. Komposisi bahan pembuatan
media dapat disesuaikan dengan bahan yang tersedia melimpah di sekitar lokasi usaha
sehingga menekan biaya produksi.
Contoh resep media bibit induk:
1. media bibit induk jamur merang
biji sorghum/gabah 1 kg
kapur 20 gram
2. media bibit induk jamur kuping dan tiram
biji sorghum/ gabah/ jagung 500 gram
serbuk gergaji 500 gram
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Biji-bijian dicuci, direndam selama 24 jam. Biji yang terapung/ tidak berisi
dibuang
2. Biji direbus, sampai agak mekar (pecah pada satu titik), ditiriskan, dicampur
merata dengan bekatul, dan kapur. Kadar air yang diperlukan 45%. Media basah,
tapi jika diangkat air tidak menetes.
3. Dalam keadaan panas biji dicampur dengan bahan lain diaduk rata
4. Bahan dimasukkan dalam botol, disterilisasi dengan autoklaf, selama 30 menit,
pada 121
0
C, dengan tekanan 1 atm.
Setelah dingin, media biji-bijian ini diinokulasi dengan biakan murni dari media
PDA. Caranya media PDA yang sudah ditumbuhi miselium dipotong kira-kira 1 x 1 cm
dan dimasukkan dalam botol. Semua pekerjaan ini dilakukan secara aseptis. Setelah itu
diinkubasi pada suhu kamar kira-kira 28
0
C.

Gambar 19. Bibit Induk untuk pembuatan Bibit Produksi

D. Pembuatan bibit semai/bibit produksi
Bibit produksi adalah bibut yan siap digunakan untuk proses budidaya. Bahan
utama untuk pembuatan bibit produksi jamur kayu adalah serbuk gergaji dan untuk jamur
kompos adalah jerami. Cara pembuatan bibit produksi hampir sama dengan pembuatan
bibit induk.
Usaha pembuatan bibit produksi ini merupakan salah satu unit usaha yang dapat
dijalankan tersendiri, terutama usaha pembuatan bibit produksi jamur kayu. Dalam usaha
ini bibit induk dapat dibeli dari instansi/ laboratorium atau perusahan swasta yang
menyediakan.
Sarana dan Prasarana
Bangunan dan tata ruang budidaya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan skala
usaha yang akan dilakukan. Penataan ruang budidaya harus memperhatikan jarak dan
letaknya untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang menyebar. Kebutuhan ruang
minimal yang harus dipersiapkan antara lain:
1. Gudang
Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan pembuatan media tanam
2. Ruang persiapan media
Semua kegiatan yang berkaitan dengan persiapan media dilakukan di ruang ini.
Untuk usaha pembuatan bibit produksi jamur kayu kegiatan tersebut yaitu pengayakan,
pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Sedang untuk usaha pembuatan bibit produksi
jamur kompos kegiatan meliputi penyiapan media kompos, pengomposan, pewadahan
dan sterilisasi.
3. Ruang Inokulasi
Di ruang ini kegiatan penanaman bibit jamur di media tanam. Ruang ini harus
selalu bersih dan steril. Ruang ini diusahakan sesedikit mungkin ventilasi. Ventilasi
ditutup dengan kasa. Ruang ini biasanya dilengkapi alat pendingin (AC).
4. Ruang Inkubasi
Agar pertumbuhan miselium jamur optimal ruang ini dibuat tidak terlalu lembab.
Kelembaban diatur pada 60-80% dan suhu antara 22-28
0
C. Ruang ini juga bisa
dilengkapi dengan rak-rak untuk menyusun baglog.
5. Ruang penumbuhan
Ruang ini bisa disebut rumah jamur (kubung). Kondisi ruang dipelihara untuk
pertumbuhan optiomal jamur. Ruang ini dilengkapi rak-rak dan alat penyiraman.
Peralatan Pembuatan Bibit Jamur Kayu
1) Ayakan
Alat ini untuk mengayak serbuk kayu agar ukurannya seragam. Ukuran kawat
anyaman kira-kira 0,5 cm.
2) Alat pencampur (mixer)
Pada jumlah kecil pencampuran dilakukan dengan sekop dan cangkul
3) Alat pengisi (filler)
Alat ini digunakan untuk mengisi media tanam dalam kantong plastik. Secara
sederhana pengisian dapat dilakukan secara manual
4) Sterilizer
Pada skala besar menggunakan ruang sterilisasi (chamber sterilizer). Pada skala
kecil menggunakan drum.
5) Rak inkubasi dan rak penumbuhan
6) Alat penyiram
7) Termometer dan higrometer
8) Alat angkut

Gambar . Alat pengepres baglog sederhana


Gambar . Alat sterilisasi baglog sederhana dengan drum

Proses pembuatan bibit produksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. bibit semai jamur kompos
Bibit ini berasal dari bibit induk yang diinokulasikan dalam media jerami yang
telah dikomposkan. Contoh formulasi bahan bahan pembuatan bibit produksi jamur
kompos:
Jerami : 5 kg
bekatul : 1 kg
kapas : 100 gram
kapur : 50 gram
Cara pembuatannya sebagai berikut:
1. kapas direndam 1 hari, ditiriskan
2. jerami dipotong-potong kira-kira 1 cm, dicuci, ditiriskan
3. jerami dicampur bahan-bahan lain, dikomposkan selama 10 hari, dalam proses ini
dilakukan pembalikan
4. media yang sudah dikomposkan dimasukkan kantong plastik, disterilisasi dalam
autoklaf selama 1 jam pada 121
0
C, tekanan 1 atm
Setelah dingin media diinokulasi dengan bibit induk dari media biji-bijian.
Caranya dengan mengambil 1 sendok teh media biji-bijian yang telah ditumbuhi
miselium dan dimasukkan dalam kantong plastik berisi media. Semua pekerjaan ini
dilakukan secara aseptis. Setelah itu diinkubasi pada suhu kamar kira-kira 28
0
C. Setelah
miselium tumbuh merata pada jerami dan bebas kontaminasi maka bibit semai siap
digunakan.
2. bibit produksi jamur kayu
Pembutan bibit produksi jamur kayu adalah pembuatan baglog yang berisi bibit
jamur yang akan dibudidaya. Untuk selanjutnya baglog ini dapat dijual kepada petani
atau dipelihara sendiri sebagai sebuah unit usaha.
Bahan utama pembuatan bibit produksi jamur kayu
1. Serbuk Kayu
Sebagian besar jenis kayu dapat digunakan untuk budidaya jamur. Kayu jati,
pinus dan jenis kayu yang mengandung bahan pengawet alami (zat ekstraktif) kurang
baik digunakan karena dapat menghambat pertumbuhan jamur. Pertumbuhan jamur pada
kayu lunak misalnya albisia dan karet lebih cepat daripada kayu keras misalnya meranti
dan johar.
Serbuk kayu merupakan limbah penggergajian kayu yang jumlahnya melimpah
dan penggunaannya belum optimal. Hal yang penting diperhatikan adalah kebersihan
serbuk kayu karena kemungkinan tercampur bahan bakar misalnya solar.

Gambar. Sebuk kayu bahan dasar pembuatan baglog
2. Bekatul atau dedak
Bekatul atau dedak merupakan sisa penggilingan padi. Bekatul yang berkualitas
apabila dikepal/digenggam maka bentuknya tidak mudah hancur.
3. Kapur
Jenis kapur yang digunakan berupa kapur CaCO
3
atau kapur bangunan yang biasa
disebut mill. Bisa juga digunakan kapur gamping yang sudah mati. Dalam budidaya
jamur kapur digunakan untuk mengatur keasaman (pH) media tanam dan sebagai sumber
Ca yang dibutuhkan jamur untuk pertumbuhannya.
Bahan Pelengkap
Bahan pelengkap ditambahkan pada media utama untuk meningkatkan nutrisi media
tanam.
1) Gips
Gips atau gipsum (Ca SO
4
) digunakan untuk memperkokoh media dan juga
sebagai sumber Ca bagi jamur.
2) Tepung biji-bijian
Jenis biji-bijian yang digunakan antara lain jagung dan beras. Penambahannya
adalah untuk menambah nutrisi dalam media tanam. Penambahan tepung biji-bijian yang
berlebihan dapat menimbulkan kontaminasi jamur liar misalnya Aspergillus sp.
3) Pupuk kimia
Pupuk yang biasa ditambahkan adalah TSP, ZA, dan NPK. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan produktivitas jamur.
Cara membuat:
1) Bahan dicampur sampai merata, ditambah air sampai diperoleh kadar air media
kurang lebih 65%
2) Campuran bahan dimasukkan dalam kantong plastik tahan panas dari bahan
polipropilen
3) Bahan dalam kantong plastik ini dipadatkan dengan alat pengepres atau secara
sederhana dengan botol kaca yang diisi pasir yang digunakan untuk menekan
media dalam kantong
4) Bagian ujung plastik dipasang cincin pralon dan ditutup kapas. Media dalam
kantong plastik inilah yang kemudian biasa disebut baglog
5) Baglog disterilisasi. Sterilisasi dapat menggunakan drum atau sterilizer. Suhu saat
sterilisasi dipertahankan 70
0
C selama kurang lebih 5 jam.
6) Baglog ditata dalam ruang inkubasi
7) Setelah cukup dingin baglog dinokulasi dengan biakan induk. Caranya botol selai
berisi bibit dibulka sumbatnya. Mulut botol dipanaskan dilewatkan nyala api.
Bibit dalam botol selai dihancurkan dengan kawat pengait yang cukup panjang,
dan segera ditutup kembali. Tutup kapas baglog dibuka. Bibit dari botol selai
dituangkan sebanyak kurang lebih 1 sendok makan, dan segera ditutup kembali
dengan kapas. Pekerjaan ini dilakukan aseptis. Untuk itu proses dilakukan di
sekitar nyala api misalnya lampu bunsen atau lampu spritus.
8) Baglog diinkubasi dalam ruang inkubasi sampai miselium tumbuh. Suhu ruang
inkubasi dipertahankan pada kisaran 28-30
0
C.
Bibit yang sudah dihasilkan dapat dipakai setelah media ditumbuhi miselium tapi
tidak ditumbuhi calon jamur. Kondisi bibit semai ditumbuhi calon jamur biasanya terjadi
setelah umur bibit kira-kira 30 hari.

Gambar pengepresan baglog

Gambar 6. Pengemasan media serbuk gergaji dalam kantong plastik / pemasangan cincin


Gambar 9. Inokulasi bibit semai ke media produksi


Gambar 10.inkubasi / penumbuhan miselium

Você também pode gostar