Você está na página 1de 3

MARX

Dunia mengenal Marx sebagai bapak komunisme. Namun dunia juga sering menyalahpahami
Marx. Sebagian disebabkan distorsi akibat propaganda hitam borjuasi. Sebagian disebabkan
distorsi akibat penyelewengan kaum Stalinis. Sedangkan di Indonesia, ini juga disebabkan
karena karya dan tulisannya sendiri tidak tersedia secara cukup dalam bahasa Indonesia. Marx
lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, suatu kota kecil yang masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan
Prussia. Ayah Marx bernama Herschel Mordechai (kelak berganti nama menjadi Heinrich Marx
ketika masuk Kristen Protestan) dan Ibu Marx bernama Eva Lwow. Keluarganya merupakan
keluarga kelas menengah yang berkecukupan. Marx awalnya dikuliahkan bapaknya di
Univesitas Bonn dengan harapan ia belajar hukum. Namun Marx lebih tertarik dengan filsafat,
khususnya ajaran-ajaran Hegelian Muda. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Marx bekerja dan
menulis di koran radikal di Cologne. Pada periode ini ia mulai mengembangkan teori
Materialisme Dialektika, suatu filsafat yang dilahirkan dari kritik terhadap ide-ide Georg
Wilhelm Hegel.
Marx kemudian hijrah ke Paris pada tahun 1843 dan menulis berbagai tulisan untuk koran-
koran radikal lainnya. Disini pula Marx kemudian bertemu dengan Friedrich Engles, yang
dikemudian hari akan menjadi sahabat dan partner politiknya sampai akhir hayatnya. Pada
1849 Marx diasingkan dan pindah ke London bersama dengan istri dan anak-anaknya. London
menjadi tempat dimana Marx memfokuskan daya dan kemampuannya untuk menyusun dan
menulis teori-teori ekonomi dan sosial. Marx adalah salah satu sosok yang gigih
mengampanyekan sosialisme sekaligus salah satu tokoh penting dalam Asosiasi Pekerja
Internasional (kelak disebut sebagai Internasional Pertama).
Teori-teori Marx kelak di kemudian hari, oleh kalangan pengikutnya, disebut sebagai Marxisme.
Salah satu poin penting di dalamnya adalah pandangan bahwa masyarakat berkembang melalui
perjuangan kelas. Suatu konflik antara kaum yang menguasai alat produksi, memonopoli hasil
produksi, namun tidak terlibat dalam kerja produksimelawan kaum yang tidak menguasai alat
produksi, menikmati hasil paling sedikit dari produksi, namun terlibat sepenuhnya dalam kerja
produksi, dengan kata lain kelas tertindas melawan kelas penindas.
Dalam Manifesto Komunis, Marx dan Engels menyebutkan contohnya antara lain kelas budak
melawan kelas tuan budak, kelas tani melawan kelas tuan tanah, serta kelas buruh melawan
kelas kapitalis. Masyarakat Kapitalis sebagai suatu tahapan kekuasaan para pemodal terhadap
para buruh disebut Marx sebagai suatu kediktatoran borjuasi. Dalam masyarakat kapitalis, alat-
alat produksi (pabrik, perkebunan, industri, mesin-mesin, dan sebagainya) dikuasai oleh
kapitalis untuk kepentingannya sendiri dengan menindas dan menghisap kelas buruh.
Sebagaimana masyarakat penindasan sebelumnya, seperti masyarakat perbudakan dan
masyarakat feodal, kapitalisme pun akan hancur karena kontradiksi dan tekanan-tekanan
internalnya. Kapitalisme kemudian akan bubar dan digantikan dengan suatu sistem baru, yaitu
sosialisme. Kelas buruh yang sebelumnya ditindas oleh kapitalis, akan menggulingkan
kekuasaan kapitalis, membubarkan semua instrumen kapitalisme, dan mendirikan kediktatoran
proletar.
Kediktatoran proletar berbeda dengan kediktatoran perorangan karena kekuasaan bukan
dimonopoli oleh satu orang melainkan oleh suatu kelas mayoritas, yaitu kelas buruh atau kelas
pekerja. Dengan kata lain, yang berhak terhadap kedaulatan dan kekuasaan negara adalah
mereka yang bekerja bukan mereka yang berpangku tangan alias kaum majikan atau kaum
juragan. Marx sendiri tidak memiliki gambaran bagaimana kediktatoran proletar ini akan
berjalan pada prakteknya, sampai ketika peristiwa Komune Paris meletus. Komune Paris
merupakan suatu peristiwa bersejarah dimana untuk pertama kalinya, kelas buruh di Paris
berhasil mendirikan negara buruh untuk pertama kalinya. Sebagai ganti demokrasi borjuis,
kaum buruh Paris menerapkan demokrasi buruh dimana kaum buruh bisa memilih wakil-
wakilnya sendiri secara langsung sekaligus bisa menariknya (recall) sewaktu-waktu dan
digantikan dengan wakil lain yang mereka pilih lagi. Sayangnya Komune Paris tidak bertahan
dari gelombang kontra revolusi. Kaum kapitalis Perancis dengan bantuan dari kapitalis negara-
negara lainnya mengirimkan armada militer untuk menghancurkan negara buruh yang pertama
kali terbentuk tersebut.
Marx, melalui teori materialisme-historis, beranggapan bahwa sosialisme bukanlah tahapan
final dalam perjuangan kelas karena dalam sosialisme masih terdapat pembagian masyarakat
berdasarkan kelas dan meskipun kelas pekerja sudah berkuasa, kelas kapitalis masih
mempertahankan kekuasaannya di beberapa negara atau daerah lain dimana kelas pekerjanya
belum berhasil merebut kekuasaan. Ketika kelas pekerja sepenuhnya sudah merebut kekuasaan
dan mendirikan sosialisme, tahapan ini akan bergerak maju menuju suatu masyarakat tanpa
kelas, suatu masyarakat tanpa negara, dimana aktivitas diorganisir secara bebas dan
bekerjasama melalui organisasi-organisasi kerja demokratis. Tahapan ini dinamakan sebagai
tahapan komunisme yang dijelaskan melalui ringkasan oleh Marx dimana kondisi yang berlaku
adalah, Dari setiap orang sesuai kemampuannya, untuk setiap orang sesuai kebutuhannya.
Artinya manusia bekerja sesuai bakat, minat, dan kemampuannya masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdiri dari berbagai kebutuhan tiap individu.
Banyak teoritikus dan kaum akademisi borjuis menganggap bahwa Marx hanyalah seorang
pemikir yang menulis gagasan-gagasannya di dalam kamar namun tidak memiliki praktek
nyata. Anggapan ini sebenarnya anggapan salah. Sepanjang hidupnya Marx bersentuhan
dengan kalangan buruh, terlibat dalam kerja-kerja pengorganisiran dengan mereka,
berpartisipasi dalam berbagai demonstrasi dan aksi massa baik sebagai agitator maupun
sekedar masuk barisan, bahkan menyaksikan bagaimana perlawanan dan perang kelas meletus
dalam bentuk revolusi, dan lain sebagainya. Jadi anggapan bahwa Marx adalah pemikir yang
terceraikan dari kenyataan merupakan anggapan palsu yang sebenarnya lebih cocok
menggambarkan kalangan teoritikus dan kaum akademisi borjuis yang melayangkan cap dan
anggapan tersebut.
Marx menutup usia pada 14 Maret 1883 di London, sementara istrinya, Jenny Marx telah
meninggal terlebih dahulu. Marx meninggal akibat penyakit Bronkitis yang diidapnya pada
tahun-tahun terakhir hidupnya. Marx dimakamkan di pemakaman di London. Di atas batu
nisannya hingga kini terpatri seruannya, Kelas Buruh Sedunia, Bersatulah! Suatu seruan yang
gemanya terus terdengar hingga kini.

Você também pode gostar