Você está na página 1de 8

SENIN, 17 FEBRUARI 2014

Skenario 1 blok 4 2013/2014


di 06.11

Author : Nesya, Rianti
PART 1 of 2

Learning objective:
1) Bagaimana mekanisme demam?
2) Jelaskan mekanisme obat-obatan dan efek sampingnya
3) Penggolongan obat


1) Bagaimana mekanisme demam?
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNF
(Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat
termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan
suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam
sebesar 37 C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002).

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan
langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang.
Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan
pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNF, selain IL-6 dan IFN.
Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum
Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik,
hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada
OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam
arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama
demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal
aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).

Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara
vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai
respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).



2) Jelaskan mekanisme obat-obatan dan efek sampingnya

1. Parasetamol

Parasetamol / Asetaminofen merupakan obat penurun panas yang paling umum digunakan karena
paling aman dibandingkan golongan lain berkaitan dengan efek sampingnya. Parasetamol banyak
dijual bebas sebagai obat OTC (Over The Counter, tidak perlu resep dokter), meskipun banyak
juga merek obat berisi parasetamol yang diperoleh melalui resep Dokter. Beberapa merek obat
Parasetamol mudah didapatkan di apotek, toko obat, supermarket bahkan mini market dekat
rumah.

Parasetamol memiliki efek terapi sebagai antipiretik maupun analgesik, tetapi tidak memiliki efek
antiinflamasi (antiradang), sehingga tidak berguna untuk mengurangi peradangan atau
pembengkakan pada kulit atau sendi.

Parasetamol bekerja menghambat produksi prostaglandin dengan cara menghambat enzim
Cyclooksigenase (COX). Di dalam tubuh, terdapat 3 macam enzim COX, yaitu COX1, COX2
dan COX3. Parasetamol menghambat prostaglandin yang lebih banyak berada di otak dan system
saraf pusat, yaitu COX 3. Dengan dihambatnya produksi Prostaglandin, thermostat hipotalamus
dapat kembali bekerja normal yang menghasilkan efek penurunan panas ke suhu tubuh normal
(efek antipiretik).

Selain itu, karena Prostaglandin merupakan zat yang menyebabkan rasa nyeri, dengan
dihambatnya produksi Prostaglandin, maka rasa nyeri pun akan berkurang (efek analgesik).
Karena spesifik menghambat enzim COX3, parasetamol memiliki efek samping yang paling
ringan dibanding golongan lainnya yang bekerja menghambat COX1 dan COX2, sehingga
Paracetamol tidak menyebabkan gangguan di saluran cerna, efek pengenceran darah, Sindrom
Raye maupun memicu kekambuhan asma. Karena bekerja sebagai antipiretik maupun analgesik,
parasetamol banyak digunakan untuk menurunkan deman, meringankan nyeri ringan sampai
sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri punggung.

Pemberian parasetamol dapat secara oral (lewat mulut) ataupun rektal (dimasukkan lewat anus).
Untuk anak-anak, parasetamol tersedia dalam bentuk sediaan padat berupa tablet kunyah dan
sediaan cair berupa tetes (drops) maupun sirup. Tubuh dapat menyerap parasetamol dengan cepat,
terutama dalam bentuk cairan. Efek parasetamol yang paling tinggi dirasakan antara setengah jam
hingga dua jam setelah dikonsumsi. Efek analgesik antipiretiknya berlangsung sekitar 4 jam.

Dosis lazim Paracetamol untuk anak adalah 15 mg per kg Berat Badan per kali pemberian, dapat
diberikan maksimal 4 kali sehari. Untuk memudahkan Moms memberikan dosis yang tepat,
Moms dapat membaca brosur yang terdapat dalam kemasan, sesuaikan dosis dengan usia anak.
Atau jika mendapatkannya dari resep Dokter, Moms dapat gunakan dosis sesuai petunjuk dokter.

Efek samping Parasetamol adalah hepatotoksik atau kerusakan hati, dapat terjadi pada pemakaian
> 14 hari, dosis besar hingga 4 gram / hari dan tergantung fungsi hati anak.

Contoh produk obat yang mengandung Parasetamol adalah : Panadol (Sterling), Tempra (
Taisho), Sanmol (Sanbe), Dumin (Actavis), dll

2.Ibuprofen

Ibuprofen termasuk dalam obat golongan anti-inflamasi non steroid. Bekerja sebagai analgesik
(pereda nyeri) dan antiinflamasi (anti radang) yang juga punya efek antipiretik. Bekerja
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim Cyclooksigenasi 1 (COX-1) dan
COX-2, sehingga menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan Parasetamol.
Ibuprofen adalah obat pilihan kedua untuk mengatasi demam dan nyeri pada anak setelah
Parasetamol.

Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam membandel yang
tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang disertai dengan peradangan.
Dosis lazimnya adalah 10 mg/kgBB/pakai, dapat diberikan hingga 4 kali sehari.

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Ibuprofen adalah gangguan saluran cerna
hingga pendarahan lambung, dapat memicu kekambuhan asma dan dapat mengganggu proses
pembekuan darah. Karenanya, Ibuprofen sebaiknya tidak diberikan pada penderita asma, demam
karena DHF (Dengue Hemorage Fever) atau Demam Berdarah, juga pada bayi di bawah 6 bulan.
Ibuprofen tidak memiliki efek samping Sindrom Raye seperti Asetosal.

Ibuprofen tersedia dalam bentuk tetes dan sirup, dapat dibeli bebas di apotek maupun didapatkan
melalui Resep Dokter. Contoh : Proris (produsen Pharos)



3) Penggolongan obat

ANALGETIKA ANTIRADANG (NSAIDS)
NSAID berkhasiat analgetik, antipiretis serta antiradang.
Penggolongan secara kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :
A. Salisilat :asetosal, benorilat, diflunisal
B. Asetat : diklorofenac, sulindac, indometasin,
C. Propionat : ibupropen, ketopropen, naproksen, tiaprofenat, flurbiprofen
D. Oxicam : piroxicam, tenoxicam, dan meloxicam
E. Pirazolon : fenilbutazon, azapropazon
F. Lainnya : mefenamat, nabumeton, benzidamid, bufexamac.

PART 2 of 2
1.mengapa demam bisa naik lagi?
Obat analgetik-antipiretik akan bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin.
Analgetik-antipiretik memiliki masa kerja tertentu. Setelah konsentrasi antipiretikny turun maka
efek hambatan hambatan pembentukan prostaglandin juga rendah. Pada kasus ini infeksi yang
terjadi akan terus memacu pembentukan prostaglandin melalui pembentukan pirogen endogen.
Sehingga panas badan akan meningkat lagi selang beberapa saat karena pembentukan
prostaglandin terus berlangsung selama penyebabnya belum teratasi ( infeksi bakteri,endotoksin,
virus dll)

2.perbedaan demam dan hipotemia
Hipertermi/hipertermia(demam) adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8C
per oral atau 38,8C per rectal karena faktor eksternal. Atau suatu keadaan dimana suhu tubuh
sangat tinggi (mencapai sekitar 40C yang disebabkan gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh .
Hipotemia adalah kebalikannya

3.penyebab-penyebab demam secara patologis dan fisiologis
Jenis-jenis demam terdiri dari:
1. Demam Fisiologi, demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian terhadap fisiologis
tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh (olahraga).
(Sherwood, 2001)
2. Demam Patologis, demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam yang
terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua sebagai
berikut:
a. Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38C. Penyebabnya beragam, yakni infeksi
virus (flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang
tenggorokan, dan lain-lain).
b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang (rematik,
lupus, dan lain-lain).


Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri,
parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau
inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis
sel darah putih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen) yang
selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian
meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus
cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat
selsius.
4.macam-macam obat demam beserta efek samping

Pengobatan dengan Antipiretik
Mekanisme Kerja
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang
efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior
(yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

Parasetamol
Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.
Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian
kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati)
jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan
glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak
diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi
dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin
Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek
samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko
ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di
dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam
pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak
dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang
(insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan
kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia <>
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10
mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol. Sama
halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung,
perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak
direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

5.set poin dan mekanisme demam?
Konsep Set-Point dalam pengaturan temperatur yaitu semua mekanisme pengaturan temperatur
yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur tubuh kembali ke tingkat Set-
Point. Set-point disebut juga tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh seseorang
melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan kehilangan panas lebih cepat dibandingkan
dengan produksi panas, begitu sebaliknya. Sehingga suhu tubuhnya kembali ke tingkat set-point.
Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set-point.

Mekanisme Demam

Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1(interleukin1),
TNF( Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin6), dan INF (interferon) yang bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus
mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh,
pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C, hipotalamus merasa bahwa
suhu
normal prademam sebesar 37 C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-
mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002

6.pirogen endogen dan eksogen?
Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai reaksi
kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF).
Pirogen eksogen
Pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada fungsi
tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga berupa zat racun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.

Suatu pirogen apabila masuk ke dalam tubuh maka pirogen menjadi suatu benda asing yang dapat
menimbulkan respon imun berupa demam. Proses terjadinya demam dimulai dari terpaparnya
tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya
pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen
tersebut.
Mekanisme pengaruh pirogen pada timbulnya demam
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh
manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen
endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut,
atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada dalam
tubuh adalah interleukin-1 (IL-1), -interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1 berperan
penting dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu antara lain dapat menstimulasi limfosit T dan
B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan (Creactive protein, haptoglobin,
fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar besi dan seng plasma dan meningkatkan katabolisme
otot. IL-1 bereaksi sebagai pirogen yaitu dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di
hipotalamus, yang kemudian bekerja pada pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi
panas sekaligus menahan pelepasan panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga
mempunyai efek metabolisme dan berperan juga pada penurunan berat badan yang kadang-
kadang diderita setelah seseorang menderita infeksi. TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu
efek langsung dengan melepaskan prostaglandin E2 dari hipotalamus atau dengan merangsang
perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-) adalah hasil produksi sel sebagai respons
terhadap infeksi virus.

Prostaglandin yang dihasilkan pirogen-pirogen itu kemudian mensensitisasi reseptor dan
diteruskan oleh resptor sampai hypotalamus yang akan menyebabkan peningkatan derajat
standart panas hypotalamus (Hypotalamic Termostat). Peningkatan derajat standart panas
hypotalamus inilah yang akan memicu sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulation) untuk
meningkatkan suhu, maka terjadilah demam.
Pada saat kita demam, sebenarnya tubuh juga mengeluarkan zat-zat tertentu untuk membantu
menurunkan demam. Misalnya arginine vasopressin (AVP), melanocyte-stimulating hormone
(MSH), dan corticotropin-releasing factor. Efek anti demam ini yang menyebabkan terjadinya
fluktuasi suhu tubuh selama kondisi demam. Untuk pengatasan demam, penggunaan obat-obatan
penurun panas harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Beberapa prosedur menganjurkan
menggunakan obat hanya pada saat demam mencapai suhu yang sangat tinggi ataupun
memberikan efek samping yang berbahaya, seperti kerusakan sel-sel saraf atau kejang. Jadi tidak
selalu proses demam membutuhkan pengobatan dengan obat-obatan, namun bisa juga dengan
hanya melakukan kompres terhadap pasien. Kompres dengan menggunakan air hangat jauh lebih
efektif dalam menurunkan panas dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin ataupun
alkohol. Anak-anak lebih rentan terhadap terjadinya demam, karena respon tubuh terhadap
terjadinya infeksi masih belum sempurna. Dengan adanya infeksi ringan saja, respon tubuh anak
akan menimbulkan demam yang cukup tinggi. Lain halnya dengan orang yang sudah lanjut usia,
respon tubuh terhadap terjadinya infeksi sudah menurun, oleh sebab itu, kemungkinan untuk
menderita sakit maupun kematian akibat penyakit infeksi menjadi meningkat pada orang tua.
Prinsip kerja obat penurun panas umumnya yaitu dengan menghambat biosintesis atau
pembentukan prostaglandin. Contoh obatnya adalah Parasetamol, Aspirin, dll.



7.mengapa demam bermanfaat?
Pusat pengaturan suhu manusia (termoregulator) terletak di bagian otak yang bernama
hipotalamus dan batang otak. Termoregulator ini berfungsi untuk mengatur produksi, konservasi,
dan pengeluaran panas tubuh yang pada akhirnya akan menjaga kestabilan suhu inti tubuh.
Selama proses demam, suhu inti tubuh menjadi naik, akibatnya termoregulator akan beradaptasi
dengan cara membentuk setting point (titik pengaturan) tersendiri yang lebih tinggi dari suhu
normal. Dengan kata lain demam itu bertujuan untuk menjaga agar proses termoregulasi tubuh
tetap berjalan normal.
8.Gejala-gejala demam
Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat di atas rentang normal yaitu
98,6
o
F (37
o
C). Bergantung pada penyebabnya, demam biasanya disertai dengan gejala-gejala
seperti berikut:
Berkeringat
Gemetaran
Sakit kepala
Nyeri otot
Kehilangan nafsu makan
Dehidrasi
Jika demam tinggi antara 103
o
F (39,4
o
C) dan 106
o
F (41,1
o
C) dapat menimbulkan gejala:
Halusinasi
Kebingungan
Sifat lekas marah
Kejang
Dehidrasi

Você também pode gostar