Você está na página 1de 33

DIARE AKUT

PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis,
masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan
penyebab kunjungan puskesmas/balai pengobatan, hampir selalu termasuk
dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya
adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare antara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita
diare sekitar 60 juta kejadian setap tahunnya, sebagian besar (70 – 80%) dari
penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian).
Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare.
Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50 – 60% diantaranya dapat meninggal.
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 – 2 juta
penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan
pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang
berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey
rumah tangga (LKRN 1972) diantara 8 penyakit utama, ternyata prosentase
penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56%
untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.

BATASAN
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi labih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair) dengan /tanpa darah dan/atau lendir.
- Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat
- Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut

Diare kronik sering juga dibagi-bagi lagi jadi :


a. Diare persisten : diare yang disebabkan oleh infeksi
b. Protracted diare : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan
tinja cair dan frekuensi 4 x atau lebih per hari
c. Diare intraktabel : diare yang timbul berulang kali dalam waktu yang
singkat (misalnya 1 – 3 bulan)
d. Prolonged diare : diare yang berlangsung lebih dari 7 hari
e. Chromic non specific diarrhea : diare yang berlangsung lebih dari 3
minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-
tanda infeksi maupun malabssorpsi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat
mempermudahatau mempercepat terjadinya diare.
Ditinjau dari sudut patofisiologi kehilangan cairan tubuh penyebab
diare akut dapat dibagi dalam :
1. Diare sekresi (secretary diarrhea) disebabkan oleh :
a. Hifeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-
bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, sudah basi, dll), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya
c. Defisiensi imun terutama SigA (secretoru Immunoglobulin A)
yang mengakibatkan terjadinya bakteri/jamur tumbuh berlipat ganda
(overgrowth)
2. Diare osmotik (osmotik diarrhea), disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan
b. KKP (kekurangan kalori protein)
c. BBLR dan bayi baru lahir

Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

Keadaan Hygiene Sosial Penderita Meninggal


Gizi & Sanitasi Budaya Diare

Kuman/
penyebab MASYARAKAT Kanker
penyakit diare

Kepadatan Sosial Lain-lain


penduduk Ekonomi faktor

MEKANISME DAYA TAHAN TUBUH


Infeksi virus atau bakteri tidak selamanya akan menyebabkan
terjadinya diare karena tubuh mempunyai mekanisme daya tahan tubuh.
Usus adalah organ utama yang berfungsi sebagai front terdepan terhadap
invasi dari berbagai bahan yang berbahaya yang masuk ke dalam lumen
usus. Bahan-bahan ini antara lain mikroorganisme daya tahan tubuh dan
masuk ke dalam sirkulasi sistemis, terjadilah bermacam-macam reaksi
seperti infeksi, alergi atau keadaan autoimunitas.

Daya tahan tubuh (host defence mechanism) :


I. Non imunologis
a. Flora usus
b. Sekresis usus
c. HCl lambung
d. Gerak peristaltik
e. Filtrasi hepar
f. Bahan-bahan antibakteriil
• Lisosim
• Garam-garam empedu
• Natural antibodi
II. Pertahanan imunologik lokal
a. Secretori IgA
b. Cell mediated immunity
c. Lain-lain imunoglobulin

I. Daya pertahanan tubuh non imunologik


a. Flora usus
Bakteri yang terdapat dalam usus normal (flora usus normal), dapat
mencegah pertumbuhan yang berlebihan dari kuman patogen yang
secara potensial dapat menyebabkan penyakit.
Sejak lahir usus sudah dihuni oleh bermacam-macam
mikroorganisme yang merupakan flora usus normal. Penggunaan
antibiotika dalam jangka panjang dapat menganggu keseimbangan
flora usus, menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari
kuman-kuman non patogen yang mungkin juga telah ressten
terhadap antibiotika.
Pertumbuhan kuman-kuman patogen dalam usus akan dihambar
karena adanya persaingan dengan flora usus normal
Hal ini terjadi karena adanya kompetisi terhadap substrat yang
mempengaruhi pertumbuhan kuman yang optimal (pH menurun,
daya oksidasi-reduksi menurun dsb) atau karena terbentuknya zat
anti bakteri terhadap kuman patogen yang disebut Colicines
b. Sekresi usus
Mucin (glikoprotein dalam usus) dari kelenjar ludah penting untuk
mencegah pelekatan kuman-kuman streptokokus, staflokokus dan
laktobasilus pada mukosa mulut sehingga pertumbuhan kuman
tersebut dapat dihambat dan dengan sendirinya mengurangi
jumlah mikroorganisme yang masuk ke dalam lambung.
Mucin serupa terdapat pula dalam mukus yang dikeluarkan opleh
sel epitel usus atau disekresi oleh usus secara kompetitif
mencegah melekatnya dan berkembangbiaknya mikroorganisme
pada epitel usus. Selain itu mucin juga dapat mencegah penetrasi
zat-zat toksis seperti alergen, enterotoksin dan lain-lain.
c. Pertahanan lambung
Asam lambung dan pepsin mempunyai peranan penting sebagai
penahan masuknya mikroorganisme, toksin dan antigen ke dalam
usus
d. Gerak peristaltik
Gerak peristaltik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
usaha mencegah perkembangbiakan bakteri dalam usus, dan juga
ikut mempercepat pengeluaran bakteri bersama tinja. Hal in terlihat
bila karena sesuatu sebab gerak peristaltik terganggu (operasi,
penyakit, kelainan bawaan dan sebaganya), sehingga
menimbulkan stagnasi isi usus
e. Filtrasi hepar
Hepar, teurtama sel Kupfer dapat bertindak sebagai filtrasi
terhadap bahan-bahan yang berbahaya yang diabsorpsi oleh usus
dan mencegah bahan-bahan yang berbahaya tadi masuk ke dalam
sirkulasi sistemik
f. Lain-lain
- Lisosim, mempunyai daya bakteriostatik
- Garam-garam empedu membantu mencegah
perkembangbiakan kuman
- Natural antibodi : menghambat perkembangbiakan
beberapa bakteri patogen, tetapi tidak menganggu
pertumbuhan flora usus normal. Natural antibodies ini mungkin
merupakan hasil dari reaksi cross immunity terhadap antigen
yang sama yang terdapat pula pada beberapa mikroorganisme

II. Pertahanan imunologik lokal


Saluran pencernaan dilengkapi dengan sistem imunologik
terhadap penetrasi antigen ke dalam epitel usus. Limfosit dan sel
plasma terdapat dalam jumlah yang berlebihan dalam usus, baik
sebagai bagian dari Plaque peyeri di ileum dan appendix, maupun
tersebar secara difus di dalam lamiina propria usus kecil dan usus
besar. Reaksi imunologik lokal ini tidak tergantung dari sistem
imunologik sistemik. Reaksi ini terjadi karena rangsangan antigen dari
permukaan epitel usus
Yang termasuk dalam pertahanan imunologik lokal adalah :
a. Secretory immunoglobulin A (SigA)
IgA diketahui terbanyak terdapat pada sekresi eksternal sedangkan
IgG dalam cairan tubuh internal. Struktur SIgA berlainan dengan
antibodi yang terdapat dalam serum, berbentuk dimer dari IgA yang
diikat oleh rantai polipeptida. Dimer IgA ini dibuat dalam sel plasma
yang terdapat di bawah permukaan epitel usus yang kemudian
akan diikat lagi oleh suatu glikoprotein yang dinamakan secretory
componen (SC)
Dengan ikatan yang terakhir SigA ini yang sesungguhnya belum
jelas, walaupun ada yang menyatakan bahwa SigA yang terdapat
dalam lapisan mukosa usus halus dapat mencegah melekatnya
mikroorganisme dan antigen pada epitel usus sehingga bakteri
tidak dapat berkembangbiak.
Sejumlah SIgA terdapat pula dalam kolostrum. Hal ini sangat
penting sebagai proteksi terhadap usus bayi ynag baru lahir.
b. Cell Mediated Immunity (CMI)
Peranan limfosit dalam CMI terletak pada plaque peyeri di ileum.
Walaupun demikian peranan CMI dalam proteksi usus masih
dalam taraf penelitian.
c. Lain-lain Immunoglobulin
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak
dalam lumen usus. Hanya bila mukosa usus mengalami
peradangan IgG bersama-sama dengan sel plasma terdapat dalam
jumlah cukup banyak dalam usus dan merupakan proteksi
temporer terhadap kerusakan usus lebih lanjut.
IgM dapat menggantikan fungsi IgA bila karena sesuatu sebab
terjadi defisiensi IgA. IgE tidak jelas peranannya dalam proteksi
usus

PATOGENESIS
Sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi
atas :
a. Diare akut
Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat
digambarkan sebagai berikut :
- Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
- Berkembangnya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati
asam lambung
- Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme
- Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya
hiper-peristaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya
diare
b. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang
satu sama lain saling mempengaruhi
Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Infeksi bakteri
Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah resisten
terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan
bakteri berlipatganda (overgrowth) dari bakteri non patogen, seperti
Pseudomonas, Klebsiella dan sebagainya.
- Infeksi parasit: terutama E. Histolytica. Giardia Lamblia. Trichiuris
Trichiura, Candida dan sebagainya
- KKP (kekurangan kalori protein)
Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi
mukosa usus halus mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya
terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut
(laktase, maltase, sukrase, HCl, tripsin, pankreatin, lipase dan
sebagainya) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan
diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorbsi tersebut
akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus
meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga
akan menyebabkan overgrowth bakteri yang akan menambah
beratnya malabsorbsi dan infeksi.
- Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanan tubuh
Defisiensi dari SIgA dan Cmi akan menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri,
virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang
biak dengan leluasa sehingga terjadi overgrowth dengan akibat lebih
lanjut berupa diare kronik dan malabsorbsi makanan.

PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik
asidosis)
Metabolik asidosis ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler
Secara klnis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut
pernafasan Kuszmaull. Menurut penelitian Sutoto (1974), kehilangan
komponen basa ini (base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai
17,7 mEq/L

Pernafasan Kuszmaull
Pernafasan Kuszmaull ini merupakan homeostatis respiratorik, adalah
usaha tubuh untuk mempertahankan pH darah
Mekanisme terjadinya pernafasan Luszmaull ini dapat diterangkan
dengan Ekwasi Henderson-Hasselbach.
HCO 3
pH = pK +
H 2 CO 3

Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstant, yaitu 6.1. Hal ini
berarti pH tergantung pada ratio Bikarbonas dan karbonat, tidak
tergantung dari konsentrasi mutlak bikarbonat dan karbonat.
Dalam keadaan normal, NaHCO3 = 27 mEq/L (= 60 vol%) dan
kadar H2CO3 = 1.35 mEq/L (= 3 vol%). Selama ratio 20 : 1 ini konstant
maka pH pun akan tetap 7.4.
Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonatpun harus turun
pula supaya ratio bikarbonat : karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2
dan kelebihan CO2 akan dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan
dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang
terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderia
KKP
Hal in terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (Walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak
Gejala : lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,
kejang sampai koma
Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang
tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai kejang atau
penderita dipuasakan dalamw aktu yang lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah hebat. Orangtua sering hanya
memberikan air teh saja (teh diit)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorbsi dengan
baik dengan adanya hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat
mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.

PENATALAKSANAAN
Untuk dapat memberikan pengobatan sebaik-baiknya kepada penderita
diare, perlu dikerjakan hal-hal dibawah ini secara sistimatis
1. Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat
perjalanan penyakit antara lain :
- Lamanya sakit diare (sudah berapa jam, hari?)
- Frekuensinya (berapa kali sehari?)
- Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap defekasi?)
- Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti air cucian nasi,
dan sebagainya)
- Baunya (amis, asam, busuk)
- Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dan
sebagainya)
- Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang sebelum, selama dan
setelah diare
- Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman yang diberikan
sebelum, selama dan setelah diare)
- Penderita diare sekitar rumah
- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

2. Manifestasi Klinik
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama
menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala
dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering
DERAJAT DEHIDRASI
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan
- Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5%
- Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10%
- Dehidrasi berat : bila terjadi penurunan berat badan > 10%

b. Skor Maurice King


Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengang, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut Kuat > 120 Sedang (120-140) Lebih dari 140
nadi/menit
Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dicubit” selama
30 – 60 detik, kemudian dilepas
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
• 2 – 5 detik : turgor agak kurang dehidrasi ringan)
• 5 – 10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
• > 10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat
ditentukan derajat dehidrasi :
• Skor 0 – 2 : dehidrasi ringan
• Skor 3 – 6 : dehidrasi sedang
• Skor > 7 : dehidrasi berat
c. Berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung DEHIDRASI
• Tidak bisa minum atau malas
minum
• Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :
• Gelisah, rewel/marah
• Mata cekung DEHIDRASI

• Haus, minum dengan lahap RINGAN/SEDANG

• Cubitan kulit perut kembalinya


lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan TANPA
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang DEHIDRASI
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131 –
150 mEq/L
2. Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na < 131 mEq/L
3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na > 150 mEq/L
Akibat (efek) dehidrasi
Kehilangan cairan tubuh Kehilangan elektrolit tubuh
(Volume deficit) (“Electro deficit*)
1. Kehilangan turgor 1. Defisiensi
kulit bikarbonas/asidosis
2. Denyut nadi lemah 1.1. Muntah-muntah
atau tidak ada 1.2. Pernafasan cepat dan
3. Takikardia dalam
4. Mata cekung 1.3. Cardiac reserve menurun
5. Ubun-ubun besar 1.4. Defisiensi K intrasel
cekung 2. Defisiensi K
6. Suara parau 2.1. Kelemahan otot-otot
7. Kulit dingin 2.2. Ileus paralitik (distensi
8. Sianosis (jari) abdomen)
9. Selaput lendir 2.3. Cardiac arrhytmia arrest
kering 3. Hipoglikemia (lebih sering
pada anak kurang gizi dan

Pengobatan

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang
tepat pula. Dalam praktek sehari-hari pemeriksaan laboratorium lengkap
hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5 – 7 hari.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :
3.1 Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik dan mikroskopik
b. Biakan kuman
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d. pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
3.2 Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap
b. Pemeriksaan elektrolit pH dan cadangan alkali (jika
dengan pemberian RL i.v masih terdapat asidosis)
c. Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal
ginjal)
3.3 Intubasi duodenal : pada diare kronik untuk mencari kuman
penyebab

4. Pengobatan
Sampai awal tahun 1970-an pengobatan medis terhadap dehidrasi
yang disebabkan oleh diare adalah :
• Penggantian cairan secara intravena
• Mengistirahatkan usus paling sedikit selama 24 jam
• Pemberian makanan secara bertahap, dimulai dengan
makanan cair yang encer atau susu diencerkan sampai 1/5. Baru pada
hari ke 3 atau ke 5 penderita mendapat makanan seperti biasanya
Resep antibiotika dan antidiare hampir selalu menyertai cara
pengobatan diatas. Pada waktu itu, obat merupakan satu-satunya
harapan para dokter dalam paya mengobati diare, baik diare tanpa
dehidrasi, maupun diare dengan dehidrasi.
Saat ini organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan empat
hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare
akut, yaitu :
a. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk
mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi
b. Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada masa
penyembuhan diteruskan
c. Tidak menggunakan obat antidiare
Antibiotika hanya diberkan pada kasus kolera dan disentri yang
disebabkan oleh Shigella, sedangkan metronidazole diberikan pada
kasus giardiasis dan amebiasis
d. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang :
- Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama
tentang bagaimana membuat oralit dan cara memberikannya
- Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat dan mendapat pengawasan
medik yang lebih baik
- Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.

4.1. Pengobatan cairan


Sesuai dengan rekomendasi WHO, penatalaksanaan pemberian
cairan pada penderita diare

PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI DAN RENCANA PENGOBATAN


Kolom A Kolom B Kolom C Kolom D
1. Anamn
esis < 4 x sehari 4-10 x sehari > 10 x sehari Lebih dari 3
Frekuensi Tidak ada atau Kadang-kadang Sering sekali minggu (diare
Muntah sedikit Sangat haus kronik)
Tidak ada Haus atau tidak bisa
Haus minum
Normal Sedikit, pekat Tidak kencing
Kencing selama 6 jam
2. Inspeks
i Baik Jelek, Tidak sadar
KU mengantuk, atau atau gelisah
gelisah
Ada Tidka ada Tidak ada
Air mata Normal Cekung Sangat cekung
Mata dan kering
Basah Kering Sangat kering
Mulut& lidah Normal Lebih cepat Sangat cepat,
Nafas dan dalam
3. Palpasi
kulit
Turgor Cepat kembali Kembali pelan Sangat pelan
Nadi Normal Normal/cepat Sangat cepat,
lemah sampai
tak teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
4. Suhu Panas tinggi
badan > 38,5oC
5. Berat Kehilangan Kehilangan Kehilangan
badan < 2,5% 2,5 - 10% > 10%
6. Kesimp Dehidrasi (-) 2 tanda atau 2 tanda atau Tinjau
ulan lebih dehidrasi lebih dehidrasi darah/lendir +
ringan/sedang berat panas
Rencana A Rencana B Rencana C Antibiotika

4.2. Pengobatan diitetik


Memuasakan penderita diare (hanya memberi air teh) sudah tidak
dilakukan lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadi
hipoglikemia dan/atau K.K.P. Sebagai pegangan dalam
melaksanakan pengobatan diitetik, dipakai singkatan O – B – E – S
– E, sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding
Stmultaneuosly with Education.
Cara pemberian makanan
- Pada bayi dengan ASI
*ASI dilanjutkan bersama-sama dengan oralit, selang-seling
Pada bayi berumur > 4 bulan (sudah mendapat buah-buahan,
makanan tambahan I dan II) dilanjutkan dengan fase readaptasi,
sedikit demi sedikit makanan diberikan kembali seperti sebelum
sakit
- Pada bayi dengan susu formula
Diberikan oralit, selang-seling dengan susu formula
Jika bayi telah mendapat makanan tambahan (umur > 4 bulan)
makanan tambahan untuk sementara dihentikan, diberikan
sedikit mulai hari ke 3
- Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun
* Dengan gizi helek (berat badan < 7 kg), realimentasi sama
dengan bayi
* Dengan gizi baik, realimentasi diberikan sebagai berikut :
Hari 1 : Oralit + bubur tanpa sayur + pisang
Hari 2 : Bubur dengan sayur
Hari 3 : Makanan biasa

4.3. Pengobatan kausal


Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita
mengetahui penyebab yang pasti
Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotika
sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, antibiotika baru boleh
diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri
patogen.
Di Indonesia diperkirakan kasus diare disebabkan oleh infeksi
(termasuk virus) kira-kira 50 – 70%
Karena menemukan bakteri pada pemeriksaan mikroskopik
umumnya sulit, maka dipakai pegangan : bila ada pemeriksaan tinja
ditemukan leukosit 10-20/LP (dengan menggunakan pembesaran
200 x), maka penyebab diare tersebut dapat dianggap infeksi
enteral. Juga antiotika dapat dipertimbangkan diberikan dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas, pada penderita diare
antibiotika hanya boleh diberikan kalau :
- Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik
dan/atau biakan
- Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik
ditemukan darah pada tinja
- Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya
infeksi parenteral
- Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)
- Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial

4.4. Pengobatan simptomatis


4.4.1. Obat antidiare
Obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, extraktum
beladonna, loperamid, kodein dan sebagainya) justru akan
memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya
cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya bakteri
berlipat ganda (overgrowth), gangguan digesti dan absorpsi
Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik,
akibatnya diare tampaknya ada perbaikan, tetapi perut akan
bertambah gembung dan dehidrasi bertambah berat yang dapat
berakibat fatal untuk penderita.
4.4.2. Adsorbent
Obat adsorbent seperti kaolin, pectin, arang aktif (charcoal), bismuth
subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya
4.4.3. Stimulans
Obat stimulans seperti adrenalin, niketamid dan sebagainya., tidak
memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini
adalah kehilangan cairan (hipovolemik syok) sehingga pengobatan
yang paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya
4.4.4. Antiemetik
Obat antiemetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain
mencegah muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan
bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1
mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juag perlu diingat
efek samping dari obat ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga
intake cairan berkurang
4.4.5. Antipiretika
Obat antipiretika seperti preparat salisilat (asetosal, aspirinR) dalam
dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk
menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena
infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja

KOMPLIKASI
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
1. Hipernatremia 7. Ileus parlaitikus
2. Hiponatremia 8. Kejang
3. demam 9. intoleransi laktosa
4. Edema/overhidrasi 10. Malabsorpsi glukosa
5. Asidosis 11. Muntah
6. Hipokalemia 12. gagal ginjal

1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi
berumur < 6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah
dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan yang diminum
mengandung terlalu banyak Na. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah
diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan

2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
Pengobatan : beri oralit dalam jumlah yang cukup

Gejala-gejala dehidrasi
Isotonik, hipotonik dan hipertonik
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit/selaput Basah Kering Kering sekali
lendir Irritabel, apatis
Gejala SSP Apatis Koma hiperrefleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada
umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi.
Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan
menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam
Pengobatan : kompres dan/atau antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi

4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak
Tanda/gejala : edema kelopak mata, kejang-kejang jika terjadi edema
otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang
diberi larutan Garam Faali.
Pengobatan : pemberian cairan intravena dan/atau oral dihentikan
Kortikosteroid (jika ada kejang )

5. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya
basa cairan pernafasan yang dalam dan cepat (Kuszmaull)
Pemberianoralit yang cukup mengandung bikarbonas atau sitras dapat
memperbaiki asidosis

6. Hipokalemia (serum K < 3.0 mMol/L)


Jika penggantian K selama dehidrasi tidak cukup, akan terjadi kekurangan
K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal,
dan aritmia jantung. Kekurangan K dapat diperbaiki dengan pemberian
oralit (mengandung 20 mMol/K/L) dan dengan meneruskan pemberian
makanan yang banyak mengandung K selama dan sesudah diare.
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas
Tanda/gejala : perut gembung, muntah, peristaltik usus berkurang atau
tidak ada
Pengobatan : cairan per oral dihentikan, beri caiaran parenteral yang
mengandung banyak K

7. Kejang
a. Hipoglikemia : terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma
tersebut disebabkan oleh hipoglikemia, dengan pemberian glukosa
intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali
b. Kejang demam
c.Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada
hubungannya dengan diare

8. Malabsorpsi dan intoleransi laktosa


Pada penderita malabsorpsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan :
- Volume tinja bertambah
- Berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
- Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
Tindakan :
a. Mencampur susu dalam makanan lain untuk menurunkan kadar
laktosa dan menghindrasi efek “bolus”
b. Mengencerkan susu jadi ½ - 1/3 selama 24 – 48 jam. Untuk
mengatasi kekurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient
lain seperti makanan padat perlu diberikan
c.Pemberian ‘yoghurt’ atau susu yang telah mengalami fermentasi
untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri
usus
d. Berikan suus formula yang tidak mengandung/rendah laktosa,
atau ganti dengan susu kedelai

9. Malabsorpsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk
Tindakan : pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena

10. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena
infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang
berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat
Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap
2-3 menit). Antiemetik sebaiknya tidak diberikan karena sering
menyebabkan penurunan kesadaran

11. Gagal ginjal akut (GGA)


Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urine belum terjadi dalam
waktu 12 jam setelah hidrasi cukup
Tindakan: sama dengan GGA yang disebabkan oleh penyakit lain.
PENCEGAHAN
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif adalah :
1. Pemberian ASI
2. Memperbaiki makanan sapihan
3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak
4. Mencucui tangan
5. Menggunakan jamban keluarga
6. Cara membuang tinja yang baik dan benar
7. Pemberian imunisasi campak

Hubungan imunisasi campak dengan diare


Pada balita, 1 – 7% kejadian diare berhubungan dengan campak,
dan diare yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama
(susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada
epitel usus
Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45 – 90% bayi berumur 9 –
11 bulan dapat mencegah 40 – 60% kasus campak, 0,6 – 3,8% kejadian
diare dan 6 – 25 % kematian karena diare pada balita.
ALGORITME PENGOBATAN DIARE

RENCANA PENGOBATAN A
PENCEGAHAN DEHIDRASI

Jelaskan kepada ibu bagaimana mengobati diare di rumah


Lima tindakan yang harus dilakukan jika anak menderita diare adalah :
1. Berikan kepada anak anda cairan lebih banyak dari biasanya
untuk mencegah dehidrasi :
Cairan yang dapat diberikan di rumah adalah :
- Larutan garam-gula, air terjun, air sayur bayam dll
- ASI dan susu formula harus terus diberikan
2. Lanjutkan pemberian makanan
- Berikan makanan yang baru disiapkan. Makanan yang dianjurkan adalah
bubur dengan daging atau ikan. Tambahkan beberapa tetes minyak
- Berikan pisang atau sari buah segar untuk menambah kalium
- Berikan makanan setiap 3 – 4 jam (6 x sehari). Pada anak yang masih
kecil, berikan makanan lebih sering dengan porsi lebih sedikit
- Bujuk supaya anak makan sebanyak mungkin
- Masak dan hancurkan atau cincang makanan dengan baik agar mudah
dicerna
- Setelah diare berhenti, beri tambahan 1 porsi makanan selama
seminggu atau sampai berat badan sebelum sakit tercapai kembali
3. Bawa anak anda ke petugas kesehatan bila :
- Buang air besar beberapa kali ketiga tanda ini menunjukkan
- Sangat haus anak menderita dehidrasi berat
- Mata menjadi cekung/kering
- Demam
- Tidak mau makan atau minum seperti biasa
- Kelihatan tidak bertambah baik
- Pada tinja terdapa darah
4. Perlihatkan kepada ibu bagaimana cara mencampur dan
memberikan oralit
Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan
• Umur < 2 tahun : 50 – 100 ml (1/4 – ½ gelas) setiap bab
• Umur 2 – 5 tahun : 100 – 200 ml (1/2 – 1 gelas) setiap
bab
• Anak-anak yang lebih besar : minum sebanyak mungkin
Bila anak muntah, tunggu 10 menit kemudian pemberian oralit diteruskan
tetapi lebih lambat : 1 sendok makan setiap 2 – 3 menit
Berikan kepada ibu oralit untuk 2 hari
5. Jelaskan kepada ibu 7 intervensi yang efektif untuk mencegah
diare
RENCANA PENGOBATAN B
Pengobatan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit

1. Pakailah tabel ini sebagai patokan untuk menentukan


banyaknya oralit yang harus diminum oleh pendeirta diare dengan
dehidrasi ringan/sedang pada 4 – 6 jam pertama
• Pergunakan umur penderita, jika berta badan tidak diketahui
• Jika penderita ingin minum oralit lebih banyak, berikanlah
• Tetapi jika kelopak mata membengkak, pemberian oralit harus
dihentikan
• Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian pemberian oralit
dilanjutkan sedikit-sedikit (1 sendok makan setiap 2 – 3 menit)
2. Jika ibu tinggal di puskesmas
• Beritahu berapa banyak oralit yang harus diminum
• Tunjukkan bagaimana cara menyiapkan dan memberikannya
• Awasi ibu sewaktu memberikan oralit kepada anaknya
3. Setelah 4 – 6 jam, nilailah kembali keadaan penderita,
kemudiah pilihlah rencana pengobatan selanjutnya
Catatan : Untuk bayi berumur < 1 tahun, setelah 4 – 6 jam
lanjutkan dengan ASI atau susu formula selang-seling
dengan pemberian oralit
4. Jika ibu tidak dapat tinggal di Puskesmas sebelum rencana
pengobatan B selesai :
• Usahakan agar ibu menyelesaikan terlebih dahulu rencana
pengobatan B selama 4 – 6 jam, sesuai dengan butir I
• Setelah rencana B selesai, di rumah ibu haru smemberikan larutan
oralit ad libitum
• Beri petunjuk caranya menemukan tanda-tanda dehidrasi
Jika terdapat tanda-tanda tersebut, ibu harus membawa kembali anaknya
ke Puskesmas pada pagi hari berikutnya
Berilah oralit cukup untuk 2 hari, dan berikanlah petunjuk cara
menyiapkan dan memberikannya
5. Terangkan dengan jelas 7 intervensi yang efektif untuk
mencegah diare
RENCANA PENGOBATAN C
Pengobatan Dehidrasi Berat

Mulai dari sini

Apakah anda dapat Ya 1. Berikan cairan intravena


memberikan cairan 2. Setelah 1-3 jam periksa
intravena? kembali dan pilih rencana
pengobatan yang cocok

Tidak

Apakah penderita 1. Mulai berikan larutan


Ya
dapat minum? oralit sesuai dengan rencana B
2. Rujuklah untuk
mendapatkan pengobatan
intravena
Tidak 20-25% cairan tersebut harus
diberikan pada 1 jam pertama

1. Mulailah rehidrasi
Apakah Anda terlatih Ya dengan mempergunakan
memasang sonde sonde lambung
lambung? 2. Jika pengobatan
intravena dapat dilakukan
dekat Anda bertugas rujuklah
Tidak

Dosis pemberian cairan per


Segera dirujuk untuk sonde lambung :
pengobatan intravena 20 ml/kgBB/jam

Dosis pemberian cairan


intravena:
1 jam pertama : 30 ml/kgBB
2 jam berikutnya : 40 ml/kgBB
PETUNJUK PENGOBATAN REHIDRASI INTRAVENA
PADA PENDERITA DEHIDRASI BERAT

Kelompok umur Jenis cairan/cara Jumlah cairan Waktu pemberian


pemberian per kg.bb
Bayi < 12 bulan RL intravena 30 ml 1 jam
Dilanjutkan dengan
RL intravena 40 ml 2 jam berikutnya
Dilanjutkan dengan (bila sudah memungkinkan)
Oralit per oral 40 ml 3 jam berikutnya
atau per sonde
Anak lebih besar RL intravena 100 ml 3 jam
(pasien dengan renjatan
berikan secepat mungkin
sampai nadi teraba
cukup kuat
PENGGUNAAN ANTIMIKROBIAL PADA KASUS DIARE AKUT TERTENTU
Diagnosis linik Obat pilihan (1) Pilihan lain (2)
terangka kolera (2,3) Tetrasiklin (4) Furazolidone
Anak-anak > 7 tahun Anak-anak :
- 50 mg/kgBB/hari - 5 mg/kgBB/hari,
dibagi 4 dosis 2 hari dibagi 4 dosis 3 hari
Dewasa : Dewasa :
- 4 x 500 mg, 2 hari - 4 x 100 mg/hari, 3
hari

Trimethoprim (TMP) –
sulafamethoxazole (SMX)
- Semua umur
TMP : 8 mg/kgBB/hari
SMX : 40 mg/kgBB/hari
Dibagi dalam 2 dosis,
3 hari
Shigella disentri Trimethoprim (TMP)
(2,5) Sulafamethoxazole (SMX) Nalidixic acid
- Anak-anak : - Anak-anak :
TMP : 10 mg/kg.bb/hari 55 mg/kg.bb/hari dibagi
SMX : 50 mg/kg.bb/hari 4 dosis 5 hari
Dibagi 2 dosis, 5 hari - Dewasa :
- Dewasa 1 gram 3 x/hari, 5 hari
TMP : 160 mg
SMX : 800 mg
Dibagi 2 dosis, 5 hari
Ampisilin
- Anak-anak : 50
mg/kg.bb/hari, dibagi 4
dosis. 5 hari
- Dewasa :
1 gram, 4x/hari. 5 hari

Amubiasis usus akut Metronidazole (3)


- Anak-anak Pada kasus yang berat
30 mg/kg.bb/hari, 5-10 Dehidroemetine 1-1,5
hari mg/kgbb/hari, injeksi i.m
- Dewasa dalam (maksimum 90 mg)
750 mg, 3 x/hari, 5-10 - Diberikan sampai 5
hari hari, terganeaksi (untuk
semua umur)
Giardiasis akut Metronidazole (5)
- Anak-anak : Quinacrine
15 mg/kg.bb/hari - Anak-anak :
- Dewasa 7 mg/kg.bb/hari, 5 hari
250 mg, 3x sehari, 5 - Dewasa :
hari 100 mg, 3 x sehari/5 hari

Você também pode gostar