Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis,
masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan
penyebab kunjungan puskesmas/balai pengobatan, hampir selalu termasuk
dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya
adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare antara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita
diare sekitar 60 juta kejadian setap tahunnya, sebagian besar (70 – 80%) dari
penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian).
Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare.
Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50 – 60% diantaranya dapat meninggal.
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 – 2 juta
penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan
pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang
berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey
rumah tangga (LKRN 1972) diantara 8 penyakit utama, ternyata prosentase
penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56%
untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.
BATASAN
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi labih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair) dengan /tanpa darah dan/atau lendir.
- Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat
- Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut
Kuman/
penyebab MASYARAKAT Kanker
penyakit diare
PATOGENESIS
Sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi
atas :
a. Diare akut
Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat
digambarkan sebagai berikut :
- Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
- Berkembangnya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati
asam lambung
- Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme
- Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya
hiper-peristaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya
diare
b. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang
satu sama lain saling mempengaruhi
Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Infeksi bakteri
Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah resisten
terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan
bakteri berlipatganda (overgrowth) dari bakteri non patogen, seperti
Pseudomonas, Klebsiella dan sebagainya.
- Infeksi parasit: terutama E. Histolytica. Giardia Lamblia. Trichiuris
Trichiura, Candida dan sebagainya
- KKP (kekurangan kalori protein)
Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi
mukosa usus halus mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya
terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut
(laktase, maltase, sukrase, HCl, tripsin, pankreatin, lipase dan
sebagainya) yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan
diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorbsi tersebut
akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus
meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga
akan menyebabkan overgrowth bakteri yang akan menambah
beratnya malabsorbsi dan infeksi.
- Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanan tubuh
Defisiensi dari SIgA dan Cmi akan menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri,
virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam usus dan berkembang
biak dengan leluasa sehingga terjadi overgrowth dengan akibat lebih
lanjut berupa diare kronik dan malabsorbsi makanan.
PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik
asidosis)
Metabolik asidosis ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler
Secara klnis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut
pernafasan Kuszmaull. Menurut penelitian Sutoto (1974), kehilangan
komponen basa ini (base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai
17,7 mEq/L
Pernafasan Kuszmaull
Pernafasan Kuszmaull ini merupakan homeostatis respiratorik, adalah
usaha tubuh untuk mempertahankan pH darah
Mekanisme terjadinya pernafasan Luszmaull ini dapat diterangkan
dengan Ekwasi Henderson-Hasselbach.
HCO 3
pH = pK +
H 2 CO 3
Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstant, yaitu 6.1. Hal ini
berarti pH tergantung pada ratio Bikarbonas dan karbonat, tidak
tergantung dari konsentrasi mutlak bikarbonat dan karbonat.
Dalam keadaan normal, NaHCO3 = 27 mEq/L (= 60 vol%) dan
kadar H2CO3 = 1.35 mEq/L (= 3 vol%). Selama ratio 20 : 1 ini konstant
maka pH pun akan tetap 7.4.
Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonatpun harus turun
pula supaya ratio bikarbonat : karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2
dan kelebihan CO2 akan dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan
dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang
terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderia
KKP
Hal in terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (Walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak
Gejala : lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,
kejang sampai koma
Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang
tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai kejang atau
penderita dipuasakan dalamw aktu yang lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah hebat. Orangtua sering hanya
memberikan air teh saja (teh diit)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorbsi dengan
baik dengan adanya hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat
mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
PENATALAKSANAAN
Untuk dapat memberikan pengobatan sebaik-baiknya kepada penderita
diare, perlu dikerjakan hal-hal dibawah ini secara sistimatis
1. Anamnesis
Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan mengenai riwayat
perjalanan penyakit antara lain :
- Lamanya sakit diare (sudah berapa jam, hari?)
- Frekuensinya (berapa kali sehari?)
- Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap defekasi?)
- Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti air cucian nasi,
dan sebagainya)
- Baunya (amis, asam, busuk)
- Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dan
sebagainya)
- Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang sebelum, selama dan
setelah diare
- Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman yang diberikan
sebelum, selama dan setelah diare)
- Penderita diare sekitar rumah
- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)
2. Manifestasi Klinik
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama
menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala
dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering
DERAJAT DEHIDRASI
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan
- Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 2 ½ - 5%
- Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10%
- Dehidrasi berat : bila terjadi penurunan berat badan > 10%
Pengobatan
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosis kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang
tepat pula. Dalam praktek sehari-hari pemeriksaan laboratorium lengkap
hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5 – 7 hari.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :
3.1 Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik dan mikroskopik
b. Biakan kuman
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d. pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
3.2 Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap
b. Pemeriksaan elektrolit pH dan cadangan alkali (jika
dengan pemberian RL i.v masih terdapat asidosis)
c. Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal
ginjal)
3.3 Intubasi duodenal : pada diare kronik untuk mencari kuman
penyebab
4. Pengobatan
Sampai awal tahun 1970-an pengobatan medis terhadap dehidrasi
yang disebabkan oleh diare adalah :
• Penggantian cairan secara intravena
• Mengistirahatkan usus paling sedikit selama 24 jam
• Pemberian makanan secara bertahap, dimulai dengan
makanan cair yang encer atau susu diencerkan sampai 1/5. Baru pada
hari ke 3 atau ke 5 penderita mendapat makanan seperti biasanya
Resep antibiotika dan antidiare hampir selalu menyertai cara
pengobatan diatas. Pada waktu itu, obat merupakan satu-satunya
harapan para dokter dalam paya mengobati diare, baik diare tanpa
dehidrasi, maupun diare dengan dehidrasi.
Saat ini organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan empat
hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita diare
akut, yaitu :
a. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk
mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi
b. Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada masa
penyembuhan diteruskan
c. Tidak menggunakan obat antidiare
Antibiotika hanya diberkan pada kasus kolera dan disentri yang
disebabkan oleh Shigella, sedangkan metronidazole diberikan pada
kasus giardiasis dan amebiasis
d. Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang :
- Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama
tentang bagaimana membuat oralit dan cara memberikannya
- Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat dan mendapat pengawasan
medik yang lebih baik
- Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.
KOMPLIKASI
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
1. Hipernatremia 7. Ileus parlaitikus
2. Hiponatremia 8. Kejang
3. demam 9. intoleransi laktosa
4. Edema/overhidrasi 10. Malabsorpsi glukosa
5. Asidosis 11. Muntah
6. Hipokalemia 12. gagal ginjal
1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi
berumur < 6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah
dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan yang diminum
mengandung terlalu banyak Na. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah
diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan
2. Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
Pengobatan : beri oralit dalam jumlah yang cukup
Gejala-gejala dehidrasi
Isotonik, hipotonik dan hipertonik
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit/selaput Basah Kering Kering sekali
lendir Irritabel, apatis
Gejala SSP Apatis Koma hiperrefleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
3. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada
umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi.
Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan
menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam
Pengobatan : kompres dan/atau antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi
4. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak
Tanda/gejala : edema kelopak mata, kejang-kejang jika terjadi edema
otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang
diberi larutan Garam Faali.
Pengobatan : pemberian cairan intravena dan/atau oral dihentikan
Kortikosteroid (jika ada kejang )
5. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya
basa cairan pernafasan yang dalam dan cepat (Kuszmaull)
Pemberianoralit yang cukup mengandung bikarbonas atau sitras dapat
memperbaiki asidosis
7. Kejang
a. Hipoglikemia : terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma
tersebut disebabkan oleh hipoglikemia, dengan pemberian glukosa
intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali
b. Kejang demam
c.Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada
hubungannya dengan diare
9. Malabsorpsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk
Tindakan : pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena
10. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena
infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang
berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat
Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap
2-3 menit). Antiemetik sebaiknya tidak diberikan karena sering
menyebabkan penurunan kesadaran
RENCANA PENGOBATAN A
PENCEGAHAN DEHIDRASI
Tidak
1. Mulailah rehidrasi
Apakah Anda terlatih Ya dengan mempergunakan
memasang sonde sonde lambung
lambung? 2. Jika pengobatan
intravena dapat dilakukan
dekat Anda bertugas rujuklah
Tidak
Trimethoprim (TMP) –
sulafamethoxazole (SMX)
- Semua umur
TMP : 8 mg/kgBB/hari
SMX : 40 mg/kgBB/hari
Dibagi dalam 2 dosis,
3 hari
Shigella disentri Trimethoprim (TMP)
(2,5) Sulafamethoxazole (SMX) Nalidixic acid
- Anak-anak : - Anak-anak :
TMP : 10 mg/kg.bb/hari 55 mg/kg.bb/hari dibagi
SMX : 50 mg/kg.bb/hari 4 dosis 5 hari
Dibagi 2 dosis, 5 hari - Dewasa :
- Dewasa 1 gram 3 x/hari, 5 hari
TMP : 160 mg
SMX : 800 mg
Dibagi 2 dosis, 5 hari
Ampisilin
- Anak-anak : 50
mg/kg.bb/hari, dibagi 4
dosis. 5 hari
- Dewasa :
1 gram, 4x/hari. 5 hari