Você está na página 1de 46

Awalnya untuk Dongkrak Hatta

TIM MEDIA




Sejak awal Obor Rakyat direncanakan sebagai media politik partisan, dikelola
wartawan-wartawan oportunis, dan disokong pebisnis.
PENERBITAN tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan calon presiden (capres) Joko
Widodo (Jokowi) awalnya untuk menaikkan popularitas Hatta Rajasa saat mantan Menteri
Perekonomian itu masih duduk di kabinet.
Menurut sumber Media Indonesia, tabloid itu sepenuhnya didanai pengusaha minyak
Muhammad Riza Chalid. Tidak hanya membiayai Obor Rakyat, Riza yang di Singapura
dikenal dengan sebutan Gasoline Godfather juga membiayai tim sukses calon wakil presiden
(cawapres) nomor urut satu itu. Kedekatannya dengan Hatta semakin mengental ketika
mantan Menteri Perekonomian itu duduk di kabinet.
Riza jugalah yang menggelontorkan menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli
Rumah Polonia di Jalan Cipinang Cempedak I Nomor 29, Otista, Jakarta Timur. Rumah itu
kini menjadi markas tim pemenangan pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, kata salah
satu anggota tim sukses Hatta, di Jakarta, Jumat (27/6) malam.
Di rumah itu, lanjutnya, Riza mendirikan media center yang dipimpin Muchlis Hasyim.
Jurnalis bayaran
Saat dihubungi secara terpisah, sumber Media Indonesia yang lain, GS, asal Gunung Sugih,
Lampung Tengah, juga mengakui Obor Rakyat sejak awal direncanakan sebagai media
politik partisan yang dikelola wartawan-wartawan oportunis dan disokong pebisnis.
Jadi, ada simbiosis mutualisme antara pebisnis, politisi, dan jurnalis. Konsep media partisan
itu ditawarkan Setyardi kepada Muchlis untuk kepentingan politik Hatta. Ia datang ke
Muchlis karena sangat dekat dengan Hatta, ujar GS di Pacific Place.
Pada Maret lalu, tambah GS, Muchlis pernah membahas penerbitan media partisan itu
bersama Setyardi dan seorang jurnalis senior lain, di kantornya di Jalan Rimba. Semula
konsep tabloid itu ditawarkan agar digarap jurnalis senior tersebut, tetapi tidak jadi.
Saat dimintai konfirmasi, Muchlis membantah ada hubungan kerja dirinya dengan Riza.
Enggak ada itu urusannya dengan Pak Riza. Setyardi (Budiono, Pemred Obor Rakyat) sudah
ngomong soal pendanaan itu, cetus pendiri portal berita Inilah.com tersebut, kemarin.
Setyardi, lanjut Muchlis, sudah memenuhi panggilan pemeriksaan Polri pada Senin (23/6).
Terkait dengan mangkirnya Darmawan Sepriyossa, penulis tabloid tersebut, dari pemeriksaan
Mabes Polri, Muchlis mengatakan yang bersangkutan berkomitmen kepadanya untuk datang
dalam pemeriksaan Bareskrim Polri, hari ini (Senin, 30/6).
Terserahlah, kamu mau tulis apa. Itu kan sedang ditangani polisi, ucapnya.
Di sisi lain, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Ronny F Sompie mengatakan masih mengecek
keberadaan Darmawan. Pihaknya mengetahui editor itu sedang umrah justru dari pemberitaan
media massa. Kita persiapkan surat panggilan berikutnya, ujar Ronny.
Di sisi lain, Hatta Rajasa membantah tudingan bahwa dirinya mendanai Obor Rakyat dengan
tujuan melakukan kampanye hitam terhadap saingannya, Jokowi-JK.
Wah kalau itu memfitnah saya, ujar Hatta ketika dimintai konfirmasi sebelum acara debat
cawapres, di Bidakara, semalam. (X)
redaksi @mediaindonesia.com
Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi@mediaindonesia.com
Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom Tanggapan Anda bisa
diakses di metrotvnews.com




Pengusaha Minyak di Balik Obor Rakyat


TIM MEDIA


PENGAKUAN gagah berani Setyardi Budiono sebagai pemilik dan pemodal (tunggal)
tabloid Obor Rakyat mengundang tanda tanya. Benarkah ia merogoh kocek sendiri?
Seandainya benar, keuntungan apa yang ia peroleh dengan menerbitkan tabloid yang dibagi-
bagikan secara gratis dan misterius itu? Benarkah cuma dia dan Darmawan Sepriyossa yang
menggawangi Obor Rakyat?

Kepada tim Media Indonesia dan Metro TV, Setyardi mengaku menerbitkan Obor Rakyat
semata-mata untuk bisnis. Masak tidak boleh berbisnis? Saya akan launching Obor Rakyat
secara resmi. Semua syarat yang dibutuhkan akan dipenuhi, ujarnya, pekan lalu.
Namun, ia enggan mengungkap penyokong dana Obor Rakyat. Tanya penyidik, tegasnya.
Sebagai komisaris di PTPN, tambahnya, dana pribadi darinya pun cukup besar.
Namun, benarkah dana Setyardi mampu menghidupi terbitan plus pendistribusian yang
menghabiskan dana miliaran rupiah itu? Intelijen dari kubu Jokowi-JK yang dirugikan atas
penerbitan tersebut mengaku sudah mengantongi nama-nama pengelola dan orang-orang di
balik Obor Rakyat.
Intelijen kami sudah tahu siapa-siapa orangnya. Ah, kalian juga kenal orangnya. Kita
serahkan polisi saja, biar mereka yang urus. Kita urus yang lain saja, kata Jenderal TNI
(Purn) Luhut Binsar Panjaitan.
Dalam penelusuran Media Indonesia, penerbitan dan distribusi tabloid Obor Rakyat yang
mendiskreditkan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) diduga didanai pengusaha minyak
Muhammad Riza Chalid.
Hal itu dibenarkan sumber Media Indonesia yang juga merupakan anggota tim sukses
cawapres Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (27/6). Menurutnya, untuk menjalankan dan
mengawasi penerbitan Obor Rakyat, Riza menunjuk jurnalis senior Muchlis Hasyim Jahya
(MHJ).
Muchlis hanya sebagai operator. Dia sudah bertahun-tahun menjalankan bisnis media milik
Riza, Inilah Group. Muchlis menjadi CEO Inilah Group yang memiliki unit usaha
http://www.inilah.com, http://www.inilahjabar.com dan Inilah Koran. Riza juga di belakang
Yayasan Jurnalis Indonesia yang dipimpin Muchlis, imbuhnya.
Tidak hanya membiayai Obor Rakyat, Riza yang di Singapura dikenal dengan sebutan
Gasoline Godfather juga membiayai tim sukses Hatta Rajasa. Salah satu contoh, Riza
menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli Rumah Polonia di Jalan Cipinang
Cempedak I nomor 29, Otista, Jakarta Timur.
Rumah tersebut kini menjadi markas tim pemenangan pasangan calon presiden/wakil
presiden Prabowo-Hatta. Riza mengakuisisi Rumah Polonia melalui Ketua Majelis Dzikir
SBY Nurrussalam Haji Harris Tahir.
Awalnya, Rumah Polonia digunakan sebagai markas tim sukses Hatta Rajasa dan tempat
pengajian para santri Majelis Dzikir SBY Nurrussalam.
Kantor Hatta Rajasa
Di Rumah Polonia itu Hatta ikut berkantor. Selain Hatta, ada ruangan mantan Kepala Staf
TNI-AD Jenderal (Purn) George Toisutta serta Ketua Majelis Dzikir SBY Nurrussalam Haji
Harris Tahir.
Media Indonesia menyambangi Rumah Polonia pada Jumat malam. Hatta Rajasa sedang
tidak ada di tempat. Petugas keamanan Rumah Polonia mengatakan MHJ juga sudah dua
minggu tidak datang ke Rumah Polonia.
Biasanya Pak Muchlis datang mengendarai mobil Land Cruiser warna hitam, tapi sudah dua
minggu beliau tidak ke sini, ungkapnya.
Media Indonesia berkesempatan masuk ke salah satu ruangan di Rumah Polonia, yaitu ruang
tamu Haji Harris Tahir. Di dinding ruang tamu tersebut terpajang sejumlah foto berbingkai
para pejabat tinggi, antara lain Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kapolri Jenderal
Sutarman.
Secara terpisah, MHJ membantah soal Riza yang diduga mendanai penerbitan dan distribusi
tabloid Obor Rakyat. Enggak ada itu urusannya dengan Pak Riza. Setyardi (Budiono,
Pemred Obor Rakyat) sudah ngomong soal (pendanaan) itu, cetus MHJ, ke marin.
Menurut MHJ, semua pihak mestinya menghormati penanganan kasus Obor Rakyat oleh
Bareskrim Polri. Semua kaitan antara Obor Rakyat dan dirinya maupun kubu capres tertentu
yang disebut-sebut media, lanjutnya, bisa berarti kampanye negatif yang jika berulang bakal
jadi sebuah kampanye hitam.
Terserahlah kamu mau tulis apa, tapi itu kan sedang ditangani polisi. Belum ada yang
diputuskan bersalah. Kembali saja pada proses hukum, sambung dia.
Konfirmasi kepada Muhammad Riza Chalid belum berhasil. Seorang temannya mengatakan
sorotan terhadap pengusaha yang memiliki kekayaan triliunan rupiah itu sedang ramai.
Maka ia langsung pergi ke Singapura. Pesan sudah dilayangkan ke nomor kontaknya di
+6596245xxx. Pesan terkirim, tetapi hingga saat ini tidak ada respons. (X)
redaksi @mediaindonesia.com










Setyardi Kirim Paket dari Percetakan Inilah Printing



PT Pos Indonesia menjalin kerja sama dengan PT Mulia Kencana Semesta (MKS) alias Inilah
Printing untuk pendistribusian hasil percetakan, termasuk tabloid Obor Rakyat. Tim Media
Indonesia memperoleh dokumen order pengiriman paket dari PT MKS.

Dalam salah satu order, PT Pos Indonesia mengirim hasil cetakan dengan nama pengirim
Setyardi B yang beralamatkan di Jalan Pisangan Timur Raya IV.
Kami tidak tahu kaitan pengiriman dengan tabloid Obor Rakyat karena kami menerima
dalam bentuk sampul tertutup. Isinya kami tidak tahu, ujar Kepala Unit Operasi Korporat PT
Pos Indonesia Asep Suparman di Kantor Pos Bandung, Jawa Barat, pekan lalu.
Dalam dokumen itu tercatat Setyardi mengirim pada 14 Mei pukul 12.38 WIB. Paket itu
dikirim ke Pondok Pesantren Babul Ulum dengan alamat M Galuran RT 04/VI Semarang
59511. Paket berupa cetakan itu diambil dari percetakan PT MKS yang beralamat di Jalan
AH Nasution No 73 Cipadung, Bandung, Jabar. Mereka mengabari tidak ada yang antar lalu
kami jemput ke sana. Fleksibel saja, kami komunikasikan, tambah Asep.
Menurut Asep, PT MKS telah mengirim paket sejak tiga bulan lalu. Dalam kontrak kerja
sama dengan PT MKS tercatat total pengiriman sebanyak 20 ribu pucuk dokumen dengan
nilai transaksi sekitar Rp200 juta. Sebagian besar paket dikirimkan ke pondok pesantren di
kawasan Jawa Tengah, Jawa Timur, kawasan Jawa Barat, serta sebagian kecil Pulau Sumatra.
Sejak Maret sudah empat kali pengiriman. Terakhir tabloid dikirim Mei 2014. Setiap
dokumen dikemas dalam amplop cokelat berukuran lebih besar daripada folio, atau seukuran
A3. Beratnya beragam, ada yang 250 gram, 450 gram, dan 1 kilogram. Kalau isinya buku,
lebih tebal. Kalau dokumen biasa, amplopnya dilipat dua, papar Asep.
Sumber di Inilah Printing menyebutkan Muchlis Hasyim Jahya bertindak sebagai direktur
umum di PT MKS. Ia dibantu Frans dan Tari (manajer keuangan) yang merupakan
kepercayaan pemilik PT MKS, Muhammad Riza Chalid.
Menurut sejumlah karyawan Inilah Printing, Manajer Produksi Agus Sudrajat dan Didit yang
memimpin percetakan. Namun, Tari terlihat lebih berkuasa dalam mengatur arus kas dan
proyek-proyek cetak.
Tari, menurutnya, ialah sekretaris Riza yang ditempatkan di Inilah Printing untuk mengontrol
perusahaan tersebut. Bu Tari ya orangnya Pak Riza. Pak Agus dan Pak Didit lapor ke Bu
Tari, terang seorang karyawan.
Perihal keterkaitan percetakan PT MKS dalam penerbitan tabloid Obor Rakyat yang
mendiskreditkan capres Joko Widodo, Muchlis Hasyim punya alibi. Bagi dia, keterlibatan
percetakan dalam produksi Obor Rakyat tak serta-merta membuat percetakannya bersalah.
Apa salah mencetak tabloid yang belum diputus bersalah oleh siapa pun? Kalau (tabloid)
sudah diputus salah terus masih mencetak, ya itu salah, kilahnya.
Ia menganalogikan dengan penerbitan tabloid Monitor yang memuat survei tokoh-tokoh
terpopuler dan dicetak Gramedia tahun 1990. Tabloid yang digawangi Arswendo Atmowiloto
itu kemudian menempatkan Nabi Muhammad SAW di urutan ke-11.
Hal itu memicu protes kemudian membuat Arswendo dijerat dengan delik penistaan agama.
Apa waktu itu Gramedia kena (hukuman)? Enggak kan? Jadi, biarkan polisi memprosesnya
dulu, kata dia. (Tim Media)































Mempertanyakan Kesungguhan Polri


Andai saja Jenderal Hoegeng yang menjadi Kapolri, perkara Obor Rakyat pasti tuntas
dalam hitungan hari.
Silakan tanggapi Editorial ini melalui http://www.metrotvnews.com
KEKHAWATIRAN bahwa Mabes Polri bakal lelet menuntaskan kasus tabloid kampanye
hitam bernama Obor Rakyat cenderung menjadi kenyataan. Sudah berjalan dua pekan sejak
tim kuasa hukum pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla melaporkan tabloid fitnah itu ke Mabes
Polri, pemeriksaan yang dilakukan polisi belum memperlihatkan kemajuan berarti.
Polisi baru memeriksa Pemimpin Redaksi Obor Rakyat Setyardi Budiono dalam kapasitas
sebagai saksi. Seorang lainnya yang merupakan penulis Obor Rakyat, Darmawan Sepriyossa,
dua kali mangkir dari panggilan polisi.
Obor Rakyat terang benderang tabloid fitnah, berisi fiksi, bukan fakta, untuk menyudutkan
calon presiden Joko Widodo. Ia jelas telah menghadirkan keresahan yang tak tertarakan di
masyarakat. Dewan Pers menyebutkan Obor Rakyat bukanlah pers karena tak berbadan
hukum dengan alamat redaksi yang palsu.
Terang sekali, ada iktikad buruk orang-orang yang berada di balik penerbitan Obor Rakyat.
Lantas, alat bukti apa lagi yang dibutuhkan polisi untuk menjadikan penanggung jawab Obor
Rakyat sebagai tersangka?
Yang lebih mengherankan, Polri enggan menyetop peredaran Obor Rakyat. Kapolri Jenderal
Sutarman menyatakan Polri tak berwenang memberedel tabloid itu. Tidakkah Kapolri paham,
beredel tidak berlaku bagi pers, sedangkan Obor Rakyat jelas bukan pers? Apakah
keengganan menyetop peredaran Obor Rakyat menunjukkan Polri sedang melakukan
pembiaran?
Dengan bukti yang lebih dari cukup, siapa pun yang paham hukum bakal menyatakan
sungguh gampang menuntaskan Obor Rakyat. Bila punya kemauan, tidak perlu Mabes Polri,
polsek pun mampu menuntaskannya. Kita pun bertanya apakah Polri takut dengan orang-
orang yang berada di belakang penerbitan Obor Rakyat? Jangan-jangan orang-orang yang
berada di belakang Obor Rakyat dekat dengan beberapa pejabat Polri?
Kita tahu Setyardi ialah asisten staf khusus presiden. Lalu, investigasi Media Indonesia
menunjukkan Obor Rakyat awalnya bertujuan mendongkrak popularitas Hatta Rajasa,
cawapres nomor urut satu. Sebagaimana opini yang berkembang di masyarakat, juga
terungkap penyandang dana tabloid itu ialah orang yang disebut dekat dengan Hatta.
Publik berharap Polri bisa menuntaskan perkara ini sebelum pemilu presiden 9 Juli 2014. Bila
tidak, jangan salahkan bila publik menilai Polri berpihak kepada salah satu kandidat. Publik
pun bermimpi, andai saja Jenderal Hoegeng yang menjadi Kapolri, perkara Obor Rakyat pasti
tuntas dalam hitungan hari.












































Revolusi bukan Pemberontakan

TOSIANI


Rhenald Kasali mengkritik konsep wah di bidang SDM dalam satu dekade terakhir,
tetapi tidak mampu dipraktikkan.
CALON wakil presiden pendamping Joko Widodo, Jusuf Kalla, memberikan penjelasan yang
lugas kepada cawapres Hatta Rajasa soal revolusi mental. JK menyebutkan bahwa revolusi
mental jelas berbeda dengan revolusi fisik yang kerap berdarah-darah.
Revolusi mental itu berbeda dengan revolusi fisik. Revolusi juga bukan melulu komunis.
Kan, Pak Prabowo sendiri sering mengatakan terjadi kebocoran anggaran. Sebagian itu
terjadi karena ada yang salah dalam perilaku mental anak bangsa ini. Revolusi itu perubahan
cepat. Kita sudah hampir 69 tahun merdeka, tetapi kondisi mental kita masih menyedihkan.
Itu butuh perubahan cepat, papar JK dalam Debat Cawapres 2014 di Bidakara, Jakarta, tadi
malam.
Sebelumnya Hatta menanyakan kepada JK soal mengapa memilih `revolusi' bukan
`reformasi'. Kan, kadang revolusi itu bisa menimbulkan gesekan.
Debat yang dimoderatori Wakil Rektor UGM Yogyakarta Dwikorita Karnawati itu
mengambil tema sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi. Terkait
dengan mental, JK juga sempat menanyakan kepada Hatta soal isu kebocoran anggaran.
Apakah mental kita sudah seburuk itu sehingga ada kebocoran sampai Rp1.000 triliun? Pak
Hatta kan di pemerintahan? tanya JK.
Hatta pun menjawab, Saya luruskan, yang disampaikan oleh Pak Prabowo bukan kebocoran
APBN, tapi potential loss pendapatan.
JK juga mengklarifikasi soal isu penghapusan sertifikasi bagi guru jika Jokowi-JK
memerintah. Kami tegaskan tidak mungkin kami menghapus sertifikasi guru. Amanat
undang-undang tegas, sertifikasi guru keniscayaan. Kedua, pasangan Jokowi-JK justru ingin
meningkatkan kesejahteraan guru, makanya sertifikasi malah harus kita tingkatkan.
Sejumlah kalangan menilai apa yang disampaikan JK dalam debat sangat realistis dan bisa
dicapai, sedangkan konsep Hatta bagus, tetapi masih terlalu wah.
Pengamat sumber daya manusia dari UI Rhenald Kasali mengkritik banyak hal bagus dalam
tataran konsep di bidang SDM dan iptek yang disampaikan dalam debat cawapres, tetapi
lemah dalam realisasi. Berkali-kali Hatta menyebutkan konsep SDM dan iptek memegang
peranan strategis.
Pertanyaannya, ke mana saja kita 10 tahun terakhir ini? Mengapa konsep-konsep yang
disebut bagus-bagus dalam debat tadi tidak jalan? tanya Rhenald.
Ia juga memuji jawaban JK soal indeks yang penting untuk segera dicari solusinya ialah
indeks kemudahan berusaha. Dengan perbaikan kemudahan berusaha, ekonomi akan
tumbuh. Sebaliknya, Pak Hatta menekankan infrastruktur. Di Aceh, itu infrastruktur sudah
sangat bagus, tetapi perekonomian tumbuh lamban. Mengapa? Karena orang berusaha,
mengurus izin, dan lain-lain tidak diberikan kemudahan.
Mengapresiasi JK
Direktur Bandung Teknokrat Jangkung Raharja mengapresiasi atas program pematenan
produk dan hasil penelitian sebagaimana disampaikan pasangan Jokowi-JK. Karena hal itu
bisa menjadi langkah yang menjamin kemajuan teknologi dan penelitian.
Jusuf Kalla membawa program yang tepat meningkatkan perbaikan pendidikan dan
penelitian atau research. Ia (Jusuf Kalla) mendukung pematenan produk penelitian. Di situ
bisa menjadi modal untuk pengembangan teknologi Indonesia ke depan, jelas Jangkung.
(Cah/Gan/X-2)
tosiani @mediaindonesia.com






















Dipecat karena ARB Inkonsisten



MANTAN politikus Partai Golkar Indra J Pilliang menilai ia dan tiga rekannya yang dipecat
dari keanggotaan Golkar sama sekali tidak melanggar aturan dan AD/ART partai.
Bekas Ketua DPP Partai Golkar Bidang Litbang itu mengatakan ia bersama Poempida
Hidayatullah, Nusron Wahid, dan Agus Gumiwang Kartasasmita dipecat hanya berdasarkan
desakan dari partai koalisi yang mendukung capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa.
Ini menunjukkan bahwa DPP Partai Golkar ingin memperlihatkan kepada partai koalisi
tidak ada permasalahan di internal. Justru ini ada tekanan bahwa di Golkar tidak perpecahan.
Siapa bilang di Golkar tidak ada perpecahan? cetus Indra.
Bahkan, Indra menyebutkan tiga rekan lainnya sangat berprestasi dalam meningkatkan suara.
Nusron Wahid peraih suara terbanyak di Golkar. Hanya karena mendukung Jokowi-JK
dikeluarkan begitu saja, tukas Indra.
Walaupun begitu, lanjutnya, pihaknya telah mengambil tindakan hukum dan melapor ke
mahkamah partai. Dia menilai pemecatan merupakan tindakan aneh. Pasalnya, sebelum
dilakukan pemecatan, pihaknya telah berdialog terlebih dahulu dengan DPP Partai Golkar.
Dia mengatakan tindakan pemecatannya tersebut merupakan ketidakkonsistenan dari
Aburizal. Kami sudah bilang ke Ketua Umum (Golkar) Aburizal Bakrie. Dia mengatakan
letakkan jabatan saja jika tidak ikut dengan kebijakan partai, bukan diberhentikan, ungkap
Indra.
Politikus Nusron Wahid sebelumnya mengatakan, seharusnya DPP Partai Golkar memecat
Jusuf Kalla lebih dulu, sebelum mendepak ia dan kader lain karena tidak mengikuti langkah
Aburizal Bakrie mendukung pasangan Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014.
Kalau menggunakan asas persamaan hukum, harusnya yang dipecat duluan Pak JK. Karena
Pak JK walau mantan Ketua, masih anggota Golkar. Setelah itu, pecat dulu Pak Suhardiman,
Pak Ginandjar Kartasasmita, Pak Fahmi Idris, dan lain-lain, baru pecat kita-kita ini, cetus
Nusron. (AI/Ant/P-4)







Elektabilitas Jokowi Terus Unggul

ABDUS SYUKUR

Awasi penggunaan dana anggaran pendapatan belanja negara maupun APBD, yang
diklaim untuk mendukung kemenangan pasangan capres-cawapres.
SURVEI Indo Barometer tetap menempatkan pasangan calon presiden calon wakil presiden
Joko Widodo-M Jusuf Kalla unggul atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebesar 3,4%.
Survei Indobarometer yang dilakukan pada 16-22 Juni 2014, menunjukan pasangan Jokowi
JK meraih elektabilitas 46% dan Prabowo-Hatta dengan raihan 42,6%.
Lampu kuning bagi tim sukses pasangan Jokowi-JK, karena elektabilitas pasangan
Prabowo-Hatta terus naik dan semakin mendekati. Ini angka yang rawan dan tim sukses
Jokowi-JK harus kerja keras agar tetap unggul, kata peneliti Indo Barometer M Qodari saat
merilis hasil survei di Jakarta, kemarin.
Qodari menyebutkan, dalam survei sebelumnya yang dilangsungkan pada 28 Mei hingga 4
Juni atau sebelum kampanye, pasangan Jokowi-JK unggul 10,5% atas Prabowo-Hatta. Dalam
survei itu, Jokowi-JK mendapat elektabilitas 49,9% dan Prabowo-Hatta 36,5%.
Menurutnya, naiknya elektabilitas Prabowo-Hatta dan menurunnya elektabilitas pasangan
Jokowi-JK disebabkan oleh sejumlah hal. Terutama kinerja mesin politik koalisi partai
pendukung dan mulai perginya pemilih Islam yang semula mengarah ke pasangan Jokowi-
JK.
Hasil survei menunjukkan, mesin partai pendukung Jokowi-JK harus bekerja lebih keras.
Isu-isu agama juga mulai menunjukkan hasil bagi pasangan Prabowo-Hatta, ungkap Qodari.
Dia menyebutkan, hasil debat juga cukup berpengaruh dan tampak dari responden yang
menonton debat sekitar 50% suara, sebagian besar memilih Pasangan Prabowo-Hatta, urai
Qodari.
Dia memaparkan, dari survei tersebut sebanyak 11,3% pemilih masih belum menentukan
pilihan mereka. Angka itu akan menjadi angka yang sangat menentukan bagi kedua pasangan
calon yang bertanding untuk diperebutkan dalam Pilpres 2014 nanti.
Survei berlangsung 16-22 Juni dengan responden sebanyak 1.200 orang, margin of error
3,0%, dan tingkat kepercayaan 95%. Responden dipilih dengan metode multistage random
sampling berusia 17 tahun lebih atau sudah menikah, dan wawancara dilakukan dengan tatap
muka langsung.

Konsolidasi
Selain mengukur tingkat elektabilitas, survei juga menyodorkan pertanyaan secara terbuka
kepada responden, dengan pertanyaan jika pilpres dilangsungkan hari ini. Dalam pertanyaan
terbuka tersebut, Jokowi-JK tetap mengungguli Prabowo-Hatta.
Sementara itu, Anies Baswedan, juru bicara tim sukses Jokowi-JK, menyampaikan bahwa
pihaknya tetap optimistis dapat memenangi Pilpres 2014. Sikap optimistis itu akan dibarengi
dengan langkah konsolidasi pemilih dengan menggerakkan seluruh relawan yang ada serta
seluruh mesin politik pendukung.
Dalam kurun waktu 10 hari terakhir ini, kami melakukan konsolidasi relawan dan para
pegiat partai. Jangan pernah merasa sudah menang karena melihat hasil-hasil survei.
Semuanya harus bergerak, karena kemenangan sesungguhnya ada saat pencoblosan 9 Juli
nanti, tandas Anies.
Selain melakukan konsolidasi relawan dan pegiat partai, tim sukses Jokowi-JK juga terus
melakukan upaya antisipasi kecurangan dalam Pilpres 2014 ini. (P-4)
abdus@mediaindonesia.com


























Saksi Berlapis untuk Tangkal Kecurangan

CAHYA MULYANA


Untuk mewujudkan pemilu yang bersih dan jujur, peran saksi di setiap TPS sangat
menentukan. Kecurangan dalam pilpres menjadi tanggung jawab penyelenggara.
PEMILIHAN Presiden 9 Juli mendatang harus lebih bersih untuk menghasilkan pemimpin
yang benar-benar pilihan masyarakat. Oleh sebab itu, Tim Kampanye Nasional Joko Widodo
dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendorong harapan tersebut melalui pemberdayaan saksi
berkualitas dan berlapis di setiap TPS.
Hal itu diungkapkan Ketua Tim Pemenangan Nasional Jokowi-JK, Tjahjo Kumolo pada
jumpa pers bertajuk Kesiapan Saksi & Antisispasi Kecurangan Pilpres 2014, kemarin, di
Jakarta. Ia menjelaskan saksi yang disiapkan pihaknya terdiri dari kader, relawan dan
simpatisan. Tujuannya untuk menjaga Pilpres 2014 supaya jujur, adil dan melaporkan hasil
suara real di TPS-nya. Kemudian mereka bertugas mendokumentasikan semua pelanggaran
di dalam dan diluar TPS, mulai pemungutan hingga selesai untuk dicatat dan dilaporkan ke
Bawaslu.
Kami telah menyiapkan saksi yang telah diberikan pendidikan khusus pilpres. Mereka
dibekali dengan berbagai pengetahuan seperti di bidang kewenangan Panitia Pemungutan
Suara (PPS) dan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu), kemudian berbagai jenis
pelanggaran, kecurangan, juga prosesi penghitungan, jelas Tjahjo.
Pada acara tersebut hadir diantaranya Sekretaris 1 tim Kampanye Akbar Faisal, Penggerak
Pemilih Arif Wibowo, Penugasan Saksi Enggartiasno Lukita dan Djarot S Hidajat, juga Tim
bidang data Riset Survey Sarwoto.
Tjahjo mengatakan, tim pemenangan Jokowi-JK berencana menggerakkan saksi berlapis di
setiap TPS. Saksi tersebut terbagi kedalam dua jenis, pertama saksi dalam. Saksi tersebut
berasal dari anggota dan kader partai pengusung.
Kemudian saksi yang kedua, kata Tjahjo, bertugas menjadi saksi di luar TPS sebelum sampai
sesudah proses pemungutan suara. Kemudian saksi luar tersebut bertugas mengawal
penghitungan sampai tahapan provinsi. Dua kategori saksi tersebut sudah selesai tahap
pelatihan. Semangat mereka adalah gotong royong, kemudian mereka berasal dari parta-
partai, relawan, dan simpatisan, ujarnya.
Selain saksi, Tjahjo mengharapkan KPU, Bawaslu, TNI, Polri juga pemerintah mampu
mewujudkan pemilihan presiden yang kondusif, jujur, adil, bersih dan rahasia.
Fokus
Tim Penugasan Saksi Djarot S Hidajat menjelaskan, saksi yang dibina dan dipersiapkan di
semua TPS untuk mengawal suara dan mendokumentasikan pelanggaran diharapkan fokus.
Kemenangan berawal di TPS, oleh sebab itu saksi merupakan kuncinya. Maka kami
membentuk saksi yang di dalam dan diluar TPS dengan bekal semua tentang prosesi
pemungutan suara, ujarnya.
Ia menjelaskan, saksi berlapis yang disiapkan Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK berjumlah
sekitar 1.135.989 orang, dan saksi luar 2.439.200 orang. Mengenai saksi dalam, mereka
terdiri dari kader partai yang lebih kuat di provinsi. Contohnya seperti Partai NasDem yang
kuat di Aceh, maka saksi dalam mayoritas berasal dari Partai NasDem, jelasnya.
Menurutnya, saksi luar TPS berasal dari partai pengusung, relawan dan simpatisan, tetapi
mereka tetap diberlakukan pendataan yang lengkap. Saksi diluar TPS bertugas menetralisir
kampanye busuk di lingkungannya, dan mengantisipasi politik uang, ungkapnya. (RF/P-2)
cahya@mediaindonesia.com






























Tabloid Obor Baru, Rahmat bagi Semesta Alam

MIRZA ANDREAS


Untuk menangkal berita fitnah terhadap capres Joko Widodo, dimunculkanlah Obor
Rahmatan Lil Alamin.
SETELAH terbit tabloid Obor Rakyat yang isinya merupakan kampanye hitam bagi calon
presiden Joko Widodo, Jumat (27/6) beredar edisi perdana sebuah tabloid berjudul mirip,
Obor Rahmatan Lil Alamin (Rahmat bagi Semesta Alam).
Diterbitkannya tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin terkait kasus penggunaan produk
jurnalistik sebagai alat kampanye hitam, seperti pada tabloid Obor Rakyat. Nama depan
kedua tabloid sama, tapi tujuan Obor Rahmatan Lil Alamin berbeda.
Seperti yang tertulis pada kolom Salam Redaksi, penerbitan Obor Rahmatan Lil Alamin
dimaksudkan dapat memberi pemahaman pada masyarakat bahwa ada kampanye jurnalistik
yang damai dan menjunjung tinggi nilai kebenaran.
Saat Obor Rakyat pertama kali terbit, gambar depannya menampilkan capres Jokowi
mencium tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dengan dominasi warna merah. Isu
utama yang diusung ketika itu adalah capres boneka. Setelahnya diketahui, susunan redaksi
dan alamat kantor redaksi Obor Rakyat ternyata palsu.
Sebaliknya, Obor Rahmatan Lil Alamin bernuansa hijau. Tabloid yang dibanderol seharga
Rp1.000 itu mengusung isu utama sesuai fatwa sembilan kiai, bahwa Jokowi-JK lebih
maslahat. Tidak hanya itu, tabloid ini mempunyai susunan redaksi yang jelas.
Tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin diterbitkan oleh Padepokan Demi Indonesia, alamat
redaksinya juga tercantum di Jalan Hang Tuah Raya No 59 Jakarta, Jalan Ketintang Baru
III/91 Surabaya, dan Jalan Perjuangan No 9 Cirebon.
Pengusaha media Dahlan Iskan ketika meluncurkan Obor Rahmatan Lil Alamin di Hotel JS
Luwansa, Jakarta, mengatakan bahwa tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin dikelola oleh
teman-teman pers relawan dari DEMI Indonesia. Bahkan, Dahlan ikut menulis salah satu
artikel berjudul `Biarlah Pak Jokowi Tetap Menjadi Pak Jokowi', dalam tabloid mini dengan
32 halaman tersebut.
Tindakan bodoh
Dari konten, Obor Rahmat bagi Semesta Alam mengulas wawancara dengan sejumlah
pengasuh pondok pesantren (ponpres) tentang kampanye fitnah dan pandangan mereka
mengenai sosok Jokowi. Misalnya di halaman akhir ada ulasan wawancara khusus dengan
KH Mustofa Bisri, Pengasuh Ponpres Rhaudhatut Tholibin, Rembang.
Gus Mus, begitu beliau sering disapa, mengungkapkan harapannya agar dalam pemilu
berikutnya tidak ada kampanye hitam yang memburuk lawan dan jangan melihat kampanye
seolah-olah seperti perang.
KH Salahuddin Wahid, Pengasuh Ponpres Tebu Ireng Jombang juga mengutarakan hal
senada, berkampanye dengan menyebarkan fitnah dengan memakai bahasa yang tajam dan
kasar adalah tindakan bodoh.
Selain itu, ada wawancara dengan KH Maimoen Zubair, Ketua Majelis Syariah DPP PPP
sekaligus Pengasuh Ponpres Al Anwar, Karangmangu Sarang, Rembang. Seperti yang
diketahui PPP adalah partai koalisi yang mengusung pasangan Cawapres Prabowo, tetapi
Maimoen secara pribadi senang jika Jokowi menggandeng JK sebagai cawapres karena
dirinya cenderung ke JK.
Tidak hanya menampilkan wawancara, di bagian intermeso, dihadirkan anekdot sosok
Jokowi berikut kesehariannya, di antaranya cerita Jokowi harus hormat lebih dari semenit
karena lupa dirinya bertindak sebagai inspektur upacara. (*/P-4) mirza @mediaindonesia.com



























Insinerator bukan Solusi

GANA BUANA

Mengatasi volume sampah menggunakan insinerator dinilai menimbulkan masalah
baru karena membawa dampak buruk.
SEJUMLAH pemerintah daerah belakangan mencari solusi untuk mengolah dan mengurangi
sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Insinerator, sebuah metode
pembakaran sampah menggunakan tungku besar, kini gencar untuk diadopsi, termasuk oleh
pemerintah DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan sekitarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok
misalnya, pada April lalu sempat menyatakan akan menempatkan tungku pembakaran
insinerator di setiap kelurahan. Menurutnya, teknologi insinerator yang memusnahkan
sampah dengan suhu tinggi itu aman karena emisi yang dihasilkan tidak membahayakan
lingkungan dan pengoperasiannya mudah.
Rencananya insinerator mau ditempatkan di setiap kantor kelurahan sehingga sampah
langsung dibakar, tidak perlu dibawa keluar, katanya di Balai Kota Jakarta. Dengan adanya
insinerator di setiap kelurahan, lanjutnya, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)
Bantargebang tidak diperlukan lagi.
Namun, rencana Ahok justru dinilai membahayakan kesehatan masyarakat karena
pengoperasian insinerator berdampak buruk pada lingkungan. Menurut Senior Advisor
Indonesia Toxics-Free Network, Yuyun Ismawati, pembakaran sampah dalam insinerator
melepaskan zat dioksin dan zat berbahaya lainnya. Apalagi, belum ada standar baku yang
mengatur sejauh berapa meter insinerator tersebut harus diletakkan dari permukiman.
Jika insinerator benar akan dibawa ke tiap kelurahan (di Jakarta), artinya pemerintah
mendatangkan racun untuk warga. Harusnya, hak warga untuk hidup sehat difasilitasi oleh
pemerintah, bukan justru diberi racun, ujar Yuyun kepada Media Indonesia, pekan lalu.
Sampah organik
Ia menyebutkan, ada beberapa alasan mengapa insinerator bukan solusi terbaik dalam
mengurangi sampah di Ibu Kota ataupun daerah lain. Pertama, nilai kalor sampah di
Indonesia amat rendah. Sampah yang berada di tempat pembuangan akhir di beberapa daerah,
60% di antaranya merupakan sampah organik yang memiliki tingkat kelembaban tinggi dan
tidak layak dibakar.
Menurut Yuyun, standardisasi pembakaran sampah membutuhkan nilai kalor 6% hingga 7%.
Sampah di Indonesia tidak memenuhi standar tersebut, lantaran dominannya sampah rumah
tangga. Paling tinggi hanya 3 kalor. Ia juga mempertanyakan apakah setiap pemerintah
daerah sudah memikirkan cara membuang abu dari pembakaran sampah lewat insinerator.
Sebab, abu tersebut ternyata mengandung unsur limbah B3 (bahan beracun berbahaya).
Abu tersebut tidak boleh digunakan untuk membuat batu bata atau batako karena bisa
berdampak masif pada kerusakan ekosistem. Tidak boleh juga disumbangkan kepada petani
untuk pupuk karena bisa merusak tanaman dan unsur air tanah, ucapnya.
Alasan kedua mengapa insinerator bukan solusi, ucapnya, budaya daur ulang lebih baik bagi
iklim dan pemulung. Sebab, daur ulang menciptakan lapangan pekerjaan. Ketiga, tegas
Yuyun, kalor sampah di Indonesia yang rendah membutuhkan bahan bakar banyak untuk
membakarnya. Alasan terakhir, ide waste to energy dengan insinerator akan melepas dioksin.
Imbasnya, kesehatan masyarakat terancam serta dapat meracuni binatang ternak dan
tumbuhan. (J-4)
gana@mediaindonesia.com































Puasa Ramadan: Hikmah Menjelang Pilpres

Azyumardi Azra Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, Laurate
Fukuoka Prize 2014


Hai, orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah/2: 183)

Puasa itu setengah kesabaran. Kesabaran itu setengah iman. (Hadis riwayat Tirmidzi,
Abu Na'im, dan Abu Mas'ud)

IBADAH puasa wajib sepanjang Ramadan ialah salah satu bentuk jihad akbar, jihad yang
sebesar-besarnya. Seperti ditegaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya, jihad yang
sesungguhnya bagi umat Islam ialah jihad melawan hawa nafsu dalam diri. Perang fisik di
medan perang melawan musuh yang agresif demi membela agama Allah dan
mempertahankan kehidupan kaum muslimin disebutkan hanyalah jihad asghar, jihad kecil.
Kenapa demikian? Tidak lain karena puasa pada intinya merupakan ibadah untuk
pengendalian diri dari hawa nafsu yang dapat bernyala-nyala dalam diri manusia. Hawa nafsu
itu mencakup syahwat jasmaniah berupa seks, makan dan minum, syahwat memiliki harta
benda, dan meraih kekuasaan politik yang biasa juga disebut di Tanah Air Indonesia sebagai
syahwat politik.
Jihad menuju takwa
Jihad diri melawan berbagai macam hawa nafsu bertujuan mencapai derajat takwa, yang
merupakan salah satu tingkat spiritualitas keislaman yang tertinggi. Ibadah puasa wajib
Ramadan ialah salah satu cara paling pokok untuk mencapai derajat takwa tersebut. Berbagai
ibadah sepanjang Ramadan yang dikerjakan dengan ikhlas dan sabar bisa membentuk
manusia bertakwa, seperti dikemukakan ayat Alquran, bahwa puasa bertujuan `agar kamu
bertakwa' (QS Al-Baqarah/2:183).
Kata `takwa' banyak disebut dalam ayat Alquran yang sering diartikan sebagai `takut kepada
Allah'; tetapi bukan takut dalam arti biasa. Orang-orang yang `takut' kepada Allah (al-
muttaqun) sering diidentikkan dengan mereka yang menegakkan amar ma'ruf dan nahy
munkar (melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya). Karena itu, Maulana
Muhammad Ali, misalnya, dalam tafsir The Holy Quran, mengartikan al-muttaqun sebagai
`orang-orang yang memenuhi kewajiban, menjaga diri dan terpelihara dirinya dari kejahatan'.
Kata al-muttaqun berasal dari kata waqa, yang berarti `menyelamatkan, menjaga, atau
melindungi'. Dengan kata lain, al-muttaqun berarti `orang yang menghormati atau menepati
kewajiban; orang yang menjaga diri dari kejahatan'; dan `orang yang berhati-hati'. Makna al-
muttaqun ini sejalan dengan esensi puasa, yaitu mengendalikan diri dari berbagai bentuk
hawa nafsu lahir dan batin. Karena itu, bila orang berpuasa dengan sungguh-sungguh, ia
bakal dapat mengendalikan diri, yang merupakan salah satu ciri pokok orang bertakwa.
Mereka yang bertakwa sekaligus memiliki kesehatan lahir dan batin. Hati yang sehat akan
dipenuhi cahaya ketakwaan, kesabaran, kejujuran dan ketaatan.
Alquran memberi petunjuk, untuk menjaga hati agar tetap bersih bagaikan cermin yang
berkilau, seseorang harus banyak mengingat (dzikir) kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Allah
berfirman, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (QS Al-
Ra'd/13: 28).
Namun, karena bisikan dan godaan hawa nafsu, orang kadang dan bahkan sering lalai
mengingat Allah, yang dapat menjadikan hatinya jauh daripada bersih, baik, dan tenteram. Ia
tidak mampu mengendalikan diri dari nafsu setan yang mengotori hatinya. Lupa kepada
Allah memberi kesempatan kepada hawa nafsu dan setan menaburkan kotoran dan penyakit
ke dalam hatinya. Kotoran atau penyakit hati, seperti dendam, dengki, durhaka, durjana,
bohong, khianat, tipu daya, dan angkuh, semakin mempertebal keburukan di dalam hatinya.
Ketidaksabaran jelang pilpres
Ibadah puasa juga merupakan latihan kesabaran. Inilah mutiara kehidupan yang agaknya
sudah mulai pudar dari diri manusia-manusia di Tanah Air tercinta ini. Ketidaksabaran
merajalela dalam masyarakat kita dan tampaknya sulit diatasi. Ketidaksabaran membuat
memudarnya keadaban publik (public civility) sehingga yang terlihat hanyalah manusia-
manusia yang hanya memperturutkan hawa nafsu; menempuh jalan pintas untuk mencapai
tujuan dan kepentingan masing-masing.
Menjelang pilpres 9 Juli 2014 ketidaksabaran misalnya terlihat dari syahwat politik bernyala-
nyala untuk memperebutkan dukungan massa yang kemudian diharapkan memberikan suara
pada waktu mencoblos nanti. Karena ketidaksabaran, berbagai cara yang melanggar ajaran
agama, ketentuan hukum, dan keadaban publik dipertontonkan secara telanjang. Kampanye
hitam yang berisi fitnah (smear campaign) merajalela di mana-mana melalui bermacam
media. Fenomena semacam itu tidak lain hanya mencemarkan demokrasi dan mencederai
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang bisa menimbulkan luka sosial-politik dalam
masyarakat.
Tanpa kesabaran, yang ada hanyalah kerugian baik secara pribadi maupun bernegara-
berbangsa. Kerugian bisa datang sekarang juga atau datang belakangan yang menghasilkan
penyesalan. Padahal, Allah SWT memperingatkan di dalam Alquran, Demi masa.
Sesungguhnya manusia benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan
beramal saleh, dan saling mengingatkan (menasihati) tentang kebenaran dan kesabaran (QS
Al-'Ashr/103:1-3).
Kesabaran diperlukan tidak hanya dalam amar ma'ruf dan nahy munkar, tapi juga dalam
mewujudkan kebenaran. Kebenaran, kebaikan, dan perubahan (islah) yang ingin diwujudkan
melalui kekuasaan tidak dengan sendirinya membolehkan ketidaksabaran yang bertentangan
dengan kebenaran dan kebaikan.
Puasa adalah latihan mengendalikan dan menguasai diri untuk membangun kesabaran. Ibadah
puasa dengan esensi pengendalian diri dapat mengantarkan seseorang untuk terbiasa dengan
kesabaran. Setiap hari dalam bulan puasa merupakan latihan pengendalian terhadap hawa
nafsu dan insting angkara murka yang inheren dalam eksistensi manusia yang menjadi pusat
ketidaksabaran.
Dorongan hawa nafsu dan insting yang bisa begitu kuat dan tidak terkendali dalam diri
manusia, menurut Profesor Ismail al-Faruqi dari Temple University, dapat mengganggu
stabilitas individu dan sosial. Karena itu, hawa nafsu merupakan entitas paling sensitif dalam
kehidupan manusia, yang mesti dikendalikan; jika tidak, dapat menjadi ancaman bagi
individu dan masyarakat.
Sebab itu, kebebasan tanpa batas bagi hawa nafsu hanya mendatangkan kerusakan dan
bencana bagi umat manusia. Kebebasan yang kebablasan sering kali tidak bisa dikendalikan
dan berujung pada kekacauan dan anarki; akibatnya, dapat menghancurkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Filsuf sosial, sosiolog, dan psikoanalisis semacam Karl Marx,
Sigmund Freud, dan Erich Fromm telah mengemukakan berbagai teori tentang hawa nafsu
dan insting tersebut.
Islam tidak melarang pemenuhan hawa nafsu dan insting secara halal. Sebab itu, asketisme--
menjauhi dan membatasinya secara amat ketat-tidak dibenarkan dalam Islam. Sebaliknya,
Islam juga tidak membenarkan kebebasan hawa nafsu tanpa batas. Islam mengajarkan
pengendalian; hawa nafsu seks dikendalikan melalui perkawinan sah, dan hawa nafsu makan
minum dikendalikan--antara lain--dengan prinsip `berhentilah makan sebelum kamu kenyang'
(hadis Nabi Muhammad SAW.). Lebih dari itu, pengendalian hawa nafsu dan insting dapat
dilakukan secara efektif melalui puasa. Dengan puasa, sejak imsak sampai iftar (berbuka),
kaum muslimin dilatih mengendalikan hawa nafsunya.
Kaum muslimin diperintahkan melakukan distansi terhadap hawa nafsu. Dengan distansi,
mereka sekaligus berkesempatan melakukan refleksi diri (self-reflection) yang dapat
menghasilkan pencerahan dan kebangkitan rohani (spiritual enlightenment).
Puasa dengan demikian dapat melahirkan manusia-manusia yang secara rohani telah
tercerahkan. Mereka yang telah tercerahkan mampu melihat dunia dengan perasaan
optimistis, lebih tawakkul, percaya kepada kasih Tuhan, yang tidak akan membiarkan
manusia dalam kenestapaan yang seolah-olah tanpa ujung. Dengan manusia yang tercerahkan
akan lebih memiliki kesabaran dalam melakukan upaya untuk meraih kekuasaan.
Di tengah hiruk pikuk kampanye yang terus cenderung kebablasan (out of control) sekarang
ini, filsafat puasa memberikan perspektif sangat dalam dan bermakna. Perspektif itu, menurut
Annemarie Schimmel, ahli dan otoritas tasawuf, akan membawa muslim untuk takhalaqu bi
akhlaq Allah, bertingkah laku dan berakhlak dengan akhlak Tuhan; akhlak yang penuh
kesempurnaan.
Kesabaran, sebagai salah satu akhlak Tuhan, seharusnya dimiliki setiap dan seluruh orang
berpuasa; dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam masa menjelang pilpres 9 Juli yang tinggal
beberapa hari lagi.
Pengendalian diri yang dilatih melalui ibadah puasa Ramadan dapat mengantarkan kaum
muslimin kepada sikap dan perilaku kesabaran yang merupakan salah satu akhlak Allah.
Kesabaran seperti disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad di atas, bahkan dinyatakan
sebagai separuh dari keimanan.
Dengan demikian, kesabaran yang dicapai melalui ibadah puasa, dapat mengangkat tingkat
keimanan seseorang. Kesabaran juga dapat menolong pemimpin atau mereka yang ingin
menjadi pemimpin puncak negara ini untuk menyelesaikan berbagai masalah kehidupan
berbangsa dan bernegara baik pra maupun pascaterpilihnya kepemimpinan nasional baru
dalam pilpres 9 Juli 2014. Sekali lagi, jika ketidaksabaran yang menguasai mereka, niscaya
hanyalah kenestapaan yang akan melanda negara-bangsa Indonesia. Wallhu a'lam bish-
shawab.
























Ramadhan dan Perilaku Religius

Oleh M. Fuad Nasar Wakil Sekretaris BAZNAS



Ramadhan yang identik dengan bulan puasa selalu dinantikan oleh umat Islam di seluruh
dunia. Dalam suasana yang segar dan damai di bulan suci Ramadhan 1435 Hijriyah/2014 ini
kami mengajak seluruh umat Islam di Tanah Air untuk menghayati makna ibadah puasa
sebagai benteng keimanan di tengah krisis ruhani yang melanda sebagian masyarakat di era
teknologi informasi.
Meminjam ungkapan almarhum Buya Hamka; berbahagialah kita menjadi orang Islam yang
dapat merasakan kekayaan jiwa yang tidak terpermanai melalui ibadah puasa. Ketua
Umum MUI pertama itu menuturkan kesan perjalanannya ke Eropa (1976) yang menarik kita
renungkan. Orang Barat sekarang ada yang sudah bosan dengan peradabannya sendiri.
Gereja-gereja kelihatan sepi. Mereka merasa tidak perlu lagi beribadah. Sudah mulai bosan
melihat suasananya sendiri, mulai dari naik kapal terbang atau berhenti di Airport, di tempat
pemberhentian-pemberhentian di Amsterdam, di London, atau dalam bus dan kereta bawah
tanah, muka mereka tidak ada yang jernih, tidak ada hubungan satu diri dengan diri yang
lain, nafsi-nafsi hidupnya.
Mereka berjalan cepat-cepat, tidak menyapa satu sama lainnya, muka keruh saja, dan kalau
membaca, baca sendiri, orang kanan kiri tidak peduli. Tidak ada Assalamu'alaikum wr.wb.
Wa'alaikumussalam wr.wb.
Duduk seduduknya, berjalan seperjalanannya, masa bodo bergaya, yang dipikirkan cuma:
money atau uang, sebab dengan uang banyak, bergaya hidup mewah. Untuk menjadi iktibar
bagi kita. Di kala orang Barat sudah bosan dengan kebudayaannya sendiri, sementara kita
yang berada di negeri Islam ini, ada juga yang bosan terhadap kebudayaannya sendiri.
Ia mencoba dahulu menjadi orang Barat... ujar Buya Hamka dalam kumpulan Khutbah
Pilihan (cetakan 2005).
Ramadhan adalah kesempatan untuk mengoreksi jalan hidup muslim yang kerap berbelok
saat dihadapkan dengan berbagai pilihan dan godaan duniawi. Dalam Al Quran perintah
puasa (shaum) disebutkan hanya pada satu tempat, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 183.
Ibadah shaum (puasa) bertujuan mengantarkan orang-orang yang beriman mencapai derajat
muttaqin. Islam mewajibkan puasa dengan tujuan menjadikan manusia mencapai tingkat
perkembangan spiritual yang paling tinggi.
Puasa adalah lembaga universal dalam semua syariat agama yang diwahyukan, sekalipun cara
puasa dan motifnya berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam syariat Islam sebagai penutup
dari semua agama wahyu, puasa diwajibkan sebulan Ramadhan, di bulan peringatan turunnya
Al Quran. Puasa merefleksikan sikap hidup muslim dalam memenuhi panggilan Ilahi dan
mematuhi pimpinan Rasul.
Selain membina disiplin spiritual dan moral, puasa mempunyai nilai sosial untuk
membangkitkan kepedulian dan kepekaan orang kaya terhadap orang miskin. Sebagai bagian
dari amaliah Ramadhan, umat Islam dianjurkan memperbanyak doa dan shalat sunnah
(tarawih atau qiyamu ramadhan), tadarus Al Quran, dzikir, iktikaf di masjid sepuluh hari
terakhir Ramadhan, dan beramal shaleh, seperti bersedekah, infak dan amal yang bermanfaat
lainnya.
Pengendalian hawa nafsu akan mendorong tertanamnya perilaku religius, tidak saja di bulan
Ramadhan, melainkan di seluruh perjalanan hidup manusia sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya. Menurut ahli sosiologi agama, meski penghayatan agama bersifat individual,
tetapi realitas keagamaan merupakan persoalan sosial. Karena itu, syiar Ramadhan sebagai
bulan latihan dan pendidikan beragama haruslah memberi kesan yang mendalam kepada
semua kalangan umat Islam. Perilaku religius yang dipupuk di bulan Ramadhan harus ajeg
dan bertahan pasca Ramadhan.
Imam Muhyidin Ibnul Arabi menyampaikan empat tingkah laku utama orang Islam menurut
pandangan tasawuf dan barangsiapa yang mengumpulkannya, dia akan mencapai
keistimewaan, yaitu ta'dhim hurumatil muslimin, memuliakan kemuliaan sesama umat Islam,
hidmatul fuqara wal masakin, memelihara atau melayani fakir miskin, insafu min nafsihi,
menyadari kekurangan diri atau mawas diri, dan tarku intishari laha, bertindak ikhlas.
(Majalah Panji Masjarakat No 16 tahun 1960).
Seperti diketahui, umat Nabi Muhammad SAW tampil menjadi umat teladan dan bermutu di
masa lampau. Di masa itu tidak ada ketimpangan antara potensi umat Islam dan peranan
Islam di dunia. Kualitas umat terbentuk karena mereka mengamalkan Al Quran dan spirit Al
Quran itu yang membentuk pribadi muslim. Perilaku religius benar-benar mewarnai
kehidupan umat. Dewasa ini, umat Islam yang mayoritas di Indonesia adalah penentu
kehidupan bangsa. Menurut kelakar almarhum Nurcholis Madjid, kalau kita melempar batu
ke pasar, pasti kena orang Islam. Kelakar itu bisa dibalik juga, bila kita melempar roti, pasti
kena orang Islam.
Perilaku religius dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Kita gembira dan bersyukur
menyaksikan semarak Ramadhan di Tanah Air dan di negeri-negeri Islam lainnya. Islam
tidak berhenti pada ajaran shalat, puasa, zakat dan haji saja sebagai jalan yang mendekatkan
manusia kepada Allah SWT. Berbuat baik dan menolong sesama manusia adalah juga jalan
yang mendekatkan manusia kepada Allah.
Jalan ke Surga tidak dibatasi hanya di masjid, melainkan juga di tempat-tempat kumuh, di
gubuk-gubuk derita kaum dhuafa, di sekolah-sekolah, di rumah-rumah sakit, dan di mana
saja kita menemukan orang-orang yang dalam kesulitan, berlinang air mata dan menanggung
beban penderitaan.
Takwa seseorang akan diuji tatkala berinteraksi dengan realitas sosial maupun di dalam amar
makruf nahi munkar. Dalam Islam nilai manusia ditentukan oleh amalnya, Allah tidak
memandang bentuk tubuh dan harta kekayaanmu, tetapi memandang hati dan amalmu. (H.R.
Muslim).
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan menghayati maknanya. Wallahu a'lam.













































Melawan Sifat Materialisme

Oleh Irfan Syauqi Beik Staf Ahli BAZNAS



Dalam sebuah hasil penelitian terbaru yang dirilis oleh Prof Aric Rindfleisch dari Illinois
State University AS, terungkap bahwa sifat materialisme atau terlalu berlebihan dalam
mencintai harta, akan memberikan sejumlah efek negatif. Ia mengatakan bahwa ada dua
dampak buruk materialisme. Pertama, memperburuk kesejahteraan individu. Kedua,
memperparah efek trauma dan stres terhadap kejadian buruk.
Yang menarik dari riset tersebut adalah pada temuan atau kesimpulan kedua. Rindfleisch
menyatakan bahwa orang-orang yang materialistis, ketika berhadapan dengan persoalan
kehidupan yang parah, seperti ketidaksesuaian antara rencana dengan hasil yang didapat,
maka mereka akan cenderung lebih sulit menerima kenyataan dan mudah stres. Kondisi ini
mengakibatkan orang tersebut untuk melakukan maladaptive consumption, yaitu
ketidakrasionalan pola konsumsi. Misalnya, dengan membeli barang yang tidak perlu atau
tidak dibutuhkan olehnya, maupun mengkonsumsi barang dan jasa yang mengancam
kehidupannya. Kesabaran terhadap tekanan hidup menjadi berkurang, dan ia akan memiliki
kecenderungan untuk menjadi paranoid, terutama terhadap kematian. Rasa takut akan mati
sangat menghantuinya.
Dengan kata lain, perilaku materialisme akan menyebabkan ketidaktenangan hidup. Orang
akan lebih mudah gelisah dan resah. Sehingga, pada jangka panjang, kondisi ini akan
mengancam tingkat produktivitas seseorang, yang pada akhirnya berpotensi menurunkan
tingkat produktivitas suatu bangsa secara keseluruhan. Jika ini terjadi, maka tingkat
kemakmuran akan mengalami penurunan.
Dari hasil studi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa ada dua solusi yang harus
dikembangkan, untuk mengatasi problem materialisme dan dampak buruk yang
ditimbulkannya. Pertama, peningkatan kualitas pengendalian diri, terutama terkait dengan
konsumsi pribadi. Kedua, mendorong semangat berbagi, sebagai antitesa dari sifat serakah
terhadap harta.
Terkait poin yang pertama, harus disadari bahwa sumber utama penyakit materialisme adalah
ketidakmampuan diri untuk mengendalikan hawa nafsu dalam mengkonsumsi barang dan
jasa. Untuk itu, jiwa harus dilatih agar memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik.
Salah satunya adalah melalui momentum ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
Imam Al Ghazali mengatakan bahwa tingkat puasa seseorang itu dibagi menjadi tiga, yaitu
puasa awam, puasa khusus, dan puasa yang sangat khusus. Pada puasa awam, seseorang
hanya mampu menahan diri dari lapar dan haus semata, serta belum mampu mengendalikan
diri dari syahwat yang lain. Sedangkan pada puasa jenis kedua, seseorang sudah mampu
mengendalikan hawa nafsu yang lain, selain makan dan minum. Misalnya, mengendalikan
nafsu amarah yang berlebihan. Sementara pada tingkatan ketiga, kualitas puasa seseorang
sudah mampu menghantarkannya pada kebersihan nurani dan hati, sehingga tidak sedikitpun
terlintas dalam benaknya keinginan untuk bermaksiat dan berbuat keburukan. Jadi
memikirkan hal negatif saja tidak, apalagi melakukannya. Berbeda dengan puasa level kedua
dimana pada diri seseorang masih mungkin terlintas hal-hal negatif, meski kemudian mampu
dicegahnya.
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa puasa pada dasarnya adalah instrumen untuk
mengendalikan diri, termasuk pengendalian terhadap konsumsi berlebihan. Ini adalah antitesa
dari teori konsumsi konvensional yang berorientasi sepenuhnya pada pencapaian tingkat
kepuasan maksimum, dimana kondisi ini bisa dicapai melalui konsumsi barang dan jasa
secara maksimal dengan faktor pembatasnya adalah anggaran keuangan yang dimiliki.
Selanjutnya, solusi kedua adalah dengan mendorong semangat berbagi, melalui pelaksanaan
ibadah zakat, infak dan shadaqah (ZIS). Ibadah ZIS adalah metode yang efektif dalam
mengikis keserakahan. Melalui ibadah ini, seseorang diajarkan untuk tidak mencintai harta
secara berlebihan, karena hakekat hidup pada dasarnya adalah untuk memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi umat manusia. Ibadah ZIS juga merupakan instrumen alami yang
diciptakan ajaran Islam untuk mencegah konsentrasi kekayaan di tangan segelintir kelompok,
dan mendorong tumbuhnya solidaritas sosial yang kuat. Jika kesenjangan ekstrim bisa
dicegah, dan solidaritas sosial dapat diperkuat, maka ketenteraman dan ketertiban dalam
kehidupan sosial masyarakat bisa menjadi kenyataan.
Wallahu a'lam.












Sumbangan Pemikiran Pilpres 2014: Agenda Pembangunan
Pendidikan

Amich Alhumami Antropolog; meraih PhD dari The University of Sussex, Inggris


PADA abad ke-21 bangsa Indonesia menghadapi tantangan berat sebagai dampak dari arus
kuat globalisasi, yang menciptakan kompetisi antarbangsa yang ketat. Untuk dapat bersaing
di era global, syarat mutlak yang harus dipenuhi ialah sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Dalam upaya membangun SDM berkualitas, posisi perguruan tinggi sangat
sentral bahkan menjadi tumpuan utama. Penguatan perguruan tinggi menjadi keharusan untuk
menghadapi berbagai macam tantangan global, yang menuntut kemampuan daya saing tinggi.

Kemampuan daya saing ditentukan profesionalisme baik pada tingkat manajemen
kelembagaan perguruan tinggi, mutu tenaga akademik, maupun kualitas lulusan. Daya saing
nasional juga ditentukan kemampuan bangsa Indonesia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, melakukan inovasi teknologi, dan mendorong program research and
development untuk melahirkan penemuan-penemuan baru.

Agenda 3: pendidikan tinggi

Namun, angka pengangguran terdidik masih cukup tinggi yang menunjukkan relevansi dan
daya saing pendidikan tinggi masih rendah dan ketidakselarasan antara perguruan tinggi dan
dunia kerja. Pengangguran terdidik memberi indikasi bahwa program-program studi yang
dikembangkan di perguruan tinggi mengalami kejenuhan karena peningkatan jumlah lulusan
tidak sebanding dengan pertumbuhan pasar kerja.

Bagi lulusan perguruan tinggi yang terserap di pasar kerja, sebagian besar (60%) bekerja di
bidang pekerjaan yang termasuk kategori white-collar jobs (manajer, profesional), yang
menuntut keahlian tinggi dan penguasaan ilmu khusus (insinyur, dokter, guru). Namun,
sebagian dari mereka (30%) juga ada yang bekerja di bidang pekerjaan yang bersifat
semiterampil (tenaga administrasi, tenaga pemasaran), bahkan ada juga yang berketerampilan
rendah (10%) sehingga harus bekerja di bagian produksi (blue-collar jobs) (Bank Dunia
2013).
Gejala itu memberi gambaran bahwa program akademik, bidang keilmuan, dan kurikulum
yang dikembangkan di perguruan tinggi kurang memiliki relevansi dan tidak sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Perguruan tinggi juga belum sepenuhnya dapat
melahirkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki daya saing mumpuni.
Relevansi dan daya saing lulusan perguruan sangat ditentukan penguasaan tiga hal, yaitu 1)
academic skills yang berhubungan langsung dengan bidang ilmu yang ditekuni di perguruan
tinggi, 2) generic/life skills yang merujuk pada jenis-jenis keterampilan yang diperoleh
selama menempuh pendidikan yang dapat diaplikasikan di lapangan kerja (seperti berpikir
kritis/kreatif, pemecahan masalah, komunikasi, negosiasi, kerja dalam tim, kepemimpinan),
dan 3) technical skills yang berkaitan dengan profesi spesifik yang mensyaratkan
pengetahuan dan keahlian agar berkinerja bagus di suatu bidang pekerjaan (Bank Dunia
2013). Untuk itu, peningkatan mutu pendidikan tinggi mutlak dilakukan untuk membangun
daya saing nasional dalam menghadapi kompetisi antarbangsa.
Agenda 4: pendidikan guru & reformasi LPTK
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat bergantung pada ketersediaan guru-guru
bermutu, yang punya kompetensi tinggi. Namun, justru itulah yang menjadi salah satu
masalah utama pembangunan pendidikan di Indonesia. Secara nasional, jumlah guru sudah
mencukupi seperti tecermin pada rasio guru-murid yang rendah (jenjang SD/MI 1:16 dan
SMP/MTs 1:14). Namun, yang menjadi masalah ialah jumlah guru tidak tersebar merata di
seluruh daerah. Guru lebih banyak terkonsentrasi di wilayah perkotaan sehingga terjadi
kelebihan guru di daerah-daerah tersebut, sedangkan di daerahdaerah lain justru kekurangan
guru. Di era otonomi daerah, ketidakmerataan sebaran guru ini makin sulit diatasi karena
kewenangan mengelola guru sepenuhnya berada di bawah pemerintah kabupaten/kota.
Peran LPTK sangat sentral sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk melahirkan guru-
guru yang bermutu. Namun, LPTK dinilai belum mampu mendidik calon-calon guru yang
menguasai ilmu pedagogi sekaligus bidang ilmu yang nanti akan diampu. Karena itu,
reformasi LPTK menjadi tak terelakkan yang dapat ditempuh dengan melakukan reorientasi
program pre-service education melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
PPG harus diselenggarakan dengan mengubah pola pendidikan keguruan yang bertumpu pada
kombinasi dua pendekatan: research-based teacher education dan schoolbased teaching
experience. Pendekatan demikian diperlukan agar para guru terbiasa melakukan riset dan
mengajar dengan berbasis pada pengalaman praktik di sekolah, untuk mendukung
peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
Selama ini, ada dua hal penting yang hilang dalam proses pembelajaran, critical thinking dan
analytical skills, karena guru cenderung menerapkan expository learning method dalam
bentuk ceramah. Metode pembelajaran itu sama sekali tidak membuka ruang bagi para siswa
untuk berdiskusi, melakukan investigasi, dan mengembangkan pikiran.
Proses pembelajaran demikian jelas tidak akan mampu menumbuhkan kreativitas siswa,
membangkitkan daya kritis dalam berpikir dan kemampuan analisis, suatu kompetensi yang
justru sangat vital yang harus dimiliki siswa. Proses pembelajaran yang baik hanya dapat
berlangsung bilamana guru menerapkan discovery learning method untuk menggantikan
expository learning method.
Sejalan dengan hal itu, Ditjen Pendidikan Tinggi harus menunjuk LPTK tertentu saja untuk
menyelenggarakan PPG, sekaligus mengendalikan pertumbuhan LPTK dan jumlah
mahasiswa dengan menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Calon-calon
mahasiswa yang diterima di LPTK harus lulusan-lulusan sekolah menengah dengan prestasi
akademik cemerlang yang punya passion untuk menekuni profesi guru, seperti yang
dilakukan di Finlandia, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura. Untuk itu, LPTK seyogianya
tidak berorientasi pada peningkatan jumlah mahasiswa, tetapi lebih kepada peningkatan mutu
program akademik.
LPTK perlu didorong agar lebih fokus pada peningkatan kualitas pendidikan guru yang
mampu menguasai dua kompetensi sekaligus: subject content knowledge dan pedagogical
content knowledge. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus punya
political will untuk menata ulang LPTK dan dapat menggunakan wewenangnya untuk
melakukan penggabungan bahkan bila perlu menutup LPTK yang berkinerja buruk.
Agenda 5: pembiayaan pendidikan
Sesuai dengan amanat konstitusi, negara telah memenuhi anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari APBN. Pada 2013, total anggaran untuk pendidikan mencapai Rp336,85
triliun, yang dialokasikan melalui pemerintah pusat sebesar Rp117,78 triliun, melalui transfer
daerah sebesar Rp214,07 triliun, dan dana abadi sebesar Rp5 triliun.
Dengan anggaran sedemikian besar, isu yang kerap muncul ialah the quality of public
spending yang terkait dengan dua hal; 1) efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatan
anggaran dan 2) dampak anggaran besar terhadap peningkatan mutu pendidikan. Namun,
pemanfaatan belanja publik untuk pendidikan yang tidak efisien menjadi problem krusial.
Ketidakefisienan pemanfaatan anggaran bisa dalam bentuk misalokasi dan penyelewengan.
Studi Bank Dunia (2012) menunjukkan anggaran pendidikan tidak efisien terutama karena
sekitar 47% dialokasikan untuk membayar gaji dan tunjangan profesi guru, dengan rasio
guru-murid yang sangat rendah dan tidak semua guru memenuhi kewajiban jam mengajar
sesuai ketentuan. Selain itu, pemberian tunjangan profesi guru dan berbagai pelatihan terkait
dengan program sertifikasi kompetensi guru, yang mengambil porsi anggaran sangat besar,
ternyata belum berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran dan kualitas hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa sebagai cerminan prestasi akademik yang ditempuh melalui proses
pembelajaran tidak sepadan dengan alokasi anggaran yang sangat besar.
Lima agenda pembangunan pendidikan yang diuraikan di atas perlu mendapat perhatian
serius dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian, upaya kolektif bangsa ini
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan usaha bersama untuk memperbaiki kinerja
penyelenggaraan pendidikan nasional dapat tercapai.
*) Tulisan terakhir


TAFSIR AL-MISHBAH
Jangan Tergiur Kenikmatan di Dunia Semata
OLEH: QURAISH SHIHAB

"Dalam Surah Al-Hijr ayat 87, Allah SWT berfirman, 'Dan sesungguhnya Kami telah
berikan padamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung.'
Para penafsir merujuk tujuh ayat itu ialah Al-Fatihah yang menjadi surah pembuka
dalam Alquran dan selalu dibaca berulang-ulang dalam salat."
TAFSIR AL-Mishbah episode kali ini membahas lima ayat Alquran Surah Al-Hijr, yakni
ayat 85 hingga 90. Pada ayat-ayat tersebut, Allah SWT menyerukan kepada manusia untuk
memperhatikan tujuan penciptaan alam dan potensi semesta alam, serta keutamaan Surah Al-
Fatihah.
Pada ayat 85 dijelaskan bagaimana proses terjadinya alam semesta, hari akhir, serta seruan
untuk memaafkan dengan cara yang baik. `Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya, kecuali dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu
pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik'.
Dengan kata lain, alam raya yang ada saat ini tidak diciptakan untuk permainan saja, tetapi
ada tujuannya. Setiap makhluk diciptakan Allah SWT untuk tujuan benar. Kita mengabdi
kepada Allah dan memberikan kemakmuran kepada dunia demi pengabdian. Setiap hal yang
kita lakukan haruslah punya tujuan yang benar.
Karena itu, manusia yang telah diberikan potensi oleh Allah SWT seharusnya beramal untuk
berbuat kebenaran meski beberapa di antara mereka ada yang mengamalkannya dengan jalan
keliru. Karena itulah, Allah menetapkan kepastian akan datangnya hari kiamat dan menyeru
kepada manusia untuk memaafkan dengan cara baik.
Kemudian, dalam Surah Al Hijr ayat 86 Allah berfirman, Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah
Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Maksud ayat itu ialah dengan mengimani bahwa Allah SWT itu maha pencipta dan maha
mengetahui, manusia yang merasa sakit hati bisa berlapang dada karena keyakinan
bahwasanya keadilan akan tetap diperolehnya kalaupun bukan di dunia, kelak di akhirat sang
Maha Pencipta mengentaskan persoalan setiap manusia.
Selanjutnya, Surah Al Hijr ayat 87, bahwa Allah SWT berfirman, Dan sesungguhnya Kami
telah berikan padamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung. Para
penafsir merujuk tujuh ayat tersebut ialah Surah Al Fatihah yang menjadi surah pembuka
dalam Alquran yang berisi tujuh ayat. Surah itu dibaca berulang-ulang pada tiap dua
rakaat pertama dalam salat.
Para alim ulama mengungkapkan tidak ada sesuatu pun yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang lebih mulia daripada Surat Al-Fatihah. Karena itu, surat tersebut
mutlak dibaca berkali-kali. Hal tersebut diungkap para alim ulama mengingat keutamaan
makna pada surat itu, yakni mengenai kebesaran Allah SWT.
Bekal di akhirat
Karena itu, Allah berpesan dalam ayat selanjutnya yakni ayat 88 hingga 90, Janganlah
sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami
berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah
kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman. Dan katakanlah: `Sesungguhnya, aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan'.
Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada
orang-orang yang membagi-bagi (kitab Allah).
Pesan Allah itu ditafsirkan sebagai bentuk peringatan kepada Muhammad SAW agar tidak
tergiur oleh kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepada kaum yang lalai. Meski begitu,
Allah SWT tidak pernah melarang manusia untuk bersenang-senang di dunia. Dalam ayat
lain, Allah pernah memerintahkan manusia untuk mencari kesenangan dunia untuk bekal di
akhirat.
Makna pesan itu ialah manusia seharusnya tidak terlena pada kenikmatan tersebut sebab
Allah SWT hanya menyampaikan peringatan. Allah justru tidak memaksa manusia untuk
beriman. Sesungguhnya, Allah telah menyiapkan azab kepada manusia yang membagi-bagi
kitabnya. (Fat/H-2)










CANDA PUASA
Siapa yang Dungu?


MESKI sedang berada di bulan suci Ramadan, kegiatan apa pun tetap saja berlangsung.
Pekerjaan, kegiatan sehari-hari, hingga menuntut ilmu di bangku kuliah tetap tak terlewatkan
bagi umat Islam.
Apalagi, menuntut ilmu juga merupakan bagian dari ibadah yang dianjurkan oleh Allah SWT
kepada kaum muslim yang berpuasa. Dan, itulah yang dilakoni Badu ketika bulan puasa tiba.
Pagi-pagi, setelah sebelumnya sahur di pukul 03.00, ia langsung mandi untuk pergi ke
kampus tempatnya menuntut ilmu. Kampusnya tersebut tidak terlalu jauh, lantaran hanya
berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kos tempat dia tinggal.
Maklum Badu terbilang mahasiswa yang juga cerdas, sehingga tak mengherankan jika dia
sudah tiba di kampus pada pukul 07.00. Sementara itu, dua temannya, yang juga satu kos,
baru tiba pukul 07.30, atau 30 menit setelah kelas dimulai. Akan tetapi, baru saja sampai,
kedua temannya itu asyik mengobrol di kelas. Mereka pun langsung ditegur dosen yang
sedang mengajar.
Pantas ujian tengah semester kalian jeblok. Ternyata, kalian suka mengobrol seenaknya ya
kalau di kelas. Sia-sia saya mengajar di sini. Sekarang, siapa lagi di antara kalian yang
merasa dungu, silakan berdiri!'' kata sang dosen tersebut kepada mahasiswa dengan nada
meninggi.
Suasana lalu mendadak hening. Namun, itu tak dialami Badu. Tiba-tiba saja, Badu yang
berkacamata tebal itu memberanikan diri berdiri.
Kedua temannya dan mahasiswa lain di dalam kelas pun saling pandang. Mereka tak mengira
Badu berani seketika.
Kamu yakin bahwa kamu dungu?'' kata si dosen yang sebenarnya tahu bahwa Badu yang
berdiri itu ialah mahasiswa yang cerdas. Terbukti pada semester lalu, ia mendapat IPK 3,60.
Bukan begitu, Pak. Saya cuma tidak tega saja melihat bapak berdiri sendiri,'' kata Badu
dengan polos.

Disarikan dari: 99 Canda Gila ala Mahasiswa, Sukacanda Jawahani, 2013, Yogyakarta.



Rupiah Perlu Nyali Pemerintah

WIBOWO


BUMN perlu memberi contoh dalam meniadakan transaksi valas untuk pembayaran di
dalam negeri.
PEMERINTAH memiliki ruang untuk membantu memperkuat nilai tukar rupiah. Walakin,
tidak ada upaya signifikan untuk memanfaatkan ruang itu. Hal itu disampaikan Direktur
Eksekutif Indonesia Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad
Erani Yustika.
Menurutnya, ada hal-hal yang seharusnya ditegakkan, seperti kewajiban transaksi
pembayaran di dalam negeri dengan memakai rupiah, tetapi justru seolah diabaikan. Padahal,
hal itu sedikit banyak akan membantu mengurangi permintaan terhadap valas sehingga
stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga.
Aktivitas seperti perhotelan, pelabuhan, atau keuangan seharusnya bisa menggunakan mata
uang rupiah, tuturnya saat dihubungi, akhir pekan lalu.
Usulan lain dari Erani adalah menaikkan pajak kendaraan bermotor. Hal tersebut ia yakini
akan membantu memperbaiki struktur neraca transaksi berjalan yang timpang akibat impor
lebih tinggi ketimbang ekspor. Penaikan pajak kendaraan bermotor ia perkirakan bisa
menggerus permintaan atas otomotif yang sarat akan komponen impor.
Langkah-langkah itu bisa dilakukan jangka pendek selama pemerintah ada nyali untuk
mengerjakan, tegasnya.
Apabila pemerintah berani memanfaatkan ruang-ruang tersebut, ujar Erani, akan ada potensi
nilai tukar rupiah menguat. Namun, ia tidak menepis adanya pengaruh faktor di luar ekonomi,
seperti ketidakpastian politik terhadap kurs rupiah yang pekan lalu menembus level 12 ribu
per dolar AS.
Investor atau pasar melihat persaingan antarkandidat makin ketat, sehingga hasilnya tidak
mudah diketahui, hal semacam ini jadi sumber munculnya flukutasi nilai tukar rupiah,
ungkap Erani.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Chairul Tanjung mengingatkan agar transaksi di
pelabuhan tidak lagi memakai valas dalam tiga bulan mendatang. Hal itu sudah pernah
disampaikan pemerintah, pada pertengahan tahun lalu, tapi tidak digubris.
Padahal, sesuai UU No 7/2011 tentang Mata Uang, transaksi pembayaran di dalam negeri
harus menggunakan rupiah. Pelanggar beleid itu pun terancam sanksi pidana.
Tindak tegas
Analis pasar valas Ariston Tjendra mengusulkan agar pemerintah menindak tegas pihak-
pihak yang masih memakai valas dalam transaksi di dalam negeri.
Dalam UU Mata Uang, memang terdapat ancaman pidana bagi pelaku hal tersebut, yakni
berupa denda maksimal Rp200 juta dan kurungan maksimal 1 tahun.
Ariston menambahkan, pada dasarnya rezim nilai tukar mengambang terkendali yang dianut
Indonesia menjadikan rupiah amat rentan oleh persepsi. Kalau pasar mempersepsikan
perekonomian Indonesia lemah, efeknya juga ke pelemahan rupiah, pungkasnya.
Dalam kesempatan terpisah, anggota Komisi IV DPR Habib Nabiel Almusawa mendukung
desakan Menko Perekonomian perihal penggunaan rupiah untuk transaksi di pelabuhan.
Meski pembayaran dengan rupiah, tetapi pencantuman tarif dengan dolar AS, itu plin plan.
Kita semua harus sama-sama mengurangi tekanan atas rupiah. BUMN harus memberi
contoh, ujarnya di Banjarmasin, akhir pekan lalu. (Ant/E-2)
wibowo.red@mediaindonesia.com


























SD Terapkan Calistung Ditegur Keras

SYARIEF OEBAIDILLAH


Untuk mengantisipasi pemberlakuan tes, Kemendikbud kerap mengimbau ke daerah-
daerah, terutama kepada dinas pendidikan dan kepala sekolah. PP No 17/2010 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan menyatakan tidak dibenarkan bagi SD untuk melakukan
tes dalam bentuk apa pun terhadap anak-anak yang masuk SD.
KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa
ketentuan penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk sekolah dasar (SD) atau madrasah
ibtidaiyah (MI) dan sederajat hanya dilakukan berdasarkan umur. Lantaran itu, Kemendikbud
tidak segan memberi teguran keras bagi sekolah yang masih menerapkan tes calistung
(membaca, menulis, dan berhitung), tes psikologi, atau segala bentuk tes apa pun.
Tes masuk SD hanya berdasarkan umur. Kurikulum 2013 pun dirancang untuk
mengantisipasi itu, ujar Wamendikbud bidang Pendidikan Musliar Kasim kepada Media
Indonesia, kemarin.
Larangan seleksi siswa baru SD sudah diatur pada PP No 17/2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, tidak dibenarkan bagi SD untuk melakukan tes dalam bentuk
apa pun bagi anak-anak yang akan masuk SD. Mengacu pada PP itu, yang boleh masuk SD
adalah anak berusia 7-12 tahun pada hari pertama masuk sekolah. Anak yang berusia 6 tahun
pada hari pertama masuk sekolah juga boleh mendaftar, tapi diutamakan yang umurnya
memenuhi persyaratan terlebih dahulu.
Untuk mengantisipasi terjadinya pemberlakuan tes, Kemendikbud kerap mengimbau daerah,
terutama dinas pendidikan dan kepala sekolah.
Kembali kami ingatkan kepada sekolahnya. Kalau perlu kita buat surat kepada kepala
dinasnya agar menegur kepala sekolah yang melakukan tes masuk SD, katanya.
Musliar menjelaskan Kemendikbud hanya bisa melakukan tindakan berupa peneguran
terhadap dinas pendidikan dan kepala sekolah yang menerapkan tes masuk SD. Kita tidak
bisa mengeluarkan keputusan agar kepala sekolahnya diberhentikan. Itu wewenang
pemerintah daerah. Orangtua juga bisa mengadu ke dinas pendidikan, bisa melakukan
protes, imbuh dia.
Mulai mematuhi
Secara terpisah, Kasubdit Pendidik dan Tenaga Pendidikan Dasar Kemendikbud, Elvira,
menambahkan sebetulnya sistem PPDB untuk SD negeri khususnya di DKI Jakarta sudah
menggunakan sistem online yang menitikberatkan pada umur.
Namun, diakui ada sejumlah SD swasta yang masih menerapkan calistung dalam proses
seleksi. Menurut dia, SD yang masih menerapkan tes, umumnya adalah SD favorit.
Lantaran peminatnya membeludak, sedangkan kuota kursinya terbatas, mereka terpaksa
menerapkan tes seleksi.
Karena masih banyak SD yang membandel, peran pengawas untuk memonitor
penyimpangan dalam PPBD menjadi penting, ujar Elvira.
Kepala MI Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Yon Sugiono menjamin calistung tidak akan
diterapkan dalam PPDB. Hal senada disampaikan Kepsek SDN 05 Duri Utara,Tambora,
Dana Heli. Keduanya sepakat menerapkan calistung pada saat proses mengajar pada siswa
dimulai.
Sementara itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) menegaskan pihaknya bakal melaporkan
SD yang masih menerapkan calistung ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI).
Di Bogor, kami menemukan masih ada SD yang menerapkan calistung pada seleksi, ujar
Staf Monitoring Pelayan Publik ICW, Siti Juliantari Rahman. (Ant/S-4)
oebay @mediaindonesia.com



























Kolombia Ingin Adu Sepak Bola Indah

AGUS TRIWIBOWO

Kolombia yang tampil pertama kali di Piala Dunia setelah absen selama 16 tahun
sejauh ini tampil memukau.
SETELAH menapak ke delapan besar, Kolombia menjanjikan laga indah saat bertemu tuan
rumah Brasil di Fortaleza, Sabtu (5/7) dini hari WIB.
Itu akan menjadi pertandingan besar. Pertemuan dua tim yang sangat bagus dan salah
satunya harus tersisih, ungkap arsitek Kolombia Jose Pekerman seusai timnya menyisihkan
Uruguay 2-0 pada laga 16 besar di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, kemarin dini hari WIB.
Tuan rumah Brasil lolos ke perempat final setelah menang 3-2 melalui adu penalti atas Cile,
beberapa jam sebelumnya. Tos-tosan harus dilakukan setelah dua tim berbagi skor 1-1 hingga
laga perpanjangan waktu selesai.
Pekerman menambahkan, gaya Brasil dan Kolombia dapat dikatakan identik. Kedua tim
bermain dengan cara sendiri. Sama-sama melakukan penguasaan bola dan menggunakan
dengan sebaik-baiknya, jelas pelatih asal Argentina itu.
Tampil memukau
Kolombia yang tampil pertama kali di Piala Dunia setelah absen selama 16 tahun sejauh ini
tampil memukau. Di depan publik Brasil mereka selalu memenangi laga penyisihan dan
mengoleksi sembilan gol, atau hanya kalah dari tim `Oranye' Belanda dengan 10 gol. Saat
tampil di Maracana menghadapi Uruguay, juara dunia dua kali, Kolombia kembali unjuk
keperkasaan. Dua gol kemenangan mereka lesakkan ke gawang Uruguay, semifinalis Piala
Dunia 2010.
Kemenangan keempat Kolombia di Brasil diawali dengan gol James Rodriguez di menit ke-
28. Setelah menghentikan bola dengan dada, pemain Monaco berusia 22 tahun itu sambil
membelakangi gawang melepaskan tendangan voli yang tidak mampu dihentikan kiper
Uruguay Fernando Muslera.
Rodriguez kembali menggandakan keunggulan di menit ke-50. Gol berawal dari serbuan
Pablo Armero yang melepaskan umpan silang. Juan Cuadrado yang berdiri di tiang jauh
mengirim balik bola dengan tandukan ke depan gawang Uruguay. Bola langsung disambut
Rodriguez dengan sontekan untuk menggetarkan jala gawang Uruguay.
Rodriguez kini mengoleksi lima gol. Ia unggul satu gol atas nama-nama besar seperti
Neymar, Lionel Messi, dan Thomas Mueller, ketiganya telah mencetak empat gol.
Menghadapi Brasil tidak membuat Rodriguez gentar. Kami harus berhati-hati karena mereka
memiliki sekelompok pemain hebat...tetapi kami juga bisa membahayakan mereka, ujarnya.
Pelatih Uruguay Oscar Tabarez menyebut kehadiran Rodriguez menjadi pembeda sehingga
Kolombia mampu memenangi laga. Tabarez pun menilai Rodriguez sebagai pemain layaknya
Maradona, Neymar, Luis Suarez, atau Lionel Messi yang bisa membawa perubahan penting
bagi tim.
Saya percaya dengan apa yang saya lihat, dia pemain terbaik di Piala Dunia, sanjung
Tabarez.
Uruguay yang tampil tanpa Luis Suarez, setelah kasus gigitan terhadap bek Italia Giorgio
Chiellini, gagal membongkar pertahanan Kolombia. Edinson Cavani sebagai striker, dibantu
Diego Forlan, mencoba membongkar pertahanan Kolombia. Namun, hingga akhir laga,
Forlan yang empat tahun lalu menjadi striker tersubur dengan lima gol tidak juga
menggetarkan jala gawang Kolombia. (R-1)
agustewe@mediaindonesia.com
















BINTANG
Pemain dengan Rating Terbaik


BUKAN Lionel Messi atau bintang tuan rumah Brasil, Neymar, yang menjadi perbincangan.
Kini, semua mata tertuju kepada kiprah James Rodriguez, pemain muda Kolombia yang kini
nangkring menjadi top scorer sementara dengan lima gol.
Cepat, tangguh, dan kuat menjadi kelebihan pemain yang kini merumput bersama AS
Monaco itu. Selain kemampuan finishing-nya cukup mumpuni, James jago melepas umpan
terobosan atau passing akurat.
Kelebihan tersebut sudah diperlihatkan saat gol `spektakulernya' ke gawang Uruguay di
babak 16 besar menghunjam keras ke gawang Fernando Muslera kemarin. Saat menerima
bola lambung tepat di depan kotak penalti Uruguay, Rodriguez menahan bola dengan
dadanya sembari memutar badan. Ketika sudah berada dalam sudut 90 derajat dari arah
gawang Uruguay, dia langsung menghantam bola dengan sepakan voli kaki kiri. Bola yang
dihantamnya itu melejit dan menerpa mistar gawang Uruguay, sebelum akhirnya memantul
ke bawah dan masuk gawang.
Tidak berlebihan jika oleh FIFA, Rodriguez kini ditempatkan sebagai pemain dengan rating
terbaik, yakni 9,79. Kelima buah gol yang ditorehkannya sepanjang Piala Dunia kali ini dia
hasilkan dari 15 tembakan. Padahal, sebelumnya Kolombia diprediksi tidak akan melangkah
jauh tanpa striker Radamel Falcao. Namun, prediksi itu dimentahkan pemuda kelahiran 12
Juli 1991 itu.
Lalu siapa sebenarnya Rodriguez itu? Setelah memulai karier di klub lokal, Evigado, pada
2007, Rodriguez mencoba peruntungan bersama klub Argentina, Banfield. Sinar terangnya
mulai terlihat saat dibeli klub Portugal, Porto, pada musim panas 2010-11 dengan nilai
transfer 5,1 euro juta (Rp83,74 miliar).
Bakat Rodriguez memikat klub kaya raya asal Prancis, AS Monaco. Tak tanggung-tanggung,
dana sebesar 45 juta euro dikeluarkan untuk memboyong Rodriguez. Nilai tersebut menjadi
yang terbesar kedua dalam sejarah Portugal setelah Hulk (60 juta euro) dari Porto ke Zenit
Saint Petersburg).
Ini sebuah kesuksesan yang bersejarah. Sekarang datang masa-masa sulit bagi kami dan
kami berharap dapat melewati babak delapan besar, kata Rodriguez dilansir Sky Sport.
(AP/Rtr/Era/N-4)



Tiga Laga lagi untuk Nikmati Surga

ACHMAD MAULANA Dari Brasil

Neymar menderita cedera paha kanan dan harus mendapat perawatan lanjut agar bisa
fit melawan Kolombia.
BRASIL butuh tiga kemenangan lagi untuk menjadi juara keenam kalinya setelah 1958,
1962, 1970, 1994, dan 2002. Pelatih Luis Felipe Scolari pun menjanjikan rakyat Brasil untuk
menikmati `surga'.
Surga yang dimaksud Big Phill-julukan Scolari--ialah anggapan sepak bola sudah seperti
agama dan `surga' bagi warga Brasil. Ada tiga laga lagi untuk bisa mengetahui apakah kami
bisa mencapai surga atau tidak, lanjut Scolari.
Tiga laga itu ialah babak perempat final, semifinal, dan final. Langkah untuk menuju `surga'
sudah mulai dilalui saat Brasil menang lewat adu penalti (3-2) atas Cile setelah di waktu
normal kedudukan imbang 1-1. Di perempat final, Selecao akan menghadapi Kolombia,
Jumat (4/7) yang menghentikan laju Uruguay 2-0.
Meski menang, Scolari pun mengeluhkan buruknya penyelesaian Neymar dan para
pemainnya. Lihat saja Brasil mendominasi jalannya laga dengan 23 tembakan dan 13
mengarah ke gawang, tapi mayoritas bisa dimentahkan oleh Claudio Bravo atau bek-bek Cile.
Scolari menyebut pemainnya terlalu banyak buang peluang. Tingkat kesulitan setiap laga
akan selalu bertambah, ujar Scolari. Piala Dunia sudah menunjukkan bahwa kekuatan tim
merata. Jika Anda tidak dapat memanfaatkan dua atau tiga peluang dengan baik, seperti yang
kami lakukan saat ini, Anda akan menerima risikonya dan tersingkir, lanjut Scolari.
Untuk laga selanjutnya mantan pelatih Portugal dan Chelsea itu meminta pemainnya tampil
lebih agresif. Ia juga menjanjikan akan ada perubahan dari gaya bermain timnya. Kami
mencetak gol, lalu kami kebobolan yang berawal dari lemparan ke dalam. Itu tak bisa
diterima dalam sepak bola modern, tutur Scolari.
Setelah itu, kami memiliki tiga atau empat kesempatan untuk mencetak gol kemenangan dan
kami tak bisa melakukannya karena kurang presisi. Itu saat kami mulai mendapat tekanan.
Penguasaan bola masih sama, tapi kami gagal mencetak gol.''
Saat ini Scolari tengah dipusingkan dengan cedera paha kanan Neymar. Ia butuh waktu tiga,
empat, hingga lima hari untuk memastikan bahwa Neymar dapat bermain di laga selanjutnya.
Tampil apik
Meski tersingkir, Cile sebenarnya tampil apik. Pada pertandingan di Mineirao Minggu (29/6)
dini hari WIB, setelah tertinggal lewat gol David Luiz pada menit ke-18, jelang turun minum
Cile menyamakan skor lewat Alexis Sanchez.
Dalam sejarahnya, Cile sudah sembilan kali berpartisipasi di Piala Dunia. Namun, sejak
menyabet tempat ketiga di 1962, langkah terbaik Cile cuma sampai babak 16 Besar.
Tak berlebihan jika pelatih Cile Jorge Sampaoli kecewa. `'Peluang yang nyaris berbuah gol di
akhir pertandingan tadi sungguh berat buat kami. Kami hampir menang, laga ini sungguh
kejam, kata Sampaoli.
Kekalahan itu juga disesali Arturo Vidal. Dia menilai timnya sudah memberi segalanya di
atas lapangan. Kami memainkan pertandingan yang luar biasa dan memberi segalanya. Saya
senang dengan penampilan teman-teman setim saya. Kami mencoba berjuang untuk sebuah
mimpi, tapi tidak berhasil, katanya menambahkan.
Kiper Cile Claudio Bravo yang tampil apik juga menyesalkan kekalahan ini. Akan tetapi,
Bravo menilai timnya layak pulang dengan kepala tegak. (R-1)
maulana@mediaindonesia.com



























TENDANGAN BEBAS

Wirid

DONY TJIPTONUGROHO Redaktur Bahasa Media Indonesia



TENTU ada apa-apa dengan sepak bola sehingga Albert Camus, jurnalis dan peraih Hadiah
Nobel untuk Kesusastraan yang lebih dikenal sebagai filsuf, mengatakan cabang olahraga itu
memberi pengetahuan penting untuknya. Pada saat diwawancara pers kampusnya, 1950-an,
Camus membuat pernyataan yang kemudian lekat dengan sepak bola, Setelah bertahun-
tahun yang di dalamnya saya melihat banyak hal, atas apa yang saya yakin tahu mengenai
moralitas dan kewajiban seorang manusia, saya berutang kepada olahraga, dan itu saya
pelajari di RUA.
Di RUA (Racing Universitaire Algerios), pada 1923, Camus sempat bergabung dengan klub
sepak bola kampus itu. Ia mengambil posisi kiper. Namun, cedera menghentikan karier sepak
bolanya pada 1930. Periode singkat itu tetap dianggap amat berpengaruh sehingga `olahraga'
yang diucapkannya kerap dikaitkan dan bahkan digantikan dengan `sepak bola'.
Sebenarnya Camus memaksudkan ucapannya itu sebagai penegasan nilai-nilai sportivitas
yang diutamakan dalam aktivitas sepak bola yang seharusnya dijunjung pula dalam bidang-
bidang lain kehidupan. Namun, atributnya sebagai filsuf membuat makna perkataannya
meluas, sepak bola menjadi cerminan kehidupan. Ada banyak hal yang dapat diketahui dan
dipahami melalui sepak bola.
Sepak bola memang telah berkembang amat jauh dari bentuk awal, yakni urusan mengirim 11
orang ke dalam lapangan untuk berebut dan memainkan bola yang cuma satu agar terjadi gol,
atau bola masuk gawang. Sebelas pemain itu sebelumnya hanya harus tahu cara menendang
bola untuk mengoper atau memasukkan bola ke gawang, tetapi sekarang itu saja tidak cukup.
Ada strategi untuk diterapkan di lapangan, ada pula pengondisian seperti perang urat saraf
sebelum pertandingan dimulai, dan kemudian ada pertaruhan pribadi atau kelompok yang
memperumit keadaan hingga menyentuh sisi religiositas.
Untuk yang terakhir ini, yang terlibat bukan hanya pemain dan pelatih, melainkan juga
penonton.
Religius
Di pertandingan penting, apalagi turnamen sebesar Piala Dunia, pertaruhan itu mencuat
hingga orang-orang tidak kuasa untuk hanya menaruh harapan pada pemain atau rekan
sesama pemain, tetapi naik banding dan berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Melalui
tayangan televisi, sejak pertandingan kedua babak penyisihan grup, misalnya, semakin jelas
momen-momen genting mendorong orang untuk bersikap religius.
Saat tim mendapat hadiah penalti atau sepak pojok atau tendangan bebas dalam keunggulan
atau ketertinggalan tipis yang menentukan nasib kesebelasan selanjutnya, tidak hanya satu-
dua orang yang menangkupkan tangan dan berdoa. Bayangkan dua hal yang dipanjatkan
kepada Tuhan dalam doa. Ada sekelompok yang berdoa, Jadikan gol, Tuhan.... Gol.
Selamatkan tim kami. Di detik yang bersamaan kelompok lainnya berdoa, Jangan sampai
gol, Tuhan. Jangan. Selamatkan tim kami.
Percayalah, Tuhan Yang Mahaadil tidak bingung dan Dia akan memutuskan hal yang tepat.
Derajat kegentingan itu bagi sebagian orang ternyata tak tertahankan. Saya ambil contoh di
luar Piala Dunia. Di final Liga Champions 2005 antara Liverpool dan AC Milan, striker
Fernando Morientes mengaku sempat tidak kuat untuk menyaksikan babak kedua setelah
Liverpool, tim yang tidak bisa dibelanya akibat aturan transfer EUFA, ketinggalan 0-3
bahkan sebelum babak pertama berakhir. Saat adu penalti setelah skor berubah menjadi 3-3,
ia cuma bisa menutup mata dan berdoa.
Di kantor saya lain lagi. Saat Liga Primer 2013-2014 memasuki pekan-pekan terakhir, dalam
perjalanan keluar gedung, saya berpapasan dengan seorang teman yang berjongkok di depan
pintu masuk. Kok enggak nonton bola? Lagi siaran langsung tuh, kata saya kepada sang
rekan yang merupakan fan sebuah klub Inggris. Klub yang didukungnya berpeluang juara dan
waktu itu sedang bertanding. Iya, ini gua lagi wirid biar menang, jawabnya. Luar biasa.
Sabtu (28/6) sore waktu Brasil, setelah pertandingan tim `Samba' melawan Cile memasuki
saat-saat kritis seperti tiba-tiba ada blunder operan, sepak pojok, dan tendangan bebas, mulai
banyak yang menangkupkan tangan dan berdoa, atau mungkin wirid, memohon kepada
Tuhan. Dua jenis permintaan terkirim ke langit; gol dan jangan gol. Intensitas itu meninggi
dalam momen adu penalti.
Di depan layar kaca di rumah, karena teringat rekan sekantor itu, saya membayangkan dia
kembali wirid. Saya pun tergerak melakukan hal yang sama dan ... percayalah, Tuhan Yang
Mahaadil tidak bingung. Dia memutuskan hal yang tepat. (R-1)

Você também pode gostar