Upaya menambah luas lahan Jakarta melalui reklamasi yang diwacanakan sejak lama perlu kajian dan aplikasi terpadu agar tidak salah jalan. Jangan melihat perspektif reklamasi dari manfaatnya saja. Ada aspek-aspek lain yang harus dipertimbangkan agar lingkungan tetap seimbang. RENCANA reklamasi pantai utara Jakarta yang digulirkan sejak bertahun-tahun lalu dapat menjadi model pembangunan reklamasi yang terencana untuk wilayah lain. Apalagi, sejak 1995 regulasi yang membahas rencana itu sudah dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 52. Pakar Tata Kota Institut Teknologi Bandung (ITB) Hesti Nawangsidi mengatakan reklamasi atau pengurugan menjadi opsi untuk menyelesaikan persoalan keterbatasan lahan bagi kawasan pembangunan, termasuk industri dan permukiman. Di samping itu, persoalan lain yang hendak ditangani melalui reklamasi ialah penurunan permukaan lahan dan pengisian lahan yang hilang. Mengapa Jakarta butuh reklamasi? Dari kajian-kajian serta pemantauan yang dilakukan, status wilayah Jakarta Utara sudah emergency, kata dia dalam diskusi Pengembangan Lahan untuk Pembangungan Jakarta yang Berkelanjutan, pekan lalu. Selain Jakarta, ujarnya, wilayah lain di Indonesia yang menerapkan reklamasi, yakni Manado, Sulawesi Utara, Semarang, Jawa Tengah, dan Pulau Bali, juga turut menjadi atensi pemerintah pusat. Ia menyebutkan terkait dengan perlunya reklamasi di Jakarta, kondisi Jakarta Utara paling memprihatinkan jika dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya. Banyak penduduk berkategori ekonomi menengah ke bawah tinggal di kawasan tersebut sehingga tampak kumuh. Sementara itu, pembangunan kota berskala modern cenderung mengarah ke wilayah Jakarta Selatan, padahal area selatan merupakan kawasan resapan air. Dengan tingginya pertumbuhan pembangunan Jakarta, ujar Hesti, reklamasi dapat menjadi solusi untuk mendorong (counter magnet) pertumbuhan ke arah utara. Selain itu, reklamasi sekaligus dilakukan terkait dengan hasil studi dan pengawasan secara kontinu bahwa kondisi permukaan pantai utara Jakarta cenderung menurun sekitar 5 cm-10 cm per tahun. Apabila kondisi itu dibiarkan berlarut-larut, pada 2050 dapat diprediksikan posisi pusat kota Jakarta berada di bawah permukaan laut, ujarnya. Melalui reklamasi, kata Hesti, setidaknya ada dua manfaat yang dapat diambil. Pertama, mencegah masuknya air laut ke wilayah daratan Jakarta. Manfaat kedua ialah luas daratan Ibu Kota otomatis bertambah sehingga dapat menampung pertambahan penduduk dan pertumbuhan pembangunan. Regulasi terbaru yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No 212 Tahun 2012, kata dia, sebenarnya dapat menjadi acuan bagi pemerintah ataupun pengembang dalam menerapkan konsep rencana tata ruang wilayah (RTRW). Aturan tersebut juga bisa memandu setiap pihak yang akan mengembangkan kawasan pantura Jakarta agar tidak salah jalan, sebab ada acuan aspek dan informasi penataan yang seragam dalam menjalankan upaya reklamasi. Kendati sudah ada regulasi terpadu, harus digarisbawahi bahwa jangan melihat perspektif reklamasi dari manfaatnya saja. Ada aspek-aspek lain yang harus dipertimbangkan agar lingkungan tetap seimbang, jelasnya. Persoalan krusial Ia menyebutkan reklamasi di wilayah utara Jakarta tidak bisa langsung direalisasikan tanpa ada kajian konsep dan pembangunan terlebih dahulu. Ada persoalan-persoalan krusial meliputi kabel-kabel bawah laut, jaringan pipa gas bawah laut, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Angke yang perlu diperhatikan ketika reklamasi berjalan. Selain itu, dari sisi lingkungan atau ekosistem, pemerintah tidak boleh melupakan hutan mangrove (bakau) dan suaka margasatwa yang menjadi hunian bagi flora dan fauna. Nasib masyarakat yang akan tergusur oleh proyek reklamasi juga jangan sampai diabaikan dan tempat relokasi harus dipikirkan. Dari skala mikro, tambahnya, pertimbangan yang tidak boleh dilupakan meliputi engineering design. Yakni, konstruksi harus terjamin, kestabilan tanggul dari sisi peletakan batu, limpasan air yang keluar dari sepanjang tanggul, dan yang terpenting pemantauan secara reguler. Prinsipnya, reklamasi pulau jangan sampai menambah beban Jakarta. Harus diperhitungkan dengan saksama bentuk pulau buatan, apakah mengganggu jalur pelayaran, apakah menekan permukaan air ke wilayah lain, atau apakah mengganggu ekosistem. Jangan sampai pembuatan pulau baru malah menambah banjir, bukannya mengatasi, ujarnya. Sementara itu, Kepala Bagian Penataan Ruang Biro Tata Ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Benny Agus Chandra mengatakan, sesuai peraturan gubernur, 17 titik pulau buatan yang akan menjadi hasil reklamasi telah dipetakan. Pulau-pulau tersebut membentang di pantai wilayah kota administrasi Jakarta Utara. Jika berjalan lancar, sudah ada 17 paket pulau buatan yang akan terbentuk melalui reklamasi. Pemerintah sudah membuat pemetaan dan terus mengkaji. Kami tekankan apabila kajian tidak layak, tidak akan diteruskan, tutur Benny. (J-4) tesa@mediaindonesia.com
Bagian Hulu Harus Dibenahi
Sebesar apa pun upaya perbaikan di hilir, tidak akan berdampak besar jika bagian hulu tidak dibenahi. WAHANA Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai wacana reklamasi pantai utara (pantura) oleh pemerintah sebagai upaya menyelesaikan persoalan wilayah utara Jakarta dan menambah lahan baru cenderung mengedepankankan manfaat ekonomis bagi investor. Oleh karena itu, pemerintah diimbau meninjau kembali dampak yang muncul dari reklamasi bagi stabilisasi ekosistem. Manajer Kampanye Eksekutif Walhi Ode Rahman mengatakan poin utama yang perlu digarisbawahi adalah, apakah Jakarta benar-benar membutuhkan lahan tambahan dan apakah reklamasi dapat menyelesaikan persoalan banjir. Segala upaya memang memiliki konsekuensi, namun perlu dipertimbangkan lagi apakah upaya reklamasi dapat mengimplementasikan pembangunan ramah lingkungan, katanya, pekan lalu. Menurutnya, pemerintah akan lebih bijak bila menyelesaikan persoalan tidak hanya fokus di hilir, melainkan pembenahan juga harus dilakukan dari hulu. Dengan kata lain, pemerintah jangan memunculkan persoalan lain dari upaya untuk menyelesaikan masalah. Sebagai contoh, ujar Ode, terkait permasalahan banjir. Ia menyebutkan banjir di Jakarta tidak semata-mata disebabkan naiknya permukaan air laut. Sistem drainase yang buruk serta minimnya penghijauan dari bagian hulu (Puncak) membuat Jakarta rentan terendam banjir. Jangan semuanya berfokus pada hilir saja. Sebesar apa pun upaya perbaikan di hilir, tidak akan berdampak besar jika di bagian hulu tidak dibenahi. Pembangunan harus berkesinambungan, katanya. Ia menekankan, secara kasat mata reklamasi akan berimbas pada bertambahnya tekanan air ke pulau-pulau terdekat, misalnya Kepulauan Seribu. Hal tersebut dapat memperparah kondisi Teluk Jakarta yang sudah kronis. Di samping itu, reklamasi pantura Jakarta turut mengancam keberadaan cagar alam Muara Angke. Mungkin sebelum reklamasi direalisasikan, pemerintah dapat meninjau kembali apa reklamasi memang diperlukan. Atau ada upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi segala persoalan di wilayah utara Jakarta. Terkait dengan rencana Pemerintah Provinsi DKI yang akan menarik investor untuk membangun 17 pulau buatan seperti dikatakan Kepala Bagian Penataan Ruang Biro Tata Ruang Benny Agus Chandra, Ode meminta pemerintah jangan berdalih mengedepankan kepentingan rakyat jika terdapat maksud terselubung untuk mendatangkan pemasukan berlimpah bagi pemerintah. Jangan pakai dalih kepentingan rakyat. Kalau memang pemerintah ingin fokus berinvestasi, blak-blakan saja, tegasnya. (Tes/J-4)
Bakal Dapat Hukuman Ringan
ARIF HULWAN
Padahal tabloid Obor Rakyat telah membuat pemberitaan fitnah terhadap capres Joko Widodo. PEMERIKSAAN terhadap dua saksi ahli pidana oleh penyidik Bareskrim Polri membuat Pemimpin Redaksi tabloid Obor Rakyat Setyardi Budiono dan penulisnya, Darmawan Sepriyossa, potensial hanya dihukum maksimal denda Rp 100 juta. Pasalnya, konstruksi hukum menghalangi penyidik untuk mengenakan perundangan berlapis. Kadiv Humas Polri Irjen Ronny F Sompie mengatakan inti dari pendapat dan pemikiran kedua ahli pidana tersebut didasarkan atas ketentuan pada Pasal 63 UU KUHP soal asas hukum pengutamaan peraturan perundangan yang khusus (lex spesialis derogat legi generalis). Artinya, kata dia, perbuatan pidana yang diatur dalam ketentuan khusus, yaitu UU Pers dan UU Pemilihan Presiden mesti didahulukan dari ketentuan umum (UU KUHP). Alhasil, delik pencemaran nama baik dan fitnah (Pasal 310, 311 UU KUHP), serta penyebaran kebencian di muka umum (Pasal 156, 157 UU KUHP), tak bisa diterapkan kepada dua tersangka. Perbuatan pidana yang diatur empat pasal KUHP itu sudah termuat dalam Pasal 41 UU No 42 Tahun 2008 tentang Pilpres. Di sisi lain, jelas Ronny, UU Pilpres sudah tidak mungkin untuk diterapkan akibat putusan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang secara sepihak menetapkan kasus Obor Rakyat cacat formal akibat kedaluwarsa, tanpa sempat dilimpahkan ke kepolisian. Sesuai perundangan, durasi penyelidikan kasus tindak pidana pemilu di Bawaslu, lewat sentra Gakkumdu, hanya punya tenggat satu hari. Polisi sendiri punya waktu tujuh hari penyidikan. Itu tidak mungkin dilakukan penyidikan lagi dengan delik umum, tegas Ronny di Jakarta, kemarin. Lantaran itulah, lanjut dia, penyidik akan segera menuntaskan proses penyidikan dan mengirimkan berkas dengan status hukum Setyardi dan Darmawan hanya sebagai tersangka UU Pers. Penyidik akan segera me nyelesaikan proses penyidikan. Setelah selesai, penyidik akan mengirimkan berkas perkara dengan konstruksi UU Pers sesuai pendapat dua orang ahli pidana yang sudah memberikan keterangannya kepada penyidik, tandas Ronny. Dua orang itu ditetapkan sebagai tersangka dalam pelanggaran UU Pers Pasal 18 ayat (3). Hal itu terkait dengan ketiadaan badan hukum (Pasal 9) dan alamat redaksi (Pasal 12). Penyandang dana Tersangka kasus tabloid Obor Rakyat Darmawan Sepriyossa mengaku siap menjalani persidangan.Saya melihat bahwa ini adalah proses hukum yang sudah harus dihormati, kata Darmawan beberapa waktu lalu. Dia mengaku tidak mengetahui sama sekali soal pendanaan Obor Rakyat. Semua Setyardi yang tahu tugas saya hanya menulis dan mengirimkannya melalui email (surat elektronik), tutur Darmawan. Namun, Mabes Polri telah memeriksa dua orang yang diduga sebagai penyandang dana tabloid Obor Rakyat. Mereka adalah YN dan ZA, yakni dua orang kawan SB (Setyardi Budiono) sebagai pengusaha selaku penyandang dana (Obor Rakyat), kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie. Ronny menjelaskan bahwa YN mengeluarkan dana Rp200 juta dan ZA Rp250 juta. Untuk penyerahannya, ZA menyerahkan kepada YN, kemudian dana Rp450 juta itu diserahkan kepada SB, tandasnya. (Ant/P-4) arif_hulwan @mediaindonesia.com
Jokowi-JK Dirugikan
ABDUS SUKUR
Para relawan, termasuk KIPP, menemukan banyak bukti kecurangan di formulir C-1. KECURANGAN dalam rekapitulasi suara untuk menjegal pasangan Jokowi-JK semakin masif. Selain penggelembungan suara di formulir C-1, terdapat pula kejanggalan dalam proses pengiriman surat suara dalam pilpres di luar negeri. Kecurangan yang merugikan pasangan Jokowi-JK itu ditemukan masyarakat relawan dan tim nasional kampanye Jokowi- JK. Hingga kemarin, berbagai bentuk kecurangan dengan menggelembungkan suara di fomulir C-1 semakin banyak ditemukan di berbagai wilayah. Dari data yang kami pantau, banyak kesalahan formulir C-1 dijumpai dan itu merupakan bentuk kecurangan. Tidak menutup kemungkinan kecurangan tersebut dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Secara objektif, pasangan Jokowi-JK yang dicurangi, kata Wakil Sekjen Komite Indonesia Pemantau Pemilu (KIPP) Gerindra Sandino di Jakarta, kemarin. Untuk mengantisipasi semakin masifnya kecurangan itu, Tim Pemenangan Jokowi-JK memantau dengan ketat proses rekapitulasi di daerah-daerah tertentu yang rawan kecurangan, seperti di Jawa Barat. Perhatian ke Jawa Barat itu juga disebabkan tidak tertutup kemungkinan keterlibatan para bupati/wali kota di daerah-daerah. Bisa saja bupati/wali kota memengaruhi para penyelenggara pemilu untuk melakukan kecurangan. Juru bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK Eva Sundari mengungkapkan pihaknya saat ini tengah memelototi proses rekapitulasi suara menyeluruh. Hasil penghitungan suara di TPS berupa C-1 dikumpulkan dan dibandingkan dengan data-data yang dimiliki penyelenggara pemilu. Kami tidak ingin kebobolan, tegasnya. Eva juga mengungkapkan indikasi kecurangan juga terjadi di Malaysia. Sebelum kemunculan surat suara via pos dan drop box, suara Jokowi JK menang telak. Namun, suara pasangan nomor urut dua tersebut tersaingi setelah tiba surat suara via pos dan drop box. Cara curang ini dikhawatirkan juga di Hong Kong yang saat ini menang 72%, juga di Arab Saudi akan mengalami situasi yang seperti di Malaysia, katanya seraya menegaskan pihaknya siap melayangkan protes dan gugatan kepada Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) Malaysia dan KPU. Atas laporan indikasi kecurangan itu, komisioner KPU Hadar Nafis Gumay menjamin jika terdapat kesalahan dalam C-1 yang diunggah di website KPU akan diperbaiki atau terkoreksi. C-1 itu masih bisa diperbaiki dengan rapat pleno di atasnya dan harus disertai berita acara yang berupa catatan perbaikan. Hadar juga menyebutkan sejumlah daerah terpaksa menggelar pemungutan suara ulang (PSU) berdasarkan rekomendasi Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Daerah yang akan melakukan PSU hari ini, di antaranya, TPS 41 Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, lantaran diketahui ada 30 surat suara rusak saat pilpres 9 Juli lalu. Hingga tadi malam pukul 23.30 WIB, data scan C-1 KPU masih menunjukkan data masuk sebesar 87,77% atau sebesar 420.253 dari jumlah 478.828 TPS. Sementara itu, data real count internal dari Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK, Djarot Saifulah Hidayat, menyebutkan berdasarkan data formulir C-1 yang baru terkumpul 91%, perolehan suara Jokowi-JK 53,24% dan Prabowo-Hatta 46,76%. Lain halnya dengan tim sukses Prabowo-Hatta yang memilih tertutup saat melakukan real count berdasarkan formulir C-1. Yang kami lakukan saat ini tidak memberikan hasil hitungan (real count) internal tersebut kepada masyarakat sesuai arahan KPI, jelas Ketua DPP PKS Bidang Koordinasi dan Kehumasan, Mardani Ali Sera. (Cah/AT/Gan/X-9) abdus@mediaindonesia.com Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi@mediaindonesia.com Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom Tanggapan Anda bisa diakses di metrotvnews.com
Jangan Mainkan Suara Rakyat
Jangan sampai gerbang demokrasi yang sudah terbuka ditutup kembali oleh aksi curang demi menuruti syahwat kekuasaan dan uang. Silakan tanggapi Editorial ini melalui http://www.metrotvnews.com ALASAN utama mengapa asas pemilihan umum ditambah dengan kata `jujur, adil, dan demokratis' di belakang asas langsung, umum, bebas, dan rahasia ialah demi menjamin pemilu bebas dari kecurangan. Sayangnya, prinsip jujur, adil, dan demokratis itu pulalah yang selalu menjadi persoalan dari pemilihan ke pemilihan. Upaya mewujudkan pemilu yang bersih dari perilaku lancung pun masih jauh panggang dari api. Yang kerap terjadi justru `kerja sama' haram antara penyelenggara pemilu dan kontestan demi keuntungan sesaat kedua pihak sembari mengkhianati rakyat. Kasus ditemukannya sejumlah kejanggalan dalam proses rekapitulasi suara yang termaktub di data formulir C-1 yang diunggah di laman Komisi Pemilihan Umum, misalnya, memberi kita sinyal bahwa celah untuk munculnya kemungkinan manipulasi belum sepenuhnya hilang. Di TPS 17 Kecamatan Cempaka Putih, Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat, ada ketidaksinkronan jumlah dalam formulir C-1 yang diunggah. Suara Prabowo-Hatta sejumlah 497, sedangkan Jokowi-JK 193. Keanehan ada pada jumlah seluruh suara sah yang ditulis seharusnya 680, tetapi tertera 490. Hal serupa juga terjadi di TPS 41 Pulo Gadung, Rawamangun, Jakarta Timur. Prabowo-Hatta memperoleh 289 suara, sedangkan Jokowi-JK memperoleh 231 suara. Namun, jumlah suara sah tertulis 470 suara. Kita mengapresiasi KPU yang mengunggah formulir C-1 di laman mereka. Itu semua dimaksudkan agar prinsip transparansi terpenuhi, dan dugaan bakal munculnya kecurangan bisa dideteksi sejak dini. Namun, kita juga tidak bisa berharap banyak dari pengunggahan formulir tersebut. Basis sah kemenangan pilpres tetaplah penghitungan suara manual yang dirapatplenokan di kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan ujungnya di KPU. Karena itu, tugas mengawasi dan mengawal suara masih jauh dari kata selesai. Temuan kejanggalan itu justru menjadi pemandu baik bagi pengawas maupun sukarelawan untuk melipatgandakan kewaspadaan. Temuan itu sekaligus menjadi alarm bagi penyelenggara pemilu untuk tidak main-main dan memain-mainkan suara rakyat. Sekecil apa pun upaya `main mata' bakal diketahui publik. Apalagi, KPK sudah siap menjerat penyelenggara dan pengawas pilpres yang lancung. Kita sudah sepakat bahwa transisi demokrasi sudah saatnya diakhiri, lalu kita bersiap memasuki demokrasi sepenuhnya. Jangan sampai gerbang demokrasi yang sudah terbuka ditutup kembali oleh aksi curang demi menuruti syahwat kekuasaan dan uang.
Usia QC Puskaptis hanya 5 Jam
NUR AIVANNI
Persepi besok atau lusa akan mengaudit lembaga survei yang menyelenggarakan hitung cepat hasil Pilpres 2014. KEJANGGALAN empat lembaga survei penyelenggaran hitung cepat (quick count) yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014 semakin terkuak. Setelah Indonesia Research Center (IRC) mengaku mendapat dana dari stasiun televisi, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) dikabarkan menganulir hasil hitung cepatnya. Saat menanggapi hal itu, anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Hamdi Muluk menyatakan bahwa Puskaptis harus bertanggung jawab kepada publik. Mereka melalui metode ilmiah atau tidak, kata Hamdi saat dihubungi, kemarin. Hamdi menegaskan bahwa hasil hitung cepat bisa dijadikan sebagai patokan sampai Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil resmi pada 22 Juli. Namun, persoalannya saat ini ada hasil hitung cepat oleh empat lembaga berbeda dengan hasil quick count delapan lembaga lainnya. Empat lembaga yang memenangkan Prabowo-Hatta ialah IRC, Puskaptis, Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI). Adapun berdasarkan hitung cepat delapan lembaga lainnya, Jokowi-JK unggul atas pasangan lain dengan selisih suara 4%- 5,5%. Ketika dihubungi, Direktur Puskaptis Husin Yazid menegaskan bahwa dirinya tidak menganulir hasil hitung cepatnya. Dia menjelaskan bahwa dirinya hanya mengatakan di atas pukul 18.00 pada hari pencoblosan (9/7), masyarakat bisa mengacu pada hasil real count. Kami menginformasikan (hitung cepat) kepada masyarakat dari pukul 13.00 sampai pukul 18.00. Pukul 18.00 ke atas masyarakat bisa mendapatkan informasi dari real count karena data-data dari saksi setiap calon pasangan sudah masuk, ujarnya. Husin menambahkan pihaknya tetap pada hasil hitung cepat yang mengunggulkan Prabowo- Hatta dengan suara 52,05%, sedangkan Jokowi-JK sebanyak 47,95%. Sebelumnya, Kepala Riset IRC Yunita Mandolang mengakui pihaknya menerima kucuran dana Rp2,5 miliar dari stasiun televisi yang bernaung dalam bendera MNC Group, yakni RCTI, Global TV, dan MNC TV. MNC adalah perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo yang merupakan pendukung pasangan Prabowo-Hatta. (Media Indonesia, 13/7). Surat terbuka Saat menindaklanjuti persoalan hasil hitung cepat itu, Persepi akan mengaudit lembaga survei yang tergabung dalam asosiasinya. Tim audit sedang menyiapkan untuk memanggil semua lembaga survei yang tergabung dalam asosiasi kami. Selasa (15/7) atau Rabu (16/7), pokoknya secepatnya, kata Hamdi. Dia menjelaskan audit itu nanti terkait dengan proses dan metodologi yang digunakan oleh setiap lembaga. Prosesnya seperti apa, mereka harus menjelaskannya. Pada bagian lain, salah satu pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Abdillah Toha mengirimkan surat terbuka kepada cawapres yang juga Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Saya ingin menyelamatkan PAN sebelum terlambat, ungkapnya, kemarin. Abdillah mengatakan jangan sampai nasib PAN seperti partai lain yang ingin menang dengan menggunakan segala cara. Kembalilah kita menjadi partai yang lahir dari reformasi, menjadi partai yang terhormat, imbuhnya. Jangan asal mau menang saja tanpa dasar-dasar yang kuat seperti mendasarkan diri pada survei quick count yang jelas tidak bertanggung jawab, ujarnya. (X-4) Aivanni @mediaindonesia.com
Klaim Denny JA Disesalkan
TIM nasional kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla menyesalkan tindakan Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang mengklaim paling berjasa dalam mendongkrak popularitas pasangan capres-cawapres tersebut menjelang Pilpres 9 Juli. Menurut sekretaris timnas kampanye Jokowi-JK, Andi Widjajanto, tindakan yang dilakukan Denny JA dalam bentuk pemasangan advertorial di sejumlah media massa tak ubahnya dengan self claim (klaim sendiri) yang mereduksi peran elemen tim sukses dan masyarakat selaku relawan Jokowi-JK. Walaupun ada peran Denny JA dalam kampanye Jokowi-JK, itu tidak seperti yang diklaimnya di berbagai media massa, kata Andi saat ditemui di Jakarta, kemarin. Ia menjelaskan, peran Denny JA tidak sesentral apa yang disebutkan dalam klaimnya. Berdasarkan tugas yang diberikan tim nasional kampanye, Denny JA dan timnya ditugasi melakukan gerakan door to door di 3,25 juta rumah dalam 10 hari sebelum hari pencoblosan. Ia mengungkapkan, Denny JA juga tidak pernah dilibatkan dalam rapat perumusan kebijakan. Karena dia memang bukan anggota tim. Jadi seluruh strategi ini dilakukan tim kampanye nasional, ujarnya. Secara rinci, Andi menyebutkan, setidaknya ada empat mesin yang digunakan Jokowi-JK untuk memenangi pilpres, yaitu struktur partai yang dikendalikan badan pemenangan pilpres partai koalisi. Sementara itu, mesin kedua ialah tim yang diketuai Tjahjo Kumolo. Tim ini mengoordinasikan sejumlah koordinatoriat, termasuk tim sekretariat kampanye nasional dan posko media, ujarnya. Sementara itu, mesin ketiga yaitu relawan yang bekerja dengan para relawan dengan metode yang tidak organisatoris. Setidaknya sekitar 1.200 relawan yang terdaftar bekerja untuk pemenangan Jokowi-JK. Adapun mesin terakhir, yaitu tim yang dibuat untuk menutup kelemahan yang ada seperti melakukan door to door di 11 provinsi dan 72 kabupaten yang dilakukan selama 10 hari terakhir. Misalnya dengan mengetok 10 pintu rumah untuk mengajak masyarakat memilih Jokowi-JK saat pilpres. (Che/P-1)
PDIP Siap Terima Partai Pendukung Prabowo
AKHMAD MUSTAIN
Hasil real count sementara makin mendekati kebenaran quick count. Tatanan di parlemen pun harus segera dibentuk. PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meyakini hasil penghitungan manual tidak akan meleset dari angka hitung cepat sejumlah lembaga survei yang memenangkan duet Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Karena itu, PDIP yakin koalisi permanen di DPR akan bubar. Konstelasi politik sebentar lagi akan bubar. Ini tinggal tunggu waktu saja, kata anggota Fraksi PDIP di DPR, Helmy Fauzi, di Jakarta, kemarin. Ia mengakui sempat ada polarisasi politik di DPR yang dipengaruhi hasil Pilpres 9 Juli lalu. Puncaknya ialah disetujuinya revisi UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Saat revisi UU itu disetujui DPR, aspirasi PDIP selaku pemenang pemilu bersama anggota koalisinya, PKB dan Hanura, diabaikan oleh fraksi-fraksi lain. Pilpres kali ini memang sangat sengit karena juga menyebabkan terjadinya dinamika politik yang tajam di DPR, bebernya. Karena hasil pilpres berdasarkan hasil hitung cepat condong ke kemenangan Jokowi-JK, ujar Helmy, PDIP tidak menutup pintu terbentuknya koalisi baru di DPR. Salah satu caranya ialah bersedia membangun koalisi dengan partai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Kami tidak akan menolak jika kemudian partai pendukung Prabowo meminta masuk koalisi di DPR. Kami bersedia dialog kalau soal koalisi DPR. Toh, koalisi permanen di DPR bubar juga, kata anggota Komisi I DPR itu. Dalam rapat paripurna pengesahan revisi UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD pada 8 Juli 2014, semua anggota Fraksi PDIP, Hanura, dan PKB walk out karena tidak setuju dengan isi UU yang baru itu. PDIP merupakan partai pemenang Pemilu 2014 dengan perolehan suara 18,95%, disusul Partai Golkar 14,7%, dan Partai Gerindra 11,81%. Terkait dengan rencana koalisi masyarakat sipil yang akan menguji materi UU yang baru itu, PDIP mendukung penuh langkah tersebut. Menurutnya, selain merugikan PDIP sebagai pemenang pemilu, legislasi itu juga akan menyulitkan agenda pemberantasan korupsi. Tuntutan perubahan Di kesempatan berbeda, pengajar ilmu politik Universitas Indonesia Boni Hargens menilai ada peluang bagi Partai Golkar untuk bergabung dengan kubu Jokowi-JK, asalkan partai berlambang pohon beringin itu berkeinginan untuk berubah. Golkar bisa diterima koalisi Jokowi-JK, tapi dengan catatan harus berubah. Berubah ketua umumnya dan mau terima koalisi tanpa syarat Jokowi-JK, tutur Boni di Metro TV Jakarta, kemarin. Ia mengatakan perubahan di tubuh Partai Golkar menjadi syarat utama untuk diterima koalisi yang diusung PDIP. Pemerintahan Jokowi-JK itu kan orientasinya perubahan. Tentu saja isu-isu besar yang akan difokuskan contohnya ialah permasalahan lumpur Lapindo. Jika tidak ada perubahan di tubuh Golkar, ini akan terjadi benturan kepentingan, ucap dia. Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Patrice Rio Capella. Menurutnya, koalisi di parlemen yang dibangun PDIP selalu terbuka. Koalisi partai pengusung Jokowi-JK itu yang dikedepankan ialah partainya, bagaimana visi- misi mereka dalam membangun negara ini. Kalau ada yang merasa cocok, koalisi pendukung Jokowi-JK selalu terbuka, tandas dia. (RO/*/P-1) mustain@mediaindonesia.com
Parlemen tidak Jadi Lebih Baik
ASTRI NOVARIA
Menghilangkan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara di DPR berarti pembiaran adanya korupsi. UNDANG-UNDANG tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) yang telah disahkan secara aklamasi pada Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (8/7), mendapat kritikan dari banyak pihak. Tidak sedikit yang menilai bahwa kehendak DPR yang awalnya ingin berubah lebih baik ternyata tidak tampak dalam naskah akhir UU MD3. Hal itu diungkapkan oleh Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perubahan UU MD3 menanggapi disahkannya UU MD3. Tidak sampai setahun pembahasan, di tengah perhatian publik terhadap pelaksanaan Pilpres 2014, DPR melalui rapat paripurna mengesahkan RUU MD3. Kita lihat, keinginan di awal agar DPR bisa lebih baik tidak tampak, yang ada hanya kepentingan politik sesaat yang dominan muncul sehingga punya konsekuensi negatif dari UU MD3, ujar anggota koalisi dari Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) Hendrik Rosdinar di Kantor Indonesia Corruption Watch, Jakarta, kemarin. Dia menyatakan Koalisi Masyarakat Sipil menemukan sejumlah temuan yang menjadi catatan kritis terhadap substansi UU MD3 yang baru. Beberapa di antaranya terkait tren penambahan kewenangan MPR, mekanisme pemilihan pimpinan DPR (Pasal 84), keterwakilan perempuan, hak imunitas (Pasal 224), penyidikan (Pasal 245), dan adanya Mahkamah Kehormatan (Pasal 224). Termasuk, tambah Hendrik, hilangnya Badan Akuntabilitas Keuangan Negara dari alat kelengkapan DPR menjadikan fungsi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tidak tajam. Kemudian muncul juga hak untuk mengusulkan program pembangunan daerah pemilihan (Pasal 80 huruf J). Dia menegaskan pengaturan aspek transparansi dan akuntabilitas sangat minim diakomodasi dalam UU MD3 yang baru. Hal ini disebabkan karena tarik ulur kepentingan yang terpolarisasi. Selain itu, lanjut Hendrik, sedikit sekali pihak yang mengawal revisi UU MD3 karena kesibukan publik jelang Pilpres 2014. Tak hanya itu, sedikit sekali ruang yang dibuka DPR ke publik. Masukan yang diberikan pun tidak juga digunakan oleh parlemen. Kami melihat tidak ada visi yang jelas terhadap desain kelembagaan DPR. Misalnya, mekanisme pemilihan itu kan daur ulang dari mekanisme yang lama yang sudah terbukti mengakibatkan kinerja DPR periode 2004-2009 khususnya pada tahun pertama menjadi terhambat, tandasnya. Hak imunitas Anggota koalisi dari ICW, Abdullah Dahlan, mengkritisi adanya hak imunitas pada Pasal 224. Menurut Dahlan, hal ini berpotensi membuat anggota DPR yang terkena kasus dugaan pidana sulit diproses secara hukum. Pasal itu menjadikan anggota DPR yang dipanggil aparat hukum dalam kaitan proses penyidikan, harus lewat persetujuan Mahkamah Kehormatan DPR. Ini akan menyulitkan Mahkamah Kehormatan karena anggotanya juga orang DPR. Ini terkesan ada resistensi luar biasa. Harusnya jangan ada klausul memperumit aparat hukum, apalagi jika dalam waktu 30 hari tidak diberikan dapat berpotensi menjadi celah bagi penghilangan alat bukti atau melarikan diri, jelasnya. Abdullah menegaskan pihaknya akan mengajukan uji materi UU MD3. (P-4) astri@mediaindonesia.com
Tujuh Utang Kasus HAM Menanti Presiden Terpilih
KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat negara masih memiliki utang untuk penyelesaian tujuh kasus hukum pelanggaran HAM berat dan beban tersebut berada di pundak presiden terpilih mendatang. Presiden mendatang memiliki beban yang sangat berat, harus melakukan penyelesaian hukum berbagai pelanggaran HAM berat, kata Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila di Bandar Lampung, Sabtu (12/7). Tujuh kasus pelanggaran HAM berat tersebut merupakan rekomendasi dari tim penyelesaian pelanggaran HAM berat di Indonesia yang dibentuk Komnas HAM sejak Desember 2012, di antaranya kasus Talangsari dan penghilangan orang secara paksa menjelang 1998. Saat itu, ada 10 kasus pelanggaran HAM berat yang direkomendasikan Komnas HAM untuk diselesaikan secara hukum oleh negara, tiga di antaranya sudah memasuki proses persidangan, yaitu kasus kekerasan di Abepura, Timor Timur, dan Tanjung Priok. Tujuh kasus lain saat ini sudah di Kejaksaan Agung, tetapi lembaga tinggi negara tersebut belum melakukan peningkatan status ketujuh kasus itu menjadi penyidikan, hingga saat ini. Akibat kondisi itu, sekarang kasus tersebut jadi konsumsi politik untuk memperoleh suara pada pemilihan presiden, kata Laila. Ketujuh kasus pelanggaran HAM berat tersebut ialah kekerasan di Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II, Talangsari, penghilangan orang secara paksa, penembakan misterius (petrus), pembantaian massal pasca-G30-S/PKI, dan Kerusuhan Mei 1998. Menurut Laila, pemerintahan baru di bawah pimpinan presiden terpilih yang baru akan diumumkan pada 22 Juli 2014 harus memiliki iktikad baik penyelesaian kasus tersebut. Ia menjelaskan ada dua cara yang bisa dilakukan presiden, yaitu penyelesaian yudisial dan penyelesaian nonyudisial. Penyelesaian yudisial dilakukan dengan cara membentuk pengadilan HAM untuk mengadili para tersangka pelaku, sedangkan penyelesaian nonyudisial ialah presiden mengeluarkan langkah politik mengenai kasus tersebut, misalnya rekonsiliasi nasional. Pemerintah harus punya kemauan penyelesaian kasus ini karena kalau tidak, akan terus menjadi duri dalam daging yang akan meletup kapan pun, tambah Laila. (Ant/P-1)
Jokowi Mau Bangun Diplomasi Dagang
CALON presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) mengatakan diplomasi perlu terus dibangun dalam rangka menciptakan peluang pasar di luar negeri sehingga produk-produk dalam negeri akan bisa bersaing di pasar luar negeri. Saya minta nantinya para duta besar Indonesia yang berada di luar negeri itu dilengkapi dengan diplomasi dagang dan tidak hanya masalah politik. Ini sangat penting untuk menciptakan pasar di luar negeri, kata Jokowi di kediamannya di Sumber, Solo, Jawa Tengah, kemarin. Ia mengatakan metode itu nantinya akan diterapkan jika ia nanti dipercaya untuk menjadi Presiden Indonesia. Ya nanti 90% diplomasi dagang dan sisanya kita baru untuk politik atau yang lainnya, katanya. Ia mengatakan, jika peluang pasar itu sudah terbuka, hal itu akan mudah untuk menggerakkan rakyat dalam berbagai industri untuk memenuhi pasar tersebut. Ya untuk sekarang ini kita harus buka pasar dulu, baru memikirkan produk-produknya, tegasnya. Jokowi mengatakan di Indonesia sebenarnya cukup banyak produk dari sektor usaha kecil menengah yang bisa di pasarkan ke luar negeri. Namun, masalah pemasaran yang kurang digarap dengan baik memberi stigma barang yang dijual ke luar negeri itu susah dipasarkan. Tanpa meninggalkan yang di dalam negeri, potensi pasar di luar negeri juga cukup besar. Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, negara perlu hadir di tengah-tengahnya. Kalau tidak, ya seperti sekarang ini, katanya. Ia mencontohkan produk hasil pertanian. Kualitas produk petani Indonesia berdaya saing di luar negeri. Tapi harus kita buka dulu pasar di luar negeri dan di sinilah negara harus hadir. Apabila peluang pasar terbuka, para petani akan mengikutinya dalam menanam, terangnya. Bersama putrinya, Kahiyang Ayu, Jokowi kemarin `pulang kampung' ke Solo untuk mengunjungi ibunya, Soedjiatmi Notomihardjo. Di kampung halamannya selama beberapa hari, ia ingin menikmati ibadah puasa bersama keluarga besarnya. Satu lagi, saya juga ingin cukur rambut, ujarnya sambil senyum. Ia mengakui, sejak menjadi kandidat presiden, ia jarang bertemu dengan ibunya yang sudah sepuh dan hanya berkomunikasi lewat telepon. Tapi yang jelas, mumpung libur, saya ingin istirahat, tidur, ujarnya. (Ant/WJ/P-1) Real Count PKS tidak Dibuka untuk Publik
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memiliki fasilitas tabulasi suara atau disebut Cikeas Center, khusus untuk mengetahui penghitungan suara pemilihan presiden. PENGHITUNGAN suara hasil pemilihan presiden berdasarkan C-1 oleh tim pemenangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa tidak untuk konsumsi publik. Hal itu dilakukan setelah mendapatkan arahan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang membatasi informasi penghitungan suara yang bukan langsung oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kami tidak menghentikan real count berdasarkan C-1. Namun, yang kami lakukan saat ini tidak memberikan hasil hitungan internal tersebut kepada masyarakat. Pasalnya, hal itu sesuai arahan KPI juga untuk menjaga dinamika pemilihan presiden tetap kondusif, jelas Ketua DPP PKS Bidang Koordinasi dan Kehumasan Mardani Ali Sera saat dihubungi Media Indonesia, kemarin. Dia mengatakan, situasi politik saat ini memang semakin panas dan tidak baik untuk pendidikan politik kepada masyarakat. Hal itu setelah memuncaknya perdebatan raihan suara melalui quick count juga real count internal. Maka kami melakukan hal ini guna menjaga tujuan demokrasi sebagai pendidikan dan mencerdaskan pemahaman politik, juga menjaga supaya klaim antarpihak tidak berlanjut di hadapan masyarakat, cetus Mardani. Karena itu, pihak tim pemenangan Prabowo Hatta, katanya, tidak membuka informasi perihal hasil tabulasi yang terus dilakukan. Hal itu hanya untuk internal dan mencocokkan dengan proses tabulasi formal oleh KPU. Sementara itu, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha menegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memiliki fasilitas tabulasi Cikeas Center untuk mengetahui penghitungan suara pilpres. Tidak ada tabulasi di Cikeas, yang ada hanya fasilitas video conference, yakni Presiden bisa berkomunikasi dengan jajaran pimpinan TNI, baik di pusat maupun di daerah, kata Julian dalam keterangan persnya, kemarin. Dia menanggapi konfirmasi atas pernyataan anggota tim sukses pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Marwah Daud Ibrahim, yang menyebutkan data real count yang diperoleh dari tiga pusat data, yakni Kartanegara Centre, data saksi PKS di seluruh TPS dan data Cikeas, menunjukkan bahwa Prabowo-Hatta menang. Bahkan Marwah Daud juga sempat merinci hasil tabulasi data real count Cikeas, 54% banding 46%.(Cah/ Che/P-4) Dunia Mengutuk Kebiadaban Israel
DIKA DANIA KARDI
Ribuan orang mengikuti aksi solidaritas Palestina di berbagai negara Eropa, seperti London, Paris, dan Oslo. AKHIR pekan lalu, militer Israel mengintensifkan agresi mereka ke Jalur Gaza, Palestina. Setelah hanya serangan udara, tentara Israel mulai menjejaki pesisir Gaza. Padahal, kutukan atas kebiadaban Israel menggema di seantero dunia. Pada Sabtu sore waktu setempat atau Minggu (13/7) waktu Indonesia, selama sekitar dua jam, Gedung Putih--pusat pemerintahan Amerika Serikat (AS) di Washington--dipenuhi demonstran yang mengutuk agresi Israel ke Gaza. Mustafa Hawa, salah seorang keturunan Palestina yang kini menjadi warga negara AS, mengacungkan poster bertulisan `Let Gaza Live' ke arah Gedung Putih. Kami hanya ingin suara kami didengar, ujar Hawa, orang-orang berpikir kami (warga Palestina) adalah teroris semua. Kami bukan (teroris). Ada banyak anak-anak yang tanpa alasan telah terbunuh (akibat roket Israel ke Gaza). Mustafa dan para demonstran menuntut AS menekan Israel untuk menghentikan aksi militer yang telah mengorbankan ratusan warga sipil, termasuk anak-anak. Iman Potter dari Virginia membawa foto anak-anak Palestina yang terluka akibat agresi Israel pada 2008. Di foto-foto itu ia membubuhkan tanda tangan. Saya masih memiliki tanda tangan ini karena hal yang sama masih terjadi. Tidak ada yang berubah. Mereka (Israel) masih membunuh, kecam Potter yang datang bersama putri dan dua cucunya di depan Gedung Putih. Sehari sebelumnya, para warga Palestina-Amerika itu melakukan unjuk rasa di Kedutaan Besar Israel untuk Amerika. Menuntut PBB Ribuan orang mengikuti aksi solidaritas Palestina juga terjadi di berbagai negara Eropa, seperti London, Paris, dan Oslo. Lebih dari 4.000 orang di Sydney, Australia, menuntut PBB bertindak untuk menghentikan agresi militer Israel. (Aksi Israel) ini melanggar hukum-hukum PBB, tetapi PBB tidak melakukan apa pun. Itu alasan kami di sini untuk membuat dunia sadar ada ketidakadilan yang sedang terjadi. Anda tidak bisa duduk dan mengabaikannya begitu saja, tukas Kiltom Al-Tobi, 25, warga Merryland. Dari New York sampai Afrika Selatan, Oslo, dan London, kami berdiri atas nama solidaritas melawan kekejaman di Gaza, ujar Damien Ridgewell, salah satu koordinator aksi solidaritas Palestina di Sydney. Paus Francis memimpin ribuan orang di Alun-Alun Santo Peter, Vatikan, untuk mengheningkan cipta bagi korban dan perdamaian di Gaza. Ia menilai kekerasan telah mengalahkan upaya perdamaian Palestina-Israel. Aksi mengutuk serangan Israel ke Gaza juga terjadi di berbagai kawasan Indonesia, kemarin. Di Banda Aceh, ratusan warga menggelar solidaritas terhadap rakyat Palestina di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman. Aksi itu diikuti Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin dan anggota DPRA. Demonstrasi terhadap Palestina juga berlangsung di Bundaran Hotel Indonesia dan Kedutaan Besar AS, Jakarta. (Washington Post/Reuters/AP/Al Jazeera/SMH/ Ant//I-4) dika@mediaindonesia.com
Menahan Godaan Perilaku Konsumtif
SYARIEF OEBAIDILLAH
Ramadan dikemas oleh pelaku bisnis demi meraih keuntungan. Hal itu makin mendorong perilaku dan budaya konsumtif. Definisi dan pedoman hidup sederhana telah berubah dan cenderung menjadi absurd. Padahal, sejatinya Islam telah memiliki landasan normatif yang harus kita pegang. IBADAH puasa Ramadan yang dijalani umat Islam seharusnya bisa menghindarkan diri dari perilaku dan budaya hidup konsumtif sehari-hari. Namun, kenyataannya hal tersebut masih sulit diwujudkan. Hal itu tidak lepas dari peran setan yang terus berupaya menjerumuskan manusia pada kesesatan. Setan dan iblis tahu betul sifat dan perilaku manusia. Sebagai makhluk senior yang lebih dulu ada daripada manusia, mereka terus berupaya menggoda manusia dengan berbagai cara. Nah, di bulan Ramadan ini upaya dan strateginya diubah sesuai dengan target dan sasaran yang dituju. Budaya konsumtif ternyata belum bisa diredakan umat yang berpuasa, papar KH Muhyidin Junaidi saat menjadi khotib pada khotbah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/7). Ketua Majelis Ulama Indonesia itu menyayangkan bahwa umat Islam yang tengah berpuasa masih banyak yang tergoda dengan budaya konsumtif dan cenderung hedonis. Iklan dan promosi yang masif di televisi dan media sosial pun turut mengubah pola hidup dan tatanan sosial. Komersialisasi Ramadan dikemas sedemikian rupa oleh pelaku bisnis demi meraih keuntungan. Bahkan melibatkan pemuka agama dan ustaz. Mereka turut menjadi pendukung komersialisasi, memanfaatkan popularitas dan ketokohan untuk menjadi daya tarik pemasaran suatu produk, jelasnya. Alhasil, lanjutnya, definisi dan pedoman hidup sederhana telah berubah dan cenderung menjadi absurd. Padahal, sejatinya Islam telah memiliki landasan normatif yang harus kita pegang. Ia mencontohkan salah satu ayat Alquran Surah Al Baqarah ayat 13 yang artinya, `Makan dan minumlah kamu dan jangan melampaui batas atau berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas'. Selain itu, dalam sebuah hadis, Rasululullah SAW juga bersabda, Makanlah dan minumlah dan berbusanalah tanpa berlebihan. Virus perilaku konsumtif, menurut Muhyidin, sudah menjalari umat Islam. Sehingga ada anggapan tidak sempurna ibadah Ramadan dan Idul Fitri jika tidak dibarengi pergantian busana baru. Perubahan sikap itu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pelaku bisnis. Perancang mode pun mengeluarkan hasil kreativitasnya dalam produk-produk yang menarik konsumen. Sehingga terjadi deal bisnis yang dikemas dengan nuansa religius dan dipasarkan ke publik, katanya. Makna puasa Muhyidin menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar, haus, dan mengendalikan nafsu syahwat. Puasa merupakan penguasaan diri untuk menghindari perbuatan yang mendatangkan dosa dan merusak moral. Sebagai makhluk sosial dan biologis, manusia dalam berhubungan dengan sesama setiap harinya sarat dengan godaan dan dorongan untuk bersikap subjektif dalam memandang diri sendiri. Pemicunya, menurut Muhyidin, beraneka ragam mulai dari yang kecil hingga besar. Terkadang kepentingan pribadi mengalahkan tuntunan dan pedoman agama, ujarnya. Puasa dan ibadah-ibadah Ramadan seharusnya mampu meredam itu semua. Dengan demikian, makna dan manfaat puasa dapat diperoleh secara utuh. Jangan sampai kita berpuasa, tapi tak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan haus sebagaimana yang dilukiskan Nabi dalam sabdanya, Banyak orang berpuasa hanya mendapat lapar dan haus dan banyak orang qiyamul lail di malam hari hanyalah sekedar terjaga. (H-3) oebay@mediaindonesia.com
TAFSIR AL-MISHBAH
Alquran Pedoman Manusia
TAFSIR Al Mishbah kali ini membahas Alquran Surah Al Isra ayat 105 hingga 111. Ayat-ayat itu menjelaskan keutamaan Alquran. Pada ayat 105 dan 106 dijelaskan mengenai turunnya Alquran, `Dan Kami turunkan (Alquran) itu dengan dasar kebenaran dan (Al Quran) itu turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami mengutus engkau (Muhammad), sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Alquran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap'. Jadi, Alquran yang membawa kebenaran diturunkan dengan cara yang benar, yakni dengan diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai perbandingan, banyak hal baik yang disampaikan dengan cara yang kurang baik, begitu pun sebaliknya. Berbeda dengannya Alquran yang memenuhi unsur kebenaran baik dari segi tujuan maupun cara penyampaiannya pada manusia. Nabi Muhammad diutus sebagai pembawa berita gembira, yakni keselamatan melalui agama Islam yang telah disempurnakan. Alquran juga diturunkan dengan berangsur-angsur sebagai furqan (pembeda), yakni membedakan kebenaran dari yang salah. Pada ayat 107 hingga 109, Allah SWT berfirman, Katakanlah (Muhammad): Berimanlah kamu kepadanya (Alquran) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Alquran) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur wajah, bersujud, dan mereka berkata `Mahasuci Tuhan Kami. Sungguh, janji Tuhan kami pasti dipenuhi'. Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. Maksud ayat tersebut ialah seruan untuk beriman kepada Alquran bukanlah kebutuhan Allah SWT, melainkan manusia. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, manusia memerlukan pedoman hidup. Itulah tujuan diturunkannya Alquran. Karena itu, kebutuhan untuk mengimani Alquran ialah kebutuhan manusia. Penafsir menjelaskan umat manusia sejak dulu selalu memercayai utusan Allah SWT, termasuk Nabi Muhammad SAW yang akrab dengan julukan Al-Amin (yang tepercaya). Itulah mengapa ketika Alquran dibacakan kepada mereka yang tahu kebenaran Alquran, mereka akan bersujud dan memuji kebesaran Allah SWT. Ayat 110 menerangkan tentang asma ulhusna, yakni nama-nama Allah yang mulia, `Katakanlah (Muhammad): Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan jangan (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu'. Para ulama berpesan kepada manusia yang hendak berdoa untuk menyesuaikan pengucapan nama Allah SWT dengan isi doa. Contohnya, ketika berdoa untuk meminta rezeki, kita bisa memohon kepada Allah dengan kata ya Razaak yang artinya maha pemberi rezeki. Atau ketika hendak memohon ampun, gunakanlah kata ya Ghaffar yang artinya maha pengampun. Sebuah hadis menyebutkan bahwasanya nama-nama Allah SWT berjumlah 99. Namun, penafsir menjelaskan apabila berpatokan pada Alquran, sesungguhnya nama-nama Allah SWT bisa lebih dari itu. Mahabesar Allah dengan segala firman-Nya, sebagaimana diungkap pada ayat 111, `Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia seagung-agungnya'. (Fat/H-3)
CANDA PUASA
Soal Ujian SIM
HARI-HARI terakhir di Ramadan umumnya diwarnai dengan fenomena mudik. Mudik menjadi ajang silaturahim para perantau di kota dengan sanak saudara dan handai tolan di kampung halaman. Tidak terkecuali bagi Sumarno, perantau di Jakarta. Ia juga berencana mudik menjelang Lebaran nanti. Baginya, kegiatan tahunan itu sangatlah menyenangkan meski melelahkan. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini ia ingin mengendarai mobil yang baru saja didapatnya dari sebuah undian. Sayangnya, ia belum memiliki surat izin mengemudi (SIM). Karena itulah, ia datang ke Kantor Samsat untuk membuat SIM. Ketika sampai, ia diharuskan mengikuti ujian SIM agar lulus dan mendapatkan SIM secara legal. Penguji utama bertanya, Saat kamu mengendarai mobil di sebuah jalan, tiba-tiba menjumpai satu orang dan seekor anjing, kamu pilih menabrak orang itu atau menabrak anjing? Sumarno tanpa banyak berpikir segera menjawab, Ah, sudah tentu anjing yang akan saya tabrak. Penguji utama itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, Sebaiknya kamu pulang saja dan lain kali datang mengulang ikut ujian lagi. Sumarno dengan penasaran bertanya lebih jauh, Masak sih saya diharuskan menabrak orang? Setelah memandangnya sejenak, penguji utama itu berkata, Sudah tentu bukan begitu. Kamu harus cepat-cepat menginjak rem agar tidak menabrak mereka. Sumarno pun hanya bisa manggut-manggut. (*/H-3) Diolah dari http://www.ketawa.com.
Lindung Nilai Perlu Segera
IQBAL MUSYAFFA
Pasar valas Indonesia termasuk paling bergejolak karena didominasi transaksi tunai, yang mencapai sekitar 70%. RISIKO utang luar negeri yang menguat lewat kenaikan debt service ratio (DSR) kembali memantik urgensi pendalaman pasar instrumen lindung nilai (hedging). Saat dijumpai di Bandung, akhir pekan lalu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengingatkan soal tren kenaikan DSR. DSR merupakan rasio dari jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor. Jika DSR semakin besar, beban utang luar negeri semakin berat dan serius. Beberapa waktu sebelumnya DSR kita hanya 25%, tetapi sekarang mencapai 50%, kata Juda. Kuartal I lalu, DSR di kisaran 46%. Kenaikan DSR terutama disumbang kenaikan utang luar negeri perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Ini akibat dari berlebihnya likuiditas (di luar negeri) dan biaya rendah, serta ketersediaan dana, imbuh Juda. Juda menyebutkan peningkatan utang luar negeri akan diikuti peningkatan risiko perekonomian suatu negara, termasuk risiko nilai tukar dan risiko overleveraged (utang lebih besar daripada pendapatan). Dalam kesempatan terpisah, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengingatkan banyak utang luar negeri swasta yang belum lindung nilai. Padahal, kenaikan rasio utang luar negeri rawan mendapat sekaligus memberi tekanan terhadap rupiah. Pasar hedging kita masih limited. Makanya BI mendorong pertumbuhan hedging market untuk mengurangi risiko kurs, ujarnya. Lindung nilai merupakan suatu cara atau strategi untuk mengurangi atau meniadakan risiko keuangan baik yang timbul di sisi aset maupun kewajiban karena ketidakpastian harga, terutama nilai tukar dan suku bunga. Sementara itu, Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan selama defisit neraca perdagangan dan defisit APBN masih tinggi, DSR susah ditekan. Untuk mengurangi defisit tersebut, laju pertumbuhan ekonomi harus direm. Dengan begitu, secara otomatis utang luar negeri dapat ditekan dengan mengurangi impor. Terkait dengan hedging, Fauzi menyarankan agar dilakukan separuhnya saja apabila perusahaan khawatir kondisi nilai tukar mendatang akan memberi impak negatif. Tidak bisa memaksa Dalam catatan BI, dari 100 perusahaan pengutang terbesar saat ini, hanya 12 yang melakukan hedging. Kendati demikian, otoritas moneter belum bisa memaksa perusahaan perusahaan untuk melakukan lindung nilai tersebut. Mengenai upaya penanganan masalah itu, Juda menyebutkan ada tiga pendekatan, yaitu liberal, dikontrol, dan prudential measures. Juda menyebutkan pendekatan liberal digunakan negara-negara maju yang pasar keuangannya sudah maju. Kalau kita mengarah kepada aturan agar perusahaan berhati-hati dalam melakukan utang luar negeri. Pemerintah sendiri telah mendorong perusahaan-perusahaan pelat merah untuk melakukan hedging. Namun, dari BUMN yang acap bertransaksi valas, kata Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto, baru PT Garuda Indonesia Tbk dan PT Krakatau Steel Tbk yang sudah menerapkan hedging. Pertamina dan PLN, ujar Edi, masih berada dalam proses finalisasi infrastruktur pendukung seperti standar operasi dan prosedur, sistem, dan sumber daya manusia. (Ant/E-2) iqbal@mediaindonesia.com
Biaya Ekstra untuk Pajak Udara Bikin Pelancong Jera
LAZIMNYA, di bandara di seluruh dunia, selain membeli tiket pesawat, penumpang harus membayar biaya tambahan untuk kelebihan bagasi, pajak penumpang, atau prioritas boarding. Namun, ada satu bandara yang sekarang mengenakan ongkos tambahan untuk fasilitas yang kasatmata, yakni udara. Siapa pun yang berangkat dari Bandara Internasional Maiquetia, di utara ibu kota Venezuela, Caracas, kini harus membayar retribusi sebesar 127 bolivar. Biaya ekstra setara Rp234 ribu itu hanya untuk membayar udara segar dari unit pendingin ruangan (air conditioner/AC) yang baru saja dipasang awal tahun ini. Kebijakan itu berlaku mulai 1 Juli tahun ini. Kementerian Transportasi Udara dan Air menyatakan AC di Bandara Simon Bolivar menggunakan ozon untuk memurnikan sistem pendingin udara bandara. Sistem itu mengeliminasi bakteri dan menyuntikkan ozon ke atmosfer untuk memperbaiki kualitas udara dan melindungi kesehatan penumpang. Pun, pemerintah yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro mengklaim layanan itu menjadi yang pertama di Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia. Kontan, `pajak pernapasan' untuk penumpang domestik ataupun internasional itu menuai protes. Banyak yang mengekspresikan keberatan mereka di media sosial Twitter. Mereka rata-rata mengaku jera untuk kembali ke Venezuela. Seperti dikutip dari akun Lukas Biba @bibalukas yang menyebut, Toilet tidak ada air, AC rusak, anjing-anjing liar di dalam bandara, tapi ada ozon? Penumpang lain, Chipopo, dalam akun @ ElvDav menyebut biaya ekstra itu tidak termasuk untuk menurunkan suhu udara di bandara. Suhu 36 derajat celsius, itu pasti suntikan ozon yang membuat suhu melonjak, ejeknya. Hal itu dikhawatirkan akan semakin menurunkan kunjungan wisata dan bisnis ke negara sosialis itu. Pasalnya, beberapa maskapai internasional seperti Air Canada dan Alitalia telah menangguhkan sejumlah penerbangan ke Venezuela dalam beberapa bulan terakhir. Mereka memprotes kontrol ketat pemerintah terhadap nilai tukar mata uang. Hal itu dibalas pemerintah dengan memblokir dana para operator penerbangan. Dua maskapai Amerika Serikat, Delta Air Lines dan American Airlines, juga akan mengurangi 85% dan 80% rute penerbangan mereka ke Venezuela mulai 1 Agustus. Keduanya mengklaim memiliki piutang sekitar US$750 juta yang ditahan pemerintah Venezuela. Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, Venezuela telah memblokir hampir US$4 miliar dana dari penjualan tiket penerbangan milik 24 operator. Hal itu bertentangan dengan perjanjian internasional. Venezuela tidak memiliki utang kepada maskapai penerbangan asing, demikian bantahan Menteri Transportasi Udara Luis Caraballo Graterol, awal pekan lalu. (Ayomi Amindoni/CNN/CB/E-4)
Sikap Mental Penyebab Kemiskinan
Sikap mental rendah diri dan pemalas muncul karena merasa alam menyediakan segalanya, serta rasa terpinggirkan menjadi akar kemiskinan. MENTERI Kordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung berpendapat sikap mental atau budaya kemiskinan sebagai penyebab kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Sikap mental itu meliputi perasaan rendah diri dan malas karena merasa alam menyediakan segalanya, tergantung pada pertolongan orang lain, serta merasa terkucilkan atau terpinggirkan, ucap Chairul dalam pidato penganugerahan gelar doktor kehormatan bidang kewirausahaan dari Universiti Teknologi MARA, Selangor, kemarin, seperti dilaporkan wartawan senior Media Indonesia Usman Kansong, dari Malaysia, kemarin. Chairul Tanjung yang juga pengusaha nasional itu mendapat gelar doktor kehormatan karena dianggap telah menunjukkan kehebatan seorang pribumi dalam dunia industri dan kewirausahaan. Upacara penganugerahan doctor honoris causa dihadiri Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agung Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah yang juga penasihat Universiti Teknologi MARA. Menurut Chairul, berkaca pada pengalamannya selama 30 tahun berbisnis, perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) harus dibarengi kemampuan berinovasi, eksekusi, dan kewirausahaan. Agar inovasi bisa dieksekusi menjadi sesuatu yang komersial dan bernilai tambah, harus ada kepemimpinan yang kuat dan efektif. Chairul kemudian mengingatkan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjelang. Ia mengajak Malaysia sebagai negara serumpun, bersama Indonesia memajukan kaum pribumi agar sanggup bersaing dan keluar dari kemiskinan. Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agung Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah juga mengajak Indonesia bekerja sama dengan Malaysia dalam meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan. Chairul Tanjung ialah orang ketiga dari luar Malaysia yang mendapat gelar doktor kehornatan dari Universiti Teknologi MARA. Universitas tersebut sebelumnya menganugerahi mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela dan ahli kimia Pakistan Abdurrahman. Selain mendapat doktor kehormatan, Chairul juga dikukuhkan sebagai profesor tamu. (E-1)
Hak Pendidikan Penyandang Disabilitas
Doni Koesoema A Pemerhati Pendidikan
BARU pertama kalinya di dalam sejarah, kedua tim sukses dari setiap kubu calon presiden (capres), yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowidodo-Jusuf Kalla, berdialog dengan para penyandang disabilitas untuk membahas masa depan mereka. Tema tentang hak-hak penyandang disabilitas bisa dikatakan sangat marjinal, jarang bahkan tidak dibahas dalam debat visi dan misi calon presiden, serta luput dari gelora kampanye. Dalam dialog yang diadakan di aula Pegadaian, Kramat Raya, beberapa waktu lalu, perwakilan dari kedua tim sukses, Edy Prabowo (kubu Prabowo-Hatta), Rieke Dyah Pitaloka (kubu Jokowi-JK) berjanji untuk tetap memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas siapa pun presidennya. Kedua juru bicara itu ialah wakil rakyat yang lolos ke Senayan dalam pemilu legislatif lalu. Namun, persoalan penyandang disabilitas bukanlah masalah janji-janji manis, melainkan aksi nyata yang membuat keberadaan mereka lebih bermartabat. Kasus persyaratan SNMPTN yang diskriminatif bagi penyandang disabilitas dan diskriminasi masuk SMA/SMK hanyalah gunung es dari persoalan fundamental pendidikan yang tidak memandang penyandang disabilitas sebagai manusia. Mereka dianggap sebagai objek penghalang dan beban. Penyandang disabilitas ialah manusia yang bermartabat dan memiliki hak. Perjuangan mereka merupakan perjuangan demi penegakan kemanusiaan itu sendiri. Hak memperoleh pendidikan yang layak bagi penyandang disabilitas dilindungi oleh konstitusi. Mereka bukan hanya memiliki hak untuk memperoleh pendidikan, melainkan juga sama seperti individu nondisabilitas, mereka memiliki keseluruhan hak untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara, di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Publik mulai menyadari persoalan penyandang disabilitas ketika penyandang disabilitas mulai menyadari pentingnya menyuarakan hak-hak mereka. Bahkan, para penyandang disabilitas sudah sangat maju dengan secara resmi mengajukan Rancangan Undang-Undang Penyandang Disabilitas (RUU Penyandang Disabilitas), sebagai pengganti Undang-Undang No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Perubahan radikal RUU Penyandang disabilitas sudah masuk pada salah satu prioritas Prolegnas 2014. RUU itu akan mengubah secara radikal paradigma kita terhadap penyandang disabilitas, dan tentu saja, perubahan paradigma itu akan memiliki pengaruh besar pada praksis pendidikan kita. Perubahan radikal pertama ialah perubahan filosofis dari paradigma karitatif menjadi hak asasi manusia. UU No 4 Tahun 1997 masih memandang penyandang disabilitas sebagai individu yang patut dikasihani, tapi tidak memiliki hak. Karena itu, perlakuan terhadap mereka sekadar karitatif, berdasarkan rasa belas kasihan semata. Paradigma itu berubah menjadi pendekatan hak. Sebagai hak asasi, hak para penyandang disabilitas bersifat universal, langgeng, tidak dapat dikurangi, dibatasi, dicabut, atau dihilangkan oleh siapa pun termasuk negara. Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas yang telah ditandatangani Pemerintah Indonesia pada 2007 dan dikuatkan dengan UU No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas mewajibkan bahwa keseluruhan peraturan perundang-undangan yang ada melindungi hak-hak asasi penyandang disabilitas. Kedua, persoalan penyandang disabilitas bukanlah persoalan individual, yaitu masalah ada pada penyandang disabilitas, melainkan pada unsur sosial, yaitu pemahaman masyarakat, negara, dan aparatur negara terhadap keberadaan penyandang disabilitas sebagai warga negara. Mereka selama ini dianggap sebagai aib, objek penghalang. Masyarakatlah yang harus mengubah cara pandang mereka terhadap penyandang disabilitas. Mereka juga manusia yang memiliki hak dan martabat yang luhur, yang tidak pernah boleh dilecehkan siapa pun. Ketiga, secara hukum yuridis, konsep tentang penyandang disabilitas berubah. Bila dalam UU No 4/1997 masih memakai istilah penyandang cacat, istilah itu sudah tidak tepat lagi dan harus dihilangkan, sebab cacat fisik dan mental bukanlah sebuah kecelakaan yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Istilah yang lebih manusiawi dan dipakai sekarang ialah penyandang disabilitas. Pembedaannya bukan antara yang cacat dan normal, melainkan pada disable dan non disable. Mereka semua ialah sama-sama manusia yang memiliki hak dan martabat yang tak dapat diganggu gugat siapa pun. Bukan inklusi Pemenuhan hak-hak para penyandang disabilitas dalam praksis pendidikan kita selama ini hanyalah tempelan dan tambahan. Itu terbukti dengan adanya lembaga pendidikan yang inklusif. Padahal, semestinya tidak ada sekolah yang inklusi, sebab pendidikan itu pada hakikatnya adalah inklusi. Pendidikan inklusif menimbulkan pembatasan-pembatasan apa pun atas dasar alasan disabilitas, dan itu merupakan sikap tidak adil serta diskriminatif. Setiap penyandang disabilitas memiliki hak untuk masuk dan mengenyam pendidikan dari semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Konsep kita tentang pendidikan umum dengan program inklusi harus dihapus. Pemahaman yang distortif terhadap pendidikan inklusi telah berakibat bahwa praksis pendidikan inklusi sekadar formalitas. Pemerintah secara formal menyediakan keberadaan pendidikan inklusi, tapi hal-hal fundamental, seperti ketersediaan sarana belajar, guru, akomodasi wajar proses belajar siswa, sistem evaluasi dan kurikulum, tidak berubah. Ketiadaan sarana-prasarana dan tenaga di perguruan tinggi tidak bisa menjadi alasan untuk menyingkirkan para penyandang disabilitas dari akses mereka terhadap pendidikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, sampai tinggi. Negara bertanggung jawab untuk menyediakan akses itu. Bukan semalam Membalik keadaan, dengan sistem pendidikan kita memiliki jiwa adil dan menerapkan prinsip nondiskriminasi terhadap penyandang disabilitas bukanlah pekerjaan semalam. Namun, pekerjaan itu tidak dapat dilakukan bila paradigma dan visi kita tentang kehadiran para penyandang disabilitas tidak berubah. Dalam konteks pendidikan, perubahan radikal itu harus disertai desain jangka panjang dan eksplisitasi penghargaan terhadap penyandang disabilitas dalam aturan hukum dan perundang-undangan kita. Untuk itu, ada tiga prioritas yang mesti segera dikerjakan. Pertama, pemerintah harus secara eksplisit dan tegas menyatakan dan mengukuhkan dalam produk hukum dan praksis bahwa penyandang disabilitas tidak didiskriminasi dalam mengenyam pendidikan dalam jenjang mana pun. Kedua, pemerintah harus mendesain secara jelas kebijakan afirmatif apa yang akan mereka lakukan untuk mengakomodasi kehadiran para penyandang disabilitas agar memiliki keterbukaan akses pada setiap jalur pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai tinggi. Pemerintah harus secara jelas menyatakan bahwa pendidikan dari tingkat dasar sampai tinggi inklusif. Ketiga, harus ada proses penilaian dan assessment yang utuh ketika pemerintah menentukan seseorang harus masuk sekolah khusus, melalui kriteria dan proses yang secara objektif dapat dipertanggungjawabkan. Sekolah khusus hanya diperuntukkan bagi mereka yang sungguh- sungguh secara khusus tidak dapat berintegrasi dengan sekolah umum baik dari segi kurikulum, metode, sarana, guru, dan tujuan. Masyarakat dan para pengambil kebijakan harus terbuka dan berani mengoreksi konsep dan paradigma mereka tentang kehadiran para penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas ialah manusia. Mereka ialah saudara-saudara kita, yang patut kita perlakukan dengan penuh cinta, dan dilindungi dalam sebuah produk hukum, undang-undang, peraturan, dan praksis kehidupan bermasyarakat yang menghargai harkat dan martabat mereka sebagai ciptaan Tuhan.
CALAK EDU
Menerima Perbedaan, Menghargai Kesetaraan
Oleh: Ahmad Baedowi
SEBUAH konstruksi sosial dan budaya lewat perubahan kata dalam bahasa ternyata belum mampu mengubah atau setidaknya menurunkan sikap diskriminatif kita terhadap perbedaan. Ambil contoh kata difabel, yang berasal dari singkatan berbahasa Inggris diffable dan merupakan kependekan dari differenly able atau yang juga sering disebut sebagai different ability. Istilah difabel merupakan pengindonesiaan dari kependekan istilah different abilities people (orang dengan kemampuan yang berbeda). Dengan istilah difabel, masyarakat diajak untuk merekonstruksi nilai-nilai sebelumnya, yang semula memandang kondisi cacat atau tidak normal sebagai kekurangan atau ketidakmampuan menjadi pemahaman terhadap difabel sebagai manusia dengan kondisi fisik berbeda yang mampu melakukan aktivitas dengan cara dan pencapaian yang berbeda pula. Wacana penggunaan istilah difabel dimaksudkan untuk memberi sikap positif yang menekankan pada perbedaan kemampuan dan bukan pada keterbatasan, ketidakmampuan atau kecacatan baik fisik maupun mental. Karena itu setiap sikap yang diskriminatif, terutama di bidang pendidikan, bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 31(1) yang menjamin bahwa `setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan'. Bahkan secara lebih khusus, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 menjelaskan bahwa `setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu', serta `warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus'. Namun, kata `pendidikan khusus' dalam UU Sisdiknas nyatanya masih setengah hati dijabarkan pemerintah, mengingat faktanya para difabel belum memperoleh layanan pendidikan yang setara dan berkeadilan. Harus diakui bahwa masalah keadilan dan kesetaraan dalam tata kelola pendidikan kita dalam tiga dekade terakhir tidak pernah bisa diselesaikan secara baik dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Bukan hanya di Indonesia, isu soal keadilan dan kesetaraan dalam pendidikan juga menjadi isu yang tak kunjung selesai dibicarakan seluruh dunia. Kebingungan itu salah satunya bisa jadi bermula dari definisi kesetaraan pendidikan itu sendiri, yaitu apakah kesetaraan bermula dari keterbatasan input sumber daya terhadap sekolah atau kesetaraan dari output di luar sekolah.
Akses luas Jika kesetaraan dilihat dari aspek input sumber daya sekolah, seluruh kebutuhan yang menjadi prasyarat terciptanya sebuah sekolah yang nondiskriminatif seperti guru yang berkualitas, sarana dan fasilitas yang memadai, serta manajemen pengelolaan yang transparan dan akuntabel haruslah dirasakan oleh seluruh siswa dalam setiap aspek pelayanan. Termasuk kategori ini ialah akses terhadap anak berkebutuhan khusus dalam pelayanan pendidikan bagi para penyandang difabel. Selama ini disediakan fasilitas pendidikan khusus bagi anak-anak difabel, disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya, yaitu sekolah luar biasa (SLB). Disadari atau tidak, sistem pendidikan SLB itu telah membangun tembok besar eksklusivisme bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Pendidikan yang terpisah dari pendidikan reguler sudah barang tentu menghambat proses saling mengenal antara anak-anak difabel dan anak-anak pada umumnya. Kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial masyarakatnya. Mereka merasa keberadaan mereka bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sementara itu, masyarakat umum juga menjadi tidak begitu akrab dengan persoalan- persoalan kehidupan kelompok difabel. Masalah akses pendidikan bagi difabel dan mereka yang berkebutuhan khusus memang menjadi persoalan di seluruh dunia. Di banyak negara, 50%-60% anak-anak tanpa kecacatan dan hanya 2%-3% anak difabel masuk sekolah. Itulah sebabnya, badan dunia seperti UNESCO memberi perhatian serius mengenai persoalan ini. Dalam Penyataan Salamanca (UNESCO, 1995) misalnya, ditekankan hal-hal yang berkaitan dengan hak para difabel seperti memperoleh penyesuaian pendidikan agar dapat mengikuti sekolah sebagaimana halnya anak-anak normal. Pemerintah semestinya memikirkan secara khusus anggaran pendidikan yang tidak diskriminatif dalam mengejar ketertinggalan anak-anak difabel. Selain itu, pemerintah perlu memikirkan masalah kesetaraan yang bersumber dari output sekolah. Tingkat kemampuan ekonomi orangtua dan cara lingkungan tempat siswa difabel berada juga merupakan masalah serius yang harus diselesaikan dan harus menjadi faktor pertimbangan pemerintah dalam mengerjakan kebijakan nondiskriminatif itu. Tentu terdapat banyak sekali ketimpangan yang luar biasa dan menyebabkan anak-anak difabel menjadi semakin jauh dari isu kesetaraan dalam menerima pendidikan yang berkualitas, seperti terbatasnya kemampuan negara untuk menjadikan mereka sebagai penduduk yang sejahtera, dengan faktor kebutuhan khusus dan kemiskinan hanya dieksploitasi sebagai kebutuhan politik semata. Dalam buku Politics, Language, and Culture: A Critical Look at School Reform, Joseph Check (2004) memastikan bahwa dalam setiap sistem pendidikan sebuah negara melalui muatan kurikulumnya tak akan pernah bisa menghindari isu RAS, bahasa, dan budaya, karena isu-su tersebut selalu berkaitan dengan persoalan pemerataan (equity) pendidikan masih tetap tinggi, akses (access), dan kualitas (quality) pendidikan juga masih rendah. Untuk itulah, perlu dipikirkan dan dibuat rancang bangun mekanisme yang terintegrasi terhadap proses pendidikan, antara anak-anak difabel dan anak-anak yang normal. Kapan? Sebaiknya sekarang, dan kita berharap pemerintahan baru akan mewujudkan pendidikan inklusif itu dengan sungguh-sungguh, bukan setengah hati.
Umat Harus Peduli Rumah Ibadahnya
Oleh M. Fuad Nasar Wakil Sekretaris BAZNAS
Umat Islam Indonesia patut bersyukur dengan suasana islami yang tercipta setiap Ramadhan. Masjid dipadati jamaah yang melaksanakan shalat tarawih dan menyimak ceramah ramadhan. Banyak masjid di perkotaan menggelar buka puasa gratis untuk musafir dan warga yang ingin menikmati kebersamaan dalam hari-hari Ramadhan. Organisasi pemuda dan remaja masjid pertama di Jakarta, yaitu Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, setiap Ramadhan mengusung tema kegiatan yang berkesan, yakni Cahaya Ramadhan Cahaya Masjid. Menengok ke Bandung, di Masjid Salman ITB, masjid kampus pertama di Indonesia, dapat pula disaksikan agenda ramadhan yang semarak dengan nuansa khas masjid kampus. Syiar ramadhan bergema di masjid-masjid lainnya di seluruh wilayah tanah air yang mencerminkan kehidupan Islam di Indonesia. Sepuluh hari terakhir Ramadhan kegiatan malam Iktikaf di berbagai masjid tidak hanya diikuti orang-orang tua, tetapi juga generasi muda. Syiar Ramadhan tidak terpisahkan dari syiar memakmurkan masjid. Ramadhan mendekatkan umat Islam dengan masjid sebagai pusat jantung kehidupan keagamaan. Peran dan fungsi masjid dalam masyarakat Islam sebagai pusat ibadah dan pembinaan umat perlu dipelihara sepanjang zaman. Masjid merupakan tempat integrasi dan reintegrasi umat, kata almarhum Mohammad Natsir. Masjid satu-satunya tempat yang dapat mempertemukan umat Islam di bawah naungan akidah dan ikatan ukhuwah islamiyah sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW. Zaman terus berubah dan musim berganti. Di pusat-pusat kota dan kawasan pengembangan perkotaan terjadi perubahan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kemajuan dan semarak kehidupan Islam di tanah air kita bukannya tanpa tantangan. Di satu sisi semarak syiar Islam yang mengesankan, namun di sisi lain pengaruh materialisme dari hari ke hari kian mendesak nilai-nilai keagamaan bangsa kita. Pembatalan dan pengalihan tanah wakaf beberapa kali terjadi dalam masyarakat untuk kepentingan komersil. Di masa lalu tidak terbayangkan masjid yang merupakan harta wakaf diambil kembali oleh ahli waris untuk dijual karena tergiur harta tanah yang mahal. Uang bisa mengalahkan rasa takut manusia kepada Tuhan. Sewaktu saya berbincang dengan Direktur Eksekutif Badan Wakaf Indonesia (BWI) Drs. H. Achmad Djunaedi, MBA, tanggal 24 Mei 2014 lalu, diungkapkan banyak masjid di DKI Jakarta dan Sekitarnya (Jabodetabek) belum memiliki sertifikat wakaf. Menurut Achmad Djunaedi banyak masjid di daerah jalan protokol di Jakarta dan kompleks perumahan (real estate) di Jabodetabek belum memiliki sertifikat wakaf. Status tanah masjid kebanyakan adalah tanah negara dan fasilitas sosial milik pengembang (developer). Masjid negara (Masjid Istiqlal) ternyata juga tidak memiliki sertifikat wakaf. Sekian banyak masjid di atas tanah wakaf ternyata belum bersertifikat. Di samping itu, maraknya pembangunan super-block perumahan dan kawasan bisnis seluas ribuan hektar tidak boleh menghilangkan masjid dan mushalla yang telah berdiri sejak puluhan atau ratusan tahun di daerah itu. Jika tidak ada yang peduli, tidak mustahil Islam tidak kelihatan lagi di tempat itu karena tergusur oleh pembangunan. Ujar mantan pejabat Kementerian Agama itu. Dalam kaitan ini patut kita dukung rencana BWI yang ingin mendata dan mensosialisasikan pentingnya sertifikasi tanah wakaf masjid. Setiap tanah negara dan lahan fasilitas sosial yang di atasnya berdiri masjid harus disertifikatkan. BWI telah meminta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar menetapkan fatwa bahwa tanah masjid harus wakaf. Masjid di atas tanah wakaf yang belum bersertifikat sangat riskan di masa mendatang dan beberapa kasus telah terjadi di kota-kota besar. Sudah saatnya masalah ini menjadi perhatian agar umat Islam tidak dirugikan ketika terjadi perubahan tata ruang, pembebasan tanah dan alih fungsi lahan untuk kepentingan komersial. Lahan fasilitas sosial di kompleks-kompleks perumahan yang telah dibangun masjid di atasnya seharusnya diurus alih-status menjadi tanah wakaf bersertifikat. Sertifikasi wakaf sangat diperlukan agar setiap masjid yang berdiri mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan tidak mudah diganggu-gugat. Masjid yang memiliki sertifikat wakaf secara hukum terlindungi dari penggusuran dan alih fungsi lahan. Semarak masjid di bulan suci Ramadhan diharapkan mendorong umat Islam lebih care dan peduli dengan rumah ibadahnya. Kepedulian dan kecintaan umat terhadap masjid tidak cukup hanya sebatas membangun, memperindah dan memakmurkannya, tetapi juga mengamankannya. Kita tidak menginginkan rumah ibadah umat Islam (masjid dan mushalla) lenyap dan tergusur disebabkan kita tidak peduli dengan sertifikasi tanah wakaf. Setiap jengkal tanah wakaf harus dilestarikan sebagai harta agama. Dari tahun ke tahun pemerintah tidak memiliki cukup anggaran untuk program sertifikasi tanah wakaf. Saya kira umat Islam melalui para nazhir wakaf dan pihak terkait harus mengembangkan inisiatif sendiri untuk pensertifikatan aset-aset umat berupa tanah wakaf demi kepentingan agama dan generasi mendatang. Kita selama ini peduli dengan rumah ibadah orang lain di sekitar kita, tapi kurang peduli untuk mengamankan rumah ibadah kita sendiri. Jika kendalanya hanya masalah dana, umat Islam melalui lembaga zakat dapat memanfaatkan sebagian zakat, infak dan sedekah untuk keperluan sertifikasi tanah wakaf yang di atasnya terdapat bangunan rumah-rumah ibadah sebagai bagian dari peruntukan zakat untuk fisabilillah. Tetapi jika terkait dengan kebijakan, sudah selayaknya pemerintah memberikan keberpihakan. Wallahu a'lam bisshawab.
Gerakan Zakat Berjamaah
Oleh Irfan Syauqi Beik Staf Ahli BAZNAS
Dalam berbagai kesempatan, salah seorang ulama muda kharismatik KH Yusuf Mansur, senantiasa menyerukan pentingnya berjamaah. Apapun persoalan yang dihadapi, seberat apapun, akan mudah diatasi dengan cara berjamaah. Dengan berjamaah, maka akan ada distribusi beban dan kewajiban. Semakin besar bilangan pembagi beban tersebut, maka kewajiban kita akan semakin ringan. Sebaliknya, semakin kecil bilangan pembagi beban tersebut, maka akan semakin besar pula kewajiban yang harus ditunaikan. Sebagai contoh, ketika kita bermaksud membeli sebuah hotel bintang 4 seharga Rp 150 miliar, maka nilai tersebut akan terasa fantastis jika harus ditanggung sendirian. Tapi coba bayangkan, bila ada 1 juta warga yang siap menanggung secara bersama pembelian hotel tersebut, maka seorang warga hanya akan terkena kewajiban Rp 150 ribu per tahun. Jika jumlah ini dibagi dengan 12 bulan, maka setiap orang cukup mengeluarkan Rp 12.500 per bulan selama 1 tahun. Angkanya menjadi sangat kecil, sehingga jumlah Rp 150 milyar inipun menjadi terlihat sedikit. Bukan sesuatu yang menakutkan dan memberatkan. Inilah yang dimaksud dengan istilah bilangan pembagi, yaitu jumlah warga yang terlibat dan durasi waktu proses pelaksanaannya. Dengan ilustrasi seperti itu, maka bagi KH Yusuf Mansur, akan sangat mudah untuk menggerakkan bangsa ini untuk mau membeli kembali aset-aset negara yang telah tergadai kepada pihak asing. Jika seluruh warga negara terlibat, maka beragam persoalan, seperti ketiadaan sumber dana bagi pembangunan infrastruktur, dapat diatasi dengan baik dan cepat. Inilah dahsyatnya efek dari berjamaah. Karena itu, Alquran memerintahkan kita untuk berjamaah dalam segala hal, sehingga dengan kekuatan jamaah, maka seluruh potensi yang dimiliki dapat dioptimalkan. Rasulullah dan para sahabat telah membuktikan bahwa kekuatan berjamaah adalah kunci keberhasilan dalam membangun peradaban Islam dalam waktu singkat. Jika semangat berjamaah ini juga diaplikasikan dalam gerakan zakat, maka efektivitas dan tingkat keberhasilan pembangunan zakat diyakini akan mengalami peningkatan. Untuk itu, diperlukan adanya langkah strategis agar upaya untuk membangun soliditas jamaah gerakan zakat bisa berjalan efektif. Pertama, basis atau pondasi berjamaah adalah adanya rasa saling percaya di antara pihak yang terlibat. Adanya kepercayaan ini merupakan sebuah keniscayaan. Tidak mungkin gerakan zakat berjamaah dapat diwujudkan jika antar elemen pegiat zakat masih ada unsur saling curiga dan buruk sangka. Namun demikian, satu hal yang perlu disadari adalah munculnya trust ini haruslah melalui proses perjalanan yang panjang dan berliku. Bukan proses yang bersifat instan dan jangka pendek. Kedua, dalam berjamaah, diperlukan adanya kesediaan untuk memimpin dan dipimpin. Dalam konteks memimpin, hampir semua pihak menyatakan kesiapannya. Namun, tidak semua pihak siap untuk dipimpin. Untuk itu, kepemimpinan gerakan zakat haruslah bersifat konstitusional dengan merujuk pada UU yang ada. Dalam konteks pengelolaan zakat di tanah air, UU No 23/2011 dan PP No 14/2014 telah mengamanatkan BAZNAS untuk memimpin proses integrasi pengelolaan zakat nasional. Tentu, proses kepemimpinan dan koordinasi tidak akan berjalan efektif manakala Baznas daerah dan LAZ tidak bersedia untuk bekerjasama dan bersinergi. Ketiga, kepemimpinan dalam jamaah akan efektif apabila bersifat aspiratif dan akomodatif terhadap kepentingan para pemangku kebijakan, dengan tetap mengacu pada kerangka sistem yang dibangun menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Jadi bukan asal menyenangkan semua pihak tapi kemudian menabrak rambu-rambu peraturan yang ada. Disinilah pentingnya posisi BAZNAS dalam memainkan perannya sebagai koordinator zakat nasional. Keempat, adanya jaminan akuntabilitas sistem zakat yang tengah dibangun. Maksudnya, kerangka acuan sistem zakat ini harus disusun diatas prinsip pertanggungjawaban yang jelas dan kuat, sehingga semua pihak yang terlibat memiliki akseptansi terhadap sistem zakat yang sedang dibangun ini. Akuntabilitas ini dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu akuntabilitas administratif, akuntabilitas proses dan mekanisme, serta akuntabilitas moral dan sosial. Wallaahu a'lam.
Cesar dan Scolari Beda Pilihan
AGUS TRIWIBOWO
Jika Julio Cesar menyatakan ingin pensiun, Luiz Felipe Scolari memilih bungkam dengan rencana masa depannya. HASIL mengecewakan skuat Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014 membuat kiper Julio Cesar kecewa berat. Mantan kiper utama klub Inter Milan Italia itu pun berpikir pensiun. Ini mungkin menjadi Piala Dunia terakhir saya, ungkap Cesar setelah Brasil ditaklukkan Belanda 0-3 di laga perebutan posisi ketiga di Brasilia, kemarin dini hari WIB. Tetap tampil untuk Copa America 2015 (ajang sepak bola Amerika Latin) pada saat usia sudah 35 tahun menjadi sesuatu yang rumit. Tampil di sana tanpa berpikir untuk Piala Dunia 2018 seperti mementingkan diri sendiri, jelas Cesar. Kekalahan dari Belanda itu seperti mengulang derita Cesar di Piala Dunia 2010 silam. Brasil dikalahkan tim yang sama dengan skor 1-2 di babak perempat final. Namun, Cesar kemudian terpanggil untuk kembali membela Selecao. Pelatih Luiz Felipe Scolari yang memanggilnya lagi, tahun lalu, setelah dipercaya sebagai pelatih skuat tim `Samba'. Kelihaian Cesar yang kini bermain di klub Toronto FC Kanada membuatnya menjadi pahlawan kemenangan Brasil ketika mengalahkan Cile di 16 besar, dua pekan silam. Akan tetapi, dia tidak mampu berbuat banyak ketika gawangnya dibombardir Jerman dengan tujuh gol saat takluk 1-7 di semifinal. Ini saat menyedihkan bagi sepak bola Brasil, jelas Cesar yang telah 86 kali membela tim `Samba'. Sekarang saya berpikir untuk menenangkan diri dan melupakan segalanya. Waktunya untuk kiper lain dan saya pikir Brasil memiliki tujuh atau delapan orang yang mampu memakai kostum tim nasional, tegas Cesar. Itu pernyataan yang mungkin menjadi akhir karier Cesar di skuat Brasil. Tim nasional sudah dibelanya sejak 2004. Debutnya dilakukan di ajang Copa America pada tahun yang sama. Tergantung CBF Jika Cesar menyatakan ingin pensiun setelah kegagalan Brasil, beda halnya dengan apa yang akan dilakukan Scolari. Pelatih yang berjaya mengantar Brasil memenangi Piala Dunia 2002 itu memilih bungkam dengan rencana masa depannya. Felipao--julukan Scolari-tidak memberi ketegasan apakah akan mundur setelah kegagalan itu. Mantan arsitek timnas Portugal tersebut mengembalikan semuanya kepada kebijakan Federasi Sepak Bola Brasil (CBF). Semua bergantung kepada keputusan presiden (CBF). Kami sekarang memegang laporan akhir dan akan menyerahkan kepadanya untuk dianalisis mengenai apa yang perlu diselesaikan, ungkap Big Phil kepada Sky Sports. Saya tidak akan membicarakan masa depan saya dengan Anda. Menang atau kalah adalah hasil akhir yang harus kita terima, jelas Scolari. Scolari menilai para pemainnya tampil cukup baik pada laga melawan Belanda meski akhirnya tidak dapat apa-apa. Baginya, setidaknya Brasil berhasil menempati empat besar tim terbaik di Piala Dunia kali ini. Kami memuji para pemain meskipun kami gagal pada turnamen kali ini, setidaknya kami tidak bermain buruk hari ini. Saya sudah melatih pada tiga Piala Dunia, dan sekarang kami berada di empat besar, kilah Scolari. Padahal, desakan agar Scolari meletakkan jabatan telah terdengar sejak kekalahan telak dari Jerman di semifinal. Mantan gelandang timnas Brasil Juninho Pernambucano meminta Scolari dan seluruh staf pelatih Brasil--termasuk Carlos Alberto Parreira--mundur. Itu kekalahan paling telak dalam sejarah sepak bola dan itu dialami Brasil. Jika saya pelatih, saya akan mundur di akhir laga, jelas Juninho. (fifa.com/skysport/Agt/R-3) agustewe @mediaindonesia.com
Brasil Tuai Ejekan di Negeri Sendiri
SATRIA SAKTI UTAMA
Kapten Thiago Silva minta maaf kepada pendukung Brasil atas kekalahan beruntun mereka. BRASIL harus kembali menelan pil pahit setelah kalah telak secara beruntun dalam ajang Piala Dunia kali ini. Dalam laga perebutan tempat ketiga kemarin, Selecao--julukan timnas Brasil--dipaksa tunduk kepada Belanda dengan skor meyakinkan 0-3. Robin van Persie membuka keran gol tim `Oranye' melalui titik penalti saat laga baru berjalan menit ketiga setelah Arjen Robben dijatuhkan Thiago Silva di kotak terlarang. Anak asuhan Louis van Gaal itu menggandakan keunggulan di menit 17 melalui winger Daley Blind. Kemenangan 3-0 Belanda akhirnya dilengkapi gelandangnya, Georginio Wijnaldum, saat pertandingan memasuki perpanjangan waktu. Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Nacional de Brasilia tersebut, Brasil memang bermain seperti tanpa determinasi. Kekalahan menyakitkan 1-7 atas Jerman di pertandingan sebelumnya disebut-sebut menjadi biang keladi kekalahan Thiago Silva dkk atas Belanda. Di sisi lain, kekalahan itu juga menambah luka para pendukung Brasil yang harus melihat tim kebanggaan mereka keok di rumah sendiri. Kapten Brasil Thiago Silva pun menyatakan permintaan maafnya atas hasil buruk yang diperoleh. Saya tidak berpikir kami harus mengakhiri seperti ini. Kami perlu meminta maaf kepada para suporter. Mereka mengejek kami hingga akhir dan itu normal, mereka memiliki perasaan juga. Ini sangat sulit, ungkap Silva. Pendukung tuan rumah sempat mengungkapkan kekesalannya dengan mengeluarkan kata- kata ejekan kepada para pemain Brasil saat gol kedua Belanda terjadi akibat kesalahan David Luiz. Kemarahan para suporter pun kembali memuncak setelah tim `Samba' kembali kemasukan di menit akhir laga. Selain itu, hasil tersebut semakin memperburuk catatan Brasil yang menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk kali kedua. Brasil pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 1950. Dalam pergelaran tersebut Brasil gagal menjadi juara dunia untuk pertama kalinya setelah menempati posisi kedua setelah kalah bersaing dengan Uruguay. Beri apresiasi Belanda mengakhiri perjalanannya di Piala Dunia 2014 dengan meraih posisi ketiga setelah mengalahkan tuan rumah Brasil. Dengan hasil tersebut, gelar `juara tanpa mahkota' yang sudah lama disematkan tetap bertahan. Tim asal negeri `Kincir Angin' itu memang seperti tidak dinaungi Dewi Fortuna di setiap ajang Piala Dunia yang mereka ikuti. Tiga kali mencapai laga puncak Piala Dunia (1974, 1978, 2010), tidak pernah sekali pun mereka mengangkat piala. Meski begitu, pelatih Belanda Luis van Gaal mengaku tetap memberikan apresiasi tinggi kepada anak asuhnya. Performa Belanda selama Piala Dunia sebenarnya cukup baik dengan tidak pernah menelan kekalahan dalam 90 menit waktu normal dalam laga yang mereka jalani. Langkah mereka hanya terhenti oleh Argentina di babak semifinal setelah kalah dalam babak adu penalti beberapa saat lalu. Selama turnamen ini kami berhasil mencetak 15 gol dalam 7 laga dan hanya kemasukan empat. Saya pikir kami dapat melihat ini sebagai suatu kesuksesan dan saya bangga dengan para pemain dan staf saya, tutur Van Gaal. (Reuters/R-3) satria@mediaindonesia.com
Matinya Sepak Bola Brasil di Kandang
Achmad Maulana, dari Brasil
HUUU ..., teriak serentak ribuan penonton yang memadati Fan Fest di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, setiap kali para pemain Brasil kehilangan bola atau saat mencoba melakukan serangan dalam pertandingan perebutan tempat ketiga di Stadion Nacional, Brasilia, kemarin. Sebaliknya, mereka memberi tepuk tangan ketika para pemain Belanda melakukan serangan berbahaya, termasuk saat tim `Oranye' mencetak gol ketiga mereka. Ironis, memang, karena yang berteriak-teriak itu sebagian besar ialah para fan Brasil sendiri. Perasaaan frustrasi setelah tim kesayangan mereka dua kali beruntun menjadi bulan-bulan lawan sepertinya memunculkan perasaan antipati. Kekecewaan itu pun mereka lontarkan dalam bentuk hujatan. Bahkan beberapa di antara mereka membawa poster yang berisi berbagai umpatan untuk arsitek Luiz Felipe Scolari. Segala cemoohan itu tak ubahnya sebuah orkestra yang mengiringi lonceng kehancuran Selecao. Itulah mimpi terburuk Brasil. Jauh lebih buruk ketimbang tragedi Maracanazo, saat mereka kalah 0-1 dari Uruguay di final Piala Dunia 1950. Betapa tidak? Alih-alih mendapat hadiah hiburan setelah dihantam Jerman 1-7, Selecao justru kembali menjadi pecundang. Belanda menghantam mereka dengan skor 0-3. Ketiga gol tim `Oranye' itu dicetak Robin van Persie, Daley Blind, dan Georginio Wijnaldum. Inilah mimpi terkelam persepakbolaan Brasil, tegas Furtado, salah seorang fan Brasil di Copacabana. Brasil yang tampil dengan penuh percaya diri dengan status sebagai tuan rumah turnamen dan ditambah status sebagai juara Piala Konfederasi 2013 justru mengalami kehancuran di saat-saat terakhir. Mereka bukan saja gagal total, melainkan juga kebobolan 10 gol dalam dua laga terakhir. Alhasil, Piala Dunia 2014 yang semula hendak dijadikan sebagai pesta untuk merayakan hexa (gelar keenam) seolah berubah menjadi ajang penguburan. Ini menunjukkan sepak bola Brasil butuh perubahan, tandas Airton Vantas, seorang warga. `Kembalikan Pele', tulis seorang fan lainnya dalam poster cukup mencolok yang dia usung. (X-4)
BINTANG
Pemain Serbabisa Skuat Oranye
DALEY Blind meneruskan jejak sang ayah, legenda Belanda Danny Blind, dengan menjadi salah satu pilar utama tim `Oranye'. Blind junior juga mengikuti langkah seniornya--yang kini menjadi asisten Louis van Gaalsama-sama mengusung klub Ajax Amsterdam. Gol yang dilesakkan ke gawang Brasil membuat Daley Blind kian mengukuhkan kemampuan bermain di berbagai posisi. Blind berada di kotak penalti ketika menerima bola buangan tandukan kepala bek Brasil David Luiz. Dengan tenang, pemain kelahiran 9 Maret 1990 itu mengontrol bola dan melepas tendangan untuk membuahkan gol kedua bagi Belanda. Itu menjadi gol pertama Blind sepanjang 18 kali membela Belanda. Debut dilakukan tahun lalu ketika laga melawan Italia, 6 Maret 2013-tiga hari sebelum usianya genap 23 tahun. Blind, seperti juga sang ayah, memiliki kemampuan sebagai pemain bertahan. Ia juga bisa menjadi gelandang bertahan. Bek kiri menjadi posisi yang sering ditempatinya di Ajax, sesuai dengan arahan pelatih Ronald de Boer. Posisi itu membuatnya meraih predikat pemain muda terbaik Ajax Amsterdam. Blind juga punya kemampuan di sektor gelandang. Gaya main Blind sebagai midfielder itu mengingatkan kepada sepak terjang kapten timnas Jerman Philip Lahm. Blind pun dijuluki `Philip Lahm dari Belanda'. Tidak hanya sampai di situ. Blind memang tidak akan bermain sebagai gelandang bertahan jika Nigel de Jong dalam kondisi prima. Van Gaal ternyata mendudukkan dia sebagai pilihan ketiga sebagai salah satu dari duo bek sentral. Dari posisi-posisi tersebut, Blind tidak kehilangan naluri menyerang. Saat Belanda jumpa Spanyol, Blind mengirim umpan matang sehingga dituntaskan dengan tandukan oleh Robin van Persie. Gol sambil terbang itu dijuluki the Flying Dutchman. Blind juga sering menerobos hingga posisi terdalam dari lini pertahanan tim lawan. Itu yang ditunjukkan ketika berdiri di kotak penalti Brasil pada laga perebutan posisi ketiga di Stadion Nasional Brasilia, untuk mencetak gol kedua Belanda di menit ke-17. Kemampuan Blind itu membuatnya menjadi incaran klub raksasa Inggris Manchester United. Kesempatan hijrah ke Old Trafford--markas MU-terbuka lebar karena musim depan klub itu bakal ditukangi Van Gaal. Blind diyakini mampu menggantikan posisi kapten MU asal Prancis Patrice Evra. Raihan posisi ketiga di Piala Dunia 2014 membuat Blind memiliki harapan lebih baik bersama tim `Oranye' di masa mendatang. Apalagi Blind menjadi salah satu dari jajaran pemain muda seperti Bruno Martins Indi, Daryl Janmaat, dan Stefan de Vrij. Mereka pemain muda yang menyokong permainan pemain senior seperti Van Persie, Arjen Robben, serta Wesley Sneijder. Kami para pemuda bermain sangat baik. Ada yang pergi dan ada yang menggantikan. Kami harus melihat ke masa depan dan saya harap kami para pemain muda tetap bersama, tegas Blind, pemain terbaik Liga Belanda musim lalu. (Fifa. com/Agt/R-3)
TENDANGAN BEBAS
Dunia Sepak Bola semakin Mendunia
SURYOPRATOMO Anggota Dewan Redaksi Media Grup
Tidak tanggung-tanggung, sepak bola masuk sampai Gedung Putih. Presiden Barack Obama menggelar nobar di Auditorium Gedung Putih. SEPAK bola? Permainan apa itu? Olahraga yang tidak menarik karena lamban dan sedikit gol yang bisa dicetak sepanjang pertandingan. Itulah pandangan umum orang Amerika Serikat ketika berbicara tentang sepak bola. Mereka tidak pernah mau peduli bahwa sepak bola adalah olahraga yang paling banyak penggemarnya di dunia. Bangsa Amerika tidak mau tahu bahwa penyelenggaraan Piala Dunia selalu menyedot perhatian penonton yang lebih besar daripada penyelenggaraan Olimpiade yang multievent. Itulah yang membuat bangsa Amerika mengembangkan football sendiri. Sepak bola yang dianggap sepak bola sesungguhnya adalah American Football. Apabila final American Football dilangsungkan, tidak kurang 20 juta mata pemirsa menyaksikannya melalui layar televisi. American Football menjadi olahraga yang paling populer di Amerika. Bisnis yang berkaitan dengan yang namanya American Football bergulir luar biasa. Spot iklan televisi termahal di Amerika adalah ketika dipasang pada pertandingan final American Football. Penaklukan AS merupakan tantangan bagi Federasi Sepak Bola Dunia. Apabila sepak bola bisa merasuk ke AS dan menjadi tontonan di rumah-rumah di Negeri Paman Sam, sepak bola benar-benar sudah menaklukkan dunia. Penunjukan AS sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994 merupakan bagian dari upaya masyarakat sepak bola untuk menaklukkan AS. Praktis hanya masyarakat AS yang tidak mengenal sepak bola dan tidak pernah peduli dengan keingarbingaran Piala Dunia. Meski Presiden Bill Clinton yang membuka penyelenggaraan Piala Dunia 1994 dan penyanyi terkenal Whitney Houston yang menyanyikan theme song Piala Dunia AS, sepak bola tetap tidak mampu membuat masyarakat Amerika mau memalingkan matanya. Negeri dengan penduduk nomor tiga terbesar di dunia itu tetap memandang sebelah mata terhadap sepak bola. Setelah 20 tahun kampanye sepak bola tiada henti dilakukan di AS, akhirnya bangsa Amerika luluh juga. Masyarakat Amerika akhirnya tergugah untuk mendukung tim nasional mereka ketika berhadapan dengan Jerman yang menentukan nasib tim asuhan Juergen Klinsmann itu untuk bisa lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2014 atau tidak. Tidak tanggung-tanggung, sepak bola masuk sampai Gedung Putih. Presiden Barack Obama menggelar nobar di Auditorium Gedung Putih untuk memberi dukungan kepada tim nasional AS yang sedang berlaga di Brasil. Untuk pertama kalinya jumlah penonton televisi pertandingan sepak bola melebihi jumlah penonton pertandingan American Football. Ketika partai AS-Jerman dilangsungkan, jumlah penontonnya mencapai 24,8 juta orang. Sebuah rekor penonton untuk tayangan olahraga di AS! Para orangtua di Amerika kini mulai mengirimkan anak-anaknya untuk berlatih sepak bola. Bukan hanya anak-anak keluarga Hispanik yang kini bermain sepak bola, tetapi juga anak-anak dari keluarga Amerika. Dalam satu dekade terakhir jumlah anak yang bermain sepak bola di Amerika tumbuh dari semula hanya sekitar 3 juta anak menjadi lebih 20 juta sekarang ini. Perusahaan apparel olahraga AS, Nike menjadikan sepak bola sebagai salah satu produk jualan mereka. Nike menjadi pesaing utama perusahaan Jerman, Adidas dalam memperebutkan pangsa pakaian sepak bola. Mulai dari kostum, kaus kaki, sarung tangan, hingga sepatu sepak bola dikembangkan teknologinya oleh Nike. Mereka pun kini menjadi sponsor klub-klub besar seperti Barcelona. Ketika minat masyarakat dan bisnis bisa bertemu, olahraga pasti akan berkembang pesat. Sepak bola pun pasti akan semakin tumbuh di AS. Apalagi kesebelasan nasional mereka bisa lolos hingga 16 Besar Piala Dunia 2014 ini. Satu yang masih harus diedukasikan kepada masyarakat Amerika adalah aturan permainan dan aturan pertandingan. Persoalannya, bangsa Amerika adalah bangsa yang sangat rasional. Mereka sulit untuk mengerti ketika sesuatu tidak masuk logika. Masyarakat Amerika merasa heran bagaimana kesebelasan nasional mereka yang dipaksa menyerah 0-1 dari Jerman di babak penyisihan grup, masih bisa lolos ke 16 Besar. Di mata masyarakat Amerika, tim yang kalah harusnya ya tersingkir. Tetapi dalam kompetisi sepak bola, sebuah kekalahan ternyata tetap bisa dirayakan sebagai sebuah keberhasilan. Semua itu tentunya tidak harus mengurangi keberhasilan sepak bola dalam menaklukkan dunia. Sepak bola sekarang benar-benar sudah mendunia. Apalagi Piala Dunia 2014 mampu menyuguhkan pertandingan-pertandingan yang menarik dengan produktivitas yang tinggi. (R-3)