Você está na página 1de 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di bagian ilmu penyakit
kulit, insidensnya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan
sosial ekonomi.
Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat
menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus.,
paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat
dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk.
Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi
dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5
tahun.
Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/
tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan
gelembung berisi cairan). Namun dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam
tentang impetigo bulosa.

1.2. TUJUAN
1. Menjelaskan dan memahami apa saja penyakit-penyakit kelainan kulit
khususnya Impetigo Bulosa.
2. Menjelaskan bagaimana menanggulangi penyakit kelainan kulit khususnya
Impetigo Bulosa.

1.3. MANFAAT
Diharapkan agar mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
dapat mengerti dan memahami tentang Penyakit kelaianan kulit khususnya
Impetigo Bulosa serta bagaimana cara penanganannya.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang
terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan.
Klasifikasi berdasar :
1. Warna :
Terang (fair skin), pirang, dan hitam
merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
Tipis : pada wajah
Lembut : pada leher dan badan
Berambut kasar : pada kepala



Anatomi kulit secara histopatologik
1. Lapisan Epidermis (kutikel)

3




Stratum Korneum (lapisan tanduk) => lapisan kulit paling luar yang terdiri
dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
Stratum Lusidum => terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng
tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) => merupakan 2 atau 3 lapis sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.
Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai
lapisan ini.
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta
) => terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar
sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil
yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula
sel Langerhans.
Stratum Basalis => terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal
pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel
basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
a. Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di
hubungkan oleh jembatan antar sel.

4

b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna
muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)

2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa pada dengan elemenelemen selular dan folikel rambut.



Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari
serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,
dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh
fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring
bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf,
dan mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat
longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi,
pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai

5

bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis
lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).



Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis)
dan pleksus profunda (terletak di subkutis)
ADNEKSA KULIT
1. Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya
sekitar 4-6,8.
o Kelenjar Ekrin => kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan
secret encer. Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28
kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya
berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak
pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung
beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
o Kelenjar Apokrin => lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya
lebih kental. Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila,
aerola mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya
belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi
lebih besar dan mengeluarkan secret.
Kelenjar Palit (glandula sebasea) Terletak di seluruh permukaan kuli
manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar
holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari
dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping

6

akar rambut dan suaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel
rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen,
wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen.
Pada anakanak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak
dan berfungsi secara aktif.
2. Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Pertumbuhannya 1mm per minggu.
\


Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur
kuku
Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas.

3. Rambut
Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit

Jenis rambut
Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen,
mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak,
rambut kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh
androgen (hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut

7

velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung
2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat)
berlangsung beberapa bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase
katagen (involusi temporer). Pada suatu saat 85% rambut mengalami fase
anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen. Rambut normal dan sehat
berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah dibentuk
dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan
kimia.

FUNGSI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.

2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya
bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis
vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis,
melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti
NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan

8

hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya
dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan
subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya
pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah
belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi
terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk
pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes).
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya
cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
2.2. PENGERTIAN
Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang
terdapat di permukaan kulit. Terdapat dua bentuk klinis impetigo yaitu impetigo
krustosa dan impetigo bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh stafilokokus aureus,
sedangkan impetigo krustosa disebabkan oleh streptokok hemoliticus.
Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-

9

lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet.


2.3. EPIDEMIOLOGI
Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak,
sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak
pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak,
paling sering menyerang anak-anak usia 2-5 tahun, namun tidak menutup
kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama.
Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa insiden tahunan dari
impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1.6 persen
pada anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa
meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus impetigo. Kebanyakan kasus
ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada negara-negara yang
berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau
miskin.
Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas
dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.
2.4. ETIOLOGI
Impetigo bulosa disebabkan oleh S.aureus galur grup Iitipe faga 71. Tiga lesi
kulit yang disebabkan oleh stafilokokus grup II ini adalah : a. Impetigo bulosa, b.

10

Penyakit eksfoliatif Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), dan c. Erupsi
non streptococcal skarlatiniforme.
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik
dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade yang
baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami
epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.


Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari
epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning yang
menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo
eritematosa.
Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula
tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang
berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan
adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sisner.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah
pecah sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula
yang utuh mengandung staphylococcus.
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan
mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup
pakaian.



11


Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa,
bula hipopio, krusta, dan koleret


Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa,
bula hipopion, krusta, dan koleret

2.6. PATOGENESIS
Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui
transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini
memproduksi toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum
sehingga menimbulkan vesikel.

Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula
yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari

12

impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi
keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap.
2.7. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Hygiene yang kurang
2. Malnutrisi
3. Lingkungan yang kotor
4. Musim panas dengan banyak debu
2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang
khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem
disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo
bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan.
2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis
yaitu:
a. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan
adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau
kelompok.
b. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub
korneum atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum
granulosum, terdapat sel akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang
terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh darah pada plexus
superficial
c. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi
dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat
berdiri sendiri.
2.10. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus.
Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau
krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk
menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat.

13

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial.
Frekuensi isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti
pendekatan resonable pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang
tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.
Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:
1. Umum
Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
Meningkatkan daya tahan tubuh
2. Khusus
a. Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya
dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti
kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %
b. Sistemik
Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan
yang tepat. Dalam orang dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan
dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali
sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4
x/hari.
Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika
streptococci terisolasi) juga. Khusus single azitromisin oral (pada orang
dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari
berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk
infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo yang
disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang
biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin ditambah
clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg /
hari) cefaclor (20 mg / kg / hari).

2.11. PROGNOSIS
Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan
mendapat terapi yang tepat.

14

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-
lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan
mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup
pakaian. Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis
yang khas.
Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat dilakukan baik secara umum dan
secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi
memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.






15

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Harahap, Mawarli, dkk.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.
Anonymous. Impetigo Bulosa. http://chyntiayuliza.blogspot.com. Akses 27/11/2012.
Pukul 02.00 WITA.
Anonymous. Pioderma. http://cakmoki86.wordpress.com. Akses 26/11/2012. Pukul
09.50 WITA.
Anonymous. Infeksi Kulit Pioderma. http://www.berbagimanfaat.com. Akses
26/11/2012. Pukul 10.00 WITA.

Você também pode gostar

  • Kuesioner Alkohol
    Kuesioner Alkohol
    Documento4 páginas
    Kuesioner Alkohol
    Aribowo IKdk
    100% (1)
  • Icd 10
    Icd 10
    Documento15 páginas
    Icd 10
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Intube
    Intube
    Documento7 páginas
    Intube
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Rumus Aki Akb
    Rumus Aki Akb
    Documento9 páginas
    Rumus Aki Akb
    Aribowo IKdk
    100% (1)
  • Gastrointestinal Stromal Tumor
    Gastrointestinal Stromal Tumor
    Documento7 páginas
    Gastrointestinal Stromal Tumor
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Skor Daldiyono
    Skor Daldiyono
    Documento1 página
    Skor Daldiyono
    Norman Ahmad Riyandi
    100% (3)
  • CBD Dispepsia ACKD
    CBD Dispepsia ACKD
    Documento18 páginas
    CBD Dispepsia ACKD
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Infertilitas
    Infertilitas
    Documento43 páginas
    Infertilitas
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Isi
    Isi
    Documento20 páginas
    Isi
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Keloid
    Makalah Keloid
    Documento23 páginas
    Makalah Keloid
    Aribowo IKdk
    Ainda não há avaliações