Você está na página 1de 10

ANTENA SLOT MIKROSTIP SEGITIGA ARRAY UNTUK APLIKASI

ULTRA – WIDEBAND

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan perancangan antenna slot mikrostrip array menggunakan


saluran pencatu berbentuk garpu untuk aplikasi Ultrawideband yang menggunakan satu
substrate dua lapis konduktor. Lapisan konduktor atas berfungsi sebagai elemen peradiasi
dan l;apisan bawah berfungsi sebagai saluran pencatu dengan menggunakan teknik
pencatuan multi tunning stub sehingga dapat memberikan efek kopling yang kuat.
Antenna tersebut merupakan antenna pengirim dan penerima dalam aplikasi
Ultrawideband yang bekerja pada range frekuensi 5.479 GHz – 29.82 GHz. Dengan
membuat saluran pencatu menggunakan teknik multi tunning stub dapat memberikan efek
kopling yang lebih besar dan pengendalian penyesuaian impedansi pada jarak frekuensi
yang sangat lebar.

1. PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi khususnya teknologi tanpa


kabel (wireless) mendorong para perancang antenna baik dari kalangan akademis maupun
dari kalangan industry untuk merancang suatu antenna yang dapat mendukung teknologi
tersebut. Perkembangan telekomunikasi dari teknologi narrowband,broadband,sampai
wideband. Bahkan baru-baru ini telah ditetapkan oleh ITU (International
Telecommunication Union) dan Federal Communications Commission (FCC) sebuah
teknologi disebut dengan Ultrawideband (UWB). Teknologi UWB oleh FCC dan ITU
didefenisikan sebagai suatu teknologi nirkabel (wireless) yang dikembangkan untuk
memancarkan sejumlah data yang sangat besar melalui jarak yang sangat pendek sekitar
15 meter dengan bandwidth minimal 500 MHz. teknologi UWB ini termasuk pada
teknologi digital sehingga transmisi sinyalnya bias mengirim aliran berbagai data digital.
Sehingga dibutuhkan suatu antenna yang dapat diaplikasikan pada teknologi tersebut.
Di sebagian Negara terdapat beberapa alternatif alokasi frekuensi untuk aplikasi UWB
seperti Amerika dan Eropa mengalokasikan untuk sistem radar pencitraan dengan band
frekuensi di bawah 900 MHz, 1.9 – 10.6 GHz dan 3.1 – 10.6 GHz. Kedua untuk vehicular
radar system pada 22 – 29 GHz, 24 – 24,25 GHz dan23,6 – 24 GHz. Ketiga untuk
aplikasi pada sistem komunikasi tanpa kabel yang beroperasi pada 3.1 – 10.6 GHz. Dilain
pihak, infocomm Development Authority (IDA), sebuah badan regulasi spektrum
singapura menetapkan alokasi frekuensi UWB pada 2.2 – 10.6 GHz. Sehingga masih
besar kemungkinan gangguan spektrum frekuensi untuk aplikasi UWB dari 0.3 GHz
sampai 100 GHz dibeberapa Negara lainnya.

Untuk mendukung perangkat teknologi UWB, diperlukan suatu antenna yang memiliki
karakteristik bandwidth yang sangat lebar. Selain itu antenna sebagai salah satu perangkat
komunikasi dituntut memiliki kualifikasi tersebut yang saat ini merupakan salah satu
antenna yang sangat pesat perkembangannya didalam sistem telekomunikasi. Sehingga
mendapatkan banyak perhatian, baik dalam kalangan akademis amupun industry.
Perkembangan ini juga didorong dengan semakin meningkatnya disain antenna yang
singkat dan praktis. Hal ini dikarenakan bahwa antenna mikrostrip merupakan jenis
antenna yang memiliki beberapa keunggulan terutama pada rancangan antenanya yang
tipis, kecil, ringan dan dapat diterapkan kedalam Microwave Integrated Circuits (MICs).
Secara intrinsik antenna mikrostrip memiliki kelemahan dalam hal lebar–pita frekuensi
(bandwidth) yang sempit. Namun banyak penelitian dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut.

Dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan untuk perancangan antenna wideband dan
ultrawideband dengan banyak macam perancangan dan lebar bandwidth yang bervariasi.
Dimulai dari model perancangan dengan fractal bertingkat diperoleh cakupan frekuensi
dari 1 – 20 GHzatau dengan bandwidth 19 GHz. Antena mikrostrip aperturestacked dua
patch dengan elemen patch yang diletakkan dibagian bawah sebagai pemantul untuk
aplikasi gelombang millimeter mencakup frekuensi 26 – 40 GHz atau bandwidth sebesar
14 GHz. Antenna microksrip dengan uniplanar loop diperoleh 2 – 20 GHz atau
bandwidth sebesar 18 GHz. Untuk aplikasi Ultrawidebanb menggunakan antenna horn
piramida menghasilkan 1 – 11 GHz atau bandwidth 10 GHz. Kalsson dan Gong telah
merancang dan mensimulasikan patch antenna mikrostrip dengan konfigurasi dua array,
dimana pembagian array tersebut menggunakan power devider untuk pencatuan terhadap
lima patch. Simulasi perancangan tersebut membuktikan semakin banyak patch yang
digunakan semakin besar lebar bandwidth yang dihasilkan, sehingga cakupan frekuensi
yang diperoleh dari 0.1 GHz sampai lebih dari 12 GHz. Sepanjang tahun 2005 cukup
banyak perancangan antenna wideband dan ultrawideband. Antenna loop sektoral yang
dikopel untuk aplikasi UWB diperoleh dari 2.05 – 15.3 GHz (VSWR=2.2) sehingga
bandwidthnya sebesar 13.25 GHz. Perancangan antenna dipole dengan pembebanan
resistif untuk aplikasi GPR UWB diperoleh lebar bandwidth pada VSWR = 2 meliputi
dari 1.2 GHz sampai lebih dari 14 GHz. Dengan model antenna Bow-tie dengan dua
model array, untuk array model pertama dengan patch Bow-tie searah menghasilkan
bandwidth dari 6 GHz sampai 14 GHz atau 8 GHz. Untuk model kedua patch Bow-tie
berlawanan arah dihasilkan dari 5.2 GHz sampai lebih 15 GHz. Dimana kedua hasil
tersebut berdasarkan simulasi piranti lunak HFSS yang divaliditas sebelumnya dengan
hasil pengukuran pada elemen Bow-tie tunggal. Jenis antenna horn lainnya juga
menghasilkan bandwidth yang cukup signifikan yaitu dari 78 GHz sampai lebih dari 110
GHz atau lebih dari 32 GHz.

Dari studi literatur terlihat bahwa tren penggalangan antenna kedepan diarah pada
antenna multiband dan wideband dalam konteks peningkatan bandwidth antenna. Dari
semua perancangan tersebut diperoleh pewrancangan antenna mikrostrip yang
menghasilkan bandwidth paling lebar yaitu sebesar 20 GHz pada jarak 78-110 meter.
Dalam makalah ini kami mengusulkan suatu teknik baru untuk meningkatkan bandwidth
pada antenna mikrostrip. Teknik ini menggunakan antenna mikrostrip bentuk slot dengan
konfigurasi array empat elemen radiator bentuk segitiga. Teknik jaringan impedansi yang
kami usulkan adalah multi tuning stub pada saluran pencatunya. Sehingga dari teknik
tersebut dapat menghasilkan bandwidth yang lebih lebar dari penelitian sebelumnya
untuk aplikasi multi-ultrawideband.

2. LANDASAN TEORI

Pada bagian ini menerangkan mengenai tinjauan pustaka atau teori dasar mengenai
antenna slot Mikrostrip Slot Antena (MSA) dan konsep antenna array.

2.1. Konsep dasar mikrostrip slot antenna (MSA)

Antenna slot mikrostrip merupakan salah satu variasi konfigurasi antenna mikrostrip,
dengan menggunakan slot (celah) pada lapisan ground plane menjadikan Konfigurasi slot
antenna mikrostrip mempunyai kelebihan dalam hal effesiensi bahan, karena hanya
menggunakan sebuah bahan yang terdiri dari dua lapis, dimana lapis atas terdiri berfungsi
sebagai saluran catu dan lapis bawah berfungsi sebagai radiator sekaligus ground plane.
Sebagaimana ditunjukkkan pada gambar.

Dasar peradiasian antenna slot mikrostrip mengguakan prinsip ekivalen medan, dimana
suatu sumber aktual dapat dibuat menjadi ekivalen dengan suatu daerah lain karena
mereka menghasilkan medan yang sama dengan daerah tersebut. Dengan prinsip
ekivalen, medan sisi luar sebuah permukaan tertutup diperoleh dengan menempatkan
diatas permukaan tertutup yang mana kerapatan arus magnet dan listrik sesuai dengan
boundary condition (daerah perbatasan antara gelombang dan permukaan). Kerapatan
arus bidang pada sisi luar sama untuk radiasi yang dihasilkan oleh sumber aktual.
Sehingga teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh medan yang diradiasikan oleh
sisi luar permukaaan tertutup dengan sumber yang tidak tertutup.

2.2. Konsep dasar antenna mikrostrip array

Dasar konfigurasi antenna mikrostrip array merupakan penggabungan dari beberapa


elemen pencatu yang disusun secara paralel atau sehingga membentuk suatu jaringan.
Dengan konfigurasi array, karakteristik antenna seperti level daya (gain) yang tinggi,
beam scanning, sterring capability dapat dihasilkan. Setiap elemen array dapat
menghasilkan jenis pola radiasi linear, planar dan circular. Kelemahan dari jenis ini
adalah antenna ini membutuhkan satu jalur transmisi (saluran catu) yang panjang antara
elemen perediasi dengan input port agar dapat mengurangi rugi-rugi yang akirnya akan
mengurangi effesiensi antenna. Pada jenis konfigurasi ini pembagian daya dari sumber ke
beberapa cabang elemen harus sesuai (matching) antara elemen yang satu dengan lainnya.
Ada dua jenis konfigurasi sistem jaringan pencatu yaitu seri dan paralel. Kelemahan dari
jenis ini bahwa antenna ini bandwidth yang semu dan daya pancar yang rendah. Terlihat
jelas perbedaan antara perbedan konfigurasi seri dan paralel, jumlah saluran pada
konfigurasi seri lebih sedikit dibanding konfigurasi paralel yang mempunyai banyak
kemungkinan memaksimalkan effisiensi antenna.

Seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa daya (power) pada setiap antenna harus sesuai
(watching). Hal ini bisa didapat dengan cara menggunakan teknik penyesuaian dengan
stub (stub-maching), quarter-wavelenght transformer, t-match dan gamma match. Dalam
makalah ini penulis hanya membahas teknik penyesuaian dengan stub (stub maching)
yang digunakan dalam perancangan ini.

2.3. Teknik penyesuaian impedansi dengan stub

System operasi antenna melalui jarak suatu frekuensi tidak secara lengkap bergantung
pada respon frekuensi dari elemen antenna tersebuttetapi lebih pada karakteristik
frekuensi dari kombinasi elemen saluran trasmisi antenna. Dalam praktek, impedansi
karakteristik dari saluran transmisi adalah nyata dimana elemen antenna komplek. Begitu
pula variasi tiap fungsi frekuensi tidak sama. Sehingga effisiensi jaringan penyesuaian
kopling harus dirancag sedemikian rupa untuk mendapatkan jarak frekuensi yang
diinginkan.
Banyak jaringan penyesuaian kopling yanag dapat digunakan untuk menghubungkan
saluran transmisi terhadap elemen antenna dan dapat dirancang untuk memberikan
karakteristik frekuensi yang dapat diterima. Salah satunya adalah teknik penyesuaian
dengan menggunakan stub. Dimana stub pendek is dihubungkan dengan shunt berjarak
ds dari pinggir patch spserti terlihat pada gambar. Saaluran mikrostrip berbentuk
segiempat dihubungkan secara shunt dengan stub pendek. Dengan mengasumsikan
karakteristik impedansi riil antenna, panjang ds dikontrol untuk membuat bagian
impedansi riil antenna sama terhadap impedansi karakteristik. Panjang Is saluran shunt
berubah-ubah sampai suspectance pada titik hubungan elemen saluran transmisi.
Penggunaan stub ini dapat meningkatkan bandwidth.

Dari teori diatas penulis memodifikasikan model konfigurasi jaringan saluran catu paralel
satu dimensional dengan mengubah disain pada cabang saluran dan member stub pada
saluran catu paralel antena lebih sederhana dan dapat menghasilkan parameter-parameter
antenna lebih sederhana dan dapat diaplikasikan pada teknologi UWB.

3. METODOLOGI PERANCANGAN

Ide dasar dari perancangan antenna berangkat dari paper acuan. Dimana dalam paper
tersebut telah terbukti dengan menggunakan saluran mikrostrip yang ditambah dengan
stub dapat menghasilkan bandwidth sebesar 3.7 GHz dan menggunakan jenis substrat
£r=3.2 dan h =1.52 mm. jarak frekuensi yang dianalisa muali pada 1 GHz dan akhir 6
GHz dengan tahapan frekuensi 0.5 GHz. Untuk mendapatkan lebar - pita yang optimal
dilakukan dengan merubah-ubah ukuran panjang saluran catu berbentuk garpu. Untuk
mendapatkan frekuensi yang diinginkan dilakukan perubahan jarak antara stub dan slot
antenna. Perubahan ukuran pada saluran catu sangat berpengaruh terhadap frekuensi kerja
dan lebar bandwidth. Perubahan lebar pita frekuensi sangat dipengaruhi oleh panjang
bentuk garpu saluran catu dan jarak antara stub dan pinggir slot. Peningkatan bandwidth
diberikan oleh efek kopling dari sisipan (inset) saluran catu mikrostrip dibawah radiator.
Dari perancangan sebelumnya penulis membuat modifikasi perancangan pada geometri
saluran catu dan radiator dengan menambah empat radiator dan jaringan multi batang
penyetelan berbentuk garpu untuk menghasilkan lebar pita yang lebih lebar dengan
membuat jaringan impedansi multi batang penyetelan garpu ganda akan menghasilkan
efek kopling lebih besar yang pada akhirnya akan meningkatkan bandwidth lebih lebar
dari teknik sebelumnya. Kedua, penulis menggunakan tebal substate 0.152 mm, dengan
nilai konstanta dielektrik yang sama.

Perancangan dimulai dengan menentukan frekuensi kerja dari antenna. Kemudian


melakukan pemilihan jenis substrate yang akan digunakan beserta parameter-parameter
yang ada. Selanjutnyan melakukan perhitungan tinggi dan alas slot antenna yang
disesuaikan dengan frekuensi kerja mulai pada 0.3 GHz hingga 30 GHz, dilanjutkan
dengan lebar saluran catu untuk menentukan besar impedansi saluran sebesar 50 ohm.
Perhitungan lebar saluran catu dan besar impedansi antenna dilakukan dengan bantuan
piranti lunak TX-LINE. Dari hasil perhitungan slot dan saluran dimasukkan kedalam
perangakat lunak microwave office 2002, untuk didapat parameter-parameter antenna
yang diharapkan.

Dalam melakukan perancangan antenna mikrostrip dengan bantuan piranti lunak


microwave office 2002, penulis memandang dibutuhkan suatu validitas untuk
membuktikan bahwa apa yang penulis lakukan dalam simulasi dengan piranti lunak
tersebut telah memenuhi standart prosedur untuk sebuah perancangan, khususnya dalam
menentukan pengaturan dalam piranti lunak. Berdasarkan paper acuan penulis melakukan
perancangan dengan dasar spesifikasi yang terdapat dalam paper acuan. Pertama penulis
mendesain ulang antenna mikrostrip dalam piranti lunak kemudian memasukkan seluruh
ukuran geometri dan substrat. Setelah proses simulasi selesai didapat lebar pipa yang
diinginkan. Lalu hasil simulasi tersebut dibandingkan dengan hasil yang terdapat dalam
paper acuan. Setelah dilakukan perbandingan dapat disimpulkan bahwa hasil dari
rancangan antenna mikrostrip versi penulis tidak mengalami perubahan yang
signifikandengan hasil rancangan antenna microstrip versi paper acuan. Hal ini
membuktikan bahwa pengaturan yang penulis lakukan dalam piranti lunak microwave
office 2002 sudah benar. Geometri antenna yang menghasilkan lebar bandwidth optimal
seperti diperlihatkan pada gambar 3 dengan dimensi substrat sebesar 3 × 3 cm.
konfigurasi antenna terdiri dari jaringan impedansi multi batang penyetelan (multi
tunning stub) dan empat slot berbentuk segitiga. Setiap ukuran dari elemen tersebut
meliputi : pencatu saluran mikrostrip berbentuk seperti garpu yang terdiri dari lebar,
tinggi dan jarak dengan pinggir radiator segitiga. Kemudian jarak stub antara saluran dan
radiator. Ukuran tinggi radiator segitiga terdiri dari tinggi dan lebar alas. Untuk nilai
impedansi 50 ohm pada saluran sumber ditentukan oleh nilai Wf
4. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan proses perancangan antenna slot mikrostrip array dalam multi
tuning untuk aplikasi UWB dalam simulasi piranti lunak sebagai pendekatan untuk
mengetahui hasil yang akan dicapai. Dalam perancangan ini piranti lunak tersebut
menggunakan teknik analisa numerik metode momen (method of moment) metode ini
digunakan untuk pemecahan masalah medan elektromagnetik dengan tingkat ketelitian
dan akurasi yang tinggi dalam melakukan analisa terhadap parameter-parameter antenna.
Adapun parameter-parameter yang di ukur adalah bandwidth (lebar-pita frekuensi) dan
pola radiasi. Bandwidth optimal didapat dengan cara melakukan simulasi berulang-ulang
dan berturut serta melakukan banyak variasi perubahan pada bagian-bagian geometri
antenna sehingga didapat bandwidth yang optimal.

Dari beberapa cara perubahan bandwidth yang telah disimulasikan secara urut dan acak
dari mulai perubahan dengan bentuk secara seragam, telah diambil satu hasil bandwidth
yang optimal yaitu sebesar 24.341 GHz, frekuensi kerja antara 5.478 GHz – 29.82 GHz
pada jarak cakupan frekuensi dari 0.3 GHz sampai 32 GHz. Hasil optimal tersebut
diambil dengan menghitung selisih antara penurunan dan kenaikan frekuensi terhadap
nilai return loss -10 dB seperti terlihat pada gambar 4

Setelah bandwidth yang optimal diperoleh kemudian dilakukan simulasi untuk


mengetahui pola radiasi. Simulasi pola radiasi dilakukan dengan menentukan beberapa
contoh frekuensi operasi pada jarak frekuensi dari 5 sampai 29 GHz. Sebagai contoh
berkas utama (beamwidth) pola radiasi medan E pada frekuensi 253°.sebesar 26.09°,
sedangkan berkas utama pola radiasi pada medan H sebesar 21.61°. Hasil selengkapnya
nilai yang didapat pola radiasi pada medan H dapat dilihat pada gambar 5.

Pada pola radiasi ini g(ф) digambarkan sebagai medan H (meridian) dan g(θ)
digambarkan sebagai (ekuatorial). Dimana pada pola radiasi medan H didapat penurunan
level -3 dB berada pada sudut 14,05° dan sudut -12.04° sehingga lebar berkas
(beamwidth) antenna perancang adalah sebesar 26.09°. untuk pola radiasi medan E
(gambar 5.i) didapat penurunan level -3 dB berada pada sudut 10.8° dan sudut -10.8°
sehingga lebar berkas (beamwidth) antenna perancang adalah sebesar 21.61°. dari gambar
5 memperlihatkan pola radiasi antenna ini yang masing-masing memiliki bentuk berbeda
pada setiap step frekuensi. Perbedaan tersebut sangat signifikan pada jarak frekuensi yang
berbeda jauh. Untuk jarak frekuensi yang tidak terlalu jauh, bentuk pola radiasi hampir
sama.
Gambar 5. Pola radiasi pada (a) 5.4 GHz (b) 29.8 GHz (c) 5.3 GHz (d) 6.3 GHz (e)11.3
GHz (f) 12.3 GHz (g) 19.3 GHz (h) 20.3 GHz (i) 25.3 GHz (j) 26.3 GHz.

5. KESIMPULAN

Você também pode gostar