ECENG GONDOK TERHADAP LOGAM TIMBAL (Pb) PADA KOLAM PEMBUANGAN LIMBAH GELONDONGAN EMAS DI KELURAHAN KARANG PULE KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAM
OLEH: KHURRIYATUL KHAIR NIM. E1M 009 022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2013
Halaman Pengesahan Artikel Ilmiah
ANALISIS KEMAMPUAN ABSORPSI TUMBUHAN ECENG GONDOK TERHADAP LOGAM TIMBAL (Pb) PADA KOLAM PEMBUANGAN LIMBAH GELONDONGAN EMAS DI KELURAHAN KARANG PULE KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAM
OLEH: KHURRIYATUL KHAIR NIM. E1M 009 022
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Drs. Sukib, M.Si) NIP. 19650307 199403 1 002
ANALISIS KEMAMPUAN ABSORPSI TUMBUHAN ECENG GONDOK TERHADAP LOGAM TIMBAL (Pb) PADA KOLAM PEMBUANGAN LIMBAH GELONDONGAN EMAS DI KELURAHAN KARANG PULE KECAMATAN SEKARBELA KOTA MATARAM
Khurriyatul Khair Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram Jalan Majapahit No. 62 Mataram-NTB Telp. (0370) 623873, Fax. 634918 Mataram
ABSTRAK
Adanya tambang emas di pulau Lombok menyebabkan banyaknya tempat pengolahan emas beroperasi yang secara tidak langsung menghasilkan limbah berupa logam berat Pb yang dapat membahayakan lingkungan dan mahluk hidup. Eceng gondok dikenal memiliki kemampuan dalam menyerap polutan logam berat di perairan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan absorpsi tumbuhan eceng gondok dalam menyerap logam Pb yang terkandung dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas dan adakah pengaruh waktu kontak terhadap kemampuan absorpsi tumbuhan ini dalam menyerap logam Pb. Penelitian ini bersifat eksperimen dimana sampel eceng gondok diberikan tretment berupa variasi waktu kontak tumbuhan dengan kolam. Tahapan yang dilakukan adalah penanaman eceng gondok pada kolam pembuangan limbah gelondongan emas, pengambilan sampel, destruksi sampel dan analisis kadar Pb dalam sampel menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi, anova satu jalur dan t-test. Data yang diperoleh berupa kadar logam Pb rata-rata yang diserap oleh eceng gondok pada waktu kontak ke- 0, 10, 20, 30 dan 40 adalah 4,35; 8,69; 32,6; 136,22 dan 142,38 mg/kg. Dari hasil uji statistik anova satu jalur didapatkan bahwa F hitung (250,708) > F tabel
(3,48), H a diterima yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar Pb yang diserap eceng gondok pada berbagai waktu kontak. Hasil t- test menunjukkan waktu optimum absorpsi adalah pada hari ke-30.
Kata Kunci : absorpsi, eceng gondok, timbal (Pb), limbah gelondongan emas dan SSA.
ABSTRACT
Existence of Gold-Mine in Lombok island causes many places of gold processing whose operation indirectly resulting dangerous waste for environment and living organism. Water hyacinth was recognized has an ability to absorb heavy metal pollutant in water territory. This research was aimed to know the extent at which water hyacinth can absorb heavy metal, especially Pb ion from gold spool waste tailing pond, as well as analyze the influence of contact time to absorption ability of water hyacinth. This research is an experimental research where water hyacinth sample was exposed to contaminated water at various time intervals. Steps of this research were cultivation of water hyacinth in gold spool waste tailing pond, sampling, sample destruction and sample analysis using AAS. Data analysis that used were regression analysis, one way - anova and t-test. The data were expressed as the amount of Pb absorbed per kilogram of milligram dried water hyacinth at days 0, 10, 20, 30 and 40, which gave 4.35; 8.69; 32.6; 136.22 and 142.38 mg/kg, respectively. From one way - anova test, it is resulted that F calculation ( 250,708) > F table ( 3,48). Hence, H a is accepted which shows that there is significant difference between lead concentration which is absorped by water hyacinth in various contact time, with the optimum at 30 th day.
Keywords : absorption, water hyacinth, lead, gold spool waste and AAS.
PENDAHULUAN Kimia merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan percobaan, oleh karena itu pengajaran kimia harus disertai dengan kegiatan di laboratorium. Salah satu kegiatan di laboratorium yang terkait dengan bidang kimia adalah menetapkan komposisi bahan misalnya analisis untuk menentukan kadar suatu logam berat yang berbahaya yang menjadi bahan pencemar di lingkungan sekitar seperti air. Berdasarkan hal tersebut maka bagi mahasiswa maupun siswa perlu memiliki keterampilan dalam menganalisis secara kimia permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan seperti pencemaran lingkungan oleh logam berat. Untuk mengasah keterampilan tersebut pengajar baik dosen maupun guru diharapkan mengaitkan pelajaran dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan mengambil permasalahan nyata dari lingkungan. Sehubungan dengan permasalahan di atas, dalam limbah gelondongan emas terdapat logam berat yang berbahaya seperti Timbal (Pujiani, 2011; Herman, 2009). Salah satu cara pengelolaan dan perlindungan terhadap sungai adalah dengan cara mensterilkan atau mengurangi kandungan logam berat pada limbah yang akan dialirkan ke sungai, dalam hal ini limbah berasal dari kolam pembuangan gelondongan emas. Kolam pembuangan limbah gelondongan emas merupakan tempat penampungan sementara limbah hasil kegiatan mengolah emas dengan alat gelondongan emas. Alat gelondongan emas adalah alat tradisional yang digunakan untuk mengekstrak emas dari bijihnya. Alat gelondongan emas ini hanya mengambil emas saja, sedangkan logam berat lain tidak diambil. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kasus di kelurahan Karang Pule kecamatan Sekarbela Kota Mataram yaitu terdapat banyak tempat pengolahan emas yang menggunakan alat gelondongan emas, ini tentunya menyebabkan adanya kolam pembuangan limbah gelondongan emas. Berdasarkan hasil observasi lapangan, diketahui bahwa terdapat sungai yang masih dijadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya memancing dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk setempat yang memiliki tempat pengolahan gelondongan emas dinyatakan bahwa limbah dari kolam pembuangan gelondongan emas langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah lagi terlebih dahulu. Pada limbah tersebut terkandung logam-logam berat, salah satunya adalah logam Pb, jika limbah ini mengalir ke sungai atau langsung dibuang ke lingkungan maka lingkungan akan ikut tercemar oleh logam Pb. Dengan demikian digunakan tanaman eceng gondok untuk mengurangi kandungan logam timbal pada limbah yang dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kemampuan absorpsi tumbuhan eceng gondok terhadap logam Pb. Menurut DHOCNY, 2007, Logam Pb dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, antara lain adalah menyebabkan hilangnya nafsu makan, konstipasi lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan. Timbal masuk ke dalam tubuh manusia ketika bernafas, makan, menelan, atau meminum apa saja yang mengandung Pb. Tumbuhan Eceng gondok memiliki selulosa mencapai 72,63% yang dapat dimanfaatkan sebagai penyerap bahan bahan-bahan tertentu. Selulosa sendiri merupakan polimer sederhana yang terdiri dari 300 sampai 15000 D glukosa membentuk ikatan kimia yang memiliki permukaan rantai selulosa seragam dan membentuk lapisan berpori. Material padatan berpori inilah yang menyerap bahan bahan di sekelilingnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai material penyerap bahan berbahaya bagi lingkungan (Fauzi, 2011). Di dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian mengikat logam kemudian dibawa ke dalam sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar. Sedangkan model transportasi di dalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem, ke bagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan detoksofikasi, misalnya menimbun logam kedalam organ tertentu seperti akar (Ahmad, 2008). Widyanto dan Susilo dari IPB Bogor melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok dapat menyerap logam Cadmium (Cd), merkuri (Hg) dan nikel (Ni), masing-masing sebesar1,35 mg/g, 1,77 mg/g dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur dan serapan Cd sebesar 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g apabila logam tersebut tercampur. Lubis dan Syofyan (1986) dalam (Fatimah dan Budi, 2008) menyatakan bahwa logam Crom dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7, dimana dilaporkan kadar logam Cr semula 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Dilaporkan juga selain menyerap logam berat eceng gondok juga menyerap pestisida. Banyak peneliti yang meneliti kemampuan eceng godok dalam menyerap logam timbal, namun belum ada peneliti yang meneliti langsung kemampuan eceng gondok dalam menyerap logam timbal di kolam pembuangan limbah gelondongan emas. Berdasarkan uraian di atas maka sangat perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kemampuan Absorpsi Tumbuhan Eceng Gondok terhadap Logam Timbal (Pb) pada Kolam Pembuangan Limbah Gelondongan Emas Di Kelurahan Karang Pule Kecamatan Sekarbela Kota Mataram Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi bagi masyarakat dan pemerintah tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai penyerap logam berat yang berbahaya. Selain itu, mahasiswa juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam melakukan perkuliahan Kimia Analitik Terapan dan Kimia Lingkungan.
METODE PENELITIAN Bahan yang digunaakan pada penelitian ini adalah eceng gondok, HNO 3 65%, Pb(NO 3 ) 2 , aquades, serta larutan estndar Pb 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (true eksperimen) yang dilaksanakan bulan April sampai Mei 2013, bertempat di kolam pembuangan limbah gelondongan emas kelurahan Karang Pule, kecamatan Sekarbela kota Mataram dan dianalisis di laboratorium Kimia FKIP Universitas Mataram serta Laboratorium Analitik Universitas Mataram. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tumbuhan eceng gondok yang ditanam pada kolam pembuangan limbah gelondongan emas dengan sampel 5-6 batang tumbuhan eceng gondok yang diambil setiap 10 hari dengan teknik simple random sampling. Sampel eceng gondok di keringakan dalam oven(furnace) pada suhu 80C selama 2 hari, kemudian didestruksi. Sampel yang telah di keringkan di blender sampai halus, untuk mendapatkan ekstrak yang mudah di larutkan. Ditimbang 2 gram sampel yang sudah dihaluskan untuk dilakukan proses pengabuan dengan cara memanaskannya dalam oven pada suhu 400 o C selama 6 jam. Sampel yang telah diabukan lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250 mL, lalu ditambahkan 5 mL HNO 3 65 % daN 20 mL aquades dan lalu diaduk rata, dan dipanaskan selama 7 menit pada Hot Plate hingga larutan asam menguap dan mongering. Sampel disaring dengan kertas saring ke dalam labu takar 50 mL dan diencerkan dengan menggunakan aquades sampai tanda batas. Larutan ini merupakan larutan sampel. Sampel dan larutan standarnya di ukur pada alat AAS pada =217,0 nm, pengukuran tiap-tiap sampel dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan dengan menguji sampel mennggunakan alat SSA. Penentuan konsentrasi timbal dalam sampel eceng gondok didasarkan pada kurva larutan standar Pb dan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear. Analisis statistik yang digunakan antara lain anova (analysis of variance) satu jalur untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan kadar timbal yang diserap eceng gondok pada hari ke-0, ke-10, ke-20, ke-30 dan ke-40. Kemudian uji homogenitas dan uji beda nyata (t-test) setiap dua titik untuk menentukan waktu optimum penyerapan logam Pb oleh eceng gondok. Adapun rumus uji anova dan uji- t separated varians adalah sebagai berikut : Uji anova : F htung = KR A KR
Uji t separated varians :
2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X t
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang meliputi kadar logam Pb dalam eceng gondok, hasil uji hipotesis dengan anova satu jalur dan uji t untuk penentuan waktu optimum penyerapan disajikan pada tabel-tabel berikut. Tabel 1. Kadar Logam Pb Hasil Perhitungan Dalam mg/kg Eceng Gondok Kering No. Sampel Kadar (mg/kg) Hari ke-0 Hari ke-10 Hari ke-20 Hari ke- 30 Hari ke-40 1 4,35 9,775 32,6 129,350 139,125 2 4,35 8,700 32,6 126,075 133,675 3 4,35 7,600 32,6 153,25 151,075 J umlah 13,05 26,075 97,8 408,675 427,150 Rata-rata 4,35 8,691 32,6 136,225 142,383 s 2 0 1,187 0 220,314 57,836
Table 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Anova Satu J alur Sumber Variasi (SV) Jumlah kuadrat (J K) Derajat Bebas (db) Kuadrat Rerata (KR) F
Antar group (A) 56879,637 4 14219,909 =0,05 F hitung =250,708 F tabel =3,48 Dalam group (D) 567,187 10 56,719 Total 57446,824 14 -
Tabel 3. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji t No. / Hari ke- J umlah anggota sampel (n) Rata-rata (x) Varians (s 2 ) t 1 0 10 3 3 4,35 8,691 0 1,187 t hit =6,9 > t tabel = 4,303 2 10 20 3 3 8,691 32,6 1,187 0 t hit =38,0 > t tabel = 4,303 3 20 30 3 3 32,6 136,225 0 220,314 t hit =12,09> t tabel = 4,303 4 30 40 3 3 127,167 142,383 220,314 57,836 t hit =0,64 < t tabel = 2,776
Pengolahan emas yang terdapat di kelurahan Karang Pule dilakukan dengan metode amalgamasi yaitu pengolahan emas dengan alat gelondongan emas. Alat ini merupakan alat tradisional yang digunakan untuk mengekstrak emas dari bijihnya. Alat ini menggunakan merkuri sebagai pengikat emas. Merkuri dapat membentuk amalgam dengan emas sehingga hanya emas yang dapat diambil dari batuannya, sedangkan logam lain seperti Pb menjadi limbah dari proses ini. Limbah ini untuk sementara ditampung dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas, limbahnya berupa larutan dan lumpur cokelat. Setelah beberapa waktu ketika jumlah lumpur sudah banyak maka akan diambil untuk diolah lagi untuk mendapatkan emas dalam jumlah yang kecil, sedangkan larutannya dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Di tempat penelitian terlihat bahwa limbah ini langsung dialirkan ke pipa yang akan terbuang ke got dan bermuara di sungai sekitar daerah Sekarbela. Secara tidak langsung jika keadaan ini terjadi secara terus menerus nantinya dapat membahayakan kehidupan organisme mahluk hidup di sekitar lingkungan tersebut kerena seperti yang diketahui limbah hasil gelondongan ini mengandung logam-logam berat yang bersifat toksik salah satunya adalah logam timbal (Pb). Bahaya logam berat yang terdapat pada limbah ini dapat dikurangi dengan terlebih dahulu menanam tumbuhan eceng gondok pada kolam pembungan limbah gelondongan emas sebelum dibuang ke lingkungan. Sebelum analisis kadar Pb pada sampel dengan alat SSA dilakukan, terlebih dahulu sampel eceng gondok didestruksi. Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada penelitian ini digunakan metode destruksi kering yang merupakan perombakan organic logam di dalam sampel menjadi logam- logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Sampel eceng gondok yang telah kering diblender sampe halus dimasukkan ke dalam furnace untuk diabukan. Proses pengabuan dilakukan selama 6-7 jam dengan suhu 400-450 o C, diketahui bahwa pada suhu 500-600 o C logam Pb dapat menguap.. Suhu ini digunakan agar logam Pb yang terkandung dalam sampel tidak menguap sehingga tidak akan mengurangi kadar Pb pada sampel . Sampel yang telah diabukan selanjutnya dilarutkan dengan asam pekat dan aquades. Tujuannya adalah untuk mengoksidasi unsur logam menjadi ion logam. Oksidator yang biasa digunakan adalah larutan HNO 3 pekat, karena HNO 3
merupakan oksidator yang kuat. Pada saat pelarutan sampel dengan HNO 3 terbentuk gas/uap pekat akibat terbentuknya gas NO yang kemudian bereaksi dengan O 2 di udara. Hal ini menunjukkan bahwa semua logam yang ada dalam sampel teroksidasi membentuk ion-ionnya. Selanjutnya larutan sampel dipanaskan selama 7-10 menit untuk menguapkan asam yang tersisa dalam sampel agar tidak mengganggu proses analisis kadar Pb dalam sampel dengan SSA. Data yang didapatkan dalam pengukuran menggunakan alat SSA adalah berupa data absorbansi. Data absorbansi larutan standar digunakan untuk memperoleh kurva kaliberasi dan persamaan regresi linear. Persamaan regresi yang didapatkan adalah y =0,023x +0,000 dan koefisien korelasi R 2 =1, yang artinya persamaan ini linier karena koefisien korelasinya 1. Koefisien korelasi/ koreksi bernilai 1 menunjukkan bahwa persamaan regresi linier yang didapatkan merupakan koefisien yang dapat dipercaya kebenarannya. Secara berturut-turut absorpsi tumbuhan eceng gondok terhadap logam timbal hari ke-0, 10, 20,30 dan 40 adalah 4,35 mg/kg, 8,691 mg/kg, 32,6 mg/kg, 136,225 mg/kg, dan 142,383 mg/kg. Pada hari ke-0 sebelum eceng gondok ditanam pada kolam pembuangan limbah gelondongan emas, ternyata ditemukan bahwa eceng gondok telah mengandung logam Pb dengan kadar 4,35 mg/kg berat kering. Hal ini terjadi karena tumbuhan eceng gondok yang dijadikan sampel diambil dari sawah yang berada sekitar 500 meter dari tempat pengolahan emas. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat logam berat Pb terkandung pada sawah yang terdapat di sekitar tempat gelondongan emas sebagai akibat dari pembuangan langsung limbah gelondongan ke lingkungan. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama waktu kontak tumbuhan eceng gondok dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas maka absorpsi tumbuhan eceng gondok terhadap logam timbal semakin meningkat. Peningkatan penyerapan eceng gondok terhadap logam berat terjadi setiap 10 hari selama 40 hari akan tetapi terlihat bahwa peningkatan penyerapan yang paling tinggi terjadi dari hari ke-20 ke hari ke-30, dimana pada hari ke-20 penyerapannya 32,6 mg/kg kemudian meningkat secara drastis pada hari ke-30 sebesar 136,225 mg/kg. Penyerapan pada hari ke-30 ke hari ke-40 meningkat dalam jumlah yang kecil yaitu dari 136,225 mg/kg menjadi 142,383 mg/kg. Penelitian dihentikan pada hari ke-40 disebabkan karena peningkatan jumlah Pb yang diserap eceng gondok tidak menunjukkan peningkatan yang berarti dari hari ke-30 ke hari ke-40. Selain itu pada umur 31-40 hari terlihat ada tumbuhan eceng gondok layu dan warna daunnya menjadi cokelat. Menurut Indrasti, dkk (2009) logam selain Pb seperti Cd menyebabkan tumbuhan eceng gondok semakin layu setiap hari. Begitu juga yang terjadi dengan tumbuhan eceng gondok pada umur 31-40 hari dalam penelitian ini, disebabkan oleh banyaknya logam berat selain Pb yang terdapat pada kolam pembuangan limbah gelondongan gelondongan emas. Dari analisis data menggunakan Anova Satu J alur, didapatkan bahwa F hitung sebesar 250,708, jauh lebih besar daripada F tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 3,48, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara waktu kontak tumbuhan eceng gondok dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas terhadap kemampuan absorpsi eceng gondok dalam menyerap logam Pb yang terkandung dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas yaitu semakin lama waktu kontak maka absorpsi logam Pb oleh eceng gondok semakin meningkat. Hal ini juga didikung oleh data kadar logam Pb yang diserap eceng gondok dari hari ke-0 sampai hari ke-40, kadar logam Pb meningkat setiap 10 hari. Hasil analisis dengan t-test setiap dua waktu kontak menunjukkan bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel pada waktu kontak hari ke-0 dan ke-10; ke-10 dan ke-20; serta hari ke-20 dan ke-30 . Hal ini berarti terdapat peningkatan yang signifikan pada absorpsi eceng gondok terhadap logam timbal setiap dua waktu kontak tersebut yaitu hari ke-0 dan ke-10; ke-10 dan ke-20; serta hari ke-20 dan ke- 30. Pada waktu kontak ke-30 dan ke-40 dapat dilihat bahwa t hitung lebih kecil daripada t tabel . Oleh karena t hitung (0,64) lebih kecil daripada t tabel (2,776), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi Pb yang diserap eceng gondok pada hari ke-30 dan ke- 40. Uji t dilakukan untuk menentukan waktu optimum penyerapan logam Pb oleh eceng gondok. Pada hari ke-30 dan ke-40 ternyata secara statistik tidak terlihat peningkatan absorpsi logam Pb oleh eceng gondok yang signifikan sehingga dapat ditentukan waktu optimum penyerapan logam Pb oleh eceng gondok adalah pada hari ke-30 karena penyerapan pada hari ke-40 tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Hal ini juga didukung dengan grafik dan kondisi tumbuhan eceng gondok pada umur 31-40 hari dimana pada umur ini terdapat eceng gondok yang layu dan daunnya berwarna cokelat seperti yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga setelah umur 30 hari sebaiknya eceng gondok diganti dengan tumbuhan yang baru untuk mendapatkan penyerapan logam Pb yang lebih baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sugiarti dan Allo (2009) yang menemukan bahwa penyerapan eceng gondok terhadap Pb optimum pada umur 3 hari sampai 6 hari sedangkan pada hari berikutnya terjadi penurunan kemampuan absorpsi, hal ini terjadi karena dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas terdapat banyak campuran logam yang dapat menghambat terserapnya Pb ke dalam eceng gondok sedangkan pada penelitian Sugiarti hanya mengandung logam Pb tunggal dan campuran Pb dan Cd sehingga didapatkan waktu optimum yang lebih singkat.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: a. Kemampuan absorpsi tumbuhan eceng gondok terhadap logam Pb secara berturut-turut pada hari ke-0, 10, 20,30 dan 40 adalah 4,35 mg/kg, 8,691 mg/kg, 32,6 mg/kg, 127,167 mg/kg, dan 136,583 mg/kg. b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara waktu kontak tumbuhan eceng gondok dalam kolam pembuangan limbah gelondongan emas terhadap kemampuan eceng gondok mengabsorpsi logam Pb pada kolam tersebut. c. Waktu optimum yang efisien untuk absorpsi eceng gondok terdapat pada hari ke-30. SARAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu: a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai adsorpsi tumbuhan eceng gondok terhadap logam-logam berat lain yang ada pada kolam pembuangan limbah gelondongan emas dan mengenai penyerepan logam berat oleh tumbuhan-tumbuhan air yang lainnya. b. Disarankan untuk menanam tumbuhan eceng gondok di setiap kolam pembuangan limbah gelondongan emas untuk mengurangi bahaya logam berat Pb sebelum dibuang ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
DHOCNY (Department of Health Otsego County, New York) (2007) Lead Poisoning Prevention: What is Lead? Published by Department of Health Otsego County, New York. www.otsegocounty.com/depts/doh/LeadPrevention.html
Fauzi, Ahmad dkk. 2011. Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Metode Biology Irigation Memanfaatkan Eceng Gondok Eichornia Crassipes (Mart) Solms . Di Bak Penampungan Sebagai Penyerap Polutan Untuk Mengurangi Limbah Organik Dan An-Organik. (PKM-GT). Institut Pertanian Bogor.
Herman, DZ. 2009. Kandungan Unsur-Unsur Polutan Merkuri, Timbal dan Cadmium pada Sedimen dan Air Sungai Ciberang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Sebagai Dampak Kegiatan Penambanagan Emas. Bulletin Geologi Tata Lingkungan, Vol. 19 No. 1: 21-29.
Indrasti, N.S, dkk. 2009. Penyerapan Logam Pb dan Cd oleh Eceng Gondok : Pengaruh Konsentrasi Logam dan Lama waktu kontak. J urnal Teknik Industri Pertanian Vol. 16(1), 44-50.
Mukti, Muhtar Ahmad. 2008. Penggunaan Tanaman Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Pre-Treatment Pengolahan Air Minum Pada Air Selokan Mataram. (Tugas Akhir). Teknik Lingkungan UII.
Pujiani, emy. 2011. Studi Pemanfaatan Arang Aktif Dari Kulit Kacang Tanah Sebagai Adsorben Logam Berat Pb (II) pada Limbah Cair Industry Pengolahan Limbah. (Skripsi). Universitas Mataram.
Sugiarti dan Allo, E.L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Cd, Pb dan Lama Penanaman Terhadap Penyerapan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes). J urnal Chemica Vol. 10 Nomor 2 Desember 2009, 24 - 31.
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (Eleocharis Dulcis) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT Merkuri (HG), TSS, DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS