Tanggal Tindakan Keterangan Kasus Analisa Teori Hasil 14/3/14 IMD (Inisiasi Menyusui Dini) Observasi Ny. A (22 tahun) melahirkan seorang anak berjenis kelamin laki-laki pada tanggal tanggal 14 Maret 2014 pukul 21.35 WIB. Sesaat setelah melahirkan, dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada Ny. A dan bayinya. Inisiasi menyusui dini (IMD) didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusui. Jangka waktunya adalahh sesegera mungkin setelah setelah melahirkan. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Beberapa manfaat lain IMD adalah sebagai berikut : 1. Ketik bayi diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat di tas Sesaat setelah melahirkan, dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada Ny. A dan bayinya. 30 menit pertama bayi Ny. A belum juga menemukan puting ibunya, 30 menit kedua (setelah 1 jam), bayi belum juga menemukan puting ibunya. Ia justru tengkurap tenang di atas tubuh ibu sambil memainkan tangan mungilnya yang berada di atas payudara ibunya, serta mata hanya berkedip-kedip. 30 menit ketiga (setelah 1,5 jam bayi Ny. A baru bisa menemukan puting ibunya dan mulai menghisap). rahim ibu. Hal itu membantu menekan plasenta dan mengecilkan rahim ibu. Dengan begitu, perdarahan ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim. Setiap 2 jam, ada ibu meninggal karena perdarahan. Kalau semua melakukan IMD maka akan ada penurunan angka perdarahan. IMD berlangsung minimal 1 jam dengan posisi bayi melekat di dada ibunya. Kalau belum mendekat ke puting susu ibunya maka tambahkan satu setengah jam lagi. Kata kuncinya adalah segera. 2. Rasa kasih sayang meningkat karena adanya kontak langsung keduanya (kulit dengan kulit) 3. Ambang nyerinya akan meningkat sehingga tidak gampang sakit waktu IMD. Dalam perkembangannya, semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD, antara lain : 1. Adaptasi melek merem, yakni ketika bayi berhadap-hadapan dengan ibunya. 2. Sesudah bayi tenang baru mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan tersebut mirip dengan ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari puting susu ibunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bayi, bagian atas telapak tangannya jangan dibersihkan, biarkan saja. 3. Menekan di atas perut tepat di atas rahim guna menghentikan perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi rahim. 4. Waktu merayap, bayi akan menekan payudara dan hal tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat. Dengan jilatannya itu, ia mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat, cuma ia yang tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk ke pencernaannya itu dan menjadi bakteri Lactobacillus. Ia kulum dulu, kemudian dijilat sampai ia yakin oksitusi ibunya cukup, baru dia naik ke atas. Jadi, hanya ia yang tahu. 5. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu sampai menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar. Yang penting, ia telah mencapai puting dan mulai mengisap-isap. Walaupun ia sudah menemukan puting susu ibunya, biarkan selama 1 jam untuk proses skin to skin contact. (Yuliarti, 2010) 18/3/14 Pemeriksaan Leopold Mandiri didampingi Ny. J (34 tahun) hamil 39 minggu datang ke Poli KIA RSUD Ungaran pada tanggal 18 Maret 2014 untuk memeriksakan kandungannya. Teknik pemeriksaan palpasi kehamilan. Pemeriksaan palpasi yang biasa dipergunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan tuanya kehamilan terdiri dari : 1. Pemeriksaan menurut Leopold I-IV. Dari pemeriksaan Leopold diperoleh hasil : Leopold I : Bulat, lunak Leopold II : Puka Leopold III : Bulat, keras Leopold IV : Konvergen, Hodge I Usia kehamilan 39 minggu Tinggi fundus uteri 36 cm 2. Pemeriksaan yang sifatnya membantu pemeriksaan Leopold adalah : a. Membantu Leopold II Pemeriksaan menurut Budine. Pemeriksaan menurut Ahlfeld. b. Membantu pemeriksaan Leopold III. Pemeriksaan Kneble. Dengan memahami pemeriksaan menurut Leopold dengan baik, sudah dapat menetapkan kedudukan janin. Tahap-tahap pemeriksaan menurut Leopold adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan pemeriksaan Leopold. a. Penderita tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi. b. Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat di atas kepala atau membujur di samping badan. c. Kaki ditekukkan sedikit
sehingga dinding perut lemes. d. Bagian perut penderita dibuka seperlunya. e. Pemeriksaan menghadap ke muka penderita saat melakukan pemeriksaan Leopold I sampai III, sedangkan saat melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki. 2. Tahap pemeriksaan Leopold. a. Leopold I. Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir. Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus : tidak keras tak melenting, dan tidak bulat ; pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian- bagian janin. b. Leopold II. Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak di bagian samping. Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci. Pada letak lintang dapat ditetapkan di mana kepala janin. c. Leopold III. Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis. Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisi pubis akan kosong. d. Leopold IV Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksaan menghadap ke arah kaki penderita untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen. Pemeriksaan pembantu Leopold adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Budine Dipergunkan pada letak membujur, untuk lebih menetapkan dimana punggung janin berada. Teknik : fundus uteri didorong ke bawah, badan janin akan melengkung sehingga punggung mudah ditetapkan. 2. Pemeriksaan menurut Ahlfeld. Janin dengan letak membujur didorong ke salah satu sisi sehingga janin mengisi ruangan yang lebih terbatas. Dengan mendorong janin ke satu arah, maka pemeriksaan punggung janin lebih mudah dilakukan. 3. Pemeriksaan menurut Kneble. Pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan menurut Leopold III. (Manuaba, 1998) 20/3/14 Penilaian APGAR SCORE Observasi Bayi Ny. M lahir tidak menangis, warna kulit pucat serta tonus otot lemah. Plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap, bayi lahir pada usia kehamilan 39 minggu. Penilaian skor Apgar Prosedur 1. Hitung frekuensi jantung. 2. Kaji kemampuan bernapas. 3. Kaji tonus otot. 4. Kaji kemampuan refleks. 5. Kaji warna kulit. 6. Hitung total skor yang didapat dari hasil pengkajian. 7. Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksi, yaitu Berdasarkan hasil pemeriksaan APGAR score, pada bayi Ny. M dinyatakan mengalami asfiksia sedang karena skor Apgar pada 1 menit bernilai 6. Skor Apgar 1 menit, 5 menit, 10 menit adalah 6,7,9. : a. Adaptasi baik : skor 7-10 b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6 c. Asfiksia berat : 0-3 Penilaian tersebut dilakukan pada 1 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit setelah bayi baru lahir. Penilaian APGAR Score : A. Denyut jantung 0 : Tidak ada 1 : < 100 2 : > 100 B. Usaha nafas 0 : Tidak ada 1 : Lambat 2 : Menangis C. Tonus otot 0 : Lumpuh 1 : Ekstrimitas sedikit fleksi 2 : Reaksi melawan D. Refleks 0 : Tidak bereaksi 1 : Gerakan sedikit 2 : Reaksi melawan E. Warna kulit 0 : Seluruh tubuh biru/pucat 1 : Tubuh merah, ekstrimitas biru 2 : Seluruh tubuh kemerahan (Hidayat, 2008) 22/3/14 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin Mandiri didampingi Ny. A (36 tahun) masuk ke ruang Flamboyan (VK) RSUD Ungaran pada pukul 20.00 WIB. Klien sudah merasakan kenceng-kenceng pada perut sehingga dilakukan observasi setiap 30 menit. Awal masuk ke ruang VK dilakukan pemeriksaan TTV, DJJ, TFU, Leopold, dan VT. Pemeriksaan denyut jantung janin Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti dengan pemeriksaan denyut jantung janin sebagai berikut : a. Kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding perut ibu. b. Pungtum maksimum denyut jantung janin ditetapkan di sekitar skapula. c. Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5 detik pertama, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik kedua, interval 5 detik dilnjutkan menghitung untuk 5 detik ketiga. Jumlah perhitungan selama 3x setiap 5 detik dikalikan empat, sehingga denyut jantung janin selama satu menit dapat ditetapkan Jumlah denyut jantung janin normal antara 120-140 denyut per menit. (Manuaba, 1998) Dari pemeriksaan DJJ menggunakan Doppler diperoleh hasil 11-12-12 artinya pada 5 menit pertama terdengar 11x denyut, selang 5 menit dilakukan DJJ pada 5 menit kedua diperoleh hasil 12x denyut dan selang 5 menit dilakukan DJJ lagi pada 5 menit ketiga diperoleh 12x denyut. Jadi jumlah DJJ pada janin Ny. A adalah (11 + 12 + 12) x 4 = 140 dpm. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ: a. Takikardi berat: detak jantung diatas 180x/mnt b. Takikardi ringan: antara 160- 180x/mnt c. Normal: antara 120-160 x/mnt d. Bradikardia ringan: antara 100-119x/mnt e. Bradikardia sedang: antara 80- 100x/mnt f. Bradikardia berat: kurang dari 80x/mnt (Benson, 2008) 22/3/14 Pemeriksaan Vagina Toucher (VT) Observasi Ny. A (36 tahun) masuk ke ruang Flamboyan (VK) RSUD Ungaran pada pukul 20.00 WIB. Klien sudah merasakan kenceng-kenceng pada perut sehingga dilakukan observasi setiap 30 menit. Awal masuk ke ruang VK dilakukan pemeriksaan TTV, DJJ, TFU, Leopold, dan VT. Periksa dalam atau biasa disebut VT (Vagina Toucher) adalah suatu prosedur pemeriksaan rongga panggul dan leher rahim yang dilakukan oleh bidan atau dokter kandungan. Sebagian perempuan merasakan ketidaknyamanan dalam menjalani pemeriksaan ini. Bidan atau dokter pertama kali akan mencuci tangan lalu menggunakan sarung tangan steril. Ibu hamil diminta untuk membuka kedua pahanya dengan lebar dan Dari hasil pemeriksaan VT yang dilakukan pada Ny. A, telah terjadi pembukaan 1 cm dan belum teraba penurunan kepala. kaki ditekuk sambil menarik napas. Tangan kiri bidan akan membeberkan bibir kemaluan. Pada saat yang sama, jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kanannya secara pelan-pelan masuk ke dalam vagina sambil meraba bagian dinding dalam vagina dan leher rahim, sementara tangan kirinya berpindah ke perut sambil sedikit menekan-nekan perut. Periksa dalam dilakukan selama maksimal 30-45 detik. Periksa dalam dilakukan untuk mendiagnosis kehamilan. Jadi akan dilakukan pada ibu hamil yang pertama kali datang ke bidan atau dokter. Selanjutnya, pemeriksaan dalam akan dilakukan secara intensif menjelang persalinan. Periksa dalam dapat meraba kekakuan atau kelenturan leher rahim, pembukaan leher rahim, keadaan ketuban, dan posisi kepala janin serta ukuran panggul. (Sinsin, 2008) Tahap pada Vagina Touching yaitu : b. Tahap Pra Interaksi 1) Cuci tangan 2) Siapkan alat: a) Handscon b) Cairan DTT c) Kapas d) Kain / selimut c. Tahap Orientasi 1) Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada klien 2) Meminta persetujuan klien d. Tahap Kerja 1) Jaga privasi klien 2) Buka pakaian bagian bawah klien dan menutupnya dengan selimut 3) Bantu klien untuk posisi litotomi 4) Pakai sarung tangan 5) Ambil kapas yang telah dicampur dengan cairan DTT 6) Jari telunjuk tangan dan jari tengah dimasukkan dalam vagina klien 7) Jari tengah di bawah yang masuk agak menekan lubang vagina setelah itu baru masuk jari telunjuk 8) Tanggan kiri membuka pubis mayor dan minor 9) Telusuri kebawah adanya nyeri tekan dan bentuknya besar atau kecil. 10) Kembalikan klien ke posisi semula 11) Mencuci tangan 12) Bereskan alat e. Tahap Terminasi 1) Mengevaluasi respon pasien 2) Dokumentasi 22/3/14 Pengukuran Antropometri Bayi Observasi Bayi Ny. E lahir pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 23.00 WIB A. Prosedur Teori (Mengukur BB) 1. Siapkan alat : Timbangan BB khusus untuk balita 2. Mencuci tangan 3. Pakai sarung tangan bila perlu 4. Menjelaskan prosedur, meminta izin pada orang tua bayi 5. Meletakan bayi di atas timbangan khusus timbangan bayi Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil BB : 3.500 gram, PB : 49 cm, LK : 34 cm, LD : 35 cm. 6. Timbang BB bayi 7. Baca hasil BB bayi tersebut 8. Memberitahukan hasil BB bayi pada orang tua bayi dan 9. Dokumentasi hasil (3.500 gram)
B. Prosedur Mengukur Panjang Badan a. Siapkan alat : Pita ukur dan alat lain yang lebih akurat b. Cuci tangan c. Pakai sarung tangan bila perlu d. Jelaskan prosedur pada orang bayi dan meminta ijin (Bila hanya mengukur PB saja) e. Letakan bayi bayi pada posisi telentang di tempat yang rata serta luruskan kakinya f. Ukur panjang bayi g. Baca hasil dan memberitahukan kepada orang tuanya h. Dokumentasi hasil (49 cm)
C. Mengukur Lingkar Kepala (LK) 1. Siapkan alat : Pita ukur 2. Cuci tangan 3. Pakai sarung tangan bila perlu 4. Jelaskan prosedur pada orang bayi dan meminta ijin 5. Letakan bayi bayi pada posisi telentang di tempat yang rata serta luruskan kakinya atau didudukan 6. Ukur Lingkar kepala 7. Baca hasil dan memberitahukan kepada orang tuanya 8. Dokumentasi hasil (34 cm)
D. Mengukur Lingkar Dada 1. Siapkan pita pengukur 2. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada 3. Catat hasil pengukuran pada KMS (35 cm) 23/3/14 Tindakan Hecting pada laserasi Observasi Pada Ny. U terdapat robekan yang terjadi pada portio dan perineum Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses Perdarahan perineum Ny.U sudah terhenti dan luka tampak tertutup. Perineum Grade II sewaktu proses persalinan. Laserasi perineum pada Ny. U sudah mencapai Grade II, maka harus dilakukan Hecting. persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi ekstraksi, kristeller (dorongan pada fundus uteri). Jika terjadi Laserasi perineum, maka harus dilakukan hecting untuk mencegah perdarahan yang banyak. Pada saat melakukan hecting petugas kesehatan terlebih dahulu mengkaji luka, kedalaman, luasnya dan keadaan luka. Setelah petugas kesehatan telah mengetahui baru melakukan tindakan yang lainnya. Prinsip steril sangat diperhatikan pada saat melakukan hecting, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan hecting.
1. Prosedur tindakan berdasarkan teori a. Memakai sarung tangan steril b. Mengkaji luka, kedalaman, luasnya dan keadaan luka c. Membersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan garam faal d. Gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi e. Menyiapkan injeksi lidokain 1 % f. Lakukan desinfeksi pada ujung luka/daerah yang akan disuntik dengan menggunakan alcohol 70% secara sirkuler dengan diameter kurang lebih 5 cm g. Menyuntikkan lidokain secara subkutan di sekitar luka h. Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah masukkan lidokain secara perlahan- lahan sambil menarik jarum dan memasukkan obat sepanjang tepi luka. Lakukan pada tepi luka yang lainnya i. Tunggu 2 menit agar lidokain bereaksi j. Sambil menunggu reaksi obat, siapkan nalpoeder, jarum dan benang k. Uji reaksi obat dengan menggunakan pinset l. Jahit luka kurang lebih 1 cm diatas ujung luka dan ikat, gunting benang sisakan kira-kira 1 cm. jahit satu per satu dengan jarak jahitan satu dengan yang lainnya kurang lebih 1 cm. teruskan sampai semua luka terjahit. m. Berikan antiseptic pada luka n. Tutup luka dengan kassa steril dan rekatkan dengan plester o. Rapikan pasien p. Bereskan alat q. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan chlorine 0,5% bersama alat- alat lainnya selama 10 menit r. Cuci tangan s. Dokumentasi 25/3/14 Vulva Hygiene Mandiri didampingi Ny. W (23 tahun) hamil 35 minggu, mengalami KPD (Ketuban Pecah Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang Sebelum dilakukan vulva hygiene, daerah perineum Ny. W terlihat ada cairan putih keruh. Dini) sejak 1 hari yang lalu. sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif. Persiapan alat yang dibutuhkan: 1. Bak instrumen steril berisi : Lidi waten Hanschoen satu pasang Kassa Deppers Kapas gulung kecil 2. Kom Steril berisi betadin/ obat lain 3. Larutan NaCl dalam kemasan 4. Hanschoen bersih 5. Korentang 6. Botol cebok berisi air hangat 7. Plastik disposibel/ bengkok Setelah dilakukan vulva hygiene, perineum menjadi bersih. 8. Selimut mandi 9. Pembalut wanita dalam kemasan 10. Celana dalam dan pakaian bersih 11. Pengalas dan srem bila perlu 12. Tissue 13. Pispot
Prosedur Tindakan Vulva Higiene 1. Menjelaskan prosedur pada klien 2. Dekatkan peralatan dekat pasien 3. Menyiapkan lingkungan pasien (menutup pintu dan jendela, memasang srem bila perlu) 4. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent 5. Memasang selimut mandi dengan posisi ujung dikaitkan pada kaki 6. Melepaskan pakaian bawah pasien 7. Memasang perlak bawah, pengalas dan pot 8. Cuci tangan 9. Memakai handschoen bersih 10. Cari dan raba daerah TFU, massage dari atas ke bawah secara perlahan dan anjurkan tarik nafas panjang 11. Vulva diguyur dengan air hangat bersih 12. Bersihkan dengan kapas NaCl 0,9%: Bagian sekitar genetalia Labia mayora Labia minora Vestibulum Perineum Anus 13. Dilakukan satu kali usapan dari atas ke bawah kemudian ganti sampai bersih dan kapas kita buang dalam plastik disposable 14. Untuk jahitan perineum/ post episiotomy Pakai handschoen steril Tekan dengan depers sampai dengan tidak keluar pus secara perlahan Bersihkan dengan kapas NaCl seperti diatas Beri betadine/ obat lain dengan lidi watten 15. Keringkan daerah sekitar dengan tissue atau kassa kapas 16. Kenakan pembalut bersama pakaian dalam klien 17. Rapikan pasien 18. Handschoen dilepas, pasien dirapikan sesuai kenyamanan 19. Rapikan alat 20. Cuci tangan
Semarang, Maret 2014 Pembimbing
(Siti Hidayah, Amd. Keb)
DAFTAR PUSTAKA
Benson, ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita : Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Sinsin, Iis. 2008. Sari Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gramedia
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : ANDI