Você está na página 1de 44

INDONESIA

PANAS BUMI

GEOTHERMAL ENERGY



Law
No. 21 of 2014, September 17, 2014
(State Gazette No. 217 of 2014; Supplement No. 5585)















Translated by: Wishnu Basuki
wbasuki@gmail.com
Bitext


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2014
TENTANG
PANAS BUMI
LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NUMBER 21 OF 2014
CONCERNING
GEOTHERMAL ENERGY

Daftar Isi / Table of Contents

Pasal / Article
BAB I: KETENTUAN UMUM 14 CH I: GENERAL PROVISIONS
BAB II: KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PANAS
BUMI
58
CH II: AUTHORITY IN ESTABLISHMENT OF
GEOTHERMAL ENERGY
BAB III: PENGUSAHAAN PANAS BUMI 940 CH III: GEOTHERMAL BUSINESS
Bagian Kesatu: Umum 910 Part One: General
Bagian Kedua: Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung
1115
Part Two: Direct Use Geothermal Business
Bagian Ketiga: Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung
1640
Part Three: Indirect Use Geothermal Business
Paragraf 1: Wilayah Kerja 1619 Paragraph 1: Working Areas
Paragraf 2: Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung
2022
Paragraph 2: Indirect Use Geothermal
Business
Paragraf 3: Izin Panas Bumi 2339 Paragraph 3: Geothermal Permits
Paragraf 4: Sanksi Administratif 40 Paragraph 4: Administrative Sanctions
BAB IV: PENGGUNAAN LAHAN 4146 CH IV: USE OF LAND
BAB V: HAK DAN KEWAJ IBAN 4756 CH V: RIGHTS AND OBLIGATIONS
Bagian Kesatu: Hak Pemegang Izin Pemanfaatan
Langsung
47
Part One: Rights of Direct Use Permit Holders
Bagian Kedua: Kewajiban Pemegang Izin Pemanfaatan
Langsung
4850
Part Two: Obligations of Direct Use Permit Holders
Bagian Ketiga: Hak Pemegang Izin Panas Bumi 51 Part Three: Rights of Geothermal Permit Holders
Bagian Keempat: Kewajiban Pemegang Izin Panas Bumi 5256 Part Four: Obligations of Geothermal Permit Holders
BAB VI: DATA DAN INFORMASI 5758 CH VI: DATA AND INFORMATION
BAB VII: PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 5964 CH VII: DIRECTION AND SUPERVISION
BAB VIII: PERAN SERTA MASYARAKAT 65 CH VIII: PUBLIC PARTICIPATION
BAB IX: PENYIDIKAN 66 CH IX: INVESTIGATIONS
BAB X: KETENTUAN PIDANA 6777 CH X: PENAL PROVISIONS
BAB XI: KETENTUAN PERALIHAN 7885 CH XI: TRANSITIONAL PROVISIONS
BAB XII: KETENTUAN PENUTUP 8688 CH XII: CONCLUDING PROVISIONS


Revision Control: October 2, 2014
As of: August 30, 2014
Translated by: Wishnu Basuki
wbasuki@gmail.com
1


NOTE: WHERE NO ELUCIDATION IS PROVIDED UNDERNEATH A CLAUSE, THE CLAUSE IS SUFFICIENTLY CLEAR.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2014
TENTANG
PANAS BUMI
LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NUMBER 21 OF 2014
CONCERNING
GEOTHERMAL ENERGY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
WITH THE BLESSING OF GOD ALMIGTHY
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, THE PRESIDENT OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Menimbang: Considering:
a. bahwa Panas Bumi merupakan sumber daya
alam terbarukan dan merupakan kekayaan alam
yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang mempunyai peranan
penting untuk menunjang pembangunan
nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat;
a. that Geothermal Energy is renewable natural
resources and natural riches situated in the
territory of the Unitary State of the Republic of
Indonesia God Almighty blesses us with, and
serves important roles in support of the
sustainable national development in the
realization of public welfare;
b. bahwa Panas Bumi merupakan energi ramah
lingkungan yang potensinya besar dan
pemanfaatannya belum optimal sehingga perlu
didorong dan ditingkatkan secara terencana dan
terintegrasi guna mengurangi ketergantungan
terhadap energi fosil;
b. that Geothermal Energy is environment-
friendly energy with huge potential but lacks
optimal use, and accordingly, planned and
integrated encouragement and improvement of
such potential is necessary in order to reduce
reliance on fossil energy;
c. bahwa dalam rangka menjaga keberlanjutan
dan ketahanan energi nasional serta efisiensi
dan efektifitas penyelenggaraan Panas Bumi
untuk pemanfaatan tidak langsung sebagai
pembangkit tenaga listrik, kewenangan
penyelenggaraannya perlu dilaksanakan oleh
Pemerintah;
c. that to maintain the sustainable and resilient
national energy as well as efficient and
effective establishment of Geothermal Energy
for indirect use or for power generation, the
Government is authorized to make such
establishment;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003
tentang Panas Bumi belum mengatur
pemanfaatan Panas Bumi secara komprehensif
sehingga perlu diganti;
d. that Law Number 27 of 2003 concerning
Geothermal Energy is silent on regulation of
such comprehensive use of Geothermal Energy
that it needs replacing;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
e. that in consideration of point (a), point (b),
point (c), and point (d), it is necessary to make
2
huruf d, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Panas Bumi;
a Law concerning Geothermal Energy;
Mengingat: Bearing in Mind:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Article 5 section (1), Article 20, and Article 33
section (2), section (3) and section (5) of the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia;
PENJELASAN UMUM GENERAL ELUCIDATION
Indonesia sebagai negara yang dilalui jalur
sabuk gunung api aktif memiliki potensi Panas
Bumi yang besar. Panas Bumi merupakan energi
yang ramah lingkungan dan merupakan aset yang
dapat digunakan untuk menunjang pembangunan
nasional. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan
demikian Panas Bumi merupakan kekayaan alam
yang harus dikuasai negara dan dikelola untuk
sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Tanggung
jawab negara dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyat tersebut dilaksanakan oleh Pemerintah
dalam bentuk penyelenggaraan Panas Bumi.
Indonesia, a country belonging to the ring of
fire, has considerable Geothermal Energy potential.
Geothermal Energy is environment-friendly energy
and an asset that is exploitable to support the
national development. As mandated by the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia, the
natural riches contained in the earth must be placed
under the control of the state and exploited in the
greatest prosperity of the people. As aforesaid,
Geothermal Energy constitutes natural riches that
must be controlled by the state and managed in the
greatest welfare of the people. The states
responsibility under which to materialize the public
welfare is assumed by the Government through
establishment of Geothermal Energy.
Panas Bumi merupakan energi ramah
lingkungan karena dalam pemanfaatannya hanya
sedikit menghasilkan unsur-unsur yang berdampak
terhadap lingkungan atau masih berada dalam
batas ketentuan yang berlaku. Dengan demikian,
pemanfaatan Panas Bumi dapat turut membantu
program Pemerintah untuk pemanfaatan energi
bersih yang sekaligus mengurangi emisi gas rumah
kaca.
Geothermal Energy is environment-friendly
energy that when utilized produces only elements
with minor impacts on the environment or is within
the acceptable bounds. Therefore, the use of
Geothermal Energy can contribute to aid of the
programs of the Government in the use of clean
energy and reduction of greenhouse gas emissions
Panas Bumi saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal karena sebagian besar berada pada
daerah terpencil dan Kawasan Hutan yang belum
memiliki prasarana penunjang serta infrastruktur
yang memadai. Keberadaan Panas Bumi di
Kawasan Hutan konservasi sama sekali belum
dapat dimanfaatkan sehingga pemanfaatan Panas
Bumi perlu ditingkatkan secara terencana dan
terintegrasi guna mengurangi ketergantungan
energi fosil. Selain itu, pemanfaatan Panas Bumi
diharapkan dapat menumbuhkan pusat
pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Geothermal Energy is nowadays in suboptimal
use as it is situated at the remote locations and in
the Forest Areas where no adequate infrastructure
and supporting facilities are available. Geothermal
Energy that is located in conservation Forest Areas
can by no means be utilized such that it needs
improvement in a planned and integrated manner in
order to reduce our reliance on fossil energy. In
addition, the use of Geothermal Energy is expected
to develop the center for economic growth that will
increase the peoples economy.
Kebutuhan Indonesia akan energi (energy
demand) terus meningkat seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan
bertambahnya jumlah penduduk, tetapi kebutuhan
energi ini tidak diimbangi oleh penyediaan
energinya (energy supply). Sementara itu, sumber
Indonesias energy demand continues to be
increasing in parallel with the increase of economic
growth and the growth of population, but is not
complemented by energy supply. In the meantime,
fossil energy sources are increasingly few, not
replenished, and may pose environmental problems,
3
energi fosil semakin berkurang ketersediaannya
dan tidak dapat diperbaharui serta dapat
menimbulkan masalah lingkungan sehingga
pemanfaatan energi terbarukan khususnya Panas
Bumi terutama yang digunakan untuk
pembangkitan tenaga listrik perlu ditingkatkan.
and accordingly, the utilization of renewable
energy, Geothermal Energy in particular, especially
for power generation, needs improvement.
Dalam perkembangan lebih lanjut,
pengusahaan Panas Bumi untuk pemanfaatan tidak
langsung atau untuk pembangkitan tenaga listrik
bersifat sangat strategis dalam menunjang
ketahanan energi nasional karena listrik yang
dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik Panas
Bumi dapat dimanfaatkan lintas batas administratif.
Dalam jangka panjang harga listrik yang
dihasilkan dari Panas Bumi lebih kompetitif dan
lebih andal jika dibandingkan dengan pembangkit
listrik dari fosil sehingga Pemerintah memandang
perlu meletakkan kewenangan penyelenggaraan
Panas Bumi ke Pemerintah. Pemerintah fokus
melakukan penyelenggaraan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung yang digunakan
sebagai pembangkitan tenaga listrik. Adapun
penyelenggaraan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung dibagi kepada Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya. Dalam rangka
mempercepat pengembangan Panas Bumi untuk
memenuhi kebutuhan energi nasional, Pemerintah
selain diberi kewenangan melakukan Survei
Pendahuluan dan Eksplorasi juga diberi
kewenangan untuk melakukan Eksploitasi dan
Pemanfaatan.
Further, Geothermal business for indirect use
or for power generation is largely strategic
business in support of the national energy resilience
because electricity that is generated from
Geothermal-based power plants can be used
exceeding the administrative boundaries. In the
long term, Geothermal-based electricity prices will
be more competitive and reliable if compared to
fossil-based power plants, and therefore, the
Government deems it necessary to delegate the
authority over establishment of Geothermal Energy
to the Government. The Government focuses on
establishment of Indirect Use Geothermal Energy
for power generation. Further, establishment of
Direct Use Geothermal Energy is delegated to the
competent Regional Governments. To expedite the
development of Geothermal Energy to satisfy the
national energy demand, the Government, in
addition to being authorized to conduct Preliminary
Survey and Exploration, is also authorized to
conduct Exploitation and Utilization.
Landasan hukum yang ada, yaitu Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
dan peraturan pelaksanaannya belum dapat
menjawab tantangan dalam pengembangan Panas
Bumi secara optimal. Hal itu antara lain terkait
dengan istilah kegiatan penambangan/
pertambangan yang membawa konsekuensi bahwa
kegiatan Panas Bumi yang dikategorikan sebagai
kegiatan penambangan/pertambangan tidak dapat
diusahakan di Kawasan Hutan konservasi karena
tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Selain itu, belum adanya pengaturan pengusahaan
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang
komprehensif.
Law Number 27 of 2003 concerning
Geothermal Energy, as the currently existing legal
basis, and its ancillary regulations, are unable to
respond to the challenge to develop Geothermal
Energy in an optimum manner. This is because,
inter alia, the term mine/mining has a
consequence that Geothermal Energy activities
currently deemed to be within the category of
mine/mining activities cannot be conducted in
conservation Forest Areas for being inconsistent
with Law Number 5 of 1990 concerning
Conservation and Living Resources and Their
Ecosystem and Law Number 41 of 1999 concerning
Forestry. Moreover, no comprehensive regulation
of Direct Use Geothermal business is in place.
Berdasarkan hal di atas, perlu dibentuk suatu
undang-undang baru sebagai pengganti Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
untuk memberikan landasan hukum bagi langkah-
langkah pembaruan dan penataan kembali kegiatan
Panas Bumi. Undang-Undang ini diharapkan dapat
In consideration of the foregoing, it is
necessary to make a new law in place of Law
Number 27 of 2003 concerning Geothermal Energy
to form the legal basis on which renewal and
reorganization of Geothermal Energy activities are
made. This Law is expected to give legal certainty
4
memberikan kepastian hukum kepada pelaku sektor
Panas Bumi secara seimbang dan tidak
diskriminatif. Adapun materi pokok yang diatur
dalam undang-undang ini antara lain:
penyelenggaraan Panas Bumi; pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung dan
Pemanfaatan Tidak Langsung; penggunaan lahan;
hak dan kewajiban; data dan informasi; pembinaan
dan pengawasan; dan peran serta masyarakat.
to Geothermal Energy operators in an equal and
non-discriminatory manner. Matters governed in
this law include, inter alia: establishment of
Geothermal Energy; Direct Use and Indirect Use
Geothermal business; use of land; rights and
obligations; data and information; direction and
supervision; and public participation.
Dengan Persetujuan Bersama With the J oint Consent of
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
THE HOUSE OF REPRESENTATIVES OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA
and
THE PRESIDENT OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA
MEMUTUSKAN: HAS DECIDED:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG
PANAS BUMI.
To issue: LAW CONCERNING
GEOTHERMAL ENERGY.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
CHAPTER I
GENERAL PROVISIONS
Article 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: In this Law:
1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, serta
batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya
yang secara genetik tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem Panas Bumi.
1. Geothermal Energy means heat energy sources
that are contained in hot water, water steam,
and rocks along with associated minerals and
other gases, all of which are genetically
inseparable in the Geothermal system.
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
tetap.
2. Forest Zone means a specific area as the
Government may determine to retain as a
permanent forest area.
3. Wilayah Kerja Panas Bumi yang selanjutnya
disebut Wilayah Kerja adalah wilayah dengan
batas-batas koordinat tertentu digunakan untuk
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung.
3. Geothermal Working Area, hereinafter referred
to as Working Area, means an area with
specific coordinates for Indirect Use
Geothermal business.
4. Izin Panas Bumi adalah izin melakukan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung pada Wilayah Kerja tertentu.
4. Geothermal Permit means a permit to engage in
Indirect Use Geothermal business in a specific
Working Area.
5. Izin Pemanfaatan Langsung adalah izin untuk
melakukan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung pada lokasi tertentu.
5. Direct Use Permit means a permit to engage in
Direct Use Geothermal business at a specific
location.
5
6. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian
data yang berhubungan dengan informasi
kondisi geologi, geofisika, dan geokimia, serta
survei landaian suhu apabila diperlukan, untuk
memperkirakan letak serta ada atau tidak
adanya sumber daya Panas Bumi.
6. Preliminary Survey means an activity that
involves collection, analysis, and presentation
of data in connection with information on the
condition of geology, geophysics, and
geochemistry, as well as thermal gradient
survey, where necessary, to estimate the
location and presence of Geothermal resources.
7. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi penyelidikan geologi, geofisika,
geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran
sumur eksplorasi yang bertujuan untuk
memperoleh informasi kondisi geologi bawah
permukaan guna menemukan dan mendapatkan
perkiraan cadangan Panas Bumi.
7. Exploration means a range of activities that
involves geological, geophysical, and
geochemical surveys, test drilling, and
exploration well drilling to acquire information
on the subsurface geological condition to find
and obtain the estimated Geothermal reserves.
8. Studi Kelayakan adalah kajian untuk
memperoleh informasi secara terperinci
terhadap seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan teknis, ekonomis, dan
lingkungan atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan pemanfaatan Panas Bumi yang
diusulkan.
8. Feasibility Study means a study to find specific
information on all of the relevant aspects to
determine economic, technical, and
environmental feasibility of the proposed
business plans and/or activities of utilizing
Geothermal Energy.
9. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada
Wilayah Kerja tertentu yang meliputi
pengeboran sumur pengembangan dan sumur
reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan
penunjangnya, serta operasi produksi Panas
Bumi.
9. Exploitation means a range of activities in a
specific Working Area that involves
development well and reinjection well drilling,
construction of site facilities and their support
facilities, and Geothermal production operation.
10. Pemanfaatan Langsung adalah kegiatan
pengusahaan pemanfaatan Panas Bumi secara
langsung tanpa melakukan proses pengubahan
dari energi panas dan/atau fluida menjadi jenis
energi lain untuk keperluan nonlistrik.
10. Direct Use means a Geothermal business
activity that is conducted in a direct manner
without the process of changing from heat
energy and/or fluid to other energy for a
nonelectricity purpose.
11. Pemanfaatan Tidak Langsung adalah kegiatan
pengusahaan pemanfaatan Panas Bumi dengan
melalui proses pengubahan dari energi panas
dan/atau fluida menjadi energi listrik.
11. Indirect Use means a Geothermal business
activity that is conducted through the process of
changing from heat energy and/or fluid to
electrical energy.
12. Badan Usaha adalah badan hukum yang
berusaha di bidang Panas Bumi yang berbentuk
badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, koperasi, atau perseroan terbatas dan
didirikan berdasarkan hukum Indonesia serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
12. Entity means a legal entity that engages in the
field of Geothermal Energy in the form of a
state-owned entity, region-owned entity,
cooperative, or limited liability company, and
formed under the laws of Indonesia and
domiciled in the territory of the State of the
Republic of Indonesia.
13. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau
korporasi, baik yang berbadan hukum maupun
tidak berbadan hukum.
13. Any Person means any individual or
corporation, whether or not a legal entity.
6
14. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Central Government, hereinafter referred to as
the Government, means the President of the
Republic of Indonesia that holds the
administrative power of the state of the
Republic of Indonesia as intended by the 1945
Constitution of the State of the Republic of
Indonesia.
15. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati,
atau wali kota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
15. Regional Government(s) means the governors,
the regents, or the mayors, and regional
instrumentalities that act as the elements of the
administrators of the regional administration.
16. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Panas Bumi.
16. Minister means the minister that administers
governmental affairs in the field of Geothermal
Energy.
Pasal 2 Article 2
Penyelenggaraan kegiatan Panas Bumi menganut
asas:
Geothermal activities shall be established within the
principles of:
a. manfaat; a. benefit;
Penjelasan Pasal 2 (a): Elucidation of Article 2 (a):
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah
bahwa penyelenggaraan kegiatan Panas Bumi
harus bermanfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
The principle of benefit means the establishment
of Geothermal business activities must be in
beneficial use in the best welfare and prosperity of
the people.
b. efisiensi; b. efficiency;
Penjelasan Pasal 2 (b): Elucidation of Article 2 (b):
Yang dimaksud dengan asas efisiensi adalah
bahwa penyelenggaraan Panas Bumi harus
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna.
The principle of efficiency means the
establishment of Geothermal business activities
must be undertaken efficiently and effectively.
c. keadilan; c. justice;
Penjelasan Pasal 2 (c): Elucidation of Article 2 (c):
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah
bahwa penyelenggaraan Panas Bumi harus dapat
dinikmati secara proporsional oleh rakyat.
The principle of justice means the establishment
of Geothermal business can be enjoyed by the
people in proportion.
d. pengoptimalan ekonomi dalam pemanfaatan
sumber daya energi;
d. optimum economics with the beneficial use of
energy resources;
Penjelasan Pasal 2 (d): Elucidation of Article 2 (d):
Yang dimaksud dengan asas pengoptimalan
ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya energi
adalah bahwa penyelenggaraan Panas Bumi harus
dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
sumber energi yang dimanfaatkan secara optimal.
The principle of optimum economics with the
beneficial use of energy resources means the
establishment of Geothermal business must
consider the presence of energy sources for
optimum use.
e. keterjangkauan; e. affordability;
Penjelasan Pasal 2 (e): Elucidation of Article 2 (e):
7
Yang dimaksud dengan asas keterjangkauan
adalah bahwa penyelenggaraan Panas Bumi dapat
terjangkau dari aspek harga energi dan
aksesibilitas oleh masyarakat.
The principle of affordability means the
establishment of Geothermal business can offer
affordable and accessible energy prices.
f. berkelanjutan; f. sustainability;
Penjelasan Pasal 2 (f): Elucidation of Article 2 (f):
Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan
adalah bahwa penyelenggaraan Panas Bumi harus
dikelola dengan baik agar dapat menghasilkan
energi secara berkesinambungan.
The principle of sustainability means the
establishment of Geothermal business must be
managed properly to enable sustainable viability of
energy production.
g. kemandirian; g. independence;
Penjelasan Pasal 2 (g): Elucidation of Article 2 (g):
Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah
bahwa penyelenggaraan Panas Bumi dapat
memperkuat kemandirian energi nasional.
Principle of independence means the
establishment of Geothermal business can foster
independence in national energy.
h. keamanan dan keselamatan; dan h. security and safety; and
Penjelasan Pasal 2 (h): Elucidation of Article 2 (h):
Yang dimaksud dengan "asas keamanan dan
keselamatan" adalah bahwa penyelenggaraan
Panas Bumi harus memperhatikan keamanan,
keselamatan, dan lingkungan hidup.
The principles of security and safety means the
establishment of Geothermal business must duly
consider security, safety, and the environment.
i. kelestarian fungsi lingkungan hidup. i. conservation of environmental functions.
Penjelasan Pasal 2 (i): Elucidation of Article 2 (i):
Yang dimaksud dengan "asas kelestarian fungsi
lingkungan hidup" adalah bahwa penyelenggaraan
Panas Bumi harus memperhatikan dan memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup yang sekaligus menjaga
kesinambungan dari energi itu sendiri.
The principle of conservation of environmental
functions means the establishment of Geothermal
business must duly consider and maintain the
carrying capacity of environmental conservation
and also safeguard sustainable energy.
Pasal 3 Article 3
Penyelenggaraan kegiatan Panas Bumi bertujuan: Geothermal activities shall be established with the
objectives:
a. mengendalikan kegiatan pengusahaan Panas
Bumi untuk menunjang ketahanan dan
kemandirian energi guna mendukung
pembangunan yang berkelanjutan serta
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
a. to control Geothermal business activities in
order to contribute to the energy resilience and
independence in support of the sustainable
development and to provide benefits for the
greatest prosperity and welfare of the people;
b. meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan
berupa Panas Bumi untuk memenuhi kebutuhan
energi nasional; dan
b. to increase the utilization of renewable energy
in the form of Geothermal Energy to serve the
national energy needs; and
c. meningkatkan pemanfaatan energi bersih yang
ramah lingkungan guna mengurangi emisi gas
rumah kaca.
c. to increase the utilization of environment-
friendly clean energy to reduce greenhouse gas
emissions.
8
Pasal 4 Article 4
(1) Panas Bumi merupakan kekayaan nasional
yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(1) Geothermal Energy shall constitute the national
property that is controlled by the state and
utilized for the greatest welfare of the people.
(2) Penguasaan Panas Bumi oleh negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya dan berdasarkan
prinsip pemanfaatan.
(2) Control over Geothermal Energy by the state as
intended by section (1) shall be conducted by
the competent Government, governments of the
provinces, and governments of the districts/
cities within the principle of benefit.
BAB II
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN
PANAS BUMI
Pasal 5
CHAPTER II
AUTHORITY IN ESTABLISHMENT OF
GEOTHERMAL ENERGY
Article 5
(1) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dilakukan terhadap:
(1) Geothermal Energy as intended by Article 4
section (2) shall be established by the
Government:
a. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung
yang berada pada:
a. for Direct Use Geothermal Energy:
1. lintas wilayah provinsi termasuk
Kawasan Hutan produksi dan
Kawasan Hutan lindung;
1. of which the location overlaps the
boundaries of the provinces, including
production Forest Areas and
protection Forest Areas;
2. Kawasan Hutan konservasi; 2. in the conservation Forest Areas;
3. kawasan konservasi di perairan; dan 3. in the waters conservation areas; and
4. wilayah laut lebih dari 12 (dua belas)
mil diukur dari garis pantai ke arah
laut lepas di seluruh Indonesia.
4. in the territorial sea exceeding 12
(twelve) miles from the baselines to
the high seas throughout Indonesia.
b. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Langsung yang berada di seluruh wilayah
Indonesia, termasuk Kawasan Hutan
produksi, Kawasan Hutan lindung,
Kawasan Hutan konservasi, dan wilayah
laut.
b. for Indirect Use Geothermal Energy
throughout the territories of Indonesia,
including the production Forest Areas,
protection Forest Areas, conservation
Forest Area, and territorial sea.
Penjelasan Pasal 5 (1): Elucidation of Article 5 (1):
Yang dimaksud dengan kawasan hutan
konservasi adalah kawasan pelestarian alam dan
kawasan suaka alam yang meliputi daratan dan
perairan.
Conservation forest area means a conservation
area and natural reserve that include land and
waters.
Yang dimaksud dengan kawasan konservasi di
perairan adalah kawasan konservasi di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
Waters conservation area means a conservation
area in the coastal regions and isles under the laws
and regulations concerning the management of
9
bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
coastal regions and isles.
(2) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh pemerintah
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) dilakukan untuk Pemanfaatan
Langsung yang berada pada:
(2) Geothermal Energy as intended by Article 4
section (2) shall be established by the
governments of the provinces for Direct Use
Geothermal Energy:
a. lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu
provinsi termasuk Kawasan Hutan
produksi dan Kawasan Hutan lindung; dan
a. of which the location overlaps the
boundaries of the districts/cities in one
province, including the production Forest
Areas and protection Forest Areas; and
b. wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan.
b. in the territorial sea not to exceed 12
(twelve) miles from the baselines to the
high seas and/or to the archipelagic waters.
(3) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh pemerintah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) dilakukan untuk Pemanfaatan
Langsung yang berada pada:
(3) Geothermal Energy as intended by Article 4
section (2) shall be established by the
governments of the districts/cities for Direct
Use Geothermal Energy:
a. wilayah kabupaten/kota termasuk Kawasan
Hutan produksi dan Kawasan Hutan
lindung; dan
a. in the district/city territory, including the
production Forest Areas and protection
Forest Areas; and
b. wilayah laut paling jauh (satu per tiga)
dari wilayah laut kewenangan provinsi.
b. in the territorial sea not to exceed (one-
third) from the territorial sea over which a
province has jurisdiction.
Pasal 6 Article 6
(1) Kewenangan Pemerintah dalam
penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) meliputi:
(1) The Government shall, in the establishment of
Geothermal Energy as intended by Article 5
section (1), have the authority:
a. pembuatan kebijakan nasional; a. to adopt the national policy;
Penjelasan Pasal 6 (1) (a): Elucidation of Article 6 (1) (a):
Pembuatan kebijakan nasional, antara lain
berupa:
1. pembuatan dan penetapan standardisasi;
2. penetapan kebijakan pemanfaatan dan
konservasi Panas Bumi;
3. penetapan kebijakan kerja sama dan
kemitraan;
4. penetapan Wilayah Kerja Panas Bumi;
dan
5. perumusan dan penetapan tarif iuran
tetap dan iuran produksi.
Adoption of the national policy includes, inter
alia:
1. standardization establishment and setting;
2. adoption of Geothermal utilization and
conservation policy;
3. adoption of cooperation and partnership
policy;
4. determination of Geothermal Working
Areas; and
5. formalization and charging of dead rents
and production royalties.
b. pengaturan di bidang Panas Bumi; b. to regulate Geothermal Energy;
c. pemberian Izin Panas Bumi; c. to issue Geothermal Permits;
10
d. pemberian Izin Pemanfaatan Langsung
pada wilayah yang menjadi
kewenangannya;
d. to issue Direct Use Permits in the area over
which it has jurisdiction;
e. pembinaan dan pengawasan; e. to make direction and supervision;
f. pengelolaan data dan informasi geologi
serta potensi Panas Bumi;
f. to manage data and information on
geology and Geothermal potentials;
g. inventarisasi dan penyusunan neraca
sumber daya dan cadangan Panas Bumi;
g. to check inventories and prepare the
balance of Geothermal resources and
reserves;
h. pelaksanaan Eksplorasi, Eksploitasi,
dan/atau pemanfaatan Panas Bumi; dan
h. to conduct Geothermal Exploration,
Exploitation, and/or utilization; and
i. pendorongan kegiatan penelitian,
pengembangan dan kemampuan
perekayasaan.
i. to encourage research, development and
engineering.
Penjelasan Pasal 6 (1) (i) Elucidation of Article 6 (1) (i):
Pendorongan dilakukan dalam rangka untuk
meningkatkan nilai tambah produksi kegiatan
penyelenggaraan panas bumi.
Encouragement is given to increase the production
added value in the establishment of geothermal
energy.
(2) Kewenangan Pemerintah dalam
penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan/atau
dikoordinasikan oleh Menteri.
(2) The authority of the Government in the
establishment of Geothermal Energy as
intended by section (1) shall be exercised
and/or coordinated by the Minister.
Pasal 7 Article 7
Kewenangan pemerintah provinsi dalam
penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi:
The governments of the provinces shall, in the
establishment of Geothermal Energy as intended by
Article 5 section (2), have the authority:
a. pembentukan peraturan perundang-undangan
daerah provinsi di bidang Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung;
a. to make laws and regulations of the provincial
level concerning Direct Use Geothermal
Energy;
b. pemberian Izin Pemanfaatan Langsung pada
wilayah yang menjadi kewenangannya;
b. to issue Direct Use Permits in the area over
which they have jurisdictions;
c. pembinaan dan pengawasan; c. to make direction and supervision;
d. pengelolaan data dan informasi geologi serta
potensi Panas Bumi pada wilayah provinsi; dan
d. to manage data and information on geology and
Geothermal potentials of the provincial
territory; and
e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber
daya dan cadangan Panas Bumi pada wilayah
provinsi.
e. to check inventories and prepare the balance of
Geothermal resources and reserves of the
provincial territory.


11
Pasal 8 Article 8
Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) meliputi:
The governments of the districts/cities shall, in the
establishment of Geothermal Energy as intended by
Article 5 section (3), have the authority:
a. pembentukan peraturan perundang-undangan
daerah kabupaten/kota di bidang Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Langsung;
a. to make laws and regulations of the district/city
level concerning Direct Use Geothermal
Energy;
b. pemberian Izin Pemanfaatan Langsung pada
wilayah yang menjadi kewenangannya;
b. to issue Direct Use Permits in the area over
which they have jurisdictions;
c. pembinaan dan pengawasan; c. to make direction and supervision;
d. pengelolaan data dan informasi geologi serta
potensi Panas Bumi pada wilayah
kabupaten/kota; dan
d. to manage data and information on geology and
Geothermal potentials of the district/city
territory; and
e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber
daya dan cadangan Panas Bumi pada wilayah
kabupaten/kota.
e. to check inventories and prepare the balance of
Geothermal resources and reserves of the
district/city territory.
BAB III
PENGUSAHAAN PANAS BUMI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
CHAPTER III
GEOTHERMAL BUSINESS
Part One
General
Article 9
(1) Pengusahaan Panas Bumi terdiri atas: (1) Geothermal business shall be conducted
through:
a. pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung; dan
a. Direct Use Geothermal business; and
b. pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung.
b. Indirect Use Geothermal business.
(2) Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a digunakan untuk:
(2) Direct Use Geothermal business as intended by
section (1) point (a) shall be conducted for the
purpose of:
a. wisata; a. tourism;
Penjelasan Pasal 9 (2) (a): Elucidation of Article 9 (2) (a):
Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung bagi wisata, antara lain berupa
perhotelan, pemandian air panas, dan terapi
kesehatan.
Direct Use Geothermal business in tourism
includes, inter alia, hotel, hot/thermal springs, and
therapies.
b. agrobisnis; b. agribusiness;
Penjelasan Pasal 9 (2) (b): Elucidation of Article 9 (2) (b):
Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Direct Use Geothermal business in agribusiness
12
Langsung bagi agrobisnis, antara lain berupa
pengeringan teh, kopra, jagung, dan green house.
includes, inter alia, drying of tea, copra, corn and
green houses.
c. industri; dan c. industry; and
Penjelasan Pasal 9 (2) (c): Elucidation of Article 9 (2) (c):
Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung bagi industri, antara lain berupa
pengolahan kayu, kulit, dan rotan.
Direct Use Geothermal business in industry
includes, inter alia, timber treating, leather
processing, and rattan processing.
d. kegiatan lain yang menggunakan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung.
d. other Geothermal-based activities for
Direct Use.
Penjelasan Pasal 9 (2) (d): Elucidation of Article 9 (2) (d):
Ketentuan mengenai kegiatan lainnya dimaksudkan
untuk mengakomodasi pemanfaatan Panas Bumi
seiring dengan perkembangan teknologi.
Other activities means to accommodate any
utilization of Geothermal Energy in keeping abreast
of the developments of technology.
(3) Dalam hal pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berada di dalam Kawasan
Hutan konservasi, pengusahaan Panas Bumi
hanya dapat digunakan untuk kegiatan wisata
alam.
(3) Where Direct Use Geothermal business as
intended by section (1) point (a) is conducted in
the conservation Forest Area, such Geothermal
business may be conducted only for natural
tourism activities.
(4) Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b digunakan untuk pembangkitan
tenaga listrik untuk kepentingan sendiri atau
kepentingan umum.
(4) Indirect Use Geothermal business as intended
by section (1) point (b) shall be conducted for
captive or public power generation.
Pasal 10 Article 10
Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Langsung menjadi prioritas utama dalam
pengusahaan Panas Bumi.
Indirect Use Geothermal business shall have the
first priority in the Geothermal business.
Bagian Kedua
Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung
Pasal 11
Part Two
Direct Use Geothermal Business

Article 11
(1) Setiap Orang yang melakukan pengusahaan
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a wajib terlebih dahulu memiliki Izin
Pemanfaatan Langsung.
(1) Any Person in the conduct of Direct Use
Geothermal business as intended by Article 9
section (1) point (a) must first hold a Direct
Use Permit.
(2) Izin Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Menteri
untuk Pemanfaatan Langsung yang berada
pada:
(2) A Direct Use Permit as intended by section (1)
shall be issued by the Minister for Direct Use
Geothermal business:
a. lintas wilayah provinsi termasuk Kawasan
Hutan produksi dan Kawasan Hutan
a. of which the location overlaps the
boundaries of the provinces, including
13
lindung; production Forest Areas and protection
Forest Areas;
b. Kawasan Hutan konservasi; b. in the conservation Forest Areas;
c. kawasan konservasi di perairan; dan c. in the waters conservation areas; and
d. wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
di seluruh Indonesia.
d. in the territorial sea exceeding 12 (twelve)
miles from the baselines to the high seas
throughout Indonesia.
(3) Izin Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh gubernur
untuk Pemanfaatan Langsung yang berada
pada:
(3) A Direct Use Permit as intended by section (1)
shall be issued by the governor for Direct Use
Geothermal business:
a. lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu
provinsi termasuk Kawasan Hutan
produksi dan Kawasan Hutan lindung; dan
a. of which the location overlaps the
boundaries of the districts/cities in one
province, including the production Forest
Areas and protection Forest Areas; and
b. wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan.
b. in the territorial sea not to exceed 12
(twelve) miles from the baselines to the
high seas and/or to the archipelagic waters.
(4) Izin Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
bupati/wali kota untuk Pemanfaatan Langsung
yang berada pada:
(4) A Direct Use Permit as intended by section (1)
shall be issued by the regent/mayor for Direct
Use Geothermal business:
a. wilayah kabupaten/kota termasuk Kawasan
Hutan produksi dan Kawasan Hutan
lindung; dan
a. in the district/city territory, including the
production Forest Areas and protection
Forest Areas; and
b. wilayah laut paling jauh (satu per tiga)
dari wilayah laut kewenangan provinsi.
b. in the territorial sea not to exceed (one-
third) from the territorial sea over which a
province has jurisdiction.
(5) Izin Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diberikan berdasarkan permohonan dari Setiap
Orang.
(5) A Direct Use Permit as intended by section (2),
section (3), and section (4) shall be issued on
application by Any Person.
(6) Izin Pemanfaatan Langsung diberikan setelah
Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) mendapat izin lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
(6) A Direct Use Permit shall be issued upon Any
Person as intended by section (5) acquiring an
environmental permit under the laws and
regulations concerning protection and
management of the environment.
(7) Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
berada di Kawasan Hutan, pemegang Izin
(7) Where Direct Use Geothermal business as
intended by section (2), section (3), and section
(4) is conducted in the Forest Area, the Direct
Use Permit holder must obtain permission from
14
Pemanfaatan Langsung wajib mendapatkan izin
dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kehutanan.
the minister administering governmental affairs
in the field of forestry.
Pasal 12 Article 12
(1) Dalam hal pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung dilakukan pada wilayah
yang ditetapkan sebagai Wilayah Kerja,
gubernur atau bupati/wali kota sebelum
memberikan Izin Pemanfaatan Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3)
dan ayat (4) wajib mendapatkan persetujuan
Menteri.
(1) Where Direct Use Geothermal business is to be
conducted in the area determined as the
Working Area, the governor or the
regent/mayor must, prior to issuing a Direct
Use Permit as intended by Article 11 section
(3) and section (4), obtain approval from the
Minister.
Penjelasan Pasal 12 (1): Elucidation of Article 12 (1):
Persetujuan dimaksudkan untuk menjaga
keberlanjutan sistem Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung pada Wilayah Kerja,
sehingga perlu adanya persetujuan dari Menteri.
Approval from the Minister is required to ensure
the continuation of the Indirect Use Geothermal
system in the Working Area.
(2) Dalam hal akan dilaksanakan pengusahaan
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung pada
wilayah yang belum ditetapkan sebagai
Wilayah Kerja, gubernur atau bupati/wali kota
sebelum memberikan Izin Pemanfaatan
Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (3) dan ayat (4) harus berkoordinasi
dengan Menteri.
(2) Where Direct Use Geothermal business will be
conducted in the area pending its determination
as the Working Area, the governor or the
regent/mayor must, prior to issuing a Direct
Use Permit as intended by Article 11 section
(3) and section (4), coordinate with the
Minister.
Penjelasan Pasal 12 (2): Elucidation of Article 12 (2):
Koordinasi dimaksudkan untuk menjaga
keberlanjutan sistem Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung sehingga perlu
adanya pemberitahuan secara tertulis kepada
Menteri.
The coordination aims to ensure the continuation of
the Indirect Use Geothermal system, and therefore,
a written notice to the Minister is required.
Pasal 13 Article 13
(1) Setiap Orang yang memegang Izin
Pemanfaatan Langsung wajib melakukan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung pada lokasi yang ditetapkan dalam
izin.
(1) Any Direct Use Permit holding Person must
conduct Direct Use Geothermal business at the
location as the permit allows.
(2) Setiap Orang yang memegang Izin
Pemanfaatan Langsung wajib melakukan
pengusahaan Panas Bumi sesuai dengan
peruntukannya.
(2) Any Direct Use Permit holding Person must
conduct Geothermal business within the
allocated zone.
Pasal 14 Article 14
Harga energi Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung diatur oleh Pemerintah.
The price of Direct Use Geothermal Energy shall be
determined by the Government.
15
Pasal 15 Article 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 serta
pengaturan harga energi Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Ancillary provisions for Direct Use Geothermal
business as intended by Article 11 and Article 12,
and Geothermal pricing policy as intended by
Article 14 shall be governed by Regulation of the
Government.
Bagian Ketiga
Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung
Paragraf 1
Wilayah Kerja
Pasal 16
Part Three
Indirect Use Geothermal Business

Paragraph 1
Working Areas
Article 16
(1) Menteri menetapkan Wilayah Kerja
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung.
(1) The Minister shall determine Working Areas in
which Indirect Use Geothermal business is
conducted.
(2) Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat ditetapkan pada tanah negara,
hak atas tanah, tanah ulayat, kawasan perairan,
dan/atau Kawasan Hutan.
(2) Working Areas as intended by section (1) may
be determined on the state land, land tenure,
communal land, in territorial waters, and/or
Forest Areas.
Pasal 17 Article 17
(1) Penetapan Wilayah Kerja oleh Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
dilakukan berdasarkan hasil Survei
Pendahuluan atau Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi.
(1) Working Areas by the Minister as intended by
Article 16 section (1) shall be determined upon
the findings of the Preliminary Survey or the
Preliminary Survey and Exploration.
Penjelasan Pasal 17 (1): Elucidation of Article 17 (1):
Eksplorasi dalam ketentuan ini dilakukan dalam
rangka menambah kualitas data sehingga menarik
untuk dikembangkan.
Exploration in this case is required in order to
improve the quality of data to attract development.
(2) Menteri melakukan Survei Pendahuluan atau
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
(2) The Minister shall conduct the Preliminary
Survey or the Preliminary Survey and
Exploration.
(3) Survei Pendahuluan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilakukan oleh gubernur
atau bupati/wali kota.
(3) The Preliminary Survey as intended by section
(2) may be conducted by the governor or the
regent/mayor.
(4) Dalam melakukan Survei Pendahuluan atau
Survei Pendahuluan dan Eksplorasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri
dapat menugasi pihak lain.
(4) The Minister may assign another party to
conduct the Preliminary Survey or the
Preliminary Survey and Exploration as
intended by section (2).
Penjelasan Pasal 17 (4): Elucidation of Article 17 (4):
Yang dimaksud dengan pihak lain adalah Badan Another party means an Entity, higher education
16
Usaha, perguruan tinggi, atau lembaga penelitian. institution, or research institution.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Survei
Pendahuluan atau Eksplorasi dan tata cara
penugasan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(5) Ancillary provisions for the Preliminary Survey
or Exploration and the procedures for
assignment shall be governed by Regulation of
the Government.
Pasal 18 Article 18
(1) Menteri melakukan penawaran Wilayah Kerja
secara lelang.
(1) The Minister shall offer the Working Areas
through bids.
(2) Ketentuan mengenai tata cara, syarat
penawaran, prosedur, penyiapan dokumen, dan
pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
(2) The provisions for the procedures, requirements
to bid, preparation for documentation, and
bidding as intended by section (1) shall be
governed by Regulation of the Government.
Penjelasan Pasal 18 (2): Elucidation of Article 18 (2):
Pengaturan pelaksanaan lelang juga memuat hak
bagi pelaku penugasan Survei Pendahuluan
dan/atau Eksplorasi dalam proses lelang.
Regulations on bidding also include the rights of
the assigned Preliminary Surveyor and/or Explorer
in the bidding process.
Pasal 19 Article 19
(1) Luas Wilayah Kerja ditetapkan dengan
memperhatikan sistem Panas Bumi.
(1) The dimensions of the Working Area shall be
determined subject to the Geothermal system.
Penjelasan Pasal 19 (1): Elucidation of Article 19 (1):
Yang dimaksud dengan sistem Panas Bumi
adalah sistem yang terdiri atas sumber panas,
reservoir, area penyerapan, batuan tudung (cap
rock), dan aliran atas (upflow) atau aliran luar
(outflow), yang memenuhi kriteria geologi,
hidrogeologi, dan pemindahan panas (heat
transfer) yang cukup, terutama terkonsentrasi di
reservoir untuk membentuk sumber daya energi.
Geothermal system means the system that
includes heat source, reservoir, absorption area,
cap rock, and upflow or outflow, having geological,
hydrogeological, and sufficient heat transfer
characteristics, mainly concentrated in reservoir to
form energy resources.
(2) Ketentuan mengenai luas Wilayah Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(2) The provisions for the dimensions of the
Working Area as intended by section (1) shall
be governed by Regulation of the Government.
Paragraf 2
Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung
Pasal 20
Paragraph 2
Indirect Use Geothermal Business

Article 20
(1) Kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung meliputi:
(1) Indirect Use Geothermal business shall include:
a. Eksplorasi; a. Exploration;
b. Eksploitasi; dan b. Exploitation; and
c. pemanfaatan. c. utilization.
17
(2) Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi wajib
melakukan Eksplorasi, Eksploitasi, dan
pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pada Wilayah Kerjanya.
(2) A Geothermal Permit holding Entity must
conduct Exploration, Exploitation, and
utilization as intended by section (1) within its
Working Area.
(3) Kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
terpadu atau secara terpisah.
(3) Indirect Use Geothermal business as intended
by section (1) shall be conducted in an
integrated or separate manner.
Penjelasan Pasal 20 (3): Elucidation of Article 20 (3):
Yang dimaksud dengan pengusahaan Panas Bumi
secara terpadu adalah kegiatan yang meliputi
Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan yang
dilakukan oleh Badan Usaha.
Integrated Geothermal business means an
activity that includes Exploration, Exploitation, and
utilization that are conducted by an Entity.
Yang dimaksud dengan pengusahaan Panas Bumi
secara terpisah adalah Eksplorasi yang dilakukan
oleh Pemerintah.
Separate Geothermal business means
Exploration that is conducted by the Government.
(4) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c untuk pembangkitan tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri atau kepentingan
umum dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Utilization as intended by section (1) point (c)
for captive or public power generation shall be
conducted under the laws and regulations.
Pasal 21 Article 21
Dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Badan
Usaha pemegang Izin Panas Bumi harus mengikuti
kaidah keteknikan, keuangan, dan pengelolaan yang
sesuai dengan standar nasional serta menjunjung
tinggi etika bisnis.
In the conduct of Indirect Use Geothermal business
as intended by Article 20, a Geothermal Permit
holding Entity must use engineering, financial and
management practices within the national standard
and must hold the business ethics paramount.
Pasal 22 Article 22
(1) Harga energi Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung ditetapkan oleh Pemerintah
dengan mempertimbangkan harga
keekonomian.
(1) Indirect Use Geothermal prices shall be
determined by the Government with due regard
to the economic price.
Penjelasan Pasal 22 (1): Elucidation of Article 22 (1):
Harga energi Panas Bumi dalam ketentuan ini
berupa harga uap dan harga listrik.
Geothermal prices are in this case the steam price
and the electricity price.
(2) Ketentuan mengenai tata cara penetapan harga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(2) The provisions for the pricing procedures as
intended by section (1) shall be governed by
Regulation of the Government.



18
Paragraf 3
Izin Panas Bumi
Pasal 23
Paragraph 3
Geothermal Permits
Article 23
(1) Badan Usaha yang melakukan pengusahaan
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf b wajib terlebih dahulu
memiliki Izin Panas Bumi.
(1) An Entity that is engaged in Indirect Use
Geothermal business as intended by Article 9
section (1) point (b) must first hold a
Geothermal Permit.
(2) Izin Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh Menteri kepada Badan
Usaha berdasarkan hasil penawaran Wilayah
Kerja.
(2) A Geothermal Permit as intended by section (1)
shall be issued by the Minister to an Entity
upon a bid result of Working Areas.
Pasal 24 Article 24
(1) Izin Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) harus memuat ketentuan
paling sedikit:
(1) A Geothermal Permit as intended by Article 23
section (2) must contain at least the following
items:
a. nama Badan Usaha; a. name of Entity;
b. nomor pokok wajib pajak Badan Usaha; b. corporate taxpayer ID number;
c. jenis kegiatan pengusahaan; c. line of business;
d. jangka waktu berlakunya Izin Panas Bumi; d. validity period of Geothermal Permit;
e. hak dan kewajiban pemegang Izin Panas
Bumi;
e. rights and obligations of Geothermal
Permit holder;
f. Wilayah Kerja; dan f. Working Area; and
g. tahapan pengembalian Wilayah Kerja. g. staged reversion of Working Area.
(2) Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Tidak Langsung berada di
Kawasan Hutan, pemegang Izin Panas Bumi
wajib:
(2) Where Indirect Use Geothermal business is
conducted in the Forest Area, the Geothermal
Permit holder must:
a. mendapatkan: a. acquire:
1. izin pinjam pakai untuk menggunakan
Kawasan Hutan produksi atau
Kawasan Hutan lindung; atau
1. a lend-use permit for use of production
Forest Area or protection Forest Area;
or
2. izin untuk memanfaatkan Kawasan
Hutan konservasi,
2. a permit for use of conservation Forest
Area,
dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kehutanan;
dan
from the minister administering
governmental affairs in the field of
forestry; and
b. melaksanakan kegiatan pengusahaan Panas b. conduct Geothermal business activities
19
Bumi dengan memperhatikan tujuan utama
pengelolaan hutan lestari sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
with due regard to the main purpose of the
sustainable forest management under the
laws and regulations.
Penjelasan Pasal 24 (2) (b): Elucidation Article 24 (2) (b):
Pengelolaan hutan lestari dilakukan sesuai dengan
fungsi hutan yang meliputi:
a. hutan produksi untuk kelestarian hasil hutan;

b. hutan lindung untuk fungsi perlindungan tata
air; dan
c. hutan konservasi untuk kelestarian
keanekaragaman hayati.
The sustainable forest is managed according to the
functions of forest including:
a. production forest for sustainable forest
products;
b. protection forest for water regulation; and

c. conservation forest for sustainable
biodiversity.
(3) Izin memanfaatkan kawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 2
dilakukan melalui izin pemanfaatan jasa
lingkungan.
(3) A permit for use of area as intended by section
(2) point (a) (2) shall be issued through an
environmental use permit.
Penjelasan Pasal 24 (3): Elucidation Article 24 (3):
Yang dimaksud dengan izin pemanfaatan jasa
lingkungan adalah izin yang diperoleh dari
pemanfaatan kondisi lingkungan dalam Kawasan
Hutan konservasi, antara lain dalam bentuk potensi
ekosistem dari Panas Bumi.
Environmental use permit means a permit that is
issued for using environment condition in the
conservation Forest Area, such as, inter alia,
Geothermal ecosystem potential.
Pasal 25 Article 25
Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung berada pada wilayah
konservasi di perairan, pemegang Izin Panas Bumi
wajib mendapatkan izin dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kelautan.
Where Indirect Use Geothermal business is
conducted in the waters conservation area, the
Geothermal Permit holder must acquire permission
from the minister administering governmental
affairs in the field of marine affairs.
Pasal 26 Article 26
(1) Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi wajib
menggunakan izin sesuai dengan
peruntukannya.
(1) A Geothermal Permit holding Entity must use
the permit within the allocated zone.
(2) Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi wajib
mengembalikan secara bertahap sebagian atau
seluruh Wilayah Kerja kepada Pemerintah.
(2) A Geothermal Permit holding Entity must have
the whole or any part of the Working Area
reverting to the Government in stages.
Pasal 27 Article 27
(1) Izin Panas Bumi dilarang dialihkan kepada
Badan Usaha lain.
(1) No Geothermal Permit shall be transferred to
another Entity.
(2) Pemegang Izin Panas Bumi dapat mengalihkan
kepemilikan saham di bursa Indonesia setelah
selesai melakukan Eksplorasi.
(2) A Geothermal Permit holder may transfer
his/her shareholdings on the stock exchange in
Indonesia upon completion of Exploration.
(3) Pengalihan kepemilikan saham sebagaimana (3) Transfer of shareholdings as intended by
20
dimaksud pada ayat (2) wajib mendapat
persetujuan Menteri.
section (2) must acquire approval from the
Minister.
Pasal 28 Article 28
Pemerintah dalam melakukan Eksplorasi,
Eksploitasi, dan/atau pemanfaatan dapat menugasi
badan layanan umum atau badan usaha milik negara
yang berusaha di bidang Panas Bumi.
The Government may, in the conduct of
Exploration, Exploitation, and/or utilization, assign
a public service agency or state-owned entity that is
engaged in Geothermal business.
Pasal 29 Article 29
(1) Izin Panas Bumi memiliki jangka waktu paling
lama 37 (tiga puluh tujuh) tahun.
(1) A Geothermal Permit shall be valid for a time
period of not to exceed 37 (thirty-seven) years.
(2) Menteri dapat memberikan perpanjangan Izin
Panas Bumi untuk jangka waktu paling lama 20
(dua puluh) tahun setiap kali perpanjangan.
(2) The Minister may renew a Geothermal Permit
for a time period of not to exceed 20 (twenty)
years for each renewal.
(3) Pemegang Izin Panas Bumi dapat mengajukan
perpanjangan Izin Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling cepat 5 (lima)
tahun dan paling lambat 3 (tiga) tahun sebelum
Izin Panas Bumi berakhir.
(3) A Geothermal Permit holder may apply for
renewal of the Geothermal Permit as intended
by section (2) no earlier than 5 (five) years and
within 3 (three) years prior to expiration of the
Geothermal Permit.
(4) Menteri wajib memberikan persetujuan atau
penolakan terhadap permohonan perpanjangan
Izin Panas Bumi paling lambat 1 (satu) tahun
sejak persyaratan permohonan diajukan secara
lengkap.
(4) The Minister must give approval or rejection of
the application for renewal of the Geothermal
Permit within 1 (one) year upon the required
documentation being completely submitted.
Pasal 30 Article 30
Izin Panas Bumi diberikan untuk melakukan
Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan.
A Geothermal Permit shall be issued for
Exploration, Exploitation, and utilization.
Pasal 31 Article 31
(1) Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 memiliki jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun sejak Izin Panas Bumi diterbitkan dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali, masing-masing
selama 1 (satu) tahun.
(1) Exploration as intended by Article 30 shall
have a time period of not to exceed 5 (five)
years upon the Geothermal Permit being issued
and is renewable 2 (two) times, each for a time
period of 1 (one) year.
(2) J angka waktu Eksplorasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) termasuk untuk
kegiatan Studi Kelayakan.
(2) A time period of Exploration as intended by
section (1) shall include the Feasibility Study.
(3) Sebelum melakukan pengeboran sumur
Eksplorasi, pemegang Izin Panas Bumi wajib
memiliki izin lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
(3) A Geothermal Permit holder must, prior to the
Exploration well drilling, hold an
environmental permit under the laws and
regulations in the field of the protection and
management of the environment.
21
Pasal 32 Article 32
(1) Eksploitasi dan pemanfaatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 memiliki jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
Studi Kelayakan disetujui oleh Menteri.
(1) Exploitation and utilization as intended by
Article 30 shall be valid for a time period of not
to exceed 30 (thirty) years upon the Feasibility
Study being approved by the Minister.
(2) Sebelum melakukan Eksploitasi dan
pemanfaatan, pemegang Izin Panas Bumi
wajib:
(2) A Geothermal Permit holder must, prior to
conducting Exploitation and utilization:
a. memiliki izin lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang termasuk dalam
Studi Kelayakan; dan
a. hold an environmental permit under the
laws and regulations concerning the
protection and management of the
environment, including the Feasibility
Study; and
b. menyampaikan hasil Studi Kelayakan
kepada Menteri untuk mendapatkan
persetujuan.
b. submit the findings of the Feasibility Study
to the Minister for approval.
Pasal 33 Article 33
Izin Panas Bumi berakhir karena: A Geothermal Permit shall terminate upon:
a. habis masa berlakunya; a. expiration [of the validity period];
Penjelasan Pasal 33 (a): Elucidation of Article 33 (a):
Yang dimaksud dengan masa berlakunya adalah
masa yang diberikan untuk Izin Panas Bumi
termasuk perpanjangannya.
Validity period means the time period granted in
the Geothermal Permit including its renewal.
b. dikembalikan; b. reversion;
c. dicabut; atau c. revocation; or
d. dibatalkan. d. cancellation.
Pasal 34 Article 34
Izin Panas Bumi berakhir karena habis masa
berlakunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
huruf a jika:
A Geothermal Permit shall terminate upon
expiration as intended by Article 33 point (a) where:
a. permohonan perpanjangan Izin Panas Bumi
tidak diajukan; atau
a. no application for renewal of a Geothermal
Permit is filed; or
b. permohonan perpanjangan Izin Panas Bumi
diajukan tetapi ditolak.
b. application for renewal of a Geothermal Permit
is filed but rejected.
Pasal 35 Article 35
(1) Izin Panas Bumi berakhir karena dikembalikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b
dilakukan melalui permohonan tertulis dari
pemegang Izin Panas Bumi kepada Menteri
(1) A Geothermal Permit shall terminate upon
reversion as intended by Article 33 point (b)
through a written application by the
Geothermal Permit holder to the Minister for
22
disertai alasan yang jelas. particular reason.
(2) Pengembalian Izin Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
disetujui oleh Menteri.
(2) Reversion of the Geothermal Permit as
intended by section (1) shall be declared to be
lawful upon approval by the Minister.
Pasal 36 Article 36
(1) Menteri dapat mencabut Izin Panas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c
jika pemegang Izin Panas Bumi:
(1) The Minister may revoke a Geothermal Permit
as intended by Article 33 point (c) where the
Geothermal Permit holder:
a. melakukan pelanggaran terhadap salah satu
ketentuan yang tercantum dalam Izin Panas
Bumi; dan/atau
a. has committed a breach of any of the terms
of the Geothermal Permit; and/or
b. tidak memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. fails to comply with the laws and
regulations.
(2) Sebelum melaksanakan pencabutan Izin Panas
Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri terlebih dahulu memberikan
kesempatan dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan kepada pemegang Izin Panas Bumi untuk
memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
(2) The Minister shall, prior to revoking a
Geothermal Permit as intended by section (1),
first allow 6 (six) months to the Geothermal
Permit holder to comply with the
terms/provisions in place.
Pasal 37 Article 37
Menteri dapat membatalkan Izin Panas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d jika:
The Minister may cancel a Geothermal Permit as
intended by Article 33 point (d) where:
a. pemegang Izin Panas Bumi memberikan data,
informasi, atau keterangan yang tidak benar
dalam permohonan; atau
a. the Geothermal Permit holder is found to have
provided incorrect/untrue data, information, or
description in the application; or
b. Izin Panas Bumi dinyatakan batal berdasarkan
putusan pengadilan.
b. The Geothermal permit is adjudicated to be
cancelled by a court decision.
Pasal 38 Article 38
(1) Dalam hal Izin Panas Bumi berakhir karena
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,
pemegang Izin Panas Bumi wajib memenuhi
dan menyelesaikan segala kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(1) Where a Geothermal Permit terminates for
reason as intended by Article 33, the
Geothermal Permit holder must fulfill and settle
any obligations under the laws and regulations.
(2) Kewajiban pemegang Izin Panas Bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan telah terpenuhi setelah mendapatkan
persetujuan dari Menteri.
(2) Obligations of a Geothermal Permit holder as
intended by section (1) are declared to be
fulfilled upon approval from the Minister.
(3) Menteri menetapkan persetujuan pengakhiran
Izin Panas Bumi setelah pemegang Izin Panas
Bumi melaksanakan pemulihan fungsi
(3) The Minister shall issue approval for
termination of a Geothermal Permit upon the
Geothermal Permit holder restoring the
23
lingkungan di Wilayah Kerjanya serta
kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
environmental functions around his/her
Working Area and fulfilling other obligations
as intended by section (1).
Pasal 39 Article 39
Ketentuan lebih lanjut mengenai Izin Panas Bumi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Ancillary provisions for Geothermal Permits shall
be governed by Regulation of the Government.
Penjelasan Pasal 39: Elucidation of Article 39:
Dalam Peraturan Pemerintah diatur mengenai:
a. pengembalian Wilayah Kerja secara bertahap;
b. Eksplorasi, Eksploitasi, dan/atau pemanfaatan
yang dilakukan oleh Pemerintah;
c. Studi Kelayakan serta persetujuan Studi
Kelayakan; dan
d. syarat dan tata cara permohonan dan
penyerahan Izin Panas Bumi.
Regulation of the Government provides further:
a. staged reversion of Working Area;
b. Exploration, Exploitation, and/or utilization
conducted by the Government;
c. Feasibility Study and approval of Feasibility
Study; and
d. requirements and procedures for application
and delivery of a Geothermal Permit.
Paragraf 4
Sanksi Administratif
Pasal 40
Paragraph 4
Administrative Sanctions
Article 40
(1) Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi yang
tidak memenuhi atau melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2),
Pasal 27 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 31 ayat (3),
dan/atau Pasal 32 ayat (2) dikenai sanksi
administratif.
(1) An Entity holding a Geothermal Permit failing
to fulfill or committing a breach of the
provisions of Article 26 section (2), Article 27
section (1) and section (3), Article 31 section
(3), and/or Article 32 section (2) shall be
imposed administrative sanctions.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
(2) Administrative sanctions as intended by section
(1) shall be in the form of:
a. peringatan tertulis; a. written warnings;
b. penghentian sementara seluruh kegiatan
Eksplorasi, Eksploitasi, atau pemanfaatan;
dan/atau
b. suspension of all of the Exploration,
Exploitation, or utilization activities;
and/or
c. pencabutan Izin Panas Bumi. c. revocation of Geothermal Permits.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Ancillary provisions for the procedures for
imposition of administrative sanctions as
intended by section (1) and section (2) shall be
governed by Regulation of the Government.
BAB IV
PENGGUNAAN LAHAN
Pasal 41
CHAPTER IV
USE OF LAND
Article 41
Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi hak atas
tanah permukaan bumi.
Working Area tenure shall not include surface land
tenure.
24
Pasal 42 Article 42
(1) Dalam hal akan menggunakan bidang-bidang
tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat,
dan/atau Kawasan Hutan di dalam Wilayah
Kerja, pemegang Izin Pemanfaatan Langsung
atau pemegang Izin Panas Bumi harus terlebih
dahulu melakukan penyelesaian penggunaan
lahan dengan pemakai tanah di atas tanah
negara atau pemegang hak atau izin di bidang
kehutanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1) In case of using any parcels of state land, land
tenure, communal land, and/or Forest Area in
the Working Area, the Direct Use Permit holder
or the Geothermal Permit holder must first
settle the use of land with the state land users or
the forest tenure or permit holders under the
laws and regulations.
(2) Dalam hal Menteri melakukan Eksplorasi untuk
menetapkan Wilayah Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), sebelum
melakukan Eksplorasi, Menteri melakukan
penyelesaian penggunaan lahan dengan
pemakai tanah di atas tanah negara atau
pemegang hak atau izin di bidang kehutanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) The Minister shall, prior to the conduct of
Exploration to determine Working Areas as
intended by Article 17 section (1), settle the use
of land with the state land users or the forest
tenure or permit holders under the laws and
regulations.
(3) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan secara musyawarah
dan mufakat dengan cara jual beli, tukar-
menukar, ganti rugi yang layak, pengakuan atau
bentuk penggantian lain kepada pemakai tanah
di atas tanah negara atau pemegang hak.
(3) The settlement as intended by section (1) and
section (2) shall be made by deliberation to
reach a consensus by purchase, swap,
reasonable compensation, recognition or any
other form of compensation to the tenure
holders or the state land users.
(4) Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi
dilakukan oleh badan usaha milik negara yang
mendapat penugasan khusus dari Pemerintah,
penyediaan tanah dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Where Geothermal business is conducted by a
state-owned entity specifically assigned by the
Government, land for which shall be made
available under the laws and regulations.
Pasal 43 Article 43
(1) Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung atau
Pemegang Izin Panas Bumi sebelum
melakukan pengusahaan Panas Bumi di atas
tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat,
dan/atau Kawasan Hutan harus:
(1) A Direct Use Permit holder or Geothermal
Permit holder must, prior to the conduct of
Geothermal business on the state land, land
tenure, communal land, and/or Forest Areas:
a. memperlihatkan: a. produce:
1. Izin Pemanfaatan Langsung atau
salinan yang sah; atau
1. a Direct Use Permit or its certified
copy; or
2. Izin Panas Bumi atau salinan yang
sah;
2. a Geothermal Permit or its certified
copy;
b. memberitahukan maksud dan tempat b. convey the objectives and the affected
location where such business is to be
25
kegiatan yang akan dilakukan; dan conducted; and
c. melakukan penyelesaian atau jaminan
penyelesaian yang disetujui oleh pemakai
tanah di atas tanah negara dan/atau
pemegang hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42.
c. make settlement or give settlement
guarantee agreed upon by the state land
users and/or tenure holders as intended by
Article 42.
(2) J ika pemegang Izin Pemanfaatan Langsung
atau pemegang Izin Panas Bumi telah
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemakai tanah di atas tanah
negara dan/atau pemegang hak wajib
mengizinkan pemegang Izin Pemanfaatan
Langsung atau pemegang Izin Panas Bumi
untuk melaksanakan pengusahaan Panas Bumi
di atas tanah yang bersangkutan.
(2) Upon a Direct Use Permit holder or a
Geothermal Permit holder fulfilling his/her
obligations as intended by section (1), the state
land users and/or tenure holders must allow the
Direct Use Permit holder or Geothermal Permit
holder to conduct Geothermal business on the
relevant land.
Pasal 44 Article 44
Dalam hal pemegang Izin Panas Bumi telah diberi
Wilayah Kerja terhadap bidang tanah yang
dipergunakan langsung untuk pengusahaan Panas
Bumi dan area pengamanannya, pemegang Izin
Panas Bumi diberi hak pakai atas tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Where a Geothermal Permit holder is authorized a
Working Area, the parcel of land directly used by
the permit holder for Geothermal business along
with its security area shall be attached the right of
use in land under the laws and regulations.
Pasal 45 Article 45
Penyelesaian penggunaan tanah negara, hak atas
tanah, tanah ulayat, dan/atau Kawasan Hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
The use of state land, land tenure, communal land,
and/or Forest Areas as intended by Article 42 shall
be settled under the laws and regulations.
Pasal 46 Article 46
Setiap Orang dilarang menghalangi atau merintangi
pengusahaan Panas Bumi yang telah memegang:
No Person shall inhibit or prevent Geothermal
business already holding:
a. Izin Pemanfaatan Langsung; atau a. a Direct Use Permit; or
b. Izin Panas Bumi b. a Geothermal Permit
dan telah menyelesaikan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42.
and fulfilling obligations as intended by Article 42,
from occurring.
Penjelasan Pasal 46: Elucidation of Article 46:
Yang dimaksud dengan menghalangi atau
merintangi pengusahaan Panas Bumi adalah
segala bentuk tindakan yang menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat
menimbulkan kerugian secara materiil.

Inhibit or prevent Geothermal business means
any use of force or violence threat that may result
in material loss.
26
BAB V
HAK DAN KEWAJ IBAN
Bagian Kesatu
Hak Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung
Pasal 47
CHAPTER V
RIGHTS AND OBLIGATIONS
Part One
Rights of Direct Use Permit Holders
Article 47
Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung berhak
melakukan pengusahaan Panas Bumi sesuai dengan
izin yang diberikan.
A Direct Use Permit holder shall have the right to
engage in a Geothermal business as the permit
allows.
Bagian Kedua
Kewajiban Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung
Pasal 48
Part Two
Obligations of Direct Use Permit Holders
Article 48
Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung wajib: A Direct Use Permit holder must:
a. memahami dan menaati peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja serta perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan memenuhi standar yang
berlaku;
a. be cognizant of and abide by the laws and
regulation concerning the occupational safety
and health and the protection and management
of the environment, and meet the prevailing
standards;
b. melakukan pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan fungsi lingkungan hidup;
b. control the environmental pollution and/or
damage, including prevent, mitigate, and
restore the environmental functions;
c. menyampaikan rencana kerja dan rencana
anggaran kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya; dan
c. submit working plans and budget plans to the
competent Minister, governor, or regent/mayor;
and
d. menyampaikan laporan tertulis secara berkala
atas pelaksanaan rencana kerja dan rencana
anggaran serta kegiatan pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
d. submit a written report on the implementation
of the working plans and budget plans and
Direct Use Geothermal business activities
periodically to the competent Minister,
governor, or regent/ mayor.
Pasal 49 Article 49
(1) Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung wajib
memenuhi kewajiban berupa:
(1) A Direct Use Geothermal holder must fulfill
his/her obligations in the form of:
a. iuran produksi; a. production royalties;
Penjelasan Pasal 49 (1) (a): Elucidation of Article 49 (1) (a):
Yang dimaksud dengan iuran produksi adalah
iuran yang dibayarkan kepada negara berupa
penerimaan negara bukan pajak atas hasil yang
diperoleh dari usaha Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung.
Production royalty means a royalty that is made
payable to the state in the form of non-tax state
revenues for proceeds that are gained from Direct
Use Geothermal business.
27
b. pajak daerah; dan b. regional taxes; and
c. retribusi daerah. c. regional charges.
(2) Kewajiban pemenuhan pajak daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Obligations to pay regional taxes as intended
by section (1) point (b) and regional charges as
intended by section (1) point (c) shall be
exercised under the laws and regulations.
Pasal 50 Article 50
(1) Setiap Orang pemegang Izin Pemanfaatan
Langsung yang tidak memenuhi atau
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf b, huruf c, huruf d,
dan/atau Pasal 49 ayat (1) dikenai sanksi
administratif.
(1) Any Direct Use Permit holding Person that fails
to fulfill or breaches the provisions of Article
48 point (b), point (c), point (d), and/or Article
49 section (1) shall be imposed administrative
sanctions.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
(2) Administrative sanctions as intended by section
(1) shall be in the form of:
a. peringatan tertulis; a. written warnings;
b. penghentian sementara seluruh kegiatan
pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung; dan/atau
b. suspension of all of the Direct Use
Geothermal business activities; and/or
c. pencabutan Izin Pemanfaatan Langsung. c. revocation of Direct Use Permits.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Ancillary provisions for the procedures for
imposition of administrative sanctions as
intended by section (1) and section (2) shall be
governed by Regulation of the Government.
Bagian Ketiga
Hak Pemegang Izin Panas Bumi
Pasal 51
Part Three
Rights of Geothermal Permit Holders
Article 51
Pemegang Izin Panas Bumi berhak: A Geothermal Permit holder shall have the right to:
a. melakukan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung yang berupa
Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan di
Wilayah Kerjanya sesuai dengan Izin Panas
Bumi yang diberikan;
a. engage in Indirect Use Geothermal business
through Exploration, Exploitation, and
utilization in his/her Working Area according
to the Geothermal Permit issued;
b. menggunakan data dan informasi selama
jangka waktu berlakunya Izin Panas Bumi di
Wilayah Kerjanya.
b. have access to data and information during the
term of the Geothermal Permit in his/her
Working Area.

28
Bagian Keempat
Kewajiban Pemegang Izin Panas Bumi
Pasal 52
Part Four
Obligations of Geothermal Permit Holders
Article 52
(1) Pemegang Izin Panas Bumi wajib: (1) A Geothermal Permit Holder must:
a. memahami dan menaati peraturan
perundang-undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja serta
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dan memenuhi standar yang berlaku;
a. be cognizant of and abide by the laws and
regulation concerning the occupational
safety and health and the protection and
management of the environment, and meet
the prevailing standards;
b. melakukan pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi kegiatan pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan fungsi
lingkungan hidup;
b. control the environmental pollution and/or
damage, including prevent, mitigate, and
restore the environmental functions;
c. melaksanakan Eksplorasi, Eksploitasi, dan
pemanfaatan sesuai dengan kaidah teknis
yang baik dan benar;
c. conduct Exploration, Exploitation, and
utilization according to the good
engineering practices;
d. mengutamakan pemanfaatan barang, jasa,
serta kemampuan rekayasa dan rancang
bangun dalam negeri secara transparan dan
bersaing;
d. give preference to utilization of domestic
goods, services, and engineering and
design and build in a transparent and
competitive manner;
e. memberikan dukungan terhadap kegiatan
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Panas Bumi;
e. encourage research and development of
Geothermal science and technology;
f. memberikan dukungan terhadap kegiatan
penciptaan, pengembangan kompetensi,
dan pembinaan sumber daya manusia di
bidang Panas Bumi;
f. encourage creation, competency
development, and human resources
development in the field of Geothermal
Energy;
g. melaksanakan program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat setempat;
g. institute a local community development
and empowerment program;
h. menyampaikan rencana jangka panjang
Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan
kepada Menteri yang mencakup rencana
kegiatan dan rencana anggaran serta
menyampaikan besarnya cadangan;
h. submit a long-term plan of Exploration,
Exploitation, and utilization to the
Minister, including the activity plans and
budget plans, and reserve quantity;
Penjelasan Pasal 52 (1) (h): Elucidation of Article 52 (1) (h):
Penyampaian rencana kegiatan jangka panjang
bersifat memberikan informasi dimaksudkan untuk
menyelaraskannya dengan program pembangunan
jangka panjang Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, termasuk jumlah investasi.
Submission of a long-term plan is to provide
information aiming to conform to the long term
development program(s) of the Government and the
Regional Governments, including the investments.
i. menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan dengan memperhatikan itikad
i. maintain books or records in good faith
and reflecting the actual business condition
29
baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya; dan
and activities; and
j. menyampaikan laporan tertulis
pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung kepada
Menteri secara berkala atas:
j. submit a written report on the Indirect Use
Geothermal business to the Minister
periodically with respect to:
1. rencana kerja dan rencana anggaran;
dan
1. the working plans and budget plans;
and
2. realisasi pelaksanaan rencana kerja
dan rencana anggaran.
2. the realization of working plans and
budget plans.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
pemegang Izin Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
(2) Ancillary provisions for obligations of
Geothermal Permit holders as intended by
section (1) shall be governed by Regulation of
the Government.
Pasal 53 Article 53
(1) Pemegang Izin Panas Bumi wajib memberikan
bonus produksi kepada Pemerintah Daerah
yang wilayah administratifnya meliputi
Wilayah Kerja yang bersangkutan berdasarkan
persentase tertentu dari pendapatan kotor sejak
unit pertama berproduksi secara komersial.
(1) A Geothermal Permit holder must give
production bonuses to the Regional
Governments with administrative jurisdiction
over the relevant Working Area on a specific
percentage basis of the gross income since the
first units commercial production.
Penjelasan Pasal 53 (1): Elucidation of Article 53 (1):
Yang dimaksud dengan Wilayah Kerja yang
bersangkutan adalah Wilayah Kerja yang terdapat
kegiatan pengusahaan Panas Bumi.
The relevant Working Area means the Working
Area where Geothermal business is conducted.
(2) Ketentuan mengenai besaran dan tata cara
pemberian bonus produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) The provisions for the amount and procedures
for giving production bonuses as intended by
section (1) shall be governed by Regulation of
the Government.
Penjelasan Pasal 53 (2): Elucidation of Article 53 (2):
Dalam ketentuan lebih lanjut diatur mengenai
penetapan besaran, tata cara penyetoran dan bagi
hasil, serta tata cara penghitungan bonus produksi.
Regulation of the Government provides further
bonus charging, procedures for payment and profit
sharing, as well as method of production bonus
calculation.
Besaran bonus produksi ditetapkan antara lain
dengan mempertimbangkan keekonomiannya.
The production bonus amount is determined in
consideration of, inter alia, its economies.
Pasal 54 Article 54
(1) Pemegang Izin Panas Bumi wajib memenuhi
kewajiban berupa pendapatan negara dan
pendapatan daerah.
(1) A Geothermal Permit holder must fulfill
obligations to state income and regional
income.
(2) Pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas penerimaan pajak dan
penerimaan negara bukan pajak.
(2) State income as intended by section (1) shall
include tax revenues and nontax state revenues.
30
(3) Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas pajak yang menjadi
kewenangan Pemerintah, bea masuk, dan pajak
dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Tax revenues as intended by section (2) shall
include taxes within the authority of the
Government, import duties, and import taxes
under the laws and regulations.
(4) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
(4) Nontax state revenues as intended by section
(2) shall include:
a. iuran tetap; a. dead rents;
Penjelasan Pasal 54 (4) (a): Elucidation of Article 54 (4) (a):
Yang dimaksud dengan iuran tetap adalah iuran
yang dibayarkan kepada negara sebagai imbalan
atas kesempatan Eksplorasi dan Eksploitasi pada
suatu Wilayah Kerja.
Dead rent means a rent that is made payable to
the state in return for access to Exploration and
Exploitation in the Working Area.
b. iuran produksi; dan b. production royalties; and
Penjelasan Pasal 54 (4) (b): Elucidation of Article 54 (4) (b):
Yang dimaksud dengan iuran produksi adalah
iuran yang dibayarkan kepada negara atas hasil
yang diperoleh dari pengusahaan Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.
Production royalty means a royalty that is made
payable to the state for proceeds that are gained
from Indirect Use Geothermal business.
c. pungutan negara lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. other states collections under the laws and
regulations.
Penjelasan Pasal 54 (4) (c): Elucidation of Article 54 (4) (c):
Pungutan negara lainnya, antara lain, berupa jasa
pendidikan dan pelatihan serta jasa penelitian dan
pengembangan.
Other states collections are, inter alia, education
and training services as well as research and
development services.
(5) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
(5) Regional income as intended by section (1)
shall include:
a. pajak daerah; a. regional taxes;
b. retribusi daerah; dan b. regional charges; and
c. pendapatan lain yang sah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. other lawful income under the laws and
regulations.
(6) J enis dan tarif atas jenis penerimaan negara
bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) serta pendapatan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a dan huruf b
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Classification and tariffs of items of non-tax
state revenues as intended by section (4) and
regional income as intended by section (5)
point (a) and point (b) shall be implemented
under the laws and regulations.
Pasal 55 Article 55
Pemerintah dapat memberikan kemudahan fiskal
dan nonfiskal kepada Badan Usaha untuk
mengembangkan dan memanfaatkan Panas Bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
The Government shall provide fiscal and nonfiscal
facilities to Entities for development and utilization
of Geothermal Energy under the laws and
regulations.
31
undangan.
Penjelasan Pasal 55: Elucidation of Article 55:
Kemudahan fiskal dapat berupa fasilitas pajak
dan/atau bea masuk.
Fiscal facilities may be in the form of tax and/or
import duty facilities.
Kemudahan nonfiskal dapat berupa pemberian
jaminan kelayakan usaha dari Pemerintah dan
perlakuan khusus untuk pengembangan Panas
Bumi.
Nonfiscal facilities may be in the form of the
provision of business feasibility guarantees by the
Government and special treatment for development
of Geothermal Energy.
Pasal 56 Article 56
(1) Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi yang
tidak memenuhi atau melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1)
huruf b, huruf c, huruf d, huruf g, huruf h, huruf
i, dan huruf j, Pasal 53 ayat (1), dan/atau Pasal
54 ayat (1) dan ayat (4) dikenai sanksi
administratif.
(1) A Geothermal Permit holding Entity that fails
to comply with or breaches the provisions of
Article 52 section (1) point (b), point (c), point
(d), point (g), point (h), point (i), and point (j),
Article 53 section (1), and/or Article 54 section
(1) and section (4) shall be imposed
administrative sanctions.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
(2) Administrative sanctions as intended by section
(1) shall be in the form of:
a. peringatan tertulis; a. written warnings;
b. penghentian sementara seluruh kegiatan
Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan;
dan/atau
b. suspension of all of the Exploration,
Exploitation, or utilization activities;
and/or
c. pencabutan Izin Panas Bumi. c. revocation of Geothermal Permits.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Ancillary provisions for the procedures for
imposition of administrative sanctions as
intended by section (1) and section (2) shall be
governed by Regulation of the Government.
BAB VI
DATA DAN INFORMASI
Pasal 57
CHAPTER VI
DATA AND INFORMATION
Article 57
(1) Semua data dan informasi yang diperoleh dari
kegiatan penyelenggaraan Panas Bumi
merupakan milik negara yang pengaturan
pemanfaatannya dilakukan oleh Pemerintah.
(1) All data and information obtained from the
conduct of Geothermal Energy activities shall
be the property of the state, of which their
utilization shall be organized by the
Government.
(2) Setiap Orang dilarang mengirim, menyerahkan,
dan/atau memindahtangankan data dan
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tanpa izin Pemerintah.
(2) Any Person is prohibited from sending,
delivering, and/or transferring data and
information as intended by section (1) without
permission of the Government.
Pasal 58 Article 58
Ketentuan mengenai penyerahan, pengelolaan, dan Provisions for delivery, management, and utilization
32
pemanfaatan data dan informasi diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
of data and information shall be governed by
Regulation of the Government.
Penjelasan Pasal 58: Elucidation of Article 58:
Dalam ketentuan lebih lanjut diatur mengenai data
dan informasi yang tidak boleh dimiliki, disimpan,
dan/atau diserahkan serta dialihkan kepada pihak
lain tanpa izin Pemerintah.
Regulation of the Government provides further that
no data and information may be held, stored,
and/or delivered as well as transferred to another
party without permission of the Government.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 59
CHAPTER VII
DIRECTION AND SUPERVISION
Article 59
(1) Menteri melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
(1) The Minister shall set direction and supervision
of Direct Use Geothermal business assigned to
the provincial governments and the district/city
governments.
(2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung yang dilaksanakan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
(2) The Minister may delegate to the governors to
set direction and supervision of the conduct of
Direct Use Geothermal business assigned to the
district/city governments.
Pasal 60 Article 60
(1) Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya melakukan pembinaan
dan pengawasan atas pelaksanaan pengusahaan
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang
dilakukan oleh pemegang Izin Pemanfaatan
Langsung.
(1) The competent Minister, governors, or
regents/mayors shall set direction and
supervision of the conduct of Direct Use
Geothermal business assigned to Direct Use
Permit holders.
(2) Gubernur dan bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya wajib melaporkan pelaksanaan
penyelenggaraan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung setiap tahun kepada
Menteri.
(2) The competent governors and regents/mayors
must report on the conduct of Direct Use
Geothermal business to the Minister annually.
Pasal 61 Article 61
Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan
atas pelaksanaan pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung yang dilakukan oleh
pemegang Izin Panas Bumi.
The Minister shall set direction and supervision of
the conduct of Indirect Use Geothermal business
assigned to Geothermal Permit holders.
Pasal 62 Article 62
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (1) paling sedikit meliputi:
Direction and supervision as intended by Article 60
section (1) shall include at least:
a. keselamatan dan kesehatan kerja; dan a. occupational safety and health; and
33
b. lindungan lingkungan. b. environmental conservation;
Penjelasan Pasal 62 (b): Elucidation of Article 62 (b):
Yang dimaksud dengan lindungan lingkungan
adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau menanggulangi kerusakan di lingkungan
kerja Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung.
Environmental conservation means a systematic
and integrated effort that is made to prevent
pollution from occurring and/or to mitigate
environmental damage on the Direct Use
Geothermal site.
Pasal 63 Article 63
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 paling sedikit meliputi:
Direction and supervision as intended by Article 61
shall include at least:
a. Eksplorasi; a. Exploration;
b. Studi Kelayakan; b. Feasibility Study;
c. Eksploitasi dan pemanfaatan; c. Exploitation and utilization;
d. keuangan; d. finance;
e. pengolahan data Panas Bumi; e. processing of data on Geothermal Energy;
f. keselamatan dan kesehatan kerja; f. occupational safety and health;
g. pengelolaan lindungan lingkungan dan
reklamasi;
g. management of environmental conservation
and reclamations;
Penjelasan Pasal 63 (g): Elucidation of Article 63 (g):
Yang dimaksud dengan pengelolaan lindungan
lingkungan adalah upaya sistematis dan terpadu
untuk mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
penanganan kerusakan di lingkungan kerja Panas
Bumi yang disebabkan oleh kegiatan usaha Panas
Bumi, antara lain pembukaan lahan, pekerjaan
infrastruktur, pekerjaan konstruksi, dan kegiatan
pengeboran.
Management of environmental conservation
means a systematic and integrated effort to prevent
pollution from occurring and/or to handle
environmental damage on the Geothermal site
resulting from Geothermal business activities, such
as, inter alia, land clearing, infrastructure works,
construction works, and drilling.
Yang dimaksud dengan reklamasi adalah
kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat
kegiatan usaha Panas Bumi agar dapat berfungsi
dan berdaya guna sesuai dengan peruntukannya.
Reclamation means an activity that aims to
restore or organize the affected land resulting from
Geothermal business activities to enable it to
function and become efficient according to its
allocated zone.
h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun
dalam negeri;
h. utilization of domestic goods, services,
technology, and engineering and design and
build;
i. pengembangan tenaga kerja Indonesia; i. development of Indonesian workers;
j. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
j. development and empowerment of local
community;
k. penguasaan, pengembangan, dan penerapan
teknologi Panas Bumi;
k. mastery, development, and application of
Geothermal technology;
34
1. penerapan kaidah keteknikan yang baik dan
benar; dan
l. application of good engineering practices; and
m. kegiatan lain di bidang pengusahaan Panas
Bumi sepanjang menyangkut kepentingan
umum.
m. other activities in the field of Geothermal
business in which public interests are
concerned.
Penjelasan Pasal 63 (m): Elucidation of Article 63 (m):
Kegiatan lain di bidang pengusahaan Panas Bumi
antara lain berupa pembuatan infrastruktur jalan,
irigasi, dan pembibitan pohon untuk penghijauan
kembali, serta kegiatan yang terkait dengan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Other activities in the field of Geothermal business
are, inter alia, road infrastructure works,
irrigation, and reforesting tree seeding, as well as
activities in connection with the social
responsibility of the company.
Pasal 64 Article 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Ancillary provisions for direction and supervision
shall be governed by Regulation of the Government.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 65
CHAPTER VIII
PUBLIC PARTICIPATION
Article 65
(1) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Panas
Bumi, masyarakat mempunyai peran serta
untuk:
(1) Geothermal activities shall be established with
the participation of the public in:
a. menjaga, melindungi, dan memelihara
kelestarian wilayah kegiatan pengusahaan
Panas Bumi; dan
a. the maintenance, protection, and
preservation of the sustainability of the
Geothermal activity areas; and
b. menyampaikan laporan terjadinya bahaya,
pencemaran, dan/atau perusakan
lingkungan di wilayah kegiatan
pengusahaan Panas Bumi.
b. the delivery of reports on environmental
hazard, pollution, and/or damage in the
Geothermal activity areas.
(2) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Panas
Bumi masyarakat berhak untuk:
(2) Geothermal activities shall be established with
the public having the rights to:
a. memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pengusahaan Panas Bumi melalui
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya;
a. have access to information on Geothermal
business in the competent Government or
Regional Governments;
b. memperoleh manfaat atas kegiatan
pengusahaan Panas Bumi melalui
kewajiban perusahaan untuk memenuhi
tanggung jawab sosial perusahaan dan/atau
pengembangan masyarakat sekitar;
b. reap the benefits from the Geothermal
business activities through companies
mandatory corporate social responsibility
and/or development of surrounding
communities;
c. memperoleh ganti rugi yang layak akibat
kesalahan dalam kegiatan pengusahaan
Panas Bumi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c. recover reasonable damages resulting from
faults in the conduct of Geothermal
business activities under the laws and
regulations; and
35
d. mengajukan gugatan kepada pengadilan
terhadap kerugian akibat kegiatan
pengusahaan Panas Bumi yang menyalahi
ketentuan.
d. file a claim with the court for damage
resulting from the conduct of Geothermal
business activities in violation of any
provisions.
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 66
CHAPTER IX
INVESTIGATIONS
Article 66
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi pengusahaan Panas Bumi diberi
wewenang khusus sebagai penyidik pegawai
negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai
hukum acara pidana untuk melakukan
penyidikan sesuai dengan Undang-Undang ini.
(1) In addition to Investigators of the State Police
of the Republic of Indonesia, specific civil
service officials with the scope of duties and
responsibilities including Geothermal business
shall be specifically authorized to be civil
service investigators as intended by the law of
criminal procedure to make investigations
under this Law.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang:
(2) Civil service investigators as intended by
section (1) shall be authorized to:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran
laporan atau keterangan yang diterima
berkenaan dengan tindak pidana dalam
pengusahaan Panas Bumi;
a. make examinations of the reports or
information received about criminal acts in
Geothermal business;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang
atau badan yang diduga melakukan tindak
pidana dalam pengusahaan Panas Bumi;
b. make examinations of persons or entities
that are suspected of perpetrating criminal
acts in Geothermal business;
c. memanggil orang untuk didengar dan
diperiksa sebagai saksi atau tersangka
dalam perkara tindak pidana pengusahaan
Panas Bumi;
c. forcibly call and/or procure persons to be
heard and examined as witnesses or
suspects in criminal cases in Geothermal
business;
d. menggeledah tempat dan/atau sarana yang
diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana dalam pengusahaan Panas Bumi;
d. search places and/or facilities that are
suspected of being used to perpetrate
criminal acts in Geothermal business;
e. melakukan pemeriksaan sarana dan
prasarana pengusahaan Panas Bumi dan
menghentikan penggunaan peralatan yang
diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana;
e. make examinations of facilities and
infrastructure of Geothermal business and
cease the use of equipment that is
suspected of being used to perpetrate
criminal acts;
f. menyegel dan/atau menyita alat
pengusahaan Panas Bumi yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana sebagai
alat bukti;
f. seal and/or seize Geothermal business
instruments that are used to perpetrate
criminal acts as means of proof/evidence;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan
g. procure experts required in connection
with the examinations of criminal cases in
36
perkara tindak pidana dalam pengusahaan
Panas Bumi; dan
Geothermal business; and
h. menghentikan penyidikan perkara tindak
pidana dalam pengusahaan Panas Bumi.
h. cease investigations into criminal cases in
Geothermal business.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam
pelaksanaan penyidikan wajib berkoordinasi
dan melaporkan hasil penyidikannya kepada
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Civil service investigators as intended by
section (1) and section (2) must, in the conduct
of investigations, coordinate with and report the
findings of their investigations to the Officials
of the State Police of the Republic of Indonesia
under the laws and regulations.
(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menghentikan
penyidikannya dalam hal peristiwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
tidak terdapat cukup bukti dan/atau
peristiwanya bukan merupakan tindak pidana.
(4) Civil service investigators as intended by
section (1) must cease their investigations
where no sufficient evidence is found and/or
the occurrence of an event is not a criminal act
with respect to section (2) point (a).
(5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Authority as intended by section (2) shall be
exercised under the laws and regulations.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
CHAPTER X
PENAL PROVISIONS
Article 67
Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung tanpa Izin Pemanfaatan Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
Any Person that knowingly conducts Direct Use
Geothermal business without a Direct Use Permit as
intended by Article 11 section (2) shall be sentenced
to imprisonment of at most 2 (two) years or a fine of
at most Rp6,000,000,000 (six billion rupiah).
Pasal 68 Article 68
Setiap Orang yang memegang Izin Pemanfaatan
Langsung yang dengan sengaja melakukan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung tidak pada lokasi yang ditetapkan dalam
Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp7.000.000.000,00 (tujuh miliar rupiah).
Any Direct Use Permit holding Person that
knowingly conducts Direct Use Geothermal
business other than at the location as the Permit
allows as intended by Article 13 section (1) shall be
sentenced to imprisonment of at most 2 (two) years
and 6 (six) months or a fine of at most
Rp7,000,000,000 (seven billion rupiah).
Pasal 69 Article 69
Setiap Orang yang memegang Izin Pemanfaatan
Langsung yang dengan sengaja melakukan
Any Direct Use Permit holding Person that
knowingly conducts Geothermal business other than
37
pengusahaan Panas Bumi yang tidak sesuai dengan
peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
in accordance with the allocated zone as intended
by Article 13 section (2) shall be sentenced to
imprisonment of at most 3 (three) years or a fine of
at most Rp10,000,000,000 (ten billion rupiah).
Pasal 70 Article 70
Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi yang
dengan sengaja melakukan Eksplorasi, Eksploitasi,
dan/atau pemanfaatan bukan pada Wilayah Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp70.000.000.000,00 (tujuh puluh miliar rupiah).
A Geothermal Permit holding Entity that knowingly
conducts Exploration, Exploitation, and/or
utilization other than in the Working Area as
intended by Article 20 section (2) shall be sentenced
to imprisonment of at most 7 (seven) years or a fine
of at most Rp70,000,000,000 (seventy billion
rupiah).
Pasal 71 Article 71
Badan Usaha yang dengan sengaja melakukan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Langsung tanpa Izin Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah).
An Entity that knowingly conducts Indirect Use
Geothermal business without a Geothermal Permit
as intended by Article 23 section (1) shall be
sentenced to imprisonment of at most 6 (six) years
or a fine of at most Rp50,000,000,000 (fifty billion
rupiah).
Pasal 72 Article 72
Badan Usaha pemegang Izin Panas Bumi yang
dengan sengaja menggunakan Izin Panas Bumi
tidak sesuai dengan peruntukannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah).
A Geothermal Permit holding Entity that knowingly
uses the Geothermal Permit other than in
accordance with the allocated zone as intended by
Article 26 section (1) shall be sentenced to
imprisonment of at most 10 (ten) years or a fine of
at most Rp100,000,000,000 (one hundred billion
rupiah).
Pasal 73 Article 73
Setiap Orang yang dengan sengaja menghalangi
atau merintangi pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung terhadap pemegang Izin
Pemanfaatan Langsung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Any Person that knowingly inhibits or prevents
Direct Use Geothermal business of a Direct Use
Permit holder as intended by Article 46 point (a)
from occurring shall be sentenced to imprisonment
of at most 1 (one) year or a fine of at most
Rp100,000,000 (one hundred million rupiah).
Pasal 74 Article 74
Setiap Orang yang dengan sengaja menghalangi
atau merintangi pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung terhadap pemegang
Izin Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf b dipidana dengan pidana penjara
Any Person that knowingly inhibits or prevents
Indirect Use Geothermal business of a Geothermal
Permit holder as intended by Article 46 point (b)
from occurring shall be sentenced to imprisonment
of at most 7 (seven) years or a fine of at most
38
paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp70.000.000.000,00 (tujuh puluh
miliar rupiah).
Rp70,000,000,000 (seventy billion rupiah).
Pasal 75 Article 75
Setiap Orang yang dengan sengaja mengirim,
menyerahkan, dan/atau memindahtangankan data
dan informasi tanpa izin Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah).
Any Person that knowingly sends, delivers, and/or
transfers data and information without permission
of the Government as intended by Article 57 section
(2) shall be sentenced to imprisonment of at most 5
(five) years or a fine of at most Rp25,000,000,000
(twenty-five billion rupiah).
Pasal 76 Article 76
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 74 dan
Pasal 75 dilakukan oleh Badan Usaha, selain pidana
penjara atau pidana denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap Badan Usaha
tersebut ditambah dengan (sepertiga) dari pidana
denda.
Where criminal acts as intended by Article 67,
Article 68, Article 69, Article 74 and Article 75 are
perpetrated by an Entity, in addition to
imprisonment or fine for its management, a
sentence that may be imposed against such an
Entity shall be increased by (one-third) of the
fine.
Pasal 77 Article 77
Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, dan Pasal 76,
pelaku tindak pidana dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
In addition to sentence to a fine as intended by
Article 70, Article 71, Article 72, and Article 76, a
perpetrator may be subject to an additional sentence
in the form of:
a. perampasan barang yang digunakan dalam
melakukan tindak pidana;
a. seizure of goods that are used in the
perpetration of criminal acts;
b. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana; dan/atau
b. seizure of proceeds that are reaped from
criminal acts; and/or
c. kewajiban membayar biaya yang timbul akibat
tindak pidana.
c. obligations to pay costs incurred resulting from
criminal acts.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 78
CHAPTER XI
TRANSITIONAL PROVISIONS
Article 78
(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: (1) Upon this Law coming into effect:
a. semua kuasa pengusahaan sumber daya
Panas Bumi yang telah ada sebelum
berlakunya Undang-Undang ini,
dinyatakan tetap berlaku selama 30 (tiga
puluh) tahun terhitung sejak
diundangkannya Undang-Undang ini;
a. all Geothermal resources authorizations
existing prior to this Law coming into
effect are declared to remain valid for a
time period 30 (thirty) years of the
promulgation of this Law;
b. semua kontrak operasi bersama b. all Geothermal joint operation contracts
39
pengusahaan sumber daya Panas Bumi
yang telah ditandatangani sebelum
berlakunya Undang-Undang ini,
dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya masa kontrak; dan
already signed prior to this Law coming
into effect are declared to remain valid
until the expiration of the contracts; and
c. semua izin pengusahaan sumber daya
Panas Bumi yang telah ada sebelum
berlakunya Undang-Undang ini dinyatakan
tetap berlaku sampai berakhirnya izin,
c. all Geothermal resources permits existing
prior to this Law coming into effect are
declared to remain valid until the
expiration of the permits,
dengan ketentuan harus melakukan Eksploitasi
paling lambat tanggal 31 Desember 2014.
provided that Exploitation must have been in
place no later than December 31, 2014.
(2) Kuasa pengusahaan sumber daya Panas Bumi,
kontrak operasi bersama pengusahaan sumber
daya Panas Bumi, dan izin pengusahaan
sumber daya Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setelah berakhir masa
berlakunya dapat diperpanjang menjadi Izin
Panas Bumi dan kegiatan usahanya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.
(2) Geothermal resources authorizations,
Geothermal joint operation contracts, and
Geothermal resources permits as intended by
section (1) may upon their expiration be
renewed into Geothermal Permits and their
business activities shall continue under this
Law.
Pasal 79 Article 79
(1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
semua izin usaha pertambangan Panas Bumi
yang telah ada sebelum berlakunya Undang-
Undang ini wajib disesuaikan menjadi Izin
Panas Bumi yang ditetapkan oleh Menteri, dan
tetap berlaku sampai berakhirnya izin.
(1) Upon this Law coming into effect, all
Geothermal mining permits existing prior to
this Law coming into effect must be adjusted
into Geothermal Permits issued by the Minister
and shall be valid until the expiration of the
permits.
(2) Dalam rangka penyesuaian menjadi Izin Panas
Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya wajib menyerahkan dokumen
izin usaha pertambangan Panas Bumi yang
telah diterbitkan sebelum berlakunya Undang-
Undang ini kepada Menteri dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
berlakunya Undang-Undang ini.
(2) In the adjustment into Geothermal Permits as
intended by section (1), the competent
governors or regents/mayors must refer
Geothermal mining permit documentation
issued prior to this Law coming into effect to
the Minister within 6 (six) months of the
effective date of this Law.
Penjelasan Pasal 79 (2): Elucidation of Article 79 (2):
Dokumen izin usaha pertambangan Panas Bumi
antara lain berupa dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan pelelangan, penetapan pemenang
pelelangan, laporan pembinaan dan pengawasan,
laporan kewajiban keuangan, serta izin usaha
pertambangan Panas Bumi.
Geothermal mining permit documentation includes,
inter alia, bidding, bid awards, direction and
supervision reporting, financial reporting, as well
as Geothermal mining permits.
Pasal 80 Article 80
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Upon this Law coming into effect, Direct Use
40
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung yang telah ada sebelum berlakunya
Undang-Undang ini dianggap telah memiliki izin
dan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
sejak berlakunya Undang-Undang ini wajib
disesuaikan menjadi Izin Pemanfaatan Langsung.
Geothermal business existing prior to this Law
coming into effect is deemed to have held permits,
which must be adjusted into Direct Use Permits
within 3 (three) years of the effective date of this
Law.
Pasal 81 Article 81
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Badan
Usaha yang telah ditetapkan sebagai pemenang
lelang Wilayah Kerja dan belum mendapatkan izin
usaha pertambangan Panas Bumi, proses pemberian
Izin Panas Bumi selanjutnya dilakukan oleh
Menteri.
Upon this Law coming into effect, Entities already
confirmed as the Working Area winning bidders but
pending the issuance of their Geothermal mining
permits, shall be further issued Geothermal Permits
by the Minister.
Pasal 82 Article 82
Kuasa pengusahaan sumber daya Panas Bumi,
kontrak operasi bersama pengusahaan sumber daya
Panas Bumi, dan izin pengusahaan sumber daya
Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
dan izin usaha pertambangan Panas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dapat
melakukan kegiatan di Kawasan Hutan konservasi
melalui izin pemanfaatan jasa lingkungan.
Geothermal resources authorizations, Geothermal
joint operation contracts, and Geothermal resources
permits as intended by Article 78 and Geothermal
mining permits as intended by Article 79 may
conduct activities in the conservation Forest Areas
subject to holding an environmental use permit.
Pasal 83 Article 83
Kuasa pengusahaan sumber daya Panas Bumi,
kontrak operasi bersama pengusahaan sumber daya
Panas Bumi, dan izin pengusahaan sumber daya
Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
dan izin usaha pertambangan Panas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 wajib
memberikan bonus produksi kepada Pemerintah
Daerah yang wilayah administratifnya meliputi
Wilayah Kerja yang bersangkutan berdasarkan
persentase tertentu dari pendapatan kotor dengan
ketentuan:
Geothermal resources authorizations, Geothermal
joint operation contracts, and Geothermal resources
permits as intended by Article 78 and Geothermal
mining permits as intended by Article 79 must give
production bonuses to the Regional Governments
with administrative jurisdiction over his/her
Working Area on a specific percentage basis of the
gross income as follows:
a. yang telah berproduksi, terhitung mulai tanggal
1 J anuari 2015; dan
a. for those already in production, commencing
J anuary 1, 2015; and
b. yang belum berproduksi, terhitung sejak unit
pertama berproduksi secara komersial.
b. for those not yet in production, since the first
units commercial production.
Pasal 84 Article 84
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: Upon this Law coming into effect:
a. pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kuasa pengusahaan sumber daya
Panas Bumi, kontrak operasi bersama
a. Direction and supervision of Geothermal
resources authorizations, Geothermal joint
operation contracts, and Geothermal resources
41
pengusahaan sumber daya Panas Bumi, dan
izin pengusahaan sumber daya Panas Bumi
yang sebelumnya dilakukan oleh Pemerintah
tetap berada pada Pemerintah.
permits heretofore conducted by the
Government shall remain with the Government.
b. pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan izin usaha pertambangan Panas
Bumi yang sebelumnya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah beralih menjadi
kewenangan Pemerintah sejak Izin Usaha
Pertambangan Panas Bumi disesuaikan menjadi
Izin Panas Bumi.
b. Direction and supervision of Geothermal
mining permits heretofore conducted by the
Regional Governments shall pass into the
authority of the Government since the
Geothermal mining permit is adjusted into a
Geothermal Permit.
Pasal 85 Article 85
Badan Usaha yang telah melakukan perjanjian jual
beli uap atau tenaga listrik Panas Bumi sebelum
berlakunya Undang-Undang ini dapat melakukan
negosiasi ulang berdasarkan kelaziman bisnis
dengan prinsip saling menguntungkan.
Entities that enter into a Geothermal steam or power
purchase agreement prior to this Law coming into
effect may renegotiate according to the usual
business practices with the principle of mutual
benefit.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 86
CHAPTER XII
CONCLUDING PROVISIONS
Article 86
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
115, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4327), dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Upon this Law coming into effect, all laws and
regulations that are ancillary to Law Number 27 of
2003 concerning Geothermal Energy (State Gazette
of the Republic of Indonesia Number 115 of 2003,
Supplement to the State Gazette of the Republic of
Indonesia Number 4327) are declared to remain in
effect to the extent not against this Law.
Pasal 87 Article 87
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang
Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4327), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Upon this Law coming into effect, Law Number 27
of 2003 concerning Geothermal Energy (State
Gazette of the Republic of Indonesia Number 115
of 2003, Supplement to the State Gazette of the
Republic of Indonesia Number 4327) is revoked and
declared to no longer be in effect.
Pasal 88 Article 88
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
This Law shall come into effect from the date it is
promulgated.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
In order that every person may know of it, the
promulgation of this Law is ordered by placement
in the State Gazette of the Republic of Indonesia.
42
Disahkan di J akarta
pada tanggal 17 September 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
[Ttd.]

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Ratified in J akarta
on September 17, 2014
PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA,
[Sgd.]
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di J akarta
pada tanggal 17 September 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
[Ttd.]
AMIR SYAMSUDIN
Promulgated in J akarta
on September 17, 2014
MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA,
[Sgd.]
AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 217
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA NUMBER 217 OF 2014.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5585
SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 5585


Translated by: Wishnu Basuki
wbasuki@gmail.com

Você também pode gostar