Você está na página 1de 6

H

A. Pengertian Auditing
Menurut Arens and Beaslev (2003): Auditing is the accumulation and evaluation of evidence
about information to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person
Menurut William C. Boynton, Raymon N.Johson dan Welter G.Kell yang diterjemahkan oleh
Budi S.I (2003:5), memberikan definisi : Auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh
serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:3) menyatakan : Audit adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disususn oleh manajemen, besertcttan-catatan pembukuaan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikaan pendapat mengenai kewajaran laporan keungan tersebut.
Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan, bahwa auditing adalah suatu proses
untuk mengevaluasi informasi ekonomi yang dapat diverifikasi dengan aturan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten.
B. Jenis-Jenis Auditing
William C.Boynton, N.Johson dan Welter G.Kell yang diterjemahkan oleh Budi S.I (2003:6),
menyatakan bahwa pada umumnya terdapat tiga jenis audit, yaitu :
1. Audit Laporan Keuangan
Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas
dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP/IFRS).
2. Audit Kepatuhan/ketaatan
Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah
kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan atau peraturan
yang berlaku.
3. Audit Operasional
Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan
efektifitas kegiatan operasi suatu entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tertentu.

C. Standar auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan
keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
H
Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum didalam standar auditing.
Di Amerika Serikat disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
1. Standar Umum
a. Latihan tehnis dan Keahlian Profesi
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Sikap independen
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Kemahiran seksama
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Rencana dan Supervisi
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Pengendalian Internal
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti yang cukup kompeten
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Ketidakkonsistensian
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan Informatif
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Opini keseluruhan
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.


H
D. Asersi Manajemen
Asersi (Assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.
Sebagai contoh, di dalam Neraca PT XYZ tanggal 31 Desember 2020 dicantumkan rekening kas
sebesar Rp. 23.456.987.300.
Dalam melaporkan rekening kas tersebut, manajemen membuat dua asersi eksplisit berikut ini :
1. Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada tanggal 31 Des 2020
2. Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah Rp 23.456.987.300
Selain dua asersi eksplisit tsb, manajemen juga membuat asersi implisit berikut ini :
1. Bahwa semua kas yang harus dilaporkan telah dimasukkan dalam jumlah tsb
2. Bahwa semua kas yang dilaporkan dimiliki oleh PT. XYZ pada tanggal 31 Desember 2020 tsb
3. Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunaan kas yang dilaporkan tsb

Asersi manajemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)
Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva atau hutang entitas ada pada tanggal tertentu dan
apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
2. Kelengkapan (completeness)
Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan rekening yang seharusnya telah
disajikan dalam laporan keuangan.
3. Hak dan kewajiban (rights and obligation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan hutang merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Penilaian (valuation) atau alokasi
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan
biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang semestinya.

5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.
H
TABEL-TABEL HUBUNGAN ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN UMUM AUDIT
(SUMBER MULYADI, 2000)
Asersi managemen Tujuan umum audit
Keberadaan atau keterjadian
Aktiva dan kewajiban entitas ada pada tanggal
tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya
terjadi dalam periode tertentu
Kelengkapan
Semua transaksi dan semua rekening yang
seharusnya telah disajikan dalam laporan
keuangan
Hak dan Kewajiban
Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah
kewajiban entitas pada tanggal tertentu
Penilaian atau Alokasi
Komponen Aktiva, hutang, pendapatan daan
biaya telah disajikan dalam laporan keungan Pd
jumlah semestinya
Peyajian dan Pengungkapan
Komponen tertentu dalam Lap. Keu telah
digolongkan, digambarkan, dan diungkapkan
secara semestinya

TABEL HUBUNGAN ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT (SUMBER: MULYADI, 2000)
Asersi Manajemen Tujuan khusus Audit Terhadap Kas
Keberadaan atau keterjadian
Kas di bank, dana kas kecil, kan yang belum
disetor ke bank, dan unsur kas lainnya yang
disajikan sebagai kas dalam neraca ada pada
tanggal neraca.
Kelengkapan
Kas yang disajikan dalam neraca mencakup
semua dana kas kecil, kas yang belum disetor
ke bank, dan semua kas yang ada di
tangan,serta saldo kas yang ada di bank yang
tidak dibatasi pemakaiannya
Hak dan Kewajiban
Semua unsur yang dimasukkan kedalam kas
dimiliki oleh entitas pada tanggal neraca
Penilaian atau Alokasi
semua unsur yang termasuk dalam kas telah
dijumlah secara benar
Jurnar penerimaan dan Pengeluaran kas
secara matematik benar dan telah dibukukan
dengan semestinya kedalam akun buku besar
yang bersangkutan
Kas ditangan telah dihitung dengan benar
H
Kas di bank telah direkonsiliasi dengan
catatan akuntansi
Penyajian Dan Pengungkapan
Semua unsur yang dimasukkan kedalam kas
tidak dibatasi penggunaannya dan disediakan
untuk operasi entitas
Pengungkapan yang diwajibkan telah
dipenuhi.


E. Tahap-Tahap dalam Auditing
1. Penerimaan penugasan audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan beberapa pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak penugasan audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh
auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
c. Menilai kompetensi untuk melakukan audit
d. Mengevaluasi independensi
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan (due care)
f. Membuat surat penugasan audit (engagement letter)
2. Perencanaan audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada
delapan tahap yang harus di tempuh, yaitu :
a. Memahami bisnis dan industri klien.
b. Melaksanakan prosedur analitis.
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
d. Mempertimbangkan risiko bawaan.
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal dan jangka waktu
penugasan klien berupa audit tahun pertama.
f. Mengembangkan strategi awal terhadap asersi signifikan.
g. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban legal klien.
h. Memahami struktur pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang bertujuan utamanya adalah untuk
memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran
laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Pengujian analitis (analytical test).
b. Pengujian pengendalian (test of control).
H
c. Pengujian substantive (substantive test).
4. Pelaporan audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbiatan laporan audit. Oleh
karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan (notes to financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement), dan penyataan pendapat auditor.
Adapun pernyataan pendapat terbagi ke dalam lima macam, yaitu :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with
explanatory language)
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Você também pode gostar