Você está na página 1de 26

DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum
Matakuliah Anatomi Fisiologi Manusia Yang Dibina Oleh
Bapak Drs. H. Soewolo, M.Pd. dan Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si.


Oleh kelompok 5:
Fadilatus Shoimah 120342400169
Syifa Sundari 120342400173
Lupita Oktaviona 120342422489
Riri Wiyanti R. 120342422498
Sukma Qumain 120342422472
Hikmatunisa Afit R. 120342422501







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober, 2014

A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan:
1. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
2. Menguji kecepatan pembekuan darah
3. Menguji golongan darah
4. Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah
B. Dasar teori
Darah merupakan suatu jaringan cair yang tersusun dari sel-sel darah yang
berada dalam suatu matrik cair yang biasa disebut plasma darah. Isnaeni
(2006) menjelaskan bawa darah tersusun aatas cairan plasma dan sel darah.
Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan keping darah (trombosit). Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang
terdiri dari suatu matriks cair (plasma) dimana sel-sel berada. Sifat serabut dari
matriks tersebut akan Nampak apabila darah mengalami pembekuan. Matriks
tersebut akan berubah menjadi benang-benang firbrin, yang akan membentuk
dasar structural dari peristiwa pembekuan darah. Pembakuan darah atau
koagulasi, merupakan bagian dari perlindungan tubuh untuk menghentikan
kehilangan darah apabila pembuluh darah luka. Proses ini memerlukan
interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam plasma (faktor
pembeku, atau prokoagulan) (Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anfisman,
2014).
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang pada umumnya
terdiri dari air 9192%; protein 89%, protein yang terdapat dalam plasma
darah adalah serum albumin, serum globulin, dan fibrinogen; garam-garam
anorganik 0,9%, garam garam anorganik ini terdiri atas anion Cl, CO
3
, HCO
3
,
SO
4
, PO
4
dan kation Na, K, Ca, Mg, Fe; substansi organik lain kecuali protein
seperti garam amonium, urea, kreatinin, kreatin; lipid yaitu berupa lemak,
fosfolipid, kolesterol; karbohidrat seperti glukosa; gas-gas yang larut dalam
plasma, yaitu O
2
, CO
2
, N
2
dan gas-gas lain yang dihasilkan oleh usus;
substansi-substansi lain seperti hormon, enzim (Wulangi, 1993).
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat
oksigen dan sedikit karbon dioksida untuk di dangkut di dalam darah. Sel
darah putih berfungsi dalam pertahanan tubuh non spesifik dan system imun.
Sedangkan trombosit berfungsi dalam pembekuan darah (hemostatis).
Didalam laboratorium, sel darah dapat dihitung dengan menggunakan alat
yang terdiri dari pipet sel darah (untuk melakukan pengenceran), dan keping kaca
dengan kamar-kamar penghitung yang diketahui luasnya (untuk perhitungan).
Kaca penghitung ini disebut hemasitometer. Ada dua macam pipet sel darah
merah (yang bertanda butiran merah) dan pipet sel darah putih (yang bertanda
butiran putih). Untuk melakukan perhitungan sel darah merah secara langsung,
maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya ke dalam suatu
larutan yang bersifat antikoagukasi yang juga diketahui volumenya. Dengan cara
ini maka diketahui pengenceran darah yang akan dihitung.
Penggolongan darah merupakan suatu system klasifikasi darah yang
berdasar pada keberadaan protein khusus pada permukaan luar plasma membrane
sel darah merah. Protein semacam ini disebut antigen atau aglutinogen yang
dikenal bersifat genetic. Antigen-antigen tersebut normalnya ditemani oleh
protein-protein lain yang berada di dalam plasma, yaitu antibody atau agglutinin,
ang bereaksu dengan sel darah merah yang memiliki antigen beda, menyebabkan
darah menggumpal (aglutinasi), dan bahkan hemolysis (Petunjuk Praktikum Mata
Kuliah Anfisman, 2014).
Sel darah merah manusia mengandung hemoglobin, yang berfungsi
mengikat dan mengangkut oksigen. Dalam mengukur kapasitas oksigen yang
diangkut dalam darah, maka perlu ditentukan kandungan oksigen dalam darah.
Semakin banyak kandungan hemoglobin dalam sel darah merah, maka semakin
banyak pula oksigen dapat diangkut. Beberapa teknik telah digunakan untuk
memperkirakan kandungan hemoglobin dalam darah mulai dari cara lama yang
kurang akurat sampai menggunakan calorimeter yang sangat akurat. (Petunjuk
Praktikum Mata Kuliah Anfisman, 2014).
C. Alat dan Bahan
Alat
- Hemasitometer
- Pipet sel darah merah
- Pipet sel darah putih
- Mikroskop cahaya
- Blood lancet
- Kaca benda
- Stopwatch
- Jarum pentul
- Hb meter scale Tallquist
- Kain lab yang lembut
Bahan
- Larutan Hayam untuk sel darah merah
- Larutan 1% asesat untuk sel darah putih
- Alkohol 70%
- Kapas
- Serum anti A
- Serum anti B
- Tusuk gigi

D. Prosedur kerja
1. Menghitung sel darah putih

Mengkocok pipet dengan posisi horizontal selama 2-3 menit, kemudian membuang 2-3 tetes
darah dari dalam pipet
Memasukkan ujung pipet ke dalam larutan asam asetat 1% dan menghisapnya dengan cepat
serta hati-hati samapi batas tanda 11.0
Menempelkan ujung pipet sel darah putih pada darah diujung jari anda, kemudian menghisap
darah ke dalam pipet sampai batas 1 ml
Menghapus tetes darah pertama yang keluar luka pertama dengan kapas bersih
Menempelkan ujung lancet pada jari dan dengan cepat menekan tombol blood lancet sehingga
lancet menusuk jari
Mengatur panjang lancet sesuai yang dikehendaki (tidak terlalu panjang/tidak terlalu pendek)
Membersihkan pula blood lancet dengan kapas yang dibasahi alkohol dan membiarkannya
sampai kering
Membersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah dengan kapas yang dibasahi alkohol,
kemudian mengayun-ayunkan tangan supaya alkoholnya kering
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu kapas, alkohol 70%, asam asetat 1%, blood
lancet, pipet sel darah putih, hemasitometer yang sudah dipasang di mikroskop
2. Menghitung sel darah merah

Mencatat hasil penghitungan
Menunggu darah dalm bidang pandang tenang (tidak ada aliran), kemudian melakukan
penghitungan sel darah merah pada 5 daerah penghitungan sel darah merah
Memasang hemasitometer pada meja mikroskop dalam posisi mendatar dan dengan perbesaran
10x fokusan bidang pandang ke kotak penghitung sel darah merah
Jika darah terlalu banyak, maka darah yang lebih dihisap dengan kertas penhisap
Memasang kaca penutup pada hemasitometer, kemudian meneteskan darah dari pipet ke batas
antara hemasitometer dan kaca penutup
Mengkocok pipet dengan posisi horizontal selama 2-3 menit, kemudian membuang 2-3 tetes
darah dari dalam pipet dengan kertas penghisap
Memasukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem sampai angka 101 untuk mengencerkan
Menempelkan ujung pipet sel darah merah pada darah diujung jari anda, kemudian menghisap
darah ke dalam pipet sampai angka 0,5
Menghapus tetes darah pertama yang keluar luka pertama dengan kapas bersih
Menempelkan ujung lancet pada jari dan dengan cepat menekan tombol blood lancet sehingga
lancet menusuk jari
Mengatur panjang lancet sesuai yang dikehendaki (tidak terlalu panjang/tidak terlalu pendek)
Membersihkan pula blood lancet dengan kapas yang dibasahi alkohol dan membiarkannya sampai
kering
Membersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah dengan kapas yang dibasahi alkohol, kemudian
mengayun-ayunkan tangan supaya alkoholnya kering
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu kapas, alkohol 70%, larutan Hayem, blood
lancet, pipet sel darah merah, hemasitometer yang sudah dipasang di mikroskop
3. Menguji kecepatan pembekuan darah



4. Menguji golongan darah

Meneteskan darah berikutnya pada kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya darah kedua dari
ujung jari, pencet stopwatch
Menusuk ujung jari dengan lanset, lalu menghapus darah yang keluar pertama dengan kapas
Membersihkan ujung jari dan lanset yang akan digunakan dengan alkohol 70%, membiarkan
sampai kering
Menyiapkan kaca benda bersih
Menghentikan waktu dan mencatatanya pada tabel pengamatan
Melakukan hal sama yaitu dengan menusuk-nusukkan darah sampai darah menenujukkan
benang-benang fibril
Dengan melakukan hal yang sama seperti pada prosedur sebelumnya, darah kedua yang keluar
dan diteteskan di kaca benda diberi Na oksalat
Mencatat waktu yang diperlukan darah untuk membeku, biasanya 5-15 menit untuk pembekuan
darah normal.
Menggunakan jarum pentul untuk menusuk-nusuk darah sampai muncul benang-benang fibril.
Bersamaan munculnya benang fibril, stopwatch dihentikan
Membersihkan ujung jari dan lanset dengan alkohol 70%.
Meneteskan serum anti A disebelah kiri dan serum anti B disebelah kanan
Mengambil satu kaca benda dan diberi tanda A disebelah kiri serta tanda B disebelah kanan
Menyiapkan kaca benda yang bersih, serum anti A, serum anti B, tusuk gigi, lancet, alkohol
70%, dan kapas


5. Memperkirakan kadar hemoglobin








Setelah warna darah mengkilat darah hilang, memebandingkan dengan hemoglobin
scala Tallquist
Mengambil kertas filter satu lembar dan mendekatkannya dengan jari dan menempelkan
tetes darah pada kertas tersebut
Menusuk jari dengan lanset sampai darah keluar. saar darah pertama keluar segera
dihapus dengan kapas
Memebersihkan ujung jari dan lanset dengan alkohol 70%
mencatat golongan darah
Bila keduanya sama-sama menggumpulan makan golongan darahnya adalah AB. Bila
masing-masing tidak menggumpal berarti berhasil
Bila pada A terjadi penggumpalan, sedangkan B tidak, maka golongan darahnya adalah
A. Bila terjadi selanjutnya maka golongan B
Mengamati apakah terjadinya penggumpalan darah (aglutinasi)
Meneteskan tetes darah berikutnya satu tetes pada serum anti A, dan satu tetes pada
serum antMengaduk darah yang telah diteteskan pada anti serum tersebut dengan tusuk
gigi (masing-masing menggunakan tusuk gigi bari)
Menusuk ujung jari dengan lanset sehingga keluar darah. Menghapus darah yang
pertama keluar dengan kapas
E. Data
1. Menghitung sel darah putih
Perlakuan Hasil
Menghitung sel darah putih X1 = 17
X2 = 15
X3 = 10
X4 = 13
Total 55
Analisis
Jumlah/mm = 25 x 55 = 1375 butir/mm
3


2. Menghitung sel darah merah
Perlakuan Hasil
Menghitung sel darah putih Total 730

Jumlah/mm =

tanpa pengenceran)
Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000

= 7.300.000 butir/mm

3. Menguji kecepatan pembekuan darah
Perlakuan
Waktu
Dengan Na oksalat Tanpa Na oksalat
Pembekuan
darah
7 menit 22 detik 4 menit 42 detik




4. Menguji golongan darah
Perlakuan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Menguji
golongan darah
O B

5. Memperkirakan kadar hemoglobin
Perlakuan Hasil
1. Memperkirakan kadar
hemoglobin

60% (anemia)

F. Analisis Data
1. Menghitung Sel darah putih
Pengenceran:
Volume darah (1ml) x as. Asetat (10) ml = 10 ml
Volume darah:
Volume sel darah putih (1 mm
2
)x 4 daerah (4mm
2
) x tinggi cairan dibawah
kaca penutp(1 mm) = 0,4 mm
3

Jumlah sel darah putih:
X1 = 17
X2 =15
X3 =10
X4 =13
TOTAL = 55
X.10 = 4/10 mm
3
1mm
3
= 100X/4
X = 25.55
X = 1375 butir / mm
3

2. Menghitung sel darah merah
Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk
menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah pada
hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang
merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 730 sel darah merah. Dan dari
data tersebut dicari jumlah sel darah merah dalam 1 mm
3
(cc) dengan rumus:
Jumlah/mm =

(tanpa pengenceran)
Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000
= 7.300.000 butir/mm
3. Kecepatan pembekuan darah
Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami
membandingkan kecepatan pembekuan darah yang telah diberi anti koagulan dan
darah tanpa antikoagulan. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa darah
tanpa anti koagulan membeku setelah diaduk-aduk setelah 4 menit 42 detik,
sedangkan darah yang diberi anti koagulan beku setelah diaduk selama 7 menit 22
detik. Dari data tersebut diketahui bahwa darah yang tidak diberi anti koagulan
akan membeku lebih cepat daripada darah yang diberi anti koagulan. Pembekuan
darah ditandai dengan munculnya benang-benang fibril.
4. Menguji golongan darah
Dari hasil percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui penggolongan
darah, kami mendapatkan data dari sampel siswa laki-laki dan perempuan, pada
laki-laki tidak terjadi penggumpalan pada kedua darah yang ditetesi serum A dan
serum B. Dari data tersebut dapat disimpulkan darah tesebut golongannya adalah
O. Sedangkan pada sampel darah siswa perempuan kami mendapat hasil bahwa
terjadi penggumpalan pada serum anti B sedangkan pada serum anti A tidak
terjadi penggumpalan, jadi dapat disimpulkan darah siswa perempuan ini
golongannya B
5. Memperkirakan kadar Hb
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap kadar Hb dari salah satu
anggota kelompok, kami,kemudian dicocokkan dengan skala Hb, terlihat bahwa
warna darah anggota kelompok tadi cocok dengan warna merah yang
menunjukkan kadar Hb dalam darah 60%.
X2 =15
X3 =10
X4 =13
TOTAL = 55
X.10 = 4/10 mm3
1mm3 = 100X/4
X = 25.55
X = 1375 butir / mm3
6. Menghitung Sel darah putih

Pengenceran:
Volume darah (1ml) x as. Asetat (10) ml = 10 ml
Volume darah:
Volume sel darah putih (1 mm
2
)x 4 daerah (4mm
2
) x tinggi cairan dibawah
kaca penutp(1 mm) = 0,4 mm
3

Jumlah sel darah putih:
X1 = 17
X2 =15
X3 =10
X4 =13
TOTAL = 55
X.10 = 4/10 mm
3
1mm
3
= 100X/4
X = 25.55
X = 1375 butir / mm
3

7. Menghitung sel darah merah
Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk
menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah pada
hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang
merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 730 sel darah merah. Dan dari
data tersebut dicari jumlah sel darah merah dalam 1 mm
3
(cc) dengan rumus:
Jumlah/mm =

(tanpa pengenceran)
Dengan pengenceran = 50 x 200 x 1000
= 7.300.000 butir/mm


8. Kecepatan pembekuan darah
Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami
membandingkan kecepatan pembekuan darah yang telah diberi anti koagulan dan
darah tanpa antikoagulan. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa darah
tanpa anti koagulan membeku setelah diaduk-aduk setelah 4 menit 42 detik,
sedangkan darah yang diberi anti koagulan beku setelah diaduk selama 7 menit 22
detik. Dari data tersebut diketahui bahwa darah yang tidak diberi anti koagulan
akan membeku lebih cepat daripada darah yang diberi anti koagulan. Pembekuan
darah ditandai dengan munculnya benang-benang fibril.
9. Menguji golongan darah
Dari hasil percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui penggolongan
darah, kami mendapatkan data dari sampel siswa laki-laki dan perempuan, pada
laki-laki tidak terjadi penggumpalan pada kedua darah yang ditetesi serum A dan
serum B. Dari data tersebut dapat disimpulkan darah tesebut golongannya adalah
O. Sedangkan pada sampel darah siswa perempuan kami mendapat hasil bahwa
terjadi penggumpalan pada serum anti B sedangkan pada serum anti A tidak
terjadi penggumpalan, jadi dapat disimpulkan darah siswa perempuan ini
golongannya B
10. Memperkirakan kadar Hb
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap kadar Hb dari salah satu
anggota kelompok, kami,kemudian dicocokkan dengan skala Hb, terlihat bahwa
warna darah anggota kelompok tadi cocok dengan warna merah yang
menunjukkan kadar Hb dalam darah 60%.
G. Pembahasan
Pada praktikum ini perhitungan sel darah merah dan sel darah putih
menggunakan hemacytometer. Haemacytometer merupakan alat yang didesain
khusus untuk menghitung sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan
untuk menghitung sel tipelain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).
Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atasgelas
kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang denganlekukan
yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang
membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang
yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.


Berupa lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel
dalam lapisan tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan-
guratan terdiri darisegiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang
tersusun dalam baris dankolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar
di pusatnya dipisahkan lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah
lempeng lebih rendah daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan
parit dalam memisahkan bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi.
Lapisan penutupnya tebalsehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya
lapisan tipis suspensi seldengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang
terletak di atas segiempat-segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel
diperkirakan dengan menghitung sel dalam bujur-sangkar yang khas. Jenis
pengaturan dalam guratan tidak akan mempengaruhi penentuan. Yang penting
adalah penggunaan yang benar dari lempeng-lempeng penghitung (Michael,
1994).



Untuk menghitung jumlah eritrosit maupun leukosit, maka jumlah bujur sangkar
dalam Bilik hitung hemocytometer type Double Improved Neubeur perlu
diketahui:
a. Ukuran seluruh bilik hitung adalah 3x3 mm (9 mm persegi
yangterbagimenjadi 9 bujur sangkar (masing-masing bersisi 1 mm).
b. Bujur sangkar terbagi lagi monjadi 9 kotak kecil.
c. 4 kotak kecil yang terletak dj. bagian pojok (ditandai huruf. W) masing-
masingterbagi lagi menjadi 16 kotak, (dengan sisi mm) sedangkan kotak
kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi
1/5 mm(disebut kotak R) dari kotak R tersebut masing-masing terbagi lagi
menjadi 16kotak dengan sisi 1/20 mm (tampak lebih rapat dari kotak W)
d. Leukosit dihitung di dalam bujur sangkar bersisi mm (kotak W)
Perngamatan yang pertama yaitu menghitung jumlah sel darah putih.
Perhitungan Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total
leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti
tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di
dalam sistem pertahanan tubuh. Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal,
leukosit kemudian diangkut dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Leukosit akan
ditanspor secarakhusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius
(Guyton 1997).
Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan larutan
asam asetat sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara
menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet
tersebutdibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas
haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah
merah dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x.
Perhitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya
dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989)
leukosit = rataan sel terhitung x


pengencer

Dari analisis data didapatkan jumlah leukosit yang terhitung dari keempat
kotak besar sebanyak 55. Dengan menggunakan rumus yang ada, perhitungan
jumlah leukosit didapatkan 25 x 55 = 1375 butir/mm
3
. Darah dalam sirkulasi
mengandung sekitar 4000 sampai 11.000 sel darah putih per mikroliter. Hasil
menunjukkan bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah sel
darah putih normal pada manusia yaitu berkisar 5-10.000/L. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sonjaya (2013), yang menyatakan bahwa Jumlah leukosit lebih
besar daripada jumlah eritrosit tetapi jumlahnya di dalam tubuh jauh lebih sedikit,
yaitu berkisar 5-10.000/L.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis
kelamin, dimana pria mempunyai jumlah sel darah merah lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah sel darah putih, aktivitas juga mempengaruhi jumlah
sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umumnya merupakan
pertanda adanya infeksi, feukofenia atau berkurangnya jumlah total sel darah
putih dari yang normal biasanya lebih cenderung bersifat patologis. Sel darah
putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang melakukan fagositosis terhadap
virus dan kuman yang masuk.
Dari hasil tersebut, kandungan leukosit praktikan kemungkinan lebih
rendah dari normal. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang.
Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang
mampu melawan infeksi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa subjek kurang
memiliki daya antibody yang kuat. Perhitungan sel darah putih dapat mengalami
kesalahan akibat kekurangtelitian praktikan.
Pengamatan yang kedua yaitu menghitung jumlah sel darah merah.
Eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah
karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil
sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer
dengan bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah
dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang
ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak
dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung
besi, berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh
karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh.
Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga
keadaan organ tubuh seseorang (Kimball, 1990).
Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui
jumlah eritrosit pada manusia. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan
dengan alkohol 70%. Larutan alkohol 70% berwarna bening dan bersifat
disinfektan, yaitu mencegah timbulnya mikroorganisme yang tidak
dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak
infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri hal ini
dikarenakan pada jari tersebut memiliki saraf sedikit. Pada percobaan ini
digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis
dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan
darah lebih cepat keluar. Jari ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini
bertujuan untuk membuat luka (merusak) pembuluh darah sehingga darah
mengucur keluar. Jarum yang digunakan pada masing-masing probandus harus
baru sehingga tidak terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen.
Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini
dilakukan agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah
bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam
hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.
Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak
kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5
mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W
(kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi
16 kotak dengan sisi mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan
eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih
besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena
eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak
W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar
sehingga akan menyulitkan perhitungan.
Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira
7,8 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-
rata sel darah merah adalah 90 samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah
merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler (Guyton,
1997). Eritrosit (sel darah merah) memiliki fungsi antara lain mentranspor oksigen
melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida melalui
pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah (Hidayati, 2005). Sel-
sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan
air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat (Guyton, 1997).
Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC) adalah menghitung jumlah
total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal eritrosit adalah 4-5 juta/mm3.
Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang bertugas mengangkut
oksigen. Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit dalam 100 ml darah. Ketiga
parameter di atas biasa digunakan untuk menegakkan adanya anemia (Kimball,
1990).
Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan
pipetyang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya
ditambah Larutan Hayem (Lampiran 3) sampai skala 101. Darah dalam pipet
diaduk dengan cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5
menit sehinggadarah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet
tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas
haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah
merah dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x.
Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya
dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).
eritrosit = rataan sel terhitung x


pengencer
Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlaheritrositnya. Selain itu, larutan
hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas
bentuknya. Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti
koagulan yang akan mencegah terjadinya aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5
gr berfungsi untuk melisiskan leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati
eritrosit sja. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit
(Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin 40 % yang berfungsi untuk
mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan
Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat.
Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :
1. Isotonis pada eritrosit
2. Untuk pengencer eritrosit
3. Merintangi pembekuan
4. Memperjelas bentuk eritrosit
5. Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan
aglutinasi ( Syaifuddin,1997).
Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram
Na
2
SO
4
, 1gram NaCl, 0.5 gram HgCl
2
, dan 200 ml akuades atau larutan hayem
terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na
2
SO
4
2,5gram dan Akuades 1000 ml.







Kotak untuk menghitung sel darah merah

Dari praktikum didapatkan jumlah sel darah merah yang terhitung pada 5
kotak sebesar 730 sel. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus yang ada
didapatkan total sel darah merah sebesar 7.300.000 butir/mm
3
. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa jumlah eritrosit subjek lebih tinggi dari normal. Menurut
Soewolo (2003) menyatakan bahwa konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal,
setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa
gangguan. Nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan
bahwa laju produksi dan destruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat
mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm
3
darah. Wanita sehat
mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam mm
3
darah. Banyaknya sel darah
merah dalam praktikum ini dapat disebabkan oleh praktikan kurang teliti dalam
menghitung jumlah sel pada mikroskop. Selain itu, dalam praktikum yang
dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x, terlihat banyak sekali
bercak bercak hitam berkumpul disekitar sel. Selain itu, sel yang kami amati
sangat berdekatan, ditambah lagi penglihatan yang kurang akurat sehingga sulit
menghitungnya.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyata-kan
bahwa sel darah merah merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana
setiap milimeter kubik pada darah pria dewasa mengandung 5.200.000 mm3 sel
darah merah, sedangkan pada wanita yaitu 4.700.000 mm3 dimana jumlah sel
darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan juga mempertahankan
suhu tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit seseorang
terdiri atas: jenis kelamin, dimana jumlah eritrosit pada seorang perempuan lebih
sedikit dibandingkan laki-laki, hal ini terkait siklus menstruasi. Usia seseorang,
pembentukan eritrosit pada manusia akan dibentuk sampai pada usia 5 tahun pada
sumsum tulang panjang dan pada usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak lagi
menghasilkan. Ketinggian tempat, pada daerah yang tinggi, kadar oksigen dalam
udara berkurang. Untuk memenuhi keperluan oksigen dalam jaringan, produksi
eritrosit harus dipercepat.
Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda beda, hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan
memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan
nutrisi.
b. Usia / umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml.
Ketika bayi tersebut tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta / ml,
kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml.
c. Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki
sel darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan
oksigen lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit
lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen.
Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang
mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan
karbondioksida (Kimball , 1996).
d. Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi
yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
e. Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit
daripada laki laki. Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada
perempuan ketika menstruasi.
Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling,
peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau
larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran.
Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui jika jumlah eritrosit subyek adalah
7.300.000 butir/mm
3
sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu 4,2 5,5 juta
sel/mm
3
. Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah eritrosit pada laki laki
dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm
3
dan 3,6 juta-5,6 juta sel/mm
3
wanita
sehat.
Pengamatan selanjutnya adalah menguji kecepatan pembekuan darah Platelets
atau yang dikenal dengan trombosit merupakan sel darah yang tidak memiliki
nukleus. Platelets dihasilkan secara terus menerus di dalam sum-sum tulang
belakang oleh sel yang disebut megakariosit (McKinley,2012).
Megakariosit adalah sel-selbesar dengan diameter mencapai 80 m yang
dapat dipecah menjadi beberapa keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa
invaginasi membrane sel yang memecah sel besar menjadi bagian-bagian kecil.
Bila bagian bagian ini memisah, masing-masing adalah keeping darah baru.
Keeping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari sebab keeping darah
dipergunakan dalam pembekuan darah dan sangat mudah mengadakan aktivitas
metabolik. Pembekuan darah adalah bagian berguna dari respon homeostatic
untuk mencegah kehilangan darah dalam jumlah besar (Soewolo,2005).
Proses pembekuan darah diawali dari bagian pembuluh darah
terluka(sobek). Darah yang ada di dalam pembuluh darah akan bersentuhan
dengan serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Lalu keping darah
melekat pada kolagen. Karena jumlah yang melekat semakin banyak
menyebabkan daerah yang sobek tersebut tertutupi oleh keping-keping darah.
Trombin muncul dan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Adanya molekul fibrin
dalam jumlah banyak mennyatu membentuk benangyang kuat sehingga
memperkuat penumpukan keeping darah.
Berdasarkan hasil pengujian kecepatan pembekuan darah diperoleh waktu
4 menit 42 detik pada darah yang tidak diberi Natrium oksalat. Sedangkan pada
darah yang diberi Natrium oksalat memiliki waktu pembekuan yaitu 7 menit 22
detik. Perbedaan waktu pada kedua perlakuan disebabkan adanya Natrium oksalat
yang memperlambat proses pembekuan darah yaitu pada proses perubahan
protombin menjadi trombin.
Pemberian garam natrium oksalat atau natrium sitrat bertujuan
mengendapkan ion Ca, sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin
menjadi terhambat ( LIPI,2009).
Pengamatan selanjutnya menguji golongan darah. Pada membran plasma
eritrosit terdapat banyak molekul yang disebut antigen permukaan yang
merupakan penyusun dari permukaan membrane plasma. Sebagian besar antigen
dari kelompok ini merupakan penggolongan darah ABO. Kelompok ini memiliki
dua antigen permukaan yaitu antigen A dan B. Keberadaan antigen A dan B
tersebut menjadi criteria dalam mengelompokkan tipe darah ABO
(McKinley,2012).
Sesorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja dimasukkan
sebagai golongan darah A, yang eritrositnya hanya membuat aglutinogen B
dimasukkan dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya menbuat
aglutinogen A dan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak
membuat aglutinogen adalah golongan darah O ( dibaca nol). Plasma darah orang
bergolongan A,B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi
A (anti A) yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi B (anti B) yang mengikat
aglutinogen B (Soewolo,2005).
Pengujian golongan darah yang dilakukan pada praktikum ini dengan
menggunakan 2 antiserum yaitu A dan B. Hasil pengujian diperoleh golongan
darah B dan O. Pada golongan darah B , darah yang diberi antiserum B
menggumpal sedangkan yang diberi antiserum A tidak menggumpal. Pada
golongan darah O, darah yang diberi anserum A dan B sama hasilnya yaitu tidak
menggumpal. Penggumpalan pada golongan darah B terjadi karena terjadi reaksi
yaitu pengikatan aglutinogen B pada permukaan eritrosit oleh antiserum B. Pada
darah golongan O tidak menggumpal karena golongan darah ini tidak memiliki
aglutinogen A dan B sehingga antiserum A maupun B tidak dapat mengikat
aglutinogen A dan B.
Pengamatan yang terakhir adalah memperkirakan kadar hemoglobin dalam
darah. Hemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem
(heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam
setiap sel darah merah . Setiap molekul hemoglobin memiliki 4 tempat pengikatan
untuk oksigen. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin.
Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara parsial atau total di
keempat tempatnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengikat oksigen, 1
gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Tugas akhir
hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hidrogen serta
membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
Hemoglobin diproteksi oleh sel darah merah dengan dibentuknya glutation
tereduksi (GSH) yang dihasilkan dari nikotinamida adenin dinukleotida fosfat
(NADPH) (Sadikin, 2001).
Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam sel darah
merah adalah dengan menggunakan kertas hb (metode tallquist). Pada metode
tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna
yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua.
Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar
diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist
mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di
tengah-tengah ada bagian yang sengaja dilubangi dimana darah dibandingkan
dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan
dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50% (Sadikin, 2001).
Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan kelompok lain terdapat
perbedaan keragaman hasil dengan metode kertas Hb. Hal ini sesuai dengan Oktia
(1999) bahwa keragaman hasil dengan metode kertas Hb secara internal dapat
disebabkan oleh perbedaan makanan yang dikomsumsi. Perhitungan kadar
hemoglobin dengan menggunakan kertas skala Hb ternyata lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan sahli, karena nilai pada skala Hb lebih
mendekati nilai hemoglobin normal.
Pada praktikum ini, praktikan yang dilihat kadar hemoglobinnya memiliki
kadar hemoglobin sebesar 60%. Dengan kadar hemoglobin sebesar itu praktikan
termasuk memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada perempuan dewasa normal
memiliki 12-16 gram/dl atau 15.8 gram yang jika dilihat dengan kertas hb sama
dengan 100%. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah
perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan
abnormalitas hemoglobin bawaan.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting
dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein
khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut
O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan
dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut
anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam
plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak
bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan
(Sugiarto, 2002).
H. Simpulan
1. Jumlah leukosit yang terhitung dari keempat kotak besar sebanyak 55.
Dengan menggunakan rumus yang ada, perhitungan jumlah leukosit
didapatkan 1375 butir/mm
3
. Darah dalam sirkulasi mengandung sekitar
4000 sampai 11.000 sel darah putih per mikroliter. Hasil menunjukkan
bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah sel darah
putih normal pada manusia yaitu berkisar 5-10.000/L. Sedangkan hasil
perhitungan yang dilakukan jumlah eritrosit (sel darah merah) subyek
adalah 7.300.000 butir/mm
3
sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu
4,2 5,5 juta sel/mm
3
. Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah
eritrosit pada laki laki dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm
3
dan
3,6 juta-5,6 juta sel/mm
3
wanita sehat.
2. Kecepatan pembekuan darah diperoleh waktu 4 menit 42 detik pada darah
yang tidak diberi Natrium oksalat. Sedangkan pada darah yang diberi
Natrium oksalat memiliki waktu pembekuan yaitu 7 menit 22 detik.
Perbedaan waktu pada kedua perlakuan disebabkan adanya Natrium
oksalat yang memperlambat proses pembekuan darah yaitu pada proses
perubahan protombin menjadi trombin. Pemberian garam natrium oksalat
atau natrium sitrat bertujuan mengendapkan ion Ca, sehingga pengubahan
protrombin menjadi trombin menjadi terhambat.
3. Penggolongan darah ABO berdasarkan adanya aglutinogen / antigen yang
menempel pada permukaan eritrosit. Golongan darah A memiliki
aglutinogen A, golongan darah B memiliki aglutinogen B sedangkan
golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A maupun B.
4. Pada praktikum ini, praktikan yang dilihat kadar hemoglobinnya memiliki
kadar hemoglobin sebesar 60%. Dengan kadar hemoglobin sebesar itu
praktikan termasuk memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada perempuan
dewasa normal memiliki 12-16 gram/dl atau 15.8 gram yang jika dilihat
dengan kertas hb sama dengan 100%.

I. Daftar Rujukan
Anonim. 2008. Haemacytometer. http//id.wikipedia.com/haemacytometer.
Diakses tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 12.00 WIB
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati
Setiawan(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati
Setiawan(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.
Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk.
Jakarta: EGC.
Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi
FMIPA-ITS, Surabaya
Isnaeni. Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 2, ed.2. Jakarta: Erlangga.
Kimball, Jhon W. 1993. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
McKinley,Michael. Valerie Dean OLoughlin.2012.Human Anatomy. 3rd edition.
New York: McGraw Hill
Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta: UIPress
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. IPB:
Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Oktia. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Pustaka Indonesia
Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anfisman Tahun 2014.
Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peter-nakan.
Universitas Hasanuddin, Makassar
Sugiarto, K. 2002. Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel Darah Merah. Skripsi.
Purwokerto: Fakultas Peternakan UNSOED.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta
Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Depatremen pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Você também pode gostar