Você está na página 1de 19

LAPORAN RESMI

PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1










KODE: L - 4
JUDUL PERCOBAAN :
ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN

DI SUSUN OLEH:
TIFFANY RAHMA NOVESTIANA
24040110110024


LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R A N G
2013
ARUS DAN TEGANGAN
PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.1. Menyelidiki hubungan antara arus yang melewati lampu filament tungsten
dan potensial yang dipakai
1.2. Mencari nilai konduktivitas dan konstanta lampu
1.3. Mencari nilai energi yang terdisipasi.

II. LANDASAN TEORI
2.1. Arus listrik
Arus listrik merupakan laju aliran muatan listrik yang melalui suatu luasan
penampang. Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah muatan netto q melewati
suatu penampang penghantar selama waktu t, maka secara sistematis arus dapat
didefinisikan sebagai:
I =

...............................................................................(2.1)
dimana i adalah arus listrik (amper), q adalah muatan (coulomb), dan t adalah
waktu (detik).
Jika banyaknya muatan yang mengalir persatuan waktu tidak konstan, maka arus
akan berubah dengan waktu dan diberikan oleh limit diferensial dari persamaan
(2.1) atau dapat dituliskan sebagai berikut:
I =

.............................................................................(2.2)
arus i adalah sama untuk semua penampang penghantar, walaupun luas
penampang berbeda ( Halliday, 1978 ).
Aliran arus pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain tegangan sumber dan hambatan yang diberikan oleh penghantar terhadap
aliran elektron. Elektron-elektron yang mengalir melalui suatu penghantar
diperlambat karena adanya interaksi dengan atom-atom pada penghantar. Apabila
pada suatu penghantar hambatannya semakin tinggi maka arus yang mengalir
akan semakin rendah pada tegangan yang sama. Hal ini sesui dengan definisi
hambatan suatu penghantar menurut Ohm yaitu hambatan suatu kawat penghantar
berbanding lurus dengan tegangan sumber dan berbanding terbalik dengan arus
yang mengalir. Secara matematis definisi hambatan dapat ditulis:
R =

..............................................................................(2.3)
Dengan R adalah hambatan kawat penghantar (), V adalah tegangan sumber
(Volt), dan i adalah kuat arus yang mengalir pada penghantar (Ampere). Definisi
hambatan ini biasa disebut hukum Ohm. Satuan dari hambatan disebut ohm ()
sebagai penghargaan kepada Ohm ( Giancoli, 2001).
Hubungan antara arus dan tegangan dapat di plot dalam sebuah grafik. Grafik
yang terbentuk akan linier apabila hambat jenis penghantar tersebut konstan dan
tidak bergantung pada besar maupun kecilnya arus yang mengalir.
I




V
Gambar 2.1 grafik linieritas tegangan dan arus
menunjukan hambatan konstan (Zemansky, 1992).
Rapat arus J dan medan listrik E terbentuk dalam sebuah konduktor ketika
terdapat suatu beda potensial yang melintasi konduktor tersebut. Pada beberapa
bahan, rapat arus sebanding dengan medan listrik dimana dapat dituliskan pada
persamaan 2.4
J = E.............................................(2.4)
dimana J adalah Rapat arus, E merupakan medan listrik, dan merupakan
konduktivitas konduktor. Untuk sebagian besar bahan (hampir semua logam),
rasio rapat arus terhadap medan listrik adalah suatu konstanta yang independen
terhadap medan listrik yang menghasilkan arusnya.( Jewet, 2010 ).
2.2.Potensial Listrik
Potensial listrik adalah energi potensial elektrostatika per satuan muatan,
satuan SI untuk potensial dan beda potensial adalah joule per satuan coulomb volt.
1 V = 1


Karena diukur dengan volt, maka beda potensial disebut voltase atau tegangan
( Tippler, 1991 ).

2.3. Daya Listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam
rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt. Arus listrik yang mengalir
dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja. Peranti
mengkonversikan ke dalam berbagai bentuk yang berguna, seperti panas (seperti
pada pemanas listrik), cahaya (seperti pada bola lampu), energi kinetik (motor
listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh dari pembangkit listrik
atau penyimpan energi seperti baterai. Daya listrik, seperti daya mekanik,
dilambangkan oleh huruf P dalam persamaan listrik. Pada rangkaian arus DC,
daya listrik sesaat dihitung menggunakan hukum joule, sesuai nama fisikawan
Britania James Joule, yang pertama kali menunjukkan bahwa energi listrik dapat
merubah menjadi mekanik dan sebaliknya.
P = V I ...............................................................(2.5)
dimana, P adalah daya ( watt atau W), I adalah Arus listrik (ampere atau A), dan
V adalah beda potensial (volt atau V).
Hukum Joule dapat digabungkan dengan hukum Ohm untuk menghasilkan dua
persamaan tambahan
P = I
2
R =

..................................................(2.6)
dimana R adalah hambatan listrik (ohm atau ) (Jewet, 2010).
2.4. Lampu Filament Tungsten
Lampu filamen tungsten akan menyala bila terdapat beda potensial (baterai).
Ketika lampu filamen tungsten dihubungkan dengan beda potensial akan mengalir
melalui penghantar (kawat). Muatan tersebut dalah arus listrik yang berfungsi
sebagai energi listrik. Karena arus dibawa dalam jumlah yang cukup besar, maka
akan banyak tumbukan antara elektron yang bergerak dan atom pada kawat. Pada
setiap tumbukan, sebagian energi elektron ditransfer ke atom. Tumbukan tersebut
terjadi disekitar ruangan dari filamen tungsten yang dibatasi oleh tabung kaca.
Karena terjadi tumbukan terus menerus akibatnya energi kinetik atom bertambah
dan suhu filament tungsten bertambah. Energi panas yang bertambah dari kawat
tersebut dapat dikonduksi, dan dikonveksi ke udara sebagai kalor dan diradiasikan
sebagai cahaya, sehingga lampu dapat menyala ( Sears, 1962).

III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.1.1. Alat
Alat ukur yang digunakan adalah Ampermeter digunakan untuk
mengetahui arus yang mengalir dalam suatu rangkaian, voltmeter
digunakan untuk mengetahui besarnya tegangan, dan Rheostat sebagai
pengatur arus dan tegangan pada lampu.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Lampu dengan daya 35 Watt
sebagai objek percobaan yang diamati, kabel sebagai penghubung
antar rangkaian, dan sumber tegangan DC sebesar 220 volt sebagai
sumber tegangan yang mengalirkan arus.

3.2. Gambar Rangkaian










Gambar 3.1 skema rangkaian percobaan arus dan tegangan
pada filamen lampu tungsten










Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan Arus dan Tegangan
Pada Lampu Filamen Tungsten






3.3. Diagram Alir Percobaan




Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Arus dan Tegangan
pada Lampu Filamen Tungsten

Arus tersebut melewati amperemeter sehingga ada penyimpangan pada
amperemeter
Arus mengalir dari sumber tegangan
Berlawanan dengan arus elektron bergerak dari kutub negatif sumber
tegangan.
Pada saat yang sama voltmeter jarumnya menyimpang akibat ada beda
potensial yang mengalir
Dari arah yang berlawanan elektron melewati filamen pada lampu
Pada filament tersebut terjadi lucutan elektron sehingga timbul cahaya
Sebagian energi dari arus tersebut dirubah menjadi cahaya dan sebagian dirubah
menjadi panas
3.4. Diagram Fisis



















Gambar 3.2. diagram fisis pada Percobaan Arus dan Tegangan
pada Lampu Filament Tungsten








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data hasil percobaan

Gambar 4.1. Data hasil percobaan
4.2. Pengolahan data
a. Filamen 1
No. V (volt) I (ampere) ln V ln I
1 2,5 1,8 0,92 0,59
2 3,0 2,0 1,10 0,69
3 3,5 2,2 1,25 0,79
4 4,0 2,4 1,39 0,88
5 4,5 2,5 1,50 0,92
6 5,0 2,6 1,61 0,96
7 5,5 2,7 1,70 0,99
8 6,0 2,8 1,79 1,03
9 6,5 3,0 1,87 1,10
10 7,0 3,1 1,95 1,13
11 7,5 3,2 2,01 1,16
12 8,0 3,3 2,08 1,19
13 8,5 3,4 2,14 1,22
14 9,0 3,5 2,20 1,25
15 9,5 3,6 2,25 1,28
No. filamen 1 filamen 2
V (volt) I (ampere) V (volt) I (ampere)
1 2,5 1,8 2,5 2,0
2 3,0 2,0 3,0 2,1
3 3,5 2,2 3,5 2,2
4 4,0 2,4 4,0 2,3
5 4,5 2,5 4,5 2,5
6 5,0 2,6 5,0 2,6
7 5,5 2,7 5,5 2,7
8 6,0 2,8 6,0 2,8
9 6,5 3,0 6,5 3,0
10 7,0 3,1 7,0 3,2
11 7,5 3,2 7,5 3,3
12 8,0 3,3 8,0 3,4
13 8,5 3,4 8,5 3,5
14 9,0 3,5 9,0 3,6
15 9,5 3,6 9,5 3,7

b. Filamen 2
No. V (volt) I (ampere) ln V ln I
1 2,5 2,0 0,92 0,69
2 3,0 2,1 1,10 0,74
3 3,5 2,2 1,25 0,79
4 4,0 2,3 1,39 0,83
5 4,5 2,5 1,50 0,92
6 5,0 2,6 1,61 0,96
7 5,5 2,7 1,70 0,99
8 6,0 2,8 1,79 1,03
9 6,5 3,0 1,87 1,10
10 7,0 3,2 1,95 1,16
11 7,5 3,3 2,01 1,19
12 8,0 3,4 2,08 1,22
13 8,5 3,5 2,14 1,25
14 9,0 3,6 2,20 1,28
15 9,5 3,7 2,25 1,31

4.3. Analisa grafik
Grafik hubungan antara V dan I
filamen 1



Grafik 4.1 hubungan V dan I pada filamen 1
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5
I

(
a
m
p
e
r
e
)

V (volt)
filamen 2

Grafik 4.1 hubungan V dan I pada filamen 2


Grafik hubungan antara ln V dan ln I

filamen 1

Grafik 4.3 hubungan ln V dan ln I pada filamen 1


0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5
I

(
a
m
p
e
r
e
)

V (volt)
slope maksimum
y = 0,64x - 0,10
R = 0,92
slope minimum
y = 0,42x + 0,30
R = 0,96
slope terbaik
y = 0,50x + 0,14
R = 0,99
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
l
n

I

ln V
filamen 2



Grafik 4.4 hubungan ln V dan ln I pada filamen 2

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
I = k V
n
................................(4.1)
ln I = ln ( k V
n
)
ln I = n ln V + ln k..................(4.2)
Persamaan (4.2) sama dengan bentuk persamaan garis lurus yaitu :
y = mx + c

Dari grafik diperoleh :
a. Filament 1
slope terbaik
y = 0,50 x + 0,14
maka,
slope terbaik
y = 0,49x + 0,19
R = 0,98
slope maksimum
y = 0,62x - 0,05
R = 0,91
slope minimum
y = 0,43x + 0,30
R = 0,97
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
L
n

I

Ln V
n = 0,50
k = e
-0,14
= 0,87


slope maksimum
y = 0,64x - 0,1000
maka,
n = 0,64
k = e
-0,10
= 0,90


slope minimum
y = 0,42x + 0,30
maka,
n = 0,42
k = e-
0,30
= 0,74


Jadi, hasil grafik perhitungan diatas didapatkan nilai sebagai berikut :
a. nilai konstanta lampu ( n )
n terbaik = 0,50
n maksimum = 0,64
n minimum = 0,42
n =

= 0,11
n = ( n n ) = (0,50 0,11)

b. nilai konduktivitas lampu
k terbaik = 0,87


k maksimum = 0,90


k mininum = 0,74


k =

= 0,08


k = ( k k ) = (0,87 0,08)



c. energi terdisipasi
energi terdisipasi = (1 n) = ( 1- 0,50 ) = 0,50 = 50% dari energi
awalnya

b. Filament 2
slope terbaik
y = 0,49x + 0,19
maka,
n = 0,49
ln k = 0,19


k = e
-0,19
= 0,83


slope maksimum
y = 0,62x - 0,05
n = 0,62
ln k = 0,05


k = e
-0,05
= 0,95


slope minimum
y = 0,43x + 0,30
jadi,
n = 0,43
ln k = 0,30


k = e
-0,30
= 0,74


Jadi, hasil grafik perhitungan diatas didapatkan nilai sebagai berikut :
a. nilai konstanta lampu ( n )
n terbaik = 0,49
n maksimum = 0,62
n minimum = 0,43
n =

= 0,09
n = ( n n ) = (0,49 0,09)

b. nilai konduktivitas
k terbaik = 0,83


k maksimum = 0,95


k mininum = 0,74


k =

= 0,10


k = ( k k ) = (0,83 0,10)


c. energi terdisipasi
energi terdisipasi = (1 n) = ( 1- 0,49 ) = 0,51 = 51% dari energi
awalnya




4.4.Pembahasan
Pada percobaan yang berjudul arus dan tegangan pada lampu filamen
tungsten bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara arus yang melewati
lampu filament tungsten dan potensial yang dipakai, mencari nilai konduktivitas
lampu dan konstanta lampu, serta mengetahui energi yang terdisipasi. Untuk
mengetahui hubungan antara tegangan dan arus pada lampu filament tungsten ada
dua besaran yang dicari dalam percobaan ini yaitu nilai konstanta hambatan dalam
lampu filament tungsten tersebut serta konstanta lampu tersebut.
Pada percobaan ini lampu yang digunakan untuk percobaan hanya 1 lampu
yang masing-masing terdiri dari f1 (filament 1) dan f2 (filament 2) yang
dihubungkan dengan beda potensial. Adanya beda potensial dalam rangkaian
tersebut menghasilkan muatan, kemudian muatan tersebut akan mengalir melalui
kawat penghantar. Muatan yang mengalir mengakibatkan tumbukan antara
elektron didalam tabung kaca lampu filamen tungsten. Disetiap tumbukan
menghasilkan sebagian energi elektron yang nantinya akan ditransfer ke atom
yang akan ditumbukinya. Karena terjadi tumbukan secara terus menerus akan
menyebabkan energi kinetik atom bertambah dan temperatur filamen akan naik.
Seiring bertambahnya voltase listrik yang digunakan maka semakin tinggi
intensitas cahaya pada lampu filamen tungsten, sebab naiknya tegangan memacu
naiknya aliran listrik. Semakin besar arus dan tegangan maka nyala lampu
filamen tungsten semakin terang begitu pula sebaliknya, semakin kecil arus dan
tegangan maka nyala lampu filament tungsten akan semakin redup ataupun tidak
nyala.
Pada percobaan ini hubungan antara arus yang melewati lampu filament
tungsten dan potensial yang dipakai menghasilkan grafik analisa yang tidak
dimulai dari sumbu XY (0,0), grafik ini menunjukan bahwa terdapat faktor lain
yaitu karena adanya faktor konstanta hambatan dalam lampu atau yang disebut
konduktivitas.
Pada pengolahan data yang menghasilkan hubungan antara arus (sumbu Y)
dengan tegangan (sumbu X) yang dipakai pada filament 1 dan filament 2
menghasilkan grafik yang nilai arus dan nilai tegangan menghasilkan bentuk
peningkatan secara eksponensial. Hal ini menunjukan bahwa pada grafik ini tidak
berlaku hukum ohm atau berlaku hukum non ohmik. Hukum non ohmik berlaku
jika pangkat dari tegangan (n) atau yang disebut dengan konstanta hambatan
dalam lampu tidak sama dengan 1 (n1). Dari grafik ini menunjukan bahwa
penghantar pada percobaan ini disebut komponen non-ohmik.
Sebuah persamaan berpangkat yang digunakan untuk mencari nilai
konduktivitas (k) dan nilai konstanta lampu (n) pada persamaan (4.1) akan
mengalami kesulitan, maka persamaan tersebut dapat dicari dengan cara
menjadikan persamaan tersebut dalam bentuk persamaan linier seperti pada
persamaan (4.2). Nilai-nilai persamaan ln V dan ln I yang diperoleh dari
percobaan setelah diplot dalam sebuah grafik maka terbentuklah garis linier. Dari
grafik hubungan tersebut dapat diperoleh nilai konduktivitas (k) dan konstanta
lampu (n) sebagai berikut:
a. Filament 1
Konstanta lampu (n) = (0,50 0,11)
Konduktivitas lampu (k) = (0,87 0,08)


b. Filament 2
Konstanta lampu (n) = (0,49 0,09)
Konduktivitas lampu (k) = (0,83 0,10)


Pada dasarnya dalam percobaan ini adalah mengubah energi listrik menjadi
energi cahaya dan energi panas. Energi panas ini yang disebut dengan energi
terdisipasi. Energi terdisipasi yang dihasilkan pada lampu filament 1 didapat 50%
dari energi awalnya, dan lampu filament 2 didapat 51% dari energi awalnya. Hasil
ini menunjukan bahwa filament 2 mengubah energi listrik menjadi energi cahaya
yang lebih kecil dibandingkan dengan filament 1. Jadi saat tegangan/ arus yang
sama lampu 35 watt pada filament 2 lebih terang dari pada filament 1.




V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan Arus dan tegangan pada lampu filament tungsten
(L-4) dapat disimpulkan bahwa:
1. Hubungan antara arus dan tegangan pada lampu filament tungsten tidak
memenuhi hukum ohm.
2. Dari hasil percobaan diperoleh nilai n dan k sebagai berikut :
Filament 1
Konstanta lampu ( n ) = (0,50 0,11)
Konduktivitas lampu (k) = (0,87 0,08)


Filament 2
Konstanta lampu ( n ) = (0,49 0,09)
Konduktivitas lampu (k) = (0,83 0,10)


3. Energi terdisipasi yang dihasilkan pada lampu filamen 1 didapat 50%
dari energi awalnya, dan lampu filamen 2 didapat 51% dari energi
awalnya.












DAFTAR PUSTAKA

Giancolli. 1998. Fisika Jilid 2. Jakarta:Erlangga

Halliday and Resnick. 1985. Fisika Edisi ketiga, jilid 1.Jakarta:Erlangga

Jewwet,Serway. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba
Teknika

Sears and Zemansky. 1962.Fisika Universitas Magnet dan Listrik.
Jakarta:Erlangga

Sears and Zemansky. 1992.Fisika untuk Universitas. Jakarta:Erlangga

Você também pode gostar