Menurut Jack Bologna Paul Shaw yang dikutip oleh Amin Widjaja dalam bukunya yang berjudul Audit Kecurangan (Suatu Pengantar) (2005:36): "Forensic accounting, sometimes caked fraud auditing or investigative accounting, is a skill that goes beyond the realm of corporte and management fraud, emvezzlement, or comercial bribery. Indeed, forensic accounting skill go beyond the general realm of collar crime." Pendapat lain tentang audit investigatif dikemukakan oleh Messler (2003:17), yaitu: "Forensic audit is an audit to detection or defference of a wide variety of fraudelent activities. The use of auditors to conduct forensic audits has grown significantly, especially where the fraud involves financial issues." Association of Certified Fraud Examiner seperti yang dikutip Amin Widjaja (2005:36), mendefinisikan audit investigatif sebagai berikut: "Fraud auditing is an initial approach (proactive) to detecting financial fraud, using accounting records and information, analytical relationship, and an awareness of fraud prepetration and concealment efforts." Dari ketiga definisi audit investigatif diatas dapat disimpulkan bahwa audit investigatif merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dari seorang auditor. Karena tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di dalam audit keuangan, audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu lainnya. Dalam audit investigatif, seorang auditor memulai suatu audit dengan praduga/ indikasi akan adanya kemungkinan kecurangan dan kejahatan yang akan diidentifikasi dan diungkap melalui audit yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut, misalnya, akan mempengaruhi siapa yang akan diwawancarai terlebih dahulu atau dokumen apa yang harus dikumpulkan terlebih dahulu. Selain itu, dalam audit investigatif, jika memiliki kewenangan, auditor dapat menggunakan prosedur dan teknik yang umumnya digunakan dalam proses penyelidikan dan penyidikan kejahatan, seperti pengintaian dan penggeledahan Perbedaan Financial Audit dengan Audit Investigatif Ada delapan perbedaan antara Financial Audit dengan Audit Investigatif yang terlihat. Perbedaan pertama adalah dasar pelaksaan audit. Pada audit atas laporan keuangan, audit dilaksanakan berdasarkan permintaan perusahaan yang menginginkan laporan keuangannya diaudit. Dasar pelaksanaan audit investigatif adalah perminataan dari penyidik untuk mendeteksi kecurangan yang mungkin terjadi. Selain itu, audit investigatif juga dapat dilakukan atas dasar pengaduan dari masyarakat tentang kecurigaan adanya kecurangan dan dari temuan audit yng mengarah pada kemungkinana adanya kecurangan yang di dapat dari audit atas laporan keungan sebelumnya. Perbedaan kedua adalah tanggung jawab auditor. Pada audit atas laporan keungan, audit bertanggung jawab atas nama lembaga audit atau KAP (Kantor Akuntan Publik) tempat auditor bekerja. Pada audit investigatif, auditor bertanggung jawab atas nama pribadi yang ditunjuk, karena apabila keterangan di sidang pengadilan merupakan keterangan palsu, auditor yang bersangkutan akan terkena sanksi. Perbedaan ketiga adalah tujuan audit. Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan perusahaan klien telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit investigatif bertujuan untuk membantu penyidik untuk membuat terang perkara dengan mencari bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mendukung dakwaan jaksa. Perbedaan keempat adalah teknik dan prosedur audit yag digunakan. Dalam audit atas lapran keungan, prosedur dan tekni audit yang digunakan mengacu hanya pada Standar Auditing, sedangkan audit investigatif mengacu pada Standar auditing juga kewenangan penyidik sehingga dapat digunakan teknik audit yang lebih luas. Perbedaan kelima adalah penerapan azas perencanaan dan pelaksanaan audit. Pada audit laporan keungan menggunakan skepik profesionalisme, sedangkan audit investigatif selain menggunakan skepik profesionalisme juga menggunakan azas praduga tak bersalah. Perbedaan keenam adalah tim audit. Dalam audit atas laporan keuangan, tim audit bisa siapa saja yag ada di KAP tersebut. Dalam audit investigatif, tim audit dipilih auditor ynag sudah pernah melaksanakan bantuan tenaga ahli untuk kasus yang serupa atau hampir sama dan salah satu dari tim audit harus bersedia menjadi saksi ahli di persidangan. Perbedaan ketujuh adalah persyaratan tim audit. Pada audit atas laporan keuangan, auditor harus menguasai masalah akuntansi dan auditing, sedangkan pada audit investigatif, auditor harus mengetahui juga ketentuan hukum yang berlaku di samping menguasai masalah akuntansi dan auditing. Perbedaan terakhir adalah laporan hasil audit. Dalam audit atas laporan keuangan, menyatakan pendapat auditor tentang kesesuaian laporan keungana dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam audit investigatif, menyatakan siapa yang bertanggung jawab dan terlibat dalam kasus kecurangan yang ditangani, tetapi menerapkan azas praduga tak bersalah. Kualifikasi Auditor Audit investigatif seharusnya dilaksanakan oleh orang-orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian dalam melaksanakan audit investigatif. Auditor yang belum memiliki pengalaman dan keahlian harus mendapat bimbingan dari auditor lain yang memiliki pengalaman dan keahlian audit investigatif. Auditor investigatif juga perlu mempunyai pemahaman yang cukup tentang hal-hal yang akan diaudit terutama menyangkut peraturan yang berlaku serta proses bisnis yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diaudit. Secara khusus, auditor yang akan melaksanakan audit investigatif juga harus mempunyai pemahaman yang cukup tentang ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diaudit maupun ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan pengungkapan kejahatan misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP. Pendekatan Audit Investigasi Sebagaimana halnya penyelidikan dan penyidikan, audit investigatif bisa dilaksanakan secara REAKTIF atau PROAKTIF. 1. REAKTIF; Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan audit setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor lain yang melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena adanya permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang reaktif maka auditor tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia informasi tentang adanya dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan. 2. PROAKTIF; audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang tinggi. Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang menjadi kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan. Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan. TUJUAN AUDIT INVESTIGATIF Audit investigatif termasuk dalam audit ketaatan (compliance), walau pun terkadang ada juga yang mengelompokkannya secara terpisah. Menurut pendapat Soejono Karni (2000:4) tentang audit investigatif adalah: "Audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah seorang klien telah melaksanakan prosedu atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otorisasi lebih tinggi. Dalam audit invetigatif, ketentuan yang harus ditaati sangat luas, tidak hanya kebijakan manajemen, auditor investigatif samoai dengan hukum formal, hukum material dan lain-lain. Untuk itu, audit investigatif tidak hanya cukup untuk menguasai bidang ekonomi, tetapi juga mengeri tentang hukum-hukum yang berlaku." Seperti yang telah dikemukakan diatas, tujuan audit investigatif didasarkan permintaan penyidik adalah membantu penyidik untuk membuat terang perkara pidana ekonomi yang sedang dihadapi penyidik. Auditor bertugas mengumpulkan bukti-bukti surat yang mendukung dakwaan jaksa. Tujuan audit investigatif berdasarkan pengaduan masyarakat adalah untuk melakukan audit lebih lanjut untuk mencari kebenaran dari pengaduan tersebut. Tujuan audit investigatif berdasarkan audit sebelumnya adalah untuk mengadakan audit lebih lanjut untuk mengetahui apakah kecurigaan kecurangan tersebut terbukti atau tidak. PROGRAM AUDIT Program audit dalam audit investigatif pada umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu atau dibakukan karena kasus yang satu dengan yang lain beberda modus operasinya. Dengan mengadakan penelitian awal terhadap informasi dmaksudkan agar auditor lebih tahu masalah yang dihadapi. Prosedur audit yang digunakan sesuai Standar Auditing, hanya saja penekanannya berbeda sesuai dengan keadaan. Di samping Standar Auditing, prosedur audit juga menggunakan wewenang penyidik yang sangat luas. Ruang lingkup audit juga aangat luas sesuai dengan teknik audit laporan keuangan tetapi juga tergantung dari kasus yang dihadapi. Pendeteksian kecurangan dalam audit investigatif dapat dilakukan dengan teknik audit seperti biasa dengan beberapa tambahan teknik lainnya. Hal tersebut diperbolehkan karena ruang lingkup audit investigatif lebih luas dibandingkan dengan audit laporan keuangan. Berikut ini adalah teknik audit dalam audit investigatif yang telah dimodifikasi dengan ebberapa teknik tambahan yang cukup sering digunakan oleh para auditor investigatif yang merupakan penggabungan daari beberaa penulis: 1. Prosedur analitik 2. Inspeksi 3. Konfirmasi atau wawancara dengan pihak ketiga yang netral 4. Wawancara dengan saksi penguat fakta 5. Wawancara dengan pihak-pihak yang didiga terlibat 6. Wawancara dengan tersangka 7. Menghitung fiisik barang 8. Penelusuran dokumen dan bukti pendukungnya ke catatan 9. Mencocokkan ke dokumen 10. Mengamati atau observasi 11. Rekonsiliasi 12. Audit dengan bantuan komputer 13. Waspada terhadap kelemahan pengendalian intern 14. Mengevaluasi indikator kecurangan yang ada Mekanisme dalam melakukan Audit Investigasi, yaitu: 1. Mengumpulkan data dan informasi serta menganalisis adanya indikasi korupsi Audit investigatif yang bersifat proaktif dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diaudit. Terdapat sejumlah besar data dan informasi yang dapat dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi adanya indikasi kecurangan dan kejahatan. (misalnya data aliran dana keluar perusahaan, data kekayaan orang- orang yang menjadi key person di perusahaan, informasi dari media massa, dsb). Selanjutnya berbagai data dan informasi tersebut dianalisis sesuai dengan tujuan dari audit investigatif yang akan dilaksanakan. 2. Mengembangkan hipotesis kejahatan dan merencanakan audit; diantaranya: Lakukan analisis terhadap perkembangan produk perusahaan di pasaran, bandingkan dengan perusahaan sejenis, analisis rugi karena apa? Dapatkan informasi mengenai siapa yang berwenang/ melakukan otorisasi uang keluar dengan nominal yang signifikan, dll 3. Melaksanakan audit untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung hipotesis Dalam melaksanakan audit investigatif maka auditor harus menerapkan pendekatan yang relatif berbeda dengan pendekatan yang dilaksanakan dalam audit non investigative, diantaranya adalah: Auditor melaksanakan wawancara terhadap saksi yang mendukung audit dan menganalisa dokumen yang tersedia; Auditor menggunakan bukti tidak langsung yang tersedia untuk meyakinkan saksi-saksi agar bisa mendapatkan bukti-bukti yang secara langsung menunjukkan terjadinya kecurangan atau kejahatan; Jika sudah mendapatkan bukti-bukti yang cukup, auditor dapat mewawancarai orang-orang yang diduga melakukan kecurangan atau kejahatan terutama untuk membuktikan adanya unsur niat atau kesengajaan. Auditor juga harus mampu mengidentifikasi dan mengungkap adanya indikasi/ keberadaan fraud dengan pengungkapkan mengenai: What/ Apa yang menjadi masalah indikasi fraud dalam perusahaan? Who/ Siapa yang diduga/ terindikasi melakukan fraud? Where/ Dimana indikasi suatu fraud terjadi? When/ Kapan pelaku melakukan fraud tersebut? Why/ Mengapa fraud bisa terjadi di perusahaan? How(how much)/ Bagaimana fraud bisa terjadi? dan berapa besar kerugian akibat fraud tersebut? Dokumentasi Audit; auditor harus mendokumentasikan hasil auditnya dalam kertas kerja audit, kertas kerja akan direview team leader dan manajer audit (Partner in Charge) dan dikumpulkan serta disusun secara sistematis di dalam suatu tempat penyimpanan dokumen Penyelesaian Pelaksanan Audit; Jika auditor telah melaksanakan program kerja pemeriksaan yang diperlukan dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menjawab pertanyaan 5W+H yang ada maka auditor dapat menghentikan audit dan menyusun Laporan Hasil Audit Investigatif 4. Penyusunan Laporan Hasil Audit Setelah selesai melaksanakan audit maka Ketua Tim Audit menyusun laporan audit investigatif, yang disusun dengan memperhatikan ketentuan penyusunan laporan audit investigatif sebagai berikut: 1. Akurat dalam arti bahwa seluruh materi laporan misalnya menyangkut kecurangan atau kejahatan yang terjadi serta informasi penting lainnya, termasuk penyebutan nama, tempat atau tanggal adalah benar sesuai dengan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan; 2. Jelas dalam arti bahwa laporan harus disampaikan secara sistematik dan setiap informasi yang disampaikan mempunyai hubungan yang logis. Sementara itu, istilah-istilah yang bersifat teknis harus dihindari dan kalau tidak bisa dihindari harus dijelaskan secara memadai; 3. Berimbang dalam arti bahwa laporan tidak mengandung bias atau prasangka dari auditor yang menyusun laporan atau pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi auditor. Laporan hanya memuat fakta-fakta dan tidak memuat opini atau pendapat pribadi auditor 4. Relevan dalam arti bahwa laporan hanya mengungkap informasi yang berkaitan langsung dengan kecurangan atau kejahatan yang terjadi; 5. Tepat waktu dalam arti bahwa laporan harus disusun segera setelah pekerjaan lapangan selesai dilaksanakan dan segera disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 5. Tindak Lanjut Pada tahapan tindak lanjut, proses sudah diserahkan dari tim audit kepada pimpinan organisasi dan secara formal selanjutnya diserahkan kepada penegak hukum. Penyampaian laporan hasil audit investigatif kepada pengguna laporan diharapkan sudah memasuki tahap penyidikan. Beraitan dengan kkesaksian dalam proses lanjutan dalam peradilan, tim audit investigatif dapat ditunjuk oleh organisaso untuk memberikan keterangan ahli jika diperlukan. INVESTIGASI KORUPSI Korupsi merupakan salah satu kejahatan kejahatan kerah putih yang mendapatkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat. Di Indonesia, korupsi mulai akrab di telinga masyarakat sekitar ahun 1997-1998, pada masa jatuhnya pemerintahan Orde baru disusul dengan krisis ekonomi berkepanjangan. Korupsi telah merambah hampir diseluruh sektor publik, hukum dan ekonomi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Korupsi seringkali tidak terjangkau oleh Undang-Undang, sehingga tidak mengherankan jika Indonesia menduduki peringkat tiga besar sebagai negara terkorup di dunia. Ditengah upaya pembangunan Nasional diberbagai bidang, aspirasi masyarakat untuk memberantas korupsi dan bentuk kecurngan lainnya semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya korupsi telah menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya krisis diberbagai bidang. Untuk itu upaya pencegahan dan pemberantasan krisis dan kecurangan lainnya perlu ditingkatkan dan diinsentifkan dengan tetap menunjang tinggi hak-hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat. Perkembangan pemberantasan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang. Pemerintah pusat membentuk suatu badan khusus untuk memberantas korupsi yakitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal tersebut merupakan salah satu wujud nyata dan serius pemerintah untuk memberantas korupsi. KPK dan pegadilan harus membuktikan kecurigaan mereka kepada seseorang tentang apakah dia melakukan korupsi atau tidak. Pengusutan ini sangat sulit dilakukan karena berkaitan dengan suatu bidang tertenti di luar bidang hukum, yaitu bidang ekonomi. Melakukan pengusutan tindak pidana di luar bidang hukum, pengadilan dapat dibantu oleh seorang yang ahli. Ahli ekonomi yang dapat membantu adalah auditor. Bantuan yang dapat diberikan berkenaan dengan korupsi dan kecurangan dalah audit investigatif. Auditor investigatif merupakan audit khusus yang baru ada dan dikenal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tindak pidana yag berupa manipulasi bidang keungan demi memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi dan sangat merugikan negara. Audit investigatif terhadap indikasi korupsi bisa dilaksanakan oleh auditor di lembaga negara dan lembaga pemerintah serta auditor di lembaga non-pemerintah. Pelaksanaan audit investigatif di lembaga negara dan lembaga pemerintah terikat kepada ketentuan yang terdapat di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara atau SPKN. Sementara itu, pelaksanaan audit investigatif oleh auditor di lembaga non-pemerintah dapat mengacu kepada standar pemeriksaan yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan standar seperti itu, di Indonesia misalnya Institut Akuntan Publik Indonesia atau standar pemeriksaan yang lain tergantung kepada keterikatan antara auditor dengan pemberi mandat audit. Didalam pelaksanaan audit investigatif, maka auditor investigatif harus memiliki kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang kemungkinana terjadi dan sebelumnya telah terdeteksi oleh berbagai pihak. Selai itu, teknik audit dalam pembuktian adanya kecurangan sangat berpengaruh untuk membuktikan kecurangan tersebut. Sungguh ironis, kasus-kasus besar korupsi di Indonesia lewat begitu saja. Ramai dibicarakan di koran atau hangat didiskusikan di televisi, tapi diputus bebas di pengadilan. Sepertinya lebih mudah memperkarakan orang yang berkeluh kesah di internet daripada memperkarakan orang yang jelas-jelas berencanan menyuap aparat pemerintah. Lebih mudah menjebloskan seseorang gara-gara mencuri tiga biji coklat, daripada memenjarakan koruptor yang membawa lari uang triliunan rupiah. Tengok kasus nenek Minah, rekaman Anggodo, skandal Bank Century dll. Ketika kasus demi kasus korupsi muncul, siapa yang patut disalahkan? Tentu saja kita harus menyalahkan dan menghukum para pelaku korupsi dan kroni-kroninya. Namun membuktikan tindak pidana korupsi ternyata bukan perkara mudah. Berbeda dengan aturan di negara lain yang mensyaratkan pembuktian terbalik untuk para pejabat yang terindikasi korupsi, di negara kita aparat harus memeras keringat dan pikiran untuk mencari bukti tindak korupsi. Akibatnya penegakan hukum untuk kasus korupsi di Indonesia seolah berjalan di tempat. Beberapa tahun terakhir ini nampaknya hanya KPK yang getol memenjarakan para koruptor. Salah satu aspek keberhasilan KPK adalah penggunaan teknik audit investigatif. Teknik ini sebenarnya tidaklah baru. Kejaksaan, Kepolisian, BPK dan BPKP sedikit banyak telah menggunakan teknik ini. Namun kewenangan KPK yang mencakup penyelidikan, penyidikan sampai ke penuntutan membuat KPK sangat leluasa dalam menggunakan teknik-teknik audit investigatif. Teknik tersebut antara lain penyamaran, penguntitan, penyadapan, interogasi, penelusuran transaksi perbankan adalah beberapa dari teknik yang tidak kita temukan dalam audit umum. Audit investigatif memang menggabungkan teknik-teknik pemeriksaan keuangan dengan teknik-teknik investigatif yang biasa digunakan oleh polisi atau detektif. Selain teknik yang berbeda, untuk dapat melakukan audit investigatif diperlukan sikap mental yang berbeda pula. Sikap mental yang perlu dimiliki tersebut antara lain tidak mudah menyerah, tidak gentar oleh ancaman, tidak mudah terpengaruh oleh ajakan, himbauan, tekanan dan rayuan tersangka, tidak cepat puas dan mampu berpikir layaknya seorang pencuri. Seorang auditor investigatif harus pandai membaca pola-pola yang acak, mampu membaca motif, mampu menerjemahkan petunjuk-petunjuk kecil dan memburu petunjuk yang ada layaknya seekor singa memburu mangsanya. Layaknya seorang pemburu, seorang auditor investigatif harus mengetahui segala seluk beluk tindak korupsi. Korupsi dilakukan dengan banyak cara dan semakin canggih. Secara garis besar ada tiga fenomena umum korupsi yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme (nepotism). Joseph T Wells, bapak audit investigatif, menambahkan lagi dua fenomena yaitu konflik kepentingan dan gratifikasi (hadiah). Tindak korupsi seperti layaknya gunung es. Seringkali kita hanya melihat sepucuk kecil di permukaan, dan tidak bisa menjangkau sampai ke dasar. Sesuai pendapat Lord Acton, bahwa kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pastilah korup. Artinya korupsi dilakukan oleh pihak-pihak yang berkuasa, sehingga mereka akan menutupi aksinya tersebut dan mempertahankan posisi sekuat tenaga. Para pelaku biasanya juga sudah berpengalaman dalam melakukan tindak korupsi dan seringkali dilakukan dengan berjamaah. Sehingga upaya untuk membongkar dan membuktikan aksi mereka membutuhkan upaya yang luar biasa. Selain dihadapkan pada tembok kekuasaan, tantangan lain seorang auditor invetigatif adalah harus benar-benar memahami sistem hukum Indonesia. Tidak sembarang bukti dapat diterima di pengadilan. Alih-alih pihak yang kita selidiki bisa menuntut balik kepada kita, jika kita salah prosedur. Bukti yang diajukan ke pengadilan harus relevan dan kompeten. Relevan artinya bisa digunakan untuk membuktikan sesuatu telah terjadi. Kompeten artinya diperoleh dengan cara yang dibenarkan oleh hukum dan otentik. Bukti tersebut juga harus bisa membuktikan bahwa unsur-unsur tindak pidana telah terjadi. Unsur tersebut antara lain merugikan keuangan negara, memperkaya pribadi, unsur pelanggaran kewenangan dan menerima imbalan dari pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Paling tidak butuh dua alat bukti untuk bisa membawa suatu kasus korupsi ke pengadilan. Semakin banyak koruptor yang bisa dipenjarakan akan membuat efek jera bagi para pelaku dan menghalangi orang untuk melakukan tindakan tersebut. Apa artinya uang 1 miliar atau 1 triliun bagi seseorang jika orang tersebut dihukum seumur hidup atau dihukum mati. Hal ini sejalan dengan strategi pemberantasan korupsi yang sukses diterapkan di berbagai negara. Tengok Cina yang berhasil menurunkan tingkat korupsi secara signifikan dengan menembak mati para koruptor di alun-alun. Tentu saja strategi ini harus diiringi dengan langkah-langkah lain, seperti peningkatan pendapatan pegawai negeri, pembenahan sistem administrasi dan keuangan, serta peningkatan kesadaran anti korupsi lewat pendidikan dan kebudayaan.
Daftar pustaka http://blogimmfeumy.wordpress.com/2012/01/10/korupsi-dan-audit-investigatif/ http://www.slideshare.net/Linkingpar/investigasi-tindak-pidana-korupsi-investigasi-pengadaan- dan-komputer-forensik http://id.scribd.com/doc/195015637/Resume-Akuntansi-Forensik-Dan-Audit-Investigatif http://id.scribd.com/doc/51146208/Audit-Investigasi http://auditinvestigasi.blogspot.com/ http://gemilangtrimeidhasari.wordpress.com/2009/11/02/cara-efektif-mendeteksi-kecurangan- dalam-upaya-memberantas-korupsi-di-negeri-ini-dengan-audit-investigasi/