Você está na página 1de 9

PUJIAN DAN PENYEMBAHAN DALAM PERSEKUTUAN DOA

PUJIAN DAN PENYEMBAHAN


Pujian bersifat gembira. Di dalam pujian kita bersorak-sorai dan bersukacita
memuliakan Tuhan, memuji kebaikanNya, bersyukur kepada-Nya. Di dalam pujian pula ada
suatu unsur pewartaan kebaikan Tuhan. Di dalam pujian kita tidak takut-takut untuk
mewartakan kehadiran dan kebaikan Tuhan (bdk. Mazmur-Mazmur pujian dalam Kitab
Suci). Orang lain yang hadir pada masa itu pasti akan mendengar dan menyaksikan pujian
kita. Di dalam pujian kita memuliakan Tuhan bukan hanya dalam hati, dengan perasaan
kita, tetapi juga dengan seluruh tubuh jasmani kita. Kita memuji Tuhan dengan melibatkan
seluruh perasaan, kehendak, pikiran, dan tubuh kita. Semuanya ini tampak dari luar. Jadi,
masa memuji Tuhan juga merupakan masa ketika kita mewartakan Tuhan.
Pujian yang benar umumnya memiliki unsur-unsur berikut: sukacita (senyum),
semangat, dan antusiasme (enthusiasm). Di dalam pujian kita mewartakan Tuhan yang
hadir dengan kehadiran kita sendiri yang penuh sukacita, cintakasih, dan kegembiraan yang
tampak dari luar. Kegembiraan yang tampak itu keluar dari hati yang sungguh-sungguh
dipenuhi oleh Roh Sukacita dari Allah sendiri. Roh Allah itu sifatnya tenang sekaligus
dinamis. Ia tidak dapat dibatasi oleh apa pun juga. Terkadang ada pandangan bahwa orang
yang hidup doanya mendalam tentu tidak akan memuji Tuhan dengan luapan emosi,
misalnya: bertepuk tangan dan menari. Pandangan ini salah sekali sebab bukankah Tuhan
bersabda: "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan jiwamu, dengan
segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu." Bagaimana kita dapat memuji
Tuhan dan mengasihiNya dengan segenap kemampuan atau kekuatan kita apabila kita tidak
mau menari untuk Tuhan, jika memang itu saatnya menari? Kitab Pengkhotbah
mengatakan bahwa segala sesuatu ada masanya. Jadi, apabila memang saatnya untuk
bersukacita memuji Tuhan, bersukacita dan bergembiralah bersama-sama untuk
memujiNya. Daud tidak segan-segan menari di hadapan Tabut Tuhan. Santa Teresa Avila
juga sangat menyukai tari-tarian. Penulis sendiri tidak pernah mendengar ada orang kudus
yang murung dan tidak menyukai seni. Sesungguhnya para kudus merupakan orang-orang
yang sangat mencintai keindahan pula, sebab bukankah Tuhan adalah Keindahan itu
sendiri?
Pujian yang keluar dari lubuk hati yang terdalam mengandung antusiasme dan
semangat untuk mencintai Tuhan yang tidak mungkin dapat ditutup-tutupi. Antusiasme di
sini tidak berarti bersikap sembrono dan liar. Memuji Tuhan tidak seperti menghadiri suatu
konser musik rock. Memuji Tuhan adalah terbuka sepenuhnya kepada Roh Kudus,
bersukacita dalam Roh, tidak mengikatkan diri kepada aturan-aturan yang kaku. Akan
tetapi, Roh Kudus adalah Roh yang tertib dan teratur. Dia adalah Roh yang dinamis, tetapi
tidak berlebih-lebihan.
Di dalam pujian orang benar ada kesaksian akan kebaikan Tuhan yang sekaligus
bersifat menyembuhkan. Pujian orang benar mengajak orang untuk ikut serta memuji
Tuhan dengan sukacita. Di dalam pujian kita hadir di hadapan Tuhan menyerahkan hati
yang letih lesu dan berbeban berat sehingga ratapan kita diubah menjadi tari-tarian dan
kidung duka kita diubah menjadi nyanyian kesukaan (bdk. Mzm 30:12).
Penyembahan lebih bersifat batiniah dibandingkan dengan pujian. Penyembahan
berarti memasuki suatu kemesraan dengan Tuhan. Meskipun pujian maupun penyembahan
memiliki sifat pewartaan, penyembahan lebih bersifat hubungan vertikal, relasi antara saya
dan Tuhan. Penyembahan melibatkan pula emosi dan perasaan yang terdalam, tetapi itu
tidak berarti kehilangan kontrol atas diri. Bernyanyi penuh perasaan bukan berarti
bernyanyi tanpa menahan diri. Teknik bernyanyi tetap perlu sebab hanya dengan bernyanyi
dengan penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang baik akan dihasilkan nyanyian
yang indah. Memang tidak setiap orang mempunyai bakat bernyanyi. Yang tidak berbakat
bernyanyi dengan sendirinya harus dengan rendah hati mengakuinya dan tidak memaksa
diri untuk bernyanyi dengan lantang atau kuat sehingga dapat 'merusak' suasana.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pelayanan musik atau nyanyian
penyembahan yang baik, yang indah, sangat penting dewasa ini:
1. Penyembahan yang indah menciptakan suasana doa.
2. Nyanyian yang indah membantu kita untuk mengarahkan hati kepada Tuhan.
3. Musik dan nyanyian yang indah meningkatkan kepekaan kita.
4. Nyanyian penyembahan yang indah menyegarkan jiwa dan bisa membawa orang
kepada pertobatan.
5. Sebaliknya, nyanyian yang sumbang dan tidak diatur hanya akan mengganggu orang
lain.

Perlu ditambahkan, meskipun pelayanan musik ini sangat penting, harus diusahakan
jangan sampai pelayanan ini menjadi semacam show, atau yang lebih parah lagi, kalau
sampai dikomersialkan.

STRUKTUR PERSEKUTUAN DOA
Di dalam menyiapkan suatu Persekutuan Doa (selanjutnya disingkat: PD), kita perlu
memilih lagu menurut suatu struktur tertentu. Namun, struktur ini tidak boleh bersifat kaku
sehingga tidak dapat berubah apabila PD tersebut dilangsungkan. Di dalam PD, perlu
kepekaan terhadap bimbingan Roh Kudus. (Mengenai bagaimana mengenal bimbingan Roh
Kudus secara umum, silakan baca artikel-artikel tentang discernment di bagian artikel-
artikel "karismatik" situs ini). Kadang dalam PD, seorang pemimpin bisa saja mengubah alur
atau bahkan menyanyikan lagu lain, meskipun itu tidak direncanakan sebelumnya. Kalau itu
benar dorongan Roh Kudus, suasana PD akan menjadi semakin baik menghantar para
peserta kepada Tuhan. Namun, persiapan dan struktur yang baik tetap perlu, bahkan harus
ada, sebab tidak mungkin PD dilaksanakan sembarangan saja. Kita tidak dapat begitu saja
memulai PD tanpa persiapan seolah-olah sudah dapat mengetahui apa yang dikehendaki
Roh Kudus.

Berikut ini adalah struktur PD yang lazim diikuti, meskipun sekali lagi tidak boleh
dibakukan:
1. Pembukaan. Boleh dipilih sebuah lagu Roh Kudus atau lagu penyembahan.
2. Puji-pujian. Dipilih beberapa lagu (umumnya 3-4 lagu) pujian. Perlu diperhatikan
pula, sebaiknya lagu-lagu yang dipilih lama semakin lama meningkat tempo atau
iramanya dari satu lagu ke lagu yang lainnya.
3. Lagu penyembahan (umumnya dua) untuk mengantar kepada senandung dan
manifestasi roh.
4. Senandung dan manifestasi-manifestasi roh. Persekutuan doa yang baik adalah
persekutuan doa yang terbuka kepada karunia-karunia Roh Kudus. Berkenaan
dengan ini Santo Paulus berkata: "Kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun Jemaat."
5. Saat hening untuk mendengarkan Tuhan. Saat hening mutlak harus ada dalam
persekutuan doa yang baik sebab Tuhan lebih sering berbicara di dalam keheningan.
Saat keheningan adalah saat yang paling tepat untuk mendengarkan suara Tuhan.
Hendaklah pemimpin pujian atau pengarah acara mengajak seluruh umat yang hadir
suatu ketika untuk hening di hadapan Tuhan. Untuk menentukan kapan harus hening
memang diperlukan kepekaan khusus dari pengarah acara. Namun, yang seringkali
terjadi adalah pengarah acara atau pemimpin pujian takut untuk hening!
6. Pengajaran atau sharing. Kedua hal ini bersifat tidak harus ada. Ingat bahwa yang
terpenting dalam persekutuan doa adalah hubungan para peserta dengan Tuhan,
entah itu lewat doa-doa, maupun pujian dan penyembahan.

TIM PUJIAN DAN PENYEMBAHAN
Secara umum, tim pujian dan penyembahan terdiri atas: pemimpin pujian, pengarah
acara, para penyanyi (singers), dan para pemain musik. Mereka inilah yang menggerakkan
orang-orang yang berkumpul dalam suatu PD untuk memuji dan menyembah Tuhan
bersama-sama.
Sebelum kita masuk ke dalam peran setiap anggota tim, perlu Penulis tekankan soal
motivasi dan dasar pelayanan suatu tim pujian dan penyembahan yang baik.

1. Kerendahan hati.
"Hendaklah dengan rendah hati yang satu menganggap yang lain lebih utama daripada
dirinya sendiri." (Flp 2:3) Kerendahan hati merupakan syarat mutlak seorang pelayan
Tuhan, bahkan bagi setiap pengikut Kristus. Semakin rendah hati seseorang, semakin ia
berkenan di hadapan Tuhan. Nilai seseorang di hadapan Tuhan tidak tergantung dari
besarnya tugas atau fungsinya di dalam tim PD, melainkan dari cinta dan kerendahan
hatinya.
2. Kerjasama tim.
Banyak PD yang akhirnya berantakan dan bubar akibat sulitnya kerjasama
antaranggotanya. Yang satu merasa diri lebih hebat daripada yang lain sehingga mau
mengatur segalanya. Sekali lagi: rendah hati. Para anggota tim PD: sadarlah akan peran
dan tempatmu masing-masing.
3. Tanpa pamrih.
Pelayanan seseorang akan semakin berbuah apabila ia semakin menundukkan nafsu dan
keinginannya sendiri di bawah kehendak Tuhan. Pelayan Tuhan yang paling baik adalah
ia yang menganggap setiap pelayanan yang ia lakukan sebagai upahnya juga. "Upahku
adalah boleh memberitakan Injil tanpa upah." (1 Kor 9:18)
4. Melayani dari buah kontemplasi (berkaitan dengan persiapan).
Banyak orang yang tidak mengerti bahwa sebenarnya doa merupakan latihan juga.
Semakin sering seseorang berdoa, semakin pekalah ia pada bimbingan dan kehendak
Tuhan, dan semakin berkembang pulalah pelayanannya. PD-PD yang dilayani oleh tim-
tim yang hidup doanya matang pasti akan berbuah banyak. Sebaliknya, kehidupan doa
yang suam-suam kuku akan membuat pelayanan kita menjadi tidak menarik pula,
kehilangan kuasanya. Karena itu, penting bagi setiap anggota tim untuk menjaga hidup
doa pribadinya. Selain itu, baik sekali jika sebelum acara PD, anggota-anggota tim yang
akan melayani berkumpul sejenak untuk berdoa bersama.

Setelah kita melihat bersama beberapa prinsip pelayanan tim PD, sekarang saatnya
kita melihat peran masing-masing anggota tim. Penulis membedakan antara pemimpin
pujian dan pengarah acara karena memang ada perbedaan fungsi antara keduanya. Dalam
pengamatan Penulis, PD-PD dewasa ini kurang memperhatikan perbedaan fungsi ini dan
cenderung menyamakan saja pemimpin pujian dan pengarah acara. Bahkan seringkali suatu
PD menjadi suatu one man show dengan satu saja MC, yang bertindak sebagai penggerak
utama suatu PD. Penulis tidak mau mengecilkan MC-MC semacam itu karena Penulis sadar
bahwa ada beberapa dari antara mereka yang memang memiliki karisma sebagai pemimpin
pujian sekaligus pengarah acara. Namun, jumlah mereka ini sedikit sekali.
Apa perbedaan antara pemimpin pujian dan pengarah acara? Pemimpin pujian adalah
dia yang menguasai lagu-lagu yang dibawakan, dapat menyanyikannya dengan baik. Tidak
hanya itu, ia juga harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan umat untuk
memuji dan menyembah Tuhan dengan baik. Penjiwaan lagu mutlak harus dimiliki
ditambah dengan karisma untuk dapat mengajak seluruh umat yang hadir untuk bersama-
sama memuji dan menyembah Tuhan (Hal-hal praktis akan diberikan di bawah). Ada pun
pengarah acara mempunyai peran dan fungsi yang lain. Dia mempunyai tugas untuk
menggerakkan arah suatu PD sesuai dengan arah dan irama Roh Kudus. Meskipun Roh
Kudus bisa menggerakkan siapa saja dalam suatu PD, tetap perlu ada seorang, yang
memang dikenal matang hidup rohaninya dan terbuka terhadap dorongan Roh Kudus, di
dalam suatu tim PD agar PD tersebut dapat berkembang baik oleh Roh Kudus. Untuk
seseorang yang memang dipanggil untuk menjadi pengarah acara, Roh Kudus selalu
memberikan karunia untuk membeda-bedakan roh (discernment). Banyak PD yang
akhirnya 'mati' karena tidak ada anggotanya yang memiliki karunia ini atau memiliki, tetapi
tidak mau memakainya. Tanpa karunia ini, suatu PD akan kehilangan arah dan tujuannya.
Yang lebih parah, ia kehilangan kepekaan akan kehendak Roh Kudus. Kalau demikian,
memang sebaiknya PD tersebut dibubarkan saja.
Selama berjalannya acara PD, pemimpin pujian dan pengarah acara harus dapat
berkomunikasi dengan baik. Karena itu, mereka harus berada berdekatan. Seorang
pengarah acara tidak harus ikut memegang mikrofon dalam bernyanyi. Artinya, ia tidak
harus pandai bernyanyi. Tiap anggota punya tempatnya masing-masing (meskipun ada dari
mereka yang memang juga pandai bernyanyi dan karenanya, selalu boleh ikut serta sebagai
penyanyi).
Para penyanyi (singers) juga mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya dengan
pemimpin pujian dan pengarah acara. Hal ini perlu sekali ditegaskan karena seringkali
orang menyepelekan tugas dan peran seorang singer. Masalah menjadi serius jika
pandangan semacam ini datang dari para penyanyi itu sendiri. Akibatnya, mereka tidak
akan sungguh-sungguh melayani dan akhirnya hanya sekedar hadir dan membuka mulut.
Padahal, seperti telah dijelaskan di atas, betapa pentingnya menyanyi dengan baik, memuji
Tuhan untuk mewartakan kebesaranNya, serta memadahkan kidung penyembahan tanda
cinta dan kerinduan kita kepadaNya. Dan dari antara anggota tim pujian dan penyembahan,
hanya para penyanyilah yang mempunyai kesempatan paling besar untuk melakukannya!
Mengapa? Karena hanya merekalah yang dapat dengan penuh konsentrasi melaksanakan
tugas mereka: menyanyi. Pemimpin pujian, dalam arti tertentu, tidak dapat menyanyi
dengan sepenuh perhatian karena ia masih harus mempertimbangkan hal-hal lain. Hal ini
tidak berlaku bagi para penyanyi. Jadi, di pundak para penyanyilah terletak tugas mulia
pujian dan penyembahan dalam kadar yang sepenuhnya!
Peran pemusik dalam PD sangat vital juga. Instrumen dan aransemen musik yang
indah merupakan sarana dahsyat untuk memperkembangkan Kerajaan Allah di dunia ini.
Pemusik yang baik adalah ia yang pertama-tama taat kepada pemimpin pujian dan terbuka
kepada bisikan Roh. Dalam hal ini, ia harus bisa membedakan bisikan Roh yang sejati. Roh
Kudus tidak pernah mendorong seseorang untuk menganggap dirinya lebih hebat daripada
yang lain. Godaan yang sering muncul dalam benak seorang pemusik adalah mau main
sendiri tanpa mempedulikan arahan dari pemimpin pujian. Pendek kata, jika pemimpin
pujian, misalnya, memberi kode supaya musik berhenti, pemain musik harus taat. Bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi jika dalam suatu PD, pemain musik dan pemimpin
pujian tidak satu roh. Di lain pihak, jika dalam diri sang pemusik ada dorongan untuk
mengangkat instrumen lagu tertentu pada saat hening, ia boleh mengikutinya, asalkan
tetap memperhatikan prinsip ketaatan.

BEBERAPA HAL PRAKTIS
Sebagai penutup, berikut ini saya tuliskan beberapa hal praktis berkenaan dengan PD:
1. Persiapan dan latihan lagu-lagu yang akan dinyanyikan sangat penting. Tentukan waktu
untuk latihan bersama seluruh anggota tim. Berapa kali? Itu tergantung keperluan dan
kebijaksanaan masing-masing tim. Hanya jangan tampil tanpa latihan. Ada godaan bagi
tim-tim yang sudah berkecimpung lama dan menganggap diri sudah berpengalaman
untuk menganggap remeh latihan. Pelayanan untuk memuliakan Tuhan bukanlah hal
yang sepele. Jika para aktris profesional tidak pernah berhenti melatih diri, itu untuk
membawa pujian kepada dirinya sendiri, betapa para pelayan Tuhan harus lebih melatih
diri, untuk membawa pujian kepada Allah Semesta Alam.
2. Bahasa roh dan senandung dalam bahasa roh merupakan sarana yang cukup penting
bagi perkembangan karunia-karunia lainnya. Karena itu, mintalah karunia ini kepada
Tuhan demi pelayanan kepada umatNya. Mengenai bahasa baru ini, baca pula beberapa
artikel di situs ini, selalu di bagian "karismatik".
3. Bagi pemimpin pujian:
Komentar-komentar pengantar setiap lagu hendaknya jangan terlalu panjang.
Jangan memilih terlalu banyak lagu baru yang belum dikuasai umat. Ada
kecenderungan PD-PD tertentu untuk selalu menampilkan lagu-lagu baru. Padahal
penyembahan yang baik tergantung dari penghayatan lagu dan penghayatan
tergantung dari penguasaan lagu tersebut. Lagu baru yang bagus belum tentu dapat
dihayati oleh umat.
Berikan kode-kode atau tanda-tanda (tanda kembali ke awal lagu, refren, dsb.) yang
jelas kepada para pemusik pada waktunya.
4. Bagi pengarah acara:
Heninglah jika memang saatnya untuk hening! Ada dua godaan besar. Pertama,
ingin komentar terus-menerus atau mengungkapkan doa panjang-panjang, karena
takut umat akan gelisah kalau hening. Kedua, bernubuat atau mengungkapkan
sabda-sabda terus-menerus supaya dianggap hebat. Jika motivasi seperti ini ada
maka hampir dipastikan nubuat atau sabda pengetahuan yang diungkapkan tersebut
adalah semu atau bahkan palsu! Sering juga terjadi 'perang' nubuat. Jika ini terjadi,
jangan ragu untuk memotongnya dan mengajak umat untuk hening. Hampir pasti
kalau terjadi 'perang' nubuat, yakni nubuat-nubuat muncul silih berganti tanpa henti
dan juga tanpa arah, sebagian besar nubuat tersebut adalah nubuat semu. Ingat
kata Santo Paulus mengenai ketertiban dalam berkata-kata dalam bahasa roh, yang
berlaku juga untuk nubuat: "Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah
dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada
seorang lain untuk menafsirkannya." (1 Kor 14:27) Saat untuk hening boleh saja
ditimpali dengan instrumen lembut, asalkan tidak sampai terlalu keras sehingga
mengganggu suasana doa. Mengenai nubuat dan sabda pengetahuan, penjelasan
lebih lengkap ada juga di situs ini.
Berkaitan dengan saat hening: jika dirasa bahwa banyak umat mulai gelisah,
angkatlah sebuah lagu atau ajaklah umat untuk memanjatkan doa-doa spontan.
Kalau ada pribadi-pribadi di antara umat yang dirasa mengganggu dalam PD,
misalnya: histeris atau mengatakan nubuat atau sabda pengetahuan palsu, jangan
sungkan untuk memotongnya. Jika orang tersebut masih bandel, lakukan
pendekatan persuasif dan jika perlu tegurlah dia.
Suatu PD dikatakan sukses apabila ada keterlibatan aktif sebagian besar yang hadir.
Jangan dihalangi kalau ada dari umat yang hadir terdorong untuk menyampaikan
nubuat atau mengangkat lagu seturut dorongan Roh. Jangan sampai mematikan
Roh.
5. Bagi singer:
Satu saja: bernyanyilah dengan segenap kemampuanmu, dengan segenap hatimu,
dan dengan segenap cintamu. Wartakan kebaikan Tuhan terhadapmu.
6. Bagi pemusik:
Ketaatan kepada pemimpin pujian mutlak diperlukan pada saat berlangsungnya
acara PD.
Mainkanlah musik sesuai dengan yang sudah dilatih. Jangan sampai mengubah jenis
irama atau kunci dari yang sudah disepakati bersama.
Jangan lalai untuk memperkembangkan skill musikmu. Asahlah terus kemampuanmu
demi kemuliaan Tuhan.
7. Pada waktu acara sedang berlangsung, tidak tertutup kemungkinan muncul kekesalan
dalam dirimu, entah karena musik yang kaurasa terlalu keras atau nyanyian yang
sumbang atau komentar pemimpin pujian yang terlalu panjang atau apa saja yang
berkaitan dengan anggota tim yang lain. Jika itu terjadi, jangan ikuti perasaan tersebut.
Akan jauh lebih baik jika engkau tetap berkonsentrasi dengan tugasmu. Berdoalah
sejenak, persembahkan itu kepada Tuhan, dan kembali arahkan seluruh perhatianmu
untuk melayani Dia. Untuk memperbaiki yang salah ada waktunya sendiri: evaluasi.
8. Evaluasi setelah PD penting juga. Segala kekurangan pada waktu acara berlangsung bisa
disampaikan dan diperbaiki pada waktu itu. Lakukan evaluasi dalam semangat
cintakasih, kerendahan hati, dan doa. Bukan untuk mengadili, namun untuk menjadikan
PD lebih baik di masa depan.
9. PD yang baik ialah PD yang dipenuhi semangat persaudaraan di antara anggotanya.
Ingat Mzm 23! Selain itu, perlu saya ulang di sini, hendaknya setiap anggota PD rajin
berdoa secara pribadi, membina hidup rohani masing-masing. Alangkah indahnya PD
yang dipenuhi orang-orang yang penuh Roh Kudus dan kaya akan karunia-karunia Roh
Kudus Hanya mereka yang berdoa yang dapat memilikinya, dan memilikinya secara
berlimpah-limpah.

Você também pode gostar