Você está na página 1de 24

7

LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat
(Wong, 2004 : 460).
Bronchopneumina adalah Infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah yang mengenai daerah bronchus (Mansjoer, 2000 : 465).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Price, 200 : 710).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing





7
8
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, pneumonia terbagi atas:
a. Pnemonia bacterial
Lebih dari 90 % Pnemonia bacterial disebabkan oleh diplococus pnemonia
(pneumococus), stapilococus aureus sebanyak 1,5 % Klebosiela.
Haemofilus Influensa, Streptococus haemolitikus, dan pseudomonas.
b. Pnemonia Virus dan micoplasma
Disebabkan oleh bermacam-macam virus, seperti virus influenza, para
influenza, adenovirus, rinovirus, dan lain-lain.
c. Pnemonia Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan pnemonia antara lain Hitoplasma
capsulatum, coccidioides immitis, kadang-kadang juga oleh kandida,
kriptokokus, blastomises, aktinomises, dan kokardia.
d. Pnemonia aspirasi
Disebabkan oleh aspirasi isi lambung atau za-zat lain seperti minyak tanah.
e. Pnemonia hipostasis
Biasanya diderita oleh orang tua dan penderita penyakit terminal.
3. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan terdiri dari saluran pernapasan atas dan saluran
pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari ; hidung, laring, faring,
dan trachea. Saluran pernapasan bawah terdiri dari ; Bronchus, bronchiolus,
dan alveolus.
9
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen (inspirasi) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO
2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh (ekspirasi). (Syarifudin, B.Ac,1995 : 101). Dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara O
2
dan CO
2
. Oksigen ditarik dari udara masuk ke
dalam darah dan CO
2
akan dikeluarkan dari darah sebagai osmose.
Seterusnya CO
2
akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan
pernapasan) dan O
2
masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (vertikel sinistra)------ ke
aorta------keseluruh tubuh (jaringan0jaringan dan sel-sel) disini terjadi
oksidasi (pembakaran) sebagai ampasnya (sisanya) pembakaran adalah CO
2
dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung
(serambi kanan) / ventrikel dekstra)------ ke bilik kanan (atrium dekstra) dan
dari sini keluar melalui arteri pulmonalis------ ke jaringan-jaringan paru-paru
akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli.
a. Guna pernapasan
1) Mengambil O
2
yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO
2
yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.

10
b. Organ-organ pernapasan
1) Hidung Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang hidung (cavum nasi), dipisahkan oleh sekret hidung (septum
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara dari kotoran debu yang masuk ke dalam lubang hidung.
a) Struktur hidung
(1) Bagian luar terdiri dari kulit
(2) Lapisan tengah terdiri dari otot dan tulang rawan
(3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat dan
dinamakan konka nasalis, yang berjumlah tiga buah ; konka
nasalis interior, medial dan superior.
b) Fungsi hidung
(1) Sebagai saluran udara pernapasan
(2) Penyaringan udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
(3) Menghangatkan udara oleh selaput mukosa
(4) Membunuh bacterial yang masuk oleh leukosit yang terdapat
pada selaput mukosa hidung
2) Tekak = Faring
Merupakan persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Pada kiri dan kanan dari faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring
dibagi dalam 3 bagian :
11
a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan koana
b) Orofaring, bagian tengah yang tingginya sama dengan istmus
fausium.
c) Laringofaring, bagian bawah
3) Pangkal tenggorokan = laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara.
4) Batang tenggorokan = trachea
Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 12-20 cincin tulang
rawan yang terbentuk seperti huruf C sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar (bersilia). Guna dari silia untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama udara. Yang
memisahkan trachea menjadi bronchus kiri dan kanan di sebut karina.
5) Cabang tenggorok = bronchus
Bronchus merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah, kiri dan
kanan, setinggi vertebra torakalis ke IV dan V.
6) Paru-paru
Paru-paru di bagi dua :
a) Paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus
media, dan lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen ; 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada lobus
medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior.
12
b) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus
inferior. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada
lobus superior, dan 5 segmen pada lobus inferior. Paru-paru di
bungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Pleura Visceral; selaput yang membungkus paru-paru
(2) Pleura parietal; selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura,
dan berisi sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
melumasi permukaannya dan menghindari gesekan antara
dinding dada pada saat bernapas.
4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai
alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
13
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien
terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema
proses.
Pada saat kuman penyebab pnemonia mencapai alveoli, akan
menyebabkan respon yang khas, terdiri dari empat tahap yang berurutan :
a. Kongesti (4 jam sampai 12 jam pertama : Eksudat serosa masuk kedalam
alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan
berganulasi (hepatisasi=seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin,
dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
c. Hepatasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru-paru tampak kelabu karena
leukosit dan fibrin mengalami konlidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (7 sampai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.







14
Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :
Peradangan pd bronchus dan
alveolus
Akumilasi cairan dan
eksudat
Suplai oksigen
kurang adekuat
Gangguan
pertukaran gas
Komplikasi
Hipotalamus
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Respon
pirogen dan
lekosit
Sianosis/hipoxia
Proses difusi
terganggu
Sumber : Silvia A. Price. 1998, Wilson, 1994
Agen Infeksius
(Streptococcus)
Hipertermi
Kematian
Osteomielitis Meningitis Perikarditis OMA Peritonitis
15
5. Manifestasi klinis
a. Bronchopnemonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius
atas selama beberapa hari
b. Suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40
0
C dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi
c. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung, sinosis sekitar hidung dan mulut
d. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
e. Batuk disertai pada permulaan penyakit
f. Pemeriksaan laboratorium leukositosis 15.000-40.000 /mm
3

g. Pemeriksaan pada radiologi, pada foto bronchopnemonia terdapat
bercak-bercak infiltrat satu atau beberapa lobus.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
a. Empiema : Adanya aksudat dalam kavum pleura akibat dari perluasan
pnemonia.
b. Emfisema : Suatu keadaan pengembangan paru-paru dengan udara
berlebihan yang mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.
c. Atelektasis
d. Otitis media akut
e. Meningitis


16
7. Penatalaksanaan medik
Menurut Suriadi dan rita Yuliani, (2001 : 250 ) penatalaksanaan
terhadap penderita bronchopneumonia, yaitu sebagai berikut :
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas yang adekuat, misalnya
dengan pemberian oksigen, penghisapan lendir dan postural drainage.
b. Mempertahankan hidrasi yang adekuat, misalnya dengan pemberian
sonde fooding dan pemberian cairan parenteral.
c. Medikamentosa yang bersifat simptomatis dan pembunuhan kuman
dengan pemberian antiobiotika spektrum luas dan pemberian
ekspektoran untuk mengencerkan dahak.

B. Proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan
oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta
mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan denganberfokus pada klien,
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan
saling berhubungan (Hidayat, 2004 : 95)
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
dilaksanakan melalui proses keperawatan. Teori dan konsep keperawatan
diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang teroganisir meliputi :

17
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2004 : 98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien dan keluarga
Klien meliputi : Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
suku, bangsa, dan alamat.
Ayah meliputi : Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat.
Ibu meliputi : Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat.
Saudara kandung meliputi : umur, jrnis kelamin, dan pendidikan.
b. Ruang lingkup masalah keperawatan
Keluhan utama pada waktu masuk rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi
a) Provocative, yaitu penyebab / hal-hal yang mendahului
sebelum terjadi keluhan utama. Pada pasien Bronchopnemonia
biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
18
b) Qualitas / Quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan
bagaimana rasanya seberapa sering terjadi yaitu sesak napas,
dan demam tinggi sampai kejang.
c) Region / Radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ditemukan, daerah / area penyebaran sampai kemana.
Pada pasien Bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada
seluruh daerah dada.
d) Severity scale, yaitu skala keperawatan / tingkat kegawatan
sampai seberapa jauh. Pada pasien Bronchopnemonia biasanya
sesak dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan
kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
e) Timing, yaitu kapan keluhann tersebut mulai ditemukan /
dirasakan. Pada pasien Bronchopnemonia keluhan berat pada
saat malam hari dan aktifitas yang berlebihan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat / tidak
dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama,
bagaimana reaksi anak). Pengobatan yang pernah diberikan
(jenis,berapa lama, dosis). Tindakan medis (LP, operasi, vena
pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak.



19
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi kelurga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, paman, bibi, dan
lain-lain, penyakit yang pernah diderita / masih diderita penyakit
menular penyakit keturunan dan lain-lain.
4) Riwayat kehamilan keluarga
a) Prenatal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, pendarahan, makanan
pantangan, pemeriksaan kehamilan.
Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali
pemeriksaan)
Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali
pemeriksaan)
Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
Imunisasi TT 2 kali selama kahamilan
b) Natal
Meliputi ; bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan,
apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang
lama, pendarahan, posisi janin waktu lahir.
c) Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal,
kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo / hipetermin
nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu ASI keluar
diganti PASI, pantangan makanan ibu.
20
5) Riwayat tumbuh kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak
seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
6) Riwayat psikologi
a) Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain.
b) Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan
intelegensi.
c) Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, akut, gembira dan lain-
lain.
d) Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap
dirinya ; harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang
terbaik, dan aktualisasi diri.
e) Pola pertahanan diri, meliputi bagaimana keluarga menghadapi
masalah yang dihadapi
7) Riwayat sosial ekonomi
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku,
rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
8) Kebiasaan sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain
dan personal hygiene.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran pertumbuhan meliputi : TB, BB, Lingka kepala dan
lingkar lengan atas.
21
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi
dan suhu tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh :
a) Sistem penglihatan
Pada klien dengan bronchopneumania biasanya ditemukan
perubahan warna sklera mata bula terjadi hipertermi.
b) Sistem pernafasan
Pada penderita bronchopneumania biasanya ditemukan dispneu,
pernafasan cepat dan dagkal, pernafasan cuping hidung, dan
pengguaan otot-otot bantu pernafasan tambahan, suara nafas
abnodrma (ronchi dan weezing) dan batuk dengan produksi
sputum.
c) Sistem Kardiovskuler
Pada penderita bronchopneumania ditemukan adanya hipotensi,
tanda-tanda sianosis pada bibir dan hidung, nadi cepat dan
lemah.
d) Sistem Gastro Intestinal
Pada penderita bronchopneumania biasanya ditemukan diare,
mual, muntah, penurunan BB, dan distensi abdomen.
e) Sistem Neurologi
Pada penderita bronchopneumania biasanya ditemukan dalam
keadaan gelisah, bila suhu terus-menerus meningkat dapat
menimbulkan kejang dan penurunan kesadaran.
22
f) Sistem Muskuloskeletal
Pada pendeita bronchopneumania biasanya ditemukan dalam
keadaan kelelahan, tonus otot lemah, penurunan kekuatan otot
dan intoleransi aktivitas.
g) Sistem Urogenetalia
Pada pendeita bronchopneumania biasanya ditemukan oliguria,
perubahan haluaran urine dan perubahan konsistensi urine
(pekat).
h) Sistem Integumen
Pada pendeita bronchopneumania biasanya ditemukan
ditemukan sianosis, penurunan turgor dan penurunan elastisitas
kulit.
i) Sistem Endokrin
Pada pendeita bronchopneumania, kelainan endokrin biasanya
tidak ditemukan kecuali mempunyai penyakit bawaan atau
kelainan-kelainan tetapi bukan menjadi khas pada penderita
bronchopneumonia ini.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pada pendeita bronchopneumania biasanya ditemukan leukositosis
(15.000-40.000 /mm
3
), urine pekat mungkin ditemukan
albuminuria, AGD menunjukan asidosis metabolik, LED
23
meningkat, dan kultur nasofaring dan tenggorokan untuk
mengisiolasi kuman penyebab.
2) Foto Rontgen
Pada pemeriksaan radiologis (thoraks foto) pada broncho
pneumonia ditemukan bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus paru.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Menurut Dongeus (2000 : 166) dan Carpenito (2000:443),
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penerita
bronchopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler
alveoli.
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
d. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
f. Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan
dengan kurangnya informasi.


24
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil : sekret dapat keluar
Intervensi Rasional
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam,
kaji adanya peningkatan pernapasan
dan bunyi napas abnormal.


2. Lakukan suction sesuai indikasi.


3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam

4. Ciptakan lingkungan / nyaman
sehingga pasien dapat tidur dengan
tenang
5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien

6. Monitor analisa gas darah untuk
mengkaji status pernapasan
7. Sediakan sputum untuk kultur / test
sensitifitas
1. Penurunan aliran udara terjadi pada
area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi nafas bronchial dapat
terjadi. Suara ronchi adanya
penumpukan sekret / mucus.
2. mengeluarkan sekret secara
mekanik membantu mengurangi
sumbatan
3. Membantu memenuhi kebutuhan
oksigen secara adekuat
4. Lingkungan menjadi faktor utama
untuk ketenangan dan mengurangi
stresor.
5. Posisi semi fowler memperluas
lapangan paru untukberkembang
6. mengawasi proses penyakit dan
memudahkan terapi paru
7. Kuman penyebab diketahui pasti
sehingga obat yang diberikan
sesuai



b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler
alveoli.
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
Kriteria Hasil : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi,
pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat

25

Intervensi Rasional
1 2

1. Observasi tingkat kesadaran, status
pernafasan, tanda-tanda cianosis
2. Beri posisi fowler sesuai program /
semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program


4. Monitor AGD



5. Ciprtakan lingkungan yang
nyaman

6. Cegah terjadinya kelelahan


1. Menunjukan perkembangan dari
penyakit dan tindakan selanjutnya.
2. Posisi semi fowler memperluas
lapangan paru untukberkembang
3. Tujuan terapi oksigen adalah
mempertahankan PaO
2
diatas 60
mmHg.
4. mengawasi proses penyakit dan
memudahkan terapi paru


5. Lingkungan menjadi faktor utama
untuk ketenangan dan mengurangi
stresor.
6. Aktivitas berlebihan akan
membuat metabolisme meningkat
sehingga kebutuhan oksigen
bertambah


c. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal
Kriteria Hasil : Tanda dehidrasi tidak ada.
Intervensi Rasional
1 2

1. Catat intake dan output cairan
(balance cairan)

2. Anjurkan ibu untuk tetap
memberikan cairan peroral sesuai
indikasi
3. Monitor keseimbangan cairan ,
membran mukosa, turgor kulit,
nadi cepat, kesadaran menurun,
tanda-tanda vital.
4. Pertahankan keakuratan tetesan
infus
5. Observasi tanda-tanda vital (nadi,

1. Memberikan informasi tentang
keadekuatan volume ciran dan
kebutuhan pengganian.
2. Asupan peroran untuk memenuhi
kebutuhan tubuh (keseimbangan)

3. Indikator langsung keadekuatan
cairan.Turgor kulit, membrane
mokusa, dan tanda vital lain dapat
memberikan gambaran penyakit.
4. Mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh.
5. Mengetahui perkembangan
26
1 2
suhu, respirasi)

penyakit klien.

d. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan / meningkatkan
pemasukan nutrisi..
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji status nutrisi klien

2. Lakukan pemeriksaan fisik
abdomen klien (auskultasi, perkusi,
palpasi, dan inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari.

4. Kaji adanya mual dan muntah

5. Berikan diet sedikit tapi sering

6. Berikan makanan dalam keadaan
hangat
7. kolaborasi dengan tim gizi

1. Status nutrisi menentukan
penanganan lebih lanjut.
2. Bila infeksi berat biasanya
peristaltik usus menurun/

3. BB menunjukan status gizi
penderita.
4. Pilihan intrvensi tergantung
penyebab masalah
5. Mengurangi rangsangan
peningkatan asam lambung
6. Meningkatkan selera makan klien

7. Pengolahan diet yang sesuai dapat
meningkatkan selera makan klien


e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan
proses infeksi hilang
Intervensi Rasional
1 2
1. Observasi tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh yang meningkat
atau tinggi memberikan
gambaran adanya infeksi dalam
27
1 2


2. Berikandan anjurkan keluarga untuk
memberikan kompres / seka dengan
air hangat pada daerah dahi dan
ketiak
3. Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan

4. Berikan minum per oral

5. Ganti pakaian yang basah oleh
keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat penurun panas.

tubuh
2. Meningkatkan vasodilatasi
sehingga terjadi evaporasi.


3. Keluarga didorong untuk
berperan aktif dalam proses
penyembuhan klien
4. Mancapai keseimbangan cairan
tubuh.
5. Meningkatkan kenyamanan
klien
6. Antipiretik dapat menurunkan
suhu tubuh

f. Kurang pengetahuan orangtua tentang perawatan klien berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji tingkat pengetahuan orang
tua klien tentang proses penyakit
anaknya

2. Kaji tingkat pendidikan orang
tua klien

3. Bantu orang tua klien untuk
mengembangkan rencana asuhan
keperawatan dirumah sakit
seperti : diet, istirahat dan
aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi
anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien
1. Tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit dapat dijadikan
dasar sebagai bahan untuk
mengadakan pendidikan kesehatan
2. Tingkat pendidikan sebagai acuan
dalam menerapkan pendidikan
kesehatan
3. Pengetahuan tentang perawatan,
diet dan penanganan terhadap
penyakit klien dapat mengurangi
kecemasan keluarga

4. Anak merasa aman dan nyaman
bila dalam dekapan orang tuanya.
5. Pengetahuan tentang penyakit
28
tentang Pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, pengobatan,
pencegahan dan komplikasi
dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua
klien untuk bertanya tentang hal
yang belum dimengertinya
klien dapat membantu memberikan
gambaran terhadap
penatalaksanaan awal jika terjadi
kekambuhan
6. Diskusi menambah pengalaman
baik dari perawat maupun
keluarga.
Tabel. 3.6
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. 2 3 4

1.

DS : Menurut ibu klien :
- Klien sesak nafas
- Batuk keluar dahak
warna putih.

DO : - Klien terlihat lemah
- Ronchi (+)
- Weezing (+)
- RR 48 x / manit


Infeksi dan peradangan pada
parenkim paru

Hipersekresi mukus

Peningkatan sekresi secret

Akumulasi secret yg kental
dijalan nafas

Jalan nafas yang inefektif


Bersihan jalan nafas
tidak efektif

2.

DS : Menurut ibu klien :
- Klien sesak nafas


DO : - Klien terlihat lemah
- Bibir dan jari tangan
cyanosis
- Pernafasan cuping
hidung (+)
- Ronchi (+)
- Weezing (+)
- RR 48 x / manit


Infeksi pada parenkim paru

Penyempitan bronchus

Suplai Oksigen Berkurang

Pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak
efektif
29
1. 2 3 4
3 DS : Ibu klien mengatakan :
- badannya dingin
- rewel
- sulit tidur
DO :
- Klien tampak rewel.
- Klien terlihat
menangis dan rewel
- Suhu tubuh 36
0
C
- Bibir dan jari tangan
cyanosis
- BB sebelum sakit : 5
kg
- Selama sakit : 4,7 kg

Penurunan BB selama sakit

Kulit bayi tipis

Penurunan daya tahan tubuh

Radiator (sistem pengaturan)
nafas tidak efektif

Aliran darah kekulit kurang

suhu tubuh berkurang

resiko hipotermi

Resiko terjadinya
hipotermi
4 DS : Keluarga klien
mengatakan tidak
tahu tentang
penyakit anaknya
DO :
- Kelarga klien
menanyakan tentang
penyakitnya kepada
perawat.
- Keluarga klien
tampak cemas
dengan penyakit
klien
Anak dalam hospitalisasi

Informasi tentang penyakit
yang tidak adekuat

Kurang pengetahuan

Kurang Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000). Rencana Asuhan Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester,SKp. EGC. Jakarta

Doenges, Marlyn E.et al (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Alih
bahasa I Made Katiasa,SKp. EGC. Jakarta

Hall dan Guyton (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 16 EGC. Jakarta

30
Hidayat Aziz Alimul (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2,
Salemba Medika, Jakarta

Judith M. Wilkinson (2007), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC, Alih Bahasa : Widyawati dkk, Edisi 7, EGC
Jakarta

Maedow Roy, Newel Simon (2005). Lecture Noter Pediatrika, Edisi 7, Erlangga,
Jakarta

Mansjoer, Arief, dkk (2004). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5 Media
Aesculapius FKUI Jakarta.

Price, Sylvia Anderson and Wilson M. Lorraine. (2000). Patofiologi Klinis
Preses-proses Keperawatan. Jilid I, Edisi 5. Alih Bahasa, dr Peter
Anugrah. EGC. Jakarta

Suriadi, Yuliana rita (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, EGC,
Jakarta

Wong L. Dona (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC,
Jakarta

http//:www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 21 Februari 2008, pukul 06.05
WIB

Você também pode gostar