Você está na página 1de 11

A.

NO PERCOBAAN : 2
B. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Potensiometri Asam-Basa
C. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara
potensiometri
D. TANGGAL PERCOBAAN : 10 April 2014 pukul 07.00 WIB
E. SELESAI PERCOBAAN : 10 April 2014 pukul 10.00 WIB
F. TINJAUAN PUSTAKA :
Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di dalam larutan
sel, maka pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat penting dalam kimia
analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung pada
aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel harus
sedemikian rupa hingga potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan ditentukan;
ini disebut elektroda indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah pembanding,
seperti kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran. Potensial sel,
diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel
galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran
potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan,
mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator
yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau
bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi
dengan indikator.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume
pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran.
Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum
titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer
sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan
pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini
dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan.
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan
konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan
aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial
reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen
dapat dilakukan. Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat
automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang
digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi
yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat
berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen,
untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan
digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat
digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks.
Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi
ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan.
Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan
selama pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah
elektroda kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda
pengukur (elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau
garam dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus. Cara
potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik
akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek
dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah dan
sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang
paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu pada saat potensial
sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual tatanan sel dan efek
polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan
kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan
tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga
bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi. Potensiometri pada
dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam pengertian bahwa penyisipan
elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit
dari elektroda acuan). Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan, titrasi
terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu, metode
potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal dengan
pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik nol, penetapan
besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium permanganate dengan kalium
iodide. Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum
titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer
sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan
pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini
dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan.
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya
harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis
elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara
berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi
dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003).
a) Reaksi netralisasi: Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya
elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10
-8
.
b) Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: Pembentukan endapan atau
kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan
elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
c) Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks.
Oksidator kuat (KMnO
4
, K
2
Cr
2
O
7
, Co(NH
3
)
3
) membentuk lapisan logam-oksida
yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar,
2003).
Semua potensial elektroda dikutip relatif terhadap potensial elektroda hidrogen standar.
Jadi, elektroda hidrogen haruslah dianggap sebagai elektroda rujukan primer. Elektroda
yang paling meluas penggunaannya adalah elektroda kalomel, disebabkan oleh
mudahnya pembuatan dan konstan potensial. Sebuah sel-paruh kalomel adalah sel paruh
dalam mana merkurium dan kalomel (merkurium(I) klorida) ditutup dengan konsentrasi
tertentu; dapat 0,1 N; 1,0 N; 3,5 N; atau jenuh. Larutan kalium klorida haruslah dijenuhi
oleh kalomel. Potensial elektroda kalomel pada 25
O
C relatif terhadap elektroda hidrogen
normal untuk 0,1 N; 1,0 N dan jenuh masing-masing adalah 0,3371; 0,2846; dan 0,2458
volt.
Elektroda indikator suatu sel adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada
aktivitas (dan karena itu pada konsentrasi) spesi ion tertentu yang konsentrasinya akan
ditentukan. Dalam potensiometri langsung atau titrasi potensiometri suatu ion logam,
sebuah elektroda indikator sederhana biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang
dibersihkan dengan seksama yang terbuat dari logam yang tepat; paling penting adalah
permukaan logam yang akan dicelupkan ke dalam larutan itu bebas dari lapisan tipis
oksida atau hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus elektroda yang lebih memuaskan
dapat disiapkan dengan menggunakan kawat platinum yang telah disalut dengan lapisan
tipis logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik (Bassett, J. dkk., 1994).
Bila dilibatkan ion hidrogen, sebuah elektroda hidrogen dapat jelas digunakan sebagai
elektroda indikator, namun peran itu dapat juga dilakukan oleh elektroda lain, yang
terkemuka adalah elektroda kaca. Inilah contoh elektroda membran dalam mana
potensial yang dikembangkan antara suatu selaput kaca dan larutan merupakan suatu
fungsi linier pH larutan, dan karena itu dapat untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen
dari larutan itu. Karena selaput kaca itu mengandung ion logam alkali, juga mungkin
untuk mengembangkan elektroda kaca yang dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi ion-ion ini dalam larutan, dan dari pengembangan ini (yang didasarkan pada
mekanisme pertukaran ion), sederetan lengkap elektoda membran telah dikembangkan
berdasarkan baik pada bahan pertukaran ion zat padat maupun cairan: elektroda-
elektroda ini merupakan bagian deret yang penting dari elektroda peka-ion yang
sekarang tersedia untuk banyak macam ion.
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan
konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi
langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak
terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel
suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat
dilakukan.
Pada praktikum kali ini metode yang akan digunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya
titrasi asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa
secara potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Penentuan
titik ekivalen titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan cara diferensial yaitu dengan
kurva titrasi turunan pertama dan atau turunan kedua yang disebut kurva diferensial.
Seperti pada kurva berikut.













G. RANCANGAN PERCOBAAN:

1) Alat dan Bahan
- pH meter 1 buah
- Buret 50 mL 1 buah
- Klem 1 buah
- Statif 1 buah
- Erlenmeyer 250 mL 1 buah
- Gelas kimia 100 mL 1 buah
- Corong gelas 1 buah
- Pipet gondok 25 mL 1 buah
- Pro pipet 1 buah
- Magnetic Stirrer 1 buah
- Larutan HCl 0,1 N secukupnya
- Larutan NaOH secukupnya
2) Alur Kerja

Larutan NaOH
- Diambil sebanyak 25 mL
- Dimasukkan kedalam gelas kimia
- Dimasukkan elektroda
- Dicatat E yang tertera
- Ditambahkan larutan HCl 0,1N perlahan-lahan dengan
volume penambahan sampai 40 mL
- Dicatat perubahan E setelah penambahan
- Dibuat grafik E Vs V HCl: E/V Vs V HCl; V/E
Vs V HCl dan
2
E/V
2
Vs V HCl
- Ditentukan Veq dan mg NaOH dalam sampel
Hasil Pengamatan
H. HASIL PENGAMATAN :

No. Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1


Larutan
NaOH :
tidak
berwarna
Larutan
HCl 0,1 N
: tidak
berwarna

Larutan NaOH + larutan HCl
: tidak berwarna

V
NaOH
V HCl E
25 0 -337
25 5 -334
25 10 -330
25 15 -321
25 20 -304
25 22 -296
25 24 -284
25 25 -274
25 25.2 -271
25 25.4 -268
25 25.6 -266
25 25.8 -264
25 26 -262
25 26.5 -253
25 27 -238
25 28 -206



Titrasi
potensiometri
asam-basa HCl
dengan NaOH
menghasilkan
Veq : 30 mL
Mg NaOH
dalam sampel
sebesar 119,99
mg
Larutan NaOH
- Diambil sebanyak 25 mL
- Dimasukkan kedalam gelas kimia
- Dimasukkan elektroda
- Dicatat E yang tertera
- Ditambahkan larutan HCl 0,1N perlahan-lahan dengan
volume penambahan sampai 40 mL
- Dicatat perubahan E setelah penambahan
- Dibuat grafik E Vs V HCl: E/V Vs V HCl; V/E
Vs V HCl dan
2
E/V
2
Vs V HCl
- Ditentukan Veq dan mg NaOH dalam sampel
Hasil Pengamatan
25 29 -169.2
25 30 -96
25 32 205
25 35 254
25 40 274
I. ANALISIS DAN PEMBAHASAN :
J. KESIMPULAN :
K. DAFTAR PUSTAKA :
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Khopkar, S. M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998. Principles of Instrumental
Analysis,5th edition.USA: Saunders College Publishing.































LAMPIRAN
Perhitungan
Veq = 30 mL
Normalitas NaOH
eq NaOH = eq HCl
N NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
N NaOH x 25 mL = 0,1 N x 30 mL
N NaOH =



N NaOH = 0,12 N

mg NaOH dalam sampel

Você também pode gostar