Você está na página 1de 22

DAFTAR ISI

1 SISTEM BILANGAN REAL 1


1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Sifat Urutan Bilangan Real . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real . . . . . . . . . . . . 11
1.4 Supremum dan Inmum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
1.5 Kepadatan bilangan rasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
i
BAB 1
SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah.
Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita
belum tahu apa-apa tentang bilangan real. Kita akan mempelajari bagaimana
sistem bilangan real itu dibangun.
Pertama-tama kita hanya diberikan suatu himpunan bilangan tetapi belum
tahu anggotanya seperti apa, belum aturan yang berlaku di dalamnya. Kemu-
dian kepada himpunan ini diberikan dua operasi binair, penjumlahan dan pen-
gurangan. Dengan dua operasi ini dibuat beberapa aksioma. Dua aksioma pent-
ing adalah keujudan elemen 0 dan elemen 1. Inilah anggota bilangan real per-
tama yang kita ketahui. Selanjutnya dengan aksioma-aksioma ini didenisikan
anggota-anggota lainnya, seperti bilangan positif, bilangan negatif, bilangan bu-
lat, bilangan rasional dan bilangan irrasional. Juga didenisikan sifat-sifat yang
mengatur hubungan antar anggota, seperti sifat urutan, sifat jarak, sifat kelengka-
pan dan sifat kepadatan.
1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real
Bilangan real dipandang sebagai suatu himpunan, seterusnya dilambangkan den-
gan R. Selanjutnya, didesikan dua operasi binair + dan masing-masing
disebut operasi penjumlahan dan operasi perkalian. Kedua operasi binair ini
diterapkan pada R dan memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
(A1) a+b = b+a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap penjumlahan.
(A2) (a + b) + c = a + (b + a) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap
penjumlahan.
(A3) Terdapat elemen 0 R sehingga a + 0 = 0 + a = a untuk setiap a R.
Elemen 0 ini disebut elemen nol.
(A4) Untuk setiap a R selalu terdapat (a) R sehingga a+(a) = (a)+a =
0. Elemen (a) ini disebut negatif dari a.
1
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 2
(M1) a b = b a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap perkalian.
(M2) (a b) c = a (b a) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap
perkalian.
(M3) Terdapat elemen 1 R sehingga a 1 = 1 a = a untuk setiap a R.
Elemen 1 ini disebut elemen satuan.
(M4) Untuk setiap a R, a = 0 selalu terdapat (1/a) R sehingga a (1/a) =
(1/a) a = 1. Elemen (1/a) ini disebut kebalikan dari a.
(D) a (b + c) = (a b) + (a c) dan (b + c) a = (b a) + (c a) untuk setiap
a, b, c R. Sifat ini disebut distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Diperhatikan bahwa ada 4 sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan yaitu
A1, A2, A3 dan A4 (notasi A untuk Adisi, atau penjumlahan), 4 sifat yang berkai-
tan dengan perkalian yaitu M1, M2, M3 dan M4 (M untuk Multiplikasi, atau
perkalian) dan 1 sifat yang mencakup keduanya yaitu D (D untuk Distributif).
Kesembilan sifat ini disebut sifat aljabar atau aksioma bilangan real.
Sampai saat ini belum didenisikan bilangan negatif dan operasi pengurangan.
Notasi (a) dianggap satu elemen didalam R. Begitu juga elemen kebalikan
(1/a) dianggap satu elemen dan operasi pembagian belum didenisikan.
Berikut diberikan beberapa teorema sederhana yang diturunkan langsung dari
sifat-sifat aljabar ini.
Teorema 1.1.1. Jika a bilangan real sebarang maka persamaan a +x = b mem-
punyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (a) + b.
Bukti:
a + x = b [diketahui]
(a) + (a + x) = (a) + b
((a) + a) + x = (a) + b [menggunakan A2]
0 + x = (a) + b [menggunakan A4]
x = (a) + b [menggunakan A3]
Latihan 1.1.1. Buktikan jika a bilangan real tidak nol maka persamaan a x = b
mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (1/b).
Teorema 1.1.2. Bila a suatu elemen pada R maka
(i) a 0 = 0
(ii) (1) a = a.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 3
Bukti: (i): Berdasarkan (M3) kita mempunyai a 1 = a. Selanjutnya kedua
ruas ini ditambahkan a a, diperoleh :
a + a 0 = a 1 + a 0
= a (1 + 0) [menggunakan D]
= a 1 [menggunakan A3]
= a [menggunakan M3]
Selanjutnya dengan menggunakan Teorema (1.1.1)dengan menganggap x sebagai
a 0 diperoleh
a 0 = (a) + a = 0.
(ii): Dari (M3) kita mempunyai a = 1 a. Tambahkan pada kedua ruas dengan
(1) a, diperoleh
a + (1) a = 1 a + (1) a
= (1 + (1)) a [menggunakan D]
= 0 a [menggunakan A4]
= 0 [menggunakan bagian i, setelah menerapkan (A1)]
Selanjutnya dengan menggunakan Teorema (1.1.1) dan menganggap x sebagai
(1) a, kemudian menggunakan (A3) diperoleh
(1) a = (a) + 0 = a.
Latihan 1.1.2. Bila a suatu elemen pada R, buktikan
i) (a) = a
ii) (1) (1) = 1.
Teorema 1.1.3. Misalkan a, b, c elemen pada R.
(i) Jika a = 0 maka 1/a = 0 dan 1/(1/a) = a.
(ii) Jika a b = a c dan a = 0 maka b = c.
Bukti. (i): Karena a = 0 maka menurut (M4) selalu ada 1/a R. Andaikan
1/a = 0 maka diperoleh
1 = a (1/a) = a 0 = 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 4
Hasil ini berlawanan atau kontradiksi dengan (M3). Jadi pengandaian ini salah,
dan haruslah 1/a = 0. Selanjutnya karena 1/a = 0 dan karena (1/a) a = 1
maka dengan Teorema (1.1.1) dengan memandang a sebagai x maka diperoleh
a = 1/(1/a).
(ii): Kedua ruas pada a b = a c dikalikan dengan (1/a) disertai dengan meng-
gunakan (M2), diperoleh
((1/a) a) b = ((1/a) a) c
1 b = 1 c [menggunakan M4]
b = c [menggunakan M3]
Latihan 1.1.3. Buktikan bahwa jika a b = 0 maka a = 0 atau b = 0.
Operasi lainnya pada R
Sejauh ini hanya ada dua operasi pada bilangan real. Melalui dua operasi ini
diturunkan bebedapa operasi lainnya yang didenisikan sebagai berikut :
1. Operasi pengurangan. Bila a, b R maka notasi ab dibaca a dikurang
dengan b dan didenisikan oleh
a b := a + (b).
2. Operasi pembagian. Bila a, b R, b = 0 maka notasi a/b atau
a
b
dibaca
a dibagi dengan b dan didenisikan oleh
a/b := a (1/b).
3. Operasi pangkat. Bila a R maka notasi a
2
dibaca a dipangkatkan den-
gan dua atau a kuadarat dan didenisikan sebagai a
2
:= a a. Secara umum
untuk n bilangan asli, a
n
adalah a dipangkatkan dengan n didenisikan oleh
a
n
:= a a a a
. .
sebanyak n faktor
.
Untuk a = 0, notasi a
1
dimaksudkan untuk 1/a dan notasi a
n
untuk
(1/a)
n
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 5
Beberapa himpunan bagian penting pada R
1. Bilangan asli. Himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N dipandang
sebagai himpunan bagian R dan n N didenisikan sebagai
n := 1 + 1 + 1 + + 1
. .
sebanyak n suku
.
2. Bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan Z dan
keanggotannya dapat didensikan sebagai berikut :
Z := {n : n N} N {0}
dengan n := (1) + (1) + (1) + + (1)
. .
sebanyak n suku
.
3. Bilangan rasional dan irrasional. Himpunan bilangan rasional dilam-
bangkan dengan Q adalah elemen bilangan real yang dapat ditulis dalam
bentuk pecahan. Jadi,
Q :=
_
b
a
: a, b Z, a = 0
_
.
Bilangan real yang tidak dapat disajikan sebagai pecahan disebut bilan-
gan irrasional dan himpunan bilangan irrasional ini biasa dilambangkan
dengan R \ Q.
Notasi := berarti didenisikan oleh (dened by). Penggunaan notasi ini
lebih tepat daripada menggunakan = karena tanda sama dengan seharusnya
digunakan untuk menyatakan kesamaan kedua ruas.
Teorema 1.1.4. Tidak ada bilangan rasional r sehingga r
2
= 2.
Bukti. Andai ada bilangan rasional yang kuadratnya sama dengan dua. Untuk
itu dapat ditulis r =
m
n
dengan m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan
selain 1. Diperoleh
r
2
=
m
2
n
2
= 2 m
2
= 2n
2
,
berarti m
2
bilangan genap. Karena itu m juga genap (lihat latihan berikut!).
Karena m genap maka dapat ditulis m = 2p. Substitusi m ini ke kesamaan
sebelumnya, diperoleh
(2p)
2
= 2n
2
4p
2
= 2n
2
n
2
= 2p
2
.
Ini berarti n
2
bilangan genap, akibatnya n juga bilangan genap. Berangkat dari
pengandaian tadi diperoleh dua pernyataan berikut
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 6
a. m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1, berarti m dan n
tidak mungkin keduanya genap.
b. m dan n bilangan genap.
Kedua pernyataan ini bertentangan (kontradiksi), sehingga pengandaian harus
diingkari. Kesimpulannya Teorema terbukti.
Latihan 1.1.4. Buktkan bila m
2
genap maka m juga genap.
Contoh 1.1.1. Pada contoh ini dibuktikan bahwa jika z R bilangan irrasioanl
dan r = 0 bilangan rasional maka r + z dan rz bilangan irrasional. Dibutkikan
dengan kontradiksi. Andai r + z rasional, maka dapat ditulis
r + z =
m
n
dan r =
p
q
, m, n, p, q Z, n, q = 0.
Dari sini diperoleh
z =
m
n

p
q
=
mq np
nq
,
yaitu z rasional, sebab mq np, nq Z, nq = 0. Kontradiksi dengan z irrasioanl.
Jadi pengandaian r + z rasional salah, dan haruslah r + z irrasional. Dengan
argumen yang sama dapat dibuktikan sisanya.
Latihan 1.1.5. Buktikan bahwa jika x, y keduanya rasional maka x + y dan xy
rasional.
1.2 Sifat Urutan Bilangan Real
Urutan pada bilangan real merujuk pada hubungan ketidaksamaan antara dua
bilangan real. Sebelum didenisikan urutan terlebih dulu didenisikan bilangan
positif.
Denisi 1.2.1 (Bilangan Positif). Pada R terdapat himpunan bagian takkosong
P dengan sifat-sifat berikut :
1. Jika a, b P maka a + b P.
2. Jika a, b P maka a b P.
Himpunan P ini selanjutnya disebut himpunan bilangan positif.
Denisi 1.2.2 (Sifat Trikotomi). Bila a R maka tepat satu pernyataan
berikut dipenuhi, yaitu
a P, a = 0, a P.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 7
Selanjutnya himpunan bilangan negatif didenisikan sebagai himpunan
{a : a P} .
Jadi himpunan bilangan real terbagi atas tiga himpunan saling asing yaitu bilan-
gan positif, bilangan negatif dan nol.
Denisi 1.2.3 (Urutan). Berikut ini denisi ketidaksamaan antara elemen-
elemen pada R :
1. Bilangan a P disebut bilangan positif dan ditulis a > 0. Notasi a 0
berarti a P {0}, dan a disebut bilangan taknegatif.
2. Bilangan a P sehinggaa P disebut bilangan negatif, ditulis a < 0.
Notasi a 0 berarti a P {0}, dan a disebut bilangan takpositif.
3. Bilangan real a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b jika a b P
Notasi a < b < b dimaksudkan berlaku keduanya a < b dan b < c. Bila a b dan
b < c, maka ditulis a b < c.
Teorema 1.2.1. Misalkan a, b, c tiga bilangan real.
(i) Jika a > b dan b > c maka a > c.
(ii) Tepat satu pernyataan berikut memenuhi : a > b, a = b, a < b.
Bukti. (i): Karena a > b dan b > c maka berdasarkan denisi berlaku ab P,
dan b c P. Berdasarkan Denisi (1.2.1) diperoleh
a c = (a b) + (b c) P, yakni a > c.
(ii): Terapkan sifat trikotomi pada a b.
Teorema 1.2.2. Misalkan a, b, c, d bilangan-bilangan real.
(i) Jika a > b maka a + c > b + c.
(ii) Jika a > b, c > d maka a + c > b + d.
(iii) Jika a > b dan c > 0 maka ca > cb.
Bukti. (i): Karena diketahui a b P maka (a +c) (b +c) = a b P, yaitu
a + c > b + c.
(ii): Karena diketahui a b P dan c d P maka (a + c) (b + d) =
(a b) + (c d) P, yaitu a + c > b + d.
(iii): Karena diketahui a b P, c P maka (a b)c = ac bc P, yaitu
ac > bc.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 8
Latihan 1.2.1. Jika a > b dan c < 0, buktikan ac < bc.
Teorema 1.2.3. Jika a dan b bilangan real dengan a < b maka a <
1
2
(a+b) < b.
Bukti. Karena a < b maka 2a = a + a < a + b. Dengan argumen yang sama
diperoleh juga a + b < b + b = 2b. Dengan menggabungkan kedua hasil ini,
diperoleh
2a < a + b < 2b a <
a + b
2
< b.
Latihan 1.2.2. Buktikan bahwa jika a > 0 maka 0 <
1
2
a < a.
Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan taknegatif yang kurang
dari bilangan positif apapun adalah nol.
Teorema 1.2.4. Bila a R dengan 0 a < untuk setiap > 0 maka a = 0.
Bukti. Andaikan a > 0. Berdasarkan Latihan sebelumnya, berlaku 0 <
1
2
a < a.
Sekarang ambil
0
:=
1
2
a > 0, sehingga berlaku 0 <
0
< a. Hasil ini kontradiksi
dengan hipotesis bahwa 0 a < untuk setiap > 0. Jadi pengandai salah, dan
haruslah a = 0.
Latihan 1.2.3. Bila a, b bilangan real dengan a < b + untuk setiap > 0 maka
a b.
Dari denisi bilangan positif bahwa perkalian dua bilangan positif akan
menghasilkan bilangan positif. Tetapi sebaliknya, bila hasil kali dua bilangan
real adalah positif belum tentu kedua bilangan real tadi positif.
Teorema 1.2.5. Jika ab > 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan
berikut:
a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.
Bukti. Karena ab > 0 maka a = 0 dan b = 0, sebab jika salah satu diantara a
atau b bernilai nol maka ab = 0. Karena sifat trikotomi sekarang kemungkinnya
a > 0 atau a < 0. Untuk a > 0 maka 1/a > 0 dan
b = 1 b = ((1/a)a) b = (1/a)
. .
>0
(ab)
..
>0
> 0.
Dengan argumen yang sama, dapat dibuktikan untuk kasus a < 0.
Latihan 1.2.4. Buktikan bahwa jika ab < 0 maka berlaku salah satu dari dua
kemungkinan berikut:
a > 0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.
Kedua hasil yang baru saja diberikan mengatakan bahwa jika hasil kali dua
bilangan positif maka kedua bilangan itu bertanda sama. Sebaliknya, jika hasil
kali kedua bilangan negatif maka kedua bilangan itu berlainan tanda.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 9
Beberapa ketidaksamaan penting
Teorema 1.2.6. Misalkan a 0 dan b 0. Maka pernyataan-pernyataan berikut
equivalen :
(i) a < b
(ii) a
2
< b
2
(iii)

a <

b
Bukti. Untuk a = 0 diperoleh pernyataan
b > 0 b
2
> 0

b > 0.
Fakta ini mudah dibuktikan sendiri. Sekarang diasumsikan a > 0 dan b > 0,
yaitu a + b > 0.
(i) (ii): Diketahui a < b, atau a b < 0. Jadi diperoleh
a
2
b
2
= (a b)
. .
<0
(a + b)
. .
>0
< 0
(ii) (i): Diketahui a
2
b
2
= (a b)
. .
<0
(a + b)
. .
>0
< 0. Karena diketahui pula a+b > 0
maka haruslah a b < 0, atau a < b.
(i) (iii): Sebelumnya sudah dibuktikan bahwa jika x, y > 0 maka
x < y x
2
< y
2
.
Pada bagian ini diambil x =

a dan y =

b sehingga x, y > 0. Karena a = (

a)
2
dan b =

b)
2
maka diperoleh

a <

b (

a)
2
= a < b = (

b)
2
.
Jadi lengkaplah bukti ini karena telah ditunjukkan berlakunya equivalensi
(iii) (i) (ii).
Teorema 1.2.7 (Rata-rata Aritmatika-Geometri (RAG). Bila a dan b bi-
langan positif maka berlaku

ab
1
2
(a + b) (RAG)
Bukti. Bila a = b maka relasi pada (RAG) menjadi kesamaan (lihat latihan di
bawah). Sekarang diasumsikan a = b. Karena a > 0 dan b > 0 maka

a > 0 dan

b > 0. Diperhatikan bahwa


0 = a b = (

b) (

a +

b)
. .
>0
.
Jadi (

b) = 0, dan selanjutnya dikuadratkan diperoleh


0 < (

b)
2
= a 2

ab + b

ab >
1
2
(a + b).
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 10
Latihan 1.2.5. Buktikan bahwa bila a = b maka relasi pada (RAG) menjadi
kesamaan.
Rata-rata aritmatika (RA) dari dua bilangan real a dan b adalah
a+b
2
, sedan-
gkan rata-rata geometri (RG) dari a dan b adalah

ab. Biasanya dalam kehidu-


pan sehari-hari, rata-rata aritmatika lebih sering digunakan daripada rata-rata
geometri. Secara umum dua macam rata-rata ini didenisikan sebagai berikut :
Misalkan diketahui bilangan real (data) a
1
, a
2
, , a
n
maka
RA =
1
n
n

k=1
a
k
, RG =
_
n

k=1
a
k
_
1/n
dengan notasi

untuk penjumlahan dan

untuk perkalian suku-suku. Masih


tetap berlaku bahwa
RG RA.
Teorema 1.2.8 (Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > 1 maka untuk setiap
n N berlaku
(1 + x)
n
1 + nx. (KB)
Bukti. Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada
(KB) menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k, yaitu berlaku (1 +
x)
k
1 + kx. Untuk n = k + 1, diperoleh
(1 + x)
k
1 + kx [ diketahui ]
(1 + x)
k+1
= (1 + x)
k
(1 + x) (1 + kx)(1 + x)
= 1 + (k + 1)x + kx
2
1 + (k + 1)x.
Jadi berlaku untuk n = k +1. Perhatikan pada baris kedua kedua ruas dikalikan
dengan (1 + x) suatu bilangan positif karena x > 1.
Teorema 1.2.9 (Ketidaksamaan Cauchy). Misalkan a
1
, a
2
, a
n
dan b
1
, b
2
, , b
n
bilangan real maka berlaku
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2

_
n

k=1
a
2
k
__
n

k=1
b
2
k
_
.
Bukti. Didenisikan fungsi F : R R dengan
F(t) :=
n

k=1
(a
k
tb
k
)
2
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 11
Jelas F fungsi taknegatif, karena itu diperoleh
F(t) =
n

k=1
a
2
k
2ta
k
b
k
+ t
2
b
2
k
=
_
n

k=1
b
2
k
_
t
2
2
_
n

k=1
a
k
b
k
_
t +
_
n

k=1
a
2
k
_
0.
Jadi F merupakan fungsi kuadrat denit tak negatif, sehingga diskriminannya
pun tak negatif, yaitu
4
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2
4
_
n

k=1
b
2
k
__
n

k=1
a
2
k
_
0.
Akhirnya dengan memindahkan ruas pada ketidaksamaan ini terbuktilah bahwa
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2

_
n

k=1
a
2
k
__
n

k=1
b
2
k
_
.
1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real
Pada sifat urutan bilangan real kita baru mengetahui urutan lebih besar antara
dua bilangan real tetapi belum menentukan jarak antara dua bilangan real. Jarak
atau metrik pada bilangan real ini ditentukan melalui nilai mutlak.
Denisi 1.3.1. Nilai mutlak suatu bilangan real a, ditulis dengan |a| didensikan
sebagai:
|a| :=
_

_
a bila a > 0,
0 bila a = 0,
a bila a < 0.
Sebagai contoh, |3| = 3, |0| = 0, dan | 1| = 1. Dengan kata lain, nilai
multak bilangan real bersifat dikotomi, yaitu nol atau positif. Diperhatikan tiga
cabang pada denisi nilai mutlak dapat disederhanakan menjadi
|a| :=
_
a bila a 0,
a bila a < 0.
Teorema berikut ini menyajikan sifat-sifat dasar nilai mutlak.
Teorema 1.3.1. Misalkan a, b, c bilangan-bilangan real.
(i) |a| = 0 bila hanya bila a = 0
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 12
(ii) | a| = |a|
(iii) |ab| = |a||b|
(iv) untuk c 0, |a| c bila hanya bila c a c.
(v) |a| a |a|.
Bukti. (i)(=): langsung dari denisi. (=): dibuktikan melalui kontrapo-
sisinya, yaitu jika a = 0 maka |a| = 0, juga langsung dari denisi.
(ii) Jika a = 0 maka diperoleh |a| = |0| = 0 = | 0| = | a|. Jika a > 0 maka
a < 0 sehingga diperoleh |a| = a = (a) = | a|. Jika a < 0 maka a > 0
sehingga diperoleh |a| = a = |a|.
(iii) Bila minimal salah satu dari a atau b bernilai nol maka kedua ruas bernilai
nol. Bila keduanya tidak ada yang nol, ada 4 kemungkinan nilai a, b yang perlu
diselidiki yaitu a > 0, b > 0, a > 0, b < 0, a < 0, b > 0 dan a < 0, b < 0. Untuk
a > 0, b < 0 maka ab < 0, |a| = a, |b| = b dan
|ab| = (ab) = (a)(b) = |a||b|.
(iv): (=): karena |a| c maka a c dan a c atau a c, digabungkan
diperoleh c a c. (=): bila c a c maka kita mmepunyai a c
dan c a, atau a < c. Karena |a| bernilai |a| atau | a| maka disimpulkan
|a| < c.
(v): dengan mengambil c := |a| 0 pada bagian (iv) maka |a| |a| adalah
pernyataan yang benar. Implikasinya adalah |a| c |a|. Cara lain adalah
dengan menggunakan kenyataan bahwa |a| a berlaku untuk setiap a R.
Karena a R maka |a| = | a| a, atau |a| a. Setelah digabungkan
diperoleh |a| c |a|.
Denisi 1.3.2. Jarak (metrik) antara dua bilangan real a dan b didenisikan
sebagai
d(a, b) := |a b|.
Bila b = 0 maka d(a, 0) = |a| dipandang sebagai jarak a terhadap titik asal 0.
Interpretasi sederhana bilangan real dapat disajikan dalam garis bilangan.
Gambar berikut adalah garis bilangan dan ilustrasi jarak antara 3 dan 2.
Gambar 1.1: Garis bilangan dan jarak antara dua bilangan real
Teorema berikut berkaitan dengan sifat dasar nilai mutlak dan sangat sering
digunakan dalam analisis.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 13
Teorema 1.3.2 (Ketidaksamaan segitiga). Untuk sebarang bilangan real a
dan b berlaku
|a + b| |a| +|b|. (KS)
Bukti. Dari Teorema sebelumnya bagian (v) kita mempunyai |a| < a < |a|
dan |b| < b < |b|. Dengan menjumlahkan dua ketidaksamaan ini diperoleh
(|a| +|b|) < a + b < (|a| +|b|).
Kemudian, dari bagian (iv) dengan menganggap c := (|a| + |b|) maka terbukti
bahwa
|a + b| |a| +|b|.
Latihan 1.3.1. Untuk sebarang bilangan real a dan b, buktikan
(i) ||a| |b|| |a b|.
(ii) |a b| |a| +|b|.
Contoh 1.3.1. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x1| > |x+1|.
Penyelesaian. Diperhatikan titik x = 1 dan x = 1 merupakan titik transisi,
yaitu perbatasan dimana nilai mutlak berlainan nilai.
Untuk x < 1, maka x 1 < 0 dan x + 1 > 0 sehingga |x 1| = (x 1) dan
|x + 1| = (x + 1). Subtitusi kedalam ketidaksamaan diperoleh
(x 1) > (x + 1) 1 > 1
suatu pernyataan yang benar untuk setiap x < 1.
Untuk 1 < x < 1 berlaku |x 1| = (x 1) dan |x + 1| = (x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
(x 1) > (x + 1) 2x >< 0 x < 0.
Untuk x > 1 berlaku |x 1| = x 1 dan |x + 1| = x + 1. Subtitusi kedalam
ketidaksamaan diperoleh
x 1 > x + 1 1 > 1
suatu pernyataan yang salah untuk setiap x > 1. Dengan menggabungkan ketiga
hasil ini diperoleh himpunan penyelesaian untuk x sebagai berikut
{x : x < 1} {x : x < 0} = {x : x < 0}.
Cara lain adalah dengan menggunakan Teorema 1.2.6, yaitu
|x1| > |x+1| (x1)
2
> (x+1)
2
x
2
2x+1 > x
2
+2x+1 4x < 0 x < 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 14
Latihan 1.3.2. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x| +|x+1| < 2.
Latihan 1.3.3. Jika x < z, buktikan bahwa x < y < z bila hanya bila |x y| +
|y z| = |x z|. Interprestasikan fakta ini secara geometris.
Dapat diperiksa bahwa jarak (metrik) seperti diberikan pada Denisi 1.3.2
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. d(x, y) 0 untuk setiap x, y R.
2. d(x, y) = 0 bila hanya bila x = y.
3. d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y R.
4. d(x, y) d(x, z) + d(z, y) untuk setiap x, y R.
Catatan 1.3.1. Sifat 4 ini merupakan generalisasi dari ketidaksamaan segitiga
(KS). Himpunan bilangan real yang dilengkapi dengan metrik d ini disebut ruang
metrik. Lebih lanjut, pada analisis dikenal pula ruang bernorma, ruang Banach,
dan lain-lain.
Latihan 1.3.4. Misalkan S himpunan takkosong, buktikan fungsi d pada S S
yang didenisikan oleh
d(s, t) :=
_
0 bila s = t,
1 bila s = 0.
merupakan metrik. Metrik ini disebut metrik diskrit.
Bentuk lain generalisasi (KS) diungkapkan pada teorema berikut.
Teorema 1.3.3. Untuk sebarang bilangan real a
1
, a
2
, , a
n
, berlaku
|a
1
+ a
2
+ + a
n
| |a
1
| +|a
2
| + +|a
n
|.
Bukti. Dapat dibuktikan dengan induksi. Ingat dengan prinsip induksi, jika
berlaku untuk dua bilangan maka akan berlaku untuk sejumlah berhingga bilan-
gan.
1.4 Supremum dan Inmum
Ketika kita diberikan himpunan A = [0, 1) maka minimum atau anggota terke-
cil himpunan ini adalah 0. Pertanyaannya, apakah A mempunyai maksimum ?
Kalau ada, berapa nilainya. Perhatikan bahwa 1 bukan nilai maksimum karena
ia tidak termuat di dalam A.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 15
Latihan 1.4.1. Buktikan bahwa himpunan A = (0, 1] tidak mempunyai maksi-
mum. (Petunjuk: gunakan bukti tak langsung dengan kontradiksi).
Walaupun 1 bukan maksimum A namun tidak ada anggota A yang melebihinya.
Dengan kata lain, 1 merupakan batas atas paling kecil untuk himpunan A.
Denisi 1.4.1. Misalkan S suatu himpunan bagian dari R.
(i) Bilangan u R dikatakan batas atas S jika s u untuk setiap s S.
(ii) Bilangan w R dikatakan batas bawah S jika w s untuk setiap s S.
Diperhatikan dengan seksama bahwa batas bawah atau batas atas suatu
himpunan tidak harus berada di dalam himpunan tersebut. Ilustrasi batas atas
dan batas bawah diberikan pada gambar berikut.
Gambar 1.2: Batas atas dan batas bawah suatu himpunan
Contoh 1.4.1. Diberikan S := [0, 1), maka batas atas S adalah himpunan {x :
x 0} dan batas bawah S adalah {x : x 1}. Diperhatikan 0 merupakan batas
bawah dan termasuk didalam S, sedangkan 1 batas atas S tetapi ia tidak termuat
didalam S.
Contoh 1.4.2. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai batas bawah maupun
batas atas.
Contoh 1.4.3. Himpunan S := {
1
n
: n N} mempunyai himpunan batas bawah
{x : x 0} dan mempunyai himpunan batas atas {x : x 1}.
Contoh 1.4.4. Misalkan S := himpunan kosong maka setiap bilangan real
adalah batas atas S. Argumennya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan
u R batas atas S dapat disajikan dalam kalimat logika berikut
s S = s < u.
Dalam kasus S himpunan kosong maka pernyataan s S bernilai salah, sehingga
kalimat implikasi s S = s < u selalu benar. Dengan argumen yang sejalan
dapat disimpulkan bahwa semua bilangan real juga merupakan batas bawah him-
punan kosong. Kenyataan ini sepertinya dibuat-buat, tetapi inilah konsekuensi
logis denisi.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 16
Latihan 1.4.2. Tuliskan denisi v
1
bukan batas atas S, juga denisi w
1
bukan
batas bawah S.
Denisi 1.4.2. Himpunan yang mempunyai batas atas disebut terbatas diatas
(bounded above), sedangkan himpunan dikatakan terbatas dibawah (bounded
below) jika ia mempunyai batas bawah. Himpunan dikatakan terbatas jika ia
terbatas diatas dan terbatas dibawah.
Contoh 1.4.5. Himpunan bilangan real R := (, ) tidak terbatas diatas
maupun dibawah. Himpunan S := [1, ) terbatas dibawah. Himpunan E :=
{
1
n
: n N} terbatas.
Denisi 1.4.3. Misalkan S himpunan bagian dari R.
(i) Bila S terbatas diatas maka batas atas u dikatakan supremum dari S jika
tidak ada bilangan lain yang lebih kecil dari u yang menjadi batas atas S.
Dengan kata lain u batas atas yang paling kecil.
(ii) Bila S terbatas dibawah maka batas bawah w dikatakan inmum dari S
jika tidak ada bilangan lain yang lebih besar dari w yang menjadi batas
bawah S. Dengan kata lain w batas bawah yang paling besar.
Berdasarkan denisi ini, supremum himpunan S dapat dikarakterisasi oleh
dua kondisi berikut, yaitu :
1. s u untuk setiap s S
2. bila ada v R dengan v < u maka ada s
0
S sehingga v < s
0
.
Kondisi pertama menyatakan bahwa v haruslah batas atas S dan kondisi kedua
menyatakan bahwa batas atas ini haruslah yang terkecil.
Latihan 1.4.3. Buatlah karakterisasi w inmum S.
Biasanya supremum dan inmum himpunan S disingkat dengan
sup S dan inf S.
Ilustrasi supremum dan inmum diberikan pada gambar berikut.
Gambar 1.3: Supremum dan inmum suatu himpunan
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 17
Catatan 1.4.1. Supremum suatu himpunan selalu tunggal.
Bukti. Andaikan u = sup S dan u
1
= sup S dengan u = u
1
. Karena itu ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu u < u
1
atau u > u
1
. Untuk u < u
1
berarti
u bukan batas atas S, ini berlawanan dengan u = sup S. Untuk u > u
1
berarti
u
1
bukan batas atas S, ini bertentangan dengan u
1
= sup S. Jadi pengandaian
u = u
1
salah, seharusnya u = u
1
Latihan 1.4.4. Buktikan bahwa inmum suatu himpunan selalu tunggal.
Berikut adalah kriteria yang mudah dan sering digunakan untuk mengetahui
suatu batas atas merupakan supremum atau bukan.
Teorema 1.4.1. Misalkan u suatu batas atas S.
u = sup S > 0, s S sehingga u < s.
Bukti. (=): Ambil > 0 sebarang. Karena diketahui u = sup S maka u
bukan batas atas S, jadi ada s S sehingga u < s. (=): Akan ditunjukkan
bahwa u yang memenuhi sebelah kanan merupakan supremum S. Misalkan untuk
sebarang bilangan real v, v < u. Ambil := u v > 0, maka ada s S sehingga
u = u (u v) = v < s.
Ini berarti v bukan batas atas S, dan berdasarkan karakteristik supremum dis-
impulkan bahwa u = sup S.
Teorema ini dapat diilustrasikan secara grak sebagai berikut.
Gambar 1.4: Kriteria supremum
Latihan 1.4.5. Misalkan w suatu batas bawah S. Buktikan bahwa
w = inf S > 0, s S sehingga w + > s.
Contoh 1.4.6. Diperhatikan himpunan S := {x : 0 x < 1}. Maka maks S
tidak ada, sup S = 1, min S = inf S = 0.
Contoh 1.4.7. Diperhatikan himpunan S := {
1
n
: n R}. Maka maks S =
sup S = 1, min S tidak ada tetapi inf S = 0. Hasil ini dapat dibuktikan sebagai
berikut. Jika diberikan > 0 sebarang maka selalu dapat dipilih bilangan asli n
0
dengan n
0
> 1/. Nah, s =
1
n
0
S dan 0 + s > . Berdasarkan kriteria inmum
(latihan sebelumnya) maka disimpulkan 0 adaah inmum S.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 18
Catatan 1.4.2. Pada pembuktian inmum sebelumnya kita dapat memilih bilan-
gan asli yang lebih besar dari suatu bilangan real yang diberikan. Ada referensi
yang menyebut sifat ini sebagai sifat Archimedes. Secara formal sifat ini di-
ungkapkan sebagai berikut.
Jika x R maka ada n
x
N sehingga n
x
> x.
Catatan 1.4.3. Bila suatu himpunan S mempunyai maksimum dan minimum
maka
sup S = maks S, inf S = min S.
Latihan 1.4.6. Buktikan bahwa bilangan real R tidak mempunyai supremum
dan inmum.
Latihan 1.4.7. Misalkan S := {1
(1)
n
n
: n N}. Tentukan inf S dan sup S.
Buktikan hasil yang anda peroleh.
1.5 Kepadatan bilangan rasional
Sebelumnya kita pahami dulu sifat supremum dan inmum sebagai berikut:
Sifat supremum dan inmum pada R
Sifat ini dapat disajikan secara sederhana sebagai berikut. Setiap himpunan tak
kosong yang terbatas diatas selalu mempunyai supremum, dan setiap himpunan
tak kosong yang terbatas dibawah selalu mempunyai inmum.
Sifat supremum ini dikenal juga dengan sifat kelengkapan bilangan real.
Dengan sifat ini terjamin bahwa garis bilangan adalah padat, artinya tidak
ada satupun titik yang hilang. Sebagai ilustrasi, diperhatikan himpunan terbatas
berikut
A := {x > 0 : x
2
< 2}.
Himpunan A ini tidak mempunyai maksimum tetapi A mempunyai supremum,
yaitu sup A =

2. Fakta ini menjamin eksistensi

2 yang merupakan bilangan


irrasional.
Sekarang kita tahu terdapat paling tidak satu bilangan irrasional, yaitu

2.
Pertanyaannya, seberapa banyak bilangan irrasional yang ada. Lebih banyak
mana, bilangan rasional atau bilangan irrasional. Nah, berikut ini diberikan sifat
kepadatan bilangan rasional dalam R.
Teorema 1.5.1. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan
rasional r dengan a < r < b.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 19
Bukti. Diperhatikan bahwa
1
ba
suatu bilangan real positif. Menurut sifat Archimedes
terdapat bilangan asli n sehingga n >
1
ba
. Untuk n ini berlaku
nb na > 1. (*)
Sekarang ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari na, dan
berlaku
m1 na < m. (**)
Dari (*) dan (**) diperoleh
na < m na + 1 < nb.
Bentuk terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi semua ruas
dengan n, didapat
a <
m
n
< b
dan dengan mengambil r :=
m
n
maka bukti Teorema selesai.
Contoh 1.5.1. Tentukan 3 buah bilangan rasional diantara

2 dan
3
2
.
Penyelesaian. 1. Diketahui a =

2 1, 4142, b = 3/2 = 1, 5
2. d =
1
1,51,4142
11.6569
3. Jadi bilangan asli yang yang dapat diambil adalah n = 12, 13, 14, 15, 16.
4. Untuk n = 12 diperoleh na (12)(

2) 16, 9706 maka diambil m = 17.


Untuk n = 13, na (13)(

2) 18, 3848 dan dimabil m = 19. Untuk


n = 14 maka na (14)(

2) 19, 7990 dan dimabil m = 20.


5. Jadi bilangan rasional r =
17
12
,
19
13
, dan
20
14
terletak diantara

2 dan 3/2.
Akibat 1.5.1. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan
irrasional z dengan a < z < b.
Bukti. Dengan menerapkan Teorema sebelumnya pada dua bilangan real
a

2
dan
b

2
maka ada bilangan rasional r sehingga
a

2
< r <
b

2
.
Selanjutnya diambil z := r

2, inilah bilangan irrasioanl yang dimaksud.


Latihan 1.5.1. Temukan 5 bilangan irrasional yang terletak diantara 1 dan 1.01.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 20
SOAL-SOAL LATIHAN BAB I
1. Buktikan jika a, b R maka
a. (a + b) = (a) + (b)
b. (a) (b) = a b
c. 1/(1/a) = (1/a) asalkan a = 0
d. (a/b) = (a)/b asalkan b = 0.
2. Jika a = 0 dan a a = a, buktikan a = 0 atau a = 1.
3. Buktikan tidak ada bilangan rasional r sehingga r
2
= 3.
4. Tunjukkan dengan contoh bahwa ada dua bilangan irrasional yang jumlah
keduanya rasional.
5. Tunjukkan dengan contoh bahwa ada dua bilangan irrasional yang hasil kali
keduanya rasional.
6. Tunjukkan ada bilangan irrasional x dan y dengan x
y
rasional.
7. Buktikan bahwa jika 0 < a < b dan 0 < c < d maka 0 < ac < bd.
8. Jika a, b R tunjukkan bahwa a
2
+ b
2
= 0 bila dan hanya bila a = 0 dan
b = 0.
9. Bila 0 a < b, buktikan a
2
ab < b
2
.
10. Buktikan bahwa jika 0 < a < b maka a <

ab < b dan 0 < 1/b < 1/a.


11. Tentukan semua x yang memenuhi 1/x < x
2
.
12. Buktikan bahwa
_
1
2
(a + b)
_
2

1
2
(a
2
+ b
2
).
13. Jika 0 < c < 1, buktikan bahwa 0 < c
2
< c < 1, tetapi jika c > 1 maka
1 < c < c
2
.
14. Buktikan bahwa |a + b| = |a| +|b| bila hanya bila ab 0.
15. Jika a < x < b dan a < y < b, tunjukkan bahwa |x y| < b a. Inter-
prestasikan fakta ini secara geometris.
16. Tentukan dan sketsalah pasangan titik (x, y) pada R R yang memenuhi
(a) |x| = |y|.
(b) |xy| = 1.
17. Tentukan dan sketsalah pasangan titik (x, y) pada R R yang memenuhi
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 21
(a) |x| +|y| 1.
(b) |xy| 2.
18. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas dibawah. Buktikan
inf S = sup{s : s S}.
19. Misalkan S himpunan terbatas dan S
0
himpunan bagian dari S. Buktikan
inf S inf S
0
sup S
0
sup S.
20. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas diatas. Untuk a R diden-
isikan
a + S := {a + x : x S}.
Buktikan
sup(a + S) = a + sup S.
21. Misalkan S := {
1
n

1
m
: m, n N}. Tentukan sup S dan inf S, buktikan
hasil yang anda peroleh.
22. Misalkan S himpunan takkosong. Untuk a bilangan real tidak nol diden-
sikan aS := {as : s S}. Buktikan
(i) Bila a > 0 maka
inf(aS) = a inf S, dan sup(aS) = a sup S.
(ii) Bila a < 0 maka
inf(aS) = a sup S, dan sup(aS) = a inf S.
23. Misalkan A dan B himpunan takkosong dan A+B := {a+b : a A, b B}.
Buktikan bahwa
sup(A + B) = sup A + sup B dan inf(A + B) = inf A + inf B.
24. Misalkan f dan g dua fungsi yang didenisikan pada domain X. Jika
rangenya terbatas, buktikan
(i) sup{f(x) + g(x) : x X} sup{f(x) : x X} + sup{g(x) : x X}.
(ii) inf{f(x) + g(x) : x X} inf{f(x) : x X} + inf{g(x) : x X}.

Você também pode gostar