Você está na página 1de 7

A.

Dasar Teori

1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuh tumbuhan, bersifat basa dan struktur kimianya mempunyai sistem
lingkar heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. (Darmin,
2009).
Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen
dan oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen
hanya ada beberapa saja. Ada pula alkaloid yang mengandung unsur lain
selain keempat unsur yang telah disebutkan. Adanya nitrogen dalam
lingkar pada struktur kimia alkaloid menyebabkan alkaloid tersebut
berisfat alkali. Oleh karena itu, golongan senyawa-senyawa ini disebut
alkaloid. Beberapa cara telah digunakan untuk mengidentifikasi alkaloid,
misalnya mikroskpik kristal, kelarutan dalam berbagai jenis pelarut juga
rekasi warna yang sering digunakan walaupun tidak spesifik. (Darmin,
2009).
Alkaloid padat sukar larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik yang umum, seperti kloroform, alkohol, benzen, dan eter.
Sebaliknya, garam-garam alkaloid mudah larut dalam air, tetapi hanya
sedikit larut dalam alkohol. Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan
memiliki satu atau lebih atom karon asimetris sehingga di dalam larutan
dapat menunjukan kerja optis. Alkaloid atu garam-garamnya banyak
digunakan sebagai obat. (Darmin, 2009).
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan menjadi:
a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang
termasuk pada golongan ini adalah:

1) Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
2) Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (NCH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk
yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang.

3) Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.

4) Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus
spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

5) Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan
pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia
serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus
famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy
untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins.

6) Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini
ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

7) Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini
ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).

8) Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1
rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan
pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

9) Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang
merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa
turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan
pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae).

10) Alkaloid Purin


1. Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak
ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh
(Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili
Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida
dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik


Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi
pada salah satu atom karbon pada rantai samping.
1) Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen
pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin
dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora
secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica,
Cholchicum autumnale.
2) Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum
pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum
frutescens, Capsicum chinense.

2. Anastetik lokal
Anastesi lokal ialah obat yang bila diberikan secara lokal dalam
kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang
dikenai oleh obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan rasa nyeri terbatas
pada daerah tubuh yang dikenai tanpa kehilangan kesadaran.

Kebanyakan obat anastesi lokal adalah suatu ester atau amida dari
derivat benzen sederhana. Secara kimia, obat-obat anastesi lokal terdiri
dari golongan senyawa kimia yang mirip dengan senyawa yang memblok
kanal Na pada membran sel saraf yang mudah diransang. Rumus dasar
anastesi lokal terdiri dari 3 bagian, yaitu: 1. Gugus amin aromatik lipofil 2.
Suatu gugus antara dengan 3. Gugus residu aromatik lipofil. Gugus amin
hidrofil berbentuk amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan
gugus aromatik lipofil dihubungkan dengan ikatan amida atau ikatan
ester. Tipe ikatan ini menentukan sifat farmakologi obat anastesi lokal.
Anastesi lokal golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah
dimetabolisme karena pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus
tersebut akan dihidrolisis. Semakin kecil dan semakin lipofilik suatu obat
anastesi lokal, semakin cepat kerjanya dan semakin kuat potensinya. Yang
termasuk anastesi lokal golongan amida adalah lidokain, dibukain,
bupivakin, etidokain, dan prilokain. (Anonim, 2004).
3. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin,
disekresikan kedalam tubuh melalui darah. Dan sampai ke sel sasaran di
jaringan lain dalam tubuh tempat hormon tersebut menimbulkan efek
fisiologis.
Sebagian besar hormon adalah peptida atau senyawa yang berasal
dari asam amino. Sebagian hormon peptida adalah peptida atau senyawa
yang berasal dari asam amino. Sebagian hormon adalah glikoprotein
kompleks,

misalnya

thyroid

stimulating

hormon

dan

golongan

gonadotropin. Hormon lainnya adalah turunan kolesterol atau salah satu


prekursornya. Hormon steroid, yang berasal dari kolesterol, mencakup
hormon korteks adrenal dan hormon gonad. Vitamin D dan metabolitnya
berasal dari prekursor kolesterol. (Dawn, 1996).

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
a) Rak
b) Tabung reaksi
c) Pipet tetes
d) Spiritus
e) Kaki tiga

2. Bahan :
a) Kafein

i) Efedrin HCl

b) Teofilin

j) INH

c) Piramidon

k) Aminophylin

d) Antalgin

l) Papaverin HCl

e) Parasetamol

m) Reservin

f) Kuinin sulfat

n) Prednison

g) Kodein HCl

o) Hidrokortison

h) Atropin sulfat

p) Prokain

HC

C. Prosedur
D. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan sampel 81
No
sampel

Cara Kerja

Hasil Pengamatan

Dugaan

81

Organoleptik
a. Warna

Putih

b. Bau

Tidak berbau

c. Bentuk

Serbuk

d. Rasa

Uji penggolongan
1. Sampell+

Tidak terbentuk endapan

pereaksi mayer

2. Sampel+NaOH+
KMnO4

Gol.hormon
dan gol.
anastetik

Hijau terbentuk minyak di Procain


permukaan

2. Tabel pengamatan sampel 73


No
sampel

Cara Kerja

Hasil Pengamatan

Dugaan

73

Organoleptik
1. Warna

Hijau

2. Bau

Tidak berbau

3. Bentuk

Serbuk

4. Rasa

Uji Kelarutan
1. Sampell+

Tidak terbentuk endapan

pereaksi mayer

Gol.
Anastetik
dan gol.
Hormon

2. Sampel+H2SO4

E. Pembahasan

Kuning coklat

Prednison

Você também pode gostar