Você está na página 1de 26

ASKEP REPRODUKSI

Tinjauan Asuhan Keperawatan


Dengan Abortus

DISUSUN OLEH :
PRISILIA SEKE ( 120114064
PARULIAN GULTOM (120114065)
EYVIN BERHIMPONG ( 120114066 )
RESTU GLORIA PUTRI TEDAMPA ( 120114068 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
OKTOBER 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kamu panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena,
berkat rahmat dan karunianya sehingga kamu dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ASKEP DENGAN ABORTUS tepat pada waktunya.
Kamu mengakui bahwa setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal, begitu juga dengan kamu dalam penulisan dan penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan. Tapi kamu sudah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki.
Kamu menyadari tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak dan sumber,
kamu tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu kamu
mengucapkan terimakasih terhadap berbagai pihak dan sumber yang

terkait

dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.


Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Kamu mengharapkan berbagai kritik dan saran agar kamu dapat
memperbaiki kesalahan untuk lebih baik ke depannya.

Manado, 16 September 2014

Penyusun

Daftar Isi

I.
Kata Pengantar ...............................................................................
II.
Daftar isi
...............................................................................
BAB I : Latar Belakang................................................................................
Tujuan .............................................................................................
BAB II :Definis.................................................................................................
Etiologi .................................................................................................
Klasifikasi .............................................................................................
Patofisiologi ..........................................................................................
KOMPLIKASI ....................................................................................
Penatalaksanaan Medis ......................................................................
BAB II Asuhan Keperawatan pada penyakit uretritis
1. Pengkajian .........................................................................................
.
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................
3. Intervensi ..........................................................................................
BAB III Penutup
Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Terdapat beberapa macam
abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang
kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan
merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia
kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik.
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus
desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong
amnion kosong dan kemudian plasenta.
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di
kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih

dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam
masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan
ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi abortus
2. Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
3. Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
4. Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus
6. Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan abortus.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500 gr.

B.

Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
a. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut
dengan keguguran.Prosentase

abortus ini 20% dari semuajenis

abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :


1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi
autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan
oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada

monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan


memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus
euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun
faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan
genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah serta kondisi
lingkungan.
2.

Faktor ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a)

Infeksi yang terdiri dari :


1.

Infeksi akut
a.

Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.

b.

Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c.

Parasit, misalnya malaria.

2 Infeksi kronis
a.

Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada


trimester kedua.

b.

Tuberkulosis paru aktif.

b)

Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa.

c)

Penyakit kronis, misalnya :


-

hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah


80 minggu

nephritis

diabetes angka abortus dan malformasi


congenital meningkat pada wanita dengan diabetes.
Resiko ini berkaitan dengan derajat control
metabolic pada trisemester pertama.

anemia berat

penyakit jantung

toxemia gravidarum yang berat dapat


menyebabkan gangguan sirkulasi pada plasenta

d)

Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat


menimbulkan abortus

e)

Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks


yang pendek, retro flexio utero incarcereta, kelainan
endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.

f)

Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,


sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus

g)

Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)

3. Pemakainan obat dan faktor lingkungan


a. Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid.
Wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki
resiko 2 kali lipat dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena
dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus.

4. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
5. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
b.

Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang


bersangkutan

C.

Klasifikasi Abortus :
a.Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan
atau terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi
pada gestasi bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
a) perdarahan

pervagina

pada

paruh

pertama

kehamilan.

Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari.


Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi

vagina,

pemeriksaan

kuantitatif

serial

kadar

gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron


serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi,

untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus.


Selain itu, juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed
Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi
intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta
dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu
dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam
rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
a) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c) Pemeriksaan ultrasonografi
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
a) rasa mules lebih sering dan kuat
b) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
c) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

10

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c). Pastikan untuk

tetap

memantau

kondisi ibu

setelah

penanganan
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah
dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :

11

2. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang


16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
3. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.

4. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.

12

b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
1. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
a.

tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang


secara spontan atau setelah pengobatan.

b.

Gejala subyektif kehamilan menghilang,

c.

mamma agak mengendor lagi,

d.

uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

e.

tes kehamilan menjadi negatif

f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe


berlangsung terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak

13

dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan


karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan
3. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
D.

hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.


Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk
terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted
Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

E.

Komplikasi

14

a. Perdarahan (haemorrogrie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
F.

Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut
kuretase isap .
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1)

Oksitosin

2)

Prostaglandin

3)

Urea hiperosomik

15

4)

Larutan hiperostomik intraamnion.

Kelainan kromosom, lingkungan,


teratogenik, kongenital, penyakit
pada ibu

hubungan seksual yang


berlebihan ,trauma.

Kelainan ovum

kelainan pada ibu

Gangguan sirkulasi
plasenta

Kematian janin pada usia 20 minggu


kehamilan

Psikologis ibu

MK : Risti
infeksi

Lepasnya PD dan
plasenta ibu

ABORTUS

kecemasan

Rangsangan pada uterus

Pathway

perdarahan

Hipovolemik

anemia

Prostaglandin

MK: anxietas

Dilatasi serviks
kelemahan
MK : Resiko syok
hemorrhagic

nyeri
MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri

16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.

Pengkajian
1.
Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien
pada umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri
yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya
aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat
pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah
dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan
reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat

B.

C.
No

jantung), pola aktivitas sehari hari.


Diagnosa keperawatan
a.

Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

b.

Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c.

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

d.

Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e.

Cemas b.d kurang pengetahuan

Rencana asuhan keperawatan


Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

17

Keperawatan

1.

Resiko syok

Tidak terjadi

Mandiri :

hemorrhagic b.d

devisit volume

1. Cek Airway,

Perdarahan

cairan, seimbang

Breathing, and

pertolongan

antara intake dan

Circulation

pertama pada

output baik

1. Sebagai

keadaan syok

jumlah maupun

2.Penderita

kualitas

dibaringkan dalam

gangguan perfusi

Kriteria Hasil:

posisi trendelenburg,

serebral dan untuk

1.Pasien tidak

yaitu posisi telentang

auto transfusi

menglami syok

biasa dengan kaki

akibat

sedikit tinggi 30

perdarahan.

derajat

2. devisit

3.. Monitor kondisi

keseimbangan

TTV tiap 2 jam

cairan normal.

2. Mencegah

3. Pengeluaran
cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi

4. Monitor input dan


output cairan

4. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal

Kolaborasi :

1. Tranfusi

1. Berikan sejumlah

mungkin

cairan pengganti

diperlukan pada

18

harian(NaCl 0.9%,

kondisi

RL, Dekstran),

perdarahan massif

plasma dan transfusi


darah
2. Penilaian dapat
2. Evaluasi status

dilakukan secara

hemodinamika

harian melalui
pemeriksaan fisik
3. untuk

3. Setelah kebebasan

mencegah atau

jalan nafas terjamin

menanggulangi

untuk meningkatkan

asidosis

oksigenasi dapat
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus

Gangguan

Klien dapat

Mandiri :

1. Mungkin klien

Aktivitas b.d

melakukan

1. pantau tingkat

tidak mengalami

kelemahan,

aktivitas tanpa

kemampuan klien

perubahan berarti,

penurunan

adanya

untuk beraktivitas

tetapi perdarahan

sirkulasi

komplikasi

masif perlu
diwaspadai untuk
menccegah

Kriteria Hasil:

kondisi klien lebih

1. pasien dapat

buruk.

memenuhi

2. Monitor pengaruh

aktivitas sehari

aktivitas terhadap

2. Aktivitas
merangsang

19

hari, seperti

kondisi

peningkatan

penuhan nutrisi.

uterus/kandungan

vaskularisasi dan
pulsasi organ
reproduksi

3. Bantu klien untuk

3. Mengistiratkan

memenuhi kebutuhan

klilen secara

aktivitas sehari-hari

optimal

4. Bantu klien untuk

4. Mengoptimalkan

melakukan tindakan

kondisi klien,

sesuai dengan

pada abortus

kemampuan / kondisi

imminens,

klien

istirahat mutlak
sangat diperlukan

5. Evaluasi
perkembangan

5. Menilai kondisi
umum klien

kemampuan klien
3

melakukan aktivitas
Mandiri :

Gangguan rasa

Klien dapat

nyaman : Nyeri

beradaptasi

1. Monitor

1.Pengukuran nilai

b.d Kerusakan

dengan nyeri

kondisi nyeri

ambang nyeri dapat

jaringan

yang dialami.

yang dialami

dilakukan dengan

intrauteri

Kriteria Hasil

klien

skala maupun

1.pasien

deskripsi

menangani rasa
nyeri yang

Edukasi:

1. Meningkatkan

dirasakannya.

1. Terangkan nyeri

koping klien dalam

yang diderita klien

melakukan guidance

dan penyebabnya

mengatasi nyeri

Kolaborasi :

1. Mengurangi onset

1. Kolaborasi

terjadinya nyeri dapat

20

pemberian

dilakukan dengan

analgetika

pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum

Resiko tinggi

Tidak terjadi

Mandiri :

luas/spesifik
1. Perubahan yang

Infeksi b.d

infeksi selama

1. Monitor

terjadi pada

perdarahan,

perawatan

kondisi

dishart dimonitor

kondisi vulva

perdarahan.

keluaran/dischart

setiap saat

lembab

Kriteria Hasil :

yang keluar;

dischart keluar.

Kondisi vulva

jumlah, warna,

Adanya warna

pasien dalam

dan bau

yang lebih gelap

keadaan bersih

2. Lakukan

disertai bau tidak

sebelum dan

perawatan vulva

enak mungkin

sesudah

merupakan tanda

perawatan.

infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
Edukasi:
1. 1. Terangkan pada

1. Infeksi dapat
timbul akibat

klien pentingnya

kurangnya kebersihan

perawatan vulva

genital.

selama masa
perdarahan

2. 2. Berbagai

2.

manivestasi klinik

3. 2. Terangkan pada

dapat menjadi tanda

klien cara

nonspesifik infeksi;

mengidentifikasi

demam dan

21

tanda infeksi

peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi

4. 3. Anjurkan pada

3. 3. Pengertian pada

suami untuk tidak

keluarga sangat

melakukan hubungan

penting artinya untuk

senggama selama

kebaikan ibu;

masa perdarahan

senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
infeksi pada
pasanganyang lebih
luar

Kolaborasi:

1. Lakukan

1. Berbagai kuman

pemeriksaan biakan

dapat teridentifikasi

pada dischart

melalui dischart

Cemas b.d

Tidak terjadi

kurang

kecemasan,

1.

pengetahuan

pengetahuan

tingkat pengetahuan/

dapat menjadi dasar

klien dan

persepsi klien dan

peningkatan rasa

keluarga

keluarga terhadap

cemas

terhadap

penyakit.

penyakit

Mandiri :
Monitor

2. Monitor derajat

1.Ketidaktahuan

1. Kecemasan yang

22

meningkat.

kecemasan yang

tinggi dapat

Kriteria Hasil:

dialami klien.

menyebabkan

1. pasien tidak

penurunan

lagi cemas atas

penialaian objektif

kejadian yang di

klien tentang

alaminya.

penyakit.
3. Bantu klien

2. Kelibatan klien

mengidentifikasi

secara aktif dalam

penyebab

tindakan

kecemasan

keperawatan
merupakan
support yang
mungkin berguna
bagi klien dan
meningkatkan
kesadaran diri
klien.
3. Peningkatan nilai

Edukasi :

objektif terhadap

1. Terangkan hal-hal

masalah

seputar aborsi yang

berkontibusi

perlu diketahui oleh

menurunkan

klien dan keluarga

kecemasan.
1. Konseling bagi
klien sangat
diperlukan bagi klien
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan

23

keluarga

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:

24

1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),


terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:


Jakarta.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1984), Obstetri Patologi, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

25

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
NANDA INTERNASIONAL.2012.Diagnosis Keperawatan.EGC.Jakarta
Wilkinson,Judith.M;Ahern,Nancy.R.2011.Diagnosa Keperawatan edisi
9.EGC.jakarta
http://www.scribd.com/doc/52411413/ASKEP-ABORTUS

26

Você também pode gostar