Você está na página 1de 16

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan
perkembangan

berkelanjutan
yang

membahayakan

didefinisikan

memenuhi

kemampuan

sebagai

kebutuhan

generasi

Pembangunan

masa

mendatang

sekarang
untuk

atau
tanpa

memenuhi

kebutuhannya.
Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk
meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara
bijaksana, sehingga sumber daya alam terbarukan dapat dilindungi dan
penggunaan sumber alam yang dapat habis (tidak terbarukan) pada tingkat
dimana kebutuhan generasi mendatang tetap akan terpenuhi.
Konsep pembangunan berkelanjutan muncul ketika terjadi kegagalan
pembangunan, dimana proses yang terjadi bersifat top-down (arus informasi
yang terjadi hanya satu arah dari atas ke bawah) dan jika ditinjau dari sisi
lingkungan, sosial, dan ekonomi proses pembangunan yang terjadi ternyata
tidak

berkelanjutan.

Pelaksanaan

konsep

ini

diperkuat

lagi

dengan

kesepakatan para pemimpin bangsa yang dinyatakan dalam hasil-hasil


negosiasi internasional, antara lain Deklarasi Rio pada KTT Bumi tahun 1992,
Deklarasi Milenium PBB tahun 2000, dan Deklarasi Johannesburg pada KTT
Bumi tahun 2002.
Kriteria pembangunan berkelanjutan harus mengacu pada empat aspek
umum pembangunan yaitu aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan teknologi.
Sebuah inisiatif negara-negara selatan dan negara utara dalam sebuah kerja
sama aplikasi CDM menghasilkan sebuah kriteria dan indikator untuk menilai
kontribusi proyek CDM terhadap pembangunan berkelanjutan. Metode SSN
ini melihat pembangunan berkelanjutan dari empat sisi yaitu, sosial,
ekonomi, lingkungan dan teknologi dan tercermin dalam indikator-indikator
berikut ini (http://www.cdm.or.id) :

Kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal

Kontribusi terhadap keberlanjutan penggunaan sumberdaya alam

Kontribusi terhadap peningkatan lapangan kerja

Kontribusi terhadap keberlanjutan neraca pembayaran

Kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro

Efektifitas biaya

Kontribusi terhadap kemandirian teknis

KTT Pembangunan Berkelanjutan


Meskipun tercatat adanya beberapa kemajuan dalam isu lingkungan hidup
internasional antara lain dengan disetujuinya berbagai konvensi lingkungan
hidup

internasional,

dunia

masih

memandang

bahwa

cita-cita

yang

dicanangkan di Rio de JaneiroPrinip-prinsip Rio dan Agenda 21sepuluh


tahun yang lalu masih jauh dari harapan. Berbagai capaian, kendala dan
upaya

untuk

memperoleh

mengatasi
telaahan

kendala

dan

pelaksanaan

kajian

yang

Agenda

komprehensif,

tersebut

patut

tanpa

perlu

merenegosiasikan Agenda 21.


Untuk tujuan ini, Majelis Umum PBB pada tahun 1999, berdasarkan Resolusi
No. 55/1999, sepakat untuk mengadakan sebuah konferensi tingkat tinggi
(KTT) yang diberi nama World Summit on Sustainable Development (WSSD)
guna mengkaji secara menyeluruh pelaksanaan Agenda 21 dalam sepuluh
tahun terakhir, sejak KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. Selain itu,
dalam kerangka Programme for Further Implementation of Agenda 21
(Program Pelaksanaan Lebih Lanjut Agenda 21), KTT ini juga ingin
menghidupkan

kembali

komitmen

global

terhadap

pembangunan

berkelanjutan dengan cara mengidentifikasi keberhasilan dan hambatan


serta mencari upaya untuk memfasilitasi keberhasilan dan mengatasi
hambatan tersebut.
KTT yang rencananya akan diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan, pada
bulan September 2002 saat ini sedang berada dalam tahap persiapan.
Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam rangka persiapan KTT, antara lain
proses perkajian yang dilakukan di tingkat lokal, nasional, sub-regional,

regional

dan

global

dengan

peranserta

aktif

berbagai

kelompok

kemasyarakatan seperti akademisi, buruh, wanita dan lain-lain.


Indonesia sedang merampungkan laporan pengkajian tingkat nasional
pelaksanaan Agenda 21. Executive Summary dari laporan tersebut telah
disampaikan pada Pertemuan Persiapan ke-3 (PrepCom III) di New York, 25
Maret 5 April 2002.
Prepcom untuk KTT Pembangunan Berkelanjutan
Sementara itu, proses persiapan pada tingkat global telah berlangsung sejak
April 2001 dengan dimulainya persidangan pertama Preparatory Committee
(PrepCom) untuk WSSD di Markas Besar PBB. Sidang PrepCom kedua (28
Januari 8 Februari 2002) dan ketiga (25 Maret 5 April) juga diadakan di
New York. Pertemuan PrepCom keempat dan terakhir akan diadakan pada
tingkat menteri di Nusa Dua, Bali, antara 27 Mei sampai 7 Juni 2002.
Pada Prepcom I, Indonesia mendapat kehormatan dengan ditunjuknya Prof.
Dr. Emil Salim sebagai Ketua PrepCom WSSD, suatu posisi yang sangat
menentukan arah dan warna WSSD. Keberhasilan WSSD akan sangat
bergantung kepada keberhasilan Ketua Prepcom dalam mengarahkan proses
dan hasil pertemuan. Untuk menghadapi tugas sebagai tuan rumah dan
membantu Ketua PrepCom, Indonesia membentuk Panitia Nasional (Pannas)
melalui Keppres No. 87 tahun 2001 dengan Menko Ekonomi, Menteri Luar
Negeri dan Menteri Negara Lingkungan Hidup duduk menjadi Ketua Bersama.
Dalam rangkaian proses persiapan menuju KTT, PrepCom IV/Ministerial
Meeting di Bali mempunyai arti penting, mengingat pada pertemuan tersebut
akan dilakukan negosiasi akhir hasil WSSD. Pertemuan PrepCom IV
diharapkan dapat menelurkan rumusan dokumen-dokumen WSSD yang akan
disahkan dalam KTT, yaitu dokumen mengenai Program Aksi mengenai
Pelaksanaan Agenda 21 Sepuluh Tahun Mendatang Deklarasi Politik, dan

Komitmen

berupa

initiatives

untuk

Melaksanakan

Pembangunan

Berkelanjutan.
PrepCom IV WSSD di Bali direncanakan akan diselenggarakan di Bali
International Convention Center, Nusa Dua, Bali, dan diperkirakan akan
dihadiri sekitar 6.000 orang delegasi dari 189 negara, badan-badan di bawah
organisasi PBB, organisasi non-pemerintah, dan media massa dari seluruh
dunia.
Dalam kerangka Pertemuan PrepCom IV, sebelum Pertemuan Tingkat
Menteri pada tanggal 5 - 7 Juni 2002, akan diselenggarakan Pertemuan
Tingkat Pejabat Senior atau Senior Official Meeting tanggal 27 Mei 4 Juni
2002. Selain itu, akan diselenggarakan pula serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan Prepcom IV, yaitu:

Dialog Lintas Pelaku

Pameran Bersama People, Planet, Prosperity

Indonesia Peoples Forum

Local Governance Forum

Scientific Community Forum

Private Sector Forum

Side Events: ASEAN Conference on Urban Environment and Good


Governance dan Earth Charter Initiative

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2002

Indonesia dan KTT Pembangunan Berkelanjutan


Dewasa ini, pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu global
yang menentukan dalam percaturan politik internasional di samping isu-isu
HAM, demokratisasi dan good governance. Dengan kondisi yang demikian
dan terus berkembangnya isu pembangunan berkelanjutan di tingkat global,
maka Indonesia perlu melakukan upaya mengubah kultur dan persepsi atas
aspek ini.

Terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Biro PrepCom dan tuan rumah PrepCom
IV (Ministerial Meeting) adalah didasarkan pada pertimbangan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keaneka-ragaman
hayati, flora, dan fauna terbesar di dunia. Sumber-sumber kekayaan alam ini
sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
global. Selain itu, Indonesia memiliki areal hutan tropis yang merupakan
bagian penting dari paru-paru bumi.
Rangkaian kegiatan WSSD ini karenanya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia
untuk menggalang peningkatan kerjasama internasional, khususnya dalam
rangka memobilisasi peningkatan bantuan keuangan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan alih teknologi. Secara lebih luas, terpilihnya
Indonesia sebagai Ketua PrepCom dan tuan rumah pertemuan terakhir
PrepCom pada level pertemuan para menteri akan memberikan beberapa
potensi keuntungan yang dapat dimanfaatkan pemerintah dan bangsa
Indonesia, yaitu antara lain:
Sebagai tanda masih adanya kepercayaan dunia terhadap Indonesia
dalam forum internasional. Jika kita mampu memainkan peran tersebut
dengan

baik

maka

hal

itu

akan

sangat

membantu

upaya

untuk

meningkatkan citra Indonesia di fora internasional, terutama di bawah


pemerintahan baru Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sebagai upaya pemulihan kepercayaan internasional guna menarik
kembali investor asing masuk ke Indonesia.
Membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya
industri pariwisata, termasuk pengenalan Indonesia sebagai daerah
tujuan wisata terkemuka dengan berbagai jenis atraksi kepariwisataan.
Dengan kehadiran sekitar 6.000 7.000 orang delegasi dari 189 negara
anggota PBB dan 3 negara peninjau PBB diharapkan akan semakin

memantapkan posisi Bali sebagai salah satu tujuan wisata unggulan


Indonesia.
Mencerminkan

peranan

Indonesia

sebagai

pelopor

dalam

mempertahankan prinsip penanganan pembangunan berkelanjutan secara


terpadu dan saling mendukung dengan program pembangunan ekonomi
dan sosial. Chairmans Paper atau laporan Ketua Sidang yang disepakati
dalam PrepCom II dianggap sebagai suatu keberhasilan kepemimpinan
Indonesia,

karena

paper

tersebut

berhasil

mengakomodasikan

kepentingan semua negara dan telah mengakomodasikan kepentingan


utama Indonesia yang akan terus diperjuangkan di KTT nanti.
Isu-isu dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan Berkelanjutan adalah segala upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup umat manusia tanpa melakukan eksploitasi sumber daya alam
di luar batas kemampuan bumi itu sendiri. Berdasarkan pandangan tersebut,
jelas terlihat bahwa Pembangunan Berkelanjutan memiliki lingkup dan
dimensi yang sangat luas, oleh karena itu KTT Pembangunan Berkelanjutan
atau WSSD tidak saja akan membahas isu-isu lingungan hidup saja, tetapi
juga

membahas

isu-isu

pertumbuhan

ekonomi,

pemerataan

dan

pembangunan sosial. Sejauh ini, proses persiapan materi bahasan WSSD


tengah dilakukan dalam forum PrepCom. Isu-isu yang dibahas dalam
persiapan substansi antara lain adalah:
1. pembiayaan pembangunan berkelanjutan
2. (b)alih teknologi dan pembinaan kemampuan
3. governance/struktur institusi untuk pembangunan berkelanjutan
4. globalisasi
5. kesehatan
6. energi
7. konsumsi berkelanjutan dan pola produksi
8. penghapusan kemiskinan

9. air bersih dan sanitasi.


Terlaksananya Pembangunan Berkelanjutan membutuhkan perubahan cara
pandang dan tingkah laku dari semua komponen masyarakat. Oleh karena
itu, dalam setiap proses persiapan hingga KTT itu sendiri, keterlibatan unsurunsur masyarakat, yang disebut dengan major groups, sangat penting.
Seperti tercantum dalam Agenda 21 ada sembilan major groups yaitu:
-

Industri dan bisnis

Petani

Pemerintah Daerah

Masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pemuda dan anak-anak

Penduduk asli

Organisasi non-pemerintah

Perempuan

Pekerja dan serikat pekerja

Bagi Indonesia sendiri, kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan


memperluas

pengetahuan

publik

mengenai

pentingnya

Pembangunan

Berkelanjutan dan KTT Pembangunan Berkelanjutan perlu dilakukan untuk


mengoptimalkan partisipasi para pihak yang berkepentingan atau pelaku
(stakeholders). Hirauan (concerns) utama yang akan menjadi titik perhatian
para pelaku utama (major stakeholders) terhadap forum WSSD mencakup
antara lain (http://www.baliprepcom.org):
Kemungkinan

dampak-dampak

negatif

yang

ditimbulkan

oleh

globalisasi dan liberalisasi ekonomi terhadap kesejahteraan rakyat di


negara-negara berkembang termasuk Indonesia;
Perhatian yang lebih tinggi terhadap pelaksanaan good governance,
termasuk pemberantasan KKN dan peran pelaku dalam pengambilan
keputusan;
Gagasan ecological debt dalam wujud debt for nature swap dalam
upaya penyelesaian utang luar negeri negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP


BERKELANJUTAN

SECARA

Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992 mengamanatkan


pentingnya pembangunan
pertambangan

dan

yang

berkelanjutan

di

sekor

energi,

transportasi

dan

permukiman,

lingkungan

Pembangunan berkelanjutan di sektor permukiman diartikan


pembangunan

permukiman

berkelanjutan

untuk

kualitas

berkelanjutan sebagai

memperbaiki

kondisi

sosial,

sebagai

upaya yang

ekonomi

dan

lingkungan sebagai tempat hidup dan bekerja semua orang.

Intinya
upaya

secara

hidup.

pembangunan
untuk

permukiman yang

meningkatkan

kualitas

berkelanjutan

hidup

merupakan

secara berkelanjutan.

ISU-ISU PERKEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Isu-isu Perkembangan Perumahan dan Permukiman Yang Ada
1. Perbedaan Peluang Antar Pelaku Pembangunan
Terjadinya

ketimpangan

perkotaan,

perumahan

pada
dan

pelayanan

ruang

untuk

infrastruktur, pelayanan
kesempatan

berusaha.

Rentang kualitas berbagai pelayanan kota cukup besar, di mana


kelompok

menengah

ke

bawah

yang

memerlukan

peningkatan

kualitas berbagai pelayanan kota menjadi terabaikan.


2. Konflik Kepentingan
Kebijakan yang memihak kepada kepentingan suatu kelompok masih
sering terjadi dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang
masih bias, serta belum sepenuhnya keberpihakan untuk kepentingan
masyarakat setempat
3. Alokasi Tanah dan Ruang yang Tidak Tepat
Pasar

tanah

dan

perumahan

yang

cenderung

mempengaruhi

tata

ruang berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak tepat,
yang menyebabkan penggunaan tanah atau ruang yang tidak sesuai
dengan

tujuan-tujuan

pembangunan

lainnya

dan

kondisi

ekologis

daerah yang bersangkutan.


4. Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan yang serius umumnya terdapat di daerah yang
mengalami

tingkat

urbanisasi

dan

industrialisasi

tinggi,

serta

eksploitasi sumber daya alam.


5. Penyisihan Komunitas Lokal
Orientasi

pembangunan

yang

terfokus

pada

pengejaran

target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi ke pasar terbuka


dan

terhadap

kelompok

masyarakat

menguntungkan, seringkali
yang

yang

meminggirkan

mampu

masyarakat

dan

setempat

peluangnya menjadi terbatas kepada usaha marjinal.

Isu-isu Perkembangan Perkim Masa Yang Akan Datang :


1. Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat
Tantangan
berupaya

bagi

Pemerintah

agar

meningkatkan
Pemerintah

ke

pertumbuhan
daya

perlu

saing
lebih

depan

adalah

secara

lebih

merata,

antara

daerah

yang

lamban

aktif

memperkuat

lain

positif
dengan

bertumbuh.

permukiman

dan

kehidupan sosial masyarakat setempat.


2. Perkembangan

tak

terkendali

dari

daerah

yang

memiliki

potensi

untuk tumbuh
Urbanisasi

dan

pertumbuhan

cepat

dapat

terjadi

pada

daerah yang

kepadatannya rendah atau sangat rendah. Tindakan yang harus segera


dilakukan

adalah

mengembangkan

instrumen

agar pertumbuhan yang

terjadi dapat lebih dikendalikan supaya unsur ruang permukiman yang


terjadi lebih terintegrasi dan terpola.
3. Marjinalisai Sektor Lokal oleh sektor nasional dan global
Pertumbuhan dan pengembangan yang berorientasi pada sektor formal,
cenderung hanya memberi peluang kepada kegiatan atau kekuatan
bersifat

yang

regional, nasional dan global. Dengan kearifan dan kemampuan

mengelola dengan tepat potensi lokal dapat


mempunyai

daya

jual

ke

menjadi

keunikan

yang

luar, sehingga menjadi faktor peningkat daya

saing setempat.
AGENDA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Proposisi Dasar Pengembangan Agenda Perumahan dan Permukiman
Proses

pembangunan

perkim

di

Indonesia

telah

mengakibatkan

tiga

masalah besar dalam pembangunan perumahan dan permukiman yaitu


di

bidang

pertanahan

dan

tata

ruang;

dikotomi

dan

konflik;

serta

ketidakadilan. Terkait dengan desentralisasi, perlu diperhatikan sejauh


mana

orientasi

dan permukiman

kebijakan
dapat

dan

dianggap

pengembangan

cukup

antisipatif

perumahan
dan

responsif

terhadap permasalahan yang berkembang dan perubahan yang sedang dan/


atau akan berjalan dengan berbagai implikasinya.
Diperlukan

suatu

permukiman

pengembangan

secara

luas,

kepranataan

yang

dapat

perumahan

memunculkan

dan
norma-

norma kehidupan perkotaan dan perdesaan yang menunjang kehidupan


yang beranekaragam dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Tiga

usulan

yang

menjadi

dasar

perumusan

agenda

pembangunan

perumahan dan permukiman di masa depan adalah seperti diuraikan


berikut:
a. Kesetaraan Mendapatkan Peluang dan Akses
Upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah ketidakadilan,
konflik

serta

sebagian
adalah
dengan

besar

dengan

marjinalisasi
masyarakat

yang

dirasakan

yang

rentan

memberdayakan

mengembangkan

dan

kelompok

proses-proses

kelompok

bahkan

kurang

berdaya

masyarakat

tersebut

dan

mekanisme

yang

bersifat adil dan setara untuk mendapatkan berbagai peluang dan


akses di dalam pembangunan dan perkembangan perumahan dan

permukiman,

serta

diberikannya

hak

yang

setara

penataan

ruang

untuk mendapatkannya.
b. Keseimbangan Pertumbuhan Makro dan Mikro
Pengaturan
diperlukan

ruang
untuk

lokal

dan

mencapai

akuntabilitaas
keseimbangan

tata

ruang

dan

sekaligus di dalamnya adalah menciptakan keadilan tata ruang.

c. Reorientasi Pembangunan dan Perkembangan Permukiman


Sejak

program

pengadaan

perumahan

pertama

kali

diadakan,

masalah utama yang belum terselesaikan hingga saat ini adalah


belum

terpenuhinya

kebutuhan

perumahan

yang

layak

masyarakat dalam arti luas, khususnya bagi masyarakat


dan

berpenghasilan

rendah

serta

tidak

tetap.

bagi

miskin,

Kelayakan

tampaknya perlu dipahami dengan cara pandang lain yaitu bukan


secara teknis

rasional melainkan dengan

memahami kehidupan

atau sifat sosio-ekonomi masyarakat yang bersangkutan.


Tujuan Jangka Panjang Pengembangan Permukiman
1.

Pembangunan
perkembangan

suatu
perumahan

kepranataan
dan

pembangunan dan

permukiman

yang

partisipatif,

transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable).


2.

Pengembangan

suatu

proses

pembangunan

dan

perkembangan perumahan dan permukiman.


3.

Meningkatkan peran dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan


mengembangkan

kemampuannya

di

dalam

pengelolaan

pembangunan dan perkembangan perumahan dan permukiman.

AIR SEBAGAI INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Pembangunan di Indonesia secara umum diterjemahkan dalam
kegiatan proyek dimana dapat didanai oleh pemerintah, swasta atau
bantuan/

pinjaman

luar

negeri.

Pada

setiap

pelaksanaan

pekerjaan

umumnya telah pula terdapat mekanisme tersendiri untuk melakukan


monitoring dan evaluasi. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa monitoring
dan evaluasi belum dilakukan dan sejalan dengan tujuan pembangunan
nasional yaitu lestari berkelanjutan. Dalam tulisan ini diuraikan pendekatan
perencanaan dan analisis pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), dimana
mempunyai keuntungan pendekatan yang holistik dengan menggunakan
komponen integrator tata air. Selanjutnya diuraikan tata air digunakan
sebagai indikator pembangunan berkelanjutan. Dengan harapan bila kondisi
tata air baik, maka pembangunan yang dilakukan di dalam DAS yang
bersangkutan dapat dikatakan berkelanjutan.
Pada era otonomi daerah saat ini, pembangunan yang berkelanjutan
menjadi suatu yang penting. Berbagai praktisi menilai pada saat inilah
pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan, karena daerah kabupaten
sudah mampu melakukan identifikasi, analisis, dan pengambilan keputusan
yang didasarkan atas kondisi daerahnya, sehingga setiap pengambilan
keputusan

selalu

didasarkan

atas

kondisi

aktual

kabupaten

yang

bersangkutan. Akan tetapi banyak juga praktisi yang berpendapat bahwa


pendekatan
permasalahan

pembangunan
akan

adanya

otonomi

kabupaten

eksplotasi

yang

akan

tak

memunculkan

tertahankan

pada

sumberdaya alamnya. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan yang cocok


untuk tiap kabupaten, dimana memiliki kondisi yang sangat spesifik.
Pembangunan di Indonesia ini secara umum dijabarkan dalam bentuk
proyek, proyek ini bisa didanai oleh pemerintah, bantuan luar negeri,
ataupun oleh swasta. Akan tetapi dari tahun ke tahun pembangunan ini
walaupun memberikan manfaat yang nyata pada saat ini, ternyata masih
sulit untuk mengetahui apakah pembangunan yang dilakukan tersebut
memenuhi kaidah lestari dan berkelanjutan. Oleh sebab itu diperlukan

indikator, yang dapat digunakan untuk menilai apakah pembangunan yang


dilakukan adalah lestari dan berkelanjutan.
Pendekatan

yang

ingin

dipaparkan

disini

adalah

pendekatan

pengelolaan DAS, dimana pembangunan dilakukan melalui satuan daerah


aliran sungai. Sehingga pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan
pembangunan yang spesifik daerah yang bersangkutan. Keuntungan dari
pendekatan DAS ini adalah adanya indikator biofisik (air) untuk mengetahui
kesehatan dari DAS tersebut, sedangkan kesulitannya adalah pendekatan
ini adalah pendekatan yang interdisiplin, dimana setiap stake-holder
melakukan interaksi untuk menentukan pembangunan yang akan dilakukan
(pendekatan partisipatoris), hal ini memicu konflik yang berkepanjangan,
sehingga memelukan fasilitator yang handal.
Peranan pemerintah daerah yang selama ini menjadi aktor utama
pelaksana pembangunan harus berubah menjadi fasilitator pembangunan,
dimana aktor utama pelaksana pembanguanan adalah setiap stake-holder
yang ada didalam DAS yang bersangkutan.
Pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) menurut definisi adalah suatu daerah
yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian dimana setiap air yang jatuh
di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet.

Komponen

yang

ada di dalam sistem DAS secara umum dapat dibedakan dalam 3 kelompok,
yaitu komponen masukan yaitu curah hujan, komponen output yaitu debit
aliran dan polusi / sedimen, dan komponen proses yaitu manusia, vegetasi,
tanah, iklim, dan topografi. Sehingga pengelolaan DAS adalah melakukan
pengelolaan setiap komponen DAS sehingga dapat mencapai tujuan yang
dimaksud.
Tujuan

dari

sumberdaya alam

pengelolaan

DAS

adalah

melakukan

pengelolaan

secara rasional supaya dapat dimanfaatkan secara

maksimum lestari dan berkelanjutan sehingga dapat diperoleh kondisi tata


air yang baik. Sedangkan pembangunan berkelanjutan adalah pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya alam bagi kepentingan umat manusia pada

saat sekarang ini dengan masih menjamin kelangsungan pemanfaatan


sumberdaya alam untuk generasi yang akan datang.
Dalam sistem DAS mempunyai arti penting terutama bila hubungan
ketergantungan antara hulu dan hilir. Perubahan komponen DAS di daerah
hulu akan sangat mempengaruhi komponen DAS pada daerah hilirnya, oleh
sebab itu perencanaan daerah hulu menjadi sangat penting.
Dalam setiap aktifitas perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di
dalam sistem DAS, sangat diperlukan indikator yang mampu digunakan
untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan tersebut telah berjalan sesuai
dengan perencanaan atau belum.

Indikator yang dimaksud adalah

indikator yang dengan mudah dapat dilihat oleh seluruh masyarakat luas
sehingga dapat digunakan peringatan awal dalam pelaksanaan kegiatan.
Indikator Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Secara umum pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
paling sedikit harus memenuhi indikator lestari dan berkelanjutan dibawah
ini, yaitu:

Pengelolaan

yang

mampu

mendukung

produktifitas

optimum

bagi

kepentingan kehidupan (indikator ekonomi)

Pengelolaan yang mampu memberikan manfaat merata bagi kepentingan


kehidupan (sosial)

Pengelolaan yang mampu mempertahankan kondisi lingkungan untuk


tidak terdegradasi (indikator lingkungan)

Pengelolaan dengan menggunakan teknologi yang mampu dilaksanakan


oleh kondisi penghidupan setempat, sehingga menstimulir tumbuhnya
sistem institusi yang mendukung (indikator teknologi)
Pada

pengelolaan

DAS

indikator

paling

memungkinkan

adalah

melihat kondisi tataairnya. Yang dimaksud indikator tata air kondisi tata air
yang meliputi:

Indikator kuantitas air. Kondisi kuantitas air ini sangat berkaitan dengan
kondisi tutupan vegetasi lahan di DAS yang bersangkutan. Bila tutupan
vegetasi lahan DAS yang bersangkutan berkurang dapat dipastikan

perubahan kuntitas air akan terjadi. Sehingga setiap pelaksanaan


kegiatan yang bermaksud mengurangi tutupan lahan pada suatu tempat
maka harus diiringi dengan usaha konservasi. Indikator ini dapat dilihat
dari besarnya air limpsan permukaan maupun debit air sungai.

Indikator kualitas air. Kondisi kualitas air disamping dipengaruhi oleh


tutupan vegetasi lahan seperti pada kondisi kuantitas, tetapi juga
dipengaruhi oleh buangan domestik, buangan industri, pengolahan lahan,
pola tanam, dll. Dengan demikian bila sistem pengelolaan limbah,
pengolahan lahan, dan pola tanam dapat dengan mudah diketahui
kejanggalannya dengan melihat indikator kualitas air. Kualitas air ini
dapat dilihat dari kondisi kualitas air limpasan, air sungai ataupun air
sumur.

Indikator perbandingan debit maksimum dan minimum. Yang dimaksud


disini adalah perbandingan antara debit puncak maksimum dengan debit
puncak minimum sungai utama (di titik outlet DAS). Indikator ini
mengisyaratkan kemampuan lahan untuk menyimpan. Bila kemampuan
menyimpan air dari suatu daerah masih bagus maka fluktuasi debit air
pada musim hujan dan kemarau adalah kecil. Kemampuan menyimpan
air ini sangat bergantung pada kondisi permukaan lahan seperti kondisi
vegetasi, tanah, dll

Indikator muka air tanah. Indikator ini dapat dilihat dari ketinggian muka
air tanah di suatu lahan. Indikator muka air tanah ini mengisyaratkan
besarnya air masukan ke dalam tanah dikurangi dengan pemanfaatan air
tanah. Yang mempengaruhi besarnya air masuk kedalam tanah adalah
vegetasi, kelerengan, kondisi tanahnya sendiri, dll. Ketinggian muka air
tanah ini dapat dilihat dari ketinggian muka air tanah dalam (aquifer)
ataupun ketinggian air tanah dangkal (non-aquifer).

Indikator curah hujan. Besarnya curah hujan suatu tempat sangat


dipengaruhi oleh kondisi klimatologi daerah sekitarnya, sedangkan
kondisi klimatologi ini diperanguhi perubahan tutupan lahan, ataupun
aktifitas lainnya. Sehingga bila terjadi perubahan secara besar pada

tutupan lahan maka akan mempengaruhi klimatologi dan juga curah


hujan yang terjadi.
Dengan demikian dengan mengetahui indikator tata air yang dapat
dengan mudah dilihat dengan pengamatan masyarakat umum diharapkan
dengan demikian kontrol pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan
dengan lebih terbuka. Sebagai gambaran bahwa suatu daerah aliran sungai
dapat dikatakan masih baik apabila:

Memberikan produksi tinggi bagi keperluan kehidupan dalam DAS yang


bersangkutan

Menjamin kelestarian DAS, dimana erosi yang terjadi dibawah erosi yang
dapat ditoleransi

Terdapat kelenturan, dimana bila terjadi gangguan pada salah satu


bagian, maka bagian lain mampu memberikan supply / bantuan

Bersifat pemerataan, dimana setiap stake holder yang ada di dalam DAS
mampu

berperan

sesuai

dengan

kemampuan

yang

dipunyai

dan

mendapatkan imbalan yang sesuai.


Sedangkan dari aspek biofisik, suatu DAS dikatakan baik apabila:

Debit sungai konstan dari tahun ke tahun

Kualitas air baik dari tahun ke tahun

Fluktuasi antara debit maksimum dan minimum kecil

Ketinggian muka air tanah konstan dari tahun ke tahun

Kondisi curah hujan tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu


tertentu

Você também pode gostar