Você está na página 1de 4

TITRASI POTENSIOMETRI

Filed under: KIMIA ANLISIS Leave a comment


17 June 2012

Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial elektroda
relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk
menentukan titik setara suatu titirasi secra instrumental sebagai pengganti indikator visual.
Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometri atau pH meter
dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur. Hasil
pengukuran berupa harga potnsional elektroda yang dapat dibuat kurva hubungan antara
potensial (E) dan volume pereaksinya (Sumar, 1994).
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisik kimia yang menggunakan
peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda, besarnya potensial elektroda ini
tergantung pada kepekatan ionion tertentu dalam larutan, karena itu dengan memakai
persamaan Nernst :
E = Eo + k log (c)
Dimana :
E = sel potensial yang diukur
o
E = konstan selama pemberian suhu
C = konsentrasi yang ditentukan
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan dengan
menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya memiliki harga
potensial yang tetap selama pengukuran. Elektroda pembanding yang diambil sebagai baku
international adalah elektroda hidrogen baku. Harga potensial elektroda ini ditetapkan nol
pada kesadahan baku ( H+ )= 1 M, tekanan gas H2 = 1 atm dan suhu 25o C, sedangkan gaya
gerak listrik ( GGL ) pasangan elektroda itu diukur dengan bantuan potensiometer yang
sesuai, dan sering digunakan peralatan elektronik (Underwood, 1998).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi
dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi
potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi
untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau
sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan
perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi
redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai
elektroda redoks (Khopkar, 1990)
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nerst dengan cara pengukuran
potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan Nersnt
memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies

ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial revensibel suatu elektroda,
maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan. Jika dua
elektroda yang sama diletakkan pada silinder berisi larutan yang sama, (tetapi berbeda
konsentrasi) serta dihubungkan dengan suatu jembatan garam, maka potensial diantara dua
lektroda sesuai dengan perbandingan kedua konsentrasinya tersebut. Ini diketahui sebagai sel
konsentrasi (Khopkar, 2003).
Dalam suatu titrasi potensiometri titik akhir ditemukan dengan menentukan volume yang
menyebabkan perubahan relative besar dalam potensial apabila titran ditambahakan beberapa
metode menyalurkan beberapa data titrasi dapat digunakan untuk semua reaksi digunakan
untuk tujuan titrimetri asam basa, reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks. Dipilih
suatu alat elektroda indicator yang tepat untuk suatu elektroda pembanding seperti kalomel
untuk melengkapi sel titrasi potensiometri dapat digunakan dengan tangan ataupun dengan
potensioautomatik penekanan kurva titrasi secara automatic pada titik akhir
(Underwood, 1998).
Sejak permulaan abad ini metode potensiometri telah digunakan untuk mendeteksi titik akhir
titrasi. Sekarang meode ini dapat digunakan secara langsung untuk menentukan konsentrasi
suatu ion (ion selective electrode). Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri
adalah :
1. Elektroda pembanding
2. Elektroda indikator
3. Alat pengukur potensial
Elektroda Pembanding
Elektroda pemanding adalah suatu elektroda dengan harga potensial setengah sel yang
diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposissi larutan yang sedang
disilidiki. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda eektroda indikator yang
potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Bebrapa contoh
elektroda pembanding :
Elektroda Kalomel
Setengah sek elektoda kalomel dapat ditunjukkan sebagai :
ll Hg2Cl2 (satd), KCl (xM) l Hg
Dengan x meunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan
sebagai
Hg2Cl2 + 2e- 2Hg + 2ClPotensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x, dan harga konsentrasi ini harus
dituliskan untuk memperjelas elektroda.
Elektroda Perak / Perak Klorida
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda adalah terdiri dari suatu perak yang
dicelupkan kedalam larutan Cl yang dijenuhkan dengan AgCl. Setengah sel elektroda perak
dapat ditulis
ll AgCl (satd), KCl (xM) l Hg
Reaksi setengah selnya adalah
AgCl + e_ Ag + ClBiasanya elektroda ini terbuadari suatu larutan jenuh atau 3,5M KCl yang harga potensialnya
adalah 0.199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 250C. Elektroda ini dapat digunakan pada
suhu yag lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak (Sumar, 1994).
Kurva diatas menunjukkan gambar keiringan kurva titrasi, yaitu perubahan potensial
dengan perubahan volume E/V terhadap volume titran. Kurna naik sampai pada titik
ekivalen yang maksimum. Volume pada titik ekivalen ditentukan dengan menarik garis

vertical dari puncak ke sumbu volume. Semakin kompleks reaksinya, makin tajam puncaknya
sehingga makin teliti letak titik ekivalen. Tentu saja masih ada sesuatu ketidakpastian dalam
mencari letak puncak kurva (Underwood, 1998).
Penambahan asam maka pH menjadi turun dan harga E naik. Hal ini disebabkan karena
dengan bertambahnya asam, iob H+ semakin banyak. Ini membuktikan bahwa larutan
semakin asam, maka pH semakin kecil dan semakin banyak H+ maka muatan ion semakin
positif dan tentunya potensial semakin besar. Begitu sebaliknya, jika adanya penambahan
basa maka pH menjadi naik dan harga E turu. Ini menyebabkan pH semakin besar dan
semakin banyak OH- maka muatan ion semakin negatif dan tentunya potensial semakin kecil.
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa E berbanding terbalik dengan pH. Sedangkan
untuk proses titrasi jika zat penitrannya bersifat basa maka pH zat titran akan naik.
Sebaliknya jika zat penitrannya bersifat asam maka pH zat titran akan turun (Underwood,
1995).
Kelebihan utama potensiometer adalah pada saat potensial dibaca, tidak ada arus yang
mengalir dalam larutan (arus residual akibat tanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan).
Sel standar yang biasanya digunakan untuk mengkalibrasi potensiometer adalah sel Weston
jenuh dengan potensial 1,01864 V pada 200C yang berkurang sebanyak 410-5 V tiap
kenaikan temperatur 10C. Suatu pH meter adalah seperangkat alat pengukur potensial
elektroda tanpa aliran arus dan sekaligus menguatkan sinyal yang ditimbulkan pada elektroda
gelas dengan suatu tabung vakum elektrik. Suatu pH meter dengan tipe defleksi, paling tidak
mempunyai tipe panel kendali berupa tombol operasi, tombol standarisasi dengan beffer
standar, tombol kompensator temperatur yang memungkinkan untuk memperbaiki
kepekaannya berdasarkan ketergantungan potensial Nerst terhadap temperatur. Beberapa
model dilengkapi juga dengan suatu tombol seleksi skala, dan ini dikenal sebgai pH meter
dengan skala diperluas (Khopkar, 2003).
Elektroda indikator dibagi menjadi dua kategori, elektroda logam dan elektroda elektroda
membran. Elektroda logam dapat dikelompokkan kedalam elektroda jenis pertama, jenis
kedua, jenis ketiga dan elektroda redoks (Sumar, 1994).
Elektroda Logam
Beberapa logam seperti perak, raksa, tembaga, dan timbal dapat bekerja sebagai elektroda
indikator, apabila berhubungan dengan suatu larutan dari ionnya. Misalnya potensial yang
ditimbulkan pada sepotong kawat perak yang tercelup dalam suatu larutan perak nitrat
berubah-ubah dengan aktivitas ion perak sesuai dengan ramalan persamaan Nernst. Kiranya
pemindahan elektron reversibel terjadi antara permukaan logam dan ion-ion di dalam larutan.
Elektroda jenis ini yang ionnya dapat bgertukar secara langsung dengan logam disebut
elektroda jenis pertama (Underwood, 1998).
Elektroda perak-perak klorida, sebagai suatu elektroda pembanding merupakan suatu contoh
elektroda jenis kedua. Pada suatu elektroda jenis kedua, ion dalam larutan tidak bertukar
eletron secara langsung dengan elektroda logam.
Suatu elektroda jenis ketiga yang secara luas dipakai adalah elektroda raksa EDTA. Telah
diamati oleh Reilley dan Schmid bahwa potensial elektroda suatu raksa bersangkut secara
reversibel dengan ion-ion logam lain dalam larutan dengan adanya kompleks
raksa (Underwood, 1998).
Elektroda Membran
Elektroda membran berbeda dalam pokoknya dari elektroda logam yang telah dibahas. Tidak
ada elektron yang diberikan oleh atau kepada membran. Justru sebuah membran membiarkan
jenis-jenis ion tertentu untuk menembusnya, tetepi menahan yang lain. Elektroda gelas, yang

digunakan untuk menentukan pH, merupakan contoh elektroda membran yang paling luas
dikenal (Underwood, 1998).
pH meter
pH meter merupakan contoh aplikasi elektroda membran yang berguna untuk mengukur pH
larutan. pH meter dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi asam basa
pengganti indikator. Alat ini dilengkapi dengan elektroda gelas dan elektroda kalomel (SCE)
atau gabungan dari keadaan (elektroda kombinasi). Diagram pH meter ditunjukkan (Sumar,
1994).
Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan elektroda-elektroda ialah cairan dalam
elektroda adalah cairan dalam elektroda harus selalu dijaga lebih tinggi dari larutan yang
diukur. Peringatan ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi larutan elektroda atau
penyumbatan penghubung karena reaksi ion-ion analit dengan ion raksa atau ion
perak (Sumar, 1994).
Titrasi Potensiometri
Potensial suatu elektroda indikator berguna untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi.
Penentuan titik ekivalen dengan cara ini lebih teliti dari pada penggunaan indikator. Akan
tetapi metode ini memerlukan waktu yang lebih lama jka tidak menggunakan titrasi
automatik. Titrasi potensiometri dapat digunakan untuk titrasi pengendapan, pembentukan
komplek, netralisasi, dan redoks (Sumar, 1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi
pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion
terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti
dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang
harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya harus
meliputi penambahan atau pengukuran beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya.
Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau
secara kontinyu dengan perangkat automatic. Presisi dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi.
1. Reaksi Netralisasi
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
1. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan
Pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.
Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.
1. Reaksi Redoks
Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat
membentuk lapisan logam oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam
larutan encer

Você também pode gostar