Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Struktur protein terdiri dari satu atau lebih rantai poleptida yang masingmasing terdiri dari satuan asam amino, komposisi dan ukuran tiap protein
tergantung dari jenis dan jumlah sub unit asam amino, namun sebagian protein
tumbuhan mempunyai bobot molekul lebih dari 40.000 Daltons, misal protein
teredoksin yang terlibat dalam fotosintesis (Parman, 2007).
Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan atas dua sumber yaitu
protein hewani dan nabati. Oleh karena struktur fisik dan kimia protein hewani
sama dengan yang dijumpai pada tubuh manusia, maka protein yang berasal
dari hewan mengandung semua asam amino dalam jumlah yang cukup
membentuk dan memperbaiki jaringan tubuh manusia. Kecuali pada kedelai,
semua pangan nabati mempunyai protein dengan mutu yang lebih rendah
dibandingkan hewani (Budianto, 2009).
Kekurangan protein dapat menyebabkan Kwashioskor, pertama kali
diperkenalkan oleh Dr. Cecily Wiliams pada tahun 1993 di Ghana, Afrika.
Penyakit ini lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang
komposisi gizi makanannya tidak seimbang terutama dalam hal protein. Jika
terlalu berlebihan mengkomsumsi protein juga akan sangat membebani kerja
ginjal. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang
tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas.
(Yuniastuti, 2008)
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif terdiri atas reaksi
xantoprotein, reaksi Hopskin-Cole, reaksi Millon dan reaksi nitroptusida.
Sementara itu, analisis protein secara kuantitatif terdiri dari metode Kjehdal,
metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri dan metode
spektrofotometri UV (Yuliani, 2010).
dengan asam sulfat panas untuk mengoksidasi karbon dan hidrogen serta
mereduksi protein nitrogen dan mengubahnya menjadi ammonium sulfat.
Kemudian direaksikan dengan NaOH terkonsentrasi. Asam yang tidak
bereaksi kemudian ditentukan dengan titrasi alkali. Total nitrogen organik
sebanding dengan persentase jumlah protein yang diukur (Otles, 2009).
2. Metode Biuret
Metode biuret lebih sederhana dan lebih murah untuk dilakukan.
Metode biuret dipercaya lebih mudah dibandingkan dengan metode
Kjehdal karena prosedur biuret melibatkan reaksi antara rantai peptida,
sementara prosedur Kjehdal lebih menentukan total nitrogen dan tidak
membedakan antara protein dan non protein (Otles, 2009).
Prinsip metode biuret adalah dalam larutan basa, Cu2+ membentuk
kompleks dengan ikatan peptida (CONH) dari suatu protein yang
membentuk warna ungu dengan absorbans 540 nm. Besarnya absorbansi
tersebut berbanding langsung dengan konsentrasi protein dan tidak
tergantung pada jenis protein karena semua protein pada dasarnya
mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat.
Prosedur analisis dengan metode biuret ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Jumlah sampel harus mengandung protein sekitar 1-10 mg/dl.
b. Ada senyawa pengganggu yang perlu diantisipasi yaitu urea karena
mengandung gugus CONH gula pereduksi yang akan bereaksi
dengan ion Cu2+, metode biuret mempunyai ketetapan lebih besar
dibanding Kjehdal.
(Anang, 2004)
3. Metode Lowry
Metode Lowry merupakan salah satu metode penentuan konsentrasi
protein dalam larutan dengan tingkat sensitivitas tinggi. Metode ini
mengkombinasikan reaksi biuret dengan reduksi dari reagen fenol folinCiocalteuh oleh asam amino triptofan dan tirosin dari protein.
(Oltes, 2009).
D. Prosedur Kerja
1. Penentuan Kurva Kalibrasi Protein Total
a. Dipipet 1 mL albumin standar kemudian dimasukkan pada labu takar
25 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas.
b. Diambil dari larutan induk kemudian dibuat seri konsentrasi larutan
standar dengan cara diambil 1,25 mL, 2,5 mL, 3,75 mL, 5 mL, 6,25
mL. Masingmasing dilarutkan dalam labu takar 10 mL dengan
menggunakan aquadest hingga tanda batas.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Penentuan kurva kalibrasi protein total
Konsentrasi (ppm)
250
500
750
1000
a = 0,0162
b = 1,728 x 10-4
Absorbansi
0,063
0,127
0,151
0,172
r = 0,97
y = 0,0162 + 1,728 x 10-4
b. Penentuan kadar protein total
Sampel
Susu Sapi
Telur ayam
Telur Bebek
Susu Sapi (Bear
Brand)
Telur ayam
kampung
Susu Kedelai
Pengenceran
Absorbansi
1 g/100 mL
1 g/100 mL
1 g/100 mL
1 g/100 mL
0,030
0,036
0,013
0,101
Kadar
(ppm)
(%)
7541,07 0,75
111,80
1,1189
1697
0,1697
49383,67 4,94
1 g/100 mL
0,129
6527,78
6,52778
1 g/100 mL
0,0027
62,79
0,6279
2. Perhitungan
a. Konsentrasi Larutan Induk
albumin standar
= 5000 mg/dL
50.000 ppm
M2.V2
50.000 . 1 mL
M2 . 25 mL
M2
2000 ppm
M1.V1
2) Volume 2,5 mL
M1.V1
2000 ppm. 2,5 mL
=
=
M2
M2.V2
M2. 10 Ml
= 250 ppm
M2.V2
M2. 10 mL
= 500 ppm
3) Volume 3,75 mL
M1.V1
2000 ppm. 3,75 mL
M2
4) Volume 5 mL
M1.V1
2000 ppm. 5 mL
M2
=
=
M2.V2
M2. 10 mL
=
=
=
= 750 ppm
M2.V2
M2 . 10 mL
= 1000 ppm
10
3. Reaksi
R
N CH
CH2
N CH C
CH
CH2
CH C
O
+ CuSO4 + NaOH
CH C
R
N
CH
+ Na2SO4 + H2O
Cu2+
N
H
CH
H
N
CH
11
4. Kurva Kalibrasi
12
F. Pembahasan
Protein merupakan unit penyusun utama tubuh. Protein juga merupakan
suatu polimer yang mempunyai monomer suatu asam amino. Asam amino
sendiri merupakan senyawa kimia yang mengandung dua gugus fungsi yang
berbeda. Sehingga reaksi identifikasi suatu protein tidak jauh dari reaksi kedua
gugus fungsi tersebut. Salah satu identifikasi protein adalah dengan cara
denaturasi protein (perubahan struktur protein).
Adapun fungsi protein dalam tubuh secara umum yaitu untuk
pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa tubuh yang
esensial. Protein juga mampu membentuk antibody, sebagai transport nutrient
dan regulasi keseimbangan air. Fungsi protein yang tidak kalah penting yakni
sebagai katalik (memepercepat laju reaksi). Protein dalam bahan pangan
umumnya ditemukan pada kacang-kacangan, produk daging, telur, susu dan
makanan laut.
Asam amino adalah hasil dari blok protein yang dihubungkan oleh ikatan
peptida. Ada banyak kesamaan antara asam amino dan molekul biuret dan
keduanya beraksi dengan cara yang sama. Reagent Biuret adalah larutan
berwarna biru muda, yang berubah menjadi ungu bila bercampur dengan
larutan yang mengandung protein. Sebuah kompleks berwarna ungu terbentuk
ketika ion tembaga dari reagent Biuret bereaksi dengan ikatan peptida pada
rantai polipeptida.
Percobaan ini mengenai penentuan kadar protein dalam bahan makanan
secara spektrofotometri yang bertujuan untuk dapat melakukan penetapan
kada protein seara spektrofotometri. Sampel yang digunakan pada percobaan
ini adalah susu kedelai, susu sapi merek Beard Bean, susu sapi merek
Ultramilk, telur ayam kampung, telur ayam potong dan telur bebek. Pemilihan
sampel tersebut berdasarkan pada perbedaan merek susu dan perbedaan jenis
telur yang sering dikonsumsi dan dijual dipasaran untuk mengetahui kadar
protein pada masing-masing sampel tersebut.
13
14
adanya
hubungan
proporsional
antara
absorbansi
dan
15
hasil positif untuk semua jenis protein. Keuntungan dari metode biuret ini
adalah bahan yang digunakan relatif murah akan tetapi kelemahan dari metode
ini adalah sensitivitas terhadap bahan yang diidentifikasi rendah sehingga
diperlukan bahan dalam jumlah yang tidak sedikit.
Reagen biuret terdiri dari CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Nasitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya
akan membentuk kompleks dengan protein. KI berfungsi untuk mencegah
terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Na-sitrat dan Na2CO3
berfungsi sebagai buffer dan NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa.
Suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan
menjadi Cu2+ dan 2OH-. Hal ini membantu untuk membentuk kompleks
dengan nitrogen dari karbon dari ikatan peptida dalam larutan basa. Perubahan
pada warna sampel uji akan memberikan hasil yang positif atau negatif.
Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks
berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam
suasana basa. Terjadinya warna ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N,
unsur N terdapat pada peptida menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana
basa. Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk
makin jelas dan makin pekat. Asam amino adalah hasil dari blok protein yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Ada banyak kesamaan antara asam amino
dan molekul biuret dan keduanya beraksi dengan cara yang sama. Reagent
Biuret adalah larutan berwarna biru muda, yang berubah menjadi ungu bila
bercampur dengan larutan yang mengandung protein. Sebuah kompleks
berwarna ungu terbentuk ketika ion tembaga dari reagent biuret bereaksi
dengan ikatan peptida pada rantai polipeptida.
Uji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan
peptida dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk
menunjukan adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang dapat
dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung protein diencerkan
dengan aquadest. Fungsi penambahan aquadest ini adalah sebagai pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel. Sampel yang tidak larut ditetesi dengan
16
larutan NaOH, Hal ini dilakukan karena NaOH menyebabkan hidrolisis ikatan
peptida dari polimer protein sehingga sampel dapat larut dalam aquadest.
Setelah itu, dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan pereaksi
biuret kemudian ditambahkan aquadest dan dihomogenkan. Tujuan dari
penambahan biuret adalah agar Cu2+ yang terdapat pada biuret dapat
membentuk ikatan kompleks ungu dengan protein pada sampel. Tujuan
penghomogenan adalah untuk mempercepat reaksi antara protein dengan
pereaksi biuret dengan cara meningkatkan kontak antara protein dengan ion
Cu2+ yang terdapat pada pereaksi biuret. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37 oC
sampai 38oC selama 10 menit. Tujuannya adalah untuk memberi waktu bagi
pereaksi biuret untuk bereaksi dengan protein dalam sampel. Diinkubasi pada
suhu 37oC sampai 38oC dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya
denaturasi protein. Denaturasi adalah kerusakan yang terjadi pada struktur
protein, yaitu dari struktur tersier kemudian menjadi struktur primer.
Denaturasi protein terjadi pada suhu 60oC. Selanjutnya diukur absorbansinya
pada panjang gelombang maksimum dan kemudian ditentukan kadar protein
total.
Dari hasil pengukuran kadar protein total pada sampel, didapatkan
absorbansi pada masing-masing konsentrasi yaitu konsentrasi 250 ppm, 500
ppm, dan 750 ppm serta 1000 ppm berturut-turut adalah 0,083; 0,127; 0,151
dan 0,172. Nilai-nilai absorbansi ini berbanding lurus dengan konsentrasi
sampel dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin pekat warnanya
sehingga semakin tinggi pula absorbansinya yang diartikan sebagai
peningkatan kadar protein dalam sampel, begitupun sebaliknya semakin
rendah konsentrasi maka semakin pudar warnanya sehingga semakin rendah
pula absorbansinya yang diartikan sebagai penurunan kadar protein dalam
sampel. Nilai absorbansi sampel yang didapat dari spektrofotometer sebanding
dengan kadar protein pada sampel. Kadar protein total pada susu sapi
ultramilk, telur ayam kampung, susu kedelai, susu beruang, telur bebek dan
telur ayam kota yang didapat dari perhitungan berturut-turut adalah 0,75%;
6,5278%; 0,62%; 4,94%; 1,1189%; 5,27%.
17
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kadar protein total pada susu sapi ultramilk yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 0,75%.
2. Kadar protein total pada telur ayam kampung yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 6,5278%
3. Kadar protein total pada susu kedelai yang didapat dari hasil perhitungan
adalah 0,62%.
4. Kadar protein total pada susu beruang yang didapat dari hasil perhitungan
adalah 0,73%.
5. Kadar protein total pada telur bebek yang didapat dari hasil perhitungan
adalah 1,1189%.
6. Kadar protein total pada telur ayam kota yang didapat dari hasil
perhitungan adalah 5,27%.
18
PERCOBAAN II
PENENTUAN KADAR NITRIT PADA SEDIAAN MAKANAN
A. Tujuan
Menentukan kadar nitrit atau senyawa sejenisnya dengan metode
spektrofotometri.
B. Dasar Teori
1. Nitrit
Nitrit adalah senyawa nitrogen yang reaktif. Kalium nitrat dan nitrit
serta natrium nitrat dan nitrit telah digunakan dalam daging olahan
(curing) selama berabad-abad (Silalahi, 2005).
Penggunaan bahan ini menjadi semakin luas karna manfaat nitrit
dalam pengolahan daging (seperti sosis, beef, cornet, dan burger). Selain
sebagai pembentuk warna dan bahan pengawet, nitrit berfungsi sebagai
antimikroba yang berfungsi sebagai pemberi aroma dan cita rasa.
(Cahyadi, 2006)
Nitrit juga mrerupakan antioksidan yang efektif menghambat
pembentukan WOF (Warmed Over Flavor), yaitu berubahnya warna,
aroma dan rasa yang tidak menyenangkan pada produk daging yang telah
dimasak. Penambahan nitrit pada konsentrasi 156 mg/kg cukup efektif
untuk menghambat pembentukan WOF dan menurunkan angka TBA (Thio
Barbiturat Acid) pada produk daging. TBA adalah senyawa yang dapat
bereaksi dengan senyawa aldehid membentuk warna merah yang dapat
diukur dengan spektrofotometer. Angka TBA adalah angka yang dipakai
untuk menentukan adanya ketengikan dari senyawa aldehid yang
dihasilkan dari oksidasi minyak atau lemak (Rohaman, 2007).
Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan
warna daging atau ikan, ternyata menimbulkan efek yang membahayakan.
Nitrit dapat membentuk turunan nitrosamine yang bersifa ttoksik.
Nitrosamine merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik. Nitrosamine
dapat menyebabkan tumor pada berbagai macam organ, termasuk hati,
ginjal, kantung kemih, paru-paru, lambung, saluran pernafasan, pankreas,
dan lain-lain (Muchtadi, 2008).
19
spektrofotometri
sinar
tampak
dan
volumetri.
Metode
ungu
kemerahan
yang
dapat
diukur
dengan
secara
kalium
permanganat
sebagai
pentiter.
Serimetri
20
menggunakan serum (IV) sulfat dititrasi dengan ammonium besi (II) sulfat
dan asam N-fenilantranilat sebagai indikator (Vogel, 1994).
21
i. Sampel Nugget
j. Sampel Sosis
k. Sulfanilamida 0,1 %
D. Prosedur Kerja
1. Pembutan Reagen Naftiletilendiamin (NED)
a. Ditimbang NED.2HCl 0,05 g lalu dimasukkan ke gelas kimia.
b. Dimasukkan aquades dan diaduk hingga homogen.
c. Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
d. Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.
2. Pembutan Reagen Sulfanilamida 0,1%
a. Ditimbang Sulfanilamida 0,1 g dan dimasukkan ke gelas kimia.
b. Dimasukkan aquades dan diaduk hingga homogen.
c. Dimasukkan HCl pekat 1 mL dan diaduk hingga homogen
d. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
e. Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.
3. Pembuatan Larutan Baku
a. Ditimbang natrium nitrit standar sebanyak 25 mg dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL.
b. Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.
c. Dibuat larutan seri konsentrasi 0 mL; 1 mL; 2 mL; 4 mL; 6 mL; 8 mL.
d. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan
Sulfanilamida sebanyak 1 mL lalu dikocok.
e. Dimasukkan NED sebanyak 1 mL dan didiamkan selama 1 menit.
f. Dimasukkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan.
g. Diukur absorbansi dan dibuat kurva baku.
4. Penentuan Kadar Nitrit Sampel
a. Ditimbang sampel sebanyak 10 mg dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia.
b. Dimasukkan borat jenuh sebanyak 5 mL.
c. Ditambahkan aquades panas sebanyak 100 mL lalu dipanaskan sambil
diaduk dan disaring.
d. Diambil 5 mL larutan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL.
e. Dimasukkan sulfanilamida dan NED masing-masing sebanyak 2,5 mL.
f. Didiamkan sampai berubah warna.
5. Uji Kualitatif
23
24
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
a. Pembuatan kurva baku
Konsentrasi
Absorbansi
Blanko
10 ppm
20 ppm
40 ppm
60 ppm
80 ppm
0
1,637
0,693
0,267
0,066
0,041
a = 1,508
b = - 0,021
r
= - 0,900
r 2 = - 0,810
y = a + bx = 1,508 + ( -0,021 ) x
b. Uji kuantitatif
Sampel
Bakso
Sosis
Nugget
c. Uji kualitatif
Sampel
Bakso
Sosis
Nugget
Absorbansi
0,346
0,822
0,251
Kadar (%)
0,0551
0,032
0,0059
Hasil
(+)
(+)
(+)
Keterangan
Terdapat nitrit
Terdapat nitrit
Terdapat nitrit
2. Perhitungan
a. Pembuatan kurva baku
1). Konsentrasi 1
25
M 1 x V1 = M2 x V2
250 ppm x 1 mL = M2 x 25 mL
M2 = 10 ppm
2). Konsentrasi 2
M 1 x V1 = M2 x V2
250 ppm x 2 mL = M2 x 25 mL
M2 = 20 ppm
3). Konsentrasi 3
M 1 x V1 = M2 x V2
250 ppm x 4 mL = M2 x 25 mL
M2 = 40 ppm
4). Konsentrasi 4
M 1 x V1 = M2 x V2
250 ppm x 6 mL = M2 x 25 mL
M2 = 60 ppm
5). Konsentrasi 5
M 1 x V1 = M2 x V2
250 ppm x 8 mL = M2 x 25 mL
M2 = 80 ppm
Berdasarkan hasil konsentrasi yang diperoleh, maka persamaan
regresi linier
y = a + bx
y = 1, 508 + ( -0,021 ) x
y = 1,508 - 0,021 x
r = -0, 900
= 1,508 - 0,021 x
= 55,33
26
= 551,68 ppm
%
x 100 % = 0,0551 %
= 1,508 - 0,021 x
= 326,34 ppm
%
x 100 % = 0,032 %
= 1,508 - 0,021 x
= 59,86 ppm
27
3.
x 100 % = 0,0059 %
Kurva
28
29
F. Pembahasan
Percobaan kali ini mengenai penentuan kadar nitrit pada sediaan makanan
yang bertujuan untuk menentukan kadar nitrit atau senyawa sejenisnya dengan
metode spektrofotometri. Nitrit merupakan salah satu senyawa zat kimia yang
sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan yaitu bahan pengawet.
Nitrit digunakan sebagai pengawet dalam proses pengawetan daging untuk
memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba. Nitrit
sebagai pengawet diizinkan penggunaannya, akan tetapi perlu diperhatikan
penggunaannya dalam makanan agar tidak melampaui batas.
Pengukuran kadar nitrit dalam sediaan makanan dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prinsip spektrofotometri yaitu
berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatis melalui suatu
medium maka sebagian cahaya tersebut dipantulkan, sebagian diserap oleh
30
medium dan sisanya diteruskan. Nilai serapan yang didapat dinyatakan dengan
fungsi absorbansi. Adapun prinsip penentuan kadar nitrit yaitu berdasarkan
reaksi diazotasi antara nitrit yang berasal dari natrium nitrit dengan amin
aromatik primer yaitu sulfanilamida yang akan menghasilkan garam
diazonium
yang
selanjutnya
direaksikan
dengan
naftiletilendiamin
31
mengurangi kesalahan pada hasil akhir pengukuran. Fungsi dari larutan seri
konsentrasi ini adalah untuk membuat kurva yang menghubungkan antara
absorbansi dengan konsentrasi dimana bila hukum Lambert-Beer terpenuhi
maka kurva baku berupa garis lurus sehingga dapat dicari persamaan regresi
liniernya dan persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan kadar
senyawa dalam sampel uji. Berdasarkan hasil pengukuran, maka didapatkan
persamaan regresi linier yaitu y = 1,506 0,0217x dimana r 2 = -0,8072. Nilai
r disini menunjukkan hubungan linieritas antara absorbansi dengan
konsentrasi dimana nilai r berkisar antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1,
menandakan hubungan linieritas yang tinggi, sedangkan nilai r yang
didapatkan bernilai negatif. Hal ini dapat disebabkan karena adanya
kontaminasi pada bagian bening kuvet sehingga menyebabkan cahaya yang
melewati kuvet tidak dapat diserap dengan maksimal dan memberikan
absorbansi yang kurang optimal. Pengukuran absorbansi harus dilakukan pada
panjang gelombang maksimum agar pengukuran menjadi lebih akurat dan
presisi. Hal ini dikarenakan panjang gelombang maksimum memiliki
kepekaan maksimal karena adanya perubahan absorbansi yang besar.
Penetapan kadar nitrit dalam sampel dilakukan dengan menghaluskan
sampel terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran partikel sehingga akan
memperbesar luas permukaan dari sampel. Luas permukaan yang besar akan
mempermudah proses analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sampel yang telah dihaluskan ditambahkan dengan asam borat dan air panas
lalu dipanaskan dan diaduk. Fungsi penambahan asam borat jenuh adalah
untuk mendenaturasikan protein yang terdapat dalam sampel dengan adanya
penambahan air panas. Denaturasi perlu dilakukan karena protein dapat
mengganggu proses pembacaan pada spektrofotometer. Selain itu, protein
mengandung gugus NH2 yang dapat bereaksi dengan nitrit sehingga nitrit
dalam sampel akan bereaksi dengan gugus dari protein bukan bereaksi dengan
reagen. Adapun fungsi pemanasan dan pengadukan, yaitu untuk membantu
mempercepat denaturasi protein dengan mekanisme memutus ikatan-ikatan
peptida pada struktur sekunder, tersier dan kuartener pada protein. Dengan
32
naftiletilendiamin. Analisis
33
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sampel bakso terbentuk warna ungu kemerahan pada uji kualitatif. Kadar
nitrit sebesar 0,053% pada uji kuantitatif.
2. Sampel sosis terbentuk warna ungu kemerahan pada uji kualitatif. Kadar
nitrit sebesar 0,032% pada uji kuantitatif.
3. Sampel nugget terbentuk warna ungu kemerahan pada uji kualitatif. Kadar
nitrit sebesar 0,006% pada uji kuantitatif.
34
PERCOBAAN III
PENENTUAN KADAR ASAM BENZOAT PADA MINUMAN TEH
KEMASAN
A.
Tujuan
Untuk mengetahui, memahami dan menentukan kadar asam benzoate
pada bahan minuman secara kualitatif dan kuantitatif
B.
Dasar Teori
Makanan dan minuman yang dihasilkan oleh industri makanan sebagai
produsen bahan makanan diolah sedemikian rupa sehingga makanan dan
minuman dapat disukai oleh konsumen, salah satunya yaitu dengan
menambahkan bahan kimia sebagai bahan tambahan makanan (BTM) atau
sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk
makanan (Yuliarti, 2007).
Salah satu faktor yang dapat membuat suatu produk bahan makanan
bertahan lebih lama yaitu menambahkan bahan pengawet makanan ke dalam
bahan makanan, seperti senyawa benzoat. Bahan pengawet benzoat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan dan membunuh berbagai
35
pengaturan
suhu,
pengeringan
atau
dehidrasi,
pengasaman,
36
(Cahyadi, 2008)
Asam benzoat sangat sedikit larut dalam air dingin tetapi larut dalam air
panas, dimana ia akan mengkristal setelah didinginkan; asam benzoat larut
dalam alkohol dan eter dan jikan direaksikan dengan larutan besi (III)
klorida akan membentuk endapan besi (III) benzoat basa berwarna jingga
kekuningan dari larutan-larutan netral (Vogel, 1985).
Asam benzoat lebih dikenal sebagai natrium benzoat. Bentuknya kristal,
bubuk putih halus dan sedikit asin. Benzoate tidak tahan terhadap suhu
panas. Pengawet ini cocok untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dan
bakteri. Asam benzoat sering dicampurkan ke dalam produk yang berkadar
asam tinggi seperti saus tomat, selai, kecap, jus buah dan jeli.
(Gunarsa, 2011)
Asam benzoat sering digunakan sebagai pengawet bahan makanan
olahan, seperti sari buah dan minuman ringan. Garam sodium dari asam
benzoat lebih sering digunakan karena bersifat mudah larut dalam air,
daripada bentuk asamnya. Asam benzoat lebih potensial terhadap ragi dan
bakteri dan paling efektif untuk menghambat pertumbuhan kapang.
Penggunaan asam benzoat yang dikombinasikan dengan asam sorbet, dan
ditambahkan dalam jumlah sekitar 0,05%-0,1% per berat bahan.
(Saparinto, 2006)
Batas maksimum penggunaan natrium benzoat sebesar 600mg/L untuk
minuman ringan dan 1 g/kg untuk makanan lainnya. Konsumsi natrium
benzoat diatas batas maksimum dapat menyebabkan kejang-kejang,
hiperaktif serta penurunan berat badan yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian (Senta, 2013).
Analisis kuantitatif asam benzoat dilakukan dengan penambahan NaOH
yang bersifat basa sehingga terjadi penambahan kertas lakmus merah
menjadi biru. Asam benzoat merupakan senyawa yang kurang larut dalam
air karena merupakan asam lemah. Dengan adanya NaOH menyebabkan
molekul asam benzoat yang tidak terdisosiasi menjadi garam benzoat yang
merupakan senyawa ion yang mudah larut dalam air. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan HCl hingga larutan bersifat asam. Selanjutnya, diekstraksi
dengan dietil eter dan ditambahkan beberapa tetes NH 4OH pekat hingga
37
38
c. Cawan porselin
d. Corong pisah 250 mL
e. Erlenmeyer 100 mL
f. Gelas kimia 50 dan 100 mL
g. Hot Plate
h. Labu Takar
i. Penjepit tabung
j. Pipet tetes
k. Pipet volume 1 dan 10 mL
l. Propipet
m. Rak tabung reaksi
n. Statif dan klem
o. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Etanol
b. FeCl3 0,5%
c. HCl 4 M
d. H2C204 0,05 M
e. Indikator PP
f. NaOH 0,1 M
g. Protelium eter
h. Sampel Freshtea
i. Sampel Teh Gelas
j. Sampel Teh Kotak
k. Sampel Teh Original 2 Daun
l. Sampel Teh Pucuk
D. Prosedur Kerja
1. Uji Kualitatif Asam Benzoat
a. Diambil 1 mL sampel dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan 1 mL HCl.
39
40
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Penentuan secara kualitatif
No.
1.
Sampel
Teh gelas
Warna
Coklat kekuningan
Hasil Uji
(-)
41
2.
Teh kotak
Coklat kekuningan
(-)
3.
Teh pucuk
Coklat kekuningan
(-)
4.
Coklat kekuningan
(-)
5. Frestea
Coklat kekuningan
Keterangan: ( + ) mengandung asam benzoat
( - ) tidak mengandung asam benzoat
b. Pengujian secara kuantitatif
1) Penentuan kadar asam benzoat
No.
Sampel
Volume
Titran
Titran
(-)
Kadar asam
benzoat
1.
Teh gelas
5,25 mL
10 mL
0,06 %
2.
Teh kotak
0,3 mL
10 mL
0,036 %
3.
Teh pucuk
2,4 mL
10 mL
0,29 %
4.
0,2 mL
10 mL
0,024 %
5. Frestea
0,125 mL 10 mL
2. Perhitungan
a. Penentuan kadar asam benzoat
1) Sampel teh gelas
a) Konsentrasi asam benzoat
mol NaOH
=
mol asam benzoat
M1.V1
=
M2.V2
0,1 M 5,25 mL =
M2 10 mL
M2
=
0,00525 M
0,03 %
gram
c) Kadar asam benzoat
42
2) Teh kotak
a) Konsentrasi asam benzoat
mol NaOH = mol asam benzoat
M1.V1 =M2.V2
0,1 M 0,3 mL = M2 10 mL
M2 = 0,003 M
b) Massa asam benzoat
gram
c) Kadar asam benzoat
3) Teh pucuk
a) Konsentrasi asam benzoat
mol NaOH = mol asam benzoat
M1.V1
=
M2.V2
0,1 M 2,4 mL =
M2 10 mL
M2
=
0,024 M
b) Massa asam benzoat
gram
c) Kadar asam benzoat
43
gram
c) Kadar asam benzoat
5) Frestea
a) Konsentrasi asam benzoat
mol NaOH = mol asam benzoat
M1.V1
=
M2.V2
0,1 M 0,125 mL =
M2 10 mL
M2
=
0,0025 M
b) Massa asam benzoat
gram
c) Kadar asam benzoat
44
3. Reaksi
a. Natrium benzoat + HCl
NaO
HO
+H
+ NaCl
Cl
HO
C
3
+ FeCl3
Fe
O
+ 3HCl
COONa
+ H2 O
45
F. Pembahasan
46
47
48
49
pH 8,3-10. Indikator PP pada kondisi asam tak berwarna dan basa berwarna
merah. Alasan tidak dilakukan standarisasi adalah karena NaOH yang
digunakan dibuat pada saat praktikum berlangsung dan tidak melewati masa
penyimpanan sehingga konsentrasi NaOH tepat karena tidak dipengaruhi oleh
CO2.
Percobaan ketiga yaitu preparasi sampel dilakukan dengan menggunakan
corong pisah. Preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk
menyiapkan
sampel
sehingga
siap
untuk
dianalisis
menggunakan
50
51
masing sampel setelah dilakukan tiga kali pengulangan titrasi yaitu sampel
Teh Gelas 0,06 %, Teh Kotak 0,036 %, teh original Dua Daun 0,024 %, Teh
Pucuk 0,3 %, dan Frestea 0,03 %. Di Indonesia, penggunaan asam benzoat
dan natrium benzoat telah diatur dalam SNI 01-0222-1995 tentang Bahan
Tambahan Makanan yang kadarnya berkisar dari 0.06 %-0.1 %. Berdasarkan
SNI, hanya sampel Teh Pucuk yang melewati batas kadar penggunaan asam
benzoat.
Hasil uji kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Hal tersebut karena pada uji
kualitatif tidak terdapat proses ekstraksi sampel sehingga hasil negatif palsu
dapat terjadi karena pada sampel uji masih terdapat bahan tambahan lain yang
dapat mengganggu reaksi FeCl3 dengan asam benzoat. Tujuan penentuan
kadar asam benzoat pada sediaan minuman teh kemasan dalam bidang farmasi
adalah untuk memantau penggunaan asam benzoat pada minuman teh
kemasan. Agar kadar asam benzoat tidak melampaui batas yaitu berkisar
antara 0,06 %-0,1 %.
52
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada sampel Frestea tidak terdapat endapan cokelat kemerahan pada uji
kualitatif. Sedangkan kadar asam benzoat 0,03 % pada uji kuantitatif.
2. Pada sampel Teh Gelas tidak terdapat endapan cokelat kemerahan pada uji
kualitatif. Sedangkan kadar asam benzoat 0,06 % pada uji kuantitatif.
3. Pada sampel Teh Kotak tidak terdapat endapan cokelat kemerahan pada uji
kualitatif. Sedangkan kadar asam benzoat 0,036 % pada uji kuantitatif.
4. Pada sampel teh original Dua Daun tidak terdapat endapan cokelat
kemerahan pada uji kualitatif. Sedangkan kadar asam benzoat 0,024 %
pada uji kuantitatif.
5. Pada sampel Teh Pucuk tidak terdapat endapan cokelat kemerahan pada uji
kualitatif. Sedangkan kadar asam benzoat 0,3 % pada uji kuantitatif.
53
PERCOBAAN IV
ANALISIS KADAR NIKOTIN
A. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar nikotin yang terdapat pada tembakau.
B. DasarTeori
Lebih dari satu milyar perokok aktif di dunia akan mengalami kematian
karena berbagai penyakit yang berhubungan dengan tembakau. Merokok
tembakau merupakan penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat
dicegah. Merokok memberikan konstribusi efek samping pada kesehatan,
termasuk penyakit jantung, paru serta berbagai penyakit lain baik di Negara
industri maupun Negara sedang berkembang (Artana, 2009).
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabaccum, Nicotiana
rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin ialah senyawa kimia berminyak
yang tidak berwarna merupakan salah satu racun yang paling keras yang kita
kenal. Nikotin merupakan sejenis obat yang dalam jumlah kecil sudah cukup
untuk merangsang atau penenang. Dosis yang lebih besar bisa membahayakan
manusia. Nikotin paling banyak berada di sepertiga terakhir pada bagian
rokok. Nikotin merupakan racun yang sangat kuat, sehingga digunakan untuk
membunuh serangga. Pada tembakau jenis Nicotiana tabaccum mengandung
nikotin sebesar 1-3 % digunakan sebagai bahan kenikmatan seperti cerutu,
cigarette dan susur. Selain itu digunakan pula untuk pembuatan-pembuatan
preparat insektisida (Amstrong, 1992;Sitepae, 2000 ).
Daun tembakau kering mengandung kadar nikotin 2-8 %, yang terikat
dengan asam nitrat dan malat. Berbentuk cairan seperti minyak tak berwarna
sampai warna kuning pucat dan akan berubah menjadi coklat apabila terkena
udara atau sinar, sangat higroskopis dan mudah membentuk garam dengan
semua asam, sangat mudah larut dalam alkohol, kloroform, eter, petroleum
eter, minyak tanah dan minyak nabati (Sudarmadji, 2003).
54
Kadar nikotin tembakau dapat berkisar antara 0,5 % sampai 0,8 %. Faktor
lingkungan berpengaruh terhadap kadar nikotin pada tembakau antara lain tipe
tanah, ketinggian, tempat, kerapatan, populasi tanaman dan jenis lahan tanah.
(Leffingwell, 1999)
Merokok pada dasarnya adalah menikmat asap nikotin yang dibakar.
Merokok tanpa nikotin belum dibuktikan nampaknya tidak akan terjadi. Pada
saat ini dengan teknologi modern, usaha menekan bahan berbahaya dapat
dilakukan melalui system pabrikan dalam industri rokok (Tirtosastro, 2010).
Metode yang paling sederhana
55
rokok yang dihisap. Akibatnya kadar nikotin dalam darah ikut meningkat.
Dosis 30-60 mg dari nikotin dianggap sebagai dosis yang mematikan pada
manusia. Nikotin merupakan salah satu racun yang bekerja sangat cepat.
Saat menghirup asap rokok, nikotin tersebut turut masuk ke dalam paruparu. Kemudian di absorbsi secara cepat kedalam darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Nikotin dapat ditemukan pada air susu ibu yang merokok
bahkan pada lendir selama kehamilan. Terpapar nikotin dalam waktu yang
lama ditambah dengan karbondioksida akan menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Meskipun nikotin bukan pencetus langsung dari aktivitas
pembentukan sel-sel kanker, tetapi nikotin memungkinkan terbentuknya
senyawa nitrosamine dan tembakau. Nitrosamine adalah senyawa yang dapat
menyebabkan kanker.
(Sugito, 2007)
Bahan berbahaya dalam rokok tidak hanya dapat mengakibatkan bahaya
pada kesehatan penggunanya tetapi juga orang-orang yang tidak merokok.
Perokok pasif memiliki resiko yang lebih besar menderita kanker paru-paru
dan penyakit jantung iskemia (Nurmala, 2008).
56
D. Prosedur kerja
1. Ditimbang 1 g sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL
bertutup.
2. Ditambahkan 1 mL NaOH 20% dan diaduk rata.
3. Ditambahkan 10 mL petroleum eter dan dihomogenkan.
4. Didiamkan 1 jam sehingga diperoleh lapisan eter bagian atas yang jernih.
5. Diambil 10 mL lapisan eter dan diuapkan pada hot plate sehingga volume
tinggal 2 mL.
6. Ditambahkan aquades 10 ml dan 2 tetes indikator metil merah.
57
58
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
a. Kadar nikotin dalam kemasan
Sampel
Kadar
nikotin (mg)
2,3
Gudang garam
merah
2,5
3.
Djarum 76
2,6
4.
Wismilak 16
1,7
Sampoerna
Mild
1,0
Marlboro
1,0
No.
Jenis rokok
1.
2.
Kretek
5.
Filter
6.
b. Penentuan kadar nikotin
Sampel
Berat
sampel
(g)
Dji Sam
Soe
1,0007
6,6
11,00
1,10
Gudang
garam
merah
1,0051
5,7
9,05
0,90
3.
Djarum 76
1,0027
9,0
14,54
1,45
4.
Wismilak
16
1,0030
7,4
12,04
1,20
Sampoerna
Mild
1,0010
6,2
10,04
1,00
Marlboro
1,0010
9,8
15,92
1,59
No.
Jenis
Rokok
1.
2.
5.
6.
Kretek
Filter
2. Perhitungan
Rumus :
59
% nikotin =
x 100%
x 100%
x 100%
= 1,1%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 1,1% x 1000,7 mg
= 11 mg
b. Kadar nikotin sampel rokok gudang garam merah
mg nikotin
% nikotin
x 100%
x 100%
= 0,9%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 0,9% x 1005,1 mg
= 9,05 mg
c. Kadar nikotin sampel rokok Djarum 76
mg nikotin
% nikotin
x 100%
x 100%
= 1,45%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 1,45% x 1002,7 mg
= 14,54 mg
d. Kadar nikotin sampel rokok Wismilak 16
mg nikotin
% nikotin
x 100%
60
x 100%
= 1,2%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 1,2% x 1003 mg
= 12,04 mg
e. Kadar nikotin sampel rokok Sampoerna Mild
mg nikotin
% nikotin
x 100%
x 100%
= 1,003%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 1,003% x 1001 mg
= 10,04 mg
f. Kadar nikotin sampel rokok Marlboro
mg nikotin
% nikotin
=
mg nikotin
x 100%
x 100%
= 1,59%
= % nikotin x berat sampel (mg)
= 1,59% x 1001 mg
= 15,9 mg
3. Reaksi
Nikotin
61
F. Pembahasan
Percobaan mengenai analisis kadar nikotin pada rokok yang bertujuan
untuk menentukan secara kuantitatif kadar nikotin yang terdapat pada
tembakau. Sampel rokok yang digunakan ada 2 jenis yaitu rokok kretek dan
rokok filter. Rokok kretek ialah rokok yang memiliki ciri khas adanya
campuran cengkeh pada tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretekkretek ketika dihisap dan tidak memiliki filter. Rokok filter adalah rokok filter
menggunakan tembakau Virginia iris atau tembakau lainnya tanpa
menggunakan cengkeh dan pada bagian pangkalnya terdapat gabus sebagai
filter. Rokok kretek yang digunakanya itu rokok kretek Djarum 76, rokok
kretek Dji Sam Soe dan rokok kretek Gudang Garam Merah. Sedangkan rokok
filter yang digunakan yaitu rokok filter Marlboro, rokok filter Sampoerna dan
rokok filter Wismilak.
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabaccum, Nikotiana
rustica dan spesies lainnya. Nikotin merupakan suatu alkaloid berwarna
kuning pucat hingga coklat tua. Kadar nikotin merupakan kunci untuk
menentukan kualitas tembakau. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar
nikotin yaitu jenis tembakau, jenis tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat
kematangan tembakau dan masa penguningan. Nikotin bersifat higroskopis
dapat bercampur dengan air pada suhu dibawah 60C, sangat larut dalam
alkohol, kloroform, petroleum eter, eter, kerosin dan sejenisnya. Senyawa
nikotin ini terdapat sekitar 0,63% dalam tembakau kering. Konsentrasi
nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Sebatang
rokok biasanya mengandung 8-20 mg nikotin.
Pengujian kali ini dilakukan menggunakan metode titrasi. Titrasi
merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
untuk mengukur kadar suatu unsur atau sampel. Penetapan kadar nikotin
dilakukan dengan metode asidi-alkalimetri. Metode ini merupakan metode
titrasi asam basa yang digunakan untuk menentukan kadar asam maupun basa.
Dalam pengujian ini, kadar senyawa yang ingin ditentukan bersifat basa maka
62
63
penetapan kadar nikotin ialah reaksi penetralan asam basa, nikotin (C 10H14N2)
yang merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah bereaksi dengan HCl akan
mengikat satu atom H+ dan melepaskan ion Cl-. Reaksi ini terjadi pada kisaran
pH 6,0-6,2 sehingga digunakan indikator metil merah dimana titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna hijau kekuningan menjadi warna merah
yang konstan.
Berdasarkan hasil penentuan kadar nikotin pada sampel rokok kretek
Djarum 76, Dji SamSoe dan Gudang Garam Merah berturut-turut sebesar
1,45% ; 1,1% dan 0,9%. Kadar dalam mg berturut-turut sebesar 14,45 mg ; 11
mg dan 9,05 mg. Sedangkan kadar nikotin pada sampel rokok filter Marlboro,
Sampoerna dan Wismilak berturut-turut sebesar 1,59% ; 1,003% dan 1,2%.
Kadar dalam mg berturut-turut sebesar 15, 92 mg ; 10,04 mg dan 12,04 mg.
Jika dibandingkan dengan SNI 0766-1989-A standar kadar nikotin untuk
rokok kretek filter adalah maksimum 2,0% maka pada semua sampel rokok
menunjukkan bahwa nikotin yang terkandung masih dalam batas normal.
64
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kadar nikotin pada sampel rokok kretek Djarum 76 sebesar 1,45% atau
14,54 mg.
2. Kadar nikotin pada sampel rokok kretek Dji Sam Soe sebesar 1,1% atau 11
mg.
3. Kadar nikotin pada sampel rokok kretek Gudang Garam Merah sebesar
0,9% atau 9,05 mg.
4. Kadar nikotin pada sampel rokok filter Marlboro sebesar 1,59% atau 15,92
mg.
5. Kadar nikotin pada sampel rokok filter Sampoerna sebesar 1,003% atau
10,04 mg.
6. Kadar nikotin pada sampel rokok filter Wismilak sebesar 1,2% atau 12,04
mg.
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR LEMAK DALAM BAHAN DAN SEDIAAN
65
MAKANAN
A. Tujuan
Mengetahui serta memahami metode yang dapat digunakan untuk
penetapan kualitas lemak dalam satu bahan atau sediaan makanan.
B. Dasar Teori
1. Pengertian Lemak
Lemak adalah kelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) yang mempunyai sifat dapat
larut dalam zat pelarut tertentu. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida
campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai
panjang. Lemak apabila dihidrolisis akan memghasilkan 3 molekul asam
lemak rantai panjang yang berbeda dan 1 molekul gliserol (Rizky, 2008).
Perbedaan antara lemak dan minyak hanya pada wujud fisiknya. Jika
pada suhu kamar berupa padat disebut sebagai lemak, sedangkan pada
suhu kamar berupa cair disebut sebagai minyak. Padat atau cairnya suatu
lemak tergantung pada beberapa faktor yaitu panjang atau pendeknya
rantai asam, lemak penyusunnya dan perbedaan iklim (Sumardjo, 2006).
Lemak dan minyak dapat bersumber dari bahan nabati atau bahan
hewani. Perbedaan umum antara lemak nabati dan lemak hewani adalah :
a. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol.
b. Kadar asam lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak
nabati.
c. Lemak hewani memiliki bilangan Reichert-Meiss I lebih besar dan
bilangan Polenske lebih kecil dibanding dengan minyak nabati.
Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari 3 tahap, yaitu
sintesa gliserol, sintesa asam lemak dan kondensasi gliserol dan asam
lemak sehingga membentuk lemak (OBrien, 2009).
Berdasarkan tingkat kejenuhannya, asam lemak dibagi menjadi asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
66
b. Bilangan iod
Bilangan iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat
67
peroksida.
Adanya
peroksida
menunjukkan
telah
b. Buret
c. Cawan porselin 100 mL
d. Corong
e. Gelas kimia 100 mL
f. Hot plate
g. Labu Erlenmeyer 500 mL
h. Labu takar 50 mL; 100 mL
i. Pipet tetes
j. Pipet ukur 10 mL
k. Pro-pipet
l. Sendok tanduk
m. Statif dan klem
n. Timbangan analitik
2. Bahan
Alkohol 96%
a.
Asetat
b.
Aquadest
c.
CHCl3
d.
HCl 0,1 N
e.
Indikator amilum
f.
Indikator pp
g.
KI
h.
KOH alkoholis
i.
Na2S2O3
j.
Minyak goreng curah
k.
Minyak jelantah
l.
Minyak VCO
m.
D. Prosedur Kerja
1. Penentuan Angka Asam
a. Ditimbang 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
b. Ditambahkan 10 mL alkohol 96 %.
c. Dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih dan didinginkan.
d. Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
e. Dititrasi dengan KOH 0,1 N.
f. Dihitung angka asam.
2. Penentuan Angka Penyabunan
a. Ditimbang 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
b. Ditambahkan 10 mL KOH alkoholis.
c. Dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih dan didinginkan.
d. Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
e. Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga bening.
f. Dihitung angka penyabunan.
69
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Sampel VCO
Uji
Angka asam
Angka
Penyabunan
b. Sampel minyak goreng
Uji
Angka asam
Angka
Penyabunan
c. Sampel minyak jelantah
Uji
Angka asam
Angka
Penyabunan
Volume titrat
(mL)
0,3
3,7
Hasil (gram)
Volume titrat
(mL)
0,2
3,7
Hasil (gram)
Volume titrat
(mL)
0,2
9,2
Hasil (gram)
1,16
35,60
1,10
35,20
1,11
35,51
2. Perhitungan
a. Angka asam
Angka asam =
1) Minyak VCO
Angka asam
= 1,16 g
2) Minyak goreng
Angka asam
= 1,10 g
3) Minyak jelantah
70
Angka asam
= 1,11 g
b. Angka penyabunan
Angka penyabunan =
1) Minyak VCO
Angka penyabunan
=
= 35,60 g
2) Minyak goreng
Angka penyabunan
=
= 35,20 g
3) Minyak jelantah
Angka penyabunan
=
= 35,51 g
3.
Reaksi
a. Angka asam
71
b.
CH2- OH
CH2- OH
Angka penyabunan
O
H2C - OH
CH2- O- C -R
O
CH- O- C- R
O
CH2- O- C- R
c.
+ 3 KOH
CH2 - OH
Trigliserida
Angka Peroksida
R OOH + 2KI
R COOH + H2O + I2 + 2K+
Peroksida
Asam karboksilat
I2 + 2Na2S2O3
2NoI + Na2S4O6
Iodin Na. Thiosulfat
Natrium tetratrionat
72
F. Pembahasan
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk dalam golongan lipid
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air namun
larut dalam pelarut organik non polar seperti dietil eter, kloroform, benzena,
dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak merupakan senyawa
trigliserida yang berarti triester dari gliserol. Hasil hidrolisis minyak adalah
asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak
yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa yaitu penentuan kuantitatif
seperti penentuan kadar lemak dan minyak yang terhadap bahan makanan.
Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan
proses ekstraksinya atau ada pemurnian lanjutan misalnya penjernihan dan
penghilangan bau. Penentuan tingkat kemurnian minyak sangat erat kaitannya
dengan daya tahan selama penyimpanan dimana tolak ukur kualitas ini adalah
angka asam lemak bebasnya, angka peroksida dan tingkat ketengikan.
Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas atau mencirikan sifat minyak
tertentu. Data ini dapat diperoleh dari angka iodinnya, angka penyabunan,
angka polaske, angka kekentalan dan sebagainya.
Percobaan kali ini adalah penentuan kadar lemak dalam bahan makanan
yang
digunakan untuk penetapan kualitas lemak dalam suatu bahan atau sediaan
makanan. Penentuan kualitas minyak atau lemak pada percobaan tersebut
adalah menggunakan angka asam dan angka penyabunan, sampel yang
digunakan yaitu adalah minyak jelantah, VCO, dan minyak goreng curah.
Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang digunakan berulangulang untuk menggoreng. Minyak VCO merupakan minyak kelapa murni
yang diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali
dan tanpa bahan kimia. Sedangkan minyak goreng curah merupakan minyak
goreng yang dijual di pasaran tanpa merek yang berwarna kuning dan hanya
mengalami satu kali penyaringan.
Percobaan pertama adalah penentuan angka asam dari ketiga sampel.
Sebelum itu dilakukan terlebih dahulu pembuatan larutan KOH yang akan
73
digunakan sebagai titrat untuk dapat menentukan angka asam dari sampel.
Penentuan angka asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Angka asam adalah ukuran
dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari
asam lemak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang
digunakan untuk dapat menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
satu gram minyak atau lemak. Angka asam yang besar menunjukkan asam
lemak bebas yang besar. Semakin tinggi angka atau billangan asam maka
semakin rendah kualitas dari minyak. Setelah dibuat larutan KOH kemudian
ditentukan angka asam. Penentuan angka asam ini dapat dilakukan dengan
cara mengambil sampel yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer lalu ditambahkan alkohol yang berfungsi sebagai pelarut netral
agar tidak mempengaruhi pH karena titrasi ini merupakan titrasi asam basa
kemudian alkohol dari sampel dipanaskan untuk dapat meningkatkan
kelarutan asam lemak lalu ditambahkan indikator PP dan dititrasi dengan
KOH. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam dengan basa. Digunakan
indikator PP karena indikator ini yang biasa digunakan pada reaksi alkalimetri.
Indikator PP memiliki trayek pH 8,3-10,0. Ketika indikator ini berada pada
kondisi asam maka tidak akan menunjukkan perubahan warna dan jika
terdapat basa berlebih akan menghasilkan warna ungu lembayung.
Percobaan selanjutnya adalah penentuan angka atau bilangan penyabunan.
Angka penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Semakin besar angka
penyabunan maka asam lemak akan semakin kecil dan kualitas minyak akan
semakin bagus. Sebelum dilakukan pengujian angka penyabunan, dilakukan
terlebih dahulu pembuatan larutan HCl kemudian dilakukan pengujian
penentuan angka penyabunan yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan
sampel yang telah dihitung ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan
KOH alkoholis, KOH digunakan untuk pembentukan sabun dengan cara
menghidrolisis lemak pada sampel dan alkohol berfungsi untuk melarutkan
asam lemak hasil hidrolisis agar mempermudah reaksi dengan basa dalam
74
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
75
1. Minyak VCO memiliki nilai angka asam sebesar 1,1678 g dan angka
penyabunan sebesar 35,604 g.
2. Minyak goreng curah memiliki nilai angka asam sebesar 1,108 g dan
angka penyabunan sebesar 35,2 g.
3. Minyak jelantah memiliki nilai angka asam sebesar 1,1144 g dan angka
penyabunan sebesar 35,53 g.
76
PRATIKUM VI
ANALISIS ZAT PEWARNA SINTESIS RHODAMIN B
PADA BAHAN MAKANAN
A. Tujuan
Untuk menentukan secara kualitatif zat pewarna sintesis rhodamin B
yang terdapat pada makanan dengan metode KLT.
B. Dasar Teori
Makanan tradisional indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar
biasa. Baik macam, bentuk, warna serta aroma sesuai dengan budaya
masyarakat indonesia. Seperti gethuk, geplak, klepon dan jajanan lain yang
ada di pasar saat ini telah dimodifikasi dan dikemas menjadi paket buah
tangan dengan warna yang menarik (Utami, 2009).
Warna sama halnya dengan cita rasa, juga merupakan suatu pelengkap
daya tarik makanan, minuman serta bumbu masak. Penambahan zat warna
dalam makanan , minuman, serta bumbu masak mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen. Penambahan zat warna
dalam bahan makanan yang berasal dari alam maupun buatan telah
memberikan masalah tersendiri, masalah ini perlu mendapat perhatian karena
hal tersebut berkaitan dengan kepentingan produsen yang ingin memperoleh
keuntungan lebih besar dengan mengorbankan keselamatan konsumen.
(Djarismawati, 2004)
Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas
makanan antara lain, warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan
kimia dalam makanan. Oleh karena itu, warna memberikan banyak pengaruh
terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman
sehingga produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya.
Pada awalnya, makanan diwarnai dengan warna zat alami yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabil
oleh panas dan cahaya serta harganya mahal (Utami, 2009).
77
sehingga
dalam
penggunaan
jangka
panjang
dapat
rhodamin
tentunya
berbahaya
bagi
kesehatan.
78
hingga kering
Pembuatan eluen
a. Disiapkan n-butanol, asam asetat glasial dan air
79
3.
b.
c.
d.
hot plate
Kemudian residu yang didapat dilarutkan dengan 10 mL air asam
Dimasukkan benang wol kedalam sampel yang telah dipersiapkan,
f.
g.
h.
i.
selama 10 menit
Diangkat benang wol, lalu disaring larutan
Ditotolkan sampel pada plat KLT dan ditotolkan larutan pembanding
j.
rhodamin B standar
Dimasukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber yang
k.
dan 366 nm
l. Disemprot plat KLT dengan H2S04 10 %
m. Dikeringkan di hot plate dan diamati penampakan noda pada plat
n.
KLT
Dibandingkan Rf sampel dengan Rf rhodamin B standar
80
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
No
1
2.
Sampel
Visual
Rhodamin B
standar
Sampel saos
Rhodamin B
standar
Sampel sirup
+ rhodamin b
standar
Rhodamin B
standar
Sampel sirup
Merah
muda
Merah
muda
Merah
muda
Merah
muda
-
UV 254
nm
Tinggi
UV 366
Bercak
nm
(cm)
Harga
Rf
Jingga
Jingga
3,7
0,822
Jingga
Jingga
4,1
0,911
Jingga
Jingga
0,899
Jingga
Jingga
4,6
0,8363
Perhitungan
a. Eluen n-butanol : asam asetat glasial : air (40 : 10 : 24)
b.
1)
N-Butanol =
2)
3)
Air =
Perhitungan Rf
81
Rf =
1)
Sampel saos
a) Rhodamin B standar
Rf =
= 0,822 cm
b) Sampel saos
Rf =
2)
=0
= 0,911 cm
= 0,889 cm
Sampel sirup
a) Rhodamin B standar
Rf =
b)
= 0,8363 cm
Sampel sirup
Rf =
= 0 cm
82
3.
+
H2 N
CH-CH2-COO-
Reaksi
asam aspartat
a. Rhodamin
B + asam aspartat + arginin
H3C
H2 H2
C C CH
arginin
NH
H3C
H
N
CH3
CH3
C
COOH
Rhodamin B
CH-CH2-COOH
+
COO- H2N
C
H3C
H3C
H
N
H2 H2
C C CH
NH
N
CH3
CH3
83
b.
Rhodamin
B + Amonia
CH3
CH3
CH3
CH3 + NH4OH
CH3
+
+
CH3 + NH4 +OH +H
CH3
+ H2O
CH3
COOH
CH3
N
CH3
COO-
CH3
N
CH3
COONa
84
F.
Pembahasan
Praktikum ini akan membahas mengenai analisis zat pewarna sintetis
rhodamin B pada bahan makanan dengan tujuan menentukan secara kualitatif
zat pewarna sintetis rhodamin B yang terdapat pada bahan makanan dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Rhodamin B merupakan bahan
pewarna tekstil yang dilarang penggunaannya dalam makanan atau produkproduk pangan. Rhodamin B sering disalah gunakan sebaga izat pewarna
makanan dan kosmetik di berbagai negara. Zat ini paling berbahaya bila
dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker
hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, akan terjadi
penumpukan lemak dalam tubuh sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan
terus bertambah. Dampaknya akan terlihat setelah puluhan tahun dan bisa
bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88, rhodamin B merupakan
salah satu bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan.
85
86
87
semua zat baik yang bersifat polar maupun non polar. Kepolaran suatu
senyawa berhubungan dengan konstanta dieletrik senyawa itu sendiri, dimana
apabila konstanta dieletrik semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat
kepolaran senyawa tersebut. Konstanta dieletrik asam asetat, n-butanol dan
air berturut-turut adalah 6,2, 18 dan 80. Hal ini berarti pelarut yang paling
polar adalah air kemudian n-butanol dan terakhir adalah asam asetat.
Konstanta dieletrik merupakan kerapatan fluks nelektrostatik dalam suatu
bahan bila diberi potensial listrik. Setelah eluen tercampur homogen
kemudian dimasukkan ke dalam chamber dan dijenuhkan dengan kertas
saring. Tanda bahwa suasana dalam chamber telah jenuh adalah kertas saring
yang berada dalam chamber telah menjadi basah secara keseluruhan. Tujuan
dari penjenuhan ini adalah untuk menjadikan eluen memenuhi chamber
dalam bentuk gas sehingga kromatografi berjalan dengan baik. Jika eluen
tidak memenuhi chamber, maka distribusi daripada fase diam tidak akan
dapat berjalan sehingga kromatografi gagal dan hasil yang diperoleh tidak
teliti. Padahal dalam kromatografi bertujuan untuk menentukan senyawa apa
yang terdapat dalam sampel dengan ditandai adanya bercak/noda yang
menunjukkan suatu senyawa. Tiap senyawa memiliki distribusi yang
berbeda-beda dalam suatu fase gerak. Digunakan kertas saring agar diketahui
apakah eluen sudah jenuh atau belum yang ditandai dengan basahnya kertas
saring sebagai tanda bahwa eluen telah jenuh. Selama proses penjenuhan,
chamber harus ditutup rapat untuk mencegah adanya kontak eluen dengan
udara. Selain itu posisi kertas saring di dalam chamber tidak boleh
bersentuhan langsung dengan eluen. Hal ini dilakukan karena apabila kertas
saring menyentuh eluen maka dikhawatirkan konsentrasi eluen dapat
berubah.
Langkah selanjutnya adalah analisis rhodamin B dalam sampel dengan
menggunakan metode KLT. Pertama-tama sampel ditimbang terlebih dahulu
kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan amonia
2 % dalam etanol 70 %. Tujuan dari penambahan amonia 2 % dalam pelarut
etanol 70 % adalah untuk memisahkan rhodamin B dari sampel. Alasan
88
amonia dilarutkan dengan etanol karena etanol sendiri bersifat semi polar
sehingga dapat melarutkan baik zat non polar maupun polar. Amonia yang
bersifat polar akan dapat larut dalam etanol. Amonia akan melarutkan dan
mengikat rhodamin B sedangkan etanol sebagai pelarut amonia berfungsi
untuk melarutkan dan mengikat zat-zat lain yang ada dalam sampel selain
rhodamin B yang nantinya dapat mengganggu pengujian. Dengan
menggunakan etanol, maka rhodamin B hanya akan dapat larut dalam amonia
saja. Tahap selanjutnya yaitu menguapkan larutan tersebut diatas hot plate
dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut yang membawa pengotor dalam
larutan. Residu hasil penguapan kemudian ditambahkan dengan air asam
yang terbuat dari asam asetat yang dilarutkan dengan air. Selanjutnya
dimasukkan benang wol bebas lemak ke dalam campuran residu dan air
asam. Setelah itu larutan diaduk dan dipanaskan kembali diatas hot plate.
Tujuan penambahan air asam adalah untuk menyebabkan denaturasi pada
protein yang terdapat pada benang wol dengan cara perombakan dari rantai
tersier menjadi rantai primer. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat
proses pengikatan rhodamin B pada benang wol. Benang wol tersusun atas
ikatan peptida yang didalamnya terdapat ikatan sistina, asam glutarnat, asam
aspartat dan arginin. Rhodamin B dapat melewati lapisan kutikula melalui
perombakan sistina menjadi sistein atau dari tersier menjadi primer dalam
kondisi asam. Sistein dapat terbentuk melalui pecahnya ikatan S-S dari sistina
karena adanya asam asetat. Setelah ikatan tersebut terbuka, maka rhodamin B
dapat masuk ke dalam benang wol dan berikatan dengan COO- dari asam
aspartat dan juga berikatan dengan NH3 dari arginin. Setelah dipanaskan,
diangkat benang wol dan kemudian dibilas dengan aquadest yang mengalir
untuk menghilangkan pengotor-pengotor dari benang wol maupun dari residu
yang masih menempel pada benang wol. Setelah itu dimasukkan benang wol
ke dalam cawan porselin dan ditambahkan dengan amonia 10 % kemudian
dipanaskan kembali. Tujuan dari penambahan amonia ini adalah agar
rhodamin B pada benang wol dapat berpindah ke larutan amonia. Amonia 10
% dapat menarik rhodamin B dari benang wol karena rhodamin B akan
89
90
91
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
2.
3.
92
DAFTAR PUSTAKA
Djarismawati, dkk. 2004. Pengetahuan dan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling
dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisional di DKI Jakarta. Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol. 3 No. 1
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Mamoto, L.V dan Fatimawati. 2013. Analisis Rhodamin B pada Lipstik yang
Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi Pharmacon. Vol. 2 No.
2.
Merck. 2006. Chemistry Constant Companion Ed 14. Merck and Co Station. New
Jersey
93
Utami, Wahyu dan Andi Suhedi. 2009. Analisis Rhodamin B dalam Jajanan Pasar
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Penelitian Sains dan
Teknologi. Vol. 10 No. 3.
LAMPIRAN
No. Sampel
1.
Baku rhodamin
B - Saos
Keterangan
UV 254 nm
Gambar
UV 366 nm
Baku rhodamin
B - sirup
UV 254 nm
94
UV 366 nm
Baku rhodamin
B - ,Sirup +
Rhodamin B
UV 254 nm
UV 366 nm
PERCOBAAN VII
ANALISIS HIDROKUINON DALAM SEDIAAN PEMUTIH KULIT
A. Tujuan
Menentukan secara kualitatif dan kuantitatif hidrokuinon yang terdapat
pada sediaan pemutih kulit.
B. Dasar Teori
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian
luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rogga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, memperbaiki bau badan, melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik (Iswari, 2007)
Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak
digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja
pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang
lebih tinggi akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan.
95
merupakan
suatu
reduktor
dengan
potensial
96
3.
gelombang maksimumnya.
4. Kolorimetri
Metode ini menggunakan pereaksi floroglusin untuk penentuan kadar
hidrokuinon dalam krim pemucat. Kondisi pengukuran dioptimumkan
berdasarakan penentuan pengaruh lama pemanasan dan suhu optimum
serta penentuan pengaruh jumlah pereaksi floroglusin.
(Siddique, 2014)
97
99
100
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
a. Penentuan kurva kalibrasi standar hidrokuinon
Konsentrasi(ppm)
Absorbansi
1
0,031
2
0,049
3
0,046
4
0.071
5
0,161
b. Penentuan Hidrokuinon pada sampel krim pemutih
Sampel
Sampel Diamond
cream
Sampel Dokter
white
Sampel Super
Dokter
c. Penentuan Nilai Rf
Sampel
Hidrokuinon standar
Sampel Diamond
Cream
Sampel Dokter
White
Sampel Super
Dokter
2. Perhitungan
Absorbansi
0,007
Kadar(ppm)
2,320
Kadar (%)
2.3210-4
0,009
2,599
2,5910-4
0,005
7,443
7,4410-4
n-Heksan :
aseton
3:2
3:2
Jarak
noda
-
Jarak
eluen
-
Nilai
Rf
-
3:2
3:2
500 ppm
1) Konsentrasi 1 ppm
M1 . VI
M2 . V2
= 0,02 mL
2) Konsentrasi 2 ppm
101
M1 . VI
M2 . V2
= 0,04 mL
3) Konsentrasi 3 ppm
M1 . VI
M2 . V2
= 0,06 mL
4) Konsentrasi 4 ppm
M1 . VI
M2 . V2
= 0,08 mL
5) Konsentrasi 5 ppm
M1 . VI
M2 . V2
= 0,1mL
b. Penentuan kadar
1) Sampel Diamond Cream
x
= 0,0709
3,273
= 2,320 ppm
%
= 2,32
100 %
10-4 %
102
= 0,0780
3,332
= 2,599 ppm
%=
100 %
= 2,59
10-4 %
= 2,234
3,32
= 7,443 ppm
%=
100 %
= 7,44
10-4 %
103
F. Pembahasan
Percobaan kali akan membahas mengenai analisis hidrokuinon dalam
sediaan pemutih kulit. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
secara kualitatif dan kuantitatif hidrokuinon yang terdapat pada sediaan
pemutih kulit.
Hidrokuinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi
pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau
menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang
memberikan warna gelap kecoklatan sehingga muncul semacam bercak atau
bintik coklat atau hitam pada kulit. Bahan aktif hidrokuinon ini bekerja
dengan menghambat total enzim tironase sehingga menghambat konversi
DOPA menjadi melanin. Tidak hanya menghambat, tetapi hidrokuinon juga
mendestruksi melanin yang baru terbentuk. Banyaknya produksi melanin
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokuinon ini digunakan untuk
mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat bintik, malesma titik-titik
permanen dan chloasma. Kadar yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 2
%, jika lebih dari 2 % maka, dapat dikatakan sebagai golongan obat keras
yang penggunaannya harus berdasarkan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang
melebihi 5 % dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit.
Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan iritasi kulit, rasa terbakar, kelainan ginjal dan kanker, khususnya
kanker hati dan kanker darah.
Percobaan ini menggunakan dua metode, yaitu analisis secara kualitatif
dan analisis secara kuantitatif. Analisisi secara kuantitatif hanya dapat
mengamati ada atau tidaknya senyawa yang diinginkan berdasarkan
perubahan warna yang terbentuk. Sedangkan, analisis secara kuantitatif dapat
mengetahui jumlah dari senyawa yang diinginkan secara terperinci. Analisis
kualitatif disini menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
Metode ini didasarkan atas perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan sehingga sampel dapat dipisahkan. Metode ini terdiri atas fase
104
diam berupa plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel
yang diinginkan. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka,
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Sedangkan, analisis
secara kuantitatif disini menggunakan metode spektrofotometri. Metode ini
digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang
disebut sebagai kuvet. Sebagian dair cahaya akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan dalam kuvet.
Perlakuan pertama, yaitu analisis secara kualitatif menggunakan metode
KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Mula-mula dibuat terlebih dahulu larutan uji
dan larutan baku yang akan dianalisis. Pada larutan uji, digunakan sampel
pemutih kulit dengan
105
366 nm. Agar noda tampak jelas dibawah sinar UV maka, disemprotkan
AgNO3 sebagai penampak nodanya dan dihitung nilai Rf-nya.
Rf (Retension Factor) merupakan jarak yang ditempuh noda dibagi
dengan jarak yang ditempuh eluen, yang mana jarak Rf yang baik berkisar
0,2-0,8. Pada sinar UV 254 nm, terjadi interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi pada lempeng sehingga plat KLT menjadi berpendar.
Sedangkan, pada sinar UV 366 nm, terjadi interaksi antara sinat UV dengan
gugus kromofor yang terikat ausokrom pada noda sehingga noda menjadi
berpendar. Beradasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa nilai Rf pada
larutan baku dan larutan uji tidak dapat diukur dikarenakan tidak adanya noda
yang tampak. Hal ini mungkin dikarenakan larutan yang dibuat terlalu encer.
Perlakuan kedua, yaitu analisis secara kuantitatif menggunakan metode
spektrofotometri.
Mula-mula
dibuat
terlebih
dahulu
larutan
standar
106
107
nilai
absorbansi
sebesar
0,009
sehingga
diketahui
kadar
hidrokuinonnya sebesar 2,599 ppm atau 2,59 10-4 %. Sampel Super Dokter
memiliki
nilai
absorbansi
sebesar
0,005
sehingga
diperoleh
kadar
108
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kadar hidrokuinon dalam sampel Diamond Ceram sebesar 2,320 ppm atau
2,32 10-4 %.
2. Kadar hidrokuinon dalam sampel Dokter White sebesar 2,599 ppm atau
2,59 10-4 %.
3. Kadar hidrokuinon dalam sampel Super Dokter sebesar 7,443 ppm atau
7,44 10-4 %.
109