Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Analgesik nonopioid/perifer
Secara farmakologis praktis OAINS (obat antiinflamasinonsteroid) dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal)
dan non salisilat. Sebagian besar sediaan-sediaan golongan OAINS
non salisilat termasuk derivat as. Arylalkanoat.
b.
Analgesik opioid/analgesik
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki
sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap
semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1) Obat yang berasal dari opium-morfin,
2) Senyawa semisintetik morfin, dan
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
medulla spinalis
sehingga terjadi
penghambatan pelepasan
edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga
prostaglandin meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu
rangsangan nyeri (nosiseptif).
Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis
sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari
enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal
ini menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi)
maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan
perdarahan).
Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan
constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan
inflamasi COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim
ginjal dan platelet. Enzim ini penting dalam proses homeostatik seperti
agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi ginjal.
Sebaliknya, COX-2 bersifat inducible dan diekspresikan terutama pada
tempat trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan inflamasi, demam, nyeri
dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang transien di medulla spinalis dalam
merespon inflamasi pembedahan mungkin penting dalam sensitisasi sentral
(Stoelting dan Hillier, 2006)
Danalgin adalah obat yang mengandung metampiron (sebagai analgetik)
dan diazepam (sebagai transquilizer). Metampiron bekerja sebagai analgetik,
mempunyai efek mengurangi rasa nyeri sedang berat. Metampiron
diabsorpsi dari saluran pencernaan dan mempunyai waktu paruh 1 4 jam.
Sedangkan diazepam mempunyai aktivitas sebagai ansiolitik dan
hipnotik. Diazepam dimetabolisme terutama di hati dan terikat pada reseptor
di daerah spinal cort, serebelum, sistem limbik dan korteks serebral.
Konsentrasi plasma puncak diazepam dicapai setelah 15-19 menit. Waktu
paruh bervariasi antara 20-70 jam, tetapi metabolit aktif yang dominan yaitu
desmetil diazepam mempunyai waktu paruh 30-100 jam. Waktu paruh
diazepam dan desmetil diazepam biasanya meningkat pada neonatus, usia
lanjut dan penderita dengan gangguan hati yang berat (Tjay dan Rahardja,
2002)
DAFTAR PUSTAKA
Judith, H. D., April, H.V., 2004, Pedoman obat untuk perawat. Jakarta: EGC.
Stoelting, R.K., Hillier, S.C., 2006, Pain in: pharmacology & physiology in
th
anesthetic practice, 4 ed., p.707-17, Lippincott Williams & Wilkins.