Você está na página 1de 17

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akna dihadapi. Upayanya antara lain
berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembabab bertujuan dengan
kebutuhan tubuh manusia.
Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut
karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan,
mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat
hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien.
Aplikasi ergonomi dalam kaitannya dengan antopometri dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu:
1.

Ergonomi berkaitan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung


lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi adalah untuk menciptakan
kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan
mental tenaga kerja dapat terus dipelihara serta efisiensi produktivitas dan
kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.

2.

Ergonomi

berkaitan

dengan

karakteristik

produk

pabrik

yang

berhubungan dengan konsumen atau pemakaian produk.


B. Ruang Lingkup Ergonomi
1.

Tehnik

2.

Fisik

3.

Pengalaman psikis

4.

Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot


dan persendian

5.

Anthropometri

6.

Sosiologi

7.

Fisiologi terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oksigen up


take, pols, dan aktivitas otot

8.

Desain, dll.

C. Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi
umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter,
meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lainlain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan
kerja.
D. Metode Ergonomi
1.

Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi


tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas
mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2.

Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada


saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai
dengan demensi fisik pekerja.

3.

Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif


misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.

E. Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1.

Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2.

Proses Kerja. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai


dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3.

Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.

4.

Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban


yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
a.

Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
Laki-laki dewasa 40 kg
Wanita dewasa 15-20 kg
Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b.

Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
Frekuensi pergerakan diminimalisasi
Jarak mengangkat beban dikurangi
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c.

Metode mengangkat beban


Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik
dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua
prinsip :
Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.

Metode ini termasuk 5 faktor dasar :


Posisi kaki yang benar
Punggung kuat dan kekar
Posisi lengan dekat dengan tubuh
Mengangkat dengan benar
Menggunakan berat badan
d.

Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur.
Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan
beban kerjanya
Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan,
khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

F. Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan,
dalam hal ini kita

harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya,

beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :


1.

Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang
cukup.

2.

Kelelahan yang patologis


Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul
tiba-tiba dan berat gejalanya.

3.

Psikologis dan emotional fatique


Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi

angka kejadiannya di tempat kerja.


4.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan


Meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa
hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya
terjadi :
Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan
ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang
cukup saat makan siang.
Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin,
kalau memungkinkan.
Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan
semangat kerja.
Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja remaja
Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat adiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes
pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan
mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik
dansebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi
apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja

masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

G. Definisi Nyeri Punggung Bawah


Nyeri

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

yang

tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial.


Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu / seseorang yang mengalaminya, yang ada
kapanpun orang tersebut mengatakannya (2) . Peraturan utama dalam merawat
pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
H. Etiologi LBP
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari
berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut,
ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang
belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis,
ketidaksamaan panjang tungkai).

Penyebab lainnya meliputi obesitas,

gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma


abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat
gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri
akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4) .
I. Patofisiologi LBP
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi
nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system
nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara

individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain(1,3).
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat.
Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri
meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin
dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri
dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor
terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan
dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat(1,3).
Kornus dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor
nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi
karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri(1,3).
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun
atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu
sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang

tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan


toraks sangat penting pada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah
dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung(2,4).
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri
yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
J. Manifestasi Klinis LBP
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung
kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya
dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara
jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan
motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan
yang

dialaminya.

Peninggian

tungkai

dalam

keadaan

lurus

yang

mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.


Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai
hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada
deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup,
otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme
akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan.
Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri
punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental

atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa
pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja (2,4)
K. Klasifikasi LBP
Nyeri punggung bawah (low back pain) diseebabkan oleh berbagai
kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ
atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang
berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan
tersebut. Klasifikasi LBP sebagai berikut (Harsono, 2009):
1.

Low back pain viserogenik


LBP yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik ini tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat
menggeliat dalam upaya untuk meredakan perasaan nyerinya.

2.

Low back pain vaskulogenik


Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat
menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan
aktivitas tubuh

3.

Low back pain neurogenik


Keadaan patologi pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah, yaitu :
a) Neoplasma
Neoplasma interkanalis spinal sering ditemukan ialah neurioma,
hemangloma, ependimoma dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan
neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada
umunyan gejala pertama adalah rasa nyeri baru kemudian timbul
gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas dan
vegetative. Rasa nyeri berkurang dengan berjalan.
b) Araknoditis

Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul


bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.

c) Stenosis kanalis spinalais


Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses
degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh
ligamentum. Gejala klinik yang timbul ialah adanya klauikasio
intermiten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat penderita
istirahat maka rasanya nyerinya masih tetap ada. Bedanya dengan
klausdikasio intermiten pada penyumbatan arteri ialah disini denyut
nadi hilang dan tidak ada rasa kesemutan.
4.

Low back pain spondilogenik


LBP Spndilogenik ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai
proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus intervetebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik)
dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
a) LBP osteogenik sering disebabkan oleh:
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberkulosa, yang masih sering dijumpai meskipun
jarang ditemui di daerah lumbal, karena predileksinya di daerah
torakal
Trauma,

yang

dapat

mengakibatkan

fraktur

maupun

spondilolistesis (bergesernya korpus vertebra terhadap korpus


vertebra dibawahnya)
b) LBP diskogenik, disebabkan oleh:
Spondilitis, ini disebabkan oleh proses degenarasi yang
progresif

pada

diskus

vertebralis,

yang

mengakibatkan

menyepitnya jarak diantara vertebra sehingga menyebabkan


terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
spondilitis ini disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan

tertekannya radiks oleh kantong durameter yang mengakibatkan


iskemi dan radang.
Hernia neukleus pulposus (HNP) ialah keadaan dimana nekleus
purposes keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah
kanalis spinal melalui annulus fibrosus yang robek. Penonjolan
dapat terjadi dibagian lateral dan ini banyak terjadi, disebut
HNP lateral; dapat pula terjadi dibagian tengah dan disebut
HNP sentral. Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenarasi
diskus intervertebralis, maka banyak terjadi pada usia
pertengahan.
Spondilitis ankilosa, porses ini biasanya mulai dari sendi
sakroiliaka, yang kemudian menjalar ke atas, ke daerah. Gejala
permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun
tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen
terlihat gambaran yang mirip dengan ruas-ruas bambu sehingga
disebut bamboo spine.
c) LBP miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot, spame otot,
defisiensi otot dan hipersensitif
Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan
atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekan
otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan
ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh
yang tidak atau kurang fisiologi.
Spasme otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana
jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku
atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberikan gejala
khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri
yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu
lama maupun karena imobilisasi.

Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil


apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar
ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil ini disebut noctah
picu (tirgger point).
5.

Low back pain psikogenik


Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah
dilakukan pemeriksaan yang lengkap dan hasilnya tidak memberikan
jawaban yang pasti. Hal ini memang bersifat legeartis, dimana semua
kemungkinan faktor organik tidak dapat dibuktikan sebagai faktor etiologi
LBP.
LBP psikogenik pada umunya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau
kecemasan dan depresi atau campuran keduanya.

L. Evaluasi Diagnostik LBP


Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri
punggung bawah. Sinar X-vertebra mungkin memperlihatkan adanya
fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed Tomografi
(CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya
lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah
diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang.
M. Penatalaksanaan LBP
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus
tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2
sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal
lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal.
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit
menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk
dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap

dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu


dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic
intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan
penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra
merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan
sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi
kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien
dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi
vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan
panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan
pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan
penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami
spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi
nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi
dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan
iskemia.
N. Pengkajian LBP
Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya
(misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang
berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan
tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan
secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai
pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk
pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap
postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji

lengkungan tulang belakang, Krista iliaka dan kesimetrisan bahu. Otot


paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien
dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

O. Diagnosa Keperawatan LBP


1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
3. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4. Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas.
P. Intervensi dan Implementasi LBP
1.

Meredakan nyeri
Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan
pengubahan posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal.
Pasien diajari untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dilakukan
melalui pernafasan diafragma dan relaksasi dapat membantu mengurangi
tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung bawah. Mengalihkan
perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain missal membaca buku,
menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang
menyenangkan dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).
Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi
spasme

otot,

memperbaiki

peredaran

darah

dan

mengurangi

pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila diberikan obat perawat harus


mengkaji respon pasien pada setiap obat.
2.

Memperbaiki mobilitas fisik


Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji
bagaimana pasien bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang,
aktifitas perawatan diri boleh dilakukan dengan regangan yang minimal

pada struktur yang cedera. Perubahan posisi harus dilakukan perlahan dan
dibantu bila perlu. Gerakan memutar dan melenggok perlu dihindari.
Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifitas berbaring, duduk dan
berjalan-jalan dalam waktu lama. Perawat perlu mendorong pasien
mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan, latihan yang salah
justru tidak efektif.
3.

Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat


Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat
barang dengan benar.

4.

Pendidikan kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat
barang dengan benar

5.

Memperbaiki kinerja peran


Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah berubah
sejak terjadinya nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien
dapat kembali ke tanggung jawab perannya lagi. Namun bila aktifitas ini
berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung bawah lagi, mungkin sulit
untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa menanggung
resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan kecacatan dan
depresi yang diakibatkan.

6.

Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan


Penurunan BB melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah
kekambuhan nyeri punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang
rasional

yang

meliputi

perubahan

mempertahankan BB yang diinginkan.


Q. Evaluasi
1.

2.

Mengalami peredaan nyeri


-

Istirahat dengan nyaman

Mengubah posisi dengan nyaman

Menghindari ketergantungan obat

Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik

kebiasaan

makan

untuk

3.

4.

Kembali ke aktifitas secara bertahap

Menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan otot

Merencanakan istirahat baring sepanjang hari

Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung


-

Perbaikan postur

Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung

Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik

Berpartisipasi dalam program latihan

Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran


-

Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri


dengan situasi stress

Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain


untuk perawatan diri

5.

Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh

Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh

Mencapai BB yang diinginkan


-

Mengidentifikasi perlunya penurunan BB

Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB

Setia dengan program penurunan BB

Daftar Pustaka
1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,
Philadelphia, 2000
4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC,
Jakarta, 1997
5. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. Ergonomi. Diakses
pada

tanggal

12/12/2013

www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF.

melalui

Você também pode gostar