Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
*
Kelas 7.1 kelompk 1
Kelas 7.1 kelompk 1 |2008-2009
KERAJAAN KUTAI
. Agama Hindu
Etimologi
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Regweda,
bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di
barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini
mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18)
sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat
yang hidup di wilayah sungai Sindhu.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam
setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan
akhir manusia
Widhi Tattwa
Omkara. Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan
Sang Pencipta"
Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan
Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya
agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita
Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya
dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut juga
enggan untuk mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang
menyaingi derajat Tuhan.
Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam
ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal
dari Tuhan dan disebut Atman. Jiwatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan
manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya.
Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 3
Senin, 16 Maret 2009
berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jiwatma mencapai
moksa[7].
Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan;
phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap
perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat
kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan
manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik
yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani
kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang
akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup
maupun setelah reinkarnasi).
Punarbhawa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat
tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai
macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari
siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena iu,
Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.
Konsep ketuhanan
Salah
satu
bentuk
penerapan
monoteisme
Hindu di Indonesia adalah
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 4
Senin, 16 Maret 2009
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang
menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di
dunia.[9] Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu
terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme,
politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah
monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan
konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena
berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.
Monoteisme
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut
dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep
ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan
merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal
dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga
tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di
mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala
sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman
tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan
untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara
Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta
alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun
orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha
kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk DewaDewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam
Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan
suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 5
Senin, 16 Maret 2009
Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme.
Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal
tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap
benda apapun[10], ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut
dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan
memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di sorga ataupun di dunia
tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap
positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam
agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah
membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan
karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala
penyebab namun tidak memiliki penyebab [11]. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan
tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam
pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya)
merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh
umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di Indonesia.
Konsep lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana
mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam ajaran
agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi
objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai
akibat berbedanya sumber informasi. Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah
konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak
terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para
sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh [12]. Seperti misalnya, agama
Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan
dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep Ketuhanan yang diamati dalam Hindu, dan dengan cara
pelaksanaan yang berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat
jalan untuk mencapai Tuhan, maka semuanya diperbolehkan. Mereka berpegang teguh kepada
sloka yang mengatakan:
Jalan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya Aku terima
dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 6
Senin, 16 Maret 2009
Pustaka suci
Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang
disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat
nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di
antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap, yang diikuti dengan
Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra
lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana
serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang
dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut
sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu
meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma,
Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta,
pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan
kelompok kitab Smerti.
Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah
kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,
Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan
Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya
Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan
kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah
kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis
berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab
tentang ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hukum,
sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral
yang terdapat dalam kitab Sruti.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 7
Senin, 16 Maret 2009
Weda
Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan
kitab suci tertua di dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan". Para nabi
yang menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja
yang disebut Saptaresi. Ketujuh nabi tersebut yakni:
1. Resi Gritsamada
2. Resi Wasista
3. Resi Atri
4. Resi Wiswamitra
5. Resi Wamadewa
6. Resi Bharadwaja
7. Resi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada nabi-nabi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman
yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak
hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi lainnya,
sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak
pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka
disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayatayat tersebut dilakukan oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu
oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan
Bagawan Sumantu.
Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang
kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Regweda Samhita
2. Ayurweda Samhita
3. Samaweda Samhita
4. Atharwaweda Samhita
Keempat kitab tersebut disebut "Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut,
Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 8
Senin, 16 Maret 2009
Bhagawadgita
Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri
Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara Sri Kresna dengan Arjuna
menjelang Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan
kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah dan tidak tega
untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang. Dilanda oleh pergolakan
batin antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang
mengetahui dengan baik segala ajaran agama.
Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaranajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik
dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang
sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.
Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab dan berisi 650 sloka. Setiap bab menguraikan
jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut
merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Sebuah ilustrasi dalam kitab Mahabharata, salah satu Itihasa (wiracarita Hindu).
Purana
Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah
zaman dulu. Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 9
Senin, 16 Maret 2009
diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut
Mahapurana. Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni:
1. Matsyapurana
1. Garudapurana
2. Wisnupurana
2. Linggapurana
3. Bhagawatapurana
3. Padmapurana
4. Warahapurana
4. Skandapurana
5. Wamanapurana
5. Bhawisyapurana
6. Markandeyapurana
6. Brahmapurana
7. Bayupurana
7. Brahmandapurana
8. Agnipurana
8. Brahmawaiwartapura
na
9. Naradapurana
9. Kurmapurana
Itihasa
Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para
raja dan kesatria Hindu di masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi,
dan cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab
Itihasa disusun oleh para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki
dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitab lainnya
Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal
berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa,
Chanda, dan lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena
memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu
bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab
Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab
Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang
baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional Hindu.
Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan
untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 10
Senin, 16 Maret 2009
Karakteristik
Dalam agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan
mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui
penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktikpraktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan
melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma yang
kekal abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan sendiri,
yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan
Tuhan ke dunia pada jaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu[14]. Ajaran Kresna
atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang utama.
Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu
dari Tuhan asalkan dia telah mencapai kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama
Hindu wahyu Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa
wahyu Tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang
kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang hakekat
akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau ke mana
manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) institusi pendidikan filsafat ortodok yang
memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu
yaitu: Nyya, Vaishehika, Skhya, Yoga, Mms (juga disebut dengan Prva
Mms), dan Vednta (juga disebut dengan Uttara Mms) ke-enam
sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana.
Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang
tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh
dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang
dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
Dewa-Dewi Hindu
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga,
setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata dewa
berasal dari kata div yang berarti beResinar. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang
pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan
manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama
Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah: Brahm, Wisnu, iwa. Mereka disebut
Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa
kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan.
Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.
Filsafat Advaita (yang berarti: tidak ada duanya) menyatakan bahwa tidak ada yang setara
dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan
kasta. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status
seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi
atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling
membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus
memberi dan diberi jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya.
Pelaksanaan ritual (Yaja)
Atikel utama: Yaja
Dalam ajaran Hindu, Yaja merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya
diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat Hindu. Tujuan
pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa untuk memohon keselamatan dunia, keselamatan
leluhur, maupun sebagai kewajiban seorang umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga
bermacam-macam, salah satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan
kepada leluhur (Pitra Yadnya).
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 13
Senin, 16 Maret 2009
Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi
dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya
dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan
berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci
mereka sebagai berikut:
samo ha sarva-bhteu na me dveyo sti na priyah
ye bhajanti tu m bhakty mayi te teu cpy aham
Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya
pula
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 15
Senin, 16 Maret 2009
Meskipun ada yang menganggap Dewa-Dewi merupakan Tuhan tersendiri, namun umat Hindu
memandangnya sebagai cara pemujaan yang salah. Dalam kitab suci mereka, kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa bersabda:
ye py anya-devat-bhakt yajante raddhaynvit
te pi mm eva kaunteya yajanty avidhi-prvakam
Pemeluk agama Hindu juga mengenal arti Ahimsa dan "Satya Jayate Anertam". Mereka
diharapkan tidak suka (tidak boleh) membunuh secara biadab tapi untuk kehidupan pembunuhan
dilakukan kepada binatang berbisa (nyamuk) untuk makanan sesuai swadarmanya, dan diminta
jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan perbuatan.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 16
Senin, 16 Maret 2009
Daftar isi
1 Kehidupan Buddha
2 Tahap awal agama Buddha
o
5 Interaksi Buddha-Yunani
pertama Masehi)
(abad
ke-2
sampai
abad
.Kehidupan Buddha
sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan
kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia
menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal
sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata Sansekerta yang berarti "ia
yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya
sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah
orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya
mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama
aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan
kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada
penerimaan kitab-kitab baru.
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja
Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di
Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan
Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda,
salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan
ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya.
3Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh
masa sejarah agama Buddha.
2.2
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara
mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri
kaum Mahasanghika.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 18
Senin, 16 Maret 2009
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai
pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan
mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum
Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois.
Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa
tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham
Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih
longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniawan dan kaum awam (itulah
makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang
dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah menurut prasastiprasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.
Maharaja Asoka memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun 250 SM di Pataliputra
(sekarang Patna). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah
rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama
dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi
pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 19
Senin, 16 Maret 2009
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sansekerta, dan secara harafiah berarti "Tiga
Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional Buddha dan dianggap diturunkan
langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitaka terdiri dari doktrin
(Sutra Pitaka), peraturan monastik (Vinaya Pitaka) dan ditambah dengan kumpulan filsafat
(Abhidharma Pitaka).
Usaha-usaha Asoka untuk memurnikan agama Buddha juga mengakibatkan pengucilan gerakangerakan lain yang muncul. Terutama, setelah tahun 250 SM, kaum Sarvastidin (yang telah
ditolak konsili ketiga, menurut tradisi Theravada) dan kaum Dharmaguptaka menjadi
berpengaruh di India barat laut dan Asia Tengah, sampai masa Kekaisaran Kushan pada abadabad pertama Masehi. Para pengikut Dharmaguptaka memiliki ciri khas kepercayaan mereka
bahwa sang Buddha berada di atas dan terpisah dari anggota komunitas Buddha lainnya.
Sedangkan kaum Sarvastivadin percaya bahwa masa lampau, masa kini dan masa depan terjadi
pada saat yang sama.
[3.2] Dunia Helenistik
Beberapa prasati Piagam Asoka menulis tentang usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh
Asoka untuk mempromosikan agama Buddha di dunia Helenistik (Yunani), yang kala itu
berkesinambungan tanpa putus dari India sampai Yunani. Piagam-piagam Asoka menunjukkan
pengertian yang mendalam mengenai sistem politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan
lokasi raja-raja Yunani penting disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima dakwah agama
Buddha: Antiokhus II Theos dari Kerajaan Seleukus (261246 SM), Ptolemeus II Filadelfos dari
Mesir (285247 SM), Antigonus Gonatas dari Makedonia (276239 SM), Magas dari Kirene
(288258 SM), dan Alexander dari Epirus (272255 SM).
Kemudian, menurut beberapa sumber dalam bahasa Pali, beberapa utusan Asoka adalah bhiksubhiksu Yunani, yang menunjukkan eratnya pertukaran agama antara kedua budaya ini:
"Ketika sang thera (sesepuh) Moggaliputta, sang pencerah agama sang
Penakluk (Asoka) telah menyelesaikan Konsili (ke-3) [], beliau mengirimkan
thera-thera, yang satu kemari yang lain ke sana: [] dan ke Aparantaka
(negeri-negeri barat yang biasanya merujuk Gujarat dan Sindhu), beliau
mengirimkan
seorang
Yunani
(Yona)
bernama
Dhammarakkhita".
(Mahavamsa XII).
Tidaklah jelas seberapa jauh interaksi ini berpengaruh, tetapi beberapa pakar mengatakan bahwa
sampai tingkat tertentu ada sinkretisme antara falsafah Yunani dan ajaran Buddha di tanah-tanah
Helenik kala itu. Mereka terutama menunjukkan keberadaan komunitas Buddha di Dunia
Helenistik kala itu, terutama di Alexandria (disebut oleh Clemens dari Alexandria), dan
keberadaan sebuah ordo-monastik pra-Kristen bernama Therapeutae (kemungkinan diambil dari
kata Pali "Theraputta"), yang kemungkinan "mengambil ilham dari ajaran-ajaran dan penerapan
ilmu tapa-samadi Buddha" (Robert Lissen).
Mulai dari tahun 100 SM, simbol "bintang di tengah mahkota", juga secara alternatif disebut
"cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi desain Dharmacakra Buddha, mulai
muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja Alexander Yaneus (103-76 SM). Alexander Yaneus
dihubungkan dengan sekte falsafi Yunani, kaum Saduki dan dengan ordo monastik Essenes, yang
merupakan cikal-bakal agama Kristen. Penggambaran cakra atau roda berruji delapan ini
dilanjutkan oleh jandanya, Ratu Alexandra, sampai orang Romawi menginvasi Yudea pada 63
SM.
Batu-batu nisan Buddha dari era Ptolemeus juga ditemukan di kota Alexandria, dengan hiasan
Dharmacakra (Tarn, "The Greeks in Bactria and India"). Dalam mengkomentari keberadaan
orang-orang Buddha di Alexandria, beberapa pakar menyatakan bahwa Kelak pada tempat ini
juga beberapa pusat agama Kristen yang paling aktif didirikan (Robert Linssen "Zen living").
3.3 Ekspansi ke Asia
Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang Myanmar), Budaya India banyak
mempengaruhi sukubangsa Mon. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Buddha sekitar tahun
200 SM berkat dakwah maharaja Asoka dari India, sebelum perpecahan antara aliran Mahayana
dan Hinayana. Candi-candi Buddha Mon awal, seperti Peikthano di Myanmar tengah, ditarikh
berasal dari abad pertama sampai abad ke-5 Masehi.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 21
Senin, 16 Maret 2009
Penggambaran suku Mon mengenai (Dharmacakra), seni dari Dvaravati, +/-abad ke-8.
Seni Buddha suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum Gupta dan periode pasca Gupta.
Gaya manneris mereka menyebar di Asia Tenggara mengikuti ekspansi kerajaan Mon antara
abad ke-5 dan abad ke-8. Aliran Theravada meluas di bagian utara Asia Tenggara di bawah
pengaruh Mon, sampai diganti secara bertahap dengan aliran Mahayana sejak abad ke-6.
Agama Buddha konon dibawa ke Sri Lanka oleh putra Asoka Mahinda dan enam kawannya
semasa abad ke-2 SM. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva Tissa dan banyak anggota
bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan wihara Mahavihara, pusat aliran
Ortodoks Singhala, dibangunt. Kanon Pali dimulai ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja
Vittagamani (memerintah 2917 SM), dan tradisi Theravada berkembang di sana. Beberapa
komentator agama Buddha juga bermukim di sana seperti Buddhaghosa (abad ke-4 sampai ke-5).
Meski aliran Mahayana kemudian mendapatkan pengaruh kala itu, akhirnya aliran Theravada
yang berjaya dan Sri Lanka akhirnya menjadi benteng terakhir aliran Theravada, dari mana aliran
ini akan disebarkan lagi ke Asia Tenggara mulai abad ke-11.
Ada pula sebuah legenda, yang tidak didukung langsung oleh bukti-bukti piagam, bahwa Asoka
pernah mengirim seorang misionaris ke utara, melalui pegunungan Himalaya, menuju ke Khotan
di dataran rendah Tarim, kala itu tanah sebuah bangsa Indo-Eropa, bangsa Tokharia.
Lihat pula: Piagam-piagam Asoka
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 22
Senin, 16 Maret 2009
4. Penindasan oleh dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke1 SM)
Dinasti Sungga (18573 SM) didirikan pada tahun 185 SM, kurang lebih 50 tahun setelah
mangkatnya maharaja Asoka. Setelah membunuh Raja Brhadrata (raja terakhir dinasti Maurya),
hulubalang tentara Pusyamitra Sunga naik takhta. Ia adalah seorang Brahmana ortodoks, dan
Sunga dikenal karena kebencian dan penindasannya terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia
telah "merusak wihara dan membunuh para bhiksu" (Divyavadana, pp. 429434): 84.000 stupa
Buddha yang telah dibangun Asoka dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas ditawarkan
untuk setiap kepala bhiksu Buddha (Indian Historical Quarterly Vol. XXII, halaman 81 dst.
dikutip di Hars.407). Sejumlah besar wihara Buddha diubah menjadi kuil Hindu, seperti di
Nalanda, Bodhgaya, Sarnath, dan Mathura.
Lihat pula: Kekaisaran Sungga
5.
Drakhma
perak
Menander
I
(berkuasa
+/160135
SM).
Obv: huruf Yunani, BASILEOS SOTHROS MENANDROY secara harafiah "Raja
Penyelamat Menander".
Di wilayah-wilayah barat Anak benua India, kerajaan-kerajaan Yunani yang bertetangga sudah
ada di Baktria (sekarang di Afghanistan utara) semenjak penaklukan oleh Alexander yang Agung
pada sekitar 326 SM: pertama-tama kaum Seleukus dari kurang lebih tahun 323 SM, lalu
Kerajaan Baktria-Yunani dari kurang lebih tahun 250 SM.
menginvasi India adalah untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Kekaisaran Maurya dan
melindungi para penganut Buddha dari penindasan kaum Sungga (18573 SM).
Arca Buddha-Yunani, salah satu penggambaran Buddha, abad pertama sampai abad ke-2 Masehi, Gandhara.
Salah seorang raja Yunani-India yang termasyhur adalah Raja Menander I (yang berkuasa dari
+/- 160135 SM). Kelihatannya beliau masuk agama Buddha dan digambarkan dalam tradisi
Mahayana sebagai salah satu sponsor agama ini, sama dengan maharaja Asoka atau seorang raja
Kushan dari masa yang akan datang, raja Kaniska. Koin-koin Menander memuat tulisan "Raja
Penyelamat" dalam bahasa Yunani, dan "Maharaja Dharma" dalam aksara Kharosti. Pertukaran
budaya secara langsung ditunjukkan dalam dialog Milinda Panha antara raja Yunani Menander I
dan sang bhiksu Nagasena pada sekitar tahun 160 SM. Setelah mangkatnya, maka demi
menghormatinya, abu pembakarannya diklaim oleh kota-kota yang dikuasainya dan ditaruh di
stupa-stupa tempat pemujaannya, mirip dengan sang Buddha Gautama (Plutarkhus, Praec. reip.
ger. 28, 6).
Interaksi antara budaya Yunani dan Buddha kemungkinan memiliki pengaruh dalam
perkembangan aliran Mahayana, sementara kepercayaan ini mengembangkan pendekatan
falsafinya yang canggih dan perlakuan Buddha yang mirip dengan Dewa-Dewa Yunani. Kirakira juga kala seperti ini pelukisan Buddha secara antropomorfis dilakukan, seringkali dalam
bentuk gaya seni Buddha-Yunani: "One might regard the classical influence as including the
general idea of representing a man-god in this purely human form, which was of course well
familiar in the West, and it is very likely that the example of westerner's treatment of their gods
was indeed an important factor in the innovation" (Boardman, "The Diffusion of Classical Art in
Antiquity").
6.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 24
Senin, 16 Maret 2009
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari abad ke-1 SM diiringi dengan perubahan
kompleks politik di India barat laut. Kerajaan-kerajaan Yunani-India ini secara bertahap
dikalahkan dan diasimilasi oleh kaum nomad Indo-Eropa yang berasal dari Asia Tengah, yaitu
kaum Schytia India, dan lalu kaum Yuezhi, yang mendirikan Kekaisaran Kushan dari kira-kira
tahun 12 SM.
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian dibuka oleh
maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun 100 Masehi di Jalandhar atau di Kashmir. Peristiwa ini
seringkali diasosiasikan dengan munculnya aliran Mahayana secara resmi dan pecahnya aliran
ini dengan aliran Theravada. Mazhab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan
seringkali menyebutnya "konsili rahib bidaah".
Konon Kanishka mengumpulkan 500 bhiksu di Kashmir, yang dikepalai oleh Vasumitra, untuk
menyunting Tripitaka dan memberikan komentar. Maka konon pada konsili ini telah dihasilkan
300.000 bait dan lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini memerlukan waktu 12 tahun untuk
diselesaikan.
Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli (Tipitaka). Sebaliknya, sekelompok teks-teks
suci diabsahkan dan juga prinsip-prinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang
baru ini, biasanya dalam bahasa Gandhari dan aksara Kharosthi kemudian ditulis ulang dalam
bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa klasik. Bagi banyak pakar hal ini merupakan titik
balik penting dalam penyebaran pemikiran Buddha.
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip dilakukan bagaikan
Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada di belakangnya ialah bahwa semua makhluk
hidup memiliki alam dasar Buddha dan seyogyanya bercita-cita meraih "Kebuddhaan". Ada pula
sinkretisme keagamaan terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang berada di India bagian
barat laut dan Kekaisaran Kushan.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 25
Senin, 16 Maret 2009
7.
Dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana berkembang dan menyebar ke
arah timur. Dari India ke Asia Tenggara, lalu juga ke utara ke Asia Tengah, Tiongkok, Korea, dan
akhirnya Jepang pada tahun 538.
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh serbuan Islam
menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat anak benua
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 26
Senin, 16 Maret 2009
India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara Timur Tengah lewat Sri
Lanka dan ke China terjadi, menyebabkan dipeluknya aliran Theravada Pali kanon, lalu
diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar abad ke-11 dari Sri Lanka.
Raja Anawrahta (10441077), pendiri sejarah kekaisaran Birma, mempersatukan negara dan
memeluk aliran Theravada. Ini memulai membangun ribuan candi Budha Pagan, ibu kota, di
antara abad ke-11 dan abad ke-13. Sekitar 2.000 di antaranya masih berdiri. Kekuasaan orang
Birma surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pagan oleh orang
Mongolia pada 1287, tetapi aliran Buddha Theravada masih merupakan kepercayaan utama
rakyat Myanmar sampai hari ini.
Kepercayaan Theravada juga dipeluk oleh kerajaan etnik Thai Sukhothai sekitar 1260.
Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa Ayutthaya (abad ke-14 sampai abad ke-18),
menjadi bagian integral masyarakat Thai. Di daratan Asia Tenggara, Theravada terus menyebar
ke Laos dan Kamboja pada abad ke-13.
Tetapi, mulai abad ke-14, di daerah-daerah ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh
Islam ternyata lebih kuat, mengembang ke dalam Malaysia, Indonesia, dan kebanyakan pulau
hingga ke selatan Filipina.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 27
Senin, 16 Maret 2009
Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara dan seluruh Asia
Tenggara. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan
kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara
jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat
diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Daftar isi
1 Sejarah
o 1.1 Yupa
o
1.2 Mulawarman
1.3 Aswawarman
1.4 Berakhir
1 .Sejarah
1.1. Yupa
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 28
Senin, 16 Maret 2009
1.2 Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara
penulisannya. Kudungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke
Indonesia. Kudungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
1.3Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang
artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya
adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
1.4 Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut
Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kerajaan Taruma
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 30
Senin, 16 Maret 2009
Daftar isi
1 Sumber Sejarah
o 1.1 Prasasti yang ditemukan
2 Lihat pula
3 Rujukan
4 Bacaan selanjutnya
Sumber Sejarah
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan
yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja
yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada
tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang
6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan
menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan
empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui
bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau
memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai
Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 31
Senin, 16 Maret 2009
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga
batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih
dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan
sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan
Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan
kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya
ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan
perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja
dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai
taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke16.
Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak
Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti
itu dituliskan :
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 32
Senin, 16 Maret 2009
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato
gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536
Masehi.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut
dengan Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti
ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi
empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya
vishnoriva padadvayam
Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda
kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti
Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya.
Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara
bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala"
(raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris
berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam
padadavayam
Terjemahannya:
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 33
Senin, 16 Maret 2009
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti
Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan
penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah
perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan
diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas
kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang
telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai
perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai
"huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang
ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah,
matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari
Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada
mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui
kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
Prasasti Jambu
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan
Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan
Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang
telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri
purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam
yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 34
Senin, 16 Maret 2009
1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orangorang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang
beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah
datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis
penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui
beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasastprasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah
kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang
membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Kampung
Muara
Keterangan
Artepak
Menhir (3)
Batu dakon (2)
Arca batu tidak berkepala
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 35
Senin, 16 Maret 2009
Ciampea
Rusak berat
Gunung
Cibodas
Arca
3 arca duduk
arca raksasa
arca (?)
Fragmen
Arca dewa
Arca dwarapala
Arca brahma
Duduk diatas
angsa
(Wahana Hamsa)
dilengkapi
padmasana
Arca (berdiri)
(Kartikeya?)
Arca singa (perunggu)
Mus.Nas.no.771
Mus.Nas.no.514a
Tanjung
Barat
Mus.Nas. no.296a
Tidak
diketahui
Arca Rajaresi
Mus.Nas.no.6363
Cilincing
settlement pattern
Buni
settlement pattern
Tempayan
Beliung
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 36
Senin, 16 Maret 2009
Logam perunggu
Logam besi
Gelang kaca
Manik-manik batu dan kaca
Tulang belulang manusia
Sejumlah besar gerabah
bentuk wadah
9
Batujaya
Percandian
Segaran I
Segaran II
Segaran III
Segaran IV
Segaran V
Segaran VI
Talagajaya I
Talagajaya II
Talagajaya III
Talagajaya IV
Talagajaya V
Talagajaya VI
Talagajaya VII
10 Cibuaya
Arca Wisnu I
Arca Wisnu II
Arca Wisnu III
Lmah Duwur Wadon
Candi I
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 37
Senin, 16 Maret 2009
Candi II
Pipisan batu
Naskah Wangsakerta
Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini
mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa
dijadikan rujukan sejarah.
Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman
(382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali
Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun
ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu
Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja
Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara
adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga
1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman
(515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan
pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau
dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang
pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan
pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai
pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu
merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan
Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa
Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang
menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka
Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan
Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di
daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah.
Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa
Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun
536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 38
Senin, 16 Maret 2009
kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain.
Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang
disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat
pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah
status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja
Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke
Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan
Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya,
menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan
Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota
Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan
daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh
dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari
Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya
dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini,
hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi
wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta
Raja-raja Tarumanegara
No
Raja
Masa pemerintahan
Jayasingawarman
358-382
Dharmayawarman
382-395
Purnawarman
395-434
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 39
Senin, 16 Maret 2009
Wisnuwarman
434-455
Indrawarman
455-515
Candrawarman
515-535
Suryawarman
535-561
Kertawarman
561-628
Sudhawarman
628-639
10
Hariwangsawarman
639-640
11
Nagajayawarman
640-666
12
Linggawarman
666-669
Kerajaan sriwijaya
Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya
adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada
waktu itu (abad 7 - 13 M).
Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya
sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber
sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan tersebut.
Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar
seperti dari Cina, India bahkan Arab.
Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan
bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.
Untuk mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini!
a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Tatang dekat
Palembang, berangka tahun 606 Saka. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan
suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan
beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 40
Senin, 16 Maret 2009
Saka. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua
makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang tidak berangka tahun.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka.
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi Hulu berangka tahun 608 Saka.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun.
Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit,
dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja
yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.
Dari penjelasan tentang prasasti-prasasti tersebut, apakah Anda dapat memahami
keberadaan kerajaan Sriwijaya? Maka untuk menambah lagi pemahaman Anda simaklah
uraian materi tentang sumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal dari luar negeri baik
yang berupa prasasti maupun berita Cina dan Arab.
Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu berangka tahun
775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di semenanjung melayu,
daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor.
Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M.
Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
Sumber Berita Asing
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya beritaberita
Cina maupun berita Arab.
Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke
Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang
pendeta yang menguasai agama seperti di India dan di samping itu juga, berita dari
dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 992 M.
Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih
atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau
dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan
kebesaran serta kekayaan Sriwijaya.
Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan
Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan
Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan
tersebut, maka simak uraian materi berikut ini.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta
Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama
yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak
ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 41
Senin, 16 Maret 2009
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 42
Senin, 16 Maret 2009
Atlas Sejarah
Setelah Anda menyimak gambar 2.5 peta kekuasaan Sriwijaya tersebut maka timbul
pertanyaan yaitu faktor apa yang menjadikan Sriwijaya dapat berkembang sebagai
kerajaan yang besar? Tuliskan jawaban Anda pada kolom berikut ini!
Faktor-faktornya adalah ............................................................................
Setelah Anda menjawab, maka lanjutkan Anda menyimak uraian materi selanjutnya,
sehingga Anda sekaligus dapat mencocokan kebenaran jawaban Anda.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan
Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya
berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga
dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.
Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan sangat baik hal ini juga
didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa,
Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 43
Senin, 16 Maret 2009
pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah
dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya
meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun
keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi
kerajaan yang besar dan makmur.
Kehidupan Sosial
Faktor lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial
masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya
Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia
Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya
terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta
Budha terkenal yaitu Sakyakirti.
Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu
lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda.
Kemajuan di bidang pendidikan yang berhasil dikembangkan Sriwijaya bukanlah suatu
hasil perkembangan dalam waktu yang singkat tetapi sejak awal pendirian Sriwijaya,
raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama dan penganut agama yang taat.
Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian
lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk
meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan
makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui
peninggalanpeninggalan
suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi,
Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
Untuk lebih menambah pemahaman Anda, silahkan Anda simak peninggalan Sriwijaya
tersebut pada gambar 2.6 berikut ini!
Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya ternyata banyak mengundang kerajaan lain menjadi
tidak senang dan menyerang Sriwijaya sehingga mengalami kemunduran dan keruntuhan
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 44
Senin, 16 Maret 2009
Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat
diketahui melalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui
sampai sekarang.
Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram tersebut yaitu
antara lain:
a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangka tahun 723 M dalam bentuk Candrasagkele.
Anda masih Ingat arti dari istilah Candrasagkele?
Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula
Sanne kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanne).
Untuk memperjelas pemahaman Anda
tentang tempat Sanjaya mendirikan Lingga
di candi Gunung Wukir maka simaklah
Gambar 2.7 merupakan gambar
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 45
Senin, 16 Maret 2009
Mataram yaitu seperti Candi pegunungan Dieng, Candi Gedung Songo, yang terletak
di Jawa Tengah Utara.
Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan juga banyak ditemukan candi antara lain
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi
Sari, dan masih banyak candi-candi yang lain.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang letak candi-candi tersebut, silahkan Anda
simak gambar 2.9 peta Jawa Tengah berikut ini!
Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti atau wangsa yaitu wangsa Sanjaya yang
beragama Hindu Syiwa dan wangsa Syaelendra yang beragama Budha. Pada awalnya
mungkin yang berkuasa adalah wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti Canggal.
Tetapi setelah perkembangan berikutnya muncul keluarga Syaelendra.
Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh Keluarga Syaelendra, tetapi mengenai
pergeseran kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas kedua-duanya
sama-sama berkuasa di Jawa Tengah dan memiliki hubungan yang erat, hal ini sesuai
dengan prasasti Kalasan.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syaelendra seperti yang tertera dalam prasasti
Ligor, Nalanda maupun Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra, dan Samaratungga atau
Samaragrawira. Sedangkan raja-raja dari dinasti Sanjaya yang tertera dalam prasasti
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 47
Senin, 16 Maret 2009
Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang berasal dari abad 8-9
yang bercorak Hindu yang terletak di Jateng bagian utara dan yang bercorak Budha
terletak di Jateng selatan , untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan dinasti
Sanjaya di Jateng bagian utara, dan kekuasaan dinasti Syaelendra di Jateng selatan.
Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai Pikatan
dengan Pramudyawardani yang bergelar Sri Kahulunan. Pramudyawardani tersebut
adalah putri dari Samaratungga.
Raja Samaratungga selain mempunyai putri Pramudyawardani , juga mempunyai putera
yaitu Balaputradewa (karena Samaratungga menikah dengan keturunan raja Sriwijaya).
Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, maka menyingkir ke
Sumatera menjadi raja Sriwijaya.
Untuk selanjutnya pemerintahan kerajaan Mataram dikuasai oleh dinasti Sanjaya dengan
rajanya yang terakhir yaitu Wawa.
Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad 10, Mataram di Jateng mengalami
kemunduran dan pusat penerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok .
Mengenai penyebab alasan dipindahkannya kerajaan Mataram dari Jateng ke Jatim,
silahkan Anda diskusikan dengan teman-teman Anda dan untuk mengetahui kebenaran
diskusi Anda, dapat ditanyakan kepada Guru bina di sekolah penyelenggara.
Dengan adanya perpindahan kekuasaan dari Jateng ke Jatim oleh Mpu Sendok, maka
Mpu Sendok mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Isyana dengan kerajaannya adalah Medang
Mataram.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 48
Senin, 16 Maret 2009
Dari bagan silsilah raja-raja Medang di atas, maka yang diberi tanda itulah raja-raja yang
memerintah. Pahami baik- baik bagan di atas. Selanjutnya simak materi berikutnya.
Pada tahun 1017 M kerajaan Medang pada masa Dharmawangsa mengalami pralaya/
kehancuran akibat serangan dari Wurawari dan yang berhasil meloloskan diri dari
serangan tersebut adalah Airlangga.
Tahun 1023 Airlangga dinobatkan oleh pendeta Budha dan Brahmana (pendeta Hindu)
menjadi raja Medang menggantikan Dharmawangsa.
Pada awal pemerintahannya Airlangga berusaha menyatukan kembali daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, dan melakukan pembangunan di dalam negeri
dengan memindahkan ibukota kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun
1031, serta memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin
Sapta.
Dengan demikian usaha-usaha yang dilakukan oleh Airlangga mendatangkan keamanan
dan kemakmuran bagi rakyatnya. Tetapi kemudian tahun 1041 Airlangga mundur dari
tahtanya dan memerintahkan untuk membagi kekuasaan menjadi 2 kerajaan. Kedua
kerajaan tersebut adalah Jenggala dan Panjalu. Pada awalnya pembagian kerajaan
tersebut dalam rangka menghindari perebutan kekuasaan diantara putera-putera
Airlangga. Tetapi ternyata hal ini yang menjadi penyebab kerajaan Medang mengalami
kehancuran.
Demikianlah uraian materi tentang kehidupan politik kerajaan Mataram. Maka melalui
uraian materi tersebut dapatlah ditarik kesimpulan tentang kehidupan ekonomi maupun
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 49
Senin, 16 Maret 2009
Kehidupan Ekonomi
Berdasarkan bangunan candi yang ada, baik yang bercorak Hindu maupun Budha jumlah
cukup banyak dan tempat atau lokasinyapun ada yang berdampingan, maka hal ini
membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat Mataram sangat religius dan dilandasi
oleh rasa gotong royong yang baik, dan juga mempunyai rasa toleransi antara pemeluk
agama Hindu dan pemeluk agama Budha itu sendiri.
Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris
karena letaknya di pedalaman dan daerah yang subur tetapi pada perkembangan
berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu
lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur.
Dengan adanya pengembangan perekonomian, maka timbul dugaan bahwa
dipindahkannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena alasan tersebut.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya, tentu teknologi yang dicapai Mataram sudah maju, bahkan
masyarakat Mataram berhasil mengembangkan budaya asing menjadi budaya baru yang
bercirikan Indonesia. Hal ini terlihat adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa
yang beraneka ragam dalam prasasti yang dibuatnya.
Kemajuan teknologi yang dicapai Mataram dapat Anda rasakan/nikmati sampai sekarang
contohnya dapat Anda lihat pada candi Borobudur yang merupakan salah satu dari 7
keajaiban dunia.
KERAJAAN KADIRI
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi akhir perkembangan kerajaan Medang
Mataram, bahwa pada tahun 1041 atau 963 C. Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian.
Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan
Panjalu, yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibukotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian
dikenal dengan nama Kadiri meliputi Kediri, Madiun, dan ibukotanya Daha.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak
atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada awalnya perang saudara
tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kadiri yang
memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga.
Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kadiri dimana bukti-bukti yang
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 50
Senin, 16 Maret 2009
Sumber-sumber Prasasti
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kadiri antara lain yaitu:
a. Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas
Jenggala.
b. Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa
Jayabaya.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-prasasti yang
lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kadiri adalah
hasil karya berupa kitab sastra karena pada masa Kadiri kesusastraan berkembang
dengan pesat.
Salah satu hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayuda dengan ditulis
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan tentang kemenangan
Kadiri/Panjalu atas Jenggala.
Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga ditemukan berita Cina
yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan
Kadiri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain.
Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis
oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua
tahun 1225 M.
Dengan demikian melalui prasasti, kitab sastra maupun kitab yang ditulis orang-orang
Cina tersebut perkembangan Kadiri dalam berbagai aspek kehidupan dapat diketahui.
Kehidupan Politik
Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kadiri masih sama seperti kekuasaan
raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki
lencana atau lambang sendiri.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang kekuasaan Kadiri, maka simaklah gambar
KERAJAAN KADIRI
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi akhir perkembangan kerajaan Medang
Mataram, bahwa pada tahun 1041 atau 963 C. Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 51
Senin, 16 Maret 2009
Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada.
Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan Panjalu, yang dibatasi oleh
gunung Kawi dan sungai Brantas.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibukotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian
dikenal dengan nama Kadiri meliputi Kediri, Madiun, dan ibukotanya Daha.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak
atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kadiri yang memenangkan peperangan dan menguasai
seluruh tahta Airlangga.
Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kadiri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitabkitab
sastra.
Sumber-sumber Prasasti
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kadiri antara lain yaitu:
a. Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas
Jenggala.
b. Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa
Jayabaya.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-prasasti yang
lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kadiri adalah
hasil karya berupa kitab sastra karena pada masa Kadiri kesusastraan berkembang
dengan pesat.
Salah satu hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayuda dengan ditulis
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan tentang kemenangan
Kadiri/Panjalu atas Jenggala.
Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga ditemukan berita Cina
yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan
Kadiri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain.
Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis
oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua
tahun 1225 M.
Dengan demikian melalui prasasti, kitab sastra maupun kitab yang ditulis orang-orang
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 52
Senin, 16 Maret 2009
Cina tersebut perkembangan Kadiri dalam berbagai aspek kehidupan dapat diketahui.
Kehidupan Politik
Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kadiri masih sama seperti kekuasaan
raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki
lencana atau lambang sendiri.
Untuk menambah pemahaman Anda tentang kekuasaan Kadiri, maka simaklah gambar
2.10 peta kekuasaan Kadiri berikut ini!
Setelah Anda menyimak peta kekuasaan Kadiri pada gambar 2.10 tersebut, lanjutkan
menyimak uraian materi berikutnya.
Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kutai antara lain Raja Kameswara (1115 1130 M)
mempergunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa
pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam
Cerita Panji.
Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160 mempergunakan
lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa pada masa pemerintahannya Kadiri
mencapai puncak kebesarannya dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya
tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil.
Kemudian pada tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra juga terdapat sesuatu yang
menarik pada masa pemerintahannya, yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orangorang
terkemuka mempergunakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti
Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.
Untuk selanjutnya tahun 1200 - 1222 yang menjadi raja Kadiri adalah Kertajaya. Ia
memakai lancana Garudamuke seperti Rya Airlangga, tetapi sayangnya raja ini kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah yang
akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kadiri, karena kaum Brahmana meminta
perlindungan kepada Ken Arok di Singosari sehingga tahun 1222 Ken Arok berhasil
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 53
Senin, 16 Maret 2009
menghancurkan Kadiri.
Demikianlah uraian materi tentang kehidupan politik raja Kadiri. Dari penjelasan tersebut
apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham simak kembali uraian materi
selanjutnya.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi diceritakan bahwa perekonomian Kadiri bersumber atas usaha
perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kadiri terkenal sebagai penghasil beras,
menanam kapas dan memelihara ulat sutra.
Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kadiri sudah cukup makmur.
Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para
pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Demikian keterangan yang
diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
Kehidupan Sosial
Bahkan berdasarkan kedua kitab tersebut diceritakan bahwa kehidupan sosial masyarakat
Kadiri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal
ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin
yang berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kadiri telah memakai kain sampai di
bawah lutut.
Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang
antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari
banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya
juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti kitab Kariwangsa dan
Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana
karya Mpu Darmeja, kitab Lubdaka dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab
Kresnayana karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna.
Semuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.
KERAJAAN SINGOSARI
Adanya kerajaan Singosari tentu bukan sesuatu yang asing bagi Anda karena Singosari
sangat identik dengan Ken Arok dan banyak cerita dan lakon drama yang mengambil ide
cerita dari riwayat hidup Ken Arok dan berdirinya Singosari.
Sumber-sumber Sejarah
Keberadaan kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 54
Senin, 16 Maret 2009
di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra
peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton
yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban.
Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab
Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui.
Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel
menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes
istri Tunggul Ametung.
Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta
perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M/1144 C Ken Arok
menyerang Kadiri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa
Ganter.
Dengan kemenangannya maka Ken Arok dapat menguasai seluruh kekuasaan kerajaan
Kadiri dan menyatakan dirinya sebagai raja Singosari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa
Bhattara Sang Amurwawabhumi.
Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai munculnya dinasti baru yaitu
dinasti Rajasa atau dinasti Girindra
Dengan memperhatikan silsilah tersebut di atas, maka yang perlu Anda ketahui bahwa
nama yang diberi nomor dan diberi kotak/dalam kotak itulah urutan raja-raja Singosari.
Raja pertama sampai ketiga yang diberi tanda (*) mati dibunuh karena persoalan
perebutan tahta dan balas dendam.
Dari kelima raja Singosari tersebut, raja Kertanegaralah yang paling terkenal, karena
dibawah pemerintahan Kertanegara Singosari mencapai puncak kebesarannya.
Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagasan politik
untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah kekuasaan Singasari
meluas. Untuk lebih jelasnya, simaklah gambar peta 2.11 berikut ini!
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 55
Senin, 16 Maret 2009
Setelah Anda menyimak gambar peta kekuasaan Singasari tersebut, yang perlu Anda
ketahui bahwa kekuasaan tersebut dapat dicapai oleh Kertanegara karena tindakan
politiknya yaitu seperti:
a. Membangun Singasari menjadi pusat pemerintahan dan berusaha menyingkirkan
lawan-lawan politiknya seperti Kebo Arem (Raganatha) dijadikan adhyaksa di
Tumapel, Arya Wiraraja (Banyak Wide) dijadikan Bupati Madura.
b. Menumpas pemberontakan Mahisa Rangkah.
c. Menyatukan agama Syiwa dan Budha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Budha).
Agama ini dipimpin oleh Dharma Dyaksa.
d. Melakukan politik perkawinan yaitu mengawinkan salah satu putrinya dengan R.
Wijaya dan putri yang lain dengan Ardharaja putra Jayakatwang dari Kediri dalam
rangka memperkuat kedudukannya sebagai raja Singasari. Dan mengawinkan
saudaranya dengan raja Campa yaitu raja Jaya Singhawarman IV dalam rangka
mencari persekutuan/aliansi dengan kerajaan Campa.
e. Mengirimkan ekspedisi ke luar pulau Jawa antara lain ekspedisi ke Malayu/
Pamalayu tahun 1275 untuk menjalin persahabatan dengan kerajaan Malayu dan
ekspansi ke Bali tahun 1284 karena Bali tidak mau tunduk kepada Singasari.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 57
Senin, 16 Maret 2009
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber yang secara jelas tetapi
sangat memungkinkan bahwa ekonomi Singosari ditekankan pada kehidupan pertanian
dan perdagangan serta pelayaran.
Perkembangan tersebut sangat dimungkinkan karena Singosari merupakan daerah yang
subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana
lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya, Singosari sangat berkembang karena Singosari banyak
meninggalkan bangunan monumental atau budaya lain yang berhubungan dengan agama
yaitu seperti candi Kedal, candi Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang
merupakan perwujudan Kertanegara yang terletak di simpang tiga Surabaya, Jatim.
Majapahit
Majapahit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293
hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan
lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di
Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya
masih diperdebatkan.[3]
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 58
Senin, 16 Maret 2009
Daftar isi
[sembunyikan] [sembunyikan]
1 Historiografi
2 Sejarah
o
3 Kebudayaan
o
3.1 Ekonomi
4 Raja-raja Majapahit
5 Warisan sejarah
5.2 Arsitektur
5.3 Persenjataan
6.4 Film/Sinetron
7 Referensi
8 Lihat pula
9 Pranala luar
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 59
Senin, 16 Maret 2009
1. Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber
utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa
Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.[6] Pararaton terutama menceritakan Ken
Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai
terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang
ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu,
hal yang terjadi tidaklah jelas.[7] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno
maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[7]
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal
bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C.
Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti
supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.[8] Namun demikian, banyak pula sarjana
yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan
dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang
tampak cukup pasti.[5]
2.Sejarah
2.1 Berdirinya Majapahit
rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan
Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut
karena mereka berada di teritori asing.[11][12] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka
untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam
bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan
dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa
orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak
melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa
mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang
terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah
kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum
mati.[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala
Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni
memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak
perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah
tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia
diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
2.2 Kejayaan Majapahit
Terakota wajah yang dipercaya
sebagai potret Gajah Mada.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 61
Senin, 16 Maret 2009
3 Kebudayaan
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 62
Senin, 16 Maret 2009
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar
keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja
Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa,
maupun Wisnu. Nagarakertagama tidak menyebut keberadaan Islam, namun tampaknya ada
anggota keluarga istana yang beragama Islam pada waktu itu[14].
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah
yang paling ahli menggunakannya[17]. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris
dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata.
Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi
Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.
3.1 Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan[14]. Majapahit memiliki
pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota
kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[18].
Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah
lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas,
perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak,
timah putih, timah hitam, dan tembaga[19]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan
Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana
raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
3.2 Struktur pemerintahan
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak
berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan
ia memegang otoritas politik tertinggi.
3.2.1 Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para
putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan
kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 63
Senin, 16 Maret 2009
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang
bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat
pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang
disebut Bhattara Saptaprabhu.
3.2.2 Pembagian wilayah
Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah, yang disebut Paduka Bhattara.
Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan
penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pertahanan kerajaan di wilayahnya masing-masing.
Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi
menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah
bawahan tersebut yaitu:
Daha
Kahuripan
Jagaraga
Keling
Kabalan
Kelinggapur
a
Kemban
g Jenar
Matahun
Pajang
Singhapura
Wengker
Tanjungpur
a
Wirabumi
Tumapel
4 Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara
pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan
oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok[7].
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
5. Warisan sejarah
Legitimasi politik
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia.
Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab
Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa
serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 65
Senin, 16 Maret 2009
5.3 Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan
keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan
pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak
masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah
keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa
ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.
5.4 Pencak silat
Meskipun tidak ada bukti tertulis, banyak perguruan pencak silat di Nusantara mengklaim
memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit. Sebagai suatu rezim ekspansionis, tentara
Majapahit dapat diduga memiliki kemampuan bertempur yang lebih handal daripada bawahanbawahannya.
Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar
"Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga
Majapahit bernama Panji Koming.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 66
Senin, 16 Maret 2009
4 .Persebaran Hindubudhha
Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke
Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara
dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang
merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia
Tenggara berikut ini:
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 67
Senin, 16 Maret 2009
Pada abad 1 Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi
beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India
melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan
India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya
budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.
Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia,
tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang
proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan
Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai
daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang
(Sumsel).
Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5
Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara)
di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Dari penjelasan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda
belumpaham, baca kembali uraian materi tersebut, dan kemudian lanjutkan menyimak uraian
materiselanjutnya!
Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu
antara lain:
1. Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke
Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
2. Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang
membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit,
karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang
kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan
di Indonesia.
3. Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 68
Senin, 16 Maret 2009
masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana
yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana
tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja
datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan
waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa
sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun
menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh
menyebrangi laut.
Dari kebenaran maupun kelemahan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, masuknya
agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana yang tidak kolot atas undangan
raja dan orang Indonesia yang belajar ke India.
Dengan adanya penyebaran agama Hindu tersebut maka mendorong orang-orang Indonesia
untuk menambah ilmunya mempelajari agama Hindu di India sekaligus berziarah ke
tempattempat
suci. Dan sekembalinya dari India tersebut, maka orang-orang tersebut dapat
menyebarkan agama Hindu dengan bahasa mereka sendiri, dengan demikian agama Hindu
Lebih cepat dan mudah tersebar di Indonesia.
ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda, silakan tulis 5 kata bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa Sansekerta, kemudian dapat Anda kumpulkan pada Guru bina Anda,
selanjutnya Anda simak uraian materi selanjutnya.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu
bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti
Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk
perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M.
Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa,
tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi)
dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo
(Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk
selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
2. Religi/Kepercayaan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah
masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun
temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang
keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai
Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan
Wisnu jadi satu).
Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan
terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada
masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta),
kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan
kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak
sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan
untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya, Anda dapat melanjutkan pada uraian
materi wujud akulturasi berikutnya.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun
saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,
maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? kalau Anda sudah paham,
silahkan Anda isi tabel 1.2 dengan tahun saka prasasti peninggalan Sriwijaya berikut ini
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 71
Senin, 16 Maret 2009
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi.
Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi
keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,
karena Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar
teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang
memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan
dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,
yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi
sebagai tempat pemujaan.
Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi
tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama
dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan
orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang
dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah
melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang
disebut dengan Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh
nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari
adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat
pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares
merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 72
Senin, 16 Maret 2009
Untuk memperjelas pemahaman Anda, silahkan Anda simak gambar 1.2 candi Hindu berikut ini.
Gambar 1.2. adalah gambar candi juga salah satu peninggalan kerajaan Singosari
yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun
1248 - 1268.
Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak
dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi,
di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah
raja Wisnuwardhana).
Dari penjelasan tersebut di atas, apakah Anda sudah
memahami? Kalau Anda sudah
paham, simaklah urutan materi berikutnya.
Untuk candi yang bercorak Budha fungsinya sama dengan di
India yaitu untuk memuja
Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa,
maka untuk memperjelas
pemahaman Anda simak gambar 1.3. candi Budha berikut
ini .
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa
merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian
seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya
mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya
tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi dalam peralatan hidup dan teknologi
yang terlihat pada bangunan candi, kalau Anda sudah paham simak uraian akulturasi
berikutnya.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni
pertunjukan .
Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar
timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita
yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha. Contoh dapat Anda
amati gambar 1.4.
berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah
disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,
tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan
seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang
disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa,
melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera
dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang.
Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa.
Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan
lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya
India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera
misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna
adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam
lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu
Anda pahami dari seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya
India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya
Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami uraian materi wujud akulturasi Kebudayaan
Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisastersebut
seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Indonesia dengan Kebudayaan India, maka simaklah ikhtisar dari wujud akulturisastersebut
seperti pada tabel 1.3 berikut ini.
Xzc
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 75
Senin, 16 Maret 2009
HINDU-BUDDHA KELOMPOK 1 76
Senin, 16 Maret 2009