Você está na página 1de 43

REVIEW ANATOMI FISIOLOGI SISTEM

PENCERNAAN PADA ANAK

MAKALAH

Oleh
Putri Mareta Hertika
NIM 122310101014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2014

REVIEW ANATOMI FISIOLOGI SISTEM


PENCERNAAN PADA ANAK

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIIB
dengan dosen: Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes

Oleh:
Putri Mareta Hertika
NIM 122310101014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang
pencernaan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan
yang dibutuhkan bagi tubuh.
Struktur Histologi Umum Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas
4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
1. Lapisan mukosa terdiri atas:
a) epitel pembatas;
b) lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan
pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang
mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid;
c) muskularis mukosae.
2. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh
darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), danm
kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:
a) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan
menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen),
umumnya tersusun melingkar (sirkuler), pada sublapisan luar, kebanyakan
memanjang (longitudinal).
b) kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang
terletak antara 2 sublapisan otot;
c) pembuluh darah dan limfe.
4. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas:
a) jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa;
b) epitel gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:
1.

Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran


dan jaringan tubuh.

2.

Mempermudah transpor dan pencernaan makanan

3.

Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada


lapisan ini selain menghasilkan mukus juga berperan dalam pencernaan atau
absorpsi makanan.
Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan

submukosa

sebagai

sistem

pertahanan

tubuh

atau

pelindung

dari

infeksi

mikroorganisme dari invasi virus dan bakteri. Muskularis mukosae dan lapisan otot
untuk pergerakan lapisan mukosa secara independen (otonom) dari pergerakan saluran
pencernaan lain, sehingga meningkatkan kontak dengan makanan. Kontraksi lapisan
mukosa mendorong (peristaltik) dan mencampur makanan (segmentasi) dalam saluran
pencernaan. Pleksus-pleksus saraf mengatur kontraksi muskuler ini, yang membentuk
gangglia parasimpatis. Banyaknya jala-jala serabut pre- dan postganglionik sistem saraf
otonom dan beberapa serabut-serabut sensoris viseral dalam ganglia in memungkinkan
komunikasi diantara mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan menerima banyak
persyarafan dari sistem saraf otonom memberikan penjelasan anatomik akan besarnya
pengaruh gangguan emosi pada saluran pencernaan, suatu fenomena yang penting pada
pengobatan psikosomatis.
Rongga Mulut
Rongga mulut (pipi) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap mulut
tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya diliputi oleh epitel
gepeng berlapis. Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang menuju ke bawah dari
batas tengah palatum lunak.
Lidah
Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa.
Serabut- serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok
dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan
bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler,
diliputi oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah
merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan
fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.
1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat
banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung
puting kecap (reseptor).

2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai


tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting
pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di
sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.
3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang
pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.
4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya
pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah V
pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner)
mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masingmasing papila. Susunan yang menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan
yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papila
ini. Aliran sekresi ini penting untuk menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar
puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan memproses rangsangan
pengencapan yang baru. Selain kelenjar-kelenjar serosa yang berkaitan dengan
jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil yang tersebar di
seluruh dinding rongga mulut lain, seperti epiglotis, pharynx, palatum, dan
sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap.
Pharynx
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan
pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx dibatasi
oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan
yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks
bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan
sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak kelenjar-kelenjar
mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
Oesofagus
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang
mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri

sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada
ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang
dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang
terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel
pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung
secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi kardia, korpus, fundus, dan pylorus.
Daerah Kardia
Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina proprianya
mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan sering
mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-kelenjar
ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan mengandung
(dan mungkin sekresi) enzim lisosom.
Korpus dan Fundus
Lamina mukosa tersusun atas 6 jenis sel yaitu.
1. Sel-sel mukus istmus terdapat dalam bagian atas kelenjar pada daerah peralihan
antara leher dan gastric pit. Sel-sel ini mengsekresi mukus netral yang
membatasi dan melindungi permukaan lambung dari asam.
2. Sel parietal (oksintik) terutama terdapat pada bagian setengah atas kelenjar dan
tersisip antara sel-sel mukus leher. Sel parietal merupakan sel bulat atau
piramidal dengan inti sferis di tengah dan sitoplasma yang jelas eosinofilik. Selsel parietal menghasilkan asam klorida (HCl) yang terdapat dalam getah
lambung. Pada kasus gastritis atrofikans, sel parietal dan chief cells keduanya
jumlahnya berkurang, dan getah lambung mempunyai sedikit atau tidak
mempunyai aktivitas pepsin. Asam yang disekresi berasal dari klorida-klorida
yang terdapat dalam darah di tambah kation (H+) yang berasal dari kerja suatu
enzim-anhidrase karbonat. Anhidrase karbonat bekerja pada CO2 untuk

menghasilkan asam karbonat, yang berdisosiasi menjadi bikarbonat dan satu H+.
Kedua kation dan ion klorida secara aktif ditanspor melalui membran sel
sedangkan air akan berdifusi secara pasif mengikuti perbedaan tekanan osmotik.
3. Sel mukus leher terdapat dalam kelompokkan atau sel-sel tunggal antara sel-sel
parietal dalam leher kelenjar gastrik. Sekret sel mukus leher adalah mukus asam
yang kaya akan glikosaminoglikans.
4. Chief cells (sel zimogenik) mensintesis dan mengeluarkan protein yang
mengandung enzim inaktif pepsinogen. Bila granula pepsinogen dikeluarkan ke
dalam lingkungan lambung yang asam, enzim diubah menjadi enzim proteolitik
yang sangat aktif yang disebut pepsin.
5. Sel-sel argentafin juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya
terhadap garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit dan
terletak pada dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik. Fungsi mereka
sebenarnya masih merupakan spekulasi (belum jelas).
6. Sel-sel endokrin lain yang dapat digolongkan sebagai sel-sel APUD (amine
precursor uptake and decarboxyllation) menghasilkan hormon Gastrin.
Pilorus
Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim
lisosim. Diantara sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang
berfungsi mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran
asam lambung oleh kelenjar-kelenjar lambung. Muskularis mukosae lambung terdiri
atas 2 atau 3 lapisan otot yang tegak lurus menembus ke dalam laminan propria.
Apabila otot berkontraksi akan mengakibatkan lipatan pada permukaan dalam organ
yang selanjutnya akan menekan kelenjar lambung dan mengeluarkan sekretnya.
1. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh-pembuluh
darah dan limfe dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfoid dan mast cells.
2. Muskularis eksterna terdiri atas serabut-serabut spiral yang terletak dalam 3
arah utama: lapisan eksterna adalah longitudinal, lapisan tengah adalah sirkular,
dan lapisan interna adalah miring.
3. Lapisan serosa adalah tipis dan diliputi oleh mesotel.

Pergantian (turnover) Mukosa Lambung


Selain untuk mengganti sel-sel epitel yang mengelupas setiap hari, membran
mukosa lambung dapat mengalami regenerasi bila cedera. Aktivitas mitosis terutama
dilakukan oleh sel-sel leher kelenjar. Kecepatan pembaharuan selsel epitel ini sekitar 5
hari. Epitel pembatas lambung hidupnya singkat, dan sel-sel terus menerus mengelupas
dalam lumen. Sel-sel ini dengan lambat berdiferensiasi menjadi sel partietal dan chief
cells (sel zimogenik).
Usus Halus
Usus halus relatif panjang kira-kira 6 m dan ini memungkinkan kontak yang
lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan
dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum,
jejunum, dan ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan
permanen
yang disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat
lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan
kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjarkelenjar intestinal
mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus
halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks
(absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
1. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal
yang mengalami spesialisasi yang dinamakan striated border yang tersusun
atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena
sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated
border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini
terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida,
sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim
dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya.
Fungsi sel toraks usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zatzat sari-sari
yang dihasilkan dari proses pencernaan.
2. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit
dalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan

glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa


pembatas usus halus.
3. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel
eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan
memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus.
4. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara
lain: sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan
pankreas dan bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi
kandung empedu dan sekresi enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem
pencernaan diregulasi oleh sistem saraf dan hormon-hormon peptida.
Lamina propria sampai serosa
Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh
darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di bawah membrana
basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag,
membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina propria menembus ke dalam inti
vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan penyambung,
miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak PEYERI (Peyers path).
Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa
bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar
duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk
menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam
getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang
menghambat sekresi asam klorida lambung. Disamping kelenjar duodenum, submukosa
usus halus sering mengandung nodulus limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini
membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
Pembuluh dan saraf usus halus
Pembuluh darah yang memberi makan usus halus dan berperanan menyingkirkan
hasil-hasil pencernaan yang diabsorpsi menembus lapisan otot dan membentuk pleksus
yang luas dalam submukosa. Dari submukosa, cabangcabangnya meluas ke lapisan otot,
lamina propria, dan vili. Tiap-tiap vilus menerima, menurut ukurannya, satu cabang atau
lebih yang membentuk jala-jala kapiler tepat di bawah epitel. Pada ujung vili, terbentuk

satu venula atau lebih dari kapiler-kapiler tersebut dan berjalan dengan arah yang
berlawanan, mencapai venavena pleksus submukosa. Pembuluh-pembuluh limfe usus
halus mulai sebagai tabung buntu dalam inti vili. Struktur ini, di samping lebih besar
dari kapiler darah, sukar ditemukan karena dindingnya seringkali kolaps. Pembuluhpembuluh ini berjalan ke daerah lamina propria di atas muskularis mukosae, di mana
mereka membentuk pleksus. Dari sisni mereka menuju ke submukosa, dimana mereka
mengelilingi nodulus limfe. Pembuluh-pembuluh ini beranastomosis dengan cepat dan
meninggalkan usus halus bersama dengan pembuluh darah. Persarafan usus halus
terutama dibentuk oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Komponen intrinsik dibentuk oleh
kelompokan neuron-neuron yang membentuk pleksus mesenterikus (Auerbach),
terdapat antara lapisan otot luar longitudinal dan lapisan otot dalam yang sirkuler dan
pleksus submukosa (Meissner) dalam lapisan submukosa. Pleksus-pleksus mengandung
beberapa nauron sensoris yang menerima informasi dari ujung-ujung saraf dekat lapisan
epitel dan dalam lapisan otot polos mengenai susunan isi usus halus (kemoreseptor) dan
dinding usus halus (mekanoreseptor). Sel-sel saraf lain adalah efektor dan mempersarafi
lapisan otot dan sel-sel yang mengsekresi hormon. Persarafan intrinsik yang dibentuk
oleh pleksus-pleksus ini bertanggung jawab akan kontrkasi usus halus yang terjadi pada
keadaan di mana persarafan ekstrinsik tidak ada sama sekali (total). Persarafan
ekstrinsik dibentuk oleh serabut-serabut saraf kolinergik parasimpatis preganglionik
yang merangsang aktivitas otot polos usus halus dan oleh serabutserabut saraf
adrenergik simpatis postganglionik yang menekan aktivitas otot polos usus halus.
Histofisiologi
Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabrsorpsi.
Pencernaan lipid terutama terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Pada
manusia, sebagian besar absorpsi lipid terjadi dalam duodenum dan jejenum bagian
atas. Asam-asam amino dan monosakarida yang berasal dari pencernaan protein dan
karbohidrat diabsorpsi olah sel-sel epitel oleh transport aktif tanpa korelasi morfologis
yang dapat dilihat. Proses lain yang mungkin penting akan fungsi usus halus adalah
pergerakan berirama vili. Ini akibat kontraksi dari 2 sistem sel yang terpisah. Sel-sel
otot polos berjalan vertikal antara muskularis murkosae dan ujung vili dapat
berkontrkasi dan memeprpendek vili.

Usus Besar
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya
(rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan
mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air
2. pembentukan massa feses
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak
sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan
serosa ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa
appendices epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai
sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang
anus mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria
mengandung pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami
varikosa mengakibtakan hemoroid.
Sel-sel endokrin saluran pencernaan.
Saluran pencernaan mengandung sel-sel pembentuk polipeptida endokrin (hormon)
berikut: sekretin, glukagon, somatostatin, dan peptida menghambat lambung. Hormon
kolesistokinin yang dihasilkan oleh mukosa usus halus dan secara fisiologis penting
untuk merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi pankreas. Aktivitas sistem
pencernaan diawasi oleh sistem saraf dan diatur oleh sistem hormon-hormon.
Kelenjar Pencernaan
1.

Kelenjar Saliva
Disamping kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di seluruh rongga mulut, terdapat 3

pasang kelenjar saliva yang besar; kelenjar parotis, submandibularis (submaxilaris), dan
sublingualis. Kelenjar saliva tersusun atas unit-unit morfologik dan fungsional yang
dinamakan adenomer. Suatu adenomer memiliki bagian sekretoris yang terdiri atas selsel glandularis. Dekat basis sel sekretoris dan duktus interkalaris terdapat sel-sel otot
polos yang disebut mioepitel. Kelenjar saliva yang besar tidak semata-mata kelompokan
adenomer tetapi mengandung unsur-unsur lain seperti jaringan penyambung, pembuluh
darah dan limfe, dan saraf-saraf. Saluran yang terdapat dalam lobulus dinamakan duktus

intralobularis-bergabung menjadi duktus ekstralobularis. Fungsi kelejar saliva adalah


membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya, memulai pencernaan makanan,
menyelenggarakan eksresi zat-zat tertentu seperti urea dan tiosianat, dan mereabsorpsi
natrium dan mengeksresi kalium. Fungsi utama pankreas adalah menghasilkan enzimenzim pencernaan yang bekerja dalam usus halus dan mengeksresi hormone insulin dan
glukagon ke dalam aliran darah. Hati menghasilkan empedu suatu cairan penting dalam
pencernaan lemak; memegang peranan penting pada metabolisme lipid; karbohidrat,
dan protein menginaktifkan dan memetabolisme banyak zat-zat tostik dan obat-obatan;
dan peranan dalam metabolisme besi dan sintesis protein-protein darah dan faktorfaktor
yang dibutuhkan untuk koagulasi darah. Kandung empedu mengabsorpsi air dari
empedu

dan

menyimpan

empedu

dalam

bantuk

pekat.

Struktur

kelenjar

submandibularis (submaxilaris). Pada bagian sekretoris,


asini terdiri atas sel-sel piramid rosa dan mukosa dan tubulus-tubulus dari sel-sel
mukosa. Pada sel-sel surosa, inti eukromatik dan bulat, dan pada basal sel terdapat
penimbunan reticulum endoplasma granular (ergastoplasma). Apkes sel terisi oleh
granula sekresi prot ceous. Inti sel-sel mukosa gepeng dengan kromatin yang dapat
padat terletak dekat basal sel; mereka tidak mempunyai ergoplasama, dan mempunyai
granula-granula sekresi yang nyata. Duktus interkalaris pendek dan dibatasi oleh epitel
kubis. Sel ini bercorak terdiri atas sel-sel toraks dengan sifat sel yang mentransfer ion,
seperti invaginasi membran basalis dan penimbunan mitokondria.
a) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar asinosa bercabang, bagian sekretorisnya terdiri
atas sel-sel seromukosa. Granula-granula sekresinya kaya akan protein dan
memiliki akitivitas amylase.
b) Kelenjar Submandibularis (Submaxilaris)\
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner bercabang. Bagian
sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-sel seromukosa
mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah. Selsel pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi
enzim lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.

c)

Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.

Histofisiologi kelenjar saliva


Fungsi saliva adalah membasahi dan melumasi makanan dilakukan oleh air dan
glikoprotein. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%),
submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Amilase saliva berperan dalam
pencernaan amilum (karbohidrat). Pencernaan ini mulai dalam mulut, tetapi juga
berlangsung dalam lambung sebelum getah lambung mengasamkan makanan, dengan
demikian sangat mengurangi aktivitas amilase. Sekresi saliva diregulasi oleh sistem
saraf simpatis dan parasimpatis, keduanya mempunyai ujung-ujung saraf dalam
kelenjar-kelenjar tersebut. Simpatis menghambat parasimpatis memacu.
Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas pulau
Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka
disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki
sifat memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim
selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi.
Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut
sebagai peranan dalam metabolisme besi dan sintesis protein-protein darah dan faktorfaktor yang dibutuhkan untuk koagulasi darah. Kandung empedu mengabsorpsi air
dari empedu dan menyimpan empedu dalam bantuk pekat. Struktur kelenjar
submandibularis (submaxilaris). Pada bagian sekretoris, asini terdiri atas sel-sel piramid
rosa dan mukosa dan tubulus-tubulus dari sel-sel mukosa. Pada sel-sel surosa, inti
eukromatik dan bulat, dan pada basal sel terdapat penimbunan reticulum endoplasma
granular (ergastoplasma). Apkes sel terisi oleh granula sekresi prot ceous. Inti sel-sel
mukosa gepeng dengan kromatin yang dapat padat terletak dekat basal sel; mereka tidak
mempunyai ergoplasama, dan mempunyai granula-granula sekresi yang nyata. Duktus
interkalaris pendek dan dibatasi oleh epitel kubis. Sel ini bercorak terdiri atas sel-sel
toraks dengan sifat sel yang mentransfer ion, seperti invaginasi membran basalis dan
penimbunan mitokondria.

1.

Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar asinosa bercabang, bagian sekretorisnya terdiri
atas sel-sel seromukosa. Granula-granula sekresinya kaya akan protein dan
memiliki akitivitas amylase.

2.

Kelenjar Submandibularis (Submaxilaris)


Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner bercabang. Bagian
sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-sel seromukosa
mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah. Selsel pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi
enzim lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.

3.

Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.

Histofisiologi kelenjar saliva


Fungsi saliva adalah membasahi dan melumasi makanan dilakukan oleh air dan
glikoprotein. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%),
submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Amilase saliva berperan dalam
pencernaan amilum (karbohidrat). Pencernaan ini mulai dalam mulut, tetapi juga
berlangsung dalam lambung sebelum getah lambung mengasamkan makanan, dengan
demikian sangat mengurangi aktivitas amilase. Sekresi saliva diregulasi oleh sistem
saraf simpatis dan parasimpatis, keduanya mempunyai ujung-ujung saraf dalam
kelenjar-kelenjar tersebut. Simpatis menghambat parasimpatis memacu.
Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas pulau
Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka
disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki
sifat memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim
selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi.
Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut
sebagai granula prozimogen. Granula sekresi yang matang (granula zimogen), melekat
pada membran dan terkumpul pada bagian apical (ujung) sel. Bagian eksokrin pankreas
manusia mensekresikan:

a) Air
b) ion-ion: bikarbonat.
c) enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan amilase.
d) proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon sekretin dan kolesistokinin
(dahulu dinamakan pankreoenzim) yang dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi
pankreas.
1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya
akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion. Hasil
sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan yang baru
dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat berfungsi
pada batas pH netral optimalnya.
2. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan
enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-granula
zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim.
Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga
abdomen di bawah diafragma. Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal dari
vena porta. Melalui vena porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati
kecuali asam lemak, yang ditranspor melalui pembuluh limfe.
Lobulus Hati
Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut hepatosit. Sel-sel epitel ini berkelompok
dan saling berhubungan dalam susunan radier (menjari) membentuk suatu bangunan
yang disebut lobulus hati. Pada hewan tertentu (misalnya babi), lobulus satu dengan
lainnya dipisahkan oleh lapisan jaringan penyambung. Celah portal, terdapat pada
sudut-sudut polygon hati (lobulus hati) dan diduduki oleh segitiga portal (trigonum
portal). Segitiga porta hati manusia mengandung venula (cabang dari vena portal); dan
arteriol (cabang dari arteria hepatica); duktus biliaris (bagian dari sistem saluran
empedu); dan pembuluhpembuluh limfe. Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel hati.
Sinusoid merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu

lapisan sel-sel endotel yang tidak utuh (kontinyu). Sinusoid mempunyai pembatas yang
tidak sempurna dan memungkinkan pengaliran makromolekul dengan mudah dari
lumen ke sel-sel hati dan sebaliknya. Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh
venula-venula dalam, cabang-cabang terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan
mereka berjalan ke arah pusat, di mana mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada
sinusoid juga mengandung sel-sel fagosit yang dikenal sebagai sel Kupffer. Kanalikuli
empedu dapat diantara sel-sel hati. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang
berdekatan oleh celah subendotel yang dikenal sebagai celah Disse, yang sebenarnya
merupakan kolagen dan lamina basalis bebas.
Suplai Darah Hati
Sirkulasi darah ke dan dari hati terjadi sebagai berikut:
1.

Sistem vena porta hepatica (VPH)


Sistem VPH ini berperan membawa darah dari usus ke hati, dengan demikian darah

ini banyak mengandung sari-sari makanan.


a) Vena porta bercabang-cabang menjadi venula interlobularis, mengalir ke
sinusoid-sinusoid, membentuk vena centralis. Pembuluh ini mempunyai dinding
tipis yang hanya terdiri atas sel-sel endotel yang disokong oleh serabut-serabut
kolagen tipis. Sejumlah sinusoid pada dinding vena sentralis mengumpulkan
darah dari sinusoid-sinusoid sekitarnya.
b) Vena sentralis meninggalkan lobulus pada basisnya dengan bersatu ke dalam
vena sublobularis yang lebih besar, menjadi bersatu, membentuk vena hepatica
atau lebih yang berakhir pada vena cava inferior.
2.

Sistem arteri
Sistem arteri hepatica memberi darah yang banyak mengandung oksigen
(oksigenated) ke hepatosit. Arteri hepatica bercabang menjadi arteri Interlobularis,
sebagian memperdarahi struktur-struktur saluran portal dan lainnya berakhir
langsung dalam sinusoid-sinusoid, sehingga mempermudah pencampuran darah
arteriel dan darah venosa porta. Oleh karena itu darah mengalir dari perifer ke pusat
lobulus hati. Akibatnya, metabolit-metabolit dan semua zat-zat toksit atau nontoksit
lain yang diabsorpsi dari usus mula-mula mencapai sel-sel perifer dan kemudian
sel-sel tengah lobulus.

Hepatosit
Sel-sel hati berbentuk polihedral, dengan 6 sudut permukaan atau lebih dan
mempunyai garis tengah kira-kira 20-30 m. Sitoplasma hepatosit bersifat eosinofilik
karena adanya mitokondria dalam jumlah besar dan sedikit retikulum endoplasma halus.
Hepatosit banyak mengandung inklusi glikogen yang merupakan depot penyimpanan
glukosa dan akan dimobilisasi apabila kadar glukosa darah turun di bawah normal.
Dengan cara ini, hepatosit mempertahankan kadar glukosa darah, metabolit utama yang
digunakan oleh tubuh.
Histofisologi dan Fungsi Hati
Sel hati merupakan sel yang paling serba guna dalam tubuh. Ia merupakan sel
dengan fungsi endokrin dan eksokrin, dan mensintesis (menyimpan) dan membongkar
zat-zat tertentu, dan mendetoksikasi. Aktivitas-aktivitas utama sel-sel hati:
1. Sintesis protein
Sel-sel hati, selain mensintesis protein untuk kebutuhannya sendiri, juga
menghasilkan berbagai protein untuk dikeluarkan plasma darah seperti: albumin,
protrombin, dan fibrinogen. Sekitar 5% protein yang dikeluarkan oleh hati
dihasilkan oleh sel-sel sistem makrofag (sel Kupffer).
2. Sekresi Empedu
Empedu merupakan sekresi eksokrin hepatosit ke dalam kanalikuli biliaris.
Empedu tersusun atas: asam-asam empedu, bilirubin, dan air. Sekresi asamasam empedu, sekitar 90% zat-zat ini berasal dari absorpsi lumen usus dan
sisnya 10% disintesis oleh hepotosit dari konyugasi asam kolat dengan asam
amino glisin dan taurin, dihasilkan asam glikokolat dan taurokolat. Asam kolat
disintesis dari kolesterol. Asam-asam empedu mempunyai fungsi penting untuk
emulsifikasi lipid dalam duodenum sehingga mempermudah pencernaan oleh
lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Bilirubin dibentuk oleh sistem
makrofag (termasuk sel Kupffer), bilirubin hidrofobik (tidak larut dalam air)
dikonyugasi dengan asam glukuronat, membentuk bilirubin glukuronida yang
larut dalam air (hidrofilik). Selanjutnya, bilirubin glukuronida disekresi ke
dalam kanalikuli biliaris.

3. Penyimpanan metabolit-metabolit.
Lemak dan karbohidrat disimpan dalam hati dalam bentuk lemak dan glikogen.
Hati juga berperanan sebagai tempat penyimpanan utama vitamin-vitamin.
4. Fungsi metabolik
Hepatosit juga bertanggung jawab akan perubahan lipid dan asam-asam amino
menjadi glukosa dengan proses enzimatik kompleks yang dinamakan
glukoneogenesis. Ia juga merupakan tempat utama deaminasi asam amino,
menghasilkan pembentukan urea.
5. Detoksikasi dan inaktivasi
Berbagai obat atau senyawa kimia dapat diinaktifkan oleh hepatosit melalui
mekanisme oksidasi, metilasi, dan konjugasi. Enzim-enzim yang berperan dalam
proses-proses ini diduga terutama terdapat dalam retikulum endoplasma halus
(SER). Glukuronil transferase, suatu enzim yang mengkonyugasi asam
glukuronat dengan bilirubin, menyebabkan konyugasi beberapa senyawa lain
seperti steroid, barbiturat, antihistamin, dan antikonvulsan. Konyugasi
merupakan fungsi penting retikulum endoplasma halus hepatosit.
Regenerasi hati
Walaupun merupakan organ yang sel-selnya mengalami pembaharuan yang lambat,
hati mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Kehilangan jaringan hati
akibat kerja zat-zat toksik atau pembedahan memacu sel-sel hati membelah dan hal ini
terus berlangsung sampai perbaikan massa jaringan semula tercapai. Proses regenerasi
mungkin diawasi oleh zat dalam sirkulasi yang dinamakan chalones, yang menghambat
pembelahan mitosis sel-sel tertentu. Bila suatu jaringan cedera atau dibuang sebagian,
jumlah chalones yang dihasilkan berkurang, akibatnya terjadi aktivitas pembelahan
yang hebat dalam jaringan tersebut.
Saluran Empedu
Empedu yang dihasilkan oleh sel hati mengalir melalui kanalikuli biliaris, duktulus
biliaris, dan saluran empedu kemudian bersatu membentuk duktus sistikus dari
kandungan empedu, berjalan ke duodenum sebagai duktus biliaris communis atau
duktus koledokus. Duktus hepatikus, sistikus, dan koledokus dibatasi oleh membran
mukosa yang mempunyai epitel toraks yang terdiri atas sel-sel dengan banyak
mitokondria. Lamina propria tipis dan dikelilingi oleh lapisan otot polos yang tidak ada

keistimewaannya. Lapisan otot ini mejadi lebih tebal dekat doudenum dan akhirnya
membentuk, pada bagian intrafusal, suatu sfinker yang mengatur aliran empedu.
Kandung Empedu
Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah pear berongga yang melekat
pada permukaan bawah hati. Ia berhubungan dengan duktus koledokus melalui duktus
sistikus. Dinding kandung empedu terdiri atas lapisan-lapisan berikut:
1. Lapisan mukosa yang terdiri dari atas epitel toraks dan lamina propria. Lapisan
mukosa mempunyai lipatan-lipatan yang khususnya nyata pada kandung
mepedu yang kosong. Mikrovili sering terdapat pada daerah apikal. Dekat
duktus sistikus, epitel mengalami invaginasi ke dalam lamina propria,
membentuk kelenjar tubulo-asiner dengan lumen yang luas. Sel-sel kelenjar ini
mempunyai sifat sel yang mengsekresi mukus dan bertanggung jawab akan
pembentukan mukus yang terdapat dalam empedu.
2. Lapisan otot polos tipis dan tidak teratur. Lapisan jaringan penyambung yang
tebal menghubungkan permukaan superior kandung empedu ke hati. Permukaan
yang berlawanan diliputi oleh lapisan serosa khas, peritoneum.
3. Lapisan jaringan penyambung perimuskuler yang berkembang baik dan
4. Membran mukosa.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan empedu dan memekatkannya
dengan mereabsorpsi airnya. Reabsorpsi air dianggap merupakan akibat osmotik pompa
natrium. Karena ion natrium dan klorida ditranspor dalam jumlah yang sama, terbukti
tidak adanya selisih potensial antara ke 2 permukaan organ tersebut. Natrium klorida
dan air menembus membran apeks sel dan berjalan ke lateral menuju celah intersel dan
dari sini ke pembuluh darah lamina propria. Kontraksi otot polos kandung empedu di
rangsang oleh kolesistokinin, suatu hormon yang dihasilkan dalam mukosa usus halus.

PROSES METABOLISME TUBUH


Metabolisme adalah penyedian energi dari rangkaian reaksi biokimia yang rumit
yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam
sel. Reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi
penggunaan energi (katabolisme). Berawal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh
kita lewat mulut. Makanan yang kita makan adalah makromolekul (karbohidrat, protein,
lemak). Padahal yang diperlukan tubuh kita adalah senyawa yang paling sederhana
(seperti glukosa, asam amino, gliserol dan asam amino) untuk menjalani metabolisme di
dalam sel menghasilkan energi.
Absorbsi makanan ini berlangsung antara tiga sampai enam jam setalah makanan
masuk

dalam

perut,

tergantung

jumlah

dan

kandungan

makanan

yang

dikonsumsi. Bahan makanan yang diproses pada sistem pencernaan di lambung menjadi
seperti bubur. Makanan yang kita makan masih dalam bentuk molekul kompleks seperti
karbohidrat polisakarida, protein, dan lemak akan didigesti di saluran cerna. Kemudian
masuk ke usus halus menjadi molekul sederhana seperti glukosa, asam amino, asam
lemak, dan gliserol untuk diserap bahan-bahan makanan tersebut yang selanjutnya
masuk ke sistem peredaran darah, menuju ke sistem otot. Setelah mengonsumsi
makanan, kadar glukosa, lemak, dan asam amino dalam darah akan meningkat. Kondisi
ini direspons oleh otak dengan mengirim sinyal pankreas untuk memproduksi hormon
insulin (hormon anabolik). Insulin kemudian dibawa aliran darah ke sel atau organ
target (terutama otot dan hati) yang memiliki reseptor terhadap insulin.
Interaksi insulin dan reseptornya mengakibatkan glukosa darah dapat masuk ke
dalam sel melalui transpor glukosa, sehingga glukosa dalam darah dari proses absorbsi
terangkut dan dapat dimanfaatkan oleh sel dalam

proses katabolisme untuk energi

aktivitas tubuh manusia. Glukosa selanjutnya dioksidasi menjadi energi dan disimpan
dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi, terutama di sel-sel otot. Glukosa dari
karbohidrat yang digunakan sebagai energi (katabolisme) untuk aktivitas, jika sisa maka
akan disimpan. Semakin banyak sisa glukosa maka akan menyebabkan kadar
gula/glukosa tinggi. Sedangkan lemak dari makanan akan terus disimpan dalam otot
tubuh, selama asupan karbohidrat atau glukosa masih ada, maka lemak tidak banyak
digunakan.

YANG MEMPENGARUHI STATUS NUTRISI


Ada 2 faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu faktor Eksternal dan
faktor Internal.
A. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1) Pendidikan dan pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut. Selain itu, banyak
faktor ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif, khususnya pendapatan
dan kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk
membicarakan kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak
dan perampokkan. Tingkat pendidikan juga termasuk dalam factor ini. Tingkat
pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya
pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat
meningkatkan daya beli makanan (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat,
2007). Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang
baik.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga (Markum, 1991).
3) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan,
seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang
sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur
tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2007).

B. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain.
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan,
karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan
cepat (Suhardjo, et, all, 1986)
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986
dalam creasoft.wordpress.com).

ASKEP PADA ANAK DENGAN STOMATITIS

Pengkajian
1) Identitas Pasien
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih
cenderung pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau
mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
2) Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama rasa nyeri di mulut
2. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan pasta gigi, penyakit
yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam,
mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12 dan
mineral.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
sehingga lebih mudah terkena stomatitis.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR
(Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan
untuk mengalami SAR juga.
5. Pengkajian Psikososial :sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan
penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas: lingkungan yang panas, dan sanitasi
yang buruk.
7. Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya
mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.

8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :


a) Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi
fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang (energi/kalori yang
diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan).
b) Penurunan berat badan biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang.
4) Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:
a) Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak
kunjung sembuh, namun keluarga psien tidak mengetahui bagaimana cara
mengatasinya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12,
mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk
c) Pola eliminasi
Pasien tidak mengalami gangguan eliminasi miksi dan defekasi.
d) Pola aktivitas dan latihan
Ketika melakukan aktivitas, pasien biasanya mengalami gangguan akibat nyeri
yang di rasa sehingga pasien akan rewel.
e) Pola istirahat dan tidur
Pasien mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan.
f)

Pola persepsi dan kognitif


Pasien merasa lebih tengan apabila berada ditengah keluarga terutama ibu yang
peduli pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila ditinggal keluarga.

g) Pola konsep diri


Pasien merasa ragu-ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara
dengan jelas akibat adanya ulserasi lokal.
h)

Pola peran dan hubungan


Hubungan sosial pasien dengan orang disekitarnya tidak kooperatif, pasien
lebih banyak menangis dan rewel.

i)

Pola seksualitas dan reproduksi


Pasien tidak mengalami kelainan apapun.

j)

Pola keyakinan dan nilai


Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien

5) Pemeriksaan fisik
a) B1 (Breath) : Bau nafas, RR normal
b) B2 (Blood) : Hemorrhage (perdarahan) akibat kerusakan membrane mukosa oral,
resiko kekurangan volume darah.
c) B3 (Brain) : Nyeri
d) B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi
dehidrasi akibat intake cairan yang kurang
e) B5 (Bowel) :
1) Mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu
sensasi rasa luka atau terbakar (khususnya melibatkan lidah)
2) Hipersalivasi
3) Perubahan kulit mukosa oral, tampak bengkak dan kemerahan (hiperemi)
B6 (Bone) : Kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang
kurang
Diagnosa Keperawatan
No.

Diagnosa Keperawatan

1.

Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa), malaise

2.

Resiko infeksi yang berhubungan dengan pejamu yang rentan dan agen
infeksius

3.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan nyeri pada mukosa mulut

4.

Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan anak yang


menderita penyakit akut

5.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang penyakit stomatitis

6.

Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan isolasi dari teman


sebaya

Rencana Asuhan Keperawatan


No.

1.

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawata

Kriteria

Hasil

Intervensi

1. Kaji

Rasional

Nyeri

Setelah

tingkat

berhubungan

dilakukan

dengan lesi

tindakan

(kerusakan

keperawatan

membran

selama 3x24

makanan

mukosa),

jam,

nyeri

tidak

malaise

pada

klien

merangsang,

1.

nyeri

Mengetahui

skala

tingkat nyeri yang


dialami klien

2. Berikan

2.
yang

seperti makanan

berkurang

yang

atau

mengandung zat

dengan
kriteria hasil:

yang

merangsang

dapat

menimbulkan nyeri

dapat

hilang

Makanan

kimia
3. Hindari

1. Hilangnya

makanan

3. Makanan yang terlalu


yang

panas

dan

terlalu

rasa sakit

terlalu

panas

dingin,

dapat

dan perih

dan

terlalu

menyebabkan

nyeri

di mukosa

dingin

mulu

atau ngilu

4. Hindari

pasta

4. Pasta gigi yang

gigi

yang

merangsang dapat

2. Lesi
berkurang

merangsang

menimbulkan

dan

timbulnya nyeri

nyeri di bagian

berangsur

yang sariawan

sembuh
3. Membran
mukosa

5.

Hindari

oral

pada

lembab

saat

4. Tidak
bengkak

luka
mulut

menggosok
gigi atau saat

5. Luka tidak tergesek


oleh

benda

atau

makanan yang dapat


memperparah luka

dan

menggigit

hiperemi

makana

5. Suhu
badan
normal
6. Keluarga
6. Anjurkan klien

mengetahui

pasien
akan

untuk

pentingnya

memperbanyak

kebersihan

mengkonsumsi

sehingga tidak terjadi

buah buah dan

stomatitis

sayuran

kembali

oral

terjadi

terutama
vitamin

B12,

Vitamin C dan
zat Besi

7.

Lakukan 7.

Analgesik

dan

elaborasi

kotikosteroid dapat

pemberian

mengurangi

analgesik

dan

kortikosteroid

nyeri
mengurangi
peradangan

1.

rasa
untuk

2.

Resiko

1. Tujuan:

infeksi yang

klien

1. Semakin

dini

penyakit

diketahui

adanya

berhubungan

terinfeksi

infeksi,

penyakit pada anak

dengan

penyakit

terutama pada

maka

perawatan

pejamu yang

2. Kriteria

anak yang

dapat

segera

rentan.

dilakukan

tidak

rentan dan

hasil:

agen

setelah

infeksius

dilakukan
perawatan
2x 24 jam
didapatkan
kriteria
hasil:
Anak yang
rentan
tidak
mengalami
penyakit

1. Curigai adanya

2. Identifikasi
anak

2. Menghindari

beresiko

tinggi (misalnya
anak

yang

menderita
imunodefisiensi
atau

penyakit

hemolitik) jika
penyakit
menular

dapat

membuat

fatal

bagi

mereka,

pada

kasus

ledakan
penyakit
anjurkan orang
tua

untuk

menjaga
anaknya tetap di
dalam rumah

pajanan

3. Berpartisipasi
dalam program
edukasi

dan

layanan
masyarakat
mengenai
imunisasi
profilaksis, cara
penyebaran
penyakit
menular,
penyiapan

dan

penanganan
pasokan
makanan dan air
yang

benar,

pengendalian
vektor binatang
sebagai
reservoir
penyakit (bukan
faktor

dalam

penyakit
menular

masa

kanak-kanak
tetapi
pada
infeksi

penyakit
lain

seperti malaria),
atau

program

pendeteksian
untuk

3. Salah

satu

upaya

mencegah infeksi

mengidentifikas
i

infeksi

streptokokus

3.

Resiko

Setelah

ketidakseimb

dilakukan

angan nutrisi

tindakan

kurang dari

keperawatan

kebutuhan

1. Kaji

status

nutrisi pasien

2. Beri

1. mengetahui status
nutrisi pasien

nutrisi

2. Makanan yang lunak

selama 2x24

dalam keadaan

meminimalkan kerja

tubuh

jam status

lunak,

porsi

mulut dalam

berhubungan

nutrisi

sedikit

tapi

mengunyah

dengan nyeri

terpenuhi

sering

pada mukosa

dengan

mulut

kriteria hasil:

3. Pantau

makanan
berat

badan tiap hari

1. Status

3. Mengevaluasi berat
badan yang menurun
ataupun meningkat,

nutrisi

nutrisi meningkat

terpenuhi

akan meningkatkan

2. Nafsu

berat badan

makan
klien

4. Kolaborasi

4. Adanya kalori

timbul

dengan ahli gizi

(sumber energi)

kembali

dalam

akan mempercepat

pemberian

proses

nutrisi

penyembuhan

5. Berikan

5. Dengan memberikan

informasi
tentang
makanan
sangat

informasi maka
zat-zat
yang

penting

klien akan
mengetahui
bagaimana cara

bagi

untuk tetap

keseimbangan

memenuhi

metabolisme

kebutuhan gizi dan

tubuh

nutrisinya setiap hari


agar proses
penyembuhan
berjalan dengan
cepat

4.

Perubahan

Tujuan:

1.

Informasikan

proses

setelah

kepada

keluarga

dilakukan 2x

tua

yang

24 jam

pilihan

penatalaksanaan

berhubungan

tindakan

penatalaksanaan

stomatitis.

dengan anak

keperawatan

yang

klien

menderita
penyakit akut

orang

mengenai

2. Dorong

1. Meningkatkan
pengetahuan
keluarga tentang

upaya

2. membantu

(keluarga)

keluarga untuk

perawatan

mendapatkan

melaksanakan

rumah.

dukungan

asuhan. Berikan

emosi yang

bantuan

adekuat

perlu,

jika
seperti

mendatangkan
perawat.

di

3. Jaga

agar

keluarga

tetap

3. mendorong
perilaku

optimis

keluarga

mewaspadai
kemajuan.
4. Tekankan

4. mengurangi

cepatnya

ansietas keluarga.

pemulihan.

5.

Kurangnya

Tujuan:

1.

pengetahuan

setelah

tingkat

berhubungan

dilakukan

ini

sehingga

dengan

tindakan

pemahaman,

meberikan

kurangnya

keperawatan

mengidentifi

pendidikan

informasi

2x24

kasi

kesehatan

tentang

pengetahuan

pembelajaran

tepat.

penyakit

klien adekuat

kebutuhan,

stomatitis

kriteria Hasil:

dan

klien

menyediakan

memahami

basis

informasi

pengetahuan

terkait

dari

mana

penyakit

klien

dapat

stomatitis

membuat

adanya

keputusan

jam

Memvalidasi
saat

1. Mengidentifikasi
pengetahuan pasein,
dapat

yang

perubahan
perilaku dan

.
2.

Membantu

2. Memudahkan

berpartisipasi

identifikasi

pendidikan

yang

pada program

ide,

sikap,

diberikan

oleh

perawatan

rasa

takut,

perawat.

identifikasi

kesalahpaha

dangunakan

man,

sumber

kesenjangan

informasi

dalam

yang

pengetahuan

tepat

dan

terkait

tentang

penyakit

stomatitis
3.

Tentukan

3. Persepsi

klien

persepsi

mempengaruhi

klien tentang

proses

perawatan

anak.

perawatan

stomatitis .

4.

Tanyakan
tentang

membantu

sendiri

atau

sebelumnya
pengalaman
klien

atau

pengalaman
dengan orang
lain

4. Pengalaman

yang

memiliki
riwayat
stomatitis .

adaptasi klien

proses

5.

Memberikan
informasi
yang
dan

5. Meningkatkan
pengetahuan klien

jelas
akurat

secara
faktual.
6. Media
6.

membantu

Menyediakan

meningkatkan

bahan-bahan

pengetahuan klien.

tertulis
tentang
stomatitis,
pengobatan,
dan tersedia
sistem
pendukung.
6.

Hambatan

Tujuan,

1.

interaksi

setelah

alasan

meningkatkan

sosial yang

dilakukan

pengekangan

pemahaman anak

berhubungan

tindakan

dan

terhadap

dengan

keperawatan

penerapan

pembatasan

isolasi dari

2 x 24 jam:

tindakan

teman sebaya

1. Pasien

kewaspadaan

memahami
alas

Terangkan

1. Untuk

khusus.

an

isolasi
2. pasien

2. Perbolehka
n

anak

memiliki

bermain

kesempata

dengan

masker dan

untuk

berpartisip

gaun

(jika

2.

memfasilitasi
koping yang
positif

asi dalam

digunakan)

aktivitas
yang
sesuai
3. Kriteria
hasil: anak
bergabung
dengan

3.

Selalu

3.

mengurangi

aktivitas

perkenalkan

perpisahan dan

dan

diri

menemani anak

interaksi

anak biarkan

yang

melihat

sesuai dan

wajah

teman

sebelum

sebaya

memberi

dapat

pakaian

menerima

pelindung

keadaan

bila

sakit anak

berikan

kepada

perlu

aktivitas
pengalihan
perhatian

4.

Dorong
orang

4. memberikan
tua

kesempatan

untuk selalu

kepada anak

bersama

untuk tetap

anak selama

melakukan

hospitalisasi

sosialisasi

5.

Dorong

5. mendorong

kontak

peneriamaan

dengan

teman sebaya

teman

via

telepon

(di

rumah

sakit

bisa
menggunaka
n internet)

6.

Persiapkan

6. menghindari

teman sebaya

adanya ketakutan

anak

pada perubahan

mengenai

penampilan anak.

perubahan
penampilan
fisik

seperti

keadaan fisik
akibat
terkena
stomatitis

Implementasi
No.
1.

Diagnosa
Nyeri berhubungan
dengan lesi
(kerusakan

Implementasi

Paraf

1. Telah dilakukan pengkajian tingkat


nyeri
2. Telah diberikan makanan yang

membran mukosa),

tidak merangsang, seperti makanan

malaise

yang mengandung zat kimia


3. Pasien telah menghindari makanan
yang terlalu panas dan terlalu
dingin
4. Pasien telah menghindari pasta gigi
yang merangsang timbulnya nyeri
5. Pasien

sudah

melakukan

menggosok

gigi

atau

menggigit

makanan

saat
secara

perlahan untuk menghindari luka.


6. Telah

dianjurkan

memperbanyak

klien

untuk

mengkonsumsi

buah dan sayuran terutama vitamin


B12, Vitamin C dan zat Besi
7. telah

dilakukan

pemberian

elaborasi

analgesik

dan

kortikosteroid
2. Resiko infeksi yang

1. Telah dilakukan pengkajian ketat akan

berhubungan

adanya penyakit infeksi, terutama pada

dengan pejamu

anak yang rentan.

yang rentan dan


agen infeksius

2. Telah dilakukan identifikasi terhadap


anak yang beresiko tinggi (misalnya
anak yang menderita imunodefisiensi
atau penyakit hemolitik) jika penyakit
menular dapat membuat fatal bagi

mereka, pada kasus ledakan penyakit


anjurkan orang tua untuk menjaga
anaknya tetap di dalam rumah
3. Keluarga telah berpartisipasi dalam
program edukasi dan layanan
masyarakat mengenai imunisasi
profilaksis, cara penyebaran penyakit
menular, penyiapan dan penanganan
pasokan makanan dan air yang benar,
pengendalian vektor binatang sebagai
reservoir penyakit (bukan faktor dalam
penyakit menular masa kanak-kanak
tetapi pada penyakit infeksi lain seperti
malaria), atau program pendeteksian
untuk mengidentifikasi infeksi
streptokokus
3. Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan nyeri pada
mukosa mulut

1. Telah dilakukan pengkaajian status


nutrisi pasien
2. Telah dilaukan pemberian nutrisi dalam
keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
3. Telah dilakukan pemantauan berat
badan tiap hari
4. Telah dilakukan tindakan kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian
nutrisi
5. Telah diberikan informasi tentang zatzat makanan yang sangat penting bagi
keseimbangan metabolisme tubuh

4. Perubahan proses
keluarga yang

1. Telah diInformasikan kepada orang tua


mengenai pilihan penatalaksanaan.

berhubungan

2. Keluarga telah melaksanakan asuhan

dengan anak yang

kepada klien. Berikan bantuan jika

menderita penyakit

perlu, seperti mendatangkan perawat.

akut

3. keluargatelah mewaspadai kemajuan


klien.
4. Telah

ditekankan

untuk

cepatnya

pemulihan.
5. Kurangnya

1. Telah dilakukan proses peemvalidasian

pengetahuan

tingkat

saat

ini

berhubungan

mengidentifikasi

dengan kurangnya

kebutuhan, dan menyediakan basis

informasi tentang

pengetahuan dari mana klien dapat

penyakit stomatitis

membuat keputusan .
2. Perawat

pemahaman,
pembelajaran

telah

membantu

untukmengidentifikasi ide, sikap, rasa


takut,

kesalahpahaman,

kesenjangan

dalam

dan

pengetahuan

tentang stomatitis
3. Telah ditentukan persepsi klien tentang
perawatan stomatitis .
4. Telah

ditanyakan

kliensebelumnya

pengalaman

atau

pengalaman

dengan orang lain yang memiliki


riwayat stomatitis .
5. telah diberikan informasi yang jelas
dan akurat secara faktual.
6. Perawat telah menyediakan bahanbahan

tertulis

pengobatan,
pendukung.

dan

tentang

stomatitis,

tersedia

sistem

6. Hambatan interaksi

1. Perawat telah menerangkan alasan

sosial yang

pengekangan dan penerapan tindakan

berhubungan

kewaspadaan khusus.

dengan isolasi dari


teman sebaya

2. Perawat

telah

mengijinkan

anak

bermain dengan masker dan gaun (jika


digunakan)

3. telah diperkenalkan diri kepada anak


biarkan

melihat

wajah

sebelum

memberi pakaian pelindung bila perlu


berikan aktivitas pengalihan perhatian
4. orang tua selalu bersama anak selama
hospitalisasi
5. Klien telah melakukan komunikasi
dengan teman sebayanya.
6. Teman klien telahmenerima perubahan
penampilan fisik seperti keadaan fisik
akibat terkena stomatitis

Evaluasi
No.
1.

Diagnosa
Nyeri

Evaluasi

berhubungan S: klien mengatakan bahwa, nyeri yang di rasakan

dengan

lesi sudah agag mendingan.

(kerusakan membran O: terlihat pada bibir klien sudah tidak terdapat lesi.
mukosa), malaise

A: Masalah nyeri teratasi


P: tindakan di hentikan

2.

Resiko infeksi yang S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah


berhubungan

dengan hilang.

pejamu yang rentan O: terlihat uji tes labnya tidak adanya bakteri dan
dan agen infeksius

virus
A: Masalah Resiko infeksi teratasi
P: tindakan dihentikan

3.

Resiko

S: Klien mengatakan nafsu makannya sudah kembali

ketidakseimbangan

seperti sedia kala.

nutrisi

kurang

kebutuhan

tubuh di berikan perawat

berhubungan

dengan A: Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang

nyeri

mukosa dari kebutuhan teratasi

pada

mulut

4.

dari O: pasien sudah menghabiskan makanan yang telah

Perubahan
keluarga
berhubungan

P: tindakan dihentikan

proses S: Klien mengatakan sejak saya sakit ibu semakin


yang perhatian
dengan O: Selama di rumah sakit terlihat keluarga selalu

anak yang menderita menemani klien


penyakit akut

A: Masalah perubahan proses keluarga teratasi


P: tindakan dihentikan

5.

Kurangnya

S: Klien mengatakan setelah perawat memberikan

pengetahuan

penyuluhan saya jadi tahu penyakit yang saya alami

dengan dan cara pencegahannya

berhubungan
kurangnya

informasi O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsumsi buah-

tentang

penyakit buahan yang mengandung vitamin C

stomatitis

A: Masalah kurang pengetahuan teratasi


P: tindakan dihentikan

6.

Hambatan

yang menjenguk saya hari ini

sosial
berhubungan
isolasi
sebaya

interaksi S: Klien mengatakan teman sebayanya telah

dari

dengan O: terlihat klien mulai percaya diri untuk berbicara


teman dan bercanda dengan teman sebayanya
A: Masalah Hambatan interaksi sosial teratasi
P: tindakan dihentikan

Você também pode gostar

  • Sop Terapi Musik
    Sop Terapi Musik
    Documento2 páginas
    Sop Terapi Musik
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Askep Putri
    Askep Putri
    Documento18 páginas
    Askep Putri
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Askep Icu Intan
    Askep Icu Intan
    Documento16 páginas
    Askep Icu Intan
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LPJ ROM Active Dan Air Hangat
    LPJ ROM Active Dan Air Hangat
    Documento20 páginas
    LPJ ROM Active Dan Air Hangat
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Askep VK Minggu 1
    Askep VK Minggu 1
    Documento18 páginas
    Askep VK Minggu 1
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Booklet Hipertensi Dan Ispa
    Booklet Hipertensi Dan Ispa
    Documento44 páginas
    Booklet Hipertensi Dan Ispa
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan Alo
    Asuhan Keperawatan Alo
    Documento26 páginas
    Asuhan Keperawatan Alo
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Resume Igd 2
    Resume Igd 2
    Documento6 páginas
    Resume Igd 2
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LP Struma Fix
    LP Struma Fix
    Documento51 páginas
    LP Struma Fix
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Resume Igd
    Resume Igd
    Documento6 páginas
    Resume Igd
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • SOP Nebul
    SOP Nebul
    Documento4 páginas
    SOP Nebul
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Kebersihan Diri
    Leaflet Kebersihan Diri
    Documento2 páginas
    Leaflet Kebersihan Diri
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LP
    LP
    Documento31 páginas
    LP
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Resume Igd 2
    Resume Igd 2
    Documento6 páginas
    Resume Igd 2
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LP DM
    LP DM
    Documento31 páginas
    LP DM
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Alo
    Laporan Pendahuluan Alo
    Documento27 páginas
    Laporan Pendahuluan Alo
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Askep Putri
    Askep Putri
    Documento13 páginas
    Askep Putri
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Keperawatan DM Pada Ny A
    Asuhan Keperawatan DM Pada Ny A
    Documento28 páginas
    Asuhan Keperawatan DM Pada Ny A
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Fournier Gangren
    Fournier Gangren
    Documento28 páginas
    Fournier Gangren
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Resum Mawar
    Resum Mawar
    Documento7 páginas
    Resum Mawar
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Neurogenic Bladder
    Neurogenic Bladder
    Documento24 páginas
    Neurogenic Bladder
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LPJ Forum KIE - Desa Wonoasri
    LPJ Forum KIE - Desa Wonoasri
    Documento5 páginas
    LPJ Forum KIE - Desa Wonoasri
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • LPJ Lomba Balita Sehat - Desa Wonoasri
    LPJ Lomba Balita Sehat - Desa Wonoasri
    Documento5 páginas
    LPJ Lomba Balita Sehat - Desa Wonoasri
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
    Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
    Documento7 páginas
    Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Pthway
    Pthway
    Documento3 páginas
    Pthway
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Seminar
    Seminar
    Documento24 páginas
    Seminar
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • Askep Mawar
    Askep Mawar
    Documento31 páginas
    Askep Mawar
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações
  • ASKEP Skull Defect Fix
    ASKEP Skull Defect Fix
    Documento22 páginas
    ASKEP Skull Defect Fix
    Putri Mareta Hertika
    0% (1)
  • Fournier Gangren
    Fournier Gangren
    Documento28 páginas
    Fournier Gangren
    Putri Mareta Hertika
    50% (2)
  • LP Fraktur Malunion Humerus
    LP Fraktur Malunion Humerus
    Documento14 páginas
    LP Fraktur Malunion Humerus
    Putri Mareta Hertika
    Ainda não há avaliações