Você está na página 1de 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ILEUS PARALITIK


Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kegawatdaruratan

Disusun Oleh :
Fitrohimah

(1412003)

I Made Ngurah Aris Winata (1412004)


Komang Lilik Aryanti Utari (1412009)
Rahmat Hidayat

(1412020)

Tri Ningtias

(1412025)

POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA


DIPLOMA III KEPERAWATAN
2014

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian data dasar
a) Aktivitas/istirahat
(1) Kelemahan dan kelelahan
(2) Insomnia
(3) Pembatasan aktivitas sehubungan dengan efek proses penyakit
b) Integritas ego
(1) Menunjukkan perubahan persepsi diri
(2) Menolak
(3) Perhatian menyempit
c) Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda :
(1) Hipotensi (termasuk postural)
(2) Takikardia, distritmia (hipovolemia / hipoksemia)
(3) Nadi perifer lemah
(4) pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
d) Makanan/ cairan
Gejala :
(1) Mual dan muntah
(2) Nyeri ulu hati umum terjadi
(3) Anoreksia
(4) Tidak toleran terhadap diet
Tanda :
(1) Penurunan lemak subkutan/ masa otot
(2) Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk
(3) Membran mukosa pucat
e) Eliminasi

(1) Perubahan pada frekuensi defekasi


(2) Bising usus tidak terdengar
f) Nyeri/ ketidaknyamanan
(1) Nyeri tekan pada epigastrik
(2) Perilaku melindungi diri/ distraksi
(3) Fokus pada diri sendiri
(4) Respon autonomic, misalnya perubahan tekanan darah, nadi,
pernapasan.
g) Pernapasan
(1) Frekuensi napas meningkat (penekanan diafragma dari distensi
abdomen)
h) Interaksi sosial
(1) Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
(2) Mendapat dukungan dari keluarga, dan dapat disfungsional.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru, nyeri, ansietas.
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
berlebihan melalui rute oral seperti : muntah, kehilangan cairan dari rute
abnormal seperti penghisap Nasogastrik/ intestinal, gangguan absorbsi
usus halus, demam dan diaphoresis.
3. Gangguan rasa nyaman/ nyeri epigastrium berhubungan dengan distensi
abdomen, adanya selang NG/ usus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, disfungsi usus, gangguan absorbsi nutrisi, intake dibatasi, status
puasa, aspirasi NG/ usus.
5. Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
malabsorpsi usus, nyeri, intake lebih kecil dan bulk diet adekuat.

C. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa : Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru, nyeri, ansietas.
a) Tujuan

: pola pernapasan kembali efektif

b) Kriteria hasil

: mempertahankan ventilasi adekuat :

(1) Tidak mengalami sianosis


(2) Tidak hipoksia
(3) Frekuensi napas : 16-20 x/menit
(4) Irama napas reguler
c) Intervensi dan rasional
(1) Awasi kecepatan/ kedalaman pernapasan, auskultasi bunyi
napas, selidiki adanya pucat/ sianosis, peningkatan gelisah/
bingung.
Rasional : napas dangkal, distress pernapasan, menahan napas
dapat mengakibatkan hipoventilasi atau atelektasis.
(2) Tinggikan kepala tempat tidur 30
Rasional : mendorong pengembangan diafragma/ ekspansi paru
optimal dan meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga
thorak.
(3) Ubah posisi secara periodik
Rasional : meningkatkan pengisian udara ke seluruh segmen
paru.
(4) Beri bantalan pada pagar tempat tidur dan ajarkan pasien
menggunakannya untuk istirahat tangan
Rasional : penggunaan pagar tempat

tidur memungkinkan

istirahat tangan untuk ekspansi paru lebih besar.

Kolaborasi :
(5) Berikan oksigen tambahan.
Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran
dan penurunan kerja napas.

2. Diagnosa : Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan berlebihan melalui rute oral seperti : muntah, kehilangan cairan
dari rute abnormal seperti penghisap Nasogastrik/ intestinal, gangguan
absorbsi usus halus, demam dan diaphoresis.
a) Tujuan

: kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh terpenuhi.

b) Kriteria hasil : Mempertahankan hidrasi adekuat dengan :


(1) Membran mukosa lembab
(2) Turgor kulit elastis
(3) Pengisian kapiler baik (< 3 detik)
(4) Tanda vital stabil (N : 60-80 x/menit, S: 36-37,4 c, TD: 100/60140/90 mmHg, RR: 16-20 x/ menit)
(5) Input dan output cairan seimbang
(6) Elektrolit dalam batas normal ( Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5
mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L)
c) Intervensi dan rasional
(1) Pantau tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi,
perubahan TD, takipnea.
Rasional : tanda awal hemoragi usus dan/ atau pembentukan
hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
(2) Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan
status membran mukosa.
Rasional : memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum
dan tingkat hidrasi.
(3) Pantau pemasukan dan haluaran (misalnya emesis, selang),
perhatikan haluaran urine, kalkulasi keseimbangan cairan 24 jam.
Rasional : indikator langsung dari hidrasi atau perfusi organ dan
fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
(4) Observasi/ catat kuantitas, jumlah, dan karakter drainase NG/ usus.
Rasional : haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit dan alkalosis metabolik dengan
kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk
mengkompensasi.

(5) Pantau suhu tubuh.


Rasional : demam rendah umum terjadi selama 24-48 jam dapat
menambah kehilangan cairan.

Kolaborasi :
(6) Pertahankan

kepatenan

penghisap

NG/

usus,

pertahankan

intermiten dan rendah.


Rasional : meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan
distensi/ tekanan dan menurunkan mual/muntah yang dapat
menyertai manipulasi usus.
(7) Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya Hb, Ht, elektrolit).
Rasional : memberikan informasi tentang hidrasi dan penggantian
dan fungsi organ.
(8) Berikan cairan, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional ; mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan
elektrolit.

3. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman/ nyeri epigastrium berhubungan dengan


distensi abdomen, adanya selang NG/ usus.
a) Tujuan

b) Kriteria hasil :
(1) Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol
(2) Tampak rileks
(3) Mampu beristirahat/ tidur
c) Intervensi dan rasional
(1) Kaji intensitas nyeri (skala 0-10), selidiki dan laporkan perubahan
karakteristik nyeri.
Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan
penyebaran penyakit/ terjadinya komplikasi (perforasi)
(2) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan
nyeri.

Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor


pemberat (seperti kejadian stres, tidak toleran terhadap makanan)
atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
(3) Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai.
Rasional : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta
analgetik.
(4) Observasi/ catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan
tekanan darah.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena
inflamasi, edema dan jaringan parut.
(5) Berikan tindakan kenyamanan (misalnya gosokan punggung,
latihan napas dalam), anjurkan penggunaan teknik relaksasi,
imajinasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.
(6) Lakukan modifikasi diet sesuai resep (misalnya memberikan cairan
dan meningkatkan makanan sesuai toleransi)
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
(7) Berikan obat:
(a) Analgetik
Rasional : nyeri bervariasi dari ringan-berat dan perlu
penanganan

untuk

memudahkan

istirahat

adekuat

dan

penyembuhan.
(b) Antikolinergik
Rasional : menghilangkan spasme saluran GI dan berlanjutnya
nyeri kolik.

4. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual, muntah, disfungsi usus, gangguan absorbsi
nutrien, intake dibatasi, status puasa, aspirasi NG/ usus.
a) Tujuan

: mempertahankan status nutrisi yang adekuat

b) Kriteria hasil

(1) Menunjukkan berat badan stabil/ peningkatan berat badan


(2) Nilai laboratorium normal
(3) Tidak ada tanda malnutrisi
c) Intervensi dan rasional
(1) Awasi haluaran selang NG, catat adanya muntah.
Rasional : jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah diduga
terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut.
(2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase
sakit akut.
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
(3) Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada.
Rasional : menunjukkan tidak adanya absorbsi nutrisi.
(4) Ukur lingkar abdomen.
Rasional : memberikan bukti kuantitas perubahan distensi
abdomen dan atau akumulasi/ obstruksi usus.

Kolaborasi :
(5) Pertahankan ke patenan selang NG.
Rasional : mempertahankan dekompresi usus, meningkatkan
istirahat/ pemulihan usus.
(6) Berikan cairan IV (misalnya albumin, lipid, elektrolit)
Rasional : memberikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ileus paralitik menyebabkan obstruksi usus yang dapat
menimbulkan

anemia

atau

malabsorbsi,

menurunkan

pengiriman nutrien pada tingkat selular


(7) Berikan obat antiemetik misalnya proklorperazin.
Rasional : mencegah terjadinya muntah.
(8) Konsul dengan ahli diet, tim pendukung nutrisi. Berikan NTP
enteral/ parenteral.
Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi dan memenuhi
kebutuhan diet individu. Beberapa pasien datang dengan

penurunan berat badan nyata dan secara umum lemah, sehingga


beresiko lebih tinggi terhadap komplikasi.

5. Diagnosa : Gangguan pola eliminasi BAB : konstipasi berhubungan


dengan malabsorpsi usus, nyeri, intake lebih kecil dan bulk diet
adekuat.
a) Tujuan

: mendapatkan kembali pola fungsi usus yang

normal
b) Kriteria hasil

(1) Tidak ada obstipasi/ konstipasi


(2) Bising usus positif
c) Intervensi dan rasional
(1) Auskultasi bising usus
Rasional : kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek
Ileus paralitik, obat-obatan, adanya bunyi abnormal (seperti
gemericik

nada

tinggi

atau

bunyi

gemuruh

panjang)

menunjukkan terjadinya komplikasi.


(2) Selidiki keluhan nyeri abdomen
Rasional : mungkin berhubungan dengan distensi gas atau
kejadian komplikasi Ileus paralitik.

Kolaborasi :
(3) Berikan pelunak feses (supositoria gliserin)
Rasional : mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan
perlahan/ evakuasi feses.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E and Marry Frances Moorhouse. (2001). Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien edisi 2. Jakarta: EGC.

Oswari, E. (2001). Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner and Suddart Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

William F, Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jhanner, Silalahi. Konsep Dasar Ileus Obstruksi.


https://www.academia.edu/Download/Konsep/dasar/ileus/paralitik. (15
Januari 2001)

Você também pode gostar